BAB V BEST PRACTICE KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH
A. Best Practice
Prinsip yang dianut dalam tulisan ini adalah selain “pengalaman merupakan guru yang terbaik” maka “belajar dari keberhasilan
dianggap lebih baik daripada belajar dari kesalahan.”
Untuk itu keberhasilan yang telah dicapai oleh lembaga
pendidikan sekolah dalam mengembangkan
kewirausahaan di
sekolahnya dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga
untuk diketuktularkan
kepada sekolah lain yang belum berhasil dan ada upaya untuk meraih keberhasilan apa yang diharapkan.
Sebelum mendeskripsikan bentuk keberhasilan yang dicapai oleh sekolah tertentu dalam mengembangkan kewirausahaan di
sekolahnya perlu dipahami pengertian dan syarat best practice sebagai berikut:
1. Berhasil dalam waktu lama. Pada konteks pendidikan khususnya di sekolah banyak karya telah dihasilkan oleh warga sekolah yang
bernuansa kewirausahaan, baik dalam aspek pengajaran, manajerial, supervisi dan evaluasi maupun aspek pelayanan
prima yang meningkatkan kinerja organisasi sekolah secara
37
BEST PRACTICE
Robert D. Herman and David O. Renz. More These on Nonprofit Organization
Effectiveness, 2004: 10
Kriteria Best practice: 1 Berhasil dalam waktu lama;
2 Menunjukkan manfaat yang dapat dikuantifikasi;
3 Kreatif Inovatif; 4 Diakui hasilnya positif jika dikuantifikasi
hasilnya terukur; 5 Dapat direplikasi;
6 Relevan diadopsi dalam organisasi; dan 7 Tidak terkait dengan ciri unik organisasi
dapat digeneralisasi.
umum dan kinerja aspek tertentu di sekolah. Pada aspek manajerial, oleh kepala sekolah dikembangkan pendekatan dalam
pembuatan keputusan yang berbasis partisipasi warga sekolah guru, staf, komite sekolah, orang tua siswa, masyarakat dan
dunia usaha, pemerintah, pers dan LSM. Hasil yang dicapai tersebut bertahan dalam waktu yang relatif lama karena
senantiasa dijaga dan dipertahankan oleh aktor yang terlibat di dalamnya.
2. Menunjukkan manfaat yang dapat
dikuantifikasi. Kemanfaatan atau
utilitas hasil kreasi inovatif
yang dihasilkan di sekolah
baik oleh kepala sekolah, guru, staf
maupun siswa tentu saja dapat diketahui
jumlah dan
tingkatannya. 3. Kreatif dan inovatif.
Unsur kreatif dan inovatif dan produk,
proses, lingkungan, mode, model dan
perilaku tertentu
terlihat dari kebaruan,
38
Nadar, CEO perusahaan Novell, adalah orang pertama yang menciptakan istilah koopetition.
Istilah koopetition kemudian diperkenalkan dalam penelitian strategi oleh Brandenburger, Stuart dan
Nalebuff pada tahun 1996. Koopetition secara sederhana dipahami sebagai hibrid antara kompetisi
dan koperasi. Jadi, perilaku kreatif kelompok dalam bentuk hibrid antara perilaku kompetitif dan
perilaku koperatif disebut perilaku koopetitif. Pemahaman ini diinspirasi oleh pemikiran Dagnino
mengenai strategi koopetition sebagai bentuk baru dinamika hubungan antar perusahaan untuk
mengkreasi nilai. Jika Dagnino dan pakar lainnya menerapkan konsep koopetitif dari Nadar ini pada
level antar-perusahaan, maka dalam tulisan ini konsep koopetitif diadaptasi sebagai salah satu ciri
perilaku kreatif pegawai pada level kelompok. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kerjasama dan
persaingan terjadi pada level individu, kelompok, perusahaan, atau antar perusahaan.
John Shepler. Coopetition vs Competition: When Cooperating with Your Competitors is Good
Business
Strategy, http:www.johnshepler.comarticlescoopetition.ht
ml , diakses 24 Nopember 2004, h. 1-5; Amy C. Rea.
The Cooperative Side of Competition: Coopetition, http:www.writeedge.comarticlesCoopetitions.asp
, diakses 24 Nopember 2004, 1-3.
keunikan dan kemanfaatan produk atau layanan tersebut, termasuk kualitasnya yang – minimal – diukur berdasarkan
persepsi pemanfaat. Dalam tulisan ini dipahami bahwa sesuatu dianggap kreatif dan inovatif ketika terlihat baru, unik atau lebih
bermanfaat ketika diterapkan di sekolah tertentu. 4. Diakui hasilnya positif. Sebenarnya, banyak hasih karya yang
dapat dianggap sebagai best practice baik yang dilakukan oleh warga sekolah maupun oleh warga masyarakat. Namun, kriteria
best practice yang diakui hasilnya positif dikhususkan kepada sesuatu hasil pemikiran kreatif dan tindakan atau produk inovatif
yang dinilai baik oleh para pengguna atau lembaga yang berkompeten.
5. Dapat direplikasi. Kreativitas dan inovasi dalam berbagai aspek metode pengajaran atau manajerial yang hasilnya telah terbukti
dapat diterapkan oleh orang guru, kepala sekolah yang sama atau oleh orang lain pada konteks yang sama pada waktu yang
berbeda atau pada konteks yang berbeda pada waktu yang sama. 6. Relevan diadopsi dalam organisasi. Ciri best practice ini
melengkapi ciri sebelumnya poin 5 ketika suatu bentuk kewirausahaan sekolah baik berupa metode pengarajan atau
teknik manajerial dihasilkan melalui percobaan dalam ruang simulasi sudah dapat diterapkan atau dilaksanakan di sekolah.
7. Tidak terkait dengan ciri unik organisasi. Suatu best practice meskipun pada mulanya dikreasi oleh suatu organisasi dan boleh
jadi menjadi “nama samaran” organisasi tersebut, namun diharapkan ciri best practice tersebut juga teraplikasi dan
mencirikan organisasi lain.
39
R. Penerapan Semangat Kewirausahaan di Sekolah