PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR BAWAH TANAH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(1)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR BAWAH TANAH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

YOSAN DWI NOVAYANTO

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penghambat dan pelaksanaan pemungutan pajak air bawah tanah sebagai upaya peningkatan pendapatan asli daerah kabupaten Lampung Tengah. Data yang telah diolah menggunakan cara analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menginterpretasikan data dan memaparkan dalam bentuk kalimat untuk menjawab permasalahan pada bab-bab selanjutnya dan melalui pembahasan tersebut diharapkan permasalahan tersebut dapat terjawab sehingga memudahkan untuk ditarik kesimpulan dan saran dari permasalahan tersebut.

Pelaksanaan pemungutan pajak air bawah tanah di Lampung Tengah adalah melakukan survei langsung ke lapangan untuk mengecek pengguna air bawah tanah secara monitoring dan evaluasi, perhitungan dengan alat water meter untuk mengetahui hasil dari perhitungan pajak air tanah, pelaksanaan pemungutan pajak air bawah tanah adalah Dinas, Kepala Dinas bertanggung jawab untuk menghitung Pajak Air Tanah dengan melibatkan Dinas Teknis. Sedangkan kendala-kendala adalah berbagai peraturan pelaksanaan undang-undang yang sering kali tidak konsisten dengan undang-undangnya, kurangnya pembinaan antara pajak daerah dengan pajak nasional, database yang masih jauh dari standar internasional, lemahnya penegakan hukum (law enforcement) terhadap kepatuhan membayar pajak bagi penyelenggara negara, kurangnya atau tidak adanya kesadaran masyarakat.

Kata Kunci : Pajak Air Bawah Tanah, Pendapatan Asli Daerah Lampung Tengah


(2)

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR BAWAH TANAH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

Yosan Dwi Novayanto

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(3)

Judul Slcripsi PELAKSANAAI{ PEMUNGUTAIY. PAJAK

AIRBAWAII

TANAI{ SEBAGAI T]PAYA PEI\IINGKATAN PENDAPATAI\I ASLI KABT]PATEN LAMPT]NG TENGAH

Sbsn

{Drwt

Q[mtaynto

09r2011084

Hukum Administrasi Negara Hukudr

NamaMahasiswa No. Pokok Malrasisrana Bagian

Fakultas

. Yuswanto,

S.H.,

.Ilum,,t

NIP

t962hs1.4 198703 1003

s.H, M.Ir.

NIP','19610805 198903

I

005

2Ketua--ffffiiNegara

t:,ilw1'

upikn"ffin,

$.h., Lr.H.

NrP

19600606 1s703 2012

I


(4)

MENGESAIIKANI

l.

Tim Penguji

Ketua

: I)r.

Yuswanto, SJL, M.Hum.

SekretariVAnggota

:

Syamsir $yamsu,

Sfl.,

M.H.

Penguji Utama

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 0? Oktober 2013

a tJOtt.+


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Yosan Dwi Novayanto. Dilahirkan di Lampung Tengah, pada tanggal 5 November 1990. Merupakan putra kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sulisdiyono.S dan Ibu Lalas Nurmalasari.

Pendidikan Formal yang ditempuh di awali di TK Satya Dharma Sudjana Gunung Madu, Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 1997, SD Negeri 01 Gunung Madu Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2003, kemudian melanjutkan pada SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2006 serta pada tahun 2009 menyelesaikan pendidikan di SMA UTAMA 2 Bandar Lampung.

Pada Tahun 2009 penulis Terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur (PKAB) dan pada tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Marga Mulya, Kecamatan Gunung Terang, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung, Penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan HIMA HAN Fakultas Hukum Tahun 2012-2013.


(6)

MOTO

Melihat.Menganalisis.Bertindak

Pengalaman Hidup Itu Awal Dari Suatu

Kedewasaan Dalam Pola Pikir

Maka

Menikmati Hidup Itu Bagaikan Air Mengalir

Segala sesuatu yang diniatkan dengan Bismillah,

Insya Allah mendapatkan hasil yang

Alhamdulillah.


(7)

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada ALLAH SWT dan Shalawat serta salam tercurah kepada Baginda rasulullah SAW

Skripsi ini kupersembahkan untuk Papa Sulisdiyono.S, dan Mama Lalas

Nurmalasari tercinta yang telah memberikan do’a dan dorongan yang tak

terhitung banyaknya serta telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang,tulus dan segenap cinta

Kakakku Yessy Yulistiasari,S.Ep. dan adikku”Yovan Tri Laksono yang

selalu saya sayangi


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRACT...i

ABSTRAK...ii

MENGESAHAKAN...iv

RIWAYAT HIDUP...v

PERSEMBAHAN...vi

MOTTO...vii

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTARGAMBAR...xiv

I. PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup...8

1.2.1 Permasalahan...8

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian...9

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian...9

1.3.1 Tujuan Penelitian...9

1.3.2 Kegunaan Penelitian...9

II. TINJAUAN PUSTAKA...11

2.1 Pengertian Pajak...11

2.1.1 Jenis-jenis Pemungutan Pajak...13

2.1.2 Fungsi Pajak...14

2.2 Pengertian Pemungutan Pajak...16

2.2.1 Syarat Pemungutan Pajak...16

2.2.2 Dasar Pemungutan Pajak...19


(10)

