T1 312009044 BAB III

(1)

BAB III

HASIL PENELITIAN

A."KEPEMILIKAN TANAH PERTANIAN SECARA ABSENTEE.

A.1. Kepemilikan Tanah Pertanian Secara Absentee di Desa Balesari Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung.

Dari hasil penelitian di lapangan yang dilakukan oleh penulis di Desa Balesari Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung, penulis menemukan ada 9 kepemilikan

tanah pertanian secara absentee. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dibawah ini:

1."Kepemilikan Tanah Pertanian Secara Absentee dengan cara jual-beli.

a. M adalah penduduk desa Boresan Kelurahan Balesari Kecamatan Bansari

Kabupaten Temanggung. M berteman dengan P yang tinggal di desa Badran Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung. Ada sebidang tanah pertanian yang terletak di desa Gentan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung yang akan dijual K. M ingin membeli tanah tersebut untuk diberikan kepada anaknya nanti karena ia berpikir bahwa setiap orang akan berkeluarga, tanah tersebut akan didirikan rumah, karena tanah di Kecamatan Bansari harganya sudah lebih tinggi dibandingkan dengan harga tanah di desa Gentan Kecamatan Kranggan. Selain itu menurut M tanah merupakan sarana investasi

yang aman karena harganya akan cenderung naik setiap tahunnya.1

M tidak dapat membeli tanah tersebut karena adanya ketentuan absentee, untuk menghindari larangan tersebut M membeli tanah dengan meminjam nama P. Sebelum melakukan jual-beli M dan P mengadakan perjanjian yang isinya adalah setelah jual-beli tanah dilakukan dan sertifikat tanah atas nama P tersebut jadi sertifikat akan di serahkan kepada M, selain itu

1


(2)

didalam perjanjian tersebut juga di cantumkan mengenai imbalan yang akan di terima oleh P. Untuk mengolahan tanah, M mengerjakannya sendiri karena jarak antara Balesari – Temanggung dapat di tempuh dengan waktu 1 jam.

Dari keterangan diatas dapat di simpulkan bahwa sejatinya pemilik dari tanah tersebut adalah M, karena terkendala oleh adanya kententuan absentee maka M meminta bantuan P untuk membantunya dalam pembelian tanah tersebut. Pemilikan tanah pertanian tersebut termasuk dalam

kepemilikan tanah pertanian secara absentee. M mengetahui adanya larangan

absentee, M membeli tanah tersebut untuk mendirikan rumah yang akan diberikan kepada anaknya ketika anaknya sudah berkeluarga selain itu juga untuk investasi.

b. A adalah petani yang menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian. Karena

keadaan ekonomi yang semakin sulit dia menjual tanah tersebut kepada S sepupu dari bapak A. Dulu S bertempat tinggal di Kalensari Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung satu desa dengan A, karena harus

bekerja(swasta) di Surabaya dia akhirnya pindah dan menetap di Surabaya.2

Jual-beli tanah ini hanya di tuangkan dalam perjanjian yang di hadiri oleh A, S, keluarga, dan kepala desa setempat, jual-beli ini tidak di buat oleh

PPAT setempat.3 Sertifikat tanah tersebut masih atas nama A akan tetapi

sertifikat dipegang oleh S. Untuk mengolahan tanah tersebut tetap dikerjakan oleh A, dari keterangan dari A hasil yang didapat serahkan kepadanya karena

S ingin membantu perekonomian A. 4

2

Wawancara dengan bapak Djoko selaku Kepala Dusun Kalensari pada tanggal 13 Juni 2013 dari keteranganya mengatakan bahwa S sudah tidak menjadi penduduk desa Kalensari.

3

Wawancara dengan bapak Djoko selaku Kepala Dusun Kalensari pada tanggal 14 Februari 2013. 4


(3)

Selain itu menurut A setelah tanah dijual kepada S penghasilan yang didapat semakin meningkat sebab bantuan modal uang untuk pengolahan tanah yang diberikan oleh S sangat dalam meningkatan hasil pertanian. Sebelum tanah itu dijual hasilnya sedikit karena keterbatasan biaya untuk membeli pupuk dan pestisida sehingga sering gagal panen.

Kepemilikan tanah pertanian di atas termasuk dalam kepemilikan tanah

pertanian secara absentee karena letak tanah tersebut didesa Kalensari

Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung, sedangkan pemilik aslinya yaitu S berada di Kota Surabaya. A menjual tanahnya untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan S yang tidak lain masih saudarannya A, membeli tanah tersebut untuk membantu perekonomian saudaranya.

