Peranan Pemerintah Daerah Dalam Memberikan Surat Izin Usaha Perdagangan (Suatu Studi Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli)

(1)

1

PERANAN PEMERINTAH DAERAH DALAM

MEMBERIKAN IZIN USAHA PERDAGANGAN

(Suatu Studi Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota

Gunungsitoli)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

OLEH :

RIBKA KHRISTIN NATALIA HAREFA 110903103

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

2 ABSTRAK

Peranan Pemerintah Daerah Dalam Memberikan Izin Usaha Perdagangan (Suatu Studi Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli)

Dalam mewujudkan pelayanan yang efektif dan efesien di Kota Gunungsitoli masih dihadapkan dengan berbagai realita pelayanan yang dirasakan masih belum optimal. Walaupun telah terjadi banyak peningkatan pelayanan terhadap pengurusan surat izin usaha perdagangan, namun Badan Pelayanan Perizinan Terpadu masih memiliki kekurangan dalam memberikan layanan terhadap masyarakat. Pemerintah harus dapat memperhatikan apakah peranan pemerintah bagi masyarakat sudah terlaksana dengan baik, dengan memberikan kepuasan pelayanan terhadap masyarakat pemohon surat izin usaha perdagangan. Dengan memperhatikan sistem prosedur, waktu penyelesaian, rincian biaya layanan dan lokasi pelayanan yang diberikan kepada masyarakat untuk terwujudnya pelayanan yang efektif dan efesien terhadap masyarakat. Maka dari pada itu penulis tertarik untuk meneliti “Peranan Pemerintah Daerah Dalam Memberikan Izin Usaha Perdagangan”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan pemerintah daerah dalam memberikan surat izin usaha perdagangan di Badan Pelayanan Perizinan Terapadu Kota Gunungsitoli serta untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam peranan pemerintah daerah dalam memberikan surat izin usaha perdagangan di Badan Pelayanan Perizinan Terapadu Kota Gunungsitoli.

Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan analisa kualitatif. Lokasi penelitian ini dilakukan di kantor Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli.

Hasil penelitian di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli menunjukkan peranan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari indikator-indikator yang digunakan oleh peneliti yaitu : Prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya layanan dan lokasi pelayanan. Dimana Prosedur yang sudah cukup baik dengan terpampangnya pamflet pemrosesan dan maklumat pada dinding Front Office, waktu penyelesaian yang tepat pada waktunya, biaya layananan/retribusi yang hanya membutuhkan biaya yang sangat minim dan lokasi pelayanan/kantor yang memudahkan/diketahui oleh masyarakat. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli juga lebih mempermudah jangkauan masyarakat kecamatan dengan mendirikan/membuka posko pelayanan bagi masyarakat yang berada di kecamatan sekitar Kota Gunungsitoli.


(3)

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin.

Adapun skripsi ini berjudul “Peranan Pemerintah Daerah Dalam Memberikan Surat Izin Usaha Perdagangan (Suatu Studi Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli)”.Penulis bertujuan mengetahui bagaimana prinsip-prinsip pelayanan publik dalam pelayanan perizinan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli serta untuk mengetahui bagaimana peranan pemerintah dalam melaksanakan pemrosesan pelayanan terhadap masyarakat pelaku pemohon izin usaha perdagangan. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Strata 1 (S-1) di Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Kesadaran Penulis akan tidak sempurnanya hasil penulisan skripsi ini membawa harapan yang besar kepada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan saran yang konstruktif guna menghasilkan sebuah karya ilmiah yang lebih baik dan lebih sempurna lagi, baik dari segi isi ataupun dari segi cara penulisannya di masa mendatang.

Selama proses penyusunan skripsi penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan untaian kata terimakasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua yakni Papi terkasih Meiman


(4)

4

Harefadan Mami terkasih Idaswastuty Zebua yang senatiasa memberikan do’a dan motivasi di setiap langkah perjalanan hidup penulis. Terimakasih juga buat Abang Dedi Harefa, Abang Berkat Hulu, Abang Hendra Harefa, Kakak Noveni Laoli dan Kakak super cerewet Ira Harefa yang selalu ada sebagai abang dan kakak bagi penulis, dalam memberikan semangat dan arahan kepada penulis agar yakin dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga terimakasih untuk yang terkasih Jose Mendrofa yang sudah selalu ada untuk membantu, mengingatkan, menyemangati dan mendorong penulis agar cepat menyelesaikan skripsi ini.

Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Sumatera Utara dan dosen wali yang telah banyak memberikan bimbingan selama perkuliahan hingga saat ini.

4. Bapak/Ibu Staf Pengajar FISIP USU dan Staf Pegawai Administrasi yang telah berjasa dalam memberikan banyak bekal ilmu, nasehat,


(5)

5

bimbingan kepada penulis selama penulis menimba ilmu dan banyak membantu segala urusan administratif sejak awal penulis memulai studi hingga saat ini di Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Sumatera Utara.

5. Terimakasih kepada Ibu Mei Linda Rostanti Larosa, ST selaku Kepala BPPT Kota Gunungsitoli yang telah memberikan kesempatan bagi penulis dalam melaksanakan penelitian.

6. Terimakasih kepada Bapak Ya’aro Telaumbanua selaku Kepala Bidang Jasa Usaha dan Bapak Dedi Irama Gulo, ST selaku Staf Subbagian Program, Evaluasi dan Pelaporan telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data.

7. Terimakasih tidak terhingga buat seluruh keluarga besar penulis yaitu: Papa/Mama Sa’a, Papa/Mama Talu, Papa/Mama Sakhi, Tante/Omdan seluruhAbang-abang, Kakak-kakak dan Adek-adek yang sudah selalu mendukung penulis dalam do’a dan motivasi sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Terimakasih untuk sepupu kece Asya Zegayang sudah membantu, Adek Ervin R.A Laowo, Melfa Vania, Arliantini Gulo, Debora Daeli, Meilan Hulu, Ratna Gulo dan Yolanda Mayangsari yang telah memberi semangat dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.


(6)

6

Akhir kata saya ucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

“Tuhan Yesus memberkati semua pihak atas kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada Penulis secara tulus dan iklas”

Medan, Mei 2013 Penulis

110903103 RIBKA K.N HAREFA


(7)

7 DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ………... i

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI ………... . v

DAFTAR GAMBAR ………... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ……… 1

1.2Rumusan Masalah ……….……….. 6

1.3Tujuan Penelitian ……….………... 6

1.4Manfaat Penelitian ……….. 7

1.5Kerangka Teori ………... 8

1.5.1 Penyelenggaraan Pemerintah Daerah ... 8

1.5.2 Manajemen Pelayanan Publik ………… 20

1.6Defenisi Konsep ……….……. 37

1.7Sistematika Penulisan ………..………... 37

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian ………. ………… 39

2.2 Lokasi Penelitian ……….. 39

2.3 Informan Penelitian ……… 39

2.4 Teknik Pengumpulan Data ……… 40

2.5 Teknik Analisa Data ……….. 41

BAB III DESKRIPSI LOKASI 3.1 Sejarah Kota Gunungsitoli ……… 42


(8)

8

3.2.1 Visi dan Misi ………..………… 50

3.2.2 Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi ………… 52

3.2.3 Komitmen Pelayanan ……….. ………… 53

3.3 Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli ……… 54

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Surat Izin Usaha Perdagangan ……….. 78

4.1.1 Persyaratan Surat Izin Usaha Perdagangan…… 78

4.1.2 Prosedur Pengurusan Surat Izin Perdagangan…..81

4.1.3 Waktu Penyelesaian ……… 83

4.1.4 Rincian Biaya Layanan ……… 83

4.1.5 Lokasi Pelayanan ……….…….85

4.2 Peranan Pemerintah Daerah ………... 86

4.2.1 Pelayanan BPPT Dalam Memberikan Izin Usaha Perdagangan ……….……….. 86

4.2.2 Informasi Layanan ……….…………. 90

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ……….………... 93

5.2 Saran ……….……... 94 DAFTAR PUSTAKA


(9)

9

DAFTAR GAMBAR


(10)

2 ABSTRAK

Peranan Pemerintah Daerah Dalam Memberikan Izin Usaha Perdagangan (Suatu Studi Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli)

Dalam mewujudkan pelayanan yang efektif dan efesien di Kota Gunungsitoli masih dihadapkan dengan berbagai realita pelayanan yang dirasakan masih belum optimal. Walaupun telah terjadi banyak peningkatan pelayanan terhadap pengurusan surat izin usaha perdagangan, namun Badan Pelayanan Perizinan Terpadu masih memiliki kekurangan dalam memberikan layanan terhadap masyarakat. Pemerintah harus dapat memperhatikan apakah peranan pemerintah bagi masyarakat sudah terlaksana dengan baik, dengan memberikan kepuasan pelayanan terhadap masyarakat pemohon surat izin usaha perdagangan. Dengan memperhatikan sistem prosedur, waktu penyelesaian, rincian biaya layanan dan lokasi pelayanan yang diberikan kepada masyarakat untuk terwujudnya pelayanan yang efektif dan efesien terhadap masyarakat. Maka dari pada itu penulis tertarik untuk meneliti “Peranan Pemerintah Daerah Dalam Memberikan Izin Usaha Perdagangan”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan pemerintah daerah dalam memberikan surat izin usaha perdagangan di Badan Pelayanan Perizinan Terapadu Kota Gunungsitoli serta untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam peranan pemerintah daerah dalam memberikan surat izin usaha perdagangan di Badan Pelayanan Perizinan Terapadu Kota Gunungsitoli.

Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan analisa kualitatif. Lokasi penelitian ini dilakukan di kantor Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli.

Hasil penelitian di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli menunjukkan peranan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari indikator-indikator yang digunakan oleh peneliti yaitu : Prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya layanan dan lokasi pelayanan. Dimana Prosedur yang sudah cukup baik dengan terpampangnya pamflet pemrosesan dan maklumat pada dinding Front Office, waktu penyelesaian yang tepat pada waktunya, biaya layananan/retribusi yang hanya membutuhkan biaya yang sangat minim dan lokasi pelayanan/kantor yang memudahkan/diketahui oleh masyarakat. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli juga lebih mempermudah jangkauan masyarakat kecamatan dengan mendirikan/membuka posko pelayanan bagi masyarakat yang berada di kecamatan sekitar Kota Gunungsitoli.


