ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) RITEL BERMASALAH DAN PENYELESAIANNYA (STUDI PADA PT. BANK LAMPUNG KCP GADINGREJO)

(1)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) RITEL BERMASALAH DAN PENYELESAIANNYA

(STUDI PADA PT. BANK LAMPUNG KCP GADINGREJO) Oleh

Laras Purnama Sari

Salah satu upaya pemerintah untuk membantu pengembangan UMKMK yaitu dengan meresmikan pelaksanaan Program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Tujuan pemberdayaan UMKM yaitu sebagai penanggulangan/pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Pelaksanaan KUR pada PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo terdapat permasalahan yaitu, tidak dibayarnya angsuran kredit oleh debitur yang menyebabkan kerugian bagi pihak bank. Rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu: Pertama, bagaimana mekanisme pemberian Kredit Usaha

Rakyat (KUR) Ritel oleh PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo. Kedua, apa faktor

yang menyebabkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Ritel bermasalah pada PT. Bank

Lampung KCP Gadingrejo. Ketiga, bagaimana upaya hukum bank terhadap

debitur KUR yang tidak mampu melaksanakan kewajibannya pada PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo.

Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif-empiris. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Untuk membantu dalam proses penelitian ini, maka peneliti menggunakan dua macam teknik pengumpulan data, yaitu studi kepustakaan dan wawancara. Data yang telah diolah dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan adalah sebagai berikut: Pertama,

proses pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank Lampung KCP Gadingrejo dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: tahap permohonan kredit, tahap peninjauan dan analisis kredit, tahap pencairan kredit, tahap pembuatan Perjanjian Kredit, tahap pengikatan agunan atau jaminan, dan tahap penarikan

kredit. Kedua, faktor-faktor penyebab dalam permasalahan Kredit Usaha Rakyat

(KUR) ialah wanprestasi (cidera janji). Ketiga, upaya hukum bank terhadap

debitur yang tidak melunasi hutang yaitu atas hutang yang telah dibayar oleh pihak Askrindo maka, PT. Bank Lampung tetap mempunyai kewajiban untuk mengupayakan pelunasan hutang debitur dengan cara penjualan jaminan.


(2)

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) RITEL BERMASALAH DAN PENYELESAIANNYA

(STUDI PADA PT. BANK LAMPUNG KCP GADINGREJO)

Oleh

LARAS PURNAMA SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

RIWAYAT HIDUP

Laras Purnama Sari, lahir di Bandarlampung pada tanggal 10 November 1993. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara yaitu dari pasangan Hi. Asiadi,S.H. dan Hj. Ida Sari, S.Pd.

Penulis mulai mengenyam pendidikan dan lulus dari : Taman Kanak-kanak Taruna Jaya Way Halim pada tahun 1999, Sekolah Dasar di SD Al-Azhar I Way Halim pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama di SMPN 25 Bandar Lampung pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas di SMA YP Unila Bandar Lampung pada Tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi menjadi mahasiswi Fakultas Hukum di Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Sukanegara, Kecamatan Bangunrejo, Kabupaten Lampung Tengah.


(6)

MOTO

“Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya,

ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka

perbuatan itu buruk” (Imam An Nawawi)

“Cerdaslah dalam berhutang, dan cerdaslah dalam melunasi hutang”

(Unknown)

“Yang terbaik bagi Anda ialah tidak menjanjikan sesuatu kepada orang lain,dan yang lebih baik lagi jika Anda tidak ingkar janji”


(7)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada ALLAH SWT, dan dengan segala

ketulusan dan kerendahan hati kupersembahkan Skripsi ku ini

kepada:

Islam, pedoman dan petunjuk hidupku. Papa dan Mama tercinta yang

telah membesarkan dan mendidik dengan segenap, kasih sayang,

kesabaran dan pengorbanan serta senantiasa mendoakan untuk

keberhasilan dan keselamatanku.

Kakak-kakakku serta keluarga besarku yang selalu memberikan

dukungan dan doa kepadaku.

Dan untuk semua teman-temanku yang telah memberikan motivasi,

saran, dan bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(8)

viii

SANWACANA

Puji syukur atas Karunia Rahmat, Hidayah dan Perlindungan Allah SWT yang senantiasa dilimpahkan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan Penulisan

Hukum dengan judul “Faktor Penyebab Kredit Usaha Rakyat (KUR) Ritel

Bermasalah dan Penyelesaiannya Studi Pada PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Banyak orang yang telah menentukan sejarah hidupku sampai aku mampu mengucapkan kebenaran, dan untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan terimah kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Yennie Agustin MR., S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan arahan, motivasi dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan;

4. Bapak Dita Febrianto, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang


(9)

ix

motivasi dan arahan yang membangun serta mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan;

5. Ibu Ratna Syamsiar, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas I yang telah

memberikan saran dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini;

6. Bapak Depri Liber Sonata, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas II yang juga

telah memberikan saran dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini;

7. Ibu Diane Eka Rusmawati, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing Akademik

yang telah membimbing penulis selama ini dalam perkuliahan.

8. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan karyawan/ti Fakultas Hukum Universitas

Lampung, khususnya Bapak/Ibu Dosen Bagian Hukum Keperdataan untuk ilmu yang diberikan kepada penulis serta bantuan selama penulis menyelesaikan studi;

9. Orang tuaku tercinta Mama Hj. Ida Sari, S.Pd dan Papa Hi. Asiadi, S.H. atas

kasih sayang, pengorbanan, motivasi, serta doa-doanya demi keberhasilan penulis.

10. Kakak-kakakku Prisda Ayu Mutiara S.H., M.H., Wahyu Ismoyo S.E., dan

Faisal Arief, S.E., Ak., C.A., yang telah memberikan dukungan, motivasi dan doa kepada penulis.

11. Teruntuk Oma Hj. Mustika Suri, Bunda Yenni Susilawati S.H., Ashbilly

Satria Gultom, dan saudara saudaraku serta seluruh keluarga besar yang tidak dapat diucapkan satu per satu yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan doa kepada penulis.


(10)

x

12. Teruntuk Pemimpin dan seluruh staff PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo

yang telah membantu penulis dalam memperoleh data sehingga memudahkan penulis dalam penulisan skripsi.

13. Teruntuk sahabat-sahabatku tercinta, Lia Nurjanah, Maharani Nurdin S.H.,

Prafika Marthya, Rachmi Nadya, Dwi Nur Aulia, Rizky Arief, Desy Dwi Katrin S.H., dan Lia Aprilliana terima kasih atas kebersamaan, dukungan, nasehat, semangat dan motivasi dari awal perkuliahan di Universitas Lampung. Semoga persahabatan kita untuk selamanya.

