PERBANDINGAN PENGUASAAN KONSEP TERMOKIMIA ANTARA MODEL LEARNING CYCLE 6 PHASE DENGAN LEARNING CYCLE 3 PHASE

(1)

PERBANDINGAN PENGUASAAN KONSEP TERMOKIMIA

ANTARA MODEL LEARNING CYCLE 6 PHASE DENGAN

LEARNING CYLE 3 PHASE

Oleh

Yani Efrina

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(2)

ABSTRAK

PERBANDINGAN PENGUASAAN KONSEP TERMOKIMIA ANTARA MODEL LEARNING CYCLE 6 PHASE

DENGAN LEARNING CYCLE 3 PHASE Oleh

YANI EFRINA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan penguasaan konsep termokimia antara model learning cycle 6 phase dengan model learning cycle 3 phase pada siswa MAN Krui Kabupaten Pesisir Barat. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA tahun ajaran 2012/2013. Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling, diperoleh kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen I dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen II. Penelitian ini menggunakan rancangan non equivalent pretest-posttest control group design. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata N-gain dengan penerapan model learning cycle 6 phase adalah sebesar 0,41 sedangkan rata-rata

N-gain dengan penerapan model learning cycle 3 phase adalah sebesar 0,27, Berdasarkan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran dengan model learning cycle 6 phase lebih tinggi dibandingkan model learning cycle 3 phase. Hal ini karena model learning cycle 6 phase memiliki tahap-tahap lebih terperinci dalam meningkatkan penguasaan konsep termokimia.

Kata kunci : model learning cycle 3 phase, model learning cycle 6 phase, penguasaan konsep termokimia


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle ... 9

B. Penguasaan Konsep ... 14

C. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 16

D. Kerangka Berpikir... ... 17

E. Anggapan Dasar ... 18

F. Hipotesis Umum Penelitian ... 19

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 20

B. Jenis dan Variabel Penelitian ... 20


(7)

D. Instrumen Penelitian ... 21

E. Pelaksanaan Penelitian ... 22

F. Hipotesis Statistik………. 23

G. Teknik Analisis Data ... 25

1. Analisis soal. ... 25

2. Analisis data penelitian dan pengujian hipotesis. ... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 34

1. Validitas ... 34

2. Reliabilitas ... 34

3. Tingkat kesukaran butir soal ... 35

4. Daya beda butir soal ... 35

B. Hasil Penelitian ... ... 35

1. Uji normalitas N-Gain ... 36

2. Uji homogenitas N-Gain ... 36

3. Uji kesamaan dua rata-rata ... 37

4. Uji perbedaan dua rata-rata... 37

C. Pembahasan ... 38

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus ... 51

2. RPP kelas learning cycle 6 phase ... 54

3. RPP kelas learning cycle 3 phase... 89

4. LKS kelas learning cycle 6 phase ... 122

5. LKS kelas learning cycle 3 phase ... 166

6. Lembar observasi siswa learning cycle 6 phase ... 202


(8)

8. Lembar observasi kinerja guru learning cycle 6 phase... 226

9. Lembar observasi kinerja guru learning cycle 3 phase... 238

10.Kisi-kisi soal pretest dan posttest ... 250

11.Soal pretest dan posttest ... 253

12.Kunci jawaban soal pretest dan posttest ... 261

13.Hasil uji analisis soal ... 262

14.Data nilai siswa ... 268

15.Hasil pengujian hipotesis ... 270


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkai-an kegiatrangkai-an komunikasi rangkai-antara mrangkai-anusia yaitu rangkai-antara orrangkai-ang yrangkai-ang belajar disebut siswa dan orang yang mengajar disebut guru. Dalam proses belajar mengajar, guru akan menghadapi siswa yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, se-hingga guru dalam proses belajar mengajar tidak akan lepas dengan masalah hasil belajar siswanya, yang merupakan alat untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi yang telah diajarkan. Jadi inti dari proses pembelajaran adalah bagaimana siswa mampu menguasai materi pelajaran secara optimal (Hidayat, 2011).

Penguasaan materi dapat dilihat dari sejauh mana siswa menerima pelajaran dan seberapa jauh daya serap serta kemampuan siswa untuk memahami materi pelajar-an tersebut. Karena hasil belajar bpelajar-anyak tergpelajar-antung pada seberapa besar materi pelajaran diserap oleh seorang siswa, sehingga siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dan berguna untuk mengembangkan kehidupannya di-masa yang akan datang.


(10)

Salah satu prasyarat yang harus diwujudkan selama proses pembelajaran adalah bagaimana guru mampu meningkatkan atau membangun partisipasi aktif siswa. Oleh karena itu aktifitas dan kreatifitas guru dalam memotivasi siswa untuk ter-libat langsung dan aktif dalam pembelajaran merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan belajar dan lancarnya kegiatan be-lajar mengajar tersebut, yang mana hal ini akan berpengaruh pada penguasaan konsep siswa (Hidayat, 2011).

Banyak faktor yang mempengaruhi penguasaan konsep siswa, diantaranya adalah materi pelajaran, tujuan pembelajaran, model pengajaran, sarana dan prasarana. Salah satu cara untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa adalah dengan me-nerapkan model pengajaran yang tepat, karena model pengajaran merupakan bagian yang penting dalam proses belajar mengajar dan kemampuan yang di-harapkan dapat dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh penggunaan model yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri di dalam suatu tujuan. Model apa yang cocok agar siswa dapat berfikir kritis, logis, dapat memecahkan masalah dengan terbuka, kreatif, inovatif serta tidak membosankan merupakan pertanyaan yang tidak mudah dijawab, karena masing-masing metode dan model mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah telah menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum ini merupakan hasil revisi dari kurikulum sebelumnya. Ber-dasarkan KTSP kegiatan pembelajaran dirancang dan dikembangkan berBer-dasarkan karakteristik standar kompetensi, kompetensi dasar, potensi peserta didik, daerah dan lingkung-an (Muslich, 2008).


