Isolasi Bakteri Dari Tanah Tempat Pembuangan Sampah Untuk Pembuatan Pupuk Organik Cair

(1)

ISOLASI BAKTERI DARI TANAH TEMPAT PEMBUANGAN

SAMPAH UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

SKRIPSI

NOVITYA MAULITA SINAGA

080802037

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

ISOLASI BAKTERI DARI TANAH TEMPAT PEMBUANGAN

SAMPAH UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana Sains

NOVITYA MAULITA SINAGA

080802037

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

PERSETUJUAN

JUDUL : ISOLASI BAKTERI DARI TANAH TEMPAT

PEMBUANGAN SAMPAH UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

KATEGORI : SKRIPSI

NAMA : NOVITYA MAULITA SINAGA

NIM : 080802037

PROGRAM STUDI : SARJANA (S1) KIMIA

DEPARTEMEN : KIMIA

FAKULTAS : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juli 2012

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dr. Hamonangan Nainggolan, M.Sc Drs. Firman Sebayang, Ms NIP. 195606241983031002 NIP.195607261985031001

Diketahui/Disetujui Oleh : Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

NIP. 195408301985032001 DR. Rumondang Bulan, MS


(4)

PERNYATAAN

ISOLASI BAKTERI DARI TANAH TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2012

NOVITYA MAULITA SINAGA 080802037


(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji Syukur yang tak terhingga penulis ucapkan dengan segala kerendahan hati dan diri kepada Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Isolasi Bakteri Dari Tanah Tempat Pembuangan Sampah Untuk Pembuatan Pupuk Organik Cair” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.

Kepada Dosen Pembimbing I; Bapak Drs. Firman Sebayang M.S, dan Dosen Pembimbing II; Bapak Dr. Hamonangan Nainggolan, M.Sc yang telah membimbing penulis dengan kesabaran tinggi mulai tahap awal orientasi penelitian sampai tahap akhir selesainya penulisan skripsi ini, kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S selaku ketua Departemen Kimia yang telah mensyahkan skripsi ini..

Penulis menyadari tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang selalu sabar membimbing penulis, kepada ayah yang luar biasa Aminuddin Sinaga, mamak yang terhebat Farida Nasution, abang Mansyurddin Sinaga dan adik tersayang M. Khoirul Affan Sinaga. Kepada sahabat-sahabat ku yang terhebat, Arau, Dewi, Elisa, Icha, May, Tiwi, Vany, Wimpy, dan Yayak, terimakasih atas persahabatan manis yang telah terjalin selama ini, atas motivasi dan bantuan moril maupun materil serta cinta yang tak pernah putus dari sahabat-sahabat sekalian. Terimakasih juga saya persembahkan untuk teman-teman dan sepupu yang selalu membantu dan mendukung saya Andre, Arif, Enka, Feri, Christou, Ivo, Okta, Paulus, Rizal, Samuel, bang Aulia, Yunus dan Jaya. Tak lupa teruntuk bang Asril, bang Mirza, kak Nila dan asisten Lab Mikrobiologi, serta laboran laboratorium Biokimia yang selalu sabar membimbing saya. Kepada seluruh pengurus HmI Kom’s Fmipa yang tak bisa saya sebutkan satu persatu namanya, saya juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan teman-teman seperjuangan sekalian. Kepada adik-adik stambuk 2010 dan 2011, Dani, Maimunah, Eli dan Alex, terimakasih atas perhatian dan bantuan adik-adik sekalian.

Penulis juga menyadari dengan kemampuan dan pemahaman terhadap pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Harapan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.


(6)

ABSTRAK

Telah dilakukan isolasi bakteri dari tanah Tempat Pembuangan Sampah untuk pembuatan pupuk organik cair. Dari hasil isolasi ditemukan 4 spesies bakteri yang berbeda dan diberi kode sp1, sp2, sp3 dan sp4. Dilakukan uji pewarnaan gram dan uji potensial terhadap masing-masing spesies meliputi uji karbohidrat, protein dan lemak, dari hasil pengujian didapatkan bahwa bakteri sp3 lebih potensial dalam mendegradasi karbohidrat, protein dan lemak. Pembuatan pupuk organik cair dari limbah sayur pasar dilakukan dengan menambahkan 300 mL larutan bakteri sp3 kedalam 1,5 kg limbah sayur dan diukur volume pupuk cair yang dihasilkan dengan variasi waktu fermentasi 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu dan dilakukan perbandingan dengan pembuatan pupuk organik cair tanpa penambahan bakteri. Didapatkan bahwa pembuatan pupuk organik cair dengan menggunakan bakteri memberikan hasil yang optimal yaitu 1,495 L dan membutuhkan waktu yang relatif singkat yaitu 1 minggu, sedangkan pembuatan pupuk tanpa menggunakan bakteri membutuhkan waktu 3 minggu untuk mendapatkan hasil yang optimal yaitu 1,163 L. Kemudian diuji kadar unsur C-organik, K, P dan N dari pupuk organik cair yang dihasilkan.