14. Teman-teman bagian hukum keperdataan 2011, Eva, Tari, Tiara, Prisca,

Ferinda, Yunika dan teman teman perdata 2011 lain yang tidak dapat diucapkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya.

15. Teman-teman KKN Sukanegara : Anggi, Kartika, Loli, Yudha, Lilik, Jhon,

Jefri, Juwita, dan Komala.

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas semua do’a, bantuan dan

dukungannya;

17. Almamater Tercinta.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya.

Bandarlampung, 30 April 2015 Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

MOTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN . ...vii

SANWACANA ... viii

DAFTAR ISI ... xi

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang . ...1

B.Rumusan Masalah...4

C.Ruang Lingkup ...5

D.Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...5

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Pengertian dan Jenis Bank ...7

1. Pengertian Bank ...7

2. Pengertian Hukum Perbankan ...7

3. Jenis-jenis Bank ...8

B. Perjanjian Berdasarkan KUH Perdata ...9

1. Perjanjian Pinjam Meminjam Uang Berdasarkan KUHPerdata ...9

2. Syarat Sah Perjanjian ...10

3. Klausula Baku ...11

4. Pengertian Perjanjian Kredit ...12


(12)

6. Berakhirnya Perjanjian ...13

C. Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) ...15

1. Pengertian Kredit ...15

2. Pengertian Kredit Bermasalah ...15

3. Tahap-tahap Kredit Bermasalah ...16

D.Tinjauan Tentang Pemerintah, Bank, dan Perusahaan Penjamin dalam Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat ...17

E. Kredit Usaha Rakyat 1. Pengertian Kredit Usaha Rakyat ...19

2. Landasan Kredit Usaha Rakyat ...19

3. Tujuan Kredit Usaha Rakyat ...20

4. Kredit Usaha Rakyat Ritel ...21

5. Cara Mengakses Kredit Usaha Rakyat ...21

F. Kerangka Pikir ...23

III. METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ...25

B.Sumber Data ...26

C.Prosedur Pengumpulan Data ...28

D.Analisis Data...30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Bank Lampung ...31

1. Deskripsi Singkat Bank Lampung KCP Gadingrejo ...32

2. Visi ...33

3. Misi ...33

4. Produk Bank Lampung ...33

B.Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Ritel Pada PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo ...34

1. Mekanisme Pemberian Kredit Usaha Rakyat Ritel ...34

2. Tahapan Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat Ritel ...36

3. Jaminan Pada Tahapan Pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Ritel Pada PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo ...40


(13)

4. Penjaminan sebagai salah satu Tahapan Pada Pemberian

Kredit Usaha Rakyat (KUR) ...42

5. Analisis Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Ritel Pada PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo ...43

a. Contoh Pelaksanaan KUR Ritel ...43

b. Analisis Contoh Pelaksanaan KUR Ritel ...44

C.Faktor-faktor Penyebab Kredit Usaha Rakyat (KUR) Ritel Bermasalah ...45

1. Debitur Wanprestasi ...46

2. Debitur mengalami Force Majeur ...47

a. Contoh Kasus ...49

b. Analisis Kasus ...50

D.Upaya Hukum Penyelesaian KUR Ritel Bermasalah ...53

1. Pemberian Surat Peringatan ...53

2. Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan ...53

3. Penyelesaian Klaim PT. Askrindo dalam Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Ritel di PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo...55

a. Contoh Kasus ...56

b. Analisis Kasus ...57

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...60

B. Saran ...61


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perkembangan peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang besar ditunjukkan oleh jumlah unit usaha dan pengusaha, serta kontribusinya terhadap pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan pelaku bisnis yang bergerak pada berbagai bidang usaha. Data yang diperoleh dari Kementerian Koperasi dan UMKM, pada tahun 2011, persentase jumlah UMKM sebesar 99,9 persen dari seluruh unit usaha, yang terdiri dari usaha mikro sebanyak 98,82 persen dari seluruh unit usaha, usaha kecil sebanyak 1,09 persen dari seluruh unit usaha, dan usaha menengah yang berjumlah 0,08 persen dari total seluruh unit usaha. Data perkembangan UMKM tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah usaha kecil meningkat 0,02 persen dari seluruh unit usaha pada tahun 2011, namun jumlah usaha mikro pada tahun 2012 menurun 0,03 persen dari seluruh unit usaha pada tahun 2011. Berdasarkan data tersebut, populasi usaha kecil dan menengah (UKM) jumlahnya mencapai 99,9 persen dari keseluruhan pelaku bisnis di

Indonesia.1

1http://depkop.go.id d


(15)

2

Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi yang selanjutnya disingkat UMKMK tidak pernah lepas dari berbagai kendala, karena UMKMK dibentuk dari berbagai macam keterbatasan, misalnya keterbatasan modal dan teknologi. Keberadaan UMKMK bagi negara berkembang seperti Indonesia banyak dibutuhkan kontribusinya dalam pertumbuhan perekonomian sehingga UMKMK harus mampu mempertahankan eksistensi.

Pengembangan UMKMK diperlukan modal, karena apabila UMKMK semakin berkembang, maka semakin besar peluang usaha yang bisa didapat. Modal merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. UMKMK merupakan usaha perorangan yang mengandalkan modal dari pemilik usaha yang jumlahnya terbatas, sedangkan untuk memperoleh modal pinjaman dari lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan bukan bank sulit diperoleh karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta tidak dapat dipenuhi. Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi UMKMK adalah adanya ketentuan mengenai agunan karena tidak semua UMKMK memiliki agunan yang memadai dan cukup untuk dijadikan agunan. Selain itu UMKMK terkendala pula pada laporan keuangan.

Upaya memperoleh modal, dapat diakses pada Lembaga Keuangan Bank yang selanjutnya disingkat LKB dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang selanjutnya disingkat LKBB. Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua jenis lembaga, yaitu Lembaga Keuangan Bank (LKB) dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Perbedaan LKBB dan LKB dalam penghimpunan dana, LKBB tidak diizinkan menerima dana yang bersumber dari simpanan berupa giro, deposito,


(16)

3

dan tabungan. LKB bisa menyalurkan dana secara langsung, sedangkan LKBB berfungsi sebagai perantara antara yang membutuhkan dana dan yang memiliki

dana.2Contoh Lembaga Keuangan Bukan Bank yaitu, Pegadaian, Perusahaan

Asuransi, Dana Pensiun, dan Lembaga Pembiayaan.