(11)

10 BAB I

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Dalam Undang-undang Dasar 1945 disebutkan bahwa setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pelayanan umum secara merata disegala aspek kehidupan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga pemerintah dalam hal ini yang telah diberikan wewenang sebagai penyelenggara negara harus dapat memberikan pelayanan publik disegala bidang. Dikeluarkannya Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang No.23 Tahun 2014, dimana undang-undang Pemerintahan Daerah ditujukan untuk mendorong lebih terciptanya daya guna dan hasil guna penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam mensejahterakan masyarakat, baik melalui peningkatan pelayanan publik maupun melalui peningkatan daya saing daerah. Undang-undang bertujuan untuk memacu sinergi dalam berbagai aspek dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dengan Pemerintahan pusat. Setiap regulasi yang ditetapkan pemerintah terhadap otonomi daerah tersebut tentu bertujuan untuk melaksanakan pelayanan yang baik. Selain itu, perubahan paradigma dimana pemerintah harus memberikan pelayanan yang konsep

customer oriented bukan government oriented semakin mendorong

terwujudnya pelayanan prima yang dikehendaki. Karena itulah pelayanan disegala bidang harus dirancang sedemikian rupa sehingga bisa memenuhi


(12)

11

kebutuhan masyarakat termaksud kebijakan dibidang perizinan.Salah satu indikator dari kualitas pemerintah yakni kualitas pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah itu sendiri.Oleh sebab itu, buruknya sistem birokrasi pemerintah dimasa lalu dengan segala implikasinya menjadi titik tolak pemikiran pemerintah untuk melakukan usaha-usaha perbaikan kualitas pelayanan publik hal ini mendorong pemerintah untuk kembali memahami arti pentingnya kualitas pelayanan publik terhadap kemajuan pembangunan yang dilakukan oleh pusat maupun daerah baik itu tentang pelayanan perizinan maupun nonperizinan. Design minimal dari reformasi birokrasi diorientasikan untuk memperoleh sebuah kinerja yang di dalamnya menggambarkan proses demokratisasi, efektifitas, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas, serta tanggungjawab dalam kerangka memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Dalam memperkuat otonomi daerah adanya mekanisme pembinaan, pengawasan, pemberdayaan serta sanksi yang jelas dan tegas.

Sesuai amanat Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 dan sebagaimana diatur dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, ditegaskan bahwa pemberian Otonomi kepada Daerah diarahkan untukmempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, peran serta dan peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara kesatuan Republik Indonesia. Salah satu tolak ukur keberhasilan otonomi daerah adalah kualitas pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.Para aparat birokrasi pemerintah daerah harus berlomba memperbaiki dan


(13)

12

meningkatkan citra pemerintahan, terutama dalam memberikan pelayanan publik.Pemerintah telah menetapkan Regulasi melalui PERMENDAGRI Nomor 24 Tahun 2006 tentang penyelenggaraan pelayanan perizinan dan PERMENDAGRI Nomor 20 Tahun 2008 tentang pedoman organisasi dan tata kerja unit pelayanan perizinan di daerah. Layanan merupakan kegiatan penyelenggaraan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai ketahap terbitnya dokumen dilakukan pada satu tempat. Tujuan pokok yang ingin diperoleh guna menggunakan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk memperoleh layanan publik secara transparan baik dari sisi waktu,biaya,persyaratan maupun prosedur yang harus ditempuh. Kinerja pelayanan publik bidang perizinan masih dihadapkan pada berbagai kekurangan, seperti kurang reponsif, kurang informatif, kurang koordinasi dan in-efisien.

Kalangan dunia usaha sering mengeluhkan proses pelayanan perizinan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintahan daerah, yang dirasakan berbelit-belit, tidak transparan, tidak ada kejelasan dan kepastian waktu, dan adanya biaya ekstra. Perizinan merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan publik, demikian juga perizinan yang terkait dengan kegiatan usaha perdagangan. Proses perizinan, khususnya perizinan usaha perdagangan, secara langsung akan berpengaruh terhadap keinginan dan keputusan calon pengusaha maupun investor untuk menamkan modalnya. Kalangan dunia usaha masih mengeluhkan dan merasakan dalam proses dan pelaksanaan pemberian layanan dikebanyakan daerah, masih belum banyak perubahan signifikan. Sebelum adanya kebijakan Otonomi Daerah, maka kewenangan


(14)

13

pemberian perizinan bidang usaha hampir seluruhnya menjadi otoritas Pemerintah Pusat yang sentralisasi. Disamping itu dalam suasana sentralisasi tersebut para pemohon perizinan (dunia usaha) juga harus menghadapi birokrasi yang berbelit-belit serta dibebani lagi dengan pungutan biaya yang tidak tentu jumlahnya. Keadaan ini telah menimbulkan keluhan dan kemandekan dalam dunia usaha yang tentunya secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan pembangunan perekonomian bangsa.

Pembentukan Kota Gunungsitoli yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Nias terdiri atas 5 (lima) kecamatan, yaitu Kecamatan Gunungsitoli, Kecamatan Gunungsitoli Selatan, Kecamatan Gunungsitoli Utara, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi dan Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa. Kota Gunungsitoli memiliki luas wilayah luas wilayah keseluruhan 514,10 km2 dengan jumlah penduduk 118.392 jiwa pada tahun 2007. Pemerintah Kota Gunungsitoli telah menetapkan Peraturan Walikota Nomor 5 Tahun 2009 tentang organisasi dan tata kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) di Kota Gunungsitoli sebagai satuan kerja perangkat daerah (SKPD) penyelenggara pelayanan administrasi dibidang perizinan secara terpadu. Salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan oleh pemerintah kota Gunungsitoli melalui pembentukan pelayanan perizinan usaha untuk memberikan pelayanan yang efektif dan efesien terhadap masyarakat Kota Gunungsitoli dalam meningkatkan kesejahteraan hidup.

Badan Pelayanan Perizina Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli sejak juli sampai dengan Desember 2010 dalam tahap pembenahan termaksud


(15)

14

persiapan administrasi pelimpahan wewenang dari walikota kepada BPPT. Sejak awal Januari 2011 BPPT Kota Gunungsitoli mulai melayani masyarakat dalam menerbitkan izin usaha setelah menerima pelimpahan, sebagian kewenangan adapun jumlah izin yang dikelolah BPPT Kota Gunungsitoli sebanyak 27 jenis perizinan dan seiring dengan perkembangan, BPPT Kota Gunungsitoli kembali menerima pendelegasian 59 jenis izin berdasarkan Peraturan Walikota Gunungsitoli dimana termaksut didalamnya izin usaha perdagangan. Sesuai dengan tugas pokok BPPT Kota Gunungsitoli adalah melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, simpilkasi, singkronisasi, keamanan dan kepastian.Berdasarkan tugas pokok tersebut maka visi BPPT Kota Gunungsitoli adalah Pelayanan Perizinan yang profesional, muda, sederhana, cepat dan transparan.

Mewujudkan pelayanan prima di Kota Gunungsitoli masih dihadapkan dengan berbagai realita pelayanan yang dirasakan masih belum optimal walaupun telah terjadi banyak peningkatan kualitas pelayanan izin usaha, namun Badan Pelayanan Perizinan Terpadu masih menempatkan diri sebagai aktor tunggal yang berkuasa menetapkan berbagai ketentuan dan menempatkan masyarakat sebagai objek yang harus mengikuti saja (government paradigma). Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti :

“BAGAIMANA PERANAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MEMBERIKAN IZIN USAHA PERDAGANGAN”. Untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat yang ingin mendirikan usaha dalam mensejahterakan kehidupan. Hal ini dapat dilihat dari setiap indikator yang


(16)

15

digunakan yaitu: Prosedur pelayanan, Persyaratan teknik dan Administrasi pelayanan, waktu penyelesaian, biaya retribusi pelayanan dan keramahan pegawai. Bertitik tolak dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian, menganalisis dan mengkaji lebih dalam terkait pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan perizinan usaha perdagangan sejak berdirinya BPPT Kota Gunungsitoli.

1.2Rumusan Masalah

Pada dasarnya penelitian dilakukan untuk mendapatkan data yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.Kedudukan masalah yang diteliti sangat sentral dalam suatu penelitian. Ada pun masalah yang akan penulis teliti dan analisis dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Peranan Pemerintah Daerah dalam Memberikan Izin Usaha Perdagangan?”

1.3Tujuan Penelitian

Setiap peneliti memiliki format dalam mencapai yang hendak dihasilkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan penulis. Adapun tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya yakni untuk mengetahui:

1. Peranan Pemerintah Daerah Dalam Memberikan Izin Usaha Perdagangan terhadap masyarakat Kota Gunungsitoli.

2. Manfaat yang diberikan terhadap perbaikan maupun peningkatan kualitas pelayanan publik di Kota Gunungsitoli serta faktor pendukung dan penghambat terwujudnya pelayanan.


(17)

16

Manfaat penelitian merupakan hasil penelitian yang dilakukan.Dalam memecahkan sebuah masalah atau fenomena sosial yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Adapun yang menjadi manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan penilaian bagi instansi terkait terhadap pengembangan kinerja sumber daya manusia dalam mengeluarkan perizinan pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan akan mampu menyumbang khasanah ilmiah dan kepustakaan baru dalam penelitian sosial.

1.5Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefenisikan sebagai masalah yang penting.Teori adalah sebagai konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian.Sebagai titik tolak atau landasan berfikir untuk memecahkan masalah, perlu adanya pedoman teoritis yang membatu.Untuk itu perlu disusun suatu kerangka teori yang membuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah tersebut disoroti. Berdasarkan rumusan diatas, peneliti mengemukakan beberapa teori, pendapat ataupun gagasan yang akan dijadikan titik tolak landasan berfikir dalam penelitian ini.


