Efektifitas Pelayanan Satu Hari Jadi (One Day Service/ODS) Dalam Pembuatan Izin Usaha Industri (IUI) Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Cirebon

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Pelayanan terhadap masyarakat selama ini diupayakan oleh pemerintah selaku penyelenggara administrasi negara. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, telah mengubah paradigma sentralisasi pemerintah ke arah desentralisasi dengan pemberian otonomi daerah yang nyata luas dan bertanggung jawab kepada daerah. Hal ini berarti fungsi pelayanan pun telah didesentralisasikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

Pelayanan pemerintahan daerah merupakan suatu informasi yang sangat penting untuk diketahui oleh seluruh mayarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus mewujudkan suatu pelayanan sistem informasi. Pelayanan sistem informasi dilakukan karena suatu keharusan terutama didalam pemerintahan. Penggunaan sistem teknologi informasi dalam bidang pemerintahan digunakan untuk kelancaran komunikasi antar Lembaga-lembaga, Dinas, Instansi atau Badan dan kepada masyarakat. Komunikasi antar pemerintah pusat dengan pemerintah daerah serta bagi masyarakat luas supaya terjalin suatu sistem kepemerintahan yang efektif, efisien serta cepat dalam melayani masyarakat luas. Teknologi sistem informasi mampu menyediakan ruang informasi pelayanan publik yang dapat diakses oleh siapapun, dimana pun secara mudah.


(2)

Sebagai abdi masyarakat, pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Desentralisasi yang bergulir sejak tahun 1999 telah memberikan kesempatan pada pemerintah daerah untuk melakukan berbagai perubahan demi terciptanya perbaikan pelayanan publik, percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan peningkatan efektifitas dalam penyelenggaraan pemerintah. Bagi Kota Bandung desentralisasi telah menumbuhkan komitmen kuat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan iklim usaha dan peningkatan efektifitas kinerja pemerintaha dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.

Terbitnya Peraturan Daerah No. 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah yang mana peraturan pemerintah tersebut memberikan posisi bagi dinas atau unit pelayanan kepada masyarakat secara efisien, mudah, dan murah. Adanya Peraturan Bupati No. 68 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja BPPT memperjelas fungsi BPPT sebagai badan yang melayani masalah perizinan dengan waktu yang singkat. Peraturan Bupati Cirebon No. 7 Tahun 2011 Tentang Prosedur Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Keputusan Kepala BPPT No. 503/Kep.131-BPPT/2010 Tentang Penerapan Pelayanan Satu Hari Jadi (One Day Service) Pada Pelayanan Administrasi Perizinan sebagai landasan hukum tentang fungsi, tugas pokok BPPT Kabupaten Cirebon.


(3)

Pelayanan Satu Hari Jadi (ODS) ini merupakan pelayanan yang mengutamakan pada proses administrasi, dimana masyarakat dapat mengurus perizinan yang berhubungan dengan keadministrasian sehingga pelayanan ini dapat membantu masyarakat agar menyelesaikan masalah keadministrasian dengan cepat dan mudah. Kemudahan ini didapat oleh masyarakat yang dapat mengakses website BPPT dan masyarakat Kabupaten Cirebon yang masih terjangkau penyuluhan tentang sosialisasi IUI oleh aparatur BPPT. Proses pelayanan ini sudah diusahakan secara maksimal oleh Pemerintah Kabupaten Cirebon, tapi pada kenyataannya banyak warga masyarakat khususnya masyarakat yang berada jauh dari jangkauan pusat kota ataupun pusat desa, masih mengalami kesulitan untuk mengetahui persyaratan apa saja yang perlu dibawa saat datang ke BPPT untuk mengajukan IUI. Komunikasi menjadi hal yang penting agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang tepat dan cepat. Adanya proses komunikasi ini akan membantu keefektifan kinerja aparatu BPPT untuk pelayanan IUI.

Suatu program akan dinilai efektif jika program tersebut dapat melayani masyarakat dengan cepat dan tepat dengan hasil yang memuaskan masyarakat selaku konsumen. ODS di BPPT Kabupaten Cirebon mengalami kendala yang sampai sekarang belum bisa dipecahkan, yaitu kendala Tim Teknis. Tim Teknis di BPPT Kabupaten Cirebon masih menggunakan peralatan yang sederhana untuk pengukuran lapangan. Hal ini dapat memperlambat kinerja aparatur


(4)

lainnya, sehingga pelayanan yang diberikan oleh aparatur BPPT tidaklah seefektif yang terjadi dalam proses keadministrasian.

Aparatur BPPT Kabupaten Cirebon adalah aparatur yang memiliki kemampuan yang paling dominan diantara aparatur yang ada Badan lainnya di Kabupten Cirebon, karena BPPT Kabupaten Cirebon menargetkan semua Sumber Daya Aparaturnya haruslah yang berkompeten dalam bidangnya. Adanya persaingan yang ketat inilah, maka diperlukan pengawasan yang ketat pula. Bukan saja untuk aparaturnya namun juga dalam proses pelayanan IUI ini. Persaingan antara aparatur BPPT Kabupaten Cirebon adalah persaingan sehat, yang mana dapat menjadikan BPPT Kabupeten Cirebon sebagai badan yang memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat. Pelayanan yang maksimal dibutuhkan oleh setiap instansi Negara untuk mendorong tingkat kepuasan masyarakat terhadap apa yang pemerintah fasilitasi kepada masyarakat.

Tingkat kepuasan BPPT di Kabupaten Cirebon masih tergolong rendah, karena pelayanan IUI ini belum menjangkau semua kalangan masyarakat yang ada di Kabupaten Cirebon. Banyaknya masyarakat yang masih buta akan informasi ODS inilah yang menjadi kendala ditingkat kepuasan masyrakata terhadap kinerja aparatur BPPT dalam melayani pelayanan IUI. Selain itu BPPT Kabupaten Cirebon juga belum menggunakan sistem informasi untuk pelayanan yang berbasis pada sistem e-Government. BPPT Kabupaten Cirebon hanya menggunakan


(5)

sistem komputerisasi untuk penyimpanan data dan penggunaan internet untuk memberikan informasi kepada masyarakat agar mengetahui apa saja persayaratan saat akan mengajukan IUI.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul “Efektifitas Pelayanan Satu Hari Jadi (One Day Service / ODS) Dalam Pembuatan Izin Usaha Industri (IUI) Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Cirebon”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pelayanan melalui ODS pada pelayanan IUI? 2. Bagaimana efisiensi pelayanan melalui ODS pada pelayanan IUI? 3. Bagaimana kepuasan pelayanan melalui ODS pada pelayanan IUI? 4. Bagaimana keunggulan pelayanan melalui ODS pada pelayanan IUI? 5. Bagaimana pengembangan pelayanan melalui ODS pada pelayanan

IUI?

1.3 Maksud Dan Tujuan KKL

Maksud dari pembuatan laporan KKL ini adalah untuk mengetahui efektifitas ODS di BPPT Kabupaten Cirebon. Adapun tujuan laporan KKL ini adalah sebagai berikut:


(6)

1. Untuk mengetahui proses pelayanan melalui ODS pada pelayanan IUI.

2. Untuk mengetahui efisiensi pelayanan melalui ODS pada pelayanan IUI.

3. Untuk mengetahui kepuasan pelayanan melalui ODS pada pelayanan IUI.

4. Untuk mengetahui keunggulan pelayanan melalui ODS pada pelayanan IUI.

5. Untuk mengetahui pengembangan pelayanan melalui ODS pada pelayanan IUI.

1.4 Kegunaan KKL

Laporan KKL yang dilakukan oleh penulis ini diharapkan dapat berguna baik bagi penulis sendiri, bagi pengembangan teori, dan juga bagi instansi terkait.

1. Bagi Penulis, laporan KKL ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis terutama untuk mengetahui bagaimana perkembangan kebijakan penerapan ODS di Kabupaten Cirebon khususnya di BPPT di Kabupaten Cirebon. Laporan KKL ini adalah syarat kelulusan bagi penulis untuk menjadi sarjana Ilmu Pemerintahan di Program Studi Ilmu Pemerintahan Unikom.

2. Bagi Teoritis, penulisan ini juga diharapkan dapat memberikan perkembangan ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan khususnya


(7)

teori-teori dalam bidang Ilmu Pemerintahan yang terkait dengan efektifitas ODS dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan untuk melakukan pelayanan yang baik bagi masyarakat sebagai abdi masyarakat.

3. Bagi Praktis, laporan KKL ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi di BPPT Kabupaten Cirebon dalam upaya mengefektifkan ODS untuk masa yang akan datang.

1.5 Kerangka Pemikiran

Kajian tentang efektifitas mengacu pada dua kepentingan yaitu baik secara teoritis maupun secara praktis (Gibson et al,1996:34), artinya adanya ketelitian yang bersifat komprehensif dan mendalam dari efisiensi serta kebaikan kebaikan untuk memperoleh masukan tentang produktifitas. Efektifitas merupakan keadaan yang berpengaruh terhadap suatu hal yang berkesan, kemanjuran, keberhasilan usaha, tindakan ataupun hal yang berlakunya.

Menurut pendapat Supriyono, dalam bukunya Sistem Pengendalian Manajemen mendefinisikan pengertian efektifitas, sebagai berikut:

“Efektifitas merupakan hubungan antara keluaran suatu pusat tanggung jawab dengan sasaran yang mesti dicapai, semakin besar konstribusi dari pada keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut, maka dapat dikatakan efektif pula unit tersebut” (Supriyono, 2000:29).

Dengan demikian efektifitas merupakan suatu tindakan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang


(8)

dikehendaki dan menekankan pada hasil atau efeknya dalam pencapaian tujuan.