Pada Lembaga Keuangan Bank agar kredit yang diberikan tidak menjadi kredit yang bermasalah di kemudian hari, maka sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian dengan berpedoman pada prinsip 5 C, yang meliputi

Penilaian watak atau kepribadian (character) untuk mengetahui itikad baik calon

debitur, Kemampuan atau kesanggupan (capacity) untuk melunasi kredit yang

diajukan, Modal atau kekayaan (capital) untuk menilai kemampuan modal calon

debitur, Persyaratan (condition) untuk menilai prospek usaha calon debitur, dan

Jaminan (collateral) untuk menanggung pembayaran kredit apabila calon debitur

melakukan wanprestasi di kemudian hari.

Salah satu upaya pemerintah untuk membantu pengembangan UMKMK yaitu dengan meresmikan pelaksanaan Program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pada tanggal 5 November 2007 program ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang pada saat itu masih menjabat sebagai Presiden. Program ini bertujuan mengatasi masalah permodalan dari perbankan bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK). Program ini didukung oleh 6 (enam) bank pelaksana. Pelaksanaan program KUR dibantu oleh pihak Penjamin, pemerintah menunjuk PT. Askrindo dan Perum Jamkrindo sebagai pihak Penjamin program Kredit Usaha Rakyat (KUR).

2

Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 5.


(17)

4

Pada pelaksanaannya, program KUR memperoleh apresiasi yang tinggi dari masyarakat, terutama dari UMKMK, tetapi dalam pelaksanaannya KUR mengalami masalah pada pengembalian kredit, sehingga menimbulkan kredit macet. Pada pelaksanaannya terdapat beberapa KUR bermasalah, adapun permasalahan KUR adalah tidak dibayarnya angsuran kredit oleh debitur yang tentu menyebabkan kerugian bagi pihak bank.

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KREDIT USAHA

RAKYAT (KUR) RITEL BERMASALAH DAN PENYELESAIANNYA (STUDI PADA PT. BANK LAMPUNG KCP GADINGREJO).

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana mekanisme pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Ritel oleh PT.

Bank Lampung KCP Gadingrejo ?

2) Apa faktor yang menyebabkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Ritel bermasalah

pada PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo ?

3) Bagaimana upaya hukum bank terhadap debitur KUR yang tidak mampu


(18)

5

C.Ruang Lingkup

Pembahasan dan penelitian ini untuk mencapai sasaran, maka diperlukan pembatasan atau ruang lingkup masalah. Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini meliputi lingkup pembahasan dan lingkup bidang ilmu.

a. Ruang Lingkup Pembahasan

Lingkup pembahasan meliputi mekanisme pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Ritel pada PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo, faktor yang menyebabkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Ritel bermasalah pada PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo, dan upaya hukum bank terhadap debitur KUR yang tidak mampu melaksanakan kewajibannya pada PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo .

b. Ruang Lingkup Bidang Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu hukum keperdataan, serta kajian hukum perbankan dalam lingkup hukum perbankan.

D.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian menganalisis hal – hal sebagai berikut :

a) Mekanisme pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Ritel pada PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo.

b) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Kredit Usaha Rakyat (KUR) Ritel bermasalah pada PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo.

c) Upaya hukum bank terhadap debitur KUR yang tidak mampu melaksanakan kewajibannya pada PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo.


(19)

6

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini terdiri dari kegunaan secara teoritis dan kegunaan secara praktis sebagai berikut :

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menunjang pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum keperdataan yang lebih khususnya dalam lingkup hukum perbankan dan sebagai sumber informasi serta bahan bacaan agar masyarakat mengetahui mekanisme pemberian KUR dan upaya hukum Bank terhadap debitur KUR wanprestasi.

b. Kegunaan Praktis

Kegunaaan praktis merupakan kegunaan yang secara langsung dapat bermanfaat bagi penulis :

1) Sebagai sarana pelatihan dan peningkatan serta pengembangan wawasan

dan ilmu pengetahuan bagi penulis.

2) Secara praktis penelitian ini dapat mengkaji ketentuan pelaksaanaan

program Kredit Usaha Rakyat (KUR).

3) Sebagai sumber informasi bagi pembaca terkait hukum perbankan,

khususnya mekanisme pemberian KUR, faktor penyebab KUR bermasalah, dan upaya hukum bank terhadap debitur KUR yang tidak mampu melaksanakan kewajiban.

4) Memenuhi salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana pada Fakultas


(20)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian dan Jenis-jenis Bank 1. Pengertian Bank

Secara umum, bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan yang umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang,

meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.

Pengertian bank menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan terdapat pada Pasal 1 (butir 2), yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

2. Pengertian Hukum Perbankan

Hukum perbankan yaitu seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin, dan lain-lain sumber hukum, yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya


(21)

8

sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi perbankan, dan lain-lain yang berkenaan dengan dunia

perbankan.1

Secara sederhana hukum perbankan ( banking law ) adalah hukum yang mengatur

segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, baik kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan usaha bank.

3. Jenis-jenis Bank

Setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, di Indonesia terdapat tiga jenis bank, yaitu bank umum, BPR, dan Bank Syariah ketiga jenis bank ini memiliki perbedaan dalam banyak hal, antara lain dari bentuk hukumnya, tata cara pendiriannya, modal, dan kegiatan atau usahanya. Ketentuan mengenai bank syariah diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Perbedaan antara bank umum dengan BPR adalah bank umum memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan BPR tidak. Bank umum maupun BPR sama-sama memberikan jasa dalam penyaluran dana kepada

masyarakat, tetapi BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran.2Namun seiring perkembangan, bank syariah muncul sebagai salah

satu jenis bank di Indonesia. Bank syariah muncul di Indonesia pada awal tahun 1990-an. Pemrakarsa pendirian bank syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis

1

Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hlm. 14. 2


(22)

9

Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990. Bank syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, dan pelaksanaannya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam.

B. Perjanjian Berdasarkan KUHPerdata

1. Perjanjian Pinjam Meminjam Berdasarkan KUHPerdata

Pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula (Pasal 1754).

Berdasarkan perjanjian pinjam-meminjam, pihak yang menerima pinjaman menjadi pemilik dari barang yang dipinjam, dan jika barang itu musnah dengan cara bagaimanapun, maka kemusnahan itu adalah atas tanggungannya (Pasal 1755).