(7)

ISOLATION BACTERIA FROM SOIL OF LOCATED BANISHMENT TRASH FOR MANUFACTURE LIQUID ORGANIC FERTILIZER

ABSTRACT

Isolation bacteria from soil of located banishment trash for manufacture liquid organic fertilizer was carried out. From the isolation, 4 species of bacteria were found, and given it sp1, sp2, sp3, and sp4 code. Has done potential test and gram colouring test to each bacteria include carbohydrate, protein and fat test, based on the test, has found that the bacteria of sp3 are more potential to degrade carbohydrate, protein, and fat. Manufacture of liquid organic fertilizer from the vegetables waste has done with adding adding 300mL solution of bacteria sp3 into 1,5 kg vegetables waste and measured the volume of output liquid organic fertilizer that have differentially compousting in 1 week, 2 week, 3 week and has compared it with manufacture of liquid organic fertilizer without adding bacteria. Has found that manufacture liquid organic fertilizer gave an optimal result that is 1,495 L and need relative concise in time that is 1 week, in while manufacture of liquid organic fertilizer without adding bacteria need 3 weeks to get an optimal result that is 1,163 L. Has done analyze content of C-Organic, N, P and K from the liquid organic fertilizer.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan iii

Pernyataan iv

Penghargaan v

Abstrak vi

Abstrack vii

Daftar Isi viii

Daftar Tabel xii

Daftar Gambar xiii

Daftar Lampiran xiv

Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 4

1.3. Pembatasan Masalah 4

1.4. Tujuan Penelitian 4

1.5. Manfaat Penelitian 5

1.6. Metodologi Penelitian 5

1.7. Lokasi Penelitian 5

Bab II Tinjauan Pustaka

2.1. Tanah 6

2.2. Bakteri 7

2.3. Isolasi Bakteri 9

2.3.1. Tekhnik Pewarnaan 10

2.4. Manfaat Pengelolaan Sampah 11

2.5. Pupuk 13

2.5.1. Pupuk Organik 14

2.5.1.1. Kompos 16

2.5.1.2. Proses Pengomposan 17

2.5.1.3. Pupuk Organik Cair 18

2.5.1.4 Pupuk Cair Limbah Organik 19

Bab III Metodologi Percobaan

3.1. Alat 20

3.2. Bahan 21

3.3. Prosedur Penelitian 22

3.3.1. Penyedian Sampel Sampah Sayur Pasar 22

3.3.2. Penyedian Sampel Tanah TPA 22


(9)

3.3.3.1. Pembuatan Media

3.3.3.1.1. Pembuatan Media Nutrient Agar 22 3.3.3.1.2. Pembuatan Media Skim Milk Agar (SMA) 23 3.3.3.1.3. Pembuatan Media Starch Agar (SA) 23

3.3.3.1.4. Pembuatan Media Margarine 23

.3.3.3.2. Isolasi Bakteri

3.3.3.2.1. Pembuatan Larutan Tanah 10-4 24 3.3.3.2.2. Penanaman Mikroorganisme pada Media 24

3.3.3.2.3. Pembiakan Bakteri 24

3.3.3.2.4. Pembuatan Larutan Standart Mac Varlan 24

3.3.3.2.5.Pembuatan Mac Varlan Bakteri 25

3.3.3.3. Perlakuan Uji Pewarnaan Gram Bakteri 25 3.3.3.4. Perlakuan Uji Potensial Bakteri

3.3.3.4.1. Uji Potensial terhadap Karbohidrat 25 3.3.3.4.2. Uji Potensial terhadap Protein 25

3.3.3.4.3. Uji Potensial terhadap Lemak 26

3.3.3.5. Pembuatan Larutan Bakteri Standart Mac Varlan

sebagai Starter Pembuatan Pupuk Organik 26

3.3.4. Pembuatan Pupuk Organik Cair 26

3.3.5. Pembuatan Pereaksi dan Larutan Standart

3.3.5.1. Pembuatan Pereaksi untuk Penentuan C-Organik

a. Larutan K2Cr2O7 1 N 27

b. Larutan FeSO4 1 N 27

c. Larutan Difenilamin [(C6H5)2NH4] 27 3.3.5.2. Pembuatan Pereaksi untuk Penentuan Nitrogen Metode Kjeldhal