(11)

Materi pokok termokimia merupakan salah satu materi pokok yang terdapat pada pelajaran kimia SMA kelas XI semester Ganjil. Materi pokok ini membahas tentang termokimia yang merupakan penerapan dari Hukum I termodinamika dan kaitannya dengan reaksi kimia. Dalam termokimia dibahas tentang pengertian termokimia yang meliputi energi yang dimiliki setiap zat, azas kekekalan energi, entalpi dan perubahan entalpi. Reaksi eksoterm dan reaksi endoterm, persamaan termokimia, entalpi molar, dan perhitungan perubahan entalpi berdasarkan hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan, dan data energi ikatan. Materi ini me-rupakan materi yang menyajikan fakta-fakta tentang peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dalam mempelajarinya siswa harus mampu mengerti dan memahami konsep-konsep materi yang ada dalam pelajaran terse-but. Materi ini tergolong dalam materi sulit, karena selain berupa hafalan juga berupa hitungan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA MAN Krui Kabupaten Pesisir Barat, pembelajaran yang dilakukan sudah mengacu pada student centered (berpusat pada siswa) dan mengajak siswa untuk meng-amati langsung fenomena yang terjadi pada proses pembelajaran. Namun, pada materi pokok termokimia guru bidang studi cenderung menggunakan metode ceramah disertai latihan soal. Alasan yang dikemukakan guru bidang studi adalah kurangnya waktu pembelajaran oleh karena itu kegiatan praktikum tidak dilaku-kan pada proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilakudilaku-kan kurang mem-bimbing siswa sehingga menyebabkan masih rendahnya rata-rata penguasaan konsep siswa. Dilihat dari kompetensi dasarnya, konsep termokimia adalah suatu pembelajaran yang bersifat konkret. Pembelajaran ini dapat dilakukan dengan


(12)

metode eksperimen sehingga siswa dapat membangun konsep termokimia dengan meng-amati setiap fenomena yang terjadi selama praktikum. Hal ini sangat sesuai deng-an prinsip pembelajaran konstruktivisme dimana siswa sendiri yang dipacu untuk menemukan konsep dalam dirinya, sehingga ilmu yang diperoleh siswa diharap-kan dapat bertahan lama.

Salah satu model pembelajaran yang bersifat konstruktivisme adalah pembelajar-an siklus (learning cycle). Pembelajaran melalui model siklus belajar mengharus-kan siswa membangun sendiri pengetahuannya dengan memecahmengharus-kan permasalah-an ypermasalah-ang dibimbing lpermasalah-angsung oleh guru. Pemerolehpermasalah-an konsep baru akpermasalah-an ber-dampak pada konsep yang telah dimiliki siswa. Siswa harus dapat mengkan konsep yang baru dipelajari dengan konsep-konsep lain dalam suatu hubung-an hubung-antar konsep. Konsep yhubung-ang baru harus diorghubung-anisasikhubung-an denghubung-an konsep-konsep lain yang telah dimiliki. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk meng-asimilasi informasi dengan cara mengeksplorasi lingkungan, mengakomodasi informasi dengan cara mengembangkan konsep, mengorganisasikan informasi dan menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang berbeda (Fajaroh dan Dasna, 2008).

Learning cycle adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) dan merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pembelajar dapat meng-uasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif Renner et al (Fajaroh dan Dasna, 2007).


(13)

Learning cycle pada mulanya terdiri dari 3 tahap yaitu, tahap eksplorasi (exploration), tahap penjelasan konsep (explaination), dan tahap penerapan

konsep (elaboration). Seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, saat ini learning cycle 3phase telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi

learning cycle 5 phase , learning cycle 6 phase, dan learning cycle 7 phase

Fajaroh dan Dasna (Septiyani, 2012).

Dalam pembelajaran learning cycle6 phase terdiri dari tahap-tahap engagement, exploration, explaination, echo, extension, dan evaluation. Pada tahap

engagement (pendahuluan), guru mengeksplorasi pengetahuan awal serta mem-bangkitkan keingintahuan siswa terhadap topik yang akan diajarkan. Pada tahap

exploration (eksplorasi),siswa diberi kesempatan untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan-kegiatan seperti eksperimen dan telaah literatur. Pada tahap

explaination (penjelasan), guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri. Pada tahap echo (penguatan), guru memberikan penguatan terhadap konsep yang telah diperoleh siswa pada tahap exploration.

Pada tahap extension (penerapan), siswa menerapkan konsep yang telah mereka terima pada situasi baru. Pada tahap akhir, yaitu evaluation (evaluasi), dilakukan evaluasi terhadap pengetahuan dan penguasaan konsep siswa. Dengan adanya keenam tahap tersebut siswa diberi kesempatan untuk mengasimilasi informasi dengan cara mengeksplorasi lingkungan, mengakomodasi informasi dengan cara mengembangkan konsep, mengorganisasikan informasi dan menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang berbeda (Fajaroh dan Dasna, 2008).


(14)

Fitri (2011) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran learning cycle 3 phase untuk meningkatan penguasaan konsep siswa pada materi pokok Reaksi Oksidasi Reduksi di SMA Budaya Bandar Lampung. Dari hasil penelitiannya pembelajaran learning cycle 3 Phase

lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan penguasaan konsep pada materi Reaksi Oksidasi Reduksi SMA Budaya Bandar Lampung.

Ayuwulanda (2011) melakukan penelitian mengenai perbandingan penguasaan konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan antara pembelajaran inkuiri terbim-bing dengan model pembelajaran learning cycle 6phase dalam pembelajaran kimia di SMAN 1 Pringsewu. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa setelah me-nerapkan model pembelajaran learning cycle 6phase pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan terjadi peningkatan rata-rata tiap jenis aktivitas on task

siswa (aktivitas mengerjakan LKS, bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan dari guru, mem-beri pendapat) dari siklus ke siklus.