Utang yang terjadi karena peminjaman uang hanyalah terdiri atas jumlah uang yang disebutkan dalam perjanjian. Dalam hal peminjam uang, utang yang terjadi karenanya hanyalah terdiri atas jumlah uang yang disebutkan dalam perjanjian, apabila sebelum saat pelunasan terjadi suatu kenaikan atau kemunduran harga atau ada perubahan mengenai berlakunya mata uang, maka pengembalian jumlah yang dipinjam harus dilakukan dalam mata uang yang berlaku pada waktu perlunasan, dihitung menurut harganya yang berlaku saat itu (Pasal 1756).


(23)

10

2. Syarat Sah Perjanjian

Syarat sahnya perjanjian menurut ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:

1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak.

Sepakat adalah kedua belah pihak yang membuat perjanjian setuju mengenai hal-hal yang pokok dalam kontrak.

2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum.

Asas cakap melakukan perbuatan hukum, adalah setiap orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya. Ketentuan sudah dewasa menurut KUHPerdata, dewasa adalah 21 tahun bagi laki-laki dan 19 tahun bagi wanita. Menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, dewasa adalah 19 (sembilan belas) tahun bagi bagi laki-laki dan 16 (enam belas) tahun bagi wanita.

3. Adanya Obyek.

Sesuatu yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian haruslah suatu hal atau barang yang cukup jelas.

4. Adanya kausa yang halal.

Pasal 1335 KUHPerdata, suatu perjanjian yang tidak memakai suatu sebab yang halal, atau dibuat dengan suatu sebab yang palsu atau terlarang dan tidak mempunyai kekuatan hukum.


(24)

11

3. Klausula Baku

Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen, klausula baku aturan sepihak yang dicantumkan dalam kuitansi, faktur/bon, perjanjian atau dokumen lainnya dalam transaksi jual

beli tidak boleh merugikan konsumen.3

Pada hukum perjanjian, istilah Klausula Baku disebut juga Klausula Eksonerasi.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 pada Pasal 1 angka 10 Tentang Perlindungan Konsumen juga dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.

Klasula baku ini banyak digunakan dalam setiap perjanjian yang bersifat sepihak,

dan dalam bahasa umum sering disebut sebagai disclaimer, yang bertujuan untuk

melindungi pihak yang memberikan suatu jasa tertentu, seperti jasa penjualan pada supermarket, bank, jasa angkutan (kereta api, pesawat terbang, kapal laut), dan lain sebagainya.

3http://www.wikipedia.com


(25)

12

4. Pengertian Perjanjian Kredit

Pengertian perjanjian kredit menurut penulis adalah perjanjian pemberian kredit antara pemberi kredit dan penerima kredit. Perjanjian kredit merupakan perjanjian konsensuil antara debitur dan kreditur (Bank) yang mengadakan hubungan utang-piutang, dimana debitur berkewajiban membayar kembali pinjaman yang diberikan oleh kreditur, dengan berdasarkan syarat dan kondisi yang telah disepakati oleh para pihak. Pakar hukum berpendapat bahwa perjanjian kredit bank itu pada hakikatnya merupakan perjanjian pinjam-meminjam sebagaimana

yang diatur dalam ketentuan Pasal 1754 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.4

Pada buku ke III KUHPerdata tidak terdapat ketentuan khusus yang mengatur perihal perjanjian kredit, namun berdasarkan asas kebebasan berkontrak para pihak bebas untuk menentukan isi perjanjian kredit sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, kesusilaan, dan kepatutan.

5. Isi Perjanjian Kredit

Perjanjian kredit bank minimal memuat klausul-klausul yang berhubungan dengan:

1) Ketentuan mengenai fasilitas kredit yang diberikan, di antaranya tentang jumlah maksimum kredit, jangka waktu kredit, tujuan kredit, bentuk kredit, dan batas izin tarik;

2) Suku bunga dan biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan pemberian

kredit, di antaranya bea materai, provisi, dan denda kelebihan tarik;

4http://legalbanking.wordpress.com


(26)

13

3) Kuasa bank untuk melakukan pembebasan atas rekening giro dan/atau

rekening penerima kredit untuk bunga denda kelebihan tarik dan bunga tunggakan serta segala macam biaya yang timbul karena dan untuk pelaksanaan hal-hal yang ditentukan yang menjadi beban penerima kredit;

4) Syarat-syarat yang harus dipenuhi dulu oleh penerima kredit atas pembebanan

segala harta kekayaan penerima kredit menjamin guna pelunasan kredit;

5) Syarat-syarat yang harus dipenuhi dulu oleh penerima kredit agar dapat

menarik kredit untuk pertama kalinya;

6) Agunan kredit dan asuransi barang-barang agunan;

7) Kewajiban-kewajiban dan pembatasan tindakan penerima kredit selama

masih berlakunya perjanjian kredit;

8) Tindakan-tindakan bank dalam rangka pengawasan dan penyelamatan kredit;

9) Tindakan-tindakan bank sewaktu-waktu dapat mengakhiri perjanjian kredit

dan untuk seketika menagih semua utang beserta bunga dan biaya lainnya yang timbul;

10) Pilihan domisili/forum/hukum apabila terjadi pertikaian di dalam

penyelesaian kredit antara bank dan nasabah penerima kredit;

11) Ketentuan mulai berlakunya perjanjian kredit dan penandatanganan perjanjian

kredit.5

6. Berakhirnya Perjanjian

Pasal 1319 KUHPerdata menetapkan semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu tunduk pada

5

Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 273.


(27)

14

peraturan-peraturan umum, hal ini menunjukkan bahwa perjanjian kredit merupakan perjanjian yang tidak dikenal di dalam KUHPerdata, namun perjanjian kredit juga harus tunduk pada ketentuan-ketentuan umum yang terdapat di dalam Buku III KUHPerdata. Berakhirnya atau hapusnya perjanjian terdapat pada Pasal 1381 KUHPerdata bahwa hapusnya atau berakhirnya perjanjian disebabkan oleh peristiwa-peristiwa, sebagai berikut:

a) Pembayaran

Pembayaran ini merupakan pemenuhan prestasi dari debitur, baik pembayaran utang pokok, bunga, denda, maupun biaya-biaya lainnya.

b) Subrogasi

Subrogasi terjadi apabila ada penggantian hak-hak oleh seorang pihak ketiga yang mengadakan pembayaran.

c) Novasi

Novasi yaitu dibuatnya suatu perjanjian kredit baru untuk atau sebagai pengganti perjanjian kredit yang lama.