2.3.1 Dasar Hukum Pajak Air Bawah Tanah (PABT)...22

2.3.2 Tujuan Pemungutan Pajak Air Bawah Tanah (PABT)...22

2.3.3 Objek Pajak Air Bawah Tanah...22

2.3.4 Subjek dan Wajib Pajak Air Bawah Tanah...23

2.3.5 Dasar Pengenaan, Tarif dan cara Perhitungan Pajak Air Bawah Tanah ...23

2.4 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)...24

2.4.1 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)...25

2.4.2 Dasar-dasar Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah...27

III. METODE PENELITIAN...28

3.1 Pendekatan Masalah...28

3.2 Sumber Data...28

3.3 Prosedur Pengumpulan Data...29

3.4 Prosedur Pengolahan Data...29

3.5 Analisis Data...30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...31

4.1 Gambaran Umum Lampung Tengah...31

4.1.1 Sejarah Penduduk Lampung Tengah...31

4.1.2 Gambaran Umum Secara Geografis...38

4.1.3 Gambaran Umum Secara Demografis...39

4.1.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan...40

4.1.5 Gambaran Umum Tentang Perkebunan...40

4.1.6 Tanda Daftar Perusahaan (TDP)...41


(11)

4.2.1 Sejarah Singkat Perusahaan...42

4.2.2 Visi dan Misi PT Gunung Madu Plantations...46

4.2.3 Struktur Organisasi PT Gunung Madu Plantations...47

4.3 Jenis Pajak Yang Dibayar Berdasarkan Penetapan Bupati (Official Assesment)...48

4.3.1 Jenis Pajak Yang Jumlah Pajak Terutang Ditentukan Sendiri Sesuai Dengan Ketentuan Undang-undang (Self Assesment)...49

4.4 Peran Pajak Daerah Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)...55

4.4.1 Alur Pemungutan Pajak Yang Dihitung Sendiri Oleh Wajib Pajak (self assement)...57

4.4.2 Alur Pemungutan Pajak Yang Dibayar Berdasarkan Penetapan Bupati (Official Assesment)...58

4.5 Dasar Pengenaan,Tarif dan Cara PerhitunganPajak...59

4.6 Pajak Air Tanah...59

4.6.1 Data Hasil Penelitian Pajak Air Bawah Tanah Tahun 2011-2012 Lampung Tengah...63

4.7 Pelaksanaan Pemungutan Pajak Air Bawah Tanah Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah...64

4.8 Faktor Penghambat Pemungutan Pajak Air Bawah Tanah Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah...66

V. KESIMPULAN DAN SARAN...68

5.1 Kesimpulan...68

5.2 Saran...69

VI. DAFTAR PUSTAKA...71


(12)

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perkembangan Produktivitas tahun 2011-2012...40 Tabel 2. Nilai Perolehan air tanah...62


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lampung Tengah sebagai kabupaten di provinsi lampung yang sedang giat membangun daerahnya yang gencar pembangunan didaerahnya, untuk menjalankan wewenang yang yang diberikan Pemerintah Daerah sesuai dengan Undang-undang 28 Tahun 2009 mengenai otonomi daerah. Pembangunan yang pesat pada era kontenporer pada kelanjutannya berdampak pada berkurangnya ketersediaan sumber daya air bawah tanah, karena sumber daya air bawah tanah adalah air yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Kebutuhan rumah tangga sehari-hari lebih bergantung kepada air bawah tanah ketimbang air permukaan,begitu pula sektor pertanian, yang apabila air permukaan tidak dapat memenuhi kebutuhan irigasi maka digunakan air bawah tanah untuk mencukupinya, demikian pula halnya pada sektor industri juga banyak bergantung pada air bawah tanah.

Sejalan dengan semangat otonomi undang-undang nomor 32 tahun 2004 menyatakan penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah didanai oleh APBD. Usaha melestarikan lingkungan hidup merupakan salah satu urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah, sehingga semua


(15)

2

program pemerintah dalam melerstarikan lingkungan hidup menjadi beban APBD dari provinsi yang bersangkutan. Air bawah tanah merupakan salah satu komponen dari sistem lingkungan hidup yang wajib dijaga kelestariannya, yaitu melalui konservasi.

APBD diantaranya bersumber dari pendapatan asli daerah (PAD) yang salah satunya berasal dari hasil pemungutan pajak daerah. Pajak pemanfaatan dan pengambilan air bawah tanah (selanjutnya yang disebut PPPABT) merupakan pajak daerah provinsi sesuai dengan penggolongan yang ditetapkan dalam undang-undang 34 tahun 2000. Realisasi pemungutan PPPABT merupakan wujud konkret peranan masyarakat dalam mendukung konservasi air bawah tanah. Dana yang di pungut dari para pengguna air bawah tanah dipergunakan untuk mendukung terselenggaranya konservasi air bawah tanah di wilayah yang bersangkutan.

PPPABT pada hakekatnya dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan konservasi air bawah tanah dalam kaitannya denagn pemanfaatan dan pengambilan oleh orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan rumah tangga dan pertanian rakyat. PPPABT adalah instrumen ekonomik yang relatif masih baru, yang pada awalnya berupa pungutan (change) pencemaran air. Instrumen ekonomik ini tidak berbeda dengan pajak pada hakikatnya adalah pungutan. Konsep instrumen ekonomik yang bersumber dari kajian ilmu ekonomi yang berpangkal tolak pada pemikiran bahwa eksploitasi air bawah tanah secara berlebihan seyogyanya dapat di hindari, di antaranya dengan menetapkan beban


(16)

3

pungutan terhadap pemanfaatan dan pengambilan air. Instrumen ini kemudian dituangkan dalam bentuk norma atau kaidah hukum sehingga substansinya berubah menjadi hukum pajak.