2."Kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena pewarisan.

a. H adalah penduduk desa Boresan 1, Balesari Kecamatan Bansari Kabupaten

Temanggung. Pada tahun 1980 dia menikah dengan L kemudian H tinggal di Mojotengah Kecamatan Kedu mengikuti istrinya. Pada tahun 1993 ayahnya meninggal dan memberikan warisan sebidang sawah seluas 1500 m2 yang terletak di desa Boresan 1 Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung.

Tanah tersebut tetap dimiliki oleh H sampai saat ini, menurut keterangan perangkat desa setempat H tidak mengalihkan tanah ke penduduk setempat karena H beranggapan kalau menjual tanah warisan itu tidak baik. Kepala desa setempat tahu akan kepemilikan tanah absentee ini, karena alasan

tersebut maka kepala desa membiarkan adanya pemilikan tanah absentee

tersebut.5

5

Wawancara dengan Bapak Sukirman selaku Kepala Dusun Desa Boresan I pada tanggal 22 Februari 2013.


(4)

b. R adalah seorang yang cukup kaya dan terpandang di desa Boresan 2 Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung, mempunyai banyak tanah pertanian di Kecamatan Bansari. R mempunyai 6 anak yaitu A bertempat tinggal di Semarang, B tinggal di Boresan 2, C bekerja dan tinggal di Jakarta , D tinggal di Boresan 2, E tinggal di Lembangan Kecamatan Bansari, dan F tinggal di desa Gandurejo Kecamatan Bulu. Pada tahun 1996 R meninggal dan meninggalkan warisan tanah pertanian untuk anak-anaknya. Dari warisan yang dibagi kepada anak-anaknya tersebut ada 3 pemilikan tanah pertanian secara absentee yaitu:

1. Kepemilikan tanah oleh A, karena dia memperoleh warisan tanah

pertanian di desa Boresan 2 Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung, sedangkan dia menetap di Semarang mengikuti suaminya.

2. Kepemilikan tanah oleh C, karena tanah yang di warisankan oleh R berada

diluar kecamatan dimana ia tinggal dimana C tinggal di Jakarta sedangkan tanahnya berada di Kecamatan Bansari.

3. Kepemilikan tanah pertanian yang oleh F, di tinggal di desa Gandurejo

Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung menetap mengikuti suaminya sedangkan tanah yang didapatkan dari warisan tersebut terletak di wilayah Kecamatan Bansari.

Kepemilikan tanah absentee yang di miliki oleh A,C, dan F ini

diketahui oleh penduduk dan aparat desa setempat. Menurut keterangan dari Sekertaris desa Balesari, mereka membiarkan adanya kepemilikan tanah absentee ini karena mereka sungkan untuk menegur atau memberitahu akan


(5)

adanya larangan absentee ini, karena mengingat kalau R merupakan keluarga

yang cukup terpandang dan di hormati di desa ini.6

Untuk pengolahan tanah pertanian yang dimiliki A dan C di serahkan kepada saudara dan penduduk setempat semua hasil pertanian di serahkan kepada penggarap, A dan C tidak minta hasilnya ini dilakukan untuk membantu kehidupan saudara dan penduduk setempat. Sedangakan F mengolah tanahnya sendiri karena jarak antara kecamatan Bansari dan Kecamatan Bulu cukup di tempuh dengan waktu 20 menit dengan adanya

kemudahan transportasi saat ini.7

3."Kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena pindah domisili.

a. G adalah warga di Lembangan kelurahan Balesari Kecamatan Bansari

Kabupaten Temanggung, G memiliki sebidang tanah pertanian yang terletak di desa Tegalsari Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung. Karena tidak pandai mengolah tanahnya tersebut akhirnya dia kerja (swasta) di Jakarta. Saat

ini G menetap dan berpenduduk di Jakarta.8 G menyerahkan pengolahan

tanahnya kepada saudaranya yang berada di desa Limbangan, untuk hasilnya G menyerahkan sepenuhnya kepada saudaranya sebagai upah telah merawat

dan memelihara tanahnya dengan baik.9

b. B dulunya adalah warga desa Boresan 2 Kelurahan Balesari Kecamatan

Bansari Kabupaten Temanggung, dia berprofesi sebagai pedagang. Dia memiliki sebidang tanah di desa Kalensari Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung. Untuk memperlancar usahanya B pindah penduduk ke

6

Wawancara dengan Bapak Khanafi selaku Sekretaris Desa Balesari pada tanggal 18 Februari 2013. 7

Wawancara dengan D pada tanggal 20 Februari 2013.