(18)

17

1.5.1 Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 1.5.1.1 Pemerintahan Daerah

Pada hakekatnya sesuai konsep “trias politika” penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan dibagi tiga yaitu; pemerintahan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Ketiga fungsi pemerintahan tersebut sesungguhnya dapat disebut sebagai “pemerintahan secara umum” atau pemerintahan dalam arti luas, sedangkan pemerintah dalam arti sempit yaitu “pemerintahan eksekutif, yakni sebagaimana diketahui bersama merupakan ruang lingkup kajian “ilmu administrasi negara”. Adapun dalam sistem pemerintahan terdapat dua konsep dan teori yaitu “sistem pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan presidential. Disamping itu dalam kajian “ilmu pemerintahan’ terdapat pengertian atau defenisi dalam pemerintahan yaitu “sistem sentralisasi” yang disebut “pemerintah pusat” yaitu penyelenggaraan pemerintahan secara terpusat artinya kebijakan strategis ditetapkan oleh pemerintah pusat. Sedangkan sistem desentralisasi atau pemerintahan daerah yakni pemerintahan pusat memberikan kewenangan sebagai besar urusan pemerintahan kepada pemerintah dibawahnya, sehingga pemerintah dibawahnya memiliki otonomi dalam pengambilan keputusan yang lebih besar dan sering disebut “otonomi daerah”.Pembentukan otonomi daerah dapat dilakukan dengan berbagai macam model yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan.


(19)

18

merupakan landasan hukum bagi pembentukan pemerintahan di daerah yang berlaku di Indonesia. Pasal 18 itu bermakna bahwa pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak asal usul dalam daerah-daaerah yang bersifat istimewa. Berdasarkan makna di atas, maka dapat dikemukakan 4 (empat) asumsi.Pertama, daerah tidak bersifat staat. Kedua, wilayah Indonesia mula-mula akan dibagi dalam provinsi-provinsi dan provinsi ini kemudian dibagi lagi dalam daerah-daerah yang lebih kecil. Ketiga, daerah ini dapat bersifat otonom dan dapat pula bersifat administratif.Keempat, di daerah otonom dibentuk badan perwakilan daerah sesuai dasar permuyawaratan dalam sistem pemerintahan negara.Dengan demikian dapat dikatakan negara Republik Indonesia merupakan negara kesatuan yang menganut sistem desentralisasi. Keadaan ini menunjukkan bahwa sistem pemerintahan di Indonesia dikenal adanya “Pemerintahan Pusat” dan “ Pemeritahan Daerah”.

Negara kesatuan yang terdesentralisasi, di samping Pemerintah Pusat terdapat pemerintahan subnasional yakni Pemerintah Daerah yang keduanya mempunyai tugas utama melaksanakan pelayanan public. Untuk melaksanakan tugas pelayanan publik perlu adanya ketegasan pembagian kewenangan dalam memberikan pelayanan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.Pemilihan kewenangan yang dilakukan berpengaruh pada penyediaan barang dan jasa yang menjadi


(20)

19 tanggung jawab Pemerintah Daerah.

Penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia menganut pendekatan sentralisasi dan desentralisasi yang lebih merupakan kontinum dari pada bersifat dikhotomi. Sentralisasi mencerminkan pendekatan negara dan bangsa sebagai refleksi konsepsi negara kesatuan, sedangkan desentralisasi merupakan pendekatan yang merepresentasikan kemejemukan masyarakat serta sekaligus sebagai pendemokrasian.

Alasan lain memperkuat kualitas pelayanan publik akan lebih efektif apabila dilakukan oleh pemerintah daerah karena ia dapat mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan pelayanan sesuai dengan nilai-nilai masyarakat. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dilaksanakan melalui tiga asas yaitu; desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.Keadaan ini didasarkan pada prinsip efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan di daerah itu, maka keseimbangan dari ketiga asas tersebut senantiasa menjadi perhatian para penyelenggara kegiatan pemerintahan dan pelaksana pembangunan daerah. Ada faktor yang yang dapat menentukan efektivitas dan dan ukuran pemda antara lain; area dan penduduk. Pertumbuhan penduduk menyebabkan perluasa pemukiman yang mempunyai implikasi terhadap aspek ekonomi, politik, administrasi dan wilayah kerja dari pemda. Besaran fisik, ekonomi dan jumlah penduduk akan menentukan sejauh mana Pemda mampu berperan dalam pembangunan dan kehidupan nasional. Ada beberapa kelemahan yang menyebabkan


(21)

20

Pemda kurang mampu mengakomodasikan fungsi-fungsinya secara efektif dan efesien anatar lain:

1) Areal Pemda yang tidak sesuai dengan pola kehidupan dan mata pencaharian warganya, kesenjangan ini akan semakin melebar akibat perubahan yang cepat dari aspek sosial, ekonomi dan teknologi;

2) Pelayanan-pelayanan yang seyogianya dilakukan oleh satu Pemda, namun terfragmentasi ke dalam berbagai pemda;

3) Banyak Pemda yang sangat kecil baik dari segi ukuran maupun pendapatan daerah, sehingga tidak mampu untuk mempekerjakan tenaga-tenaga professionaldan tidak mampu mengadakan peralatan teknis akibatnya tugas-tugas tidak terlaksana secara efektif dan efesien.

Melalui desentralisasi diharapkan dapat diwujudkan program-program pemerintah yang berorientasi kepada kebutuhan pelanggan, masyarakat dan organisasi-organisasi lembaga non-pemerintah.Dengan pendekatan ini kualitas pelayanan publik dapat ditingkatkan secara efesien dan efektif.Osborne dan Gaebler mengemukakan bahwa desentralisasi pemerintahan memberi manfaat antara lain; 1) Dapat cepat tanggap terhadap keinginan masyarakat dan perubahan lingkungan; 2) Lebih inovatif; 3) Meningkatkan komitmen dan moral pegawai serta produktivitas kerja.Namun demikian pemerintahan daerah (Otonomi Daerah) juga berdampak terhadap peran dan wewenang pemerintah pusat. Pemerintah pusat akan lebih banyak


(22)

21

berorientasi pada tugas-tugas pembuat kebijakan yang bersifat nasional dan strategis yang tidak dapat diserahkan pada pemerintah daerah. Eksistensi pemerintah pusat dan daerah, dengan maksud era-otonomi daerah di masa depan banyak warisan “persoalan dampak pembangunan” yang selama ini dilaksanakan menujukan fenomena yang tidak ringan dan harus dihadapi oleh pemerintah pusat maupun daerah .Konsolidasi kekuasaan pemerintahan seharusnya telah tertata dengan mantap dan mapan selama 3 (tiga) kali pemilu.

1.5.1.2Pembinaan dan Pengawasan

Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh pemerintah, meliputi:

1) koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan;

2) pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan; 3) pemberian bimbingan, supervise, dan konsultasi pelaksanaan

urusan pemerintahan; 4) pendidikan dan pelatihan;

5) perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan.

Koordinasi yang dimaksud dilaksanakan secara berkala pada tingkat nasional, regional atau provinsi.Pemberian pedoman dan standar tersebut mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan, tata laksana, pendanaan dan kualitas, pengendalian dan pengawasan. Pemberian


(23)

22

bimbingan, supervise, dan konsultasi yang dimaksud dilaksanakan secara berkala dan sewaktu-waktu, baik secara menyeluruh daerah maupun kepada daerah tertentu sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan dan pelatihan dimaksud dilaksanakan secara berkala bagi kepala daerah atau wakil kepala daerah, anggota DPRD, perangkat daerah, pegawai negeri sipil daerah, dan kepala desa. Perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan dan evaluasi dimaksud dilaksanakan secara berkala ataupun sewaktu-waktu dengan memperhatikan susuanan pemerintahan dan dapat dilakukan kerja sama dengan perguruan tinggi dan/atau lembaga penelitian.

Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dilaksanakan oleh pemerintah yang meliputi pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintah didaerah dan pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah.Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah tersebut secara nasional dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri.Untuk tingkat kabupaten/kota dikoordinasikan oleh gubernur, sedangkan untuk tingkat pemerintahan desa dikoordinasikan oleh bupati/walikota dan dapat dilimpahkan kepada camat untuk pembinaan dan pengawasan.

1.Kerja Sama dan Penyelesaian Perselisihan

Dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat mengadakan kerja sama dengan daerah lain yang didasarkan pada pertimbangan efesiensi dan efektivitas pelayanan publik, sinergi dan saling menguntungkan. Kerja sama tersebut dapat diwujudkan dalam


(24)

23

bentuk kerja sama antar daerah yang diatur dalam keputusan bersama, maupun dengan pihak ketiga dalam penyediaan pelayanaan publik. Kerjasama yang membebani masyarakat dan daerah harus mendapatkan persetujuan DPRD. Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola bersama oleh daerah terkait dan untuk menciptakan efesiensi, daerah wajib mengelola pelayanan publik secara bersama dengan daerah sekitarnya untuk kepentingan masyarakat, yang dapat dibentuk badan kerja sama atau pengelolaan pelayanaan publik tersebut dapat dilaksanakan oleh pemerintah.

Apabila terjadi perselisihan dalam menyelenggarakan fungsi pemerintahan antar kabupaten/kota dalam satu provinsi, gubernur menyelesaikan perselisihan tersebut, dan apabila perselisihan antar provinsi dan kabupaten/kota diluar wilayahnya, Menteri Dalam Negeri menyelesaikan perselisihan tersebut dan keputusan ini adalah bersifat final.

2.Pertimbangan dalam Kebijakan Otonomi Daerah

Sebagai negara kesatuan dengan sistem desentralisasi dalam penyelenggaraan urusan pemerintah konsekuensinya adalah salah mengimplementasikan prinsip-prinsip desentralisasi, diharapkan tidak akan memberikan implikasi dan simplikasi yang akan melahirkan dampak yang kurang positif terhadap kesatuan dan persatuan nasional. Pertimbangan antara cita kesatuan dengan cita desentralisasi akan diwujudkan secara proposional, dengan melihat kebutuhan dan


(25)

24

intensitasnya sebagai konsekuensi dari penganutan sistem desentralisasi di negara kesatuan yang telah menjadi negara consensus nasional bangsa Indonesia. Suatu peraturan perundang-undangan atau kebijakan dengan implementasi dari pengalaman dibeberapa negara didunia termaksuk Indonesia, bahwa terhadap suatu kebijakan yang telah ditetapkan secara nasional, ternyata kurang mencapai sasaran sebagaimana mestinya.