Berdasarkan data dan latar belakang uraian di atas, maka dianggap perlu dilaku-kan penelitian untuk mengetahui perbandingan penguasaan konsep kimia khusus-nya pada materi termokimia antara siswa yang diberi pembelajaran learning cycle 6 phase dengan siswa yang diberi pembelajaran learning cycle 3 phase yang berjudul “Perbandingan Penguasaan Konsep Termokimia antara Model Learning Cycle 6 Phase dengan Learning Cycle 3 Phase”.


(15)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep termokimia antara model

learning cycle 6 phase dengan learning cycle 3 phase pada siswa MAN Krui? 2. Rata-rata penguasaan konsep manakah yang lebih tinggi antara model

learning cycle 6 phase dengan learning cycle 3 phase pada siswa MAN Krui?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan rata-rata nilai penguasaan konsep termokimia antara model

learning cycle 6 phase dengan learning cycle 3 phase pada siswa MAN Krui.

2. Rata-rata nilai penguasaan konsep termokimia siswa yang lebih tinggi antara model learning cycle 6 phase dengan learning cycle 3 phase siswa MAN Krui.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manpaat : 1. Manfaat bagi guru :

Dapat memberikan alternatif dalam memilih model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan pada pembelajaran termokimia kimia kelas XI IPA MAN Krui.


(16)

Siswa mendapat pengalaman belajar yang baru sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan konsep termokimia. 3. Manfaat bagi sekolah :

Memberikan informasi mengenai model learning cycle6 phase dan learning cycle3 phase.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Materi pokok pada penelitian ini adalah termokimia.

2. Populasi penelitian ini adalah kelas XI IPA semester ganjil MAN Pesisir Barat Tahun Ajaran 2012-2013.

3. Sampel penelitian ini adalah kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 2 MAN Pesisir Barat Tahun Ajaran 2012-2013.

4. Penguasaan konsep termokimia dilihat dari nilai siswa pada materi pokok termokimia yang diperoleh melalui pretest dan posttest.

5. Model learning cycle 3 phase merupakan model pembelajaran yang disusun berdasarkan 3 tahap pembelajaran, yaitu: exploration phase (eksplorasi),

explaination phase (penjelasan konsep), dan elaboration phase (penerapan konsep) (Fajaroh dan Dasna, 2008).

6. Model learning cycle 6 phase merupakan model pembelajaran yang disusun berdasarkan 6 tahap pembelajaran, yaitu: engagementphase

(persiapan/pendahuluan), exploration phase (eksplorasi), explaination phase

(penjelasan konsep), elaboration phase (penerapan konsep) , echo phase (penguatan konsep) dan evaluation phase (evaluasi) (Fajaroh dan Dasna, 2008).


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Learning Cycle

Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik (Hirawan, 2009). Learning cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan (phase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga belajar dapat me-nguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pem-belajaran dengan jalan berperan aktif. Model learning cycle termasuk ke dalam pendekatan kontruktivisme karena siswa sendiri yang mengkonstruksi pe-mahamannya Fajaroh dan Dasna (Septiyani, 2012)

Menurut Karplus dan Their (Fajaroh dan Dasna, 2007), learning cycle pada mulanya terdiri dari 3 phase (3 tahap) , yaitu eksplorasi (exploration), penjelasan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept application). Pada tahap eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum, menganalisis artikel, mendiskusikan fenomena alam, mengamati fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain. Dari kegiatan ini diharapkan timbul ketidakseimbangan dalam struktur mentalnya (cognitive disequilibrium) yang ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang


(18)

mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana (Dasna, 2005).

Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan indikator kesiapan siswa untuk menempuh tahap berikutnya, tahap pengenalan konsep (concept

introduction). Pada tahap ini diharapkan terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti me-nelaah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada tahap ini siswa mengenal istilah-istilah yang berkaitan dengan konsep-konsep baru yang sedang dipelajari.

Pada tahap terakhir, yakni aplikasi konsep (concept application), siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan seperti problem solving (menyelesaikan problem-problem nyata yang berkaitan) atau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena siswa mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari Karplus dan Their (Fajaroh dan Dasna, 2007)

Tahapan dalam learning cycle 3 phase adalah sebagai berikut: 1. Exploration phase (Tahap eksplorasi)

Pada tahap ini guru menyajikan fakta atau fenomena yang berkaitan dengan konsep yang akan diajarkan. Siswa menyelidiki fenomena tersebut dengan bimbingan minimal sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan atas masalah yang tidak dapat mereka pecahkan dengan pola penalaran yang biasa mereka lakukan. Tahap ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk gunakan pengetahuan awalnya dalam mengobservasi, memahami, serta


(19)

meng-komunikasikannya pada orang lain berdasarkan konsep-konsep yang telah mereka ketahui. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melibatkan siswa se-cara aktif dalam suatu aktivitas yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan motivasi belajar. Di samping itu kegiatan pada tahap ini memungkinkan siswa mengingat kembali konsep yang telah dimilikinya.

1. Explanation phase (Tahap penjelasan konsep)

Pada tahap ini siswa mengemukakan gagasan-gagasan kemudian didiskusikan dalam konteks apa yang telah diamati selama tahap eksplorasi. Guru mem-berikan penguatan terhadap jawaban atau gagasan yang diungkapkan siswa. Selain itu, guru mengenalkan istilah-istilah, memberikan penjelasan, meng-usulkan alternatif pemecahan, atau memperbaiki miskonsepsi siswa. Siswa dengan bimbingan guru mengorganisasikan datanya untuk menemukan ke-teraturan atau hubungan antar konsep.

2. Elaboration phase (Tahap penerapan konsep)

Tahap ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan konsep-konsep yang telah diperoleh pada tahap-tahap sebelumnya untuk menyelesai-kan persoalan dalam konteks yang berbeda. Siswa menerapmenyelesai-kan konsep yang telah mereka dapat pada situasi baru, baik untuk memahami sifat-sifat konsep lebih jauh (materi pengayaan) atau dalam konteks kehidupan sehari-hari. Guru membantu menginterpretasi dan menggeneralisasi hasil pengalaman siswa. Siswa memperoleh penguatan dan pengembangan struktur mental yang baru.