Umumnya efektifitas selalu berhubungan dan dipadukan dengan efisiensi yang merupakan suatu kegiatan dalam pencapaian tujuan organisasi. Unit organisasi yang efisien belum tentu efektif, karena meskipun unit tersebut menghasilkan sejumlah keluaran dengan menggunakan masukan yang minimal atau menghasilkan keluaran terbanyak belum tentu tujuan organisasi yang maksimal, sehingga unit tersebut menjadi kurang efektif atau dengan kata lain efektifitasnya kurang memadai. Efektifitas merupakan gambaran tingkat keberhasilan atau keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan adanya keterikatan antara nilai-nilai yang bervariasi.

Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan oleh pendapat para ahli di atas, maka efektifitas merupakan usaha pencapaian sasaran yang dikehendaki (sesuai dengan harapan) yang ditujukan kepada orang banyak dan dapat dirasakan oleh kelompok sasaran yaitu masyarakat.

Sedangkan menurut Gibson, Ivancevich & Donnelly dalam bukunya organisasi. Prilaku, stuktur dan proses. Mengemukakan lima kategori umum kriteria keefektifan, diantaranya:

1. Proses 2. Efisiensi 3. Kepuasan 4. Keunggulan 5. Pengembangan (Gibson et al,1996:34)


(9)

Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa: Pertama, Proses adalah merupakan kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah dan mutu output sesuai dengan permintaan lingkungan. Ukuran Proses meliputi Komunikasi, Pengambilan Keputusan, dan Pengembangan Pegawai. Kedua, Efesiensi adalah merupakan perbandingan (ratio) antara output dengan input. Ketiga, Kepuasaan adalah merupakan ukuran untuk menunjukan tingkat dimana organisasi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Keempat, Keunggulan adalah tingkat dimana korganisasi dapat dan benar-benar tanggap terhadap perubahan internal dan eksternal. Kelima, Pengembangan adalah merupakan mengukur kemampuan organisasi untuk meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi tuntutan masyarakat. Ukuran Pengembangan meliputi pencapaian tujuan.

Selanjutnya dalam melengkapi teori tentang efektifitas ini akan di uraikan mengenai pengertian pelayanan. Pelayanan adalah setiap kegiatan yang dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Selanjutnya Sampara berpendapat pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan (Sampara Lukman,2000:4).

Dari pendapat yang di kemukakan diatas dapat di katakan bahwa pelayanan merupakan pemberian pelayanan secara prima baik dengan


(10)

cara manual maupun menggunakan mesin. Sementara dalam kamus besar bahasa Indonesia di jelaskan pelayanan sebagai hal,cara,atau hasil pekerjaan melayani.

Berdasarkan pengertian diatas dapat di ketahui bahwa pelayanan merupakan suatu kesatuan rangkaian efektifitas dalam memberi pelayanan yang prima pada masyarakat sehingga masyarakat dapat merasakan kepuasan dalam pelayanan tersebut.

Menurut Moenir, pemerintah dalam memberikan pelayanan terbaik kepada publik dapat di lakukun dengan cara:

1. Memberikan kemudahan dalam pengurusan hal-hal yang di anggap penting.

2. Memberikan peleyanan secara wajar.

3. Memberikan perlakuan yang sama tanpa pilih kasih. 4. Bersikap jujur dan terus terang.

(Moenir,2006: 47)

Berdasarkan pengertian diatas dapat di ketahui bahwa pemerintah dalam meningkatkan akuntabilitas publik dapat di lakukan dengan cara memberi pelayanan yang terbaik atau prima kepada publik/masyarakat tanpa harus membeda-bedakan status dan memberi kemudahan pada masyarakat dalam mengurus sesuatu yang di anggap penting dan pemerintah juga di tuntut untuk mempunyai jiwa pengabdian yang besar di mana pemerintah dalam menjalankan tugas atau ke wenangannya harus di iringi rasa tanggung jawab yaitu dengan bersikap jujur dan terus terang.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa efektifitas merupakan tercapainya sasaran atau tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.Salah satu hal yang disoroti dalam hal ini adalah efektifitas


(11)

pelayanan publik. Efektifitas pelayanan publik merupakan suatu bentuk interaksi, maka keberhasilannya akan bergantung pada kesesuaian antara yang pemberi dan penerima pelayanan tersebut.

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Cirebon

1. Proses 2. Efesiensi 3. Kepuassan 4. Keunggulan 5. Pembangunan Pelayanan Satu Hari Jadi

(One Day Service / ODS)

Meningkatkan Pelayanan IUI kepada Masyarakat Efektifitas Pelayanan IUI


(12)

1.6 Metode KKL

1.6.1 Metode Laporan KKL

Dalam laporan KKL ini, penulis menggunakan metode deskriptif karena untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu hal yang kemudian diklasifikasikan sehingga dapat diambil satu kesimpulan. Kesimpulan tersebut dapat lebih mempermudah dalam melakukan penelitian dan pengamatan, dengan begitu dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif.

Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam memilih suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nasir,1998:5). Metode ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antar dua gejala atau lebih.

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu:

“Memandang objek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi pemikiran, dan utuh (holistic) karena setiap aspek dari objek itu memiliki satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Suatu realitas atau objek tidak dapat dilihat secara parsial dan dipecah dalam beberapa variabel” (Sugiyono, 2005:5).

Berdasarkan penjelasan di atas, pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang mempelajari tingkah laku manusia khususnya orang-orang yang diteliti. Pemahaman orang-orang yang diteliti mengenai tingkah laku serta harus dapat memahami proses.


(13)

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi

Mengadakan pengamatan langsung dilokasi atau terjun langsung dilapangan untuk mengetahui tentang efektifitas ODS IUI di BPPT Kabupaten Cirebon serta dokumenter yaitu format pencatatan dokumen dan sumber datanya berupa catatan atau dokumen yang tersedia. Akan tetapi, dalam observasi ini penulis hanya bersifat non partisipan.

b. Studi pustaka

Dengan cara menelaah dan membandingkan sumber kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis dengan efektifitas ODS pada pelayanan IUI di BPPT Kabupaten Cirebon serta sumber data berupa catatan atau dokumen yang tersedia.

1.6.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang sesuai dengan laporan KKL ini adalah analisis deskriptif, yaitu suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka menentukan bagian-bagian hubungan diantara bagian dalam keseluruhan. Terdapat unsur utama dalam proses analisis data pada penelitian kualitatif dimana terbagi menjadi:


(14)

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah bagian dari proses analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting, dan mengatur data sehingga dapat dibuat kesimpulan.

2. Sajian Data

Sajain data adalah susunan informasi yang memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimpulan. Sajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya, namun yang sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif, karena akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan sesuatu selanjutnya.

3. Penarikan Kesimpulan

Pada penelitian kualitatif tidak akan ditarik kecuali setelah diproses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum pasti sehingga setelah diteliti menjadi jelas berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Kesimpulan yang dibuat perlu diverifikasi dengan cara melihat dan mempertayakannya kembali. Sambil meninjau secara sepintas pada catatan lapangan untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat

(Sugiyono, 2005:92-99).

Berdasarkan hal di atas maka dapat disimpulkan bahwa teknik analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun orang lain.


(15)

1.7 Lokasi dan Jadwal KKL

Laporan KKL ini dilaksanakan di Kantor BPPT Kabupaten Cirebon , yang berada di Jl. Sunan Muria No. 10 Sumber Phone: +62 0231- 3235 456 Fax : +62 0231- 323631.

Adapun waktu Laporan KKL yang dilakukan dimulai dari observasi awal sampai dengan pengumpulan laporan kuliah kerja lapangan ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.1 Jadwal KKL

Waktu

Kegiatan

Tahun 2011

Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov

Observasi lokasi KKL Pengajuan Judul KKL Penyusunan Usulan Penelitian

Bimbingan Laporan KKL Pelaksanaan KKL

Penyusunan Laporan KKL Penyerahan Laporan KKL


(16)

16 2.1 Efektifitas

2.1.1 Pengertian Efektifitas

Efektifitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektifitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Menurut Effendy (1989) mendefinisikan efektifitas sebagai berikut: ”Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan” (Effendy, 1989:14). Efektifitas menurut pengertian di atas mengartikan bahwa indikator efektifitas dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Efektifitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai (Sedarmayanti, 1995:61). Pendapat tersebut menyatakan bahwa efektifitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target yang telah ditetapkan sebelumnya oleh lembaga atau organisasi dapat tercapai. Hal tersebut sangat penting peranannya di dalam setiap lembaga atau organisasi dan


(17)

berguna untuk melihat perkembangan dan kemajuan yang dicapai oleh suatu lembaga atau organisasi itu sendiri.

Pengertian lain menurut Susanto, “Efektifitas merupakan daya pesan untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan untuk mempengaruhi” (Susanto, 1975:156). Menurut pengertian Susanto diatas, efektifitas bisa diartikan sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang.

Menurut pendapat Mahmudi dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publik mendefinisikan efektifitas, sebagai berikut:

“Efektifitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan” (Mahmudi, 2005:92).

Efektifitas berfokus pada outcome (hasil), program, atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan atau dikatakan spending wisely. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1 mengenai hubungan arti efektifitas di bawah ini.

Gambar 2.1 Hubungan Efektifitas

Sumber: Mahmudi, 2005:92.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka efektifitas adalah menggambarkan seluruh siklus input, proses dan output yang mengacu

OUTCOME Efektifitas =


(18)

pada hasil guna daripada suatu organisasi, program atau kegiatan yang menyatakan sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya dan mencapai targettargetnya. Hal ini berarti, bahwa pengertian efektifitas yang dipentingkan adalah semata-mata hasil atau tujuan yang dikehendaki.

Menurut H.A.S. Moenir dalam bukunya Manajemen Umum di Indonesia yang mendefinisikan efektifitas pada sisi lain, menjadi kemampuan untuk memilih sasaran hasil sesuai. Seorang manajer efektif adalah satu yang memilih kebenaran untuk melaksanakan” (Moenir, 2006:166).