a. Larutan NaOH 40% 27

b. Larutan Indikator Phenolphtalein 28

c. Larutan H3BO3 4% 28

d. Larutan Indikator Tashiro 28

e. Larutan H2C2O4 0,01 N 28

f. Larutan NaOH 0,01 N 28

g. Larutan HCl 0,1 N 29

h. Standarisasi Larutan NaOH 0,01 N 29

i. Standarisasi HCl 0,1 N 29

3.3.5.3. Pembuatan Pereaksi dan Larutan Standart untuk Penentuan Posfor sebagai P2O5 Metode Spektrofotometer

a. Larutan HCl 25 % 29

b. Larutan Standart Posfor 100 ppm 29

c. Larutan Amonium Molibdat 4% 30

d. Larutan Asam Askorbat 0,1 M 30

e. Larutan Kalium Antimonil Tartarat 1 mg Sb/mL 30 f. Larutan Seri Standart P dalam ekstrak HCl 0,95 N 30

g. Larutan H2SO4 5 N 30

h. Pembuatan Larutan Campuran Pengkompleks 31 3.3.5.4. Pembuatan Pereaksi Untuk Penentuan Kalium


(10)

a. Larutan HCl 25% 31

b. Larutan Kalium 100 ppm 31

c. Larutan Standart Kalium 100 ppm 31

d. Larutan Seri Standart Kalium untuk

Kalibrasi (0,0-5-10-15-20ppm) 32

3.3.6. Penentuan Kadar C-Organik dengan Metode Walkey Black 32 3.3.7. Penentuan Nitrogen dengan metode Kjeldhal 32 3.3.8. Penentuan P-Total Metode Spektrofotometri

3.3.8.1. Preparasi Sampel 32

3.3.8.2. Pembuatan Kurva Kalibrasi 33

3.3.9. Penentuan Kalium Sebagai K2O dengan Metode

Spektrofotometer Serapan Atom SSA 33

3.4. Bagan Penelitian

3.4.1. Skema Pembuatan Starter 3.4.1.1. Skema Pembuatan Media

3.4.1.1.1. Skema pembuatan Media Nutrien Agar 34 3.4.1.1.2. Skema Pembuatan Media Skim Milk Agar 35 3.4.1.1.3. Skema Pembuatan Media Strach Agar 36

3.4.1.1.4. Skema Pembuatan Media Margarin 37

3.4.1.2. Skema Isolasi Bakteri

3.4.1.2.1. Skema Pengenceran Bertingkat 38

3.4.1.2.2. Skema Penanaman Mikroorganisme pada Media 38

3.4.1.2.3. Skema Pembiakan Bakteri 39

3.4.1.3. Skema Uji Pewarnaan Gram Bakteri 40

3.4.1.4. Skema Uji Potensial Bakteri

3.4.1.4.1. Uji Potensial terhadap Karbohidrat 41

3.4.1.4.2. Uji potensial terhadap Protein 41

3.4.1.4.3. Uji Potensial terhadap Lemak 42

3.4.1.5. Skema Pembuatan Larutan Bakteri sp3 Standart

Mac Varlan sebagai Starter Pembuatan Pupuk Organik 42

3.4.2. Skema pembuatan Pupuk Organik Cair 43

3.4.3. Skema Penentuan kadar C-Organik, N, P dan K

3.4.3.1. Skema Penentuan Kadar C-Organik 44

3.4.3.2. Skema Penentuan Kadar Nitrogen Pupuk Organik Cair 45 3.4.3.3. Skema Penentuan Posfor sebagai P2O5 Metode Spektrofometri

3.4.3.3.1. Pembuatan Ekstrak 46

3.4.3.3.2. Pengukuran Absorbansi Larutan Standart P

untuk kurva Kalibrasi Larutan Standart 2 ppm 46 3.4.3.3.3. Skema pengukuran Absorbansi untuk ekstrak

Pupuk Organik Cair 47

3.4.3.4. Skema Penentuan Kalium sebagai K2O dengan

Metode Spektrofotometer Serapan Atom 47

Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1. Hasil


(11)

Karbohidrat, Protein, dan Lemak 48 4.1.2. Data Pembuatan Pupuk Organik Cair dengan Menggunakan