Berakhirnya perjanjian disebabkan oleh peristiwa-peristiwa sebagai berikut:

a. Kompensasi

Kondisi ini dijalankan oleh bank, dengan cara mengkompensasikan barang jaminan debitur dengan utangnya kepada bank, sebesar jumlah jaminan yang di ambil tersebut.

b. Pembatalan perjanjian

Suatu perjanjian batal demi hukum maka tidak ada suatu perikatan hukum yang dilahirkan karenanya, dan barang sesuatu yang tidak ada tentu saja tidak bisa


(28)

15

hapus, apabila salah satu pihak akan membatalkan perjanjian yang tidak memenuhi syarat subjektif.

c. Daluwarsa

Menurut Pasal 1967 KUHPerdata, maka segala tuntutan hukum baik yang bersifat kebendaan, maupun yang bersifat perorangan hapus karena daluwarsa dengan lewatnya waktu 30 (tiga puluh) tahun, sedangkan yang menunjuk adanya

daluwarsa itu tidak berdasarkan atas suatu hak.6

C. Kredit Bermasalah (Non Performing Loan)

1. Pengertian Kredit

Pengertian Kredit disebutkan dalam ketentuan Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yaitu: Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

2. Pengertian Kredit Bermasalah (Non Performing Loan)

Kredit bermasalah adalah kredit yang tidak lancar atau kredit yang debiturnya tidak dapat memenuhi persyaratan yang diperjanjikan, misalnya persyaratan pembayaran bunga, pengambilan pokok pinjaman, peningkatan margin deposit,

pengikatan dan peningkatan agunan.7

6

M.Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian (Bandung: Alumni, 1986), hlm. 52. 7


(29)

16

3. Tahap-Tahap Kredit Bermasalah

Kolektibilitas kredit berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor

14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, sebagai berikut :

1) Kredit Lancar

Kredit lancar adalah kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga.

2) Kredit Dalam Perhatian Khusus

Apabila memenuhi kriteria:

a. Ada tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang melampaui 90 hari

b. Mutasi rekening relatif aktif

c. Jarang terjadinya pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan

d. Didukung oleh pelayanan baru

3) Kredit Kurang Lancar

Kredit kurang lancar yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 3 bulan dari waktu yang diperjanjikan.

2) Kredit Diragukan

Kredit diragukan yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 6 bulan atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan.


(30)

17

3) Kredit Macet

Kredit macet yaitu kredit yang pengembalian pokok dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari 1 tahun sejak jatuh tempo memuat jadwal yang telah diperjanjikan.

Kredit yang termasuk ke dalam kolektibilitas kredit bermasalah yaitu kolektibilitas 3, 4, dan 5 (kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet).

D. Tinjauan Tentang Pemerintah, Bank, dan Perusahaan Penjamin dalam pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat

Ada tiga (3) pilar penting dalam pelaksanaan program ini. Pertama adalah pemerintah, yaitu Bank Indonesia (BI) dan Departemen Teknis (Departemen Keuangan, Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Perindustrian, dan Kementerian Koperasi dan UKM). Pemerintah berfungsi membantu dan mendukung pelaksanaan pemberian berikut penjaminan kredit. Kedua, lembaga penjaminan yang berfungsi sebagai penjamin atas kredit dan pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan. Ketiga, perbankan sebagai penerima jaminan berfungsi menyalurkan kredit kepada UMKM dan Koperasi.

Lembaga penjaminan dalam program ini adalah PT. (Persero) Asuransi Kredit Indonesia (PT. Askrindo) dan Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo), Jamkrida Jatim dan Jamkrida Bali Mandara. Pihak ketiga pada program KUR ini yaitu Bank Penyalur yang terdiri dari tujuh (7) Bank Umum dan dua puluh enam (26) Bank Pembangunan Daerah (BPD). Keenam


(31)

18

Bank Umum penyalur KUR sampai saat ini adalah Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri dan Bank Bukopin. Adapun 13 BPD penyalur KUR diantaranya adalah: Bank Nagari, Bank DKI, Bank Lampung, Bank Jatim, Bank Jateng, BPD DIY, Bank Jabar Banten, Bank NTB, Bank

Kalbar, Bank Kalteng, Bank Kalsel, Bank Sulut, Bank Maluku, dan Bank Papua.8

Pihak-pihak yang terkait dengan penyaluran KUR di tingkat daerah disesuaikan dengan keberadaan masing-masing bank di daerahnya. Tujuh bank umum selaku penyalur secara umum berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Pada bank pembangunan daerah selaku bank penyalur tergantung daerah masing-masing sesuai dengan tugas penyaluran KUR sebagaimana disebutkan sebelumnya. Koordinasi program KUR secara umum dilakukan oleh TKPK Daerah melalui kelompok program Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil. Keberadaan TKPK di beberapa daerah didukung oleh Tim Percepatan Penyalur KUR dibawah koordinasi Biro Ekonomi Pemerintah Tingkat I dan II.

Pada pelaksanaannya KUR wajib dijaminkan ke pihak ketiga, pihak ketiga tersebut yaitu Perusahaan Penjamin. Penjaminan tersebut sifatnya otomatis bersyarat, yang artinya penjaminan otomatis atas kredit pembiayaan yang diberikan Bank kepada debitur tanpa perusahaan penjamin terlebih dahulu melakukan evaluasi kelayakan usaha debitur. Secara umum skema KUR yang telah disepakati antara bank pelaksana dengan perusahaan penjamin dan pemerintah adalah pembagian resiko. Pembagian resiko perusahaan penjamin 70% dan bank pelaksana 30%. Penilaian kelayakan terhadap usaha debitur sepenuhnya menjadi kewajiban bank pelaksana. UMKM dalam hal ini tidak

8http://komite-kur.go.id


(32)

19

dikenakan Imbal Jasa Penjamin (IJP), karena yang menanggung Imbal Jasa Penjamin (IJP) adalah Pemerintah. Pemerintah, melalui perusahaan penjamin hanya memberikan sebagian penjaminan terhadap Bank Pelaksana atas KUR yang diberikan kepada UMKMK. Perusahaan penjaminan mendapat Imbal Jasa Penjaminan (IJP) yang dibayar pemerintah, oleh sebab itu UMKMK wajib melunasi KUR yang diterima dari Bank Pelaksana.