Memperhatikan pendapat para ahli di atas, bahwa konsep efektifitas merupakan suatu konsep yang bersifat multidimensional, artinya dalam mendefinisikan efektifitas berbeda-beda sesuai dengan dasar ilmu yang dimiliki walaupun tujuan akhir dari efektifitas adalah pencapaian tujuan. Kata efektif sering dicampuradukkan dengan kata efisien walaupun artinya tidak sama, sesuatu yang dilakukan secara efisien belum tentu efektif.

Menurut pendapat Markus Zahnd dalam bukunya Perancangan Kota Secara Terpadu mendefinisikan efektifitas dan efisiensi, sebagai berikut:

“Efektifitas yaitu berfokus pada akibatnya, pengaruhnya atau efeknya, sedangkan efisiensi berarti tepat atau sesuai untuk mengerjakan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga dan biaya” (Zahnd, 2006:200-2001)


(19)

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa efektifitas lebih memfokuskan pada akibat atau pengaruh sedangkan efisiensi menekankan pada ketepatan mengenai sumber daya, yaitu mencakup anggaran, waktu, tenaga, alat dan cara supaya dalam pelaksanaannya tepat waktu. Lebih lanjut menurut Agung Kurniawan dalam bukunya Transformasi Pelayanan Publik mendefinisikan efektifitas, sebagai berikut:

“Efektifitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya” (Kurniawan, 2005:109).

Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka secara singkat pengertian daripada efisiensi dan efektifitas adalah, efisiensi berarti melakukan atau mengerjakan sesuatu secara benar, “doing things right”, sedangkan efektifitas melakukan atau mengerjakan sesuatu tepat pada sasaran “doing the right things”. Tingkat efektifitas itu sendiri dapat ditentukan oleh terintegrasinya sasaran dan kegiatan organisasi secara menyeluruh, kemampuan adaptasi dari organisasi terhadap perubahan lingkungannya.

Mengaju pada penjelasan diatas, maka untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif perlu adanya harmonisasi kemampuan sumberdaya dengan menggunakan sarana yang lain sehingga sasaran yang akan dacapai menjadi jelas. Pencapaian sasaran tersebut dapat dikatakan efektif apabila adanya keharmonisan. Keharmonisan yang di


(20)

rasakan di sini adalah antara aparatur dengan masyarakat dalam memberikan pelayanan yang dilakukan oleh aparatur kepada masyarakat. Setiap pekerjaan pegawai dalam organisasi sangat menentukan bagi pencapaian hasil kegiatan seperti yang telah direncanakan terlebih dahulu. Untuk itu faktor keefektifannya dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat baik dalam segi kecepatan waktu sangat di butuhkan dalam pelayanan kepada masyarakat banyak. Sangat mempengaruhi kepada kemampuan aparatur dan organisasi dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya. Tingkat pencapaian tujuan aparatur dalam suatu organisasi dikatakan efektif apabila pencapaian itu sesuai dengan tujuan organisasi dalam memeberikan pelayanan bisa di lakukan dengan ketepatan waktu penyelesaian pelayanan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat bisa menikmati pelayanan tersebut dengan cepat dan memberikan hasil yang bermanfaat.

2.1.2 Ukuran Efektifitas

Membahas masalah ukuran efektifitas memang sangat bervariasi tergantung dari sudut terpenuhinya beberapa kriteria akhir. Menurut pendapat Richard M. Steers dalam bukunya Efektifitas Organisasi menyebutkan beberapa ukuran daripada efektifitas, yaitu:

1. Kualitas artinya kualitas yang dihasilkan oleh organisasi; 2. Produktivitas artinya kuantitas dari jasa yang dihasilkan;

3. Kesiagaan yaitu penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan dalam hal penyelesaian suatu tugas khusus dengan baik;


(21)

4. Efisiensi merupakan perbandingan beberapa aspek prestasi terhadap biaya untuk menghasilkan prestasi tersebut;

5. Penghasilan yaitu jumlah sumber daya yang masih tersisa setelah semua biaya dan kewajiban dipenuhi;

6. Pertumbuhan adalah suatu perbandingan mengenai eksistensi sekarang dan masa lalunya;

7. Stabilitas yaitu pemeliharaan struktur, fungsi dan sumber daya sepanjang waktu;

8. Kecelakaan yaitu frekuensi dalam hal perbaikan yang berakibat pada kerugian waktu;

9. Semangat Kerja yaitu adanya perasaan terikat dalam hal pencapaian tujuan, yang melibatkan usaha tambahan, kebersamaan tujuan dan perasaan memiliki;

10. Motivasi artinya adanya kekuatan yang mucul dari setiap individu untuk mencapai tujuan;

11. Kepaduan yaitu fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai satu sama lain, artinya bekerja sama dengan baik, berkomunikasi dan mengkoordinasikan;

12. Keluwesan Adaptasi artinya adanya suatu rangsangan baru untukmengubah prosedur standar operasinya, yang bertujuan untuk mencegah keterbekuan terhadap rangsangan lingkungan; (Steers, 1985:46-48)

Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka ukuran efektifitas merupakan suatu standar akan terpenuhinya mengenai sasaran dan tujuan yang akan dicapai serta menunjukan pada tingkat sejauhmana organisasi, program/kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal.

2.2 Tinjuan Pelayanan 2.2.1 Pengertian Pelayanan

Pelayanan tidak terlepas dari masalah kepentingan umum, yang menjadi asal-usul timbulnya istilah pelayanan publik. tentunya memberikan pelayanan terbaik kepada publik atau masyarakat. Sebelum


(22)

menjelaskan lebih lanjut mengenai pelayanan publik, maka peneliti akan menguraikan terlebih dahulu pengertian pelayanan.

Menurut Ratih Hurriyati yang dikutip dari Zeithaml dan Bitner dari bukunya yaitu Service Marketing mengemukakan bahwa :

“Pelayanan adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya” (Huriyati, 2005: 28)

Berdasarkan dari definisi diatas dapat dikemukakan bahwa pada dasarnya pelayanan adalah sesuatu yang tidak berwujud tetapi dapat memenuhi kebutuhan pelanggan atau masyarakat. Pelayanan tidak dapat mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan dan terdapat interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa. Pelayanan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dalam memberikan kepuasan kepada yang menerima pelayanan.

Pelayanan hakekatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu pelayanan merupakan proses. Pelayanan sebagai proses berlangsung secara rutin dan berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat. Pendapat lain mengenai definisi pelayanan publik dikemukakan oleh Moenir sebagai: “Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor materil melalui sistem, prosedur, dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Sadu Wasistiono mengemukakan bahwa:


(23)

“Pelayanan publik adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat”

(Wasistiono, 2001:51-52).

Berdasarkan kedua pendapat di atas bahwa pelayanan publik itu diselenggarakan sesuai dengan sistem atau prosedur dan bukan hanya diberikan instansi atau lembaga pemerintah saja, melainkan juga diberikan oleh pihak swasta. Kegiatan pelayanan publik yang diselenggarakan pemerintah untuk masyarakat meliputi banyak hal, yaitu yang menyangkut semua kebutuhan masyarakat baik berupa barang maupun jasa. Hal ini sejalan dengan pendapat Pamudji bahwa:

“Jasa pelayanan pemerintah yaitu berbagai kegiatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang dan jasa-jasa, jenis pelayanan publik dalam arti jasa-jasa-jasa, yaitu seperti pelayanan kesehatan, pelayanan keluarga, pelayanan pendidikan, pelayanan pencarian keadilan” (Pamudji, 1994:21-22).

Berdasarkan pendapat di atas, jasa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat yaitu berbagai kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang dan jasa-jasa, jenis pelayanan publik dalam arti jasa-jasa yaitu seperti pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, pelayanan keluarga, serta pelayanan administrasi.

2.2.2 Pengertian Pelayanan Publik

Pengertian pelayanan umum atau pelayanan publik tidak terlepas dari masalah kepentingan umum. Kepentingan umum dengan pelayanan


(24)

umum saling berkaitan. Pelayanan publik dalam perkembangan lebih lanjut dapat juga timbul karena adanya kewajiban sebagai suatu proses penyelenggaraan kegiatan organisasi. Melengkapi uraian tersebut, ada beberapa pengertian pelayanan publik.

Pelayanan publik dimaknai sebagai sebuah usaha pemenuhan hak–hak dasar masyarakat dan merupakan kewajiban pemerintah untuk melakukan pemenuhan hak-hak dasar tersebut. (Kurniawan dan Najih, 2008 : 56).

Pelayanan umum merupakan kegiatan yang diberikan oleh seseorang atau sekelompok dengan landasan melalui sistem atau prosedur yang telah ditentukan untuk usaha memenuhi kepentingan masyarakat. Pelayanan umum harus mendahulukan kepentingan umum atau kepentingan masyarakat, karena pelayanan umum berfungsi memenuhi kepentingan masyarakat umum yang membutuhkan pelayanan.

Hanif Nurcholis dalam bukunya Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah mengemukakan pelayanan publik sebagai :

”Pelayanan publik adalah pelayanan yang diberikan oleh negara dan perusahaan milik negara kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat” (Nurcholis, 2005: 175-176)

Pelayanan publik merupakan pelayanan yang diberikan untuk masyarakat banyak. Pelayanan publik diberikan oleh negara melalui organisasi atau perusahaan maupun instansi pemerintah demi menciptakan kesejahteraan masyarakat.


(25)

Pelaksanaan pelayanan oleh pemerintah kepada masyarakat melibatkan kedua belah pihak untuk saling bekerjasama. Masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan, yakni dengan memenuhi aturan dengan penuh kesadaran dan menghargai administrator publik yang memberikan pelayanan. Suatu instansi pemerintah merasa dihargai dan akan bekerja dengan penuh tanggungjawab dalam memberikan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pemanfaatan sarana dan prasarana yang baik akan mencerminkan kualitas pelayanan yang baik pula. Tiptono berpendapat bahwa yang akan timbul sebagai manfaat dari kualitas pelayanan publik yang baik adalah :

1. Hubungan perusahaan dan para pelanggannya menjadi harmonis.

2. Hubungan tersebut merupakan dasar bagi pembelian secara berulang.

3. Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan.