Pengelolaan PPPABT yang terintegrasi dengan pengelolaan dan pengawasan sumber daya air penting untuk dilakukan, terutama untuk pengambilan air bawah tanah. Apabila kesimbangan neraca air disuatu daerah terganggu, maka akan terjadi pergeseran siklus hidrologi yang terdapat di daerah yang bersangkutan. Pergeseran tersebut dapat terjadi dalam bentuk peningkatan atau pengurangan pada salah satu sistemnya. Terganggunya subsistem sumber daya air di suatu daerah pada akhirnya akan mengakibatkan penurunan kualitas dan kesejahteraan hidup masyarakat dan mahluk hidup di sekitarnya.

Mengenai sumber pendapatan daerah di atur dalam Pasal 157 Bab VIII Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang berbunyi: Sumber pendapatan daerah terdiri atas:

a. pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu: 1. Hasil pajak daerah;

2. Hasil retribusi daerah;

3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4. Lain-lain PAD yang sah;

b. dana perimbangan; dan


(17)

4

Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 1. Pajak Air Tanah yang selanjutnya disebut pajak adalah pajak atas pengambilan

atau pemanfaatan air tanah.

2. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.

3. Nilai Perolehan Air (NPA) adalah Nilai air tanah yang telah diambil dan dikenai pajak air tanah, besarnya sama dengan volume air yang diambil dikalikan dengan harga dasar air.

4. Harga Dasar Air (HDA) adalah Harga air tanah per satuan volume yang akan dikenai pajak air tanah, besarnya sama dengan harga air baku dikalikan dengan faktor nilai air.

5. Harga Air Baku (HAB) adalah Harga rata-rata air tanah per satuan volume yang besarnya sama dengan nilai investasi untuk mendapatkan air tanah dibagi dengan volume produksinya.

6. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan.

7. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang.


(18)

5

Otonomi daerah (UU No.28 Tahun 2009) mengarahkan pemda untuk melaksanakan pembangunan disegala bidang. Apabila pemerintah daerah melakasanakan fungsinya secara efektif dan mendapatkan kebebasan dalam pengambilan keputusan pengeluaran disektor publik maka mereka harus mendapat dukungan sumber-sumber keuangan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain dari pendapatan yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Optimalisasi penerimaan pendapatan asli daerah hendaknya didukung upaya Pemerintah Daerah dengan meningkatkan kualitas layanan publik.

Masih banyak pemerintah daerah yang belum memiliki sumber pendapatan asli daerah sehingga terkendala untuk melakukan pembangunan pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengelola daerah masing-masing sebagai pendukung penuh, masing-masing daerah harus bertindak efektif dan efesien agar pengelolaan daerah lebih terfokus dan mencapai sasaran yang telah ditentukan. Kesalahan persepsi yang menjadikan sumber daya alam sebagai sandaran utama sumber pendapatan daerah harus segera diubah karena suatu saat kekayaan alam akan habis. Pemerintah daerah harus mulai mencari sumber lain yang ada di wilayahnya untuk diandalkan sebagai tulang punggung Pendapatan Asli Daeah (PAD). Dalam Rangka menjalankan fungsi dan keungan daerah dalam bentuk pelaksanaan kewenangan fiskal, setiap daerah harus mengalami potensi dan mengidentifikasi sumber daya yang dimilikinya pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber keungan khususnya


(19)

6

untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintah dan pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD) semakin besar seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintah yang dilimpahkan kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan, pembiayaan dan dokumentasi ke daerah.

Untuk itu pemerintah daerah memiliki kewenangan dalam hal menggandeng pihak swasta dalam melakuakan investasi untuk pembangunan (Pasal 173 Undang-undang 32 Tahun 2004) yang menjelaskan bahwa:

1. Pemerintah daerah dapat melakukan penyertaan modal pada suatu Badan Usaha Milik Pemerintah atau milik swasta.

2. Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditambah, dikurangi, dijual kepada pihak lain, atau dapat dialihkan kepada badan usaha milik daerah.

3. Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pihak pemerintah daerah sangat berpengaruh dalam peran pemerintah dalam pembangunan di suatu daerah dengan hal ini pemerintah harus bekerja sama dengan pihak swasta. Dengan investasi swasta tersebut pemerintah bisa meningkatkan pembangunan daerah yang lebih maju dan lebih baik dari hasil investasi tersebut sangat berpengaruh dalam perekonomian daerah dan Pendapatan Asli Daeah (PAD). Dengan hasil tersebut pemerintah daerah berhak memfasilitasi keadaan daerah yang buruk menjadi lebih baik dan pembangunan infrastruktur sendiri. Pemerintah memiliki kepentingan untuk membangun


(20)

7

infrastruktur yang penting bagi masyarakat, pembangunan infrastruktur sendiri dapat dilakuakan dengan berbagai pola antara lain:

Proyek pemerintah pusat / daerah yang dibiayai APBN / APBD pembangunan dilaksanakan oleh BUMN / BUMD / Swasta. Sumber dana bisa dilalui:

a. Rupiah murni. b. Pinjaman / hibah.

c. Proyek BUMN / BUMD, yang dibiayai oleh anggaran perusahaan sesuai dengan RKAP, yang disetujui oleh Menteri Negara BUMN / Pemerintah Daerah.

d. Proyek kerjasama pemerintah – swasta (konsesi), yang dibiayai oleh modal investor swasta, pinjaman perbankan / pasar modal. Peran pemerintah hanya memberkan dukungan untuk proyek yang kurang menarik minat swasta. Tetapi mempunyai kelayakan ekonomi yang tinggi.