Bakteri yang di Isolasi dari Tanah Tempat Pembuangan

Sampah Akhir 49

4.1.3. Data Hasil Analisa Kadar C-Organik, N, P dan K dari Pupuk Organik Cair yang Dihasilkan dari Limbah Sayur Pasar Pagi dengan Menggunakan

Bakteri yang Diisolasi dari Pembuangan Sampah Akhir 50 4.1.4. Data Hasil Pengujian Pupuk Organik terhadap tanaman sawi 50 4.2. Pembahasan

4.2.1. Uji Potensial Bakteri dalam mendegradasi Karbohidrat,

Protein dan Lemak 51

4.2.2. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Sayur Pasar Pagi dengan Menggunakan Bakteri yang Di Isolasi dari Tanah Tempat

Pembuangan Sampah Akhir 51

4.2.3. Analisa Kadar C-Organik, N, P dan K dari Pupuk Organik Cair 52 4.2.4. Pengujian Pupuk Organik Cair terhadap Tanaman 53 Bab V Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan 54

5.2 Saran 54

Daftar Pustaka Lampiran


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Jenis dan Karakteristik Bakteri Hasil Isolasi dari Tanah

Tempat Pembuangan Sampah Akhir 48

Tabel 4.2. Pengujian Kadar C-Organik, Nitrogen, Posfor, dan Kalium

dari Pupuk Organik Cair 49

Tabel 4.3. Data Hasil Pengujian Pupuk Organik Cair terhadap

Tanaman Sawi Meliputi Panjang Batang Daun dan Lebar Daun 49 Tabel 1 Data Hasil Uji Potensial Bakteri dalam mendegradasi

Karbohidrat, Protein dan Lemak

Tabel 1.1. Hasil Uji Potensial Bakteri terhadap Karbohidrat 57 Tabel 1.2. Hasil Uji Potensial Bakteri terhadap Protein 57 Tabel 1.3. Hasil Uji Potensial Bakteri terhadap Lemak 57 Tabel 2 Data Hasil Uji Coba Pupuk Organik Cair terhadap Tanaman Sawi 58


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tempat Pembuangan Sampah Akhir Tuntungan 59

Gambar 2. Bakteri hasil isolasi dari Tanah 60

Gambar 3. Tampakan Mikroskop Hasil Uji Pewarnaan Gram Bakteri 61 Gambar 4. Uji Potensial Bakteri

Gambar 4.1. Uji Potensial Bakteri terhadap Karbohidrat 62

Gambar 4.2. Uji Potensial terhadap Protein 63

Gambar 4.3. Uji Potensial terhadap Lemak 64

Gambar 5. Limbah Sayur Pasar Pagi 65

Gambar 6. Pupuk Organik Cair 65

Gambar 7. Uji Coba Pupuk Organik Cair Pada Tanaman Sawi

Gambar 7.1. Tanaman Sawi dengan Penambahan Pupuk Organik Cair 66 Gambar 7.2. Tanaman Sawi dengan Penambahan Pupuk Anorganik 66


(14)

ABSTRAK

Telah dilakukan isolasi bakteri dari tanah Tempat Pembuangan Sampah untuk pembuatan pupuk organik cair. Dari hasil isolasi ditemukan 4 spesies bakteri yang berbeda dan diberi kode sp1, sp2, sp3 dan sp4. Dilakukan uji pewarnaan gram dan uji potensial terhadap masing-masing spesies meliputi uji karbohidrat, protein dan lemak, dari hasil pengujian didapatkan bahwa bakteri sp3 lebih potensial dalam mendegradasi karbohidrat, protein dan lemak. Pembuatan pupuk organik cair dari limbah sayur pasar dilakukan dengan menambahkan 300 mL larutan bakteri sp3 kedalam 1,5 kg limbah sayur dan diukur volume pupuk cair yang dihasilkan dengan variasi waktu fermentasi 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu dan dilakukan perbandingan dengan pembuatan pupuk organik cair tanpa penambahan bakteri. Didapatkan bahwa pembuatan pupuk organik cair dengan menggunakan bakteri memberikan hasil yang optimal yaitu 1,495 L dan membutuhkan waktu yang relatif singkat yaitu 1 minggu, sedangkan pembuatan pupuk tanpa menggunakan bakteri membutuhkan waktu 3 minggu untuk mendapatkan hasil yang optimal yaitu 1,163 L. Kemudian diuji kadar unsur C-organik, K, P dan N dari pupuk organik cair yang dihasilkan.