4. Membentuk rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan bagi perusahaan.

5. Laba yang diperoleh dapat meningkat. (Tjiptono, 2000 : 60)

Manfaat yang didapat dari pelayanan publik yang baik adalah diuntungkannya kedua belah pihak. Pihak yang melayani ataupun yang dilayani (masyarakat). Citra suatu instansi pemerintah atau suatu perusahaan akan semakin baik reputasinya di mata masyarakat, dan dilain pihak masyarakat akan merasa terayomi, terlindungi serta merasa puas dengan terpenuhinya kebutuhan atau tuntutan mereka.


(26)

2.2.3 Bentuk-Bentuk Pelayanan

Penyelenggaraan pelayanan publik yang sesuai dengan bentuk dan sifatnya, menurut Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik terdapat empat pola pelayanan, yaitu:

1. Pola Pelayanan Fungsional, yaitu pola pelayanan publik diberikan oleh penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya.

2. Pola Pelayanan Terpusat, yaitu pola pelayanan yang diberikan secara tunggal oleh penyelenggara pelayanan terkait lainnya yang bersangkutan.

3. Pola Pelayanan Terpadu yang dibagi ke dalam dua bagian pola pelayanan, yaitu :

a) Pola Pelayanan Terpadu Satu Atap.

Pola Pelayanan Terpadu Satu Atap diselenggarakan dalam satutempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses dan dilayani melalui beberapa pintu. Terhadap jenis pelayanan yang sudah dekat dengan masyarakat tidak perlu disatu atapkan.

b) Pola Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Pola Pelayanan Terpadu Satu Pintu diselenggarakan pada satu tempat yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani melalui satu pintu.

4. Pola Pelayanan Gugus Tugas, yaitu petugas pelayanan public secara perorangan atau dalam bentuk gugus tugas ditempatkan pada instansi pemberi pelayanan dan lokasi pemberi pelayanan tertentu.

(KEPMENPAN Nomor 63 Tahun 2003 : 5)

Sedangkan pelayanan umum yang dilakukan oleh siapapun tidak terlepas dari tiga macam bentuk pelayanan menurut Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, yaitu :

1. Pelayanan dengan lisan

Pelayanan dengan lisan yang dilakukan oleh petugas – petugas di bidang hubungan masyarakat (Humas), bidang informasi dan bidang – bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau


(27)

keterangan kepada siapapun yang memerlukan. Agar pelayanan dapat berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, antara lain :

a) Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya.

b) Mampu memberikan penjelasan apa yang diperlukan dengan lancar, singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.

c) Bertingkah laku sopan dan ramah. 2. Pelayanan melalui tulisan

Pelayanan melalui tulisan merupakan bentuk pelayanan yang paling menonjol dalam pelaksanaan tugas. Tidak hanya dari segi jumlah, tetapi juga dari segi perannya. Apalagi kalau dilihat bahwa sistem layanan jarak jauh karena faktor biaya agar layanan dalam bentuk tulisan dapat memuaskan pihak yang dilayani, suatu hal yang harus diperhatikan adalah faktor kecepatan, baik dalam pengolahan masalah maupun dalam proses penyelesaian (pengetikan, penandatanganan, dan pengiriman kepada yang bersangkutan).

3. Pelayanan berbentuk perbuatan

Pada umumnya pelayanan berbentuk perbuatan 70% sampai 80% dilakukan oleh petugas-petugas tingkat menengah dan bawah, karena hal ini adalah faktor keahlian dan keterampilan petugas tersebut yang sangat menentukan hasil perbuatan atau pekerjaan yang dilakukannya.

(KEPMENPAN Nomor 63 Tahun 2003)

Jenis layanan ini dalam kenyataan sehari-hari memang tidak terhindardari layanan lisan. Hubungan lisan paling banyak dilakukan dalam hubungan pelayanan umum (kecuali yang khusus dilakukan melalui hubungan tulisan, karena faktor jarak). Hanya titik berat terletak pada perbuatan itu sendiri yang ditunggu oleh yang berkepentingan. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak terlepas dari hasil hubungan ketergantungan pendapat tentang pengertian pelayanan itu sendiri.


(28)

2.2.4 Faktor Pendukung Pelayanan Publik

Pelayanan publik pada dasarnya memuaskan kebutuhan masyarakat yang diberikan oleh pemerintah, oleh karena itu Moenir berpendapat bahwa pemerintah dalam memberikan pelayanan terbaik kepada publik, dapat dilakukan dengan cara:

1. Kemudahan dalam pengurusan kepentingan. 2. Mendapatkan pelayanan secara wajar.

3. Mendapatkan perlakuan yang sama tanpa pilih-kasih. 4. Mendapatkan perlakuan yang jujur dan terus terang. (Moenir, 2006: 47)

Menjelaskan mengenai uraian tentang pelayanan yang baik dan memuaskan yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap masyarakatnya, bahwa pelayanan yang terbaik harus dilakukan dengan cara-cara seperti yang dikutif oleh Moenir di atas yaitu dengan cara: pertama, harus memberikan kemudahan dalam pengurusan berbagai urusan agar pelayanan yang dilakukan bisa berjalan dengan cepat.

Kedua, harus memberikan pelayanan yang wajar dan tidak berlebihan sesuai dengan keperluannya masing-masing. Memperoleh pelayanan secara wajar tanpa gerutu, sindiran atau untaian kata lain semacam itu yang nadanya mengarah pada permintaan sesuatu, baik alasan untuk dinas (pembelian kertas, ganti ongkos foto copy/cetak), atau alasan untuk kesejahteraan. Misalnya apabila ingin mendapatkan pelayanan yang cepat maka petugas diberikan sesuatu sebagai imbalannya agar mendapatkan pelayanan yang sewajarnya, hal demikian sebenarnya ikut membantu penyimpangan secara tidak langsung.


(29)

Ketiga, harus memberikan perlakuan yang sama tanpa pilih kasih dan tidak membeda-bedakan masyarakat dari segi ekonomi maupun dari segi apapun, jadi masyarakat mendapatkan perlakuan yang adil dalam mengurus berbagai urusan tanpa mebedakan status apapun. Mendapatkan perlakuan yang sama dalam pelayanan terhadap kepentingan yang sama, tertib dan tidak pandang status, artinya kalau memang untuk pengurusan permohonan itu harus antri secara tertib, hendaknya semuanya diwajibkan antri sebagaimana yang lain, baik antri secara fisik maupun secara apapun.

Keempat, masyarakat harus mendapatkan perlakuan yang jujur dan terus terang tanpa membohongi masyarakat yang akan mengurus urusannya. Pelayanan yang jujur dan terus terang, artinya apabila ada hambatan karena suatu masalah yang tidak dapat dielakan hendaknya diberitahukan, sehingga orang tidak menunggu sesuatu yang tidak menentu. Cara tersebut menjadikan orang lebih mengerti dan akan menyesuaikan diri secara ikhlas tanpa emosi. Pelayanan yang memuaskan dapat memberikan dampak yang positif untuk masyarakat, sesuai dengan pendapat Moenir bahwa dampak positif tersebut adalah:

1. Masyarakat menghargai kepada korps pegawai. 2. Masyarakat patuh terhadap aturan-aturan layanan. 3. Masyarakat akan merasa bangga kepada korps pegawai. 4. Adanya kegairahan usaha dalam masyarakat.

5. Adanya peningkatan dan pengembangan dalam masyarakat menuju segera tercapainya masyarakat yang adil dan makmur berlandaskan Pancasila.


(30)

Dampak positif untuk masyarakat menurut Moenir di atas terdapat lima indikator, pertama masyarakat menghargai korps pegawai sehingga pegawai tersebut dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Kedua masyarakat akan patuh terhadap aturan yang telah dibuat sehingga tercipta suasana yang tertib, aman, dan nyaman.

Ketiga masyarakat akan bangga terhadap pegawai sehingga masyarakat mengagumi pegawai tersebut dan ditunjukan dengan saling menghormati dan menghargai antara masyarakat dengan pegawai maupun pegawai dengan pegawai. Keempat adanya kegairahan usaha dalam masyarakat, kelima adanya peningkatan dan pengembangan dalam masyarakat. Kelima dampak positif dapat terlaksanadengan baik maka akan mewujudkan kepuasan terhadap masyarakat.

Menjelaskan uraian di atas bahwa pelayanan yang baik juga dapat memberikan kepuasan masyarakat, maka menurut Moenir dampak kepuasan masyarakat dapat terlihat pada:

1. Masyarakat sangat menghargai kepada korps pegawai yang bertugas di bidang pelayanan umum. Mereka tidak memandang remeh dan mencemooh korps itu dan tidak pula berlaku sembarang.

2. Masyarakat terdorong mematuhi aturan dengan penuh kesadaran tanpa prasangka buruk, sehingga lambat laun dapat terbentuk sistem pengendalian diri yang akan sangat efektif dalam ketertiban berpemerintahan dan bernegara.

3. Ada rasa bangga pada masyarakat atas karya korps pegawai di bidang layanan umum, meskipun di lain pihak ada yang merasa ruang geraknya dipersempit karena tidak dapat lagi mempermainkan masyarakat.

4. Kelambatan-kelambatan yang biasa ditemui, dapat dihindarkan dan ditiadakan. Sebaliknya akan dapat ditumbuhkan percepatan kegiatan di masyarakat di semua bidang kegiatan baik ekonomi, sosial maupun budaya.


(31)

5. Adanya kelancaran di bidang pelayanan umum, usaha dan inisiatif masyarakat mengalami peningkatan, yang berdampak meningkatnya pula usaha pengembangan ideologi, politik, sosial dan budaya (ipoleksosbud) masyarakat ke arah tercapainya masyarakat adil dan makmur berlandaskan pancasila.

(Moenir, 2006: 45)

Menjelaskan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat akan sangat menghargai kepada pegawai karena pelayanan yang mereka dapatkan sangat memuaskan dengan begitu masyarakat dapat mematuhi peraturan yang ada dengan penuh kesadaran dan pada akhirnya adanya kelancaran dalam pelayanan umum yang diberikan kepada masyarakat.