Bahwa otonomi daerah yang sudah tercantum dalam pasal 32 Tahun 2004 mengarahkan Pemda untuk melaksanakan pembangunan di segala bidang. Apabila pemerintah daerah melaksanakan fungsinya secara efektif dan mendapat kebebasan dalam pengambilan keputusan pengeluaran di sektor publik maka mereka harus dapat dukungan sumber-sumber keuangan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain dari pendapatan yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah, optimalisasi penerimaan pendapatan asli daerah hendaknya didukung upaya pemerintah daerah dengan meningkatkan kualitas layanan publik.


(21)

8

Suatu perusahaan swasta atau perusahaan tertutup adalah sebuah perusahaan bisnis yang dimiliki oleh organisasi non-pemerintah atau sekelompok kecil pemegang saham atau anggota-anggota perusahaan yang tidak menawarkan atau memperdagangkan stok (saham) perusahaannya kepada masyarakat umum melalui pasar saham, namun saham perusahaan ditawarkan, dimiliki dan diperdagangkan atau dibursakan secara swasta. Istilah yang kurang amibgu untuk perusahaan swasta adalah perusahaan tak tersebut dan perusahaan tak terdaftar.

Perusahaan swasta ini ada tiga macam, yaitu:

a. Perusahaan swasta nasional, yaitu perusahaan swasta milik warga Negara Indonesia;

b. Perusahaan swasta-asing, yaitu perusahaan swasta milik warga Negara asing; c. Perusahaan swasta campuran (joint-venture), yaitu perusahaan swasta milik

warga negara Indonesia dan warga negara asing.

Di Kabupaten Lampung Tengah terdapat salah satu perusahaan gula terbesar kedua di Asia Tenggara yaitu PT. Gunung Madu Plantations. Peneliti tertarik meneliti perusahaan tersebut karena ingin meneliti bagaimana pelakasanaan pemungutan pajak air bawah tanah sebagai upaya peningkatan pendapatan asli daerah di Kabupaten lampung Tengah. Alasan lain karena belum ada penelitian yang membahas mengenai pelaksanaan pemungutan pajak air bawah tanah sebagai upaya peningkatan pendapatan asli daerah.


(22)

9

Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang dituangkan kedalam suatu tulisan yang berjudul “Pelaksanaan Pemungutan Pajak Air Bawah Tanah Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Tengah”.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup 1.2.1 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan pemungutan pajak air bawah tanah di lampung tengah? 2. Apakah faktor penghambat pemungutan pajak air bawah tanah di lampung

tengah?

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian

Sedangkan ruang lingkup dari penelitian ini adalah kajian bidang Hukum Adminstrasi Negara pada umumnya dan untuk menjawab permasalahan yang telah diungkapkan di atas, maka peneliti membatasi pembahasan hanya mengenai

“pelaksanaan pemungutan pajak air bawah tanah sebagai upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah kabupaten Lampung Tengah”.


(23)

10

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan Dari Penelitian adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pemungutan pajak air bawah tanah sebagai upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah kabupaten Lampung Tengah.

b. Untuk mengetahui faktor penghambat pelaksanaan pemungutan pajak air bawah tanah sebagai upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah kabupaten Lampung Tengah.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana untuk penelitian selanjutnya dan upaya pengembangan wawasan mengenai pelaksanaan pemungutan pajak air bawah tanah sebagai upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah kabupaten Lampung Tengah. Khususnya mahasiswa Hukum Administrasi Negara.

b. Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini, yaitu:

1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Jurusan Hukum Administrasi Negara di Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(24)

11

2. Sebagai bahan tambahan pengetahuan dan pemikiran terhadap Pelaksanaan Pemungutan Pajak Air Bawah Tanah Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Tengah.

3. Sebagai bahan tambahan pengetahuan / informasi bagi para pihak yang ingin melakukan penelitian lanjutan yang mengenai Pelaksanaan Pemungutan Pajak Air Bawah Tanah Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Tengah.


(25)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pajak

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah.

Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat. Sementara pemahaman pajak dari perspektif hukum merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai kekuatan untuk memaksa dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan. Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan bahwa pajak yang


(26)

13

dipungut harus berdsarkan undang-undang sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi fiskus sebagai pengumpul pajak maupun wajib pajak sebagai pembayar pajak.

Pajak menurut UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara

perpajakan adalah “kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak baik pengertian secara ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan) dapat ditarik kesimpulan tentang unsur-unsur yang terdapat pada pengertian pajak antara lain sebagai berikut:

Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan “pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang”. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontra prestasi perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar pajak kendaraan kantor akan melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.


(27)

14

Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas Negara / Anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).

2.1.1 Jenis-jenis Pemungutan Pajak

Di tinjau dari segi Lembaga Pemungut Pajak dapat di bagi menjadi dua jenis yaitu:

a. Pajak Negara

Sering disebut juga Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat yang terdiri dari:

1. Pajak Penghasilan

2. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah 3. Bea Materai

4. Bea Masuk 5. Cukai


(28)

15

b. Pajak Daerah

Sesuai UU 28 / 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, berikut jenis-jenis Pajak Daerah:

1. Pajak Provinsi terdiri dari: - Pajak Kendaraan Bermotor;

- Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; - Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; - Pajak Air Permukaan; dan

- Pajak Rokok.