(15)

ISOLATION BACTERIA FROM SOIL OF LOCATED BANISHMENT TRASH FOR MANUFACTURE LIQUID ORGANIC FERTILIZER

ABSTRACT

Isolation bacteria from soil of located banishment trash for manufacture liquid organic fertilizer was carried out. From the isolation, 4 species of bacteria were found, and given it sp1, sp2, sp3, and sp4 code. Has done potential test and gram colouring test to each bacteria include carbohydrate, protein and fat test, based on the test, has found that the bacteria of sp3 are more potential to degrade carbohydrate, protein, and fat. Manufacture of liquid organic fertilizer from the vegetables waste has done with adding adding 300mL solution of bacteria sp3 into 1,5 kg vegetables waste and measured the volume of output liquid organic fertilizer that have differentially compousting in 1 week, 2 week, 3 week and has compared it with manufacture of liquid organic fertilizer without adding bacteria. Has found that manufacture liquid organic fertilizer gave an optimal result that is 1,495 L and need relative concise in time that is 1 week, in while manufacture of liquid organic fertilizer without adding bacteria need 3 weeks to get an optimal result that is 1,163 L. Has done analyze content of C-Organic, N, P and K from the liquid organic fertilizer.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sampah atau waste (Inggris) memiliki banyak pengertian dalam batasan ilmu pengetahuan. Namun pada prinsipnya, sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Bentuk sampah bisa berada dalam setiap fase materi, yaitu padat, cair, dan gas.

Secara sederhana, jenis sampah dapat dibagi berdasarkan sifatnya. Sampah dipilah menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik atau sampah basah ialah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti dedaunan dan sampah dapur. Sampah jenis ini sangat mudah terurai secara alami (degradable). Sementara itu, sampah anorganik atau sampah kering adalah sampah yang tidak dapat terurai (undegradable).

Sumber sampah terbanyak berasal dari pasar tradisional dan pemukiman. Sampah pasar tradisional, seperti pasar lauk-pauk dan sayur-mayur membuang hampir 95% sampah organik. Jika ditinjau dari pengolahannya, sampah jenis ini akan lebih mudah ditangani.

Kompos dan pupuk organik merupakan salah satu produk daur ulang hasil pengolahan sampah yang dapat dibanggakan dan mudah diaplikasikan. Sampah organik yang menggunung merupakan bahan baku kompos yang potensial. Di masa mendatang, penggunaan kompos sebagai sumber nutrisi tanaman akan sangat berarti dan memliki prospek bisnis yang cerah. Penggunaan kompos tidak hanya sebagai penyedia unsur hara, tetapi lebih diutamakan untuk memperbaiki kondisi fisik tanah. Telah terbukti bahwa


(17)

produk organik, terutama kompos, mampu menjaga keseimbangan alam(Tim Penulis PS,2008).

Zat organik dalam sampah terdiri dari bahan-bahan nitrogen, karbohidrat, lemak dan sabun. Mereka bersifat tidak tetap dan menjadi busuk, mengeluarkan bau-bauan yang tidak sedap. Sifat-sifat khas sampah inilah yang membuat perlunya pembenahan sampah dan menyebabkan kesulitan-kesulitan yang sangat besar dalam pembuangannya (Mahida,1993).

Sampah organik biasanya berasal dari limbah dapur rumah tangga, limbah restoran, hotel dan sebagainya. Sampah dari bahan organik ini banyak mengandung air dan serat, dan senyawa organik komplek lainnya. Bahan organik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan merupakan bahan baku yang bagus untuk pupuk organik. Di samping karena murah dan tidak merusak lingkungan, proses pembuatannya pun mudah.

Hal yang perlu diingat dalam memilih sampah organik untuk diolah menjadi pupuk yaitu kandungan bahan organik nya. Ada sebagian bahan organik yang bergetah dan tidak baik untuk bahan baku pupuk organik seperti daun damar, pinus, daun bamboo, serta daun tembakau.

Berbeda dengan pupuk anorganik yang berasal dari bahan kimia sintesis, pupuk organik terbuat dari bahan organik seperti sisa-sisa sayuran, kulit buah-buahan, atau bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan atau makhluk hidup lainnya.