Suatu kebijakan akan sulit diimplementasikan apabila isi kebijakan menyangkut banyak kepentingan yang didalamnya dan tidak adanya perubahan sikap dan perilaku dalam pelaksanaannya. Sebaliknya suatu kebijakan yang jelas memberikan manfaat akan lebih mudah dilaksanakan. Demikian pula terhadap lingkungan, setiap kebijakan agar dapat diimplementasikan sangat perlu dipertimbangkan konteks atau lingkungan di mana tindakan administratif dilakukan.Setiap kebijakan senantiasa memperhatikan faktor komunikasi sumber-sumber, kecenderungan atau tingkah laku, dan struktur birokrasi. Dengan kata lain, setiap kehendak politik pemerintah untuk mewujudkan desentralisasi dan penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan peraturan dari perundang-undangan pemerintahan daerah yang telah ada selama ini. Dalam implementasinya senantiasa dihadapkan pada berbagai constrain selain kebutuhan yang diperlukan dalam implementasinya dalam suatu kebijakan termasuk peraturan perundang-undangan, juga administrative capability, dari stakeholders yang involved dalam mengimplementasikan desentralisasi.


(26)

25

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah, presiden dapat membentuk suatu dewan yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan otonomi daerah.Dewan ini, dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri yang susunan organisasi keanggotaan dan tata laksananya diatur lebih lanjut dengan peraturan presiden. Dewan yang dimaksud bertugas memberikan sasaran dan pertimbangan kepada presiden antara lain mengenai rancangan kebijakan:

a. Pembentukan, penghapusan, dan penggabungan daerah serta pembentukan kawasan khusus;

b. Perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintah daerah, yang meliputi:

a) Perhitungan bagian masing-masing daerah atas dana bagi hasil pajak dan sumber daya alam sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b) Formula dan perhitungan DAU masing-masing daerah berdasarkan besaran pagu DAU sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

c) DAK masing-masing daerah untuk setiap tahun anggaran berdasarkan besaran pagu DAK dengan menggunakan kriteria sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3. Ketentuan Lain-lain

a. Daerah-daerah yang memiliki status istimewa dan diberikan otonomi khusus diatur dengan Undang-Undang Nomor 32


(27)

26

Tahun 2004 juga diberlakukan pula ketentuan khusus yang diatur dalam undang-undang lain.

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi wewenang pemerintahan yang menjadi wewenang pemerintah yang didekonsentrasikan dilaksanakan oleh instansivertikal di daerah. c. Semua instansi vertikal yang menjadi perangkat daerah,

kekayaannya dialihkan menjadi milik daerah.

d. Batas daerah yang berbatasan dengan wilayah negara lain, diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan hukum internasional yang pelaksanaannya ditetapkan oleh pemerintah.

1.5.1.3 Perencanaan Pembangunan Daerah

Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional.Perencanaan pembangunan disusun oleh pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Perencanaan pembangunan daerah disusun secara berjangka, yaitu sebagai berikut:

1. Rencana pembangunan jangka panjang daerah disingkat dengan RPJP daerah untuk jangka waktu 20 tahun yang membuat visi, misi dan arah pembangunan daerah yang mengacu kepada RPJP nasional.


(28)

27

2. Rencana pembangunan jangka menengah daerah yang selanjutnya disebut RPJM daerah untuk jangka waktu lima tahun merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepada daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJP daerah dengan memerhatikan RPJM nasional.

3. RPJM tersebut memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah,kebijakan umum dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

4. Rencana kerja pembangunan daerah, selanjutnya disebut RKPD merupakan penjabaran dari RPJM daerah untuk jangka waktu satu tahun yang membuat rancangan kerja ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyaraka dengan mengacu kepada rencana kerja pemerintah.

Suatu keefektifan dan efesiensi perencanaan pembangunan daerah dibutuhkan sumber daya berupa data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Data dan informasi,mencakup:

a. Penyelenggaraan pemerintahan daerah;

b. Organisasi dan tata laksana pemerintahan daerah;


(29)

28 d. Keuangan daerah;

e. Potensi sumber daya daerah; f. Produk hukum daerah; g. Kependudukan;

h. Informasi dasar kewilayahan;

i. Informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah, untuk tercapainya daya guna dan hasil guna, pemanfaatan data dan informasi tersebut dikelola dalam sistem informasi daerah yang terintegrasi secara nasional.Perencanaan pembangunan daerah tersebut, disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, peganggaran, pelaksanaan dan pengawasan. Tahapan tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah, diukur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

1.5.2 Manajemen Pelayanan Publik

1.5.2.1 Penyelenggaraan Manajemen Pelayanan

Manajemen pelayanan adalah manajemen proses, yaitu sisi manajemen yang mengatur dan mengendalikan proses layanan, agar mekanisme kegiatan pelayanan dapat berjalan tertib, lancar, tepat mengenai sasaran dan memuaskan bagi pihak yang dilayani. Setiap proses mempunyai 4 unsur, yaitu: 1) maksud tujuan, 2) sistem/prosedur, 3) kegiatan dan 4) pelaksanaan. Dalam hal pelayanan sebagai suatu proses, unsur proses layanan dipersempit menjadi: 1) tugas layanan, 2)


(30)

29

prosedur layanan, 3) kegiatan layanan, 4) pelaksanaan layanan. Unsur-unsur tersebut tidak dapat dipisahkan karena keempat akan membentuk proses kegiatan (activity). Pelaksanaan layanan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu badan yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan fungsi layanan dan pelaku layanan.

a. Penanggung jawab fungsi layanan.

Penanggung jawab fungsi layanan umum adalah Pemerintah, selaku Badan Eksekutif yang menjalankan Pemerintahan sehari-hari, berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945 beserta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Pelaku layanan umum.

Pelaku layanan yang utama, dalam hal ini layanan sebagai salah satu fungsi Pemerintah dalam rangka penyelenggaraan administrasi Pemerintahan dilaksanakan oleh korps Pegawai Negeri. Sejalan dengan sistem penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang memberikan keluasan kepada Badan-badan hukum lain ikut menyelenggarakan sebagai tugas Pemerintah di bidang ekonomi, sosial dan budaya menjadi pelaku dalam tugas layanan umum.

1.5.2.2 Pola-pola Pelayanan Publik

Penyelenggaraan pemerintahan yang bertujuan memberikan dan menyediakan “pelayanan publik”, agar lebih relevan jika konsep yang digunakan bersumber dari kebijakan pemerintah itu sendiri, namun tidak menutup kemungkinaan penjelasan tambahan yang bersifat teks book. Pola atau model penyelenggaraan pelayanan umum adalah kesatuan


(31)

30

bentuk tata penyelenggaraan pelayanan yang didasarkan pada suatu prosedur dan tatakerja atau rangkaian kegiatan tertentu yang dilaksanakan secara sistematis dengan memperhatikan sendi atau prinsip-prinsip pelayanan publik.

Sesuai dengan jenis dan sifat pelayanan, serta dengan pertimbangan agar dapat melaksanakan prinsip-prinsip pelayanan umum secara efektif, maka dalam Penyelenggaraan Pelayanan Umum, sesuai dengan Kepmenpan Nomor 63 Tahun 2003, dapat dilaksanakan dengan pola-pola pelayanan sebagai berikut:

a. Pola Pelayanan Fungsional

Dalam membahas pola pelayanan disamping akan diuraikan berdasarkan landasan teoritis akan tetapi lebih banyak bersumber dari peraturan yang ditetapkan oleh Kantor Menpan, karena pola pelayanan publik termaksud sudah diterapkan di Indonesia sehingga lebih memudahkan dalam menjelaskan dan memberikan pemahaman kepada para pembacaannya. Pola suatu aktifitas atau kegiatan yang cenderung memiliki keajegan untuk terus dilakukan secara berulang-ulang, sehingga keajegan itu menjadi terintegrasi dan menjadi pedoman.

Pada umumnya pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik selalu mencoba dalam memberikan pelayanan, mencari cara yang paling efesien dan efektif yakni dengan membentuk berbagai cara atau yang sering disebut sebagai “pola”. Pada dasarnya pola pelayanan publik diberikan oleh penyelenggara pelayanan, sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya.


(32)

31 b. Pola Terpusat

Pola pelayanan publik diberikan secara tunggal oleh penyelenggaraan pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari penyelenggara pelayanan terkait lainnya yang bersangkutan. Pola pelayanan ini sesungguhnya merupakan efek residu setelah seluruh kegiatan pelayanan oprasional telah diserahkan kewenangannya kepada pemerintah daerah atau BUMN dan badan hukum swasta.Misalnya pelayanan yang bersifat nasional atau antar regional, maka pelayanan tersebut cenderung terpusat, contoh; urusan perizinan buka usaha pada suatu daerah, pengurusan perizinannya diselenggarakan secara terpusat yaitu berada pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu.

c. Pola Terpadu

a) Terpadu Satu Atap

Pola pelayanan terpadu satu atap diselenggarakan dalam suatu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses dan dilayani melalui beberapa pintu. Terhadap jenis pelayanan yang sudah dekat dengan masyarakat tidak perlu disatu atapkan.Pola ini sudah mulai dilaksanakan dibeberapa daerah dalam lembaga pemerintahan yang disebut Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT). Badan ini memiliki fungsi menyelenggarakan berbagai jenis perizinan dalam satu kantor. Dari aspek pelayanan terhadap masyarakat memberikan kemudahan ketika mengurus beberapa perizinan tidak perlu keluar


(33)

32

masuk dari kantor yang satu ke kantor yang lain yang letaknya kemungkinan saling berjauhan. Akan tetapi dari aspek internal memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi terutama dalam mengkoordinasikan dalam berbagai jenis pelayanan yang masing-masing mempunyai sifat dan karakteristik keahlian tersendiri. b. Terpadu Satu Pintu

Pola pelayanan terpadu satu pintu diselenggarakan pada satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani melalui satu pintu. Pola satu pintu ini juga sudah mulai banyak dilakukan dibeberapa kantor contohnya urusan STNK dan BPKB yang memiliki rangkaian proses sudah menjadi satu atap yaitu Kantor Samsat. Pola satu atap dari aspek efesiensi dan efektifitas pelayanan sudah cukup terbukti berjalan dengan baik dan lancer bahkan perlu dikembangkan terhadap proses perizinan yang bisa diintegrasikan.

c. Pola Gugus Tugas

Petugas pelayanan publik secara perorangan atau dalam bentuk gugus tugas ditempatkan pada instansi pemberi pelayanan dan lokasi pemberian pelayanan tertentu. Pemberian pelayanan publik dengan menggunakan pola “gugus tugas” merupakan pola pelayanan yang bersifat terintegrasi dengan instansi atau unit kerja yang lain yang memiliki keahlian masing-masing dalam rangka mendukung terhadap suatu pemberian pelayanan tertentu. Misalnya


(34)

33

pembentukan “gugus tugas” yang tergabung dalam wadah yang dibentuk seperti “Krisis Center” dalam penanggulangan Bencana.