8

Wawancara dengan Bapak Sugiyanto selaku Kepala Dusun desa Limbangan pada tanggal 20 Juni 2013.

9

Wawancara dengan Bapak Sugiyanto selaku Kepala Dusun desa Limbangan pada tanggal 14 Februari 2013.


(6)

Madureso Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung. Sampai saat ini tanah tersebut tidak di alihkan kepada warga sekitar, menurut informasi yang penulis terima ia enggan mengalihkan tanah tersebut karena ia ingin tetap

memilikinya sebagai sarana investasi kemudian hari jika ia tua.10

Pengolahan tanah tersebut diserahkan kepada saudaranya yang ada di desa tersebut. Dari uraian di atas, kepemilikan tanah yang dimiliki oleh B

termasuk dalam kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena pemilik

(B) tinggal di Kecamatan Temanggung sedangkan tanahnya berada di desa Balesari Kecamatan Bansari.

4."Kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena perceraian.

Pada tahun 1985 L yang berdomisili di Boresan 1 Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung menikahi R yang bertempat tinggal di desa Danurejo Kecamatan Kedu. Setelah menikah mereka menetap di Boresan 1 Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung. Pada tahun 1987 R membeli tanah di desa Kalensari menggunakan uang tabunganya yang telah ia kumpulkan sejak ia muda

hasil dari kerjanya sebagai pedagang.11 Selama 10 tahun usia pernikahan L dan R

tidak di karuniai momongan, dan akhirnya mereka memutuskan untuk bercerai pada tahun 1995. Setelah percerai R kembali kepada orang tuanya di desa Danurejo Kecamatan Kedu sampai saat ini.

Dari perceraian tersebut melahirkan kepemilikan tanah pertanian secara absentee, karena R selaku pemilik tanah pertanian sekarang tinggal diluar kecamatan dimana letak tanah itu berada. Menurut keterangan dari Kadus Kalensari R enggan mengalihkan kepemilikan tanahnya tersebut karena untuk sarana investasi dimasa yang akan datang. Untuk mengolahan tanah di serahkan

10

Wawancara dengan Bapak Maksum selaku Kepala Dusun Boresan 2 pada tanggal 21 Februari 2013 11


(7)

kepada penduduk setempat yang hasilnya dibagi menjadi 2 yaitu 1/2 untuk petani

penggarap 1/2nya lagi di serahkan kepada R.12

Dari uraian diatas kepemilikan tanah pertanian secara absentee di Desa

Balesari Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung dapat di golong menjadi 4 yaitu:

1. Kepemilikan tanah pertanian secara absentee dengan cara jual-beli tanah yaitu

ada 2 kasus.

2. Kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena pewarisan yaitu ada 4

kasus.

3. Kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena pindah domisili yaitu ada

2 kasus.

4. Kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena perceraian yaitu ada 1

kasus.

A.2. Kepemilikan Tanah Pertanian Secara Absentee di Desa Sokawera Kecamatan Cilogok, Desa Klahang Kecamatan Sokaraja, Desa Karanggintung Kecamatan Kemrajen, Desa Tumiyang Kecamatan Pakuncen Kabupaten Banyumas.13

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mintarsih Sri Kuntarti didaerah Sokawera, Klahang, Karanggintung, dan Tumiyang, kepemilikan tanah pertanian

secara absentee terjadi karena:

1."Tanah pertanian secara absentee yang dimiliki terjadi karena pindah domisili ada 7 orang, sebagai contoh adalah:

Bapak T dan Bapak M adalah pengusaha yang masing-masing pemilik tanah pertanian yang telah bersertifikat dan mereka menetap di desa

12

Wawancara dengan Bapak Djoko selaku Kepala Dusun Kalensari pada tanggal 25 Februari 2013.

13


(8)

Karanggintung Kec. Kemrajen. Kemudian, setelah beberapa tahun, kedua pemilik tanah itu pindah domisilinya ke desa lain di luar kecamatan dimana tananhnya terletak. Bapak T pindah ke Puwokerto Wetan Kec. Puwokerto Timur dan Bapak M pindah ke Karanglewas Kec. Karanglewas karena untuk memperlancar usahanya. Aparat desa dalam hal ini tahu kepindah mereka karena sebelum pindah bapak T dan M melaporkan kepindahannya.

Sementara mereka pindah, mereka masih tetap memiliki tang tersebut. Pemilik tanah pertanian secara absentee ini terjadi karena mereka tidak tahu bahwa sejak kepindahannya mereka harus mengalihkan tanahnya kepada orang yang tinggal di tempat letak tanah tersebut. Sedang aparat desa tahu akan hal itu tapi membiarkannya karena Bapak T dan M merupakan orang yang cukup berada dan tanahnya kemudian dikerjakan oleh penduduk setempat hingga saat ini.