Selain dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan, penggunaan pupuk organik cair bisa memperbaiki struktur tanah, dan bisa menekan bakteri yang merugikan dalam tanah. Pupuk organik memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk organik secara terus menerus terhadap tanah akan memperbaiki kualitas tanah tersebut, baik secara fisik, biologi maupun kimia. Pupuk organik aman bagi lingkungan. Selain itu, pupuk organik tidak


(18)

meninggalkan residu dalam tanaman sehingga hasil tanaman aman apabila dikonsumsi manusia(Hidayat,2006).

Pengembalian bahan organik kedalam tanah adalah hal yang mutlak dilakukan untuk mempertahankan lahan pertanian agar tetap produktif. Dua alasan yang selama ini sering dikemukakan para ahli adalah: (1) pengolahan tanah yang dangkal selama bertahun-tahun mengakibatkan menurunnya kandungan C dan N-organik, (2) penggunaan pupuk kimia seperti urea , KCl, dan TSP telah melampaui batas efisiensi teknis dan ekonomis sehingga efisiensi dan pendapatan bersih yang diterima petani dari setiap unit pupuk yang digunakan semakin menurun. Mengingat pentingnya fungsi dan peranan bahan organik bagi tanah serta makin intensifnya penggunaan pupuk kimia oleh petani maka sangatlah penting untuk mulai untuk memperhatikan usaha pengembalian bahan organik ke tanah.

Saat ini fungsi pupuk organik di Indonesia masih sebagai pendamping pupuk kimia karena adanya target produksi (ton/ha). Masih adanya pendapat bahwa tanaman yang hanya dipupuk organik sering mengalami defisiensi unsur hara karena kandungan unsur hara yang diberikan tidak sebanding dengan kebutuhan tanaman ditambah pelepasan unsur haranya lambat. Padahal, efek pemupukan organik pada pertumbuhan tanaman cukup menakjubkan. Dari hasil yang dilaporkan di Amerika, efek pemberian pupuk organik sebanyak 14 ton tiap tahun pada satuan luas tanah selama delapan tahun masih terasa empat puluh tahun sesudah pemberian pupuk yang terakhir.

Hal ini harus menjadi perhatian bahwa ternyata pupuk organik memegang peranan penting dalam pembentukan zat hara dalam tanah. Untuk saat ini, penggunaan pupuk organik sebagai pendamping pupuk kimia diharapkan sebagai tahap awal yang perlu digalakkan untuk menuju pertanian organik di masa yang akan datang(Musnamar,2003).


(19)

1.2.Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : - Bagaimana cara mengisolasi bakteri dari tanah tempat pembuangan sampah akhir - Apakah bakteri yang di isolasi dari tanah tempat pembuangan sampah dapat

membantu proses pembuatan pupuk organik cair dari limbah sayur pasar pagi - Berapa kadar unsur C-Organik, Nitrogen, Posfor dan Kalium dari pupuk organik

cair yang dihasilkan dan apakah memenuhi Standart Nasional Indonesia - Bagaimana pengaruh pupuk organik cair terhadap tanaman

1.3.Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dibatasi pada :

- Bakteri yang digunakan dalam penelitian diisolasi dari tanah yang diambil dari Tempat pembuangan Sampah Akhir di daerah Tuntungan

- Limbah sayur yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik cair diambil dari Pasar Sore Padang Bulan

- Parameter yang dianalisa adalah unsur C-Organik, Nitrogen, Posfor dan Kalium - Tanaman yang digunakan untuk pengujian pupuk organik cair diuji coba pada

tanaman sawi hijau

1.4.Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

- Untuk mengetahui cara mengisolasi bakteri dari tanah

- Untuk menghasilkan pupuk organik cair dari sampah organik yang diambil dari Pasar Sore Padang Bulan dengan menggunakan bakteri yang diisolasi dari tanah Tempat Pembuangan Sampah Akhir dengan variasi waktu yang berbeda dan tanpa penambahan bakteri


(20)

- Untuk mengetahui kandungan unsur C-organik, N, P dan K dari pupuk organik cair dengan penambahan bakteri dan tanpa penambahan bakteri

- Untuk mengetahui pengaruh pupuk organik cair terhadap tanaman

1.5. Manfaat Penelitian

1. Untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan

2. Untuk menghasilkan pupuk organik cair dengan menggunakan bakteri yang diisolasi dari tanah serta pemanfaatan limbah sayur dari pasar

3. Sebagai alternatif tambahan yang mudah bagi sektor pertanian

1.6. Metodologi Penelitian

1. Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium 2. Limbah sayur diambil dari Pasar Sore Padang Bulan

