Setelah pihak administrasi mengetahui besar pinjaman yang diajukan calon debitur, pihak administrasi kemudian mengelompokkan kedalam pinjama
angsuran atau berjangka agar pihak koperasi mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan jika terjadi penunggakan angsuran.
3. Kesesuaian persyaratan kelengkapan kredit.
Analisis kredit melakukan kunjungan ke lapangan untuk mengetahui bagaimana keadaan calon debitur dan identitasnya apakah sesuai dengan KTP,
KK atau Surat Nikah yang diajukan sebagai persyaratan kredit. Setelah pengecekan dilakukan sama atau falid dan telah dinyatakan layak, maka proses
kredit selanjutnya dapat dilaksanakan.
4. Pengendalian kredit dengan 5C.
Setelah persyaratan yang ditentukan oleh koperasi dipenuhi dan sesuai keadaan dilapangan. Setiap koperasi menerapkan asas 5C dalam pemberikan
kredit agar mengurangi risiko dan meminimalkan kredit macet. Semakin pihak koperasi ketat dalam menerapkan azas 5C maka akan kecil pula risiko kredit yang
bisa menimbulkan kredit macet, karena pihak koperasi benar-benar memperhatikan kelayakan calon debitur dalam penerimaan kredit.
Penilaian pemberian kredit dengan azas 5C adalah sebagai berikut: a. Character Kepribadianwatak.
Penilaian kepribadianwatak calon nasabah dilakukan oleh pihak KSP Artha Prima, sebelum pemberian kredit kepada calon nasabah dibutuhkan suatu
informasi-informasi yang berkaitan dengan calon nasabah untuk memenuhi kewajiban yang ada dalam aturan yang sudah di sepakati oleh pihak KSP Artha
Prima dengan calon nasabahnya. Penilaian yang dilakukan oleh pihak KSP Artha Prima antara lain meliputi: perilaku, tanggung jawab, kedisiplinan diri, moral,
maupun sifat-sifat pribadinya. Cara yang dapat dilakukan oleh pihak KSP Artha Prima untuk melakukan penilaian watak tersebut adalah dengan meneliti riwayat
calon debitur, reputasi calon debitur dilingkungan bisnisusahanya dan riwayat hubungan. Dengan demikian tidak akan terjadi kegagalan dalam pemberian kredit
yang disebabkan karena kesalahan dalam melakukan penilaian terhadap watak calon nasabah.
b. Capasity Kemampuan atau kesanggupan. KSP Artha Prima melakukan analisis kemampuan kepada calon nasabah.
Analisis kemampuan tersebut diuraikan ke dalam kemampuan finansial dan manajerial. Kedua kemampuan tersebut saling berkaitan dan mendukung
performance calon nasabah, karena kemampuan finansial merupakan hasil kerja kemampuan manajerial calon nasabah. Kemampuan finansial dimaksudkan
sebagai suatu penilaian kepada nasabah mengenai kemampuan untuk membayar kewajiban-kewajibannya secara tepat waktu dari kegiatan usaha yang
dijalankannya. Hal ini dilakukan guna memperlancar jalannya proses pemberian kredit kepada calon nasabah.
c. Capital Modal atau kekayaan. KSP Artha Prima melakukan analisis modal untuk menilai kemampuan
pendanaan atau modal sendiri dari calon nasabah. Tujuan dilakukannya analisis
modal untuk mengetahui kemampuan sendiri debitur dalam memikul beban pembiayaan yang dibutuhkan dan kemampuan dalam menanggung beban risiko
risk sharing yang mungkin dialami oleh calon nasabah. Modal sendiri ini tidak harus dalam bentuk uang tunai tetapi dapat berupa barang-barang seperti tanah,
bangunan, rumah serta fasilitas-fasilitas yang digunakan oleh calon nasabah. Seperti perhiasan, mobil atau motor.
d. Collateral Jaminan. KSP Artha Prima melakukan analisis jaminan kepada calon nasabah.
Analisis jaminan dalam hal ini merupakan penilaian barang-barang jaminan yang diserahkan oleh calon nasabah sebagai jaminan atas fasilitas kredit yang
diterimanya. Jaminan yang dimaksud terbagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Jaminan benda berwujud seperti kendaraan bermotor atau emas. 2. Jaminan benda tidak berwujud yaitu surat-surat yang dijadikan jaminan
seperti sertifikat rumah, tanah, STNK dan BPKB. e. Condition of Economy.
Analisis kondisi yang dimaksud disini adalah kondisi diluar kontrol atau faktor-faktor yang berada di luar kemampuan KSP untuk mengatasi atau
mempengaruhinya kondisi faktor ekstern. Hal ini dilakukan agar dapat melakukan penilaian terhadap kondisi dan prospek usaha, maka pihak KSP Artha
Prima perlu mempelajari dan mengikuti perkembangan masalah-masalah ekonomi, politik, budaya, kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah setempat,
peraturan-peraturan moneter, perpajakan, anggaran belanja dan pendapatan
negara. Dengan demikian pihak KSP dapat memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa depan melancarkan usaha calon nasabah.
Walaupun di KSP Artha Prima menggunakan beberapa faktor dari 5C yang dijadikan dasar dalam penilaian-penilaian pemberian kredit, pada
kenyatannya masih ada debitur yang tidak lancar atau macet dalam membayar kewajibannya. Faktor condition of economy sangat jarang dilakukan pihak
koperasi, karena pihak koperasi sudah memberikan kepercayaan bahwa masa depan debitur bisa melunasi kewajibannya. Kecuali untuk debitur yang
mengajukan kredit usaha, pihak koperasi harus tetap menggunakan faktor codition of economy untuk mengetahui prospek atau tidaknya usaha yang hendak
dilakukan.
5. Pengendalian Kredit dengan 7P