2.2.5 Asas-Asas Pelayanan Publik

Pada dasarnya pelayanan publik dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu yang bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar, dan terjangkau. Oleh sebab itulah setidaknya mengandung asas-asas antara lain:

1. Hak dan kewajiban, baik bagi pemberi dan penerima pelayanan publik tersebut, harus jelas dan diketahui dengan baik oleh masing-masing pihak, sehingga tidak ada keragu-raguan dalam pelaksanaannya.

2. Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar, berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dengan tetap berpegang pada efisiensi dan efektifitasnya. (Tentunya kebijakan publik yang melahirkan aturan perundang- undangan atau peraturan daerah tersebut, harus pula menganut prinsip partisipasi masyarakat sejak masukan proses hingga pengambilan keputusannya, karenam asyarakatlah yang menjadi obyek pelayanan tersebut).

3. Mutu proses keluaran dan hasil pelayanan publik tersebut harus diupayakan agar dapat memberikan keamanan, kenyamanan,


(32)

kelancaran, dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan (mestinya juga dengan penuh empati dalam pelayanannya)

(Ibrahim, 2008 : 19 - 20)

Pelayanan publik akan berkualitas apabila memenuhi asas-asas diantaranya hak dan kewajiban; pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar, berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; mutu proses keluaran dan hasil pelayanan publik tersebut harus dapat memberikan keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan kepastian hukum; dan apabila pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Instansi atau Lembaga Pemerintah atau Pemerintahan “terpaksa harus mahal”, maka Instansi atau Lembaga Pemerintah atau Pemerintahan yang bersangkutan berkewajiban “memberi peluang” kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakannya, sesuai dengan peraturan perundang–undangan yang berlaku.

2.3 Izin Uasaha Industri (IUI)

Objek usaha industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industry. Izin usaha ini bermaksud pemberian IUI dan Tanda Daftar Industri serta Persetujuan Prinsip adalah untuk memberikan kepastian hukum dan kepastian berusaha bagi perusahaan yang telah melaksanakan


(33)

kewajibannya melengkapi legalitas usahanya. Sasaran dari IUI ini adalah individu atau badan yang menyelenggarakan usaha dibidang industri.

Maksud pemberian IU dan Tanda Daftar Industri serta Persetujuan Prinsip adalah untuk memberikan kepastian hukum dan kepastian berusaha bagi perusahaan yang telah melaksanakan kewajibannya melengkapi legalitas usahanya. Tujuan dari pemberian IUI dan Tanda Daftar Industri (TDI) serta Persetujuan Prinsip adalah sebagai berikut: a. Terlindungnya perusahaan-perusahaan yang menjalankan usahanya

secara tertib, jujur dan terbuka.

b. Terbinanya dunia usaha industri kecil, menengah dan Industri besar. c. Terciptanya iklim usaha yang sehat dan tertib.

d. Terjalinnya sumber dan pengamanan Kota.

e. Mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara benar dari suatu perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang berkepentingan mengenai identitas dan keterangan lainnya tentang perusahaan.


(34)

34

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Cirebon 3.1.1 Sejarah Kabupaten Cirebon

Pada tahun 1479 Masehi, Syarif Hidayatullah yang lebih terkenal dengan sebutan Pangeran Sunan Gunung Jati menikah dengan Nyi Mas Pakungwati putri Pangeran Cakrabuana dari Nyai Mas Endang Geulis. Sejak saat itu Pangeran Syarif Hidayatullah dinobatkan sebagai Sultan Carbon I dan menetap di Keraton Pakungwati. Sebagaimana lazimnya yang selalu dilakukan oleh Pangeran Cakrabuana mengirim upeti ke Pakuan Pajajaran, maka pada tahun 1482 Masehi setelah Syarif Hidayatullah diangkat menjadi Sultan Carbon membuat maklumat kepada Raja Pakuan Pajajaran Prabu Siliwangi untuk tidak mengirim upeti lagi karena Kesultanan Cirebon sudah menjadi negara yang merdeka. Selain hal tersebut Pangeran Syarif Hidayatullah melalui lembaga Wali Sanga telah berulang kali memohon Raja Pajajaran untuk berkenan memeluk agama Islam tetapi tidak berhasil. Itulah penyebab yang utama mengapa Pangeran Hidayatullah menyatakan Cirebon sebagai negara merdeka lepas dari kekuasaan Pakuan Pajajaran.

Peristiwa merdekanya Cirebon keluar dari kekuasaan Pajajaran tersebut, dicatat dalam sejarah tanggal Dwa Dasi Sukla Paksa Cetra Masa Sahasra Patangatus Papat Ikang Sakakala, bertepatan dengan 12 Shafar 887 Hijriyah atau 2 April 1482 Masehi, yang sekarang disepakati sebagai


(35)

hari jadi Kabupaten Cirebon (Perda No. 11 Tahun 1989). Selanjutnya Pusat Pemerintahan, Pembangunan dan Pelayanan Masyarakat yang semula berada di Kota Cirebon dipindahkan ke kota Sumber (Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1979).

Kabupaten Cirebon terdiri atas 40 kecamatan, yang dibagi lagi atas 412 desa dan 12 kelurahan. Pusat pemerintahan Kabipaten Cirebon di Kecamatan Sumber, yang berada di sebelah selatan Kota Cirebon. Tiga kecamatan yang baru terbentuk pada tahun 2007 adalah Kecamatan Jamblang (Pemekaran Kecamatan Klangenan sebelah timur), Kecamatan Suranenggala (Pemekaran Kecamatan Kapetakan sebelah selatan), dan Kecamatan Greged (Pemekaran Kecamatan Beber sebelah timur).

Gambar 3.1

Peta Kabupaten Cirebon

Sumber:

http://ciptakarya.pu.go.id/peta/kabupaten.php?vShowCat=1&vDatWil=12& vDatPrv=32&vDatKab=09


(36)

3.1.2 Keadaan Geografis Kabupaten Cirebon

Kabupaten Cirebon adalah salah satu daerah di pesisir pantai utara Pulau Jawa dan merupakan pintu gerbang Provinsi Jawa Barat dari sebelah timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Posisi geografisnya cukup strategis karena dilintasi jalur pantai utara Jawa yang mempertemukan arus lalu lintas dari Jakarta, Bandung dan kota-kota Priangan Timur ke arah Jawa Tengah dan sebaliknya. Daerah ini mudah dijangkau baik menggunakan transportasi darat, laut dan udara.

Kabupaten Cirebon terletak di antara 1080 40’-1080 bujur timur dan 60 30’–70 00’ lintang selatan. Jarak terjauh arah barat-timur sepanjang 54 km dan utara-selatan 39 km dengan luas wilayah 990,36 km2 meliputi 40 kecamatan, 412 desa dan 12 kelurahan dengan ibukota kabupaten di Sumber.

Adapun batas wilayah Kabupaten Cirebon adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara: Kabupaten Indramayu, Kota Cirebon dan Laut Jawa 2. Sebelah selatan: Kabupaten Kuningan

3. Sebelah timur: Kabupaten Brebes 4. Sebelah barat: Kabupaten Majalengka

3.1.3 Keadaan Demografis Kabupaten Cirebon

Cirebon merupakan salah satu kabupaten terpadat di Jawa Barat. Penduduk Kabupaten Cirebon terus bertambah, meski demikian dari sensus ke sensus, tren rata-rata laju pertumbuhan penduduk dari sensus


(37)

ke sensus semakin melambat. Pada Tahun 1980 jumlah penduduk Kabupaten Cirebon baru berjumlah 1.331.690 jiwa dan pada tahun 1990 tercatat 1.648.021 jiwa. Sepuluh tahun kemudian pada tahun 2000 penduduk Kabupaten Cirebon menjadi 1.931.068 jiwa. Hasil sementara dari pengolahan data SP2010-L1.P212, SP2010-C2, dan SP2010-L2 (kondisi 15 Juli 2010) sebesar 2.065.142 jiwa dengan komposisi 1.057.501 jiwa penduduk laki-laki dan 1.007.641 jiwa penduduk perempuan.

Menurut angka sementara hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010, Kecamatan Sumber merupakan wilayah dengan jumlah penduduknya paling banyak yaitu sebesar 80.914 jiwa dan berikutnya adalah Kecamatan Gunungjati yaitu sebanyak 77.712 jiwa. Sedangkan wilayah dengan jumlah penduduk paling sedikit di Kabupaten Cirebon adalah Kecamatan Pasaleman yaitu sebanyak 24.912 jiwa dan Kecamatan Karangwareng sebanyak 26.554 jiwa.

3.1.4 Visi dan Misi Kabupaten Cirebon

Pemerintah Kabupaten Cirebon mempunyai visi, misi dan tujuan dalam menjalankan kegiatan pemerintahan dan pembanngunan, diantaranya:

1. Visi

Terwujudnya masyarakat kabupaten cirebon yang beriman, sehat, cerdas dan sejahtera.


(38)

2. Misi

Pemerintah Kabupaten Cirebon mempunyai misi diantaranya:

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berakhlakulkarimah melalui peningkatan pendidikan agama

2. Meningkatkan pembangunan manusia melalui akselerasi derajat pendidikan, kesehatan dan pencapaian standar hidup layak bagi masyarakat terutama keluarga miskin

3. Membangun pemerintah yang baik melalui peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah

4. Memantapkan potensi daras perekonomian rakyat

3.2 BPPT Kabupeten Cirebon 3.2.1 Gambaran Umum BPPT

Bagi Kabupaten Cirebon, pemberlakuan Otonomi Daerah adalah tantangan yang perlu dijawab dengan serius, sesuai dengan semangat Otonomi, Kabupaten Cirebon diharapkan Memiliki keunggulan yang Kompetitif dan Kemudahan dalam pelayanan perijinan dan investasi.