(20)

Learning cycle 3 phase saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi

learning cycle 5 phase , learning cycle 6 phase , dan learning cycle 7 phase . Pada learning cycle5 phase, ditambahkan engagementphase (persiapan) sebelum

explorationphase dan ditambahkan pula evaluationphase (evaluasi) pada bagian akhir siklus. Sekarang ini learning cycle 5 phase dikenal dengan istilah LC 5E

(Engagement, Exploration, Explaination, Elaboration, dan Evaluation), Lorsbach (Fajaroh dan Dasna, 2007). Pada learning cycle6 phase ditambahkan phase echo

sesudah phase explain, sehingga pembelajaran learning cycle6 phase sering juga disebut dengan pembelajaran learning cycle 6E yang terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut:

Tahapan dalam learning cycle 6 phase adalah sebagai berikut:

1. Fase Pendahuluan (Engagement) Tahap engagement bertujuan mempersiapkan diri siswa agar terkondisi dalam menempuh phase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Dalam fase engagement ini minat dan keingintahuan siswa tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula siswa diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan di-pelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi.

2. Fase Eksplorasi (Exploration)

Pada fase exploration, siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji


(21)

prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.

3. Fase Penjelasan (Explaination)

Pada fase explaination, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini siswa menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari.

4. Fase Penguatan Konsep (Echo)

Pada fase echo, siswa memperkuat konsep yang telah diperoleh pada fase

exploration. Peran guru pada phase echo mengkonfirmasi penguasaan konsep oleh siswa dan memberikan tambahan dukungan atau informasi serta pengalaman tambahan jika diperlukan.

5. Fase Penerapan Konsep (Extention)

Pada fase extention, siswa menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving.

6. Fase Evaluasi (Evaluation)

Pada tahap akhir, evaluation, dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi siswa melalui problem solving dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong siswa melakukan investigasi lebih lanjut.


(22)

Kimia yang merupakan komponen dari mata pelajaran IPA di SMA akan sangat sesuai bila dalam pembelajarannya menggunakan model pembelajaran learning cycle, mengingat kimia merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa alam secara molekuler. Siswa diharapkan dapat membangun sendiri pengetahuan kognitif melalui indera untuk melihat gejala-gejala yang ada di sekitarnya dan kedudukan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari perencanaan (terutama perangkat pembelajaran), pelaksanaan (terutama pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses pembimbingan) dan evaluasi berfungsi mengetahui sejauh mana pengetahuan yang diperoleh.

B. Penguasaan Konsep

Menurut Dahar (1998) konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan ber-hubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Selanjutnya Syaiful (Ernawati, 2009) menyatakan bahwa konsep diperoleh dari fakta-fakta, peristiwa, pengalaman generalisasi dan berpikir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkan. Konsep merupa-kan abstraksi dan ciri-ciri dari sesuatu yang dapat mempermudah komunikasi untuk berpikir, dengan demikian tanpa adanya konsep belajar akan sangat terhambat. Kemampuan abstrak itu disebut pemikiran konseptual. Sebagian besar materi pembelajaran yang dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep.


(23)

Semakin banyak konsep yang dimiliki seseorang, semakin banyak alternatif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Penguasaan konsep merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan be-lajar yang merupakan kegiatan kompleks. Setelah proses bebe-lajar dilakukan maka keberhasilan proses itu akan dapat dilihat dalam suatu tes penguasaan konsep. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2002).

Setelah belajar seseorang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Hasil dari rangkaian kegiatan kompleks adalah kapabilitas. Timbul-nya kapabilitas tersebut dari : (1) Stimulasi yang berasal dari lingkungan. (2) Proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar.

Penguasaan konsep dasar yang baik akan membantu dalam pembentukan konsep-konsep yang lebih kompleks untuk menemukan suatu prinsip. Dengan memiliki penguasaan konsep, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pemikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sagala (2007).

Penguasaan konsep adalah buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip hukum dari suatu teori, konsep tersebut diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman melalui generalisasi dan berfikir abstrak.

Dengan adanya penguasaan konsep, siswa dapat memecahkan masalah dan me-mudahkan siswa untuk dapat mempelajari konsep-konsep yang lain, sehingga hasil belajar dapat optimal.


(24)

C. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah media berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Media pembelajaran adalah alat bantu untuk me-nyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pem-belajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran akan memudahkan bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Menurut Sriyono (Sarinah, 2009) Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut Prianto dan Harnoko (Sarinah, 2009) manfaat dan tujuan LKS antara lain:

1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. 2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.

4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran.

5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai melalui kegiatan belajar.

7. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Pada proses belajar mengajar, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa mendalami materi dari suatu materi pokok atau submateri pokok mata pelajaran yang telah atau sedang diajarkan. LKS digunakan untuk mening-katkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.


(25)

D.Kerangka Berpikir

Upaya memperbaiki mutu pendidikan diprioritaskan dengan memperbaiki proses pembelajaran. Perbaikan proses pembelajaran tersebut salah satunya dengan me-nerapkan model pengajaran kuasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan penguasaan konsep termokimia oleh siswa melalui penerapan pem-belajaran learning cycle 6 phase dengan penguasaan konsep termokimia oleh siswa melalui penerapan pembelajaran learning cycle 3 phase. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran learning cycle 6 phase (X1) dan

learning cycle 3 phase (X2), Sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep termokimia oleh siswa (Y). learning cycle 6 phase dan learning cycle 3 phase merupakan model pembelajaran yang dapat diterapkan pada pelajaran kimia, dan diharapkan mampu meningkatkan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep kimia siswa yang dilihat dari hasil belajar siswa ranah kognitif (melalui pemberian pretest dan

posttest). Dilihat dari tahap-tahap pembelajaran pada learning cycle 6 phase dan

learning cycle 3 phase, secara teoritis tahap-tahap pembelajaran pada learning cycle 6 phase lebih mendetail dibandingkan dengan learning cycle 3 phase, sehingga diharapkan rata-rata penguasaan konsep termokimia oleh siswa yang diberi pembelajaran learning cycle 6 phase akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan learning cycle 3 phase.