1.5.2.3 Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik

Sendi-sendi tatalaksana pelayanan umum, pada hakekatnya merupakan penerapan prinsip-prinsip pokok sebagai dasar yang menjadi pedoman dalam perumusan tatalaksana dan penyelenggaraan kegiatan. Sesuai dengan Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum yang ditetapkan dengan Keputusan Menpan Nomor 81 Tahun 1993, maka prinsi-prinsip tersebut dapat dipahami melalui,yaitu:

1. Kesederhanaan

Prinsip kesederhanaan hakekatnya lebih menekankan pada aspek prosedur kerja penyelenggaraan, termaksud persyaratan maupun pelaksanaan teknis operasional. Prosedur kerja yang dimaksudkan adalah tata urutan pelaksanaan kerja atau tindakan yang dilewati/dijalankan dalam proses penyelenggaraan. Dalam menyusun kebijaksanaan atau pengaturan mengenai prosedur pelaksanaan hendaknya dirumuskan atau disusun dalam tata urutan atau mekanisme arus kerja yang sederhana, artinya tidak banyak melibatkan atau melewati meja atau pejabat yang tidak terdapat kaitan dengan fungsi utama dalam proses pelayanan. Namun kesederhanaan prosedur ini, dengan tanpa mengurangi atau mengabaikan unsur legalitas atau keabsahan dari hasil pelaksanaan pelayanan itu sendiri.


(35)

34

1) Makin sedikitnya simpul, meja/petugas dalam prosedur birokrasi pelaksanaanPelayanan Umum.

2) Memudahkan masyarakat dalam mengurus, mendapatkan pelayanan, antara lain dengan cara mengurangi kesempatan terjadinya kontak langsung antara petugas dengan masyarakat. 3) Memperkecil terjadi pelayanan yang birokratis/prosedur panjang,

sehingga akan mempelancar dalam proses serta menciptakan tatalaksana pelayanan yang baik.

Hal yang perlu mendapat perhatian dan relevan dalam mendukung ciri prinsip kesederhanaan pelayanan ialah:

1) Mekanisme kerja atau tata urutan pelayanan, artinya jumlah simpul/meja yang dilewati dalam proses prosedur pelayanan harus sederhana.

2) Spesifikasi persyaratan pelayanan, artinya dalam menyusun prosedur pelayanan perlu memperhatikan bagaimana kerumitan mengurus persyaratan yang diperlukan, sedapat mungkin dalam mengurus persyaratan tidak terlalu banyak mengkaitkan/melibatkan dengan instansi/unit kerja lain, yang berakibat menambah mata rantai birokrasi.

3) Tertip dalam sistem penataan dan penyimpanan dokumen/arsip, antara lain dalam penyelenggaraan pelayanan perlu didukung dengan pengelolaan dokumen/arsip yang berkaitan dengan kegiatan pemberian pelayanan, yang tertata secara sistematis, rapi, tertip dan aman.


(36)

35

4) Kapasitas loket dan petugas pelayanan yang cukup, artinya dalam penyelenggaraan pelayanan perlu memperhatikan apakah jumlah loket telah memadai dengan beban/volume permintaan pelayanan. Jika terjadi beban kerja tinggi dan penumpukan antrian kerja, maka dapat dilakukan langkah-langkah, antara lain:

a. Menambah sarana loket dan petugasnya.

b. Dilakukan desentralisasi pelayanan, melimpahkan kewenangan pelayanan terhadap unitkerja setingkat dibawah kewenangan kerja atau membagi beban tugas dalam kelompok kerja.

5) Koordinasi antara unit kerja yang terkait dalam pelayanan, dalam penyelenggaraan pelayanan perlu memperhatikan sejauh mana dilakukan koordinasi dan kerjasama dengan unit kerja yang terkait, maupun koordinasi antara komponen kerja didalam kantor yang bersangkutan, sehingga menunjang kelancaran mengurus persyaratan maupun proses penyelesaian pelayanan.

2. Kejelasan dan Kepastian

Prinsip mengandung arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai:

1. Prosedur tata cara pelayanan.

2.Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyratan administratif.

3. Unit kerja/pejabat berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan.


(37)

36

4. Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pelayanan. 5. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.

Untuk mendukung prinsip kejelasan atau kepastian dalam prosedur tatakerja, maka dalam proses pelaksanaan pelayanan perlu dilakukan:

a. Pencatatan secara rapi dan tertib setiap langkah, tahapan kegiatan pelayanan.

b. Harus didukung dengan kelengkapan perangkat administrasi yang sesuai kebutuhan untuk pelaksanaan pelayanaan.

c. Tatacara pengolahan biaya, antara lain menekankan bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan perlu dilakukan pengelolaan dana/biaya yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan secara tertib, jelas dan lengkap dengan tanda bukti maupun rincian biaya.

d. Biaya yang menyangkut kewajiban yang harus dipenuhi oleh masyarakat hendaknya harus dinyatakan dan dicatat secara jelas, rinci dan pasti jumlahnya.

e. Konsistensi pelaksanaan dan jadwal penyelesaian, dalam arti bahwa proses pelaksanaanpemberian pelayanan harus memberikan ketegasan dan kepastian sesuai prosedur dan jadwal pelaksanaan pelayanan secara jelas dan dapat dilaksanakan secara konsisten.


(38)

37 3. Keamanaan

Proses serta hasil pelayanan dapat memberikan keamanan, kenyamanan dan dapat memberikan kepastian hukum bagi masyarakat. Dengan memperhatikan faktor-faktor:

1) Keamanan; Memberikan rasa aman bagi masyarakat, meliputi: Produk Pelayanan Administratif (dokumen, surat, kartu, gambar, tiket, dll); Produk Pelayanan Barang (air bersih, tegangan listrik, tindakan perawatan, dll); Produk Pelayanan Jasa (perhubungan darat, laut dan udara).

2) Nyaman; Kondisi dan mutu dalam proses pelaksanaan pelayanan hendaknya diciptakan, meliputi: Kondisi tempat/ruang pelayanan yang dapat memberikan rasa nyaman, Terpenuhi secara lancar bagi kepentingan urusan pelayanan, serta; Mutu produk pelayanan yang diberikan pada masyarakat tersebut dapat memenuhi ukuran yang standart, sehingga dapat memenuhi rasa nyaman bagi masyarakat. 3) Tertib, proses penyelenggaraan pelayanan hendaknya dapat diciptakan pelaksanaan yang rapi, berjalan sesuai prosedur, urutan pemberian pelayanannya rutin tidak semrawut sesuai alur tahapan penyesuaian pekerjaan. Pemberian pelayanan dilakukan secara konsisten sesuai dengan antrian, dan menurut tatakerja yang berlaku.

4. Keterbukaan

Prosedur/tatacara, persyaratan, satuan kerja/pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian


(39)

38

biaya/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat.

5. Efesiensi

Prinsip efesiensi ini mengandung arti:

1)Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetapmemperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang diberikan.

2)Dicegah dengan adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses pelayanan masyarakat yang bersangkutan memasyarakatkan adanya kelengkapan persyaratan dan kesatuan kerja/instansi pemerintah yang terkait.

6. Ekonomis

Pengenaan biaya dalam penyelengaraan pelayanan hatus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan;

a. Nilai barang dan jasa pelayanan masyarakat tidak terlalu tinggi diluar kewajaran.

b. Kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar. c. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7. Keadilan yang Merata

Cangkupan/jangkauan pelayanan harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diberlakukan secara


(40)

39

adil bagi seluruh lapisan masyarakat. 8. Ketetapan Waktu

Pelaksanaan pelayanan umum dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

a) dalam penyelenggaraan pelayanan perlu menjaga konsistensi pelaksanaan jadwal waktu pemberian pelayanan,

b) Mengefektifkan pelaksanaan pengawasan dan pengendalian oleh pimpinan/atasan langsung.

1.5.2.4 Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Prinsip peningkatan kualitas pelayanan publik membentuk dan mempertahankan lingkungan yang tepat untuk melaksanakan penyempurnaan kualitas secara berkesinambungan dengan didukung oleh pemasuk, karyawan dan pelanggan. Enam prinsip pokok pelayanan publik tersebut memiliki: Kepemimpinan, Pendidikan, Perencanaan, Review, Komunikasi, Penghargaan dan pengakuan. Dalam pelayanan publik, instansi pemberi pelayanan publik tidak terlepas dengan masyarakat sebagai stakeholder-nya selain sebagai pelanggan yang utama.Organisasi publik tidak dapat berdiri sendiri, lepas dari lingkungan masyarakat.Dengan demikian maka masyarakatpun sangat berperan dalam peningkatan publik. Berdasarkan konsep diatas maka akan terlihat bahwa peran budaya masyarakat sangat dominan dalam mempengaruhi kinerja dan kualitas pelayanan publik.


(41)

40

Kualitas pelayanan publik berfokus pada lima bidang berikut;

1.Fokus pada pelanggan (customer focus) dan Identifikasi pelanggan (internal dan eksternal)

2. Keterlibatan total 3. Pengukuran

4.Dukungan sistematis

5. Perbaikan berkesinambungan

Implementasi konsep pelayanan berkualitas memberikan beberapa manfaat:

a. Meningkatkan indeks kepuasan kualitas. 1. Meningkatkan produktivitas dan efesiensi. 2. Meningkatkan moral dan semangat karyawan. 3. Meningkatkan kepuasan pelanggan.

1.5.2.5 Sistem Pelayanan Publik

Konsep pelayanan publik atau pelayanan umum pada dasarnya merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau birokrasi untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Pelayanan publik atau pelayanan umum adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan atau kepentingan masyarakat. Dengan demikian yang dapat


(42)

41

memberikan pelayanan publik kepada masyarakat luas bukan hanya instansi pemerintah tetapi juga pihak swasta.Pelayanan publik yang dijalankan oleh instansi pemerintah bermotif sosial dan politik, yakni menjalankan tugas pokok serta mencari dukungan suara.Layanan publik pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam pelayanan publik dibidang pendidikan, kesehatan masyarakat, keamanan dan ketertiban masyarakat serta kesejahteraan sosial.