2. Jenis Pajak Kabupaten / Kota terdiri atas: - Pajak Hotel;

- Pajak Restoran; - Pajak Hiburan; - Pajak Reklame;

- Pajak Penerangan Jalan;

- Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; - Pajak Parkir;

- Pajak Air Tanah;

- Pajak Sarang Burung Walet;

- Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan - Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.


(29)

16

2.1.2 Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1. Fungsi anggaran (budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.

2. Fungsi mengatur (regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan


(30)

17

pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

3. Fungsi stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien. 4. Fungsi redistribusi pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

2.2 Pengertian Pemungutan Pajak

Pemungutan Pajak Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.


(31)

18

2.2.1 Syarat Pemungutan Pajak

Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan yaitu:

1. Pemungutan pajak harus adil

Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya.

Contohnya:

1. Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak.

2. Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak.

3. Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat ringannya pelanggaran.

2. Pengaturan pajak harus berdasarkan UU

Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: “Pajak dan pungutan yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang”, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu:

1. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU tersebut harus dijamin kelancarannya


(32)

19

2. Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara umum

3. Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib pajak 4. Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian

Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah.

5. Pemungutan pajak harus efesien

Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu.

6. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak.


(33)

20

Contoh:

a. Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif: b. Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu

10%.

c. Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan maupun perseorangan (pribadi).

2.2.2 Dasar Hukum Pemungutan Pajak

Pemungutan pajak tidak boleh dilakukan oleh negara sebelum ada hukum yang mengaturnya karena negara Indonesia adalah negara hukum. Pemungutan pajak oleh negara tanpa memiliki dasar hukum yang sah, berarti negara melalui pejabat pajak melakukan perampasan dan bahkan merupakan perampokan bagi kekayaan warganya sebagai wajib pajak. Pengaturan pajak, pada awalnya, diatur dalam Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa segala pajak untuk keperluan negara harus berdasarkan Undang-undang. Setelah UUD 1945 diamandemen, Pasal 23 ayat (2) diganti UUD 1945 diganti dengan Pasal 23A UUD 1945 yang menegaskan bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-undang.

Ketentuan ini secara tegas memisahkan antara pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa. Termasuk dalam pengertian pungutan lain yang bersifat memaksa adalah retibusi, iuran, dan sebagainya. Pasal 23A UUD 1945 merupakan dasar konstitusional bagi negara untuk memungut pajak dan pungutan lain yang


(34)

21

bersifat memaksa kepada warganya, termasuk warga negara asing, yang menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia, atau memiliki, menguasai, atau memanfaatkan segala objek pajak yang berada di Indonesia. Dalam pemungutan pajak terdapat asas bahwa yang berwenang melakukan pemungutan pajak adalah negara dan tidak boleh dilimpahkan kepada pihak swasta.

Bukan hanya pemerintah saja termasuk aparatnya selaku wakil negara yang berwenang melakukan pemungutan pajak. Pihak swasta tidak diperkenankan atau dilarang melakukan pemungutan pajak karena masalah pajak melibatkan rakyat sebagai wajib pajak untuk menyerahkan sebagian kekayaannya kepada negara sehingga tidak ada ketentuan hukum yang berlaku yang membolehkan pihak swasta melakukan pemungutan pajak. Namun demikian, pemungutan pajak tidak selalu dilakukan oleh petugas pajak, sepanjang Undang-undang pajak memberikan kekhususan kepada orang pribadi tau badan untuk memungut pajak seperti halnya yang terjadi pada pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang dilakukan oleh aparat pemerintah daerah di lingkungan departemen dalam negeri. Demikian halnya dengan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dilakukan oleh pemotong atau pemungut yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.


(35)

22

2.3 Pengertian Air Bawah Tanah dan Pajak Air Bawah Tanah

Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air di bumi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Air Tanah

Air tanah adalah air yang berada di bawar permukaan tanah. Air tanah dapat kita bagi lagi menjadi dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis.

a. Air Tanah Preatis

Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air / impermeable.

b. Air Tanah Artesis

Air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air.

Air bawah Tanah yang selanjutnya disingkat ABT adalah semua air yang terdapat dalam lapisan mengandung air dibawah permukaan tanah, termasuk didalamnya mata air yang muncul secara alamiah di atas permukaan tanah.

2. Air Permukaan

Air pemukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:


(36)

23

a. Perairan Darat

Perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya seperti rawa-rawa, danau, sungai, dan lain sebagainya.

b. Perairan Laut

Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya seperti air laut yang berada di laut.

Tambahan:

Di kota besar umumnya penggunaan air tanah dan air permukaan oleh kalangan bisnis dikenakan pajak pengambilan air bawah tanah dan air permukaan untuk membatasi penggunaan air yang membabi-buta demi menjaga kondisi dan kestabilan lingkungan. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan yang disingkat Pajak ABT adalah Pungutan Daerah atas pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.

2.3.1 Dasar Hukum Pajak Air Bawah Tanah (PABT)

1. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2011.Tentang Pajak Daerah.

2. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 37 tahun 2011.Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Jenis Pajak Air Permukaan (PAP).

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.