Berlandaskan keterangan tersebut maka kerangka berfikir dalam penelitian ini terangkum dalam gambar berikut.


(26)

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas XI IPA semester ganjil MAN Krui Kabupaten Pesisir Barat tahun pelajaran 2012/2013 yang menjadi populasi penelitian mempunyai ke-mampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Tingkat kedalaman dan keluasan materi yang dibelajarkan sama. 3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan penguasaan konsep

termokimia siswa kelas XI IPA semester ganjil MAN Krui Kabupaten Pesisir Barat tahun pelajaran 2012/2013 diabaikan.

Learning cycle 6 phase (X1) Learning cycle 3 phase (X2)

1. Engagement phase

(Persiapan)

2. Exploration phase

(Eksplorasi)

3. Explainationphase

(Penjelasan konsep)

4. Echophase

(Penguatan Konsep)

5. Extenxion phase

(Penerapan konsep)

Evaluation phase 6. (Evaluasi)

1. Exploration phase

(Eksplorasi)

2. Explainationphase

(Penjelasan konsep)

3. Elaborationphase

(Penerapan Konsep)

Penguasaan Konsep (Y) Penguasaan Konsep (Y)


(27)

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep termokimia antara model

learning cycle 6 phase dengan learning cycle 3 phase .

2. Rata-rata penguasaan konsep termokimia dengan model learning cycle 6 phase lebih tinggi daripada learning cycle 3 phase.


(28)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester ganjil MAN Krui Kabupaten Pesisir Barat tahun ajaran 2012/2013. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sukardi, 2007). Penentuan sampel didasarkan pada per-timbangan nilai rata-rata uji blok pertama yang mempunyai nilai rata-rata kelas yang sama atau hampir sama. Dari tiga kelas XI IPA, sampel yang diambil adalah siswa kelas XI IPA1 sebagai kelas eksperimen I yang diberi perlakuan mengguna-kan model learning cycle 6 phase, dan siswa kelas XI IPA2 sebagai kelas

eksperimen II yang diberi perlakuan menggunakan model learning cycle 3 phase.

B.Jenis dan Variabel Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan desain non equivalent pretest-posttest control group design. Penelitian ini ber-tujuan untuk mengetahui perbandingan penguasaan konsep termokimia antara model learning cycle 3 phase dengan learning cycle6 phase pada siswa MAN Krui Kabupaten Pesisir Barat.

Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model


(29)

learning cycle 3 phase dan model learning cycle 6 phase. Sebagai variabel terikat adalah penguasaan konsep termokimia siswa MAN Krui Kabupaten Pesisir Barat.

Tabel 1. Desain penelitian

Sampel Penelitian Pre test Perlakuan Post test

Siswa kelas XI IPA1 O1 X1 O2

Siswa kelas XI IPA2 O1 X2 O2

Keterangan:

X1 : Model learning cycle 6 phase X2 : Model learning cycle 3 phase

O1 : pretest sebelum proses pembelajaran O2 : posttest setelah proses pembelajaran

C.Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode tes, yaitu untuk memperoleh data primer yang bersifat kuantitatif. Data hasil tes tersebut digunakan untuk analisis pengujian hipotesis.

D. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa soal-soal pretest dan

posttest untuk mengetahui penguasaan konsep siswa pada materi termokimia. Dalam pelaksanaannya kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II diberikan soal yang sama. Soal pretest dan posttest yang digunakan terdiri dari 20 soal pilihan jamak. Soal tersebut dirancang sesuai dengan kebutuhan untuk memperoleh data kuantitatif penguasaan konsep siswa dengan model learning cycle 3 phase dan


(30)

model learning cycle6 phase. Untuk memperoleh hasil penelitian yang bisa di-pertanggung jawabkan maka instrumen yang digunakan harus valid, daya pem-beda tidak jelek dan reliabel. Soal pretest dan posttest yang digunakan dalam pe-nelitian ini akan dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran terlebih dahulu sebelum digunakan.

E. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Melakukan observasi di kelas XI IPA MAN Krui Kabupaten Pesisir Barat. 2. Menentukan populasi dan sampel.

3. Mempersiapkan instrumen.

4. Menguji validitas, reliabilitas, tingkat kesukan dan daya beda instrumen pada siswa XII MAN Krui.

5. Melaksanakan pretest di kedua kelas.

6. Pelaksanaan proses pembelajaran di masing-masing kelas dengan model pembelajaran yang berbeda.

7. Pelaksanaan posttest di kedua kelas. 8. Menganalisis data.

9. Penarikan kesimpulan. 10.Penulisan laporan penelitian.

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian, seperti ditunjukkan pada alur berikut.


(31)

Gambar 2. Alur Penelitian

F. Hipotesis Statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).Hipotesis pertama :

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep termokimia antara model learning cycle 3 phase dengan learning cycle6 phase pada siswa MAN Krui.

Observasi Pendahuluan

Mempersiapkan instrumen Menentukan Populasi

dan Sampel

Kelas Eksperimen I Pretest Kelas Eksperimen II

Posttest Model 3 phaselearning cycle

Model learning cycle 6 phase

Analisis Data

Kesimpulan Validasi instrumen


(32)

H0 : µ1 = µ2

H1 : Ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep termokimia antara model

learning cycle 3 phase dengan learning cycle6 phase pada siswa MAN Krui.