2."Tanah pertanian secara absentee yang dimiliki terjadi karena permohonan hak milik ada 8 orang, sebagai contoh adalah:

Ibu T dan Bapak S dulunya petani penggarap tanah negara bebas selama 20 tahun di desa Sokawera Kec. Cilongok. Tetapi mereka berdomisili di luar kecamatan dengan tanahnya yaitu di Wangon Kec. Wangon.

Berhubung petani penggarap tanah tersebut mengajukan hak milik atas tanah itu ke Kantor Agraria, maka oleh Kepala desa dimana tanah tersebut terletak menganjurkan supaya pindah penduduk dan bertempat tinggal di desa letak tanahnya. Setelah pindah sesuai dengan anjuran aparat, petani penggarap tanah tersebut mengajukan permohonan hak milik ke Kantor Agraria dan dikabulkan tahun 1974 dan 1989.

Setelah beberapa tahun petani tersebut bertempat tinggal didesa dimana tanah itu berada, mereka kemudian pindah tempat tinggal ke kecematan lain dari


(9)

letak tanah tersebut. Ibu T pindah ke Purwokerto Wetan Kecamatan Purwokerto Timur karena mengikuti suaminya dan Bapak S kembali ke Wangon karena rumahnya semula ada di Wagon. Sedang tanah yang diperolehnya dahulu tidak dilepaskan karena mereka tidak tahu bahwa kepemilikan tanah seperti yang

dimilikinya dilarang karena menyebabkan pemilikan tanah absentee.

3."Tanah pertanian secara absentee yang dimiliki terjadi karena pinjam nama ada 7 orang, sebagai contoh adalah:

Bapak S dan Bapak B dulunya penggarap tanah negara bebas berdomisili di luar kecamatan dari letak tanah yang di garap tersebut yaitu di Kecamatan Purwokerto. Berhubung petani penggarap tersebut bukan penduduk daerah kecamatan dimana tanah terletak, untuk memohon hak milik atas tanah guna kepentingan mereka supaya memenuhi sebagai pemohon, petani tersebut menunjuk seseorang yang dipercaya Y dan H yang merupakan warga di mana tanah terletak yaitu didesa Tumiyang Kecamatan Pakuncen dan mengadakan perjanjian diatas materai, agar warga yang ditunjuk tersebut memohonkan tanah yang digarap oleh petani penggarap itu atas nama warga tersebut ke Kantor Agraria dengan imbalan jasa (uang).

Selanjutnya warga yang ditunjuk mendapatkan SK hak milik dari Kantor Agraria. Tetapi berhubung sudah diadakan perjanjian diatas materai, maka sertifikat tanah tersebut diserahkan kepada petani itu sebagai pemilik asli. Dana warga yang ditunjuk itu menerima imbalan jasa sesuai dengan perjanjian.

4."Tanah pertanian secara absentee yang dimiliki terjadi karena jual-beli ada 24 orang, sebagai contoh adalah:


(10)

a. Ibu A adalah penduduk desa Klahang Kecamatan Sokaraja dan membeli sebidang tanah di desa Klahang tersebut. Tetapi beberapa tahun kemudian A pindah tempat ke Kecamatan Kemrajen mengikuti suaminya.

b. Ibu B dan Bapak C adalah penduduk Sokawera dan membeli tanah di desa

Sokawera Kecamatan Cilogok. Selang beberapa tahun kemudian mereka pindah ke Purwokerto. Ibu B pindah ke Purwokerto mengikuti suaminya sedangan bapak C pindah guna memperlancar usaha dagang.

c. Ibu D dan bapak E adalah penduduk desa Karanggintung dan membeli tanah

di desa Karanggintung Kecamatan Kemrajen Kabupaten Banyumas. Tetapi beberapa tahun kemudian D dan E pindah tempat tinggal di Purwokerto. D mengikuti suaminya dan E pindah karena pindah kerja(swasta).

Mereka masih memiliki tanah pertanian tersebut, karena mereka tidak tahu bahwa mereka harus mengalihkan tanah pertanian mereka kepada orang lain dan atau saudaranya yang bertempat tinggal didaerah dimana tanah terletak. Dan mereka juga merasa sayang apabila harus melepaskan tanah tersebut.