E. Kredit Usaha Rakyat

1. Pengertian Kredit Usaha Rakyat

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 Tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat, pengertian KUR adalah kredit atau pembiayaan kepada UMKM-K (Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif .

2. Landasan Kredit Usaha Rakyat

Peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum Kredit Usaha

Rakyat, yaitu:

1) Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Lembaga Penjaminan,

2) Instruksi Presiden 6 Tahun 2007 Tanggal 8 Maret 2007 Tentang Kebijakan

Percepatan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKMK guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia,


(33)

20

3) Memorandum Of Understanding (MOU) antara Departemen Teknis,

Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan yang ditandatangani pada tanggal 9 Oktober 2007,

4) Addendum I Memorandum of Understanding (MOU) Departemen Teknis,

Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan yang ditandatangani pada tanggal 14 Februari 2008,

5) Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2008

Tentang Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan bagi UMKMK,

6) Perjanjian Kerja Sama antara Bank Pelaksana dengan Lembaga Penjaminan,

7) Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan KUR,

8) Addendum II Memorandum Of Understanding (MOU) Departemen Teknis,

Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan yang ditandatangani pada tanggal 12 Januari 2010,

9) Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor :

KEP-07/M.EKON/01/2010 Tentang Penambahan Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat,

10) Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan,

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Nomor :

KEP-01/D.I.M.EKON/01/2010 Tentang Standar Operasional dan Prosedur

Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.9

3. Tujuan Kredit Usaha Rakyat

Tujuan program KUR adalah mengakselerasi pengembangan kegiatan perekonomian di sektor riil dalam rangka penanggulangan dan pengentasan


(34)

21

kemiskinan serta perluasan kesempatan kerja. Secara lebih rinci, tujuan program KUR adalah sebagai berikut:

a) Mempercepat pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro,

Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK).

b) Meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkan UMKM & Koperasi

kepada Lembaga Keuangan.

c) Sebagai upaya penanggulangan/pengentasan kemiskinan dan perluasan

kesempatan kerja.10

4. Kredit Usaha Rakyat Ritel

KUR yang disalurkan Bank Lampung adalah KUR Ritel. Sumber dana KUR sepenuhnya berasal dari Bank. Plafond KUR Ritel di PT. Bank Lampung yaitu Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Pada pelaksanaan KUR Ritel, debitur wajib menyerahkan harta/benda yang memenuhi syarat diterima sebagai agunan sesuai ketentuan agunan yang berlaku.

5. Cara Mengakses Kredit Usaha Rakyat

Persyaratan umum untuk dapat menerima KUR bagi UMKMK adalah:

1) Tidak sedang menerima kredit/pembiayaan dari perbankan dan/atau yang tidak

sedang menerima Kredit Program dari Pemerintah;

2) Diperbolehkan sedang menerima kredit konsumtif (Kredit Kepemilikan

Rumah, Kredit Kendaraan Bermotor, Kartu Kredit, dan Kredit Konsumtif lainnya);

10http://tnp2k.go.id


(35)

22

3) Bagi UMKMK yang masih tercatat Sistem Informasi Debitur BI, tetapi yang

sudah melunasi pinjaman, maka diperlukan Surat Keterangan Lunas dari Bank sebelumnya;

4) Untuk KUR Mikro, tidak diwajibkan untuk dilakukan pengecekan Sistem

Informasi Debitur Bank Indonesia.

Putusan pemberian KUR sepenuhnya menjadi kewenangan Bank Pelaksana, sesuai dengan hasil analisa kelayakan usaha calon debitur. Dokumen legalitas dan perizinan yang minimal ada pada saat debitur mengajukan KUR kepada Bank antara lain:

1) Identitas diri nasabah, seperti KTP, SIM, Kartu Keluarga, dll.

2) Legalitas usaha, seperti akta pendirian, akta perubahan

3) Perizinan usaha, seperti SIU, TDP, SK Domisili, dll

4) Catatan pembukuan atau laporan keuangan


(36)

23

F. Kerangka Pikir

Keterangan:

Berdasarkan kerangka pikir di atas, penulis menguraikan program KUR memperoleh apresiasi yang tinggi dari masyarakat. Program KUR Ritel dalam pelaksanaannya ada tiga pihak yang terlibat yaitu pertama pihak perusahaan penjamin (PT. Askrindo), kedua pihak PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo dan ketiga pihak Debitur KUR Ritel. Pihak-pihak dalam pelaksanaan KUR Ritel menggunakan landasan hukum KUR yang ditetapkan oleh pemerintah guna

Landasan Hukum Kredit Usaha Rakyat (KUR)

PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo

Debitur KUR Ritel PT.Askrindo

KUR Ritel bermasalah

Mekanisme pemberian KUR Ritel

Faktor penyebab KUR Ritel bermasalah

Upaya hukum penyelesaian KUR Ritel


(37)

24

menjalankan program KUR tersebut. Pada pelaksanaannya KUR mengalami masalah pada pengembalian kredit oleh debitur sehingga mengakibatkan kerugian pada pihak bank. Berdasarkan masalah tersebut penulis dalam penelitian ini, tertarik untuk menganalisa tentang mekanisme pemberian KUR Ritel pada PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo, faktor-faktor yang menyebabkan KUR Ritel bermasalah dan upaya hukum yang dilakukan bank terhadap debitur KUR Ritel yang tidak mampu melaksanakan kewajibannya pada PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo.


(38)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya. Pada penelitian hukum akan diperiksa secara mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan

atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan.1

Berdasarkan segi fokus kajiannya, penelitian hukum dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu penelitian hukum normatif, penelitian hukum normatif-empiris atau

normatif-terapan, dan penelitian hukum empiris.2

Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif-empiris. Pendekatan normatif yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara mempelajari ketentuan dan kaidah berupa aturan hukumnya atau ketentuan hukum yang ada hubungannya dengan judul penelitian dan permasalahan yang di bahas. Pendekatan empiris yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mengadakan hubungan langsung terhadap

1

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997),hlm. 39. 2

Abdulkadir Muhammad, Hukum Dan Penelitian Hukum (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 52.


(39)

26

pihak-pihak yang di anggap mengetahui hal-hal yang ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang di bahas dalam penelitian ini.

Penelitian hukum normatif-empiris in action adalah penelitian hukum mengenai

pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi, Undang-Undang atau kontrak) secara pada setiap peristiwa hukum tertentu yang

terjadi dalam masyarakat.3

B. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer.