H1 : µ1≠ µ2

Jika dalam pengujian statistik ternyata terima Ho atau tolak Ho , maka pengujian dilanjutkan dengan hipotesis berikut:

Hipotesis kedua:

H0 : Rata-rata penguasaan konsep termokimia siswa dengan pembelajaran

learning cycle 6 phase lebih rendah atau sama dengan pembelajaran

learning cycle 3 phase. H0 : µ1≤ µ2

H1 : Rata-rata penguasaan konsep termokimia siswa dengan pembelajaran

learning cycle 6 phase lebih tinggi dari pembelajaran learning cycle 3 phase.

H0 : µ1 > µ2

Keterangan:

µ1 : Rata-rata penguasaan konsep termokimia siswa dengan pembelajaran

learning cycle 6 phase.

µ2 : Rata-rata penguasaan konsep termokimia siswa dengan pembelajaran


(33)

G. Teknik Analisis Data 1. Analisis soal

a. Validitas dan reliabilitas instrumen

Data evaluasi yang baik sesuai dengan kenyataan disebut data valid, agar dapat data yang valid maka dilakukan pengujian terhadap butir soal pretest dan postest yang akan digunakan. Validitas adalah suatu ukuran yang me-nunjukan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk variabel penguasaan konsep siswa dihitung validitas butir soal atau validitas item. Dalam penelitian ini, pengujian validitas dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

=

Keterangan :

rix = Koefisien korelasi item-total x = Skor item

y = Skor total

n = Banyaknya subjek

Sebagai acuan (Rusman, 2008) uji validitas dapat dilihat dari tabel 2 untuk kriteria valid atau tidak valid untuk masing-masing butir soal yang akan digunakan.

Tabel 2. Makna validitas butir soal


(34)

> 0,30 Valid (Diterima) 0,10 – 0,30 Tidak Valid (Direvisi)

<0,10 Tidak Valid (Ditolak)

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena instrumen yang akan digunakan sudah baik. Sesuatu instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Dalam hal ini dilakukan uji reliabilitas menggunakan program SPSS 16.0 dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Pilih program SPSS 16.0.

2) Siapkan variabel yang akan digunakan, dan menuliskan pada layar variabel (Variable View) yaitu nomor soal.

3) Memasukkan skor setiap siswa sesuai variabelnya pada layar data (DataView).

4) Klik menu Analyze.

5) Pilih menu scale, reliability analysis.

6) Pada bagian statistic aktifkan kotak cek item, scale, dan scaleif item delete.

7) Klik continue lalu Ok.

8) Untuk menentukan reliabilitas dilihat dari nilai alpha, jika nilai alpha lebih besar dari r tabel maka bisa dikatakan reliabel.

Kriteria dari hasil uji reliabilitas untuk masing-masing butir soal dapat dilihat keterangannya seperti pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Makna reliabilitas butir soal

Angka korelasi Makna


(35)

0,900 – 0,999 Sangat tinggi 0,700 – 0,899 Tinggi 0,400 – 0,699 Sedang 0,200 – 0,399 Rendah

< 0, 199 Tidak ada korelasi

b. Daya beda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda soal ditentukan dengan rumus:

keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar


(36)

Klasifikasi daya pembeda soal: D < 0,00 : Tidak baik.

0,00 < D ≤ 0,20 : Jelek 0,20 < D ≤ 0,40 : Cukup 0,40 < D ≤ 0,70 : Baik 0,70 < D ≤ 1,00 : Baik sekali

(Arikunto, 2002)

c. Tingkat kesukaran.

Tingkat kesukaran soal dapat ditentukan dengan menggunkan rumus:

N

x

p

Keterangan:

p = tingkat kesukaran

x = banyaknya peserta tes yang menjawab benar N = jumlah peserta tes

Surapratana (2006) mengkatagorikan tingkat kesukaran butir soal pada Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Kategori tingkat kesukaran

Nilai p Kategori

P < 0,3 Sukar

0,3 ≤ p ≤ 0,7 Sedang


(37)

2. Analisis data dan pengujian hipotesis a. N - gain

Penguasan konsep termokimia siswa baik pada kelompok perlakuan learning cycle 6 phase maupun pada kelompok perlakuan learning cycle 3 phase dihitung dengan rumus sebagai berikut (Hake, 2002):

Kriteria interpertasi N-Gain yang dikemukakan oleh Hake, yaitu: g > 0,7 (N- gain tinggi)

0,3 < g < 0,7 (N-gain sedang) g < 0,3 (N- gain rendah)

b. Uji normalitas.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.

Hipotesis untuk uji normalitas :

H0 = data penelitian berdistribusi normal H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal

Pengujian normalitas ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:

1) Buka lembar kerja/file input normalitas.

2) Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Descriptive Statistic

Explore.

3) Masukkan variabel yang akan diuji ke dalam independentlist.

N-gain = nilai posttest - nilai pretest nilai maksimum - nilai pretest


(38)

4) Pada display, pilih plots.

5) Pada box plots beri tanda pada factor levels together, pada descriptive beri tanda untuk normality plots with test. Klik continue, klik ok.

6) Terima H0 jika pada kolmogorov-smirnov nilai sig > 0.05 dan tolak H0 jika pada kolmogorov-smirnov nilai sig ≤ 0.05.

c. Uji homogenitas

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak.

H0 = data penelitian mempunyai varians yang homogen H1 = data penelitian mempunyai varians yang tidak homogen

Pengujian homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0. Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :

1) Buka lembar kerja.

2) Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Compare Means One Way Anova.

3) Masukkan variabel N - gain ke dalam dependentlist dan variabel kelas ke dalam factor list.

4) Pada options, pilih homogenity of variance test. 5) Klik continue, klik ok.


(39)

d. Pengujian hipotesis

Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji parametik (Sudjana, 1996). Dalam penelitian ini digunakan uji-t dengan program SPSS 16.0

1) Uji kesamaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata penguasaan konsep termokimia antara model learning cycle 3 phase dengan learning cycle 6 phase pada siswa MAN Krui.

a) Rumusan hipotesis

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep termokimia antara model

learning cycle 3 phase dengan learning cycle6 phase pada siswa MAN Krui.