Salah satu Langkah Kongkrit Pemerintahan Kabupaten Cirebon tentang efektifitas pelayanan administrasi adalah dengan adanya Pemerintah Peraturan Bupati Cirebon No. 7 Tahun 2011 Tentang Prosedur Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/Kep.131-BPPT/2010


(39)

Tentang Penerapan ODS Pada Pelayanan Administrasi Perizinan sebagai landasan hukum tentang fungsi, tugas pokok BPPT Kabupaten Cirebon.

Pembentukan BPPT tersebut dimaksudkan untuk memberikan Kemudahan Pelayanan dibidang perizinan dengan Perinsip dapat dipercaya, mudah, murah, dan cepat.

3.2.2 Visi dan Misi BPPT Kabupaten Cirebon

Visi adalah suatu cara pandang ke masa depan yang mengilhami setiap tindakan secara emosional dan memotivasi secara positif untuk mencapai kondisi yang diinginkan dimasa mendatang. Melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan perubahan paradigma baru dalam mekanisme perencanaan pembangunan daerah dengan melibatkan semua komponen masyarakat dalam setiap tahapan perencanaan..

Adapun visi BPPT Kabupaten Cirebon adalah: “Terwujudnya Kabupaten Cirebon sebagai daerah investasi didukung pelayanan prima di bidang perizinan sampai dengan tahun 2012”

Misi adalah suatu keamanan yang kuat suatu organisasi / lembaga dengan memperhatikan kewenangan dan tanggung jawab atas kepentingan umum ( publik ) guna mewujudkan kondisi dan situasi yang diinginkan pada akhir kurun waktu tertentu yang menyiratkan tujuan yang harus dicapai sebagai prasyarat terwujudnya Visi Perumusan misi harus memperhatikan pihak yang berkepentingan (stakeholders), dan


(40)

memberikan peluang untuk perubahan/penyesuaian dengan tuntutan perkembangan lingkungan strategi. Misi BPPT Kabupaten Cirebon ditetapkan sebagai berikut:

1. Menciptakan iklim kondusif bagi para investor 2. Mewujudkan sumberdaya aparatur yang profesional

3. Meningkatkan mutu pelayanan perizinan yang mudah, tepat dan transparan.

3.2.3 Tugas Pokok Dan Fungsi BPPT Kabupaten Cirebon

Berdasarkan Pasal 23 Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon No. 6 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah BPPT Kabupaten Cirebon menjelaskan tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:

1. Kedudukan

Lembaga Teknis Daerah merupakan pendukung tugas Bupati yang masing masing dipimpin oleh seorang Kepala yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

2. Tugas Pokok

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu mempunyai Tugas Pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang penanaman modal dan pelayanan administrasi perizinan. 3. Fungsi


(41)

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Cirebon menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang penanaman modal dan pelayanan administrasi perizinan.

2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang penanaman modal dan pelayanan administrasi perizinan. 3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pengembangan dan promosi penanaman modal, data dan pengendalian penanaman modal, pelayanan administrasi perizinan serta penyuluhan pengaduan.

4. Pelaksanaan pelayanan ketatausahaan badan.

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai tugas dan fungsinya.

3.2.4 Perizinan yang ada di BPPT Kabupaten Cirebon

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Cirebon No. 503/Kep. 131-BPPT/2010 Tentang Penerapan Proses Pelayanan Satu Hari Jadi (One Day Service / ODS) Pada Pelayanan Administrasi Perizinan, maka jenis-jenis pelayanan yang menggunakan Proses ODS adalah sebagai berikut:

1. Izin Lokasi;

2. Izin Undang-Undang Gangguan (HO); 3. Izin Usaha Pertambangan Daerah;


(42)

4. Izin Pengambilan Air Tanah; 5. Izin Usaha Perdagangan (IUP); 6. Izin Usaha Industri (IUI)

7. Tanda Daftra Perusahaan (TDP) 8. Tanda Daftra Gedung (TDG) 9. Izin Trayek

10. Izin Usaha jasa Pariwisata;

11. Izin Usaha Obyek dan Daya Tarik Wisata bukan Milik Pemda;

12. Izin Usaha Sarana Pariwisata; 13. Izin Usaha Kebudayaan; 14. Izin Usaha Perfiliman; 15. Izin Usaha Penyiaran;

16. Izin Usaha Penggilingan Padi; 17. Izin Usaha Jasa konstruksi (IUJK); 18. Izin Usaha Perternakan;

19. Izin Usaha Pemotongan Hewan; 20. Izin Peredaran Obat Hewan; 21. Izin Penangkapan Ikan (IPI); 22. Izin Pembudidayaan Ikan (IPBI);

23. Izin Pengolaan Hasil Perikanan dan Kelautan (IPHPK); 24. Izin Pengolaan Kelautan (IPBI).


(43)

3.2.5 Struktur dan Fungsi Organisasi BPPT Kabupaten Cirebon Pegawai dalam sebuah organisasi merupakan salah satu faktor penting, dimana dengan adanya pegawai maka tujuan organisasi akan mudah tercapai. Struktur dn Fungsi Organisasi BPPT yang lebih lanjut diatur dalam Peraturan Bupati No. 68 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu sebagai berikut:

a) Kepala Badan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang penanaman modal dan pelayanan administrasi perizinan;

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang penanaman modal dan pelayanan administrasi perizinan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pengembangan dan promosi penanaman modal, data dan pengendalian penanaman modal, pelayanan administrasi perizinan, penyuluhan dan pengaduan;

d. Pelaksanaan pelayanan ketatausahaan badan; dan

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(44)

b) Sekretariat mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Pengelolaan urusan administrasi umum meliputi surat-menyurat, kearsipan, pengadaan, pelengkapan, kerumahtangaan, hubungan masyarakat dan keprotokolan Badan;

b. Pengelolaan urusan administrasi keuangan Badan; c. Pengelolaan penyuluhan progranBadan; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Sektretariat ini membawahi bidang:

1) Subbagian Umum mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Penyusunan perencanaan program Subbagian Umum;

b. Pelaksanaan koordinasi kegiatan administrasi umum, hubungan masyarakat dan keprotokolan Badan;

c. Pelaksanaan tugas Subbagian Umum; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2) Subbagian Keuangan mempunyai fungsi sebagai berikut; a. Perencanaan Program Subbagian Keuangan;

b. Pelaksanaan koordinasi kegiatan administrasi keuangan Badan; c. Pelaksanaan penatausahaan keuangan Badan; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(45)

a. Perencanaan program Subbagian Program;

b. Pelaksanaan koordinasi perencanaan, evaluasi, dan pelaporan kegiatan Badan;

c. Pelaksanaan tugas Subbagian Program; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Subbagian Program membawahi bidang sebagai berikut:

1. Bidang Pengembangan dan Promosi Penanaman Modal mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Pengembangan dan Promosi Penanaman Modal;

b. Pengelolaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang Pengembangan dan Promosi Penanaman Modal;

c. Pembinanaan dan pelaksanaan tugas Bidang Pengembangan dan Promosi Penanaman Modal; dan d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala

Badan, sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bagian Pengembangan dan Promosi Penanaman Modal membawahi:

1) Subbidang Kajian dan Pengembangan Penanaman Modal yang mempunyai fungsi sebagai berikut;


(46)

a. Perumusan kebijakan teknis pengkajian dan pengembangan di bidang Pengembangan dan Promosi Penanaman Modal;

b. Pengelolaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum pengkajian dan pengembangan di bidang Pengembangan dan Promosi Penanaman Modal;

c. Pembinanaan dan pelaksanaan tugas pengkajian dan pengembangan di Bidang Pengembangan dan Promosi Penanaman Modal; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang pengembangan dan Penanaman Modal, sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2) Subbidang Promosi Penanaman Modal mempunyai fungsi sebagai berikut:.

a. Perumusan kebijakan teknis promosi investasi di bidang Pengembangan dan Promosi Penanaman Modal;

b. Pengelolaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum promosi investasi di bidang Pengembangan dan Promosi Penanaman Modal;

c. Pembinanaan dan pelaksanaan tugas promosi investasi di Bidang Pengembangan dan Promosi Penanaman Modal; dan


(47)

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang pengembangan dan Penanaman Modal, sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4) Bidang Data dan Pengendalian Penanaman Modal mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan teknis di Bidang Data dan Pengendalian Penanaman Modal;

b. Pengelolaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang data dan pengendalian penanaman modal;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas Bidang dan Pengendalian Penanaman Modal; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan, sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bagian data dan Pengembangan Penanaman Modal membawahi: 1) Subbidang Pengelolaan Data dan Sistem Informasi yang

mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan teknis pengolahan data dan sistem informasi di bidang data dan pengendalian penanaman modal;

b. Pengelolaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum pengolahan data dan sistem informasi di bidang data dan pengendalian penanaman modal;


(48)

c. Pembinanaan dan pelaksanaan tugas pengeolahan data dan sistem informasi di bidang data dan pengendalian penanaman modal; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Data dan Pengendalian Penanaman Modal, sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2) Subbidang Pengendalian dan Pengawasan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan teknis pengendalian dan pengawasan di bidang data dan pengendalian penanaman modal;

b. Pengelolaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum pengendalian dan pengawasan di bidang data dan pengendalian penanaman modal;

c. Pembinanaan dan pelaksanaan tugas pengendalian dan pengawasan di bidang data dan pengendalian penanaman modal; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Data dan Pengendalian Penanaman Modal, sesuai dengan tugas dan fungsinya.