Data Primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara kepada Pimpinan beserta staff PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo dan debitur KUR PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo.

Data sekunder yang digunakan diperoleh dari bahan-bahan :

a) Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat, bahan hukum

primer yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah :

1) Undang-Undang Dasar 1945;

2) Undang-Undang No 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang No 10 Tahun 1998

Tentang Ketentuan Pokok Perbankan;

3) Undang-Undang No 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian;

4) Undang-Undang No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas;

5) Undang-Undang No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah;

6) Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Lembaga Penjaminan;

3Ibid.


(40)

27

7) Instruksi Presiden 6 Tahun 2007 Tanggal 8 Maret 2007 Tentang Kebijakan

Percepatan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKMK guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia;

8) Memorandum Of Understanding (MOU) antara Departemen Teknis,

Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan yang ditandatangani pada tanggal 9 Oktober 2007;

9) Addendum I Memorandum of Understanding (MOU) Departemen Teknis,

Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan yang ditandatangani pada tanggal 14 Februari 2008;

10) Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun

2008 tentang Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan bagi UMKMK;

11) Perjanjian Kerja Sama antara Bank Pelaksana dengan Lembaga

Penjaminan,

12) Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan KUR;

13) Addendum II Memorandum Of Understanding (MOU) Departemen

Teknis, Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan yang ditandatangani pada tanggal 12 Januari 2010;

14) Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor :

KEP-07/M.EKON/01/2010 Tentang Penambahan Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat;

15) Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan,


(41)

28

KEP-01/D.I.M.EKON/01/2010 Tentang Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat;

16) Petunjuk Teknis Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Lampung.

17) Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) PT. Bank Lampung

b) Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis serta memahami bahan hukum primer yang di ambil dari berbagai literatur seperti lembar permohonan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Ritel, Undang-Undang, peraturan terkait, hasil-hasil penelitian, karya ilmiah, dan literatur yang mendukung.

c) Bahan hukum tersier bahan-bahan penunjang lain yang ada keterkaitan dengan

pokok-pokok rumusan masalah, memberikan kejelasan terhadap apa isi informasi, dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, bukan apa yang ada dalam kajian bahan hukum, namun dapat dijadikan bahan analisa terhadap penerapan kebijakan hukum dilapangan, seperti kamus, ensiklopedia, buletin, majalah, artikel-artikel di internet, dan bahan-bahan lainnya yang sifatnya seperti karya ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Prosedur Pengumpulan Data


(42)

29

a) Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah data sekunder yang diperoleh dengan membaca,

mengutip literatur-literatur, mengkaji peraturan perundang-undangan,

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

b) Studi Lapangan

Data primer diperoleh dari studi lapangan dengan teknik wawancara. Dalam wawancara tersebut, digunakan teknik wawancara dengan bertatap muka langsung dengan narasumber.

2. Prosedur Pengolahan Data

Langkah selanjutnya setelah data terkumpul baik data primer maupun sekunder, dilakukan pengolahan data dengan cara ;

a) Seleksi Data, yaitu memilih mana data yang sesuai dengan pokok

permasalahan yang di bahas.

b) Pemeriksaan Data, yaitu meneliti kembali data yang diperoleh mengenai

kelengkapannya serta kejelasan dan kebenaran jawaban.

c) Klasifikasi Data, yaitu pengelompokan data menurut pokok bahasan agar

memudahkan dalam mendeskripsikannya.

d) Penyusunan data, yaitu data di susun menurut aturan yang sistematis sebagai

hasil penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang diajukan.


(43)

30

D.Analisis Data

Data yang telah diolah kemudian dianalis dengan menggunakan cara analisis kualitatif, yaitu dengan cara menginterprestasikan data dan memaparkan dalam bentuk kalimat sehingga melalui pembahasan tersebut memudahkan untuk membuat kesimpulan.


(44)

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:

1) Proses pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sarinem pada PT. Bank

Lampung KCP Gadingrejo dilakukan melalui beberapa tahap yang sesuai dengan Petunjuk Teknis Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Nomor: 70 Tahun 2012, yaitu: tahap permohonan kredit secara tertulis, tahap peninjauan dan analisa kredit, tahap pencairan kredit, tahap penandatanganan perjanjian kredit, tahap pengikatan agunan atau jaminan, dan tahap penarikan kredit.

2) Faktor penyebab KUR Ritel macet atas nama Sarinem pada PT.Bank Lampung

KCP Gadingrejo adalah wanprestasi (cidera janji) karena debitur tidak melunasi hutang kredit sebagaimana yang tercantum dalam Perjanjian Kredit antara Sarinem dan PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo.

3) Upaya hukum yang dapat dilakukan PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo

terhadap Sarinem yang tidak melunasi pembayaran kredit, yaitu atas hutang Sarinem yang sudah dibayarkan oleh PT. Askrindo berdasarkan Perjanjian Kerjasama antara PT. Bank Lampung dan PT. Askrindo perihal Penjaminan


(45)

61

KUR, maka PT. Bank Lampung tetap mempunyai kewajiban untuk mengupayakan pelunasan hutang Sarinem dengan cara penjualan jaminan berupa Tanah dan Bangunan dengan nilai taksasi Rp. 111.451.200,- (seratus sebelas juta empat ratus lima puluh satu ribu dua ratus rupiah).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyarankan:

1) Pihak Bank Lampung perlu melakukan sosialisasi program KUR agar dapat

dipahami oleh calon kreditur tentang manfaat dan mekanisme pengajuan KUR.

2) Berdasarkan faktor-faktor penyebab terjadinya permasalahan pelaksanaan

KUR maka perlu adanya peninjauan kembali tentang klausula perjanjian kredit, sehingga tidak terjadi ketidakseimbangan kewajiban dan hak antara debitur dan

kreditur serta perlu mengkaji ulang penilaian aspek character dalam tahap


(46)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Fuady, Munir. 1999. Hukum Perbankan Modern. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Harahap, Yahya. 1986, Segi – Segi Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni.

Hasanuddin , Rahman. 2003. Contract Drafting Seri Keterampilan Merancang

Kontrak Bisnis.Bandung: Citra Aditya Bakti.

Ibrahim, Johannes. 2004. Bank Sebagai Intermediasi Dalam Hukum Positif.

Bandung: CV Utomo.

Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan: Teori dan

Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.

Mahmoeddin, As. 2004. Melacak Kredit Bermasalah. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum Dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra

Aditya Bakti.