H1 : Ada perbedaan rata-rata penguasaan termokimia antara model learning cycle

3 phase dengan pembelajaran learning cycle 6 phase pada siswa MAN Krui.

b) Langkah statistik

Langkah uji-t dengan menggunakan SPSS 16.0 yaitu sebagai berikut: 1. Buka lembar kerja.

2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Compare Means One Way Anova.

3. Masukkan variabel N – gain ke dalam test variable dan variabel kelaske dalam grouping variable.


(40)

c) Kriteria uji

Menurut Pidekso (2009), kriteria ujinya adalah terima H0 jika thitung < ttabel dan tolak H0 jika sebaliknya.

2) Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui rata-rata penguasaan konsep termokimia mana yang lebih tinggi antara model learning cyle 3 phase

dengan learning cycle 6 phase pada siswa MAN Krui.

a) Rumusan hipotesis

H0 : Rata-rata penguasaan konsep termokimia siswa dengan model learning

cycle 6 phase lebih rendah atau sama dengan learning cyle 3 phase. H1 : Rata-rata penguasaan konsep termokimia siswa dengan model

learning cycle 6 phase lebih tinggi dari learning cyle 3 phase.

b) Langkah uji

Langkah uji-t dengan menggunakan SPSS 16.0 yaitu sebagai berikut: 1. Buka lembar kerja.

2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Compare Means

Independent-sample T test.

3. Masukkan variable N - gain ke dalam test variable dan variabel kelaske dalam grouping variable.

4. Klik define groups kemudian ketik 1 pada group 1 dan ketik 2 pada group 2. 5. Klik continue, klik ok.


(41)

Menurut Pidekso (2009) kriteria ujinya adalah tolak H0 jika thitung > ttabel dan terima H0 jika sebaliknya.


(42)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada perbedaan rata- rata penguasaan konsep termokimia antara penerapan

model learning cycle 6 phase dengan learning cycle 3 phase.

2. Rata-rata penguasaan konsep termokimia dengan penerapanmodel learning cycle 6 phase lebih tinggi daripada learning cycle 3 phase.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Dalam pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle 6 phase dan

learning cycle 3 phase harus memperhatikan alokasi waktu, karena dalam pelaksanaannya pembelajaran dengan menggunakan kedua model tersebut membutuhkan manajemen waktu yang baik. Terutama pembelajaran dengan

learning cycle 6 phase, karena model ini membutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan learning cycle 3 phase.

2. Sebaiknya, LKS yang harus dikerjakan oleh siswa diberikan minimal sehari sebelum proses pembelajaran berlangsung, agar siswa mendapat gambaran materi yang akan dipelajari.


(43)

3. Penelitian ini lebih menekankan pada hasil belajar ranah kognitif, sedangkan ranah afektif dan psikomotor tidak diteliti. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian serupa dengan variabel yang lebih kompleks yaitu hasil belajar ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotornya.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Ayuwulanda, A. 2011. Perbandingan Penguasaan konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan antara Penerapan Pembelajara Inkuiri Terbimbing dengan Pembelajaran Learning Cycle 6 Phase. (Eksperimen pada siswa kelas XI SMAN 1 Pringsewu TP 2010-2011). Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Dasna, I.W. 2005. Kajian Model Siklus Belajar (Learning Cycle) Dalam Pembelajaran Kimia. Makalah seminar Nasional MIPA dan

Pembelajarannya. FMIPA UM. Malang.

Dahar, R. W. 1998. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah dan Aswan, Z. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Ernawati, N. 2009. Efektivitas Pembelajaran Course Review Horay Terhadap Pemahaman Konsep Materi Pokok Bahasan Sudut pada Siswa Kelas VIII Semester II di SMP AL Islam Surakarta (Penelitian Eksperimen, Tahun Pelajaran 2008-2009). Diakses 26 Februari 2010 dari http://etd.eprints. ums.ac.id./4697/I/A4/10050097.pdf.

Fajaroh, F. dan I. W. Dasna. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif:

Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). UM PRESS. Malang.

Fajaroh, F. dan I. W. Dasna. 2008 . Model-Model Pembelajaran Inovatif: Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). UM PRESS. Malang.

Fitri, U.N. 2011. Efektivitas Pembelajaran Learning Cycle 3 E untuk

MeningkatkanKeterampilan Berkomunikasi dan Penguasaan Konsep pada Materi Reaksi Oksidasi Reduksi. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(45)

Hake ,R.R. 2002. Relationship Of Individual Student Normalized Learning Gains In Mechanics With Gender, High-School Physics, And Pretest Scores On Mathematics And Spatial Visualization. Diakses 03 Februari 2012 dari http://www.physics.indiana.edu/~hake.

Hidayat, A.K. 2011. Perbandingan Penguasaan Konsep Termokimia Antara Pembelajaran Dengan Metode Tanya Jawab Berbasis Keterampilan Generik Sains Dengan Tanya Jawab Konvensional. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hirawan, I.K.A. 2009. Model Siklus Belajar (Learning Cycle). Diakses 25 Agustus 2012 dari http://16315603-model-siklus-belajar.pdf.

Muslich, M. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Bumi Aksara. Jakarta.

Ketawang, P. 2012. Penerapan Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together pada Materi Termokimia

(Eksperimen pada siswa kelas XI SMAN 1 Gadingrejo TP. 20011-2012).

Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Pidekso, A. 2009. SPSS 17 Untuk Pengolahan Data Statistik. Wahana Komputer dan Penerbit Andi. Yogyakarta.

Sagala, Syaiful. 2007 . Konsep dan Makna Pembelajaran . Bandung: Alfabeta. Sarinah. 2009. Pembelajaran Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa pada materi pokok laju reaksi(PTK Pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Wijaya Bandar Lampung TP 2009-2010). Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Septiyani, 2012. Perbandingan Penguasaan konsep Laju reaksi antara

Penerapan Pembelajara Learning Cycle 5 Fase dengan Pembelajaran Learning Cycle 3 Fase. (Eksperimen pada siswa kelas XI SMA 13 Bandar Lampung TP 2011-2012). Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta. Bandung.