3. Bakteri disolasi dari tanah yang diambil dari Tempat Pembuangan Akhir di daerah Tuntungan

4. Pembuatan pupuk organik cair dari limbah sayur yang difermentasikan dengan bakteri 5. Penentuan C-organik metode Walkey Black

6. Penentuan Nitrogen dilakukan dengan dengan metode Kjehldal 7. Penentuan Posfor sebagai P2O5 dengan Spektrofotometri

8. Penentuan Kalium sebagai K2O dengan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) 9. Pengujian pupuk organik cair terhadap tanaman sawi

1.7. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Biokimia Universitas Sumatera Utara, dan Laboratorium BARISTAN.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanah

Tanah adalah salah satu benda alam yang terdapat di permukan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan-bahan organik, pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang merupakan medium atau tempat tumbuhnya tanaman dengan sifat-sifat tersebut yang terjadi akibat dari pengaruh kombinasi faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukan. Tanah mempunyai fungsi yang bermacam-macam. Tanah adalah tempat tinggal dan hidup berbagai organisme baik manusia, hewan, tumbuhan maupun mikroorganisme(Yulipriyanto,2010).

Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah. Termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik stabil atau humus. Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah ,menurun kemampuan tanah dalam mendukung produktifitas tanaman juga menurun(Ansori,2005).

Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme, mikroorganisme tanah seperti bakteri dan jamur sangat mempengaruhi kesuburan tanah, oleh karena itu mikroorganisme merupakan salah satu aspek penting yang berperan dalam pembentukan suatu ekosistem. Mikroorganisme tanah juga bertanggungjawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara, dengan demikian mikroorganisme mempunyai pengaruh terhadap sifat kimia dan fisik tanah(Anas,1989).


(22)

Di dalam tanah hidup berbagai jasad renik (mikroorganisme) yang melakukan berbagai kegiatan yang menguntungkan bagi kehidupan makhluk-makhluk hidup lainnnya atau dengan perkataan lain menjadikan tanah memungkinkan bagi kelanjutan siklus kehidupan makhluk-makhluk alami(Sutedjo,1996).

Sebuah studi yang dilakukan Antaya dan Callahan (1997), menyebutkan bahwa aktifitas bakteri berperan penting dalam kesuburan tanah, dimana aktifitasnya selalu berubah. Kemampuan tanah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman didasarkan pada keberadaan dan keseimbangan banyak elemen seperti Posfor, Kalsium, Sulfur, dan Natrium. Bakteri bermanfaat untuk menghancurkan dan mendaur ulang elemen-elemen ini(Antaya dan Callahn,1997).

Jumlah bakteri yang ada di dalam tanah dipengaruhi oleh berbagai kondisi yang mempengaruhi pertumbuhannya, seperti temperatur, kelembapan, aerasi dan sumber energi. Tetapi secara umum populasi yang terbesar terdapat di horison permukaan. Mikroorganisme tanah lebih banyak ditemukan pada permukaan tanah karena bahan organik lebih tersedia. Oleh karena itu mikroorganisme lebih banyak berada pada lapisan tanah yang paling atas(Alexander,1977).

2.2. Bakteri

Bakteri adalah domain yang terdiri dari makhluk hidup yang tidak memiliki membran inti (prokariota). Bakteri dulu terbagi menjadi Bacteria dan Archaebacteria, namun sekarang Archaebakteria memiliki domain sendiri yang disebut Archaea. Bakteri memiliki ciri-ciri antara lain tidak memiliki membran inti, tidak memiliki organel bermembran, memiliki dinding sel peptidoglikan, dan materi asam nukleatnya berupa plasmid (Postlethwait dan Hopson, 2006).

Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal yang tidak terlihat oleh mata, tetapi dengan bantuan mikroskop, mikroorganisme tersebut akan nampak. Ukuran bakteri berkisar antara panjang 0,5 sampai 10µ dan lebar 0,5 sampai 2,5µ tergantung dari


(23)

jenisnya. (µ = 1mikron = 0,001 mm). Walaupun terdapat beribu jenis bakteri, tetapi hanya beberapa karakteristik bentuk sel yang diketemukan yaitu:

1) Bentuk bulat atau cocci (tunggal = coccus) 2) Bentuk batang atau bacilli (tunggal = bacillus) 3) Bentuk spiral atau spirilli (tunggal = spirillum) 4) Bentuk koma atau vibrios (tunggal = vibrio)

Sel-sel ini dapat dijumpai dalam keadaan tunggal, berpasangan, tetrad, kelompok kecil, gerombolan atau rantai. (Buckle, 2009)

Berdasarkan suhu pertumbuhannya, mikroba dapat dibedakan menjadi tiga golongan : 1) Mikroba psikrofil, dapat tumbuh pada suhu antara 0oC sampai 30oC, dengan suhu

optimum 15oC. Kebanyakan tumbuh ditempat-tempat dingin, baik didaratan ataupun dilautan.