(37)

24

2.3.2 Tujuan Pemungutan Pajak Air Bawah Tanah (PABT)

Tujuan pemungutan pajak ABT adalah untuk pengendalian pengembalian dan ataunpemanfaatan air bawah tanah / air permukaan dalam rangka konservasi sumberdaya air sekaligus untuk menggerakkan peran masyarakat dalam membiayai penyelenggaraan pembangunan daerah.

2.3.3 Objek Pajak Air Bawah Tanah

a. Nama Pajak adalah Pajak Air Tanah yang dipungut atas setiap pengambilan atau pemanfaatan Air Tanah.

b. Objek Pajak adalah pengambilan atau pemanfaatan Air Tanah.

c. Dikecualikan dari objek Pajak adalah pengambilan dan /atau pemanfaatan untuk:

1. air tanah untuk keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, serta peribadatan;

2. sarana pendidikan; dan

3. sarana kesehatan masyarakat milik pemerintah

2.3.4 Subjek danWajib Pajak Air Bawah Tanah

a. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan atau pemanfaatan air tanah.

b. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan atau pemanfaatan Air Tanah.


(38)

25

2.3.5 Dasar Pengenanan, Tarif dan cara Perhitungan Pajak Air Bawah Tanah

a. Dasar pengenaan Pajak adalah Nilai Perolehan Air Tanah.

b. Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam satuan rupiah yang dihitung berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut: 1. jenis sumber air;

2. lokasi / zona pengambilan sumber air; 3. tujuan pengambilan atau pemanfaatan air; 4. volume air yang diambil atau dimanfaatkan; 5. kualitas air; dan

6. tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan atau pemanfaatan air.

c. Penghitungan Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan cara mengalikan volume air yang diambil dengan harga dasar air. d. Penghitungan Harga Dasar Air sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan

cara mengalikan faktor nilai air dengan Harga Air Baku.

e. Nilai Perolehan Air tanah dan Harga Air Baku sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan dengan PeraturanWalikota.

f. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen).

g. Besaran pokok Pajak Air Tanah yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.


(39)

26

2.4 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (UU.No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah), pendapatan daerah berasal dari penerimaan dari dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal daerah itu sendiri yaitu pendapat anaslis daerah serta lain-lain pendapatan yang sah. Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah system pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggungjawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (UU.No 32 Tahun 2004).

Pengertian pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Menurut Nurcholis (2007), pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperopleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah,laba perusahaan daerah, dan lain-lain yang sah. Dari beberapa pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan keuangan suatu daerah, dimana penerimaan keuangan itu bersumber dari potensi-potensi yang ada di daerah tersebut misalnya pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain, serta penerimaan keuangan tersebut diatur oleh peraturan daerah.


(40)

27

2.4.1 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Adapun sumber-sumber pendapatan asli menurut Undang-Undang RI No.32 Tahun 2004 yaitu:

1. Pendapatan asli daerah (PAD) yang terdiri dari:

a. Hasil pajak daerah yaitu Pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum publik. Pajak daerah sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah daerah yang hasilnya digunakan untu pengeluaran umum yang balas jasanya tidak langsung diberikan sedang pelaksanannya bisa dapat dipaksakan. b. Hasil retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi

pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerintah daerah bersangkutan. Retribusi daerah mempunyai sifat-sifat yaitu pelaksanaannya bersifat ekonomis,ada imbalan langsung walau harus memenuhi persyaratan-persyaratan formil dan materiil,tetapi ada alternatif untuk mau tidak membayar,merupakan pungutan yang sifatnya budgetetairnya tidak menonjol,dalam hal-hal tertentu retribusi daerah adalah pengembalian biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat.

c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Hasil perusahaan milik daerah merupakan pendapatan daerah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik perusahaan daerah yang dipisahkan,sesuai dengan motif


(41)

28

pendirian dan pengelolaan, maka sifat perusahaan dareah adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat menambah pendapatan daerah, memberi jasa, menyelenggarakan kemamfaatan umum, dan memperkembangkan perekonomian daerah.

d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah ialah pendapatan-pendapatan yang tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah, retribusli daerah,pendapatan dinas-dinas. Lain-lain usaha daerah yang sah mempunyai sifat yang pembuka bagi pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan baik berupa materi dalam kegitan tersebut bertujuan untuk menunjang,melapangkan,atau memantapkan suatu kebijakan daerah disuatu bidang tertentu.

2. Dana perimbangan diperoleh melalui bagian pendapatan daerah dari penerimaan pajak bumi dan bangunan baik dari pedesaan, perkotaan, pertambangan sumber daya alam dan serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan daerah dari sumber lain misalnya sumbangan pihak ketiga kepada daerah yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

2.4.2 Dasar-dasar Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah Dasar hukum pengelolaan keuangan daerah adalah:

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi. 2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang


(42)

29

3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Daerah Negara. 4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

5. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 ttg Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Retribusi Daerah.

6. Peraturan pemerinta Nomor 65 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah 7. Peraturan pemerinta Nomor 66 Tahun 2000 tentang Retribusi Daerah

8. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

9. Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman, Pengurusan Pertanggungjawaban dan Pengurusan Keuangan Daerah, Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD.

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah


(43)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan yang digunakan dalam permasalahan ini adalah Yuridis Empiris. Yaitu pendekatan yang tidak hanya dilakukan dengan cara melakukan penelitian langsung di lapangan, berdasarkan fakta yang ada dan menelaah, mengutip, dan mempelajari ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan dan literatur yang berkaitan dengan Pelaksanaan Pemungutan Pajak Air Bawah Tanah Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Tengah.