Nasroen Yasabari & Nina Kurnia Dewi. 2007. Penjaminan Kredit Mengantar

UKMK Mengakses Pembiayaan. Bandung: Alumni.

Sri Imaniyati, Neni. 2010. Pengantar Hukum Perbankan Indonesia. Bandung:

Refika Aditama.

Sunggono, Bambang. 1997. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Usman, Rachmadi. 2001. Aspek – Aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta:


(47)

2

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Bank Syariah

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum

Surat Keputusan Bank Indonesia No.26/4/BPPP tanggal 29 Mei 1993

C. Bahan Hukum Lain

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Perjanjian Kerjasama antara PT. Bank Lampung dengan PT. Askrindo Tentang Penjaminan KUR

Petunjuk Teknis Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) PT. Bank Lampung Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) PT. Bank Lampung

D. Website

http://depkop.go.id. diakses pada tanggal 23 November 2014.

http://tnp2k.go.id. diakses pada tanggal 23 November 2014.

http://komite-kur.go.id. diakses pada tanggal 23 November 2014.

http://www.wikipedia.com. diakses pada tanggal 28 Februari 2015.

http://banklampung.co.id. diakses pada tanggal 6 Maret 2015.

http://ditkumham.bappenas.go.id. diakses pada tanggal 16 Maret 2015.


(1)

a) Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah data sekunder yang diperoleh dengan membaca, mengutip literatur-literatur, mengkaji peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

b) Studi Lapangan

Data primer diperoleh dari studi lapangan dengan teknik wawancara. Dalam wawancara tersebut, digunakan teknik wawancara dengan bertatap muka langsung dengan narasumber.

2. Prosedur Pengolahan Data

Langkah selanjutnya setelah data terkumpul baik data primer maupun sekunder, dilakukan pengolahan data dengan cara ;

a) Seleksi Data, yaitu memilih mana data yang sesuai dengan pokok permasalahan yang di bahas.

b) Pemeriksaan Data, yaitu meneliti kembali data yang diperoleh mengenai kelengkapannya serta kejelasan dan kebenaran jawaban.

c) Klasifikasi Data, yaitu pengelompokan data menurut pokok bahasan agar memudahkan dalam mendeskripsikannya.

d) Penyusunan data, yaitu data di susun menurut aturan yang sistematis sebagai hasil penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang diajukan.


(2)

30

D.Analisis Data

Data yang telah diolah kemudian dianalis dengan menggunakan cara analisis kualitatif, yaitu dengan cara menginterprestasikan data dan memaparkan dalam bentuk kalimat sehingga melalui pembahasan tersebut memudahkan untuk membuat kesimpulan.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:

1) Proses pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sarinem pada PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo dilakukan melalui beberapa tahap yang sesuai dengan Petunjuk Teknis Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Nomor: 70 Tahun 2012, yaitu: tahap permohonan kredit secara tertulis, tahap peninjauan dan analisa kredit, tahap pencairan kredit, tahap penandatanganan perjanjian kredit, tahap pengikatan agunan atau jaminan, dan tahap penarikan kredit.

2) Faktor penyebab KUR Ritel macet atas nama Sarinem pada PT.Bank Lampung KCP Gadingrejo adalah wanprestasi (cidera janji) karena debitur tidak melunasi hutang kredit sebagaimana yang tercantum dalam Perjanjian Kredit antara Sarinem dan PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo.

3) Upaya hukum yang dapat dilakukan PT. Bank Lampung KCP Gadingrejo terhadap Sarinem yang tidak melunasi pembayaran kredit, yaitu atas hutang Sarinem yang sudah dibayarkan oleh PT. Askrindo berdasarkan Perjanjian Kerjasama antara PT. Bank Lampung dan PT. Askrindo perihal Penjaminan


(4)

61

KUR, maka PT. Bank Lampung tetap mempunyai kewajiban untuk mengupayakan pelunasan hutang Sarinem dengan cara penjualan jaminan berupa Tanah dan Bangunan dengan nilai taksasi Rp. 111.451.200,- (seratus sebelas juta empat ratus lima puluh satu ribu dua ratus rupiah).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyarankan:

1) Pihak Bank Lampung perlu melakukan sosialisasi program KUR agar dapat dipahami oleh calon kreditur tentang manfaat dan mekanisme pengajuan KUR.

2) Berdasarkan faktor-faktor penyebab terjadinya permasalahan pelaksanaan KUR maka perlu adanya peninjauan kembali tentang klausula perjanjian kredit, sehingga tidak terjadi ketidakseimbangan kewajiban dan hak antara debitur dan kreditur serta perlu mengkaji ulang penilaian aspek character dalam tahap peninjauan dan analisis kredit.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Fuady, Munir. 1999. Hukum Perbankan Modern. Bandung: Citra Aditya Bakti. Harahap, Yahya. 1986, Segi – Segi Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni.

Hasanuddin , Rahman. 2003. Contract Drafting Seri Keterampilan Merancang

Kontrak Bisnis.Bandung: Citra Aditya Bakti.

Ibrahim, Johannes. 2004. Bank Sebagai Intermediasi Dalam Hukum Positif. Bandung: CV Utomo.

Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan: Teori dan

Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.

Mahmoeddin, As. 2004. Melacak Kredit Bermasalah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum Dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Nasroen Yasabari & Nina Kurnia Dewi. 2007. Penjaminan Kredit Mengantar

UKMK Mengakses Pembiayaan. Bandung: Alumni.

Sri Imaniyati, Neni. 2010. Pengantar Hukum Perbankan Indonesia. Bandung: Refika Aditama.

Sunggono, Bambang. 1997. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Usman, Rachmadi. 2001. Aspek – Aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


(6)

2

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Bank Syariah

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum

Surat Keputusan Bank Indonesia No.26/4/BPPP tanggal 29 Mei 1993

C. Bahan Hukum Lain

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Perjanjian Kerjasama antara PT. Bank Lampung dengan PT. Askrindo Tentang Penjaminan KUR

Petunjuk Teknis Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) PT. Bank Lampung Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) PT. Bank Lampung

D. Website

http://depkop.go.id. diakses pada tanggal 23 November 2014.

http://tnp2k.go.id. diakses pada tanggal 23 November 2014.

http://komite-kur.go.id. diakses pada tanggal 23 November 2014.

http://www.wikipedia.com. diakses pada tanggal 28 Februari 2015.

http://banklampung.co.id. diakses pada tanggal 6 Maret 2015.

http://ditkumham.bappenas.go.id. diakses pada tanggal 16 Maret 2015.