5."Tanah pertanian secara absentee yang dimiliki terjadi karena warisan ada 7 orang, sebagai contoh adalah:

Ibu A dan Bapak S mendapat warisan berupa tanah pertanian. Akan tetapi tanah warisan tersebut terletak di luar kecamatan dimana mereka tinggal. A dan S beralasan tidak mengalihkan tanah tersebut karena ingin melestarikan peninggalan orang tua. Dengan pertimbangan tersebut, Kepala desa mengakui bahwa ahli waris tersebut adalah penduduk dimana letak tanah dan memberinya KTP. Dengan demikian ahli waris tersebut dapat memiliki tanah warisan dengan status hak milik. Sedangkan ahli waris tetap bertempat tinggal di daerahnya semula yang berada di luar kecamatan dimana tanah terletak.


(11)

Dari uraian diatas terjadinya kepemilikan tanah pertanian secara absentee dapat di golongkan menjadi lima cara yaitu:

1. Pemilikan tanah pertanian secara absentee karena pindah domisili.

2. Pemilikan tanah pertanian secara absentee karena permohonan hak milik.

3. Pemilikan tanah pertanian secara absentee karena pinjam nama.

4. Pemilikan tanah pertanian secara absentee karena jual-beli.

5. Pemilikan tanah pertanian secara absentee karena warisan.

A.3. Kepemilikan Tanah Pertanian Secara Absentee di Desa Rempoah Kecamatan Baturaden dan Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.14

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariskha Dewi, SH. di desa Rempoah Kecamatan Baturaden dan di desa Ledug Kecamatan Kembaran yang

terletak di Kabupataen Banyumas kepemilikan tanah pertanian secara absentee terjadi

karena:

1."Kepemilikan Tanah Pertanian Secara Absentee karena Jual-Beli di Bawah Tangan.

Di desa Rempoah yang terletak di Kecamatan Baturaden Kabupaten

Banyumas, di temukan adanya kepemilikan tanah pertanian secara absentee.

Adanya pemilikan tanah pertanian secara absentee di desa Rempoah yaitu dengan

cara melakukan jual-beli tanah pertanian secara dibawah tangan, jual-beli itu dilakukan hanya antara pembeli dan penjual (pemilik tanah) di depan Kepala Desa dengan dihadiri oleh para saksi, kerabat, tetangga dan mereka yang tanahnya berbatasan dengan tanah yang akan di jual.

14


(12)

Peralihan hak atas tanah dibawah tangan ini dilakukan dengan suatu perjanjian yang di buat di atas kwitansi yang diberi materai atau kertas segel yang di dalamnya dituangkan perjanjian yang mengikat kedua belah pihak yang harus ditandatangani oleh para pihak dan saksi-saksi. Alas hak yang digunakan dalam peralihan hak atas tanah di bawah tangan ini biasanya petuk pajak.

Di desa Rempoah Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas di temukan

ada 20 kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena jual-beli di bawah

tangan, sebagai contoh adalah:

1. Menurut keterangan dari bapak BS, salah seorang pemilik tanah absentee, dia

memiliki tanah sawah seluas 4800 m2 dan memperoleh tanah tersebut dengan jalan jual-beli dibawah tangan pada tahun 1980, beliau mengatakan bahwa alasan melakukan jual-beli dibawah tangan itu adalah:

a. Karena mudah pelaksanaanya.

b. Biaya lebih murah dibandingkan dengan jual-beli yang dilakukan di depan

PPAT.

c. Pelaksanaanya cepat dan tidak berbelit-belit.

d. Praktis, mengingat dia bukan penduduk daerah tersebut dan berdomisili di

luar kota sehingga membutuhkan proses yang cepat dalam pengalihan hak atas tanah tersebut.

2. Bapak S memiliki tanah seluas 1500 m2 di desa Rempoah ini yang didapatkan

dengan jual-beli dibawah tangan. Dia bukan penduduk setempat melainkan berdomisili di Kota Solo. Dia bisa memperoleh tanah di daerah tersebut karena sebagai seorang pedagang, dia pernah berdagang dan menetap di desa Rempoah selama 5 tahun, sehingga ia sudah cukup mengenal daerah tersebut


(13)

dan mengenal masyarakatnya. Oleh karena itu pada saat ia membeli tanah di desa itu dia tidak mengalami kesulitan dalam pelaksanaan jual-belinya.