5) Bidang Pelayanan Administrasi Perizinan, mempunyai fungsi sebagai berikut:


(49)

a. Perumusan kebijakan teknis di Bidang pelayanan administrasi perizinan;

b. Pengelolaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pelayanan administrasi perizinan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pelayanan admisistrasi perizinan; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan, sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bagian pelayanan administrasi perizinan membawahi:

1. Subbidang Penerimaan dan Penelitian Perizinan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan teknis penerimaan dan penelitian di bidang pelayanan administrasi perizinan;

b. Pengelolaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum penerimaan dan penelitian di bidang pelayanan administrasi perizinan;

c. Pembinanaan dan pelaksanaan tugas penerimaan dan penelitian di bidang pelayanan administrasi perizinan; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pelayanan Administrasi Perizinan, sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(50)

2. Subbidang Penetapan dan Penerbitan Perizinan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan teknis penetapan dan penerbitan di bidang pelayanan administrasi perizinan;

b. Pengelolaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum penetapan dan penerbitan di bidang pelayanan administrasi perizinan;

c. Pembinanaan dan pelaksanaan tugas penetapan dan penerbitan di bidang pelayanan administrasi perizinan; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pelayanan Administrasi Perizinan, sesuai dengan tugas dan fungsinya.

6) Bidang Penyuluhan dan Pengaduan, mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang penyuluhan dan pengaduan;

b. Pengelolaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di penyuluhan dan pengaduan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang penyuluhan dan pengaduan; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan, sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(51)

Bagian pelayanan administrasi perizinan membawahi:

1) Subbidang Penyuluhan mempunyai fungsi sebagai berikut; a. Perumusan kebijakan teknis penyuluhan di bidang

penyuluhan dan pengaduan;

b. Pengelolaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum penyuluhan di bidang penyuluhan dan pengaduan;

c. Pembinanaan dan pelaksanaan tugas penyuluhan di penyuluhan dan pengaduan; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Penyuluhan dan Pengaduan, sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2) Subbidang Pengaduan mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Perumusan kebijakan teknis pengaduan di bidang

penyuluhan dan pengaduan;

b. Pengelolaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum pengaduan di bidang penyuluhan dan pengaduan;

c. Pembinanaan dan pelaksanaan tugas pengaduan di bidang penyuluhan dan pengaduan; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Penyuluhan dan Pengaduan, sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(52)

3.2.6 Izin Usaha Industri (IUI)

Izin Usaha Industri adalah izin yang harus dimiliki untuk melakukan kegiatan usaha industry. Izin Usaha Industri diberikan kepada perusahaan industri yang berlokasi di Kawasan Industri. Sesuai dengan Peraturan Bupati No. 7 Tahun 2011 Tentang Prosedur Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan berikat persyaratan perizinan IUI adalah:

1. Photo copy Kartu Tanda Penduduk (KTP); 2. Photo copy Akta Pendirian Perusahaan; 3. Persetujuan prinsip dari dinas;

4. Berita acara pemeriksaan lokasi; 5. Photo copy Izin Gangguan (HO); dan 6. Photo copy AMDAL/UKL/UPL/SPPL.

Retribusi menurut UU no. 28 tahun 2009 adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Berbeda dengan pajak pusat seperti Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak, Retribusi yang dapat di sebut sebagai Pajak Daerah dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda). Pelayanan IUI retribusi yang dibebankan kepada masyarakat berdasarkan pada Peraturan Bupati No. 7 Tahun 2011 Tentang Prosedur Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan. Besarnya retribusi izin adalah:


(53)

2) Jumlah modal termasuk tanah dan bangunan,

3) Struktur dan besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut:

i. Nilai modal mulai Rp. 5 juta s/d 50 juta …….……..Rp. 50.000,00 ii. Nilai modal diatas Rp. 50 juta s/d 100 juta ……...Rp. 75.000,00 iii. Nilai modal diatas Rp. 100 juta s/d 200 juta …...Rp. 150.000,00 iv. Nilai modal diatas Rp. 200 juta s/d 500 juta…...Rp. 250.000,00 v. Nilai modal diatas Rp. 500 juta s/d 1 milyar …...Rp. 300.000,00 vi. Nilai modal diatas Rp. 1 milyar s/d 5 milyar …….Rp. 500.000,00 vii. Nilai modal diatas Rp. 5 milyar ………...Rp. 500.000,00

dan ditambah Rp. 200.000,00 untuk setiap penambahan maksimal Rp. 1 milyar.

4) Biaya daftar ulang (herregistrasi) sebesar 50 % dari besar tarif retribusi awal;

5) Keterlambatan dalam melakukan daftar ulang (herregistrasi) dikenakan biaya sebesar 2 % setiap bulan dari besarnya retribusi izin baru;

6) Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % setiap bulan dari retribusi yang tertuang atau kurang dibayar.


(54)

54

4.1 Proses Pelayanan Melalui One Day Service (Ods) Pada Pelayanan Izin Usaha Industri (IUI)

Proses penerapan pelayanan One Day Service (ODS) pada IUI ini bertujuan agar adanya penyingkatan birokrasi khususnya di bidang keadministrasian. BPPT adalah badan yang berada di Kabupaten Cirebon yang sudah mulai beoperasi pada tahun 2008 berdasarkan atas PP No. 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah sedangkan ODS adalah program dari BPPT untuk mempersingkat proses administrasi yang dulunya sangat tidak efesien menjadi pelayanan yang efesien dan efektif. Program pelayanan ODS ini dibentuk berdasarkan Keputusan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Cirebon No. 503/Kep. 131-BPPT/2010 Tentang Penerapan Proses Pleyanan Satu Hari Jadi (One Day Service) Pada Pelayanan Administrasi Perizinan. Pada Keputusan Kepala BPT ini disebutkan tentang izin-izin apa saja yang keadministrasiannya dapat dipersingkat menjadi satu hari, salah satunya adalah IUI. Jenis industri yang dapat masuk kedalam IUI adalah usaha yang sudah mendapatkan izin mendirikan usaha ataupun perusahaan. IUI diberikan kepada Perusahaan Industri yang telah memenuhi semua ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan telah selesai membangun pabrik dan sarana produksi.


(55)

dengan ketentuan yang ada sebagai berikut: photo copy Akta Pendirian Perusahaan (Untuk Perusahaan yang berbadan Hukum); persetujuan prinsip dari dinas; Berita Acara Pemeriksaan Lokasi; photo copy Izin Gangguan (HO); photo copy Analisis mengenai Dampak Lingkungan, Upaya pengolahan lingkungan dan upaya pembuantuan lingkungan; photo copy KTP; photo copy Nomer Pokok Wajib Pajak (NPWP). Ketepatan waktu dalam pembuatan IUI di BPPT Kabupaten Cirebon ini dalam proses administrasi hanya satu hari. Tahap selanjutnya adalah melakukan pengecekan terhadap kelengkapan surat-surat yang dibawa. Untuk pemohon IUI yang tidak membawa kelengkapan yang sesuai dengan persyaratan maka petugas BPPT akan membantu seperti dalam photo copy KTP oleh pemohon. Berkas yang dibawa oleh pemohon sudah lengkap maka selanjutnya akan diproses kebidang-bidang yang menangani IUI.

Proses selanjutnya dalam pembuatan IUI yakni berkas pemohon yang masuk kebidang yang menangani tentang pembuatan IUI kemudian di proses ke Tim Teknis. Tim Teknis ini adalah petugas yang akan meninjau ke lokasi dan ada petugas bagian BAP. Pada bagian BAP ini lah berkas pemohon akan langsung diserahkan ke bagian Proses Izin. Proses izin ini akan membuat konsep surat IUI yang nantinya akan diserahkan kebagian kesekretariat. Proses selanjutnya adalah penyerahan kembali berkas-berkas pemohon ke bidang-bidang yang menangi IUI. Terakhir surat-surat pemohon akan diserahkan kepada Bidang Pendataan


(56)

Pelaporan dan Penyampaian. Setelah di Bidang Pelaporan dan Penyampaian surat IUI yang diminta oleh pemohon sudah jadi maka surat itu akan diberikan kepada pemohon. IUI yang sudah tercetak melalui beberapa tahapan seperti yang terdapat di bagan alur berikut ini:

Gambar 4.1

Mekanisme Pelayanan Perizinan BPPT

Sumber: http://bppt.cirebonkab.go.id/

Berdasarkan uraian di atas, bahwa proses ODS dalam pelayanan IUI di BPPT Kabupaten Cirebon kepada masyarakat di Kabupaten Cirebon sudah cukup efektif jika dilihat dari keadministrasiannya. Proses ODS pada pelayanan IUI masih kurang efektif jika dilihat dari kerja Tim Teknis. Peninjuan lokasi yang dilakukan oleh Tim Teknis yang masih menggunakan peralatan sederhana mengakibatkan lamanya proses peninjuan berlangsang. Selain peralatan yang masih sederhana kendala jarak lokasi yang ditinjau sangat jauh dan medan yang susah juga merupkan salah satu faktor yang ditemui oleh Tim Teknis saat mereka


(57)

akan menuju lokasi.

4.1.1 Komunikasi Aparatur BPPT Kabupaten Cirebon Kepada Masyarakat Dalam ODS Pada Pelayanan IUI

Sasaran utama dalam pelaksanaan/realisasi perizinan IUI tidak lain dari para pengusaha yang ingin mendirikan usaha kecil maupun usaha besar baik perorangan maupun perusahaan. Untuk melayani masyarakat yang ingin membuat IUI ini BPPT Kabupaten Cirebon telah menyusun strategi komunikasi dengan masyarakat agar mengurangi proses birokrasi yang berbelt-belit dan agar memuaskan masyarakat. Maka dari itu perlu dibangun komunkasi yang dapt menunjang adanya menyampaian informasi dengan baik dari petugas ke masyarakat.

Komunikasi merupakan segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya, selain itu komunikasi juga dapat diartikan suatu proses penyampaian informasi dari orang yang satu ke orang yang lain (komunikator ke komunikan).

Proses komunikasi secara primer merupakan proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran


(58)

dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

Penyampaian informasi dari aparatur BPPT kepada masyarakat mengenai informasi IUI cukup baik, hal ini bisa dilihat pada kelengkapan berkas pemohon saat mengajukan pembuatan IUI sehingga dalam pembuatan IUI petugas tidak lagi menemui pemohon yang tidak membawa surat-surat sesuai dengan persyaratan. Komunikasi dari masyarakat lah yang menjadi promosi yang paling efektif dalam penyebaran informasi ODS ini sehingga masyarakat tidak harus datang ke BPPT untuk mengetahui kelengkapan apa saja yang harus dibawa jika ingin membuat IUI.

