Latar Belakang PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA PADA PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR SUWUNG DENPASAR SELATAN TAHUN 2016.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tempat pembuangan akhir TPA merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap akhir dalam proses pengelolaanya sejak mulai timbul dari sumber sampah, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan. Tempat pembuangan akhir tersebar di seluruh wilayah Indonesia terutama berada di kota- kota besar di Indonesia yang bertujuan untuk mengatasi masalah persampahan dan dampak lingkungan yang akan ditimbulkan oleh sampah Sarudji, 2010. Salah satunya adalah tempat pembuangan akhir Suwung yang terletak di Desa Suwung Kauh Kecamatan Denpasar Selatan Bali. Tempat pembuangan akhir Suwung merupakan tempat pembuangan akhir yang memiliki luas wilayah sekitar 40 hektar dimana d alam sehari TPA Suwung mampu menampung kurang lebih 1.500 ton sampah yang didominasi oleh sampah rumah tangga kiriman dari kota Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan. Di kawasan tempat pembuangan akhir Suwung Denpasar Selatan banyak dijumpai para pemulung, mereka merupakan orang-orang yang pekerjaannya memilih, memungut dan mengumpulkan sampah atau barang bekas yang masih dapat dimanfaatkan atau barang yang dapat diolah kembali untuk dijual. Barang- barang bekas yang dikumpulkan para pemulung dipilah sesuai jenis masing-masing untuk dijual kembali ke penadah barang bekas. Selain memberikan dampak dari segi ekonomi pekerjaan sebagai pemulung juga mempunyai pengaruh dan dampak yang besar bagi kesehatan pemulung dimana pengaruh tersebut bisa secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung 1 disebabkan karena adanya kontak langsung antara manusia dengan kondisi lingkungan pemulung yang banyak sampah, sedangkan pengaruh tidak langsung umumnya disebabkan oleh adanya vektor yang membawa kuman penyakit yang berkembang biak di dalam sampah dan dapat menularkannya kepada manusia Andani, 2011. Risiko dan dampak kesehatan yang paling umum pada pemulung sampah adalah kemungkinan terjangkitnya penyakit, dimana penyakit tersebut bisa berupa Gangguan pernafasan karena adanya pembusukan sampah di TPA oleh mikroorganisme yang menghasilkan gas hidrogen sulfida H2S dan gas metan CH4 yang bersifat racun bagi tubuh, gangguan pada pencernaan seperti diare yang disebabkan oleh adanya vektor yang membawa kuman penyakit dan penyakit kulit yang disebabkan beberapa jenis jamur mikroorganisme patogen yang hidup dan berkembang biak di dalam sampah Soemirat, 2009. Penyakit kulit adalah suatu penyakit yang menyerang kulit permukaan tubuh atau peradangan epidermis dan dermis dengan keluhan gejala berupa gatal dan kemerahan pada permukaan kulit yang disebabkan oleh berbagai macam penyebab mulai dari kebersihan diri yang buruk, virus, bakteri, reaksi alergi, dan daya tahan tubuh yang rendah Ganong, 2006. Penyakit kulit akibat kerja pada pemulung merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Penyakit ini timbul akibat dari beberapa faktor seperti faktor lingkungan, karakteristik paparan, karakteristik agen dan faktor-faktor individu seperti umur, jenis kelamin serta hygiene perorangan. Hygiene perorangan yang tidak memadai dapat mengakibatkan infeksi jamur, infeksi bakteri, virus, parasit, gangguan kulit dan keluhan lainnya Andani, 2011. 2 Penelitian WHO yang dilakukan pada pekerja tentang penyakit akibat kerja di 5 benua pada tahun 1999, memperlihatkan bahwa penyakit gangguan otot rangka Musculo Skeletal Disease pada urutan pertama sebanyak 48, gangguan jiwa sebanyak 10-30, penyakit paru obstruksi kronis sebanyak 11, penyakit kulit dermatitis sebanyak 10, gangguan pendengaran sebanyak 9 dan keracunan pestisida sebanyak 3 Cinta, 2008. Menurut Riskesdas 2007 prevalensi dermatitis atau gangguan kulit di Indonesia cukup tinggi yaitu 6,8, dimana Provinsi Kalimantan Selatan yang paling tinggi 11,3, diikuti Sulawesi Tengah 10,6, DKI Jakarta 9,9, Nusa Tenggara Timur 9,9, Nanggroe Aceh Darussalam 9,8, Sulawesi Tenggara 6,2 dan prevalensi terendah terdapat di Provinsi Sulawesi Barat 2,6. Sedangkan berdasarkan data kejadian gangguan kulit atau dermatitis menurut Profil Kesehatan Provinsi Bali tahun 2013 kejadian gangguan kulit sebesar 56.143 kasus atau 1,78, sedangkan pada tahun 2014 sebesar 52.674 kasus atau 1,89, dimana Kota Denpasar dengan kasus kejadian gangguan kulit tertinggi di Provinsi Bali tahun 2014. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yeni 2013 tentang kejadian gangguan kulit di TPA Bantar Gebang didapatkan hasil sebanyak 60,6 pemulung mengalami gangguan kulit dimana variabel personal hygiene dan karakteristik individu berupa masa kerja memiliki hubungan dengan kejadian gangguan kulit pada pemulung. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Nurtanti 2010 tentang hubungan personal hygiene dan pemakaian APD dengan penyakit kulit akibat kerja pada pekerja didapatkan hasil 68 pekerja mengalami penyakit kulit akibat kerja. Sedangkan penelitian oleh Memi 2015 tentang penyakit kulit pada pemulung di TPA Sukawinatan di Palembang didapatkan hasil kejadian gangguan kulit sebanyak 55,7, dimana variabel karateristik individu berupa masa kerja dan penggunaan APD berhubungan dengan kejadian gangguan kulit. Wilayah TPA Suwung berada dalam cakupan wilayah kerja Puskesmas 4 Denpasar Selatan. Berdasarkan data Puskesmas 4 Denpasar Selatan menyebutkan bahwa gangguan kulit atau dermatitis merupakan 10 penyakit terbesar di wilayah kerja Puskesmas 4 Denpasar Selatan pada tahun 2014 dan 2015. Proses kerja pemulung di TPA Suwung Denpasar Selatan meliputi proses memilah, memungut dan mengumpulkan sampah atau barang bekas yang masih dapat dimanfaatkan atau barang yang dapat diolah kembali untuk dijual. Sedangkan waktu kerja pemulung di TPA Suwung Denpasar Selatan mulai bekerja dari pukul 07.00-18.00 WITA, tetapi pada suatu saat pemulung lain bisa saja berangkat memulung pada pukul 09.00 WITA, dan pada pukul 12.00 WITA pemulung kembali ke tempat tinggalnya untuk istirahat dan makan siang, kemudian para pemulung kembali memulai pekerjaannya pada pukul 15.00 -18.00 WITA. Hasil pengamatan sementara yang penulis lakukan mengenai kondisi kerja pemulung di TPA Suwung Denpasar Selatan umumnya pemulung ketika bekerja kurang menjaga kebersihan dirinya, antara lain tidak menggunakan alat pelindung diri seperti sepatu boot, sarung tangan, dan masker sedangkan mengenai kejadian gangguan kulit pada pekerja pemulung di TPA Suwung Denpasar Selatan didapatkan hasil 5 orang dari 7 orang pemulung yang diwawancarai mengalami gangguan kulit gatal-gatal kemerahan dan timbulnya bercak-bercak kehitaman pada tangan dan kaki pemulung. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik ingin mengetahui penyakit kulit akibat kerja pada pemulung di tempat pembuangan sampah akhir Suwung Denpasar Selatan .