Tanah tersebut tidak lantas dialihkan kepada pihak lain yang berdomisili di daerah tersebut tetapi tanah tersebut diserahkan kepada penduduk setempat untuk digarap. Menurutnya, penjualan tanah di bawah tangan ini terjadi karena mereka lebih mengutamakan pada pembeli yang masih ada hubungan keluarga, atau setidaknya penduduk setempat yang sebelumnya telah mereka kenal dengan baik. Persoalan domisili si pembeli yang berjauhan jarang dijadikan hambatan, apabila memang sudah ada kecocokan. Dan transaksi jual-beli tanah ini dilakukan secara tunai, dan tanpa menggunakan akta yang dibuat oleh dan di hadapan PPAT. Dari hal-hal di atas ternyata sangat dipengaruhi dengan adanya kemudahan dalam pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) di Kantor Kecamatan, sehingga orang dengan mudah mendapatkan tanah-tanah tersebut.

2."Kepemilikan Tanah Pertanian Secara Absentee Karena Warisan

Adanya kepemilikan tanah pertanian secara absentee di desa Ledug

Kecamatan Kembaran ini menurut bapak J selaku Sekertaris Desa di Desa ledug

mengatakan bahwa pemilik dari tanah-tanah absentee tersebut banyak yang

berasal dari luar kota bahkan dari luar pulau jawa seperti Kalimantan dan Makasar. Mereka semata-mata memiliki tanah-tanah tersebut hanya untuk investasi. Namun ternyata setelah dibeli tanah-tanah itu sebagian ada yang dibiarkan begitu saja tidak diolah sebagaimana mestinya sehingga mengakibatkan tanah-tanah tersebut menjadi terlantar.

Di samping itu karena pemiliknya bertempat tingga jauh di luar jawa dan tidak mesti satu tahun sekali pulang makan pihak aparat desa juga mengalami


(14)

kesulitan dalam penarikan pajaknya. Bahkan ada salah seorang pemilik tanah yang karena tidak pernah datang sampai bertahun-tahun mengakibatkan pajak yang terhutang dari tanah tersebut menjadi semakin besar jumlahnya.

Kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena warisan di desa

Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas ada 10 orang, sebagai contoh adalah:

Bapak A, seorang pemilik tanah absentee, yang berdomisili di Cilacap yang

memiliki tanah pertanian seluas 200 m2 melalui pewarisan 10 tanhun yang lalu.

Walaupun ada ketentuan mengenai jangka waktu pengalihan tanah absentee

karena pewarisan yaitu 1 tahun setelah kematian pewaris tetapi hal itu tidak dilakukannya dengan alasan bahwa tanh tersebut adalah untuk investasi masa depan dan akan dijual jika harganya sudah tinggi.

Dari segi pengolahan tanah tersebut, bagi dirinya tidak menjadi masalah yang berarti karena dengan adanya kemudahan transprotasi membuat jarak antara Purwokerto – Cilacap dapat di tempuh dalam beberapa jam saja sehingga ia dapat dengan mudah melakukan pengawasan terhadap tanah miliknya tersebut. Dan menurut pendapatnya dia bisa membantu perekonomian masyarakat daerah tersebut dengan jalan memperkerjakan merekan sebagai buruh tani di sawah miliknya.


(1)

letak tanah tersebut. Ibu T pindah ke Purwokerto Wetan Kecamatan Purwokerto Timur karena mengikuti suaminya dan Bapak S kembali ke Wangon karena rumahnya semula ada di Wagon. Sedang tanah yang diperolehnya dahulu tidak dilepaskan karena mereka tidak tahu bahwa kepemilikan tanah seperti yang dimilikinya dilarang karena menyebabkan pemilikan tanah absentee.

3."Tanah pertanian secara absentee yang dimiliki terjadi karena pinjam nama

ada 7 orang, sebagai contoh adalah:

Bapak S dan Bapak B dulunya penggarap tanah negara bebas berdomisili di luar kecamatan dari letak tanah yang di garap tersebut yaitu di Kecamatan Purwokerto. Berhubung petani penggarap tersebut bukan penduduk daerah kecamatan dimana tanah terletak, untuk memohon hak milik atas tanah guna kepentingan mereka supaya memenuhi sebagai pemohon, petani tersebut menunjuk seseorang yang dipercaya Y dan H yang merupakan warga di mana tanah terletak yaitu didesa Tumiyang Kecamatan Pakuncen dan mengadakan perjanjian diatas materai, agar warga yang ditunjuk tersebut memohonkan tanah yang digarap oleh petani penggarap itu atas nama warga tersebut ke Kantor Agraria dengan imbalan jasa (uang).

Selanjutnya warga yang ditunjuk mendapatkan SK hak milik dari Kantor Agraria. Tetapi berhubung sudah diadakan perjanjian diatas materai, maka sertifikat tanah tersebut diserahkan kepada petani itu sebagai pemilik asli. Dana warga yang ditunjuk itu menerima imbalan jasa sesuai dengan perjanjian.