3.2 Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari study lapangan, yaitu hasil wawancara dengan responden, sedangkan data sekunder terdiri dari:

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan-bahan yang bersifat mengikat berupa Peraturan Perundang-Undangan.


(44)

31

2. Bahan Hukum Sekunder

Dalam penelitian ini terdiri dari yaitu bahan hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan, yang terdiri dari buku-buku ilmu pengetahuan hukum, buku-buku yang berkaitan dengan Pemungutan Pajak sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3.3 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui: a. Study kepustakaan (Library Research)

Study Kepustakaan adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara membaca, mengutip literatur-literatur, mengkaji peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

b. Study Lapangan (Field Research)

Study lapangan untuk memperoleh data primer, maka penelitian mengadakan study lapangan dengan teknik wawancara kepada narasumber dan pengambilan data pada instansi terkait dalam pembahasan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

3.4 Prosedur Pengolahan Data

Langkah selanjutnya setelah data terkumpul baik data primer maupun data sekunder dilakukan pengolahan data dilakukan dengan cara:


(45)

32

a. Seleksi data, yaitu memilih mana data yang sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dibahas.

b. Pemeriksaan data, yaitu meneliti kembali data yang diperoleh mengenai kelengkapan data apakah sudah sesuai dengan permasalahan yang akan di teliti. c. Klasifikasi data, yaitu pengelompokan data menurut pokok permasalahan agar

memudahkan dalam menjelaskan data – data yang sudah terkumpul.

d. Penyusunan data, yaitu data disusun menurut aturan yang sistematis sebagai hasil penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang diajukan.

3.5 Analisis Data

Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan cara analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menginterpretasikan data dan memaparkan dalam bentuk kalimat untuk menjawab permasalahan pada bab-bab selanjutnya dan melalui pembahasan tersebut diharapkan permasalahan tersebut dapat terjawab sehingga memudahkan untuk ditarik kesimpulan dan saran dari permasalahan tersebut.


(46)

66

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008, daerah mempunyai hak dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahnya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintah,pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang. Selama ini pungutan pajak daerah dan reribusi daerah diatur dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 yang memberi peluang kepada daerah untuk melakuakan pemungutan dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah Namun dalam kemampuan pelaksanaan pajak berpengaruh dalam Undang-undang tersebut mendukung pelaksanaan otonom daerah,dan tidak banyak harapan untuk dapat menutup kekurangan pengeluaran dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah.


(47)

67

Dengan telah ditetapkannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,daerah diberi kewenangan dibidang pajak daerah dan retribusi daerah yang lebih besar sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah. Dalam Undang-undang ini juga mengatur secara terperinci jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang dapat memberi dipungut oleh daerah untuk memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha. Salah satu jenis pajak yang diatur dalam Undang-undang ini adalah Pajak Air Tanah. Pajak ini merupakan salah satu jenis pajak yang dapat dipungut oleh daerah sebagai sumber pendapatan daerah yang cukup potensial sehingga dapat memberikan kontribusi signifikan dari sektor pajak, Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah Tentang Pajak Air Tanah.

5.2. Saran

Sesuai dengan hasil pembahasan terhadap penelitian diatas, maka saran yang dapat diberikan adalah:

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor : 03 Tahun 2011 Tentang Pajak Air Tanah dan Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor : 12.A Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 03 Tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah:

1. Pembayaran Pajak Air Tanah untuk Tahun Pajak 2012 dihitung secara triwulan,triwulan I dibayar pada bulan april jika melampaui bulan april, maka dikenakan denda 2% tiap bulannya.


(48)

68

2. Dalam rangka akurasi dan transparansi, kepada pengguna / pemakai / pemanfaatan Air Tanah, kepada saudara yang belum memasang Water Meter agar segera memasang untuk menghitung Volume ( M³ ) Air Tanah yang dimanfaatkan.

3. Penghitungan Volume penggunaan Air Tanah akan dilakukan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi Pajak Air Tanah Kabupaten Lampung Tengah, dengan jadwal dan waktu yang akan dikoordinasikan dengan pihak saudara.


(49)

69

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta. Rajagrafindo Pustaka. Boediono. 1992. Ekonomi mikro. Fakultas Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Http//dipindalamteng.htm diakses pada tanggal 02 februari 2013 pukul 08.00

WIB.

Judisseno, Remsky K., 1996. Perpajakan. PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Judisseno, Remsky K., 1997. Pajak dan strategi Bisnis. PT. Gramdia Pustaka

Umum, Jakarta.

Kuncoro, Haryo. 2004. Kajian Ekonomi Politik Pengaruh Transfer Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Jurnal Ekonomi FE UPI Jakarta. Mardiasmo, 2002. Perpajakan, Edisi Revisi, Cetakan Kesembilan. Penerbit: Andi,

Jakarta.

Nurcholis, Hanif. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta: PT Grasindo.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 01 A Tahun 2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 03 Tahun 2011 Tentang Pajak Air Tanah.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintah Pajak Daerah Kabupaten Lampung Tengah.

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 03 Tahun 2011. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2011. Tentang Pajak

Daerah.

Peraturan Gubernur Lampung Nomor 37 tahun 2011.Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Jenis Pajak Air Permukaan (PAP).