Selain promosi dari mulut kemulut yang dilakukan oleh masyarakat, BPPT juga membuat melakukan pemberitahuan kepada masyarakat lewat website mereka. Didalam website ada kelengkapan apa saja yang harus dibawa oleh masyarakat jika ingin membuat IUI. Situs BPPT tidak untuk melayani proses birokrasi tapi hanya sebagai media informasi yang diperlukan oleh masyarakat. Pada website http://bppt.cirebonkab.go.id/ masyarakat dapat melihat profil BPPT, stuktural BPPT, dan info tentang kelengkapankelengkapan apa saja yang diperlukan jika ingin membuat IUI.


(59)

Gambar 4.2

Muka Depan Webiste BPPT Kabupaten Cirebon

Sumber: http://bppt.cirebonkab.go.id/

Media internet bukanlah merupkan satu-satunya sarana promosi yang dilakukan oleh BPPT Kabupaten Cirebon untuk mensosialisasikan program ODS kepada masyrakat karena ada sarana lainnya yaitu penyuluhan. Khususnya untuk masyarakat yang tidak memahami cara penggunaan internet, BPPT sudah melakukan penyuluhan dengan cara mendatangi setiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Cirebon dan memberikan informasi tentang cara pembuatan IUI. Setiap kecamatan akan menyebarkan informasi yang sudah diperoleh saat penyuluhan bersama aparatur BPPT Kabupaten Cirebon di tiap-tiap desa yang ada di Kabupaten Cirebon agar masyarakat tidak perlu datang ke BPPT.

Sosialisasi seperti yang dilakukan oleh BPPT Kabupaten Cirebon adalah hal yang tepat sasaran karena hampir semua masyarakat desa yang masih belum tahu jika ada informasi tentang persyaratan


(60)

pemohonan IUI melalui internet maka masyarakat bisa bertanya kepada aparatur desa. Selain itu, sosialisasi ini juga bertujuan untuk menjaring kawasan paling jauh dari Kabupaten Cirebon agar masyarakat disana dapat mengetahui apa saja yang harus dibawa saat mereka ingin mengejukan IUI. Namun tentunya ada kekurangan dari penyampaian informasi dengan menggunakan media penyuluhan, seperti penyampaian yang dilakukan oleh aparatur desa tidak berjalan dengan mestinya atau bahkan tidak ada penyuluhan. Hal ini menyebabkan masyarakat semakin tidak tahu tentang persyaratan pelayanan IUI. Oleh karena itu, cara penyuluhan kurang efektif untuk dilakukan karena kendala pada sumber daya manusia yang dapate mengkontrol semua kendali yang ada di desa.

4.1.2 Kebijakan Pengambilan Keputusan Aparatur BPPT Kabupaten Cirebon Dalam Pelayanan IUI di Kabupaten Cirebon

Kebijakan pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan.

Pelaksanaan suatu progam atau kebijakam dipastikan tidak akan lepas dari dana atau biaya. Kebijakan pengambilan keputusan tentang dana yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk pembuatan IUI ini


(1)

EFEKTIFITAS PELAYANAN SATU HARI JADI (ONE DAY SERVICE / ODS) DALAM PEMBUATAN

IZIN USAHA INDUSTRI (IUI)

PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BPPT) KABUPATEN CIREBON

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

Diajukan Sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Cirebon

pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Disusun oleh : YUNI DWI INDRIYANI

41708018

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN BANDUNG


(2)

79 BUKU-BUKU:

Donnelly, Gibson. 1996. Organisasi, Prilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Erlangga

Dunn, N. William. 1998. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Jakarta: Gadjah Mada University Press.

Handayaningrat, Soewarno. 1998. Sistem Birokrasi Pemerintahan. Jakarta: Gunung Agung.

Moenir, H.A.S. 1995. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta:Bumi Aksara

Moenir, H.A.S. 2006. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta:Bumi Aksara.

Ndraha, Taliziduhu. 1997. Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Pamudji, S. 1994. Profesionalisme Aparatur Negara Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik, Widya praja No. 19 Tahun III, IIP, Jakarta

Poerwadarminta, W.J.S. 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.

Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas. Bandung Mandar Maju.

Sadarmayanti. 2003. Good Governance dalam Rangka Otonomi Daerah Upaya Membangun Organisasi Efektif dan Efisien melalui Restrukturisasi dan Pemberdayaan. Bandung: Mandar Maju.

Susanto, Azhar. 2004. Sistem Informasi Manajemen:Konsep dan Pengembanga. Bandung:Lingga Jaya.

Sinambela, dkk. 2006. Reformasi Pelayanan publik. Jakarta: PT Bumi Aksara.


(3)

80

Wasistiono, Sadu. 2001. Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah. Bandung : Fokusmedia.

Dokumen-Dokumen

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan Bupati Cirebon No. 68 Tahun 2008 Tentang Rincian, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Cirebon

Peraturan Bupati No. 7 Tahun 2011 Tentang Prosedur Penyelenggaraan Pelayana Perizinan

Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi Daerah dan Peraturan Pemerintah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1995 Tentang Izin Usaha Industri

Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu kabupaten Cirebon No. 503/Kep. 131-BPPT/2010 Tentang Penerapan Proses Pelayanan Satu hari jadi (One Day Service) Pada Pelayanan Administrasi Perizinan

Media Elektronik

http://bppt.cirebonkab.go.id/ Diakses pada tanggal 23 September 2011

pukul 20.30 WIB

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_cirebon Diakses pada tanggal 12

Oktober 2011 pukul 12.30 WIB

http://id.wikipedia.org/wiki/Retribusi Diakses pada tanggal 07 November

2011 pukul 14.55 WIB

http://ciptakarya.pu.go.id/peta/kabupaten.php?vShowCat=1&vDatWil=12&

vDatPrv=32&vDatKab=09 Diakses pada tanggal 29 Oktober


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT karena dengan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyusun Laporan KKL yang berjudul “Efektifitas Pelayanan Satu Hari Jadi (One Day Service / ODS) Dalam Pembuatan Izin Usaha Industri (IUI) Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Cirebon”.

Penyusunan Laporan KKL ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran sangat diharapkan dalam Penyusanan Laporan KKL ini dengan tangan terbuka dari berbagai pihak.

Proses penyusunan Laporan KKL ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan dari berbagai pihak dan memberi bimbingan, dorongan dan segala fasilitas yang bermanfaat. Untuk itu dalam kesempatan yang berharga ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Ibu Nia Karniawati, S.IP., M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Tatik Fidowaty, S.IP., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberi masukan yang bermanfaat bagi penulis.

4. Dosen pengajar dan staf di Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. 5. Bapak Drs. H. Joni Gandasukma, MM. selaku Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu yang telah berkenan membimbing penulis selama kegiatan KKL berlangsung.


(5)

iv

6. Bapak Yuyu Jayudin, S.T. selaku Subbagian Program yang telah memberi penjelasan tentang Program Pelayanan Satu hari Jadi (One Day Service/ODS).

7. Ibu Iis Herawati selaku Subbag Umum atas bimbingannya selama penulis melakukan KKL di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Cirebon.

8. Papa, Mama, Kakak dan Adikku tercinta yang sudah memberikan dorongan dengan do’a, moril maupun materil yang tidak ternilai, sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan Laporan KKL ini. 9. Rekan-rekan mahasiswa di Program Studi Ilmu Pemerintahan

Semoga Laporan KKL ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca semua.

Bandung, November 2011

Penulis


(6)

81

I. Identitas Diri

Nama Lengkap

: Yuni Dwi Indriyani

Tempat dan Tanggal Lahir

: Cirebon, 12 Juni 1990

Agama

: Islam

Alamat Lengkap

: Jl. Surapati Gang Melania II No 5

Bandung

Email

: [email protected]

Handphone

: +6281214406097

Nama Ayah

: Suradi

Pekerjaan Ayah

: PNS

Nama Ibu

: Endang Puryani

Pekerjaan Ibu

: PNS

Alamat Lengkap

: Jl. Syekh Datul Kafhi Blok Weringin

RT/03 RW/01 Plered Cirebon 45154

II. Pendidikan Formal

1. SD N 2 Sarabau 1996-2002

2. SMP N 2 Weru 2002-2005

3. SMA N 2 Cirebon 2005-2008

4. Universitas Komputer Indonesia 2008-sekarang

Bandung, November 2011

Yuni Dwi Indriyani

41708018


Dokumen yang terkait

Peranan Pemerintah Daerah Dalam Memberikan Surat Izin Usaha Perdagangan (Suatu Studi Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli)

4 108 213

Implementasi Pelayanan Publik Bidang Izin Usaha Perikanan Dan Penangkapan Ikan Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Dalam Pengelolaan Sumber Daya Berkelanjutan Kabupaten Nias

6 95 157

Efektivitas Pembentukan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Gayo Lues)

1 48 115

PELAYANAN PUBLIK BIDANG PERIZINAN (Studi Mengenai Kualitas Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dalam Pengurusan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Di Kantor Pelayanan Terpadu Perizinan (KPTP) Kabupaten Kotawaringin Barat

0 6 3

Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (SIMYANDU-PPTSP) (Studi Kasus Dalam Pembuatan Izin Usaha (ITU) Pada Kantor PPTSP Kabupaten Garut)

1 55 179

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Masyarakat (Studi Tentang Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung)

0 5 1

Kualitas Pelayanan Perizinan Melalui Bandung One Stop Service (BOSS) Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung

0 4 1

Efektifitas Pelayanan Satu Hari Jadi (One Day Service/ODS) Dalam Pembuatan Izin Usaha Industri (IUI) Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Cirebon

4 40 84

Penilaian Kepuasan Masyarakat tentang Pelayanan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Belitung Timur berbasis website

0 3 54

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Peranan Pemerintah Daerah Dalam Memberikan Surat Izin Usaha Perdagangan (Suatu Studi Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli)

0 1 36