4."Tanah pertanian secara absentee yang dimiliki terjadi karena jual-beli ada


(2)

a. Ibu A adalah penduduk desa Klahang Kecamatan Sokaraja dan membeli sebidang tanah di desa Klahang tersebut. Tetapi beberapa tahun kemudian A pindah tempat ke Kecamatan Kemrajen mengikuti suaminya.

b. Ibu B dan Bapak C adalah penduduk Sokawera dan membeli tanah di desa Sokawera Kecamatan Cilogok. Selang beberapa tahun kemudian mereka pindah ke Purwokerto. Ibu B pindah ke Purwokerto mengikuti suaminya sedangan bapak C pindah guna memperlancar usaha dagang.

c. Ibu D dan bapak E adalah penduduk desa Karanggintung dan membeli tanah di desa Karanggintung Kecamatan Kemrajen Kabupaten Banyumas. Tetapi beberapa tahun kemudian D dan E pindah tempat tinggal di Purwokerto. D mengikuti suaminya dan E pindah karena pindah kerja(swasta).

Mereka masih memiliki tanah pertanian tersebut, karena mereka tidak tahu bahwa mereka harus mengalihkan tanah pertanian mereka kepada orang lain dan atau saudaranya yang bertempat tinggal didaerah dimana tanah terletak. Dan mereka juga merasa sayang apabila harus melepaskan tanah tersebut.

5."Tanah pertanian secara absentee yang dimiliki terjadi karena warisan ada 7

orang, sebagai contoh adalah:

Ibu A dan Bapak S mendapat warisan berupa tanah pertanian. Akan tetapi tanah warisan tersebut terletak di luar kecamatan dimana mereka tinggal. A dan S beralasan tidak mengalihkan tanah tersebut karena ingin melestarikan peninggalan orang tua. Dengan pertimbangan tersebut, Kepala desa mengakui bahwa ahli waris tersebut adalah penduduk dimana letak tanah dan memberinya KTP. Dengan demikian ahli waris tersebut dapat memiliki tanah warisan dengan status hak milik. Sedangkan ahli waris tetap bertempat tinggal di daerahnya semula yang berada di luar kecamatan dimana tanah terletak.


(3)

Dari uraian diatas terjadinya kepemilikan tanah pertanian secara absentee dapat di golongkan menjadi lima cara yaitu:

1. Pemilikan tanah pertanian secara absentee karena pindah domisili. 2. Pemilikan tanah pertanian secara absentee karena permohonan hak milik. 3. Pemilikan tanah pertanian secara absentee karena pinjam nama.

4. Pemilikan tanah pertanian secara absentee karena jual-beli. 5. Pemilikan tanah pertanian secara absentee karena warisan.

A.3. Kepemilikan Tanah Pertanian Secara Absentee di Desa Rempoah Kecamatan Baturaden dan Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.14

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariskha Dewi, SH. di desa Rempoah Kecamatan Baturaden dan di desa Ledug Kecamatan Kembaran yang terletak di Kabupataen Banyumas kepemilikan tanah pertanian secara absentee terjadi karena:

1."Kepemilikan Tanah Pertanian Secara Absentee karena Jual-Beli di Bawah

Tangan.

Di desa Rempoah yang terletak di Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas, di temukan adanya kepemilikan tanah pertanian secara absentee. Adanya pemilikan tanah pertanian secara absentee di desa Rempoah yaitu dengan cara melakukan jual-beli tanah pertanian secara dibawah tangan, jual-beli itu dilakukan hanya antara pembeli dan penjual (pemilik tanah) di depan Kepala Desa dengan dihadiri oleh para saksi, kerabat, tetangga dan mereka yang tanahnya berbatasan dengan tanah yang akan di jual.

14


(4)

Peralihan hak atas tanah dibawah tangan ini dilakukan dengan suatu perjanjian yang di buat di atas kwitansi yang diberi materai atau kertas segel yang di dalamnya dituangkan perjanjian yang mengikat kedua belah pihak yang harus ditandatangani oleh para pihak dan saksi-saksi. Alas hak yang digunakan dalam peralihan hak atas tanah di bawah tangan ini biasanya petuk pajak.