Prasojo, Eko. Memperjuangkan Pelayanan Publik. Kompas Jum’at tanggal 11 September 2009.


(50)

70

Sarman dan Makaroa. 2012. Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia. Jakarta. Rineka Cipta.

Sukirno, Sadono. 2000. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta. Rajagrafindo Persada.

Todaro, Michael P. 2003. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Alih Bahasa: Aminuddin dan Drs.Mursid. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004. Pemerintah Daerah. 2008. Indonesia Legal Center Publishing.

UU RI No. 32 & 33 Tahun 2004. Undang – Undang Otonomi Daerah. SL Media. Undang-Undang No. 17 tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.

7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10 tahun 1994.

Www.Bagian Hukum Kabupaten Lampung Tengah@2013.com


(1)

a. Seleksi data, yaitu memilih mana data yang sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dibahas.

b. Pemeriksaan data, yaitu meneliti kembali data yang diperoleh mengenai kelengkapan data apakah sudah sesuai dengan permasalahan yang akan di teliti. c. Klasifikasi data, yaitu pengelompokan data menurut pokok permasalahan agar

memudahkan dalam menjelaskan data – data yang sudah terkumpul.

d. Penyusunan data, yaitu data disusun menurut aturan yang sistematis sebagai hasil penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang diajukan.

3.5 Analisis Data

Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan cara analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menginterpretasikan data dan memaparkan dalam bentuk kalimat untuk menjawab permasalahan pada bab-bab selanjutnya dan melalui pembahasan tersebut diharapkan permasalahan tersebut dapat terjawab sehingga memudahkan untuk ditarik kesimpulan dan saran dari permasalahan tersebut.


(2)

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008, daerah mempunyai hak dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahnya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintah,pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang. Selama ini pungutan pajak daerah dan reribusi daerah diatur dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 yang memberi peluang kepada daerah untuk melakuakan pemungutan dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah Namun dalam kemampuan pelaksanaan pajak berpengaruh dalam Undang-undang tersebut mendukung pelaksanaan otonom daerah,dan tidak banyak harapan untuk dapat menutup kekurangan pengeluaran dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah.


(3)

Dengan telah ditetapkannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,daerah diberi kewenangan dibidang pajak daerah dan retribusi daerah yang lebih besar sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah. Dalam Undang-undang ini juga mengatur secara terperinci jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang dapat memberi dipungut oleh daerah untuk memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha. Salah satu jenis pajak yang diatur dalam Undang-undang ini adalah Pajak Air Tanah. Pajak ini merupakan salah satu jenis pajak yang dapat dipungut oleh daerah sebagai sumber pendapatan daerah yang cukup potensial sehingga dapat memberikan kontribusi signifikan dari sektor pajak, Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah Tentang Pajak Air Tanah.

5.2. Saran

Sesuai dengan hasil pembahasan terhadap penelitian diatas, maka saran yang dapat diberikan adalah:

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor : 03 Tahun 2011 Tentang Pajak Air Tanah dan Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor : 12.A Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 03 Tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah:

1. Pembayaran Pajak Air Tanah untuk Tahun Pajak 2012 dihitung secara triwulan,triwulan I dibayar pada bulan april jika melampaui bulan april, maka dikenakan denda 2% tiap bulannya.


(4)

pemanfaatan Air Tanah, kepada saudara yang belum memasang Water Meter agar segera memasang untuk menghitung Volume ( M³ ) Air Tanah yang dimanfaatkan.

3. Penghitungan Volume penggunaan Air Tanah akan dilakukan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi Pajak Air Tanah Kabupaten Lampung Tengah, dengan jadwal dan waktu yang akan dikoordinasikan dengan pihak saudara.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta. Rajagrafindo Pustaka. Boediono. 1992. Ekonomi mikro. Fakultas Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Http//dipindalamteng.htm diakses pada tanggal 02 februari 2013 pukul 08.00

WIB.

Judisseno, Remsky K., 1996. Perpajakan. PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Judisseno, Remsky K., 1997. Pajak dan strategi Bisnis. PT. Gramdia Pustaka

Umum, Jakarta.

Kuncoro, Haryo. 2004. Kajian Ekonomi Politik Pengaruh Transfer Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Jurnal Ekonomi FE UPI Jakarta. Mardiasmo, 2002. Perpajakan, Edisi Revisi, Cetakan Kesembilan. Penerbit: Andi,

Jakarta.

Nurcholis, Hanif. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta: PT Grasindo.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 01 A Tahun 2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 03 Tahun 2011 Tentang Pajak Air Tanah.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintah Pajak Daerah Kabupaten Lampung Tengah.

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 03 Tahun 2011. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2011. Tentang Pajak

Daerah.

Peraturan Gubernur Lampung Nomor 37 tahun 2011.Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Jenis Pajak Air Permukaan (PAP).

Prasojo, Eko. Memperjuangkan Pelayanan Publik. Kompas Jum’at tanggal 11 September 2009.


(6)

Sukirno, Sadono. 2000. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta. Rajagrafindo Persada.

Todaro, Michael P. 2003. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Alih Bahasa: Aminuddin dan Drs.Mursid. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004. Pemerintah Daerah. 2008. Indonesia Legal Center Publishing.

UU RI No. 32 & 33 Tahun 2004. Undang – Undang Otonomi Daerah. SL Media. Undang-Undang No. 17 tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.

7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10 tahun 1994.

Www.Bagian Hukum Kabupaten Lampung Tengah@2013.com