kepada penduduk setempat yang hasilnya dibagi menjadi 2 yaitu 12 untuk petani penggarap 12nya lagi di serahkan kepada R.
12
Dari uraian diatas kepemilikan tanah pertanian secara absentee di Desa Balesari Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung dapat di golong menjadi 4
yaitu: 1.
Kepemilikan tanah pertanian secara absentee dengan cara jual-beli tanah yaitu ada 2 kasus.
2. Kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena pewarisan yaitu ada 4
kasus. 3.
Kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena pindah domisili yaitu ada 2 kasus.
4. Kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena perceraian yaitu ada 1
kasus.
A.2. Kepemilikan Tanah Pertanian Secara Absentee di Desa Sokawera Kecamatan Cilogok, Desa Klahang Kecamatan Sokaraja, Desa Karanggintung
Kecamatan Kemrajen, Desa Tumiyang Kecamatan Pakuncen Kabupaten Banyumas.
13
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mintarsih Sri Kuntarti didaerah Sokawera, Klahang, Karanggintung, dan Tumiyang, kepemilikan tanah pertanian
secara absentee terjadi karena:
1. Tanah pertanian secara absentee yang dimiliki terjadi karena pindah
domisili ada 7 orang, sebagai contoh adalah:
Bapak T dan Bapak M adalah pengusaha yang masing-masing pemilik tanah pertanian yang telah bersertifikat dan mereka menetap di desa
12
Wawancara dengan Bapak Djoko selaku Kepala Dusun Kalensari pada tanggal 25 Februari 2013.
13
Mintarsih Sri Kuntarti, Op. Cit., hal: 67.
Karanggintung Kec. Kemrajen. Kemudian, setelah beberapa tahun, kedua pemilik tanah itu pindah domisilinya ke desa lain di luar kecamatan dimana tananhnya
terletak. Bapak T pindah ke Puwokerto Wetan Kec. Puwokerto Timur dan Bapak M pindah ke Karanglewas Kec. Karanglewas karena untuk memperlancar
usahanya. Aparat desa dalam hal ini tahu kepindah mereka karena sebelum pindah bapak T dan M melaporkan kepindahannya.
Sementara mereka pindah, mereka masih tetap memiliki tang tersebut. Pemilik tanah pertanian secara absentee ini terjadi karena mereka tidak tahu
bahwa sejak kepindahannya mereka harus mengalihkan tanahnya kepada orang yang tinggal di tempat letak tanah tersebut. Sedang aparat desa tahu akan hal itu
tapi membiarkannya karena Bapak T dan M merupakan orang yang cukup berada dan tanahnya kemudian dikerjakan oleh penduduk setempat hingga saat ini.
2. Tanah pertanian secara absentee yang dimiliki terjadi karena permohonan
hak milik ada 8 orang, sebagai contoh adalah:
Ibu T dan Bapak S dulunya petani penggarap tanah negara bebas selama 20 tahun di desa Sokawera Kec. Cilongok. Tetapi mereka berdomisili di luar
kecamatan dengan tanahnya yaitu di Wangon Kec. Wangon. Berhubung petani penggarap tanah tersebut mengajukan hak milik atas
tanah itu ke Kantor Agraria, maka oleh Kepala desa dimana tanah tersebut terletak menganjurkan supaya pindah penduduk dan bertempat tinggal di desa letak
tanahnya. Setelah pindah sesuai dengan anjuran aparat, petani penggarap tanah tersebut mengajukan permohonan hak milik ke Kantor Agraria dan dikabulkan
tahun 1974 dan 1989. Setelah beberapa tahun petani tersebut bertempat tinggal didesa dimana
tanah itu berada, mereka kemudian pindah tempat tinggal ke kecematan lain dari
letak tanah tersebut. Ibu T pindah ke Purwokerto Wetan Kecamatan Purwokerto Timur karena mengikuti suaminya dan Bapak S kembali ke Wangon karena
rumahnya semula ada di Wagon. Sedang tanah yang diperolehnya dahulu tidak dilepaskan karena mereka tidak tahu bahwa kepemilikan tanah seperti yang
dimilikinya dilarang karena menyebabkan pemilikan tanah absentee.
3. Tanah pertanian secara absentee yang dimiliki terjadi karena pinjam nama