Di desa Rempoah Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas di temukan ada 20 kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena jual-beli di bawah tangan, sebagai contoh adalah:

1. Menurut keterangan dari bapak BS, salah seorang pemilik tanah absentee, dia memiliki tanah sawah seluas 4800 m2 dan memperoleh tanah tersebut dengan jalan jual-beli dibawah tangan pada tahun 1980, beliau mengatakan bahwa alasan melakukan jual-beli dibawah tangan itu adalah:

a. Karena mudah pelaksanaanya.

b. Biaya lebih murah dibandingkan dengan jual-beli yang dilakukan di depan PPAT.

c. Pelaksanaanya cepat dan tidak berbelit-belit.

d. Praktis, mengingat dia bukan penduduk daerah tersebut dan berdomisili di luar kota sehingga membutuhkan proses yang cepat dalam pengalihan hak atas tanah tersebut.

2. Bapak S memiliki tanah seluas 1500 m2 di desa Rempoah ini yang didapatkan dengan jual-beli dibawah tangan. Dia bukan penduduk setempat melainkan berdomisili di Kota Solo. Dia bisa memperoleh tanah di daerah tersebut karena sebagai seorang pedagang, dia pernah berdagang dan menetap di desa Rempoah selama 5 tahun, sehingga ia sudah cukup mengenal daerah tersebut


(5)

dan mengenal masyarakatnya. Oleh karena itu pada saat ia membeli tanah di desa itu dia tidak mengalami kesulitan dalam pelaksanaan jual-belinya.

Tanah tersebut tidak lantas dialihkan kepada pihak lain yang berdomisili di daerah tersebut tetapi tanah tersebut diserahkan kepada penduduk setempat untuk digarap. Menurutnya, penjualan tanah di bawah tangan ini terjadi karena mereka lebih mengutamakan pada pembeli yang masih ada hubungan keluarga, atau setidaknya penduduk setempat yang sebelumnya telah mereka kenal dengan baik. Persoalan domisili si pembeli yang berjauhan jarang dijadikan hambatan, apabila memang sudah ada kecocokan. Dan transaksi jual-beli tanah ini dilakukan secara tunai, dan tanpa menggunakan akta yang dibuat oleh dan di hadapan PPAT. Dari hal-hal di atas ternyata sangat dipengaruhi dengan adanya kemudahan dalam pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) di Kantor Kecamatan, sehingga orang dengan mudah mendapatkan tanah-tanah tersebut.

2."Kepemilikan Tanah Pertanian Secara Absentee Karena Warisan

Adanya kepemilikan tanah pertanian secara absentee di desa Ledug Kecamatan Kembaran ini menurut bapak J selaku Sekertaris Desa di Desa ledug mengatakan bahwa pemilik dari tanah-tanah absentee tersebut banyak yang berasal dari luar kota bahkan dari luar pulau jawa seperti Kalimantan dan Makasar. Mereka semata-mata memiliki tanah-tanah tersebut hanya untuk investasi. Namun ternyata setelah dibeli tanah-tanah itu sebagian ada yang dibiarkan begitu saja tidak diolah sebagaimana mestinya sehingga mengakibatkan tanah-tanah tersebut menjadi terlantar.

Di samping itu karena pemiliknya bertempat tingga jauh di luar jawa dan tidak mesti satu tahun sekali pulang makan pihak aparat desa juga mengalami


(6)

kesulitan dalam penarikan pajaknya. Bahkan ada salah seorang pemilik tanah yang karena tidak pernah datang sampai bertahun-tahun mengakibatkan pajak yang terhutang dari tanah tersebut menjadi semakin besar jumlahnya.

Kepemilikan tanah pertanian secara absentee karena warisan di desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas ada 10 orang, sebagai contoh adalah:

Bapak A, seorang pemilik tanah absentee, yang berdomisili di Cilacap yang memiliki tanah pertanian seluas 200 m2 melalui pewarisan 10 tanhun yang lalu. Walaupun ada ketentuan mengenai jangka waktu pengalihan tanah absentee karena pewarisan yaitu 1 tahun setelah kematian pewaris tetapi hal itu tidak dilakukannya dengan alasan bahwa tanh tersebut adalah untuk investasi masa depan dan akan dijual jika harganya sudah tinggi.

Dari segi pengolahan tanah tersebut, bagi dirinya tidak menjadi masalah yang berarti karena dengan adanya kemudahan transprotasi membuat jarak antara Purwokerto – Cilacap dapat di tempuh dalam beberapa jam saja sehingga ia dapat dengan mudah melakukan pengawasan terhadap tanah miliknya tersebut. Dan menurut pendapatnya dia bisa membantu perekonomian masyarakat daerah tersebut dengan jalan memperkerjakan merekan sebagai buruh tani di sawah miliknya.