Terdapat dua faktor penyebab timbulnya pelayanan publik, yaitu; 1) faktor yang bersifat ideal modern;

2) yang bersifat material. Faktor yang bersifat ideal modern meliputi adanya, rasa cinta dan kasih sayang, tolong menolong sesamanya berbuat baik; faktor materialnya akan menimbulkan hak dan kewajiban, baik kedalam maupun keluar organisasi.

Sistem pelayanan umum sebenarnya merupakan satu kesatuan faktor yang dibutuhkan dalam terselenggaranya suatu pelayanan publik. Sistem pelayanan publik ini terdiri atas empat faktor;pertama, sistem, prosedur dan metode yaitu dalam pelayanan publik perlun adanya sistem informasi, prosedur dan metode yang mendukung kelancaran dalam memberikan pelayanan. kedua, personil,terutama ditekankan pada perilaku aparatur; dalam pelayanan publik aparatur pemerintah selaku personel pelayanan harus professional, disiplin dan terbuka terhadap kritik dari pelanggan atau masyarakat. ketiga, sarana dan prasarana, dalam pelayanan publik diperlukan peralatan dan ruang kerja serta fasilitas pelayanan publik misalnya ruang tunggu, tempat


(43)

42

parker yang memadai. keempat, masyarakat sebagai pelanggan dalam pelayanan publik sangatlah heterogen baik tingkat pendidikan maupun perilakunya. Kualitas pelayanan publik menunjuk pada seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan kenyataan para pelanggan atau masyarakat atas layanan yang diterima.Dengan demikian terdapat dua unsur utama dalam kualitas layanan yaitu layanan yang diharapkan (expected service) dengan layanan yang diterima (perceveid service).Apabila jasa yang diterima atau yang dirasakan sesuai dengan yang diharapkan maka kualitas layanan yang dipersepsikan baik dan memuaskan dan sebaliknya.

Dukungan sumber daya dalam suatu sistem yang dapat mewujudkan pola kerja yang cepat, tepat, nyaman dan aman telah menjadi prioritas utama sebelum memprioritaskan pelanggannya.Komitmen pimpinan untuk fokus pada kualitas pelayanan juga tidak kalah pentingnya dibanding dengan hal-hal lainnya. Sebagai penggerak utama organisasi maka pimpinan memiliki peran sentral dalam membawa perusahaan atau organisasi yang hendak memberikan kepuasan kepada pelanggannya. Berbagai konsep dan teori “pelayanan publik” dimaksudkan sebagai pencerahan dan menambah wawasan yang dapat menjadi acuan bagi instansi pemerintah yang khusus memiliki Unit Pelaksana Teknis pelayanan terhadap masyarakat.

1.5.2.6 Bentuk Layanan


(44)

43

lisan, layanan melalui tulisan dan layanan dengan perbuatan. 1) Layanan dengan lisan

Layanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang Hubungan Masyarakat (HUMAS), bidang layanan informasi dan bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada siapapun yang memerlukan.

2) Layanan melalui tulisan

Layanan melalui tulisan merupakan bentuk layanan yang paling menonjol dalam pelaksanaan tugas. Tidak hanya dari segi jumlah tetapi juga dari segi peranan.

3) Layanan berbentuk perbuatan

Layanan dalam bentuk perbuatan 70-80% dilakukan oleh petugas-petugas tingkat menengah dan bawah. Karena itu faktor keahlian dan keterampilan petugas tersebut sangat menentukan terhadap hasil perbuatan atau pekerjaan.

1.5.2.7 Pengertian izin usaha perdagangan

Izin usaha perdagangan merupakan suatu bentuk persetujuan atau pemberian izin dari pihak berwenang atas penyelenggaraan suatu kegiatan usaha oleh seorang pengusaha atau suatu perusahaan. Bagi pemerintah pengertian usaha dagang adalah suatu alat atau sarana untuk membina, mengarahkan, mengawasi dan menerbitkan izin-izin usaha perdagangan.Agar kegiatan usaha lancar, maka setiap pengusaha wajib untuk mengurus dan memiliki izin usaha dari instansi pemerintah yang sesuai dengan bidangnya.


(45)

44

Tujuanpemberian izin usaha; memberikan perlindungan kepada masyarakat; mengendalikan gangguan dari kegiatan usaha; memberikan kepastian dalam perolehan tempat usaha; mewujudkan tertib tempat melakukan usaha sesuai dengan Rencana Tata Ruang Usaha.

Bidang Usaha meliputi; a. Industri

b. Perdagangan c. Keternagakerjaan d. Kesehatan

e. Pariwisata dan jasa lainnya. 1.6 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:33). Adapun defenisi konsep dari penelitian ini adalah:

1. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu merupakan perwujudan kewajiban pemerintah daerah dalam hal perizinan untuk memberikan kualitas pelayanan publik serta memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk mewujudkan pelayanan publik yang sederhana, jelas/pasti, aman, terbuka, efesien, ekonomis, adil, dan ketetapan waktu. 2. Faktor pendukung dan penghambat terwujudnya pelayanan yang diberikan


(46)

45

3. Tugas pokok dan fungsi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini ditulis dalam 5 (lima) bab, yang terdiri dari : BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum mengenai daerah penelitian yang meliputi keaadaan geografis, kependudukan, sosial, ekonomi dan pemerintahan.

BAB IV ANALISIS DAN PENYAJIAN DATA

Bab ini membahas tentang hasil data-data, analisa data yang diperoleh di lapangan dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang diajukan.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran yang dianggap perlu sebagai rekomendasi.

BAB II


(47)

46 2.1 Bentuk Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka bentuk penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang mengemukakan gejala/keadaan/peristiwa/masalah sebagaimana adanya secara lengkap dan diikuti dengan pemberian analisa dan interpretasi.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli yang terletak di Jalan Pancasila No. 21 Gunungsitoli Nias, Sumatera Utara.

2.3 Informan Penelitian

Adapun penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Oleh karena itu juga dalam penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Bahkan subjek penelitian seperti yang disebutkan diatas nantinya akan menjadi informan yang akan memberikan informasi yang diperlukan peneliti selama proses penelitian. Menurut Suyanto (2005 : 108), informan peneliti terdiri dari informan kunci, informan utama dan informan tambahan. Informan kunci (key informan) adalah mereka yang mengetahui dan memiliki informan pokok yang diperlukan dalam interaksi sosial yang diteliti.Informan tambahan yaitu mereka yang memberikan informasi walaupun tidak terlibat dalam


(48)

47

interaksi sosial yang diteliti. Untuk itu, yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

1. Informan Kunci (Key Informan) yaitu:

Kepala Bidang Pelayanan Jasa Usaha pada BPPT Kota Gunungsitoli 2. Informan Utama yaitu:

Staf Subbagian Program, Evaluasi dan Pelaporan pada BPPT Kota Gunungsitoli

3. Informan tambahan : Masyarakat yang mengurus izin usaha perdagangan di BPPT Kota Gunungsitoli.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui data primer dan data sekunder.

1. Data Primer adalah data yang diperoleh sipeneliti langsung dari objek yangditeliti.Data primer diperoleh melalui:

a.Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanyajawab secara langsung dan mendalam untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam kepada pihak-pihak yang terkait.

b.Pengamatan/ Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap fenomena-fenomena yang berkenaan dengan topik penelitian ke lokasi penelitian.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen, publikasi yang sudahdalam bentukjadi.

Data sekunder diperoleh melalui :


(49)

48

menggunakan berbagai literature seperti buku, majalah dan berbagai bahan yang berhubungan dengan objek penelitian.

b. Dokumentasi adalah pengumpulan data yang diperoleh dari pengkajian dan penelaan terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Menurut Ali (1997: 57) bahwa, analisis kualitatif adalah analisis terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam menghubungkan fakta, data dan informan. Dengan menyajikan data-data yang diperoleh dari lapangan lalu dilakukan analisis terhadap permasalahan yang telah dilakukan sebelumnya. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta-fakta, data dan informasi sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti kemudian diambil kesimpulan oleh peneliti.

BAB III


(50)

49 3.1 Sejarah Kota Gunungsitoli

Kepulauan Nias merupakan pulau yang berada pada pesisir barat Pulau Sumatera, yang berada pada daerah/wilayah Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara.Pulau Nias memiliki Gunungsitoli sebagai daerah tertua dan terbesar yang sering disebut atau di kenal dengan sebutan Luaha.Kota Gunungsitoli muncul pada 1665, ketika Davidson, kepala cabang VOC di Barus, mengadakan perjalanan keliling Pulau Nias demi kepentingan perdagangan pemerintah kolonial Belanda. Namun, baru pada 1693 istilah Gunungsitoli muncul dalam dokumen resmi, yaitu dalam dokumen kontrak dagang antara VOC Belanda dan raja dari Gunungsitoli. Gunungsitoli berasal dari istilah Onozitoli, sebuah kampung yang berarti: Ono (=anak) dan Sitoli (=nama seseorang). Setelah ditingkatkan statusnya dari kecamatan menjadi kota otonom, popularitas kota yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2008 merupakan yurisdiksi formal ditetapkan Gunungsitoli sebagai daerah otonom oleh Pemerintah Republik Indonesia yakni tanggal 26 Nopember 2008. Tak hanya pada tataran lokal atau regional.Bahkan, di tingkat international, Kota Gunungsitoli telah di kenal.Gunungsitoli atau sering disebut Luaha sudah dikenal dan dikunjungi sejak abad ke 18. Posisi kota Luaha ini terletak pada muara sungai Nou atau pasar Gunungsitoli saat ini. Posisi geografis Kepulauan Nias yang terpisah dari daratan Sumatera Utara, mengakibatkan akselerasi pembangunan dalam segala aspek dan dimensi kehidupan relatif tertinggal dari daerah lain. Berbagai program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kemajuan atau perkembangan kota Gunungsitoli, dengan membebaskan kota Gunungsitoli


(51)

50

dari kondisi ketertinggalan dan kemiskinan. Upaya-upaya memperbesar akses pembangunan di Kota Gunungsitoli melalui penetapan sejumlah kebijakan yang dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan yang terus dilakukan untuk Kota Gunungsitoli.Berjalannya otonomi daerah, Kota Gunungsitoli belum mampu membebaskan diri dari ketertinggalan dan kemiskinan.