1.2 Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Keterpaparan Pemulung Sampah Dapat Menimbulkan Penyakit Kulit Akibat Kerja di TPA Terjun Kota Medan

8 63 92

Isolasi Bakteri Dari Tanah Tempat Pembuangan Sampah Untuk Pembuatan Pupuk Organik Cair

7 86 81

Kajian Air Lindi Di Tempat Pembuangan Akhir Terjun Menggunakan Metode Thornthwaite

8 88 75

Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah terhadap Kualitas Air Tambak Ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan

7 90 87

Analisa Perilaku Pemulung Anak Terhadap Infestasi Cacing Dan Peran Instansi Lintas Sektoral Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Desa Namo Bintang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2002

0 17 130

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

5 82 169

PROFIL PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) CEMPO MOJOSONGO Profil Pemulung Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cempo Mojosongo (Studi Kasus Di Tpa Cempo Mojosongo).

0 1 16

PROFIL PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) CEMPO MOJOSONGO Profil Pemulung Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cempo Mojosongo (Studi Kasus Di Tpa Cempo Mojosongo).

0 1 11

Dimensi Tubuh Sapi Bali yang Dipelihara di Tempat Pembuangan Sampah Suwung Denpasar dan Sentra Pembibitan Sapi Bali di Sobangan.

0 0 16

Karakteristik Kewirausahaan Masyarakat Pemulung Pendekatan Fenomenologi terhadap Komunitas Pemulung di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang Kota Bekasi

0 0 13