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Sudjana, N. 1996. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.


(1)

c) Kriteria uji

Menurut Pidekso (2009), kriteria ujinya adalah terima H0 jika thitung < ttabel dan tolak H0 jika sebaliknya.

2) Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui rata-rata penguasaan konsep termokimia mana yang lebih tinggi antara model learning cyle 3 phase dengan learning cycle 6 phase pada siswa MAN Krui.

a) Rumusan hipotesis

H0 : Rata-rata penguasaan konsep termokimia siswa dengan model learning

cycle 6 phase lebih rendah atau sama dengan learning cyle 3 phase.

H1 : Rata-rata penguasaan konsep termokimia siswa dengan model

learning cycle 6 phase lebih tinggi dari learning cyle 3 phase.

b) Langkah uji

Langkah uji-t dengan menggunakan SPSS 16.0 yaitu sebagai berikut: 1. Buka lembar kerja.

2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Compare Means Independent-sample T test.

3. Masukkan variable N - gain ke dalam test variable dan variabel kelaske dalam grouping variable.

4. Klik define groups kemudian ketik 1 pada group 1 dan ketik 2 pada group 2. 5. Klik continue, klik ok.


(2)

33

Menurut Pidekso (2009) kriteria ujinya adalah tolak H0 jika thitung > ttabel dan terima H0 jika sebaliknya.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada perbedaan rata- rata penguasaan konsep termokimia antara penerapan

model learning cycle 6 phase dengan learning cycle 3 phase.

2. Rata-rata penguasaan konsep termokimia dengan penerapanmodel learning

cycle 6 phase lebih tinggi daripada learning cycle 3 phase.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Dalam pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle 6 phase dan

learning cycle 3 phase harus memperhatikan alokasi waktu, karena dalam

pelaksanaannya pembelajaran dengan menggunakan kedua model tersebut membutuhkan manajemen waktu yang baik. Terutama pembelajaran dengan

learning cycle 6 phase, karena model ini membutuhkan waktu yang lebih

lama jika dibandingkan dengan learning cycle 3 phase.

2. Sebaiknya, LKS yang harus dikerjakan oleh siswa diberikan minimal sehari sebelum proses pembelajaran berlangsung, agar siswa mendapat gambaran materi yang akan dipelajari.


(4)

48

3. Penelitian ini lebih menekankan pada hasil belajar ranah kognitif, sedangkan ranah afektif dan psikomotor tidak diteliti. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian serupa dengan variabel yang lebih kompleks yaitu hasil belajar ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotornya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ayuwulanda, A. 2011. Perbandingan Penguasaan konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan antara Penerapan Pembelajara Inkuiri Terbimbing dengan Pembelajaran Learning Cycle 6 Phase. (Eksperimen pada siswa kelas XI SMAN 1 Pringsewu TP 2010-2011). Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Dasna, I.W. 2005. Kajian Model Siklus Belajar (Learning Cycle) Dalam Pembelajaran Kimia. Makalah seminar Nasional MIPA dan

Pembelajarannya. FMIPA UM. Malang.

Dahar, R. W. 1998. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah dan Aswan, Z. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Ernawati, N. 2009. Efektivitas Pembelajaran Course Review Horay Terhadap Pemahaman Konsep Materi Pokok Bahasan Sudut pada Siswa Kelas VIII Semester II di SMP AL Islam Surakarta (Penelitian Eksperimen, Tahun Pelajaran 2008-2009). Diakses 26 Februari 2010 dari http://etd.eprints. ums.ac.id./4697/I/A4/10050097.pdf.

Fajaroh, F. dan I. W. Dasna. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif:

Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). UM PRESS.

Malang.

Fajaroh, F. dan I. W. Dasna. 2008 . Model-Model Pembelajaran Inovatif:

Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). UM PRESS.

Malang.

Fitri, U.N. 2011. Efektivitas Pembelajaran Learning Cycle 3 E untuk

MeningkatkanKeterampilan Berkomunikasi dan Penguasaan Konsep pada Materi Reaksi Oksidasi Reduksi. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(6)

50

Hake ,R.R. 2002. Relationship Of Individual Student Normalized Learning Gains In Mechanics With Gender, High-School Physics, And Pretest Scores On Mathematics And Spatial Visualization. Diakses 03 Februari 2012 dari http://www.physics.indiana.edu/~hake.

Hidayat, A.K. 2011. Perbandingan Penguasaan Konsep Termokimia Antara Pembelajaran Dengan Metode Tanya Jawab Berbasis Keterampilan Generik Sains Dengan Tanya Jawab Konvensional. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hirawan, I.K.A. 2009. Model Siklus Belajar (Learning Cycle). Diakses 25 Agustus 2012 dari http://16315603-model-siklus-belajar.pdf.

Muslich, M. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Bumi Aksara. Jakarta.

Ketawang, P. 2012. Penerapan Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together pada Materi Termokimia

(Eksperimen pada siswa kelas XI SMAN 1 Gadingrejo TP. 20011-2012).

Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Pidekso, A. 2009. SPSS 17 Untuk Pengolahan Data Statistik. Wahana Komputer dan Penerbit Andi. Yogyakarta.

Sagala, Syaiful. 2007 . Konsep dan Makna Pembelajaran . Bandung: Alfabeta. Sarinah. 2009. Pembelajaran Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa pada materi pokok laju reaksi(PTK Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Wijaya Bandar Lampung TP 2009-2010). Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Septiyani, 2012. Perbandingan Penguasaan konsep Laju reaksi antara

Penerapan Pembelajara Learning Cycle 5 Fase dengan Pembelajaran Learning Cycle 3 Fase. (Eksperimen pada siswa kelas XI SMA 13 Bandar Lampung TP 2011-2012). Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta. Bandung.

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Sudjana, N. 1996. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.