Tanggal 25 Mei 2009, Kota Gunungsitoli resmi dipimpin Drs. Martinus Lase, MSP, sebagai Pejabat Wali Kota.Dilantik oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) di Jakarta bersamaan dengan daerah otonom baru lainnya di Kepulauan Nias.Sejak saat itu, Kota Gunungsitoli sebagai pintu gerbang Kepulauan Nias memiliki peningkatan perkembangan dan kemajuan idealisme dan semangat baru menuju arah yang baik.

Kondisi umum Kota Gunungsitoli dapat dijelaskan antara lain: 1. Kota Gunungsitoli merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Nias. 2. Kota Gunungsitoli berbatasan dengan :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Nias Utara b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Nias c. Sebelah timur berbatasan dengan Samudera Hindia d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Nias

3. Kota Gunungsitoli memiliki luas wilayah daratan kurang lebih 469,36 kilo meter persegi luas.

4. Wilayah perairan kurang lebih 89,00 kilo meter persegi dengan jumlah penduduk sekitar 118.820 ribu jiwa.

3.2 Sejarah Pembentukan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunugsitoli


(52)

51

Pengurusan Perizinan sebelumnya dilaksanakan dengan sistem Pelayanan Terpadu Satu Atap, yang pengurusan izin dilalui beberapa SKPD. Keluarnya Peraturan Mentri dalam Negeri Nomor 04 Tahun 2006 tentang penyelenggaraan Pelayananan Terpadu Satu Pintu diatur dan didelegasikan pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT). Berdasarkan Peraturan Walikota Gunungsitoli Nomor 05 Tahun 2009 yang didasarkan pada Kepmendagri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli dibentuk sebagai salah satu SKPD yang menyelenggarakan Pelayanan Administrasi Perizinan dan Nonperizinan secara terpadu yang ditetapkan pada 28 september 2009 masih dalam pembentukan. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli mulai melaksanakan pemprosesan izin sejak awal 2011 dan menangani 27 jenis izin yang telah dilimpahkan kewenangannya kepada BPPT Kota Gunungsitoli sebagaimana berdasarkan Peraturan Walikota Gunungsitoli 12 Tahun 2010 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dilingkungan Pemerintahan Kota Gunungsitoli kepada Badan Pelayanan Paerizinan Terpadu Kota Gunungsitoli. Seiring dengan perkembangan, pada 18 Juni 2014 BPPT Kota Gunungsitoli kembali menerima pendelegasian 59 jenis izin berdasarkan Peraturan Walikota Gunungsitoli Nomor 10 Tahun 2014 tentang pendelegasian Kewenangan Penyelenggara Pelayanan Perizinan Di Lingkungan Pemerintah Kota Gunungsitoli Kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli.


(53)

52 1. Persetujuan Prinsip.

2. Izin Lokasi.

3. Izin Tempat Usaha. 4. Izin Gangguan.

5. Izin Mendirikan Bangunan. 6. Izin Mendirikan Rumah Sakit

7. Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol. 8. Izin Usaha Perikanan.

9. Izin Penangkapan Ikan. 10.Izin Kapal Pengangkut Ikan.

11.Izin Pemanfaatan Ruang Milik Jalan. 12.Izin Pemakaian Air Tanah.

13.Izin Pengusahaan Air Tanah. 14.Izin Usaha Industri.

15.Izin Perluasan Industri. 16.Tanda Daftar Industri. 17.Tanda Daftar Perusahaan. 18.Tanda Daftar Gudang. 19.Izin Usaha Perdagangan. 20.Izin Usaha Toko Modern. 21.Izin Usaha Pusat Perbelanjaan.

22.Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional.

23.Izin Penyewaan Kios/Lost Pasar atau Izin Tempat Usaha Fasilitas Pasar.


(54)

53

24.Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol. 25.Izin Jasa Konstruksi.

26.Tanda Daftar Tenaga Teknik.

27.TDUP Usaha Jasa Makanan dan Minuman. 28.TDUP Usaha Penyediaan Akomodasi.

29.TDUP Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi. 30.TDUP Usaha Jasa Pramuwisata.

31.TDUP Usaha Wisata Tirta. 32.TDUP Usaha Spa.

33.TDUP Usaha Daya Tarik Wisata. 34.TDUP Usaha Kawasan Pariwisata. 35.TDUP Usaha Jasa Transportasi Wisata. 36.TDUP Usaha Jasa Perjalanan Wisata. 37.TDUP Usaha Jasa Informasi Pariwisata. 38.TDUP Usaha Jasa Konsultan Pariwisata.

39.TDUP Usaha Jasa Penyelenggaraan Pertemuan. 40.TDUP Usaha Penyelenggaraan Insentif.

41.TDUP Usaha Jasa Penyelenggaraan Konferensi. 42.TDUP Usaha Jasa Penyelenggaraan Pameran. 43.Izin Usaha Budidaya Peternakan.

44.Izin Usaha Obat Hewan. 45.Izin Rumah Sakit Hewan. 46.Izin Operasional Rumah Sakit. 47.Izin Klinik.


(55)

54 48.Izin Klinik Kecantikan.

49.Izin Toko Obat. 50.Izin Apotik.

51.Izin Penyelenggaraan Optikal. 52.Izin Pengobatan Tradisonal. 53.Terdaftar Pengobatan Tradisional.

54.Izin Usaha Bengkel Umum Kendaraan Bermotor.

55.Izin Pendirian Perusahaan Pengangkutan dan Kendaraan Bermotor Umum.

56.Izin Pendirian Perusahaan Pengangkutan dengan Kendaraan Bermotor Roda Tiga.

57.Izin Pengangkutan Umum Tidak Bermotor Roda Tiga. 58.Surat Izin Mengemudi Becak Dayung (SIM-D). 59.Izin Bongkar Muat Barang.

Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun, target penyelenggaraan perizinan pada BPPT Kota Gunungsitoli adalah sebanyak 110 (seratus sepuluh) jenis perizinan. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli mulai efektif dalam melayani masyarakat pada tanggal 02 Januari 2011.

Adapun tugas pokok BPPT Kota Gunungsitoli adalah melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perizinan dan non perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian. BPPT Kota Gunungsitoli mempunyai kedudukan dan peran strategis dalam melaksakan prioritas pertama


(56)

55

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Gunungsitoli Tahun 2011-2016 yaitu “peningkatan kualitas pelayanan publik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah”. Untuk melaksanakan peran tersebut, BPPT Kota Gunungsitoli telah menyusun Rencana Strategis Tahun 2011-2016 dengan menetapkan visi dan misi BPPT Kota Gunungsitoli.

Acuan dalam penyelenggaraan pelayanan perizinan yakni pelayanan prima sebagaimana dimaksud dalam Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelayanan Publik disebutkan bahwa penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip, sebagai berikut :

1. Kesederhanaan :

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan dan Kepastian

Kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal :

a. Persyaratan teknis dan publik trative pelayanan publik;

b. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/ sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik.

c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

Kepastian waktu, Pelaksanaan pelayaan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

3. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum terhadap masyarakat.


(57)

56 4. Keterbukaan

Prosedur/tata cara, persyaratan, waktu penyelesaiian, rincian biaya serta lain-lainnya yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar diketahui dan dipahami masyarakat.

5. Efesiensi

a. Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang diberikan.

b. Adanya kelengkapan persyaratan dan kesatuan kerja/instansi pemerintah yang terkait.

6. Ekonomis

Pengenaan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan harus ditetapkan secara wajar .

7. Keadilan yang Merata

Cangkupan/jangkauan pelayaanan harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diberlakukan secara adil bagi seluruh lapisan masyarakat.

8. Ketetapan Waktu

Menjaga konsisten pelaksanaan jadwal waktu pemberian pelayanan dan mengefektifitaskan pelaksanaan pengawasan dan pengendalian oleh pimpinan/ atasan langsung.

Adapun yang menjadi dasar hukum pembentukan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli yaitu :


(58)

57

1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu.

2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Per/20/M.PAN/2006 Tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Publik.

3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah. 4) Peraturan Walikota Gunungsitoli Nomor 5 Tahun 2009 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli.

3.2.1 Visi dan Misi

Visi adalah pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana instansipemerintah, harus dibawa dan berkarya agar tetap konsisten dan dapateksis,antisipasif serta produktif, suatu gambaran yang mendatang keadaanmasa depanberisikan cita-cita dan citra yang ingin diwujudkan oleh instansi pemerintah dalam halini BPPT Kota Gunungsitoli. Maka visi BPPT Kota Gunungsitoli “PelayananPerizinan yang Profesional, Mudah, Sederhana, Cepat dan Transparan”.

Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh instansi pemerintahsesuaivisi yang ditetapkan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil denganbaik. Dengan pernyataan misi tersebut diharapkan seluruh pegawai dan pihak yangberkepentingan dapat mengenal instansi pemerintah dalam hal ini BPPT KotaGunungsitoli dan mengetahui peran dan program-programnya serta hasil yang akandiperoleh


(59)

58

di waktu yang akan datang. Adapun misi BPPT Kota Gunungsitoliadalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia Pelayanan Perizinan Terpadu.

2) Meningkatkan koordinasi proses Pelayanan Perizinan.

3) Meningkatkan pelayanan administrasi dan pembinaan perizinan. 4) Menyederhanakan prosedur dan standarnisasi Pelayanan Perizinan. 5) Mengembangkan sistem informasi Pelayanan yang berbasis teknologi,

informasi dan komunikasi.

6) Meningkatkan pemantauan dan evaluasi dalam proses pemberian Pelayanan Perizinan.

3.2.2 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan peraturan Walikota Nomor 05 Tahun 2009 tentang organisasidantata kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli,maka kedudukandan fungsi BPPT Kota Gunungsitoli adalah sebagai berikut :

1. Kedudukan

BPPT Kota Gunungsitoli dipimpin oleh Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota Gunungsitoli. 2. Tugas Pokok

BPPT Kota Gunungsitoli diberikan tugas pokok, yaitu melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan


(60)

59

administrasi di bidang perizinan dan non perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplikasi, keamanan dan kepastian.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, BPPT Kota Gunungsitoli menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

1) Perumusan rencana dan kebijakan teknis di bidang pelayanan perizinan terpadu.

