Pengertian Hukum Tanah dan Hak Penguasaan

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hukum Tanah dan Hak Penguasaan

Hukum tanah mengatur salah satu aspek yuridis di bidang pertanahan yang sering disebut sebagai hak – hak penguasaan atas tanah. 12 Ketentuan hukum yang mengatur hak penguasaan atas tanah dan dapat disusun menjadi satu inilah yang disebut dengan HUKUM TANAH. Tanah dapat digunakan dalam pengertian yang berbeda, oleh karena itu perlu ada batasan agar diketahui dalam istilah apa tanah tersebut digunakan. Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan definisi tanah, yaitu: 13 Permukaan atau lapisan bumi yang atas sekali; keadaan bumi di suatu tempat; permukaan bumi yang diberi batas; permukaan bumi yang terbatas yang ditempati suatu bangsa yang diperintah oleh suatu negara atau menjadi daerah Negara; dan, bahan dari bumi, bumi sebagai bahan sesuatu Pasir, napal, cadas dan sebagainya. 12 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang – Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, cetakan keduabelas, Djambatan, Jakarta, 2008. Hal.17 13 http:pusatbahasa.kemdiknas.go.idkbbiindex.php oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional diunduh pada tanggal 5 Desember 2011 jam 17.00 12 Sementara itu menurut hukum adat tanah mempunyai arti lebih spesifik karena sifatnya yang religius serta hubungan masyarakat atau kelompok manusia dengan tanah yang tidak dapat dipisahkan atau disebut juga dengan istilah komunalitik religious. 14 Istilah ini memungkinkan penguasaan tanah secara individual, dengan hak-hak atas tanah yang bersifat pribadi, sekaligus mengandung kebersamaan. 15 Sifat komunalistik religious ini ditunjukkan oleh Pasal 1 ayat 2, yang menyatakan bahwa “Seluruh bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.” Dalam hukum tanah, sebutan tanah diberi batas pengertian oleh Undang – Undang Pokok Agraria yaitu, permukaan bumi. 16 Pada awalnya agraria berasal dari bahasa latin yaitu “ager”, dimana artinya ladang atau tanah. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agraria adalah urusan pertanian atau tanah pertanian atau urusan kepemilikan 14 Ibid Hal. 18 15 Ibid 16 Ibid 13 tanah. 17 Akan tetapi dalam UUPA pengertian agraria dimaknai dengan arti yang sangat luas yaitu bumi, air dan kekayaan yang terkandung dalamnya. Oleh karena itu maka muncul banyak hal yang berkaitan tentang tanah. Peraturan yang mengatur tentang tanah, antara lain: a. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 33 ayat 3. b. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1956 tentang Peraturan-Peraturan dan Tindakan-Tindakan Mengenai Tanah-Tanah Perkebunan. c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria. d. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang perkebunan. e. Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria Nomor 11 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan dan Syarat-Syarat Dalam Pemberian Hak Guna Usaha Kepada Pengusaha Swasta Nasional. f. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 167KptsKB.110390 tentang Pembinaan dan Penertiban Perkebunan Besar Swasta Khususnya Kelas IV dan Kelas V. g. PP Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah. 17 http:pusatbahasa.kemdiknas.go.idkbbiindex.php oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional 14 h. PP Nomor 36 Tahun 1998 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar. Makna dari penguasaan dan menguasai dapat dipakai dalam arti fisik juga yuridis. Dalam arti fisik secara nyata mengatakan pemegang hak menguasai tanah tanah dalam penguasaan. Penguasaan dalam arti yuridis dilandasi ileh hak yang dilindungi hukum dan umumnya member kewenangan pada pemegang hak untuk menguasai secara fisik tanah yang menjadi haknya. Tetapi juga ada penguasaan yuridis yang biarpun member kewenangan untuk menguasai tanah yang menjadi haknya secara fisik, tetapi pada kenyataannya penguasaan fisiknya dilakukan pihak lain. Dalam hukum tanah kita dikenal juga penguasaan yuridis yang tidak member kewenangan untuk menguasai tanah yang bersangkutan secara fisik. Dalam setiap hukum tanah terdapat pengaturan mengenai berbagai hak penguasaan atas tanah. Demikian juga UUPA menetapkan tata jenjanghierarki hak penguasaan atas tanah dalam hukum tanah material: 18 a. Hak Bangsa Indonesia, sebagai hak penguasaan atas tanah yang tertinggi, beraspek hukum keperdataan dan hukum publik 18 Boedi Harsono,Op. Cit Hal 208 15 b. Hak Menguasai dari Negara yang bersumber pada Hak Bangsa, dan beraspek hukum publik semata. Pelaksanaan sebagai kewenangannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain dalam bentuk hak pengelolaan. c. Hak–hak penguasaan individual, yaitu hak atas tanah sebagai individual yang semuanya secara langsung ataupun tidak langsung bersumber pada hak bangsa, yang terdiri atas : - Hak – Hak atas tanah Pasal 4 • Primer : Hak Milik; HGU; HGB; yang diberikan oleh Negara dan Hak Pakai yang diberikan oleh Negara Pasal 16 • Sekunder : Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai yang diberikan oleh pemilik tanah, Hak Gadai, Hak Usaha bagi hasil; Hak Menumpang; Hak Sewa dll Pasal 37, 41 dan 53 - Wakaf Pasal 49, hak individu berasal dari hak milik yang sudah diwakafkan dan punya sifat serta kedudukan khusus dalam Hukum Tanah Nasional. Dalam perkembangannya wakaf tidak hanya berupa barang dan benda tetap tanah tetapi juga bisa benda lain yang punya nilai ekonomis. UU Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf mengatur mengenai harta benda wakaf yang terdiri atas benda bergerak dan tidak bergerak. 16 - Hak jaminan atas tanah yang disebut hak tanggungan : • Hak tanggungan Pasal 23, Pasal 33, Pasal 39, Pasal 51 • Fidusia Undang – Undang Nomor 16 Tahun 1985 Mengenai hak – hak atas tanah dalam Undang–Undang Pokok Agraria diatur pada: a. Pasal 4 ayat 1 “Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam – macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang – orang,baik sendiri maupun bersama – sama dengan orang – orang lain serta badan – badan hukum” b. Pasal 4 ayat 2 “Hak – hak atas tanah yang dimaksud dengan ayat 1 Pasal ini memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada diatasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas – batas menurut undang – undang ini dan peraturan – peraturan hukum lain yang lebih tinggi.” 17

B. Asas – Asas Dalam Pelaksanaan Pengadaan Tanah