2) Mikroba mesofil, mempunyai suhu optimum antara 25o- 37oC, dengan suhu minimum 15oC dan suhu maksimum antara 45-55oC. Jasad ini banyak tumbuh dalam saluran pencernaan , tanah dan perairan.

3) Mikroba termofil, dengan suhu pertumbuhan antara 40o-75oC dengan suhu optimum 55o-60oC. Papertumbuhan antara 40o-75oC dengan suhu optimum 55o-60oC. Pada jasad termofil dikenal pula stenotermofil( termofil obligat), yaitu mikroba yang dapat tumbuh baik pada suhu 60oC dan tidak dapat tumbuh pada suhu 30oC dan euritermofil(termofil fakultatif) yaitu yang mampu tumbuh dibawah 30oC(Nur Hidayat, 2006).

Bakteri adalah mikroorganisme yang paling dominan di dalam tanah bila dibandingkan dengan mikroorganisme lain seperti fungi dan protozoa, bakteri dapat hidup pada seluruh lapisan tanah dan pada kondisi tanah yang berbeda(Widawati dkk,2005).

Pada mulanya bakteri dianggap sebagai golongan mikroorganisme yang sangat penting dalam berbagai proses yang mempengaruhi fertilitas tanah. Anggapan ini dihubungkan dengan peristiwa/kejadian dan berkembangbiaknya, sehingga mikroba-mikroba atau kuman-kuman tersebut dipercaya berperan penuh. Bilamana anggapan itu


(24)

dihargai maka golongan-golongan mikroorganisme lainnya yang beragam itu harus mendapatkan perhatian atau dihargai pula peranan pentingnya dalam proses-proses tanah.

Bakteri yang hidup dalam tanah memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuannya dalam mengikat N2 dari udara dan mengubah amonium menjadi nitrat. Termasuk ke dalam golongan ini yang berbentuk batang (bacil) yang mampu membentuk spora dan yang tidak membentuk spora, spora pada bakteri bukan alat untuk berkembang biak melainkan alat untuk mempertahankan diri dari lingkungan yang tidak menyenangkan. Selain bakteri bacil, terdapat pula bakteri coccus, vibrios, dan spirilla. Bakteri Costvidium pastorianum adalah bakteri yang dapat memfiksasi/mengikat Nitrogen dalam keadaan anaerob. Bakteri Azotobakter chrococcum yaitu bakteri yang dapat mengikat Nitrogen dalam keadaan aerob. Bakteri Nitrobakter yaitu bakteri yang dapat mengubah amonium menjadi nitrat. Bakteri Radicicolas yaitu bakteri yang dapat bersimbiosa dengan Leguminosa. Bakteri-bakteri sangat beragam dalam ukuran, bentuk dan keperluan-keperluan oksigen (aerob dan anaerob), penggunaan energi (autotrof dan heterotrof), hubungan pada tanaman dan binatang (saprofit dan parasit)(Mul Muyani Sutedjo,1996).

2.3. Isolasi Bakteri

Isolasi bakteri adalah proses mengambil bakteri dari medium atau lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh biakan yang murni. Bakteri dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi terkontaminasi karena mikroorganisme lain. Teknik aseptik ini sangat penting bila bekerja dengan bakteri. Beberapa alat yang digunakan untuk menjalankan prosedur ini adalah bunsen dan laminar air flow Bila tidak dijalankan dengan tepat, ada kemungkinan kontaminasi oleh miroorganisme lain sehingga akan mengganggu hasil yang diharapkan. Teknik aseptik juga melindungi laboran dari kontaminasi bakteri (Singleton dan Sainsbury, 2006).

Bakteri di alam umumnya tumbuh dalam populasi yang terdiri dari berbagai spesies. Oleh karena itu, untuk mendapatkan biakan murni, sumber bakteri harus


(25)

diperlakukan dengan pengenceran agar didapat hanya 100-200 bakteri yang ditransfer ke medium, sehingga dapat tumbuh menjadi koloni yang berasal dari bakteri tunggal. Ada beberapa metode untuk menginokulasi bakteri sesuai dengan jenis medium tujuannya, yaitu:

1. Metode