2) Penyelenggaraan dan pengkoordinasian pelayanan administrasi perizinan dan non perizinan yang dilimpahkan Walikota.

3) Pengkoordinasian dan pengarahan dalam penyusunan program, pengelolaan keuangan serta urusan umum dan kepegawaian badan. 4) Pelaksanaan tugas pokok sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

5) Pengendalian dan pembinaan terhadap pelaksanaan operasional kegiatan pelayanan perizinan dan non perizinan terpadu.

3.2.3 Komitmen Pelayanan

1) Kami akan menyambut anda dengan Sistem 3S (Senyum, Sapa, Salam)

2) Kami tidak akan menerima ataupun meminta tambahan biaya. 3) Apabila anda mendapatkan pelayanan kami tidak sesuai standar

Pelayanan Minimal (SPM), Mekanisme dan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan yang sudah ditetapkan, mohon dilaporkan ke : “ UNIT PENANGANAN PENGADUAN “, yaitu


(61)

60

pada Kantor Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli Jalan Pancasila Nomor 21 Gunungsitoli Telepon

(0639) 21686, Ema

3.3Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli

Struktur Organisasi BPPT Kota Gunungsitoli sesuai dengan Peraturan Walikota Gunungsitoli Nomor 5 Tahun 2009 sebagai berikut :

Gambar 1. Struktur Organisasi Badan Pelayanan Terpadu Kota Gunungsitoli

BIDANG PELAYANAN JASA PARIWISATA DAN PASAR

BIDANG PELAYANAN PERIZINAN UMUM

BIDANG PELAYANAN PERIZINAN PERIZINAN JASA USAHA

BIDANG PELAYANAN PERIZINAN TERTENTU

KEPALA KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONA

BAGIAN TATA

SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN

SUB BAGIAN KEUANGAN

SUB BAGIAN PROGRAM, EVALUASI DAN PELAPORAN


(62)

61

Sumber : Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli

1. KEPALA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU a. Tugas Pokok:

Membantu Walikota dalam melaksanakan kooerdinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perizinan dan non perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian.

b. Fungsi :

1) Perumusan rencana dan kebijakan teknis di bidang pelayanan perizinan terpadu.

2) Penyelenggaraan dan pengkoordinasian pelayanan administrasi perizinan dan non perizinan yang dilimpahkan Walikota.

3) Pengkoordinasian dan pengarahan dalam penyusunan program, pengelolaan keuangan serta urusan umum dan kepegawaian badan.

4) Pelaksanaan tugas pokok sesuai dengan peraturan perundang-udangan yang berlaku.

5) Pengendalian dan pembinaan terhadap pelaksanaan operasional kegiatan pelayanan perizinan dan non perizinan terpadu.

c.Rincian Tugas :

1) Merumuskan visi dan misi serta menetapkan Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja (Renja) Badan Pelayanan Perizianan Terpadu.


(63)

62

2) Merumuskan kebijakan teknis di bidang pelayanan perizinan dan non perizinan terpadu

3) Mengkoordinir dan mengarahkan pengelolaan keuangan serta urusan umum dan kepegawaian badan.

4) Mengkoordinir, mengawasi dan mengendalikan program dan kegiatan pada secretariat dan bidang-bidang di bawahnya.

5) Mengkoordinir dan mengarahkan pengelolaan retribusi yang dilimpahkan kepada badan.

6) Menyelenggarakan pelayanan administrasi perizinan dan non perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian.

7) Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan teknis atas pelaksanaan pelayanan perizinan dan non perizinan pada bidang-bidang di bawahnya.

8) Menerbitkan dan menandatangani dokumen perizinan dan non perizinan atas nama Walikota berdasarkan pendelegasian wewenang yang dilimpahkan oleh Walikota.

9) Mengkoordinasikan tim teknis dalam rangka pemeriksaan lapangan melalui bidang-bidang yang terkait.

10)Memberikan informasi kepada dinas terkait secara priodik tentang jenis, jumlah dan retribusi perizinan/ non perizinan yang diterbitkan.

11)Melaksanakan sosialisasi tentang keberadaan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan Terpadu kepada masyarakat.


(64)

63

12)Menindaklanjuti pengaduan masyarakat hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan perizinan dan non perizinan yang di kelola Badan Pelayanan Perizinan Terpadu.

13)Senantiasa melaksanakan inovasi dalam rangka meningkatkan kinerja pelayanan publik.

14)Mengkoordinir dan bertanggung jawab atas proses pengadaan barang/jasa di lingkup badan sesuai peraturan perundang-udangan yang berlaku.

15)Memberi petunjuk, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan.

16)Memberikan saran/pertimbangan kepada atasan sebagai bahan pertimbangan sesuai bidangnya.

17)Melaksanakan tertib administrasi dan pelaporan.

18)Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan.

2. KEPALA BAGIAN TATA USAHA a. Tugas Pokok :

Menyelenggarakan pengelolaan urusan umum, perencanaan program, pengelolaan administrasi kepegawaian dan keuangan.

b. Rincian Tugas :

1) Menyusun rencana kegiatan dan anggaran serta dokumen pelaksanaan anggaran.

2) Melaksanakan urusan rumah tangga, administrasi perkantoran, perlengakapan, keprotokolan, dan hubungan masyarakat.


(65)

64

3) Menyelenggarakan penyusunan badan dokumentasi, perundang-udangan dan pengelolaan kearsipan.

4) Menyelenggarakan pembinaan pegawai dan pengelolaan administrasi kepegawaian.

5) Menyelenggarakan pengelolaan administrasi keuangan.

6) Melaksanakan pengawasan terhadap disiplin pegawai, budaya bersih, budaya kerja dan budaya tertib.

7) Mempersiapkan penyelenggaraan rapat dinas dan mempersiapkan Surat Perintah Tugas bagi pegawai yang akan melaksanakan perjalanan dinas.

8) Melaksanakan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan unit kerja.

9) Menyampaikan saran dan pendapat kepada atasan terkait bidang tugasnya.

10)Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-langkah yang perlu diambil dengan ketentuan yang berlaku.

11)Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. KEPALA SUBBAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN a. Tugas Pokok :

Pelaksanaan urusan umum dan pengelola administrasi kepegawaian. b. Rincian Tugas :


(66)

65

2) Melaksanakan urusan keprotokolan, hubungan masyarakat, penyiapan rapat-rapat dinas dan pendokumentasian kegiatan badan.

3) Melaksanakan urusan rumah tangga, ketertiban, keamanan dan kebersihan di lingkungan kerja.

4) Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan kendaraan dinas, peralatan dan perlengkapan dan aset lainnya.

5) Melaksanakan penyiapan rencana kebutuhan pengadaan sarana dan prasarana di lingkungan Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu.

6) Melaksanakan pengurusan pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan inventarisasi barang-barang inventaris.

7) Melaksanakan pengelolaan administrasi perkantoran.

8) Melaksanakan penyiapan bahan kenaikan pangkat, daftar penilaian pekerjaan, daftar urut kepangkatan, sumpah/janji pegawai, gaji berkala dan peningkatan kesejahteraan pegawai.

9) Melaksanakan penyiapan pegawai untuk mengikuti pendidikan/pelantikan kepemimpinan, teknis dan fungsional.

10)Melaksanakan penyiapan rencana pegawai yang akan mengikuti ujian dinas.

11)Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan kepegawaian dan disiplin pegawai.

12)Melaksanakan penyiapan bahan standar kompetensi pegawai, tenaga teknis dan fungsional.


(67)

66

13)Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan subbagian umum dan kepegawaian.

14)Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4. KEPALA SUBBAGIAN KEUANGAN a. Tugas Pokok :

Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan. b. Rincian Tugas :

1) Menyusun rencana kerja subbagian keuangan.

2) Melaksanakan kegiatan perbendaharaan, verifikasi dan pembukuan keuangan anggaran belanja langsung dan benja tidak langsung. 3) Melaksanakan penyusunan laporan prognosis realisasi keuangan. 4) Melaksanakan penyusunan laporan keuangan semesteran.

5) Melaksanakan penyusuanan laporan keuangan akhir tahun.

6) Melaksanakan pengawasan, evaluasi dan pelaporan dalam pengelolaan keuangan.

7) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

5. KEPALA SUBBAGIAN PROGRAM, EVALUASI DAN

PELAPORAN

a. Tugas Pokok :

Pelaksanaan tugas yang berhubungan dengan penyusunan perencanaan program dan kegiatan Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu.


(68)

67 b. Rincian Tugas :

1) Menyusun rencana kerja subbagian program.

2) Menyiapkan bahan penyusunan rencana strategis Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu.

3) Mengumpulkan bahan-bahan dalam penyusunan program dan kegiatan Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu. 4) Melaksanakan pengelolaan data dalam penyusunan program

dan kegiatan tahunan Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu.

5) Mengkompilasi hasil penyusunan rencana kerja dan anggaran dari masing-masing unit kerja.

6) Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran masing-masing unit kerja menyusun laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu. 7) Melaksanakan pengawasan, evaluasi dan pelaporan kegiatan

perencanaan.

8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

6. KEPALA BIDANG PELAYANAN JASA PARIWISATA DAN PASAR a. Tugas Pokok :

Memimpin dan mengatur pelaksanaan sebagian tugas Badan yang berkenaan dengan penyelenggaraan pelayanan perizinan di bidang jasa pariwisata dan pasar.


(1)

207

Surat Edaran Walikota Gunungsitoli No.970/242/DPPAKAD/2009 Tentang Penerbitan Perizinan dan Penyetoran Pajak/Retribusi di Pemerintahan Kota Gunungsitoli.


(2)

208

Gambar. 1. Kantor BPPT (BadanPelayananPerizinanTerpadu) Kota Gunungsitoli


(3)

209

Gambar. 2. PamfletInformasi di Front Office (MaklumatPelayanan)


(4)

210

Gambar. 4. Mekanisme Pelayanan Perizinan Pada BPPT (Badan Pelayanan Perizinan Terpadu) Kota Gunungsitoli


(5)

211

Gambar. 6. Wawancara dengan Kepala Bidang Pelayanan Jasa Usaha pada BPPT Kota Gunungsitoli, bapak Ya’aroTelaumbanua

Gambar. 7. Wawancara dengan Staf Subbagian Program, Evaluasi dan Pelaporan BPPT Kota Gunungsitoli, bapak IramaGulo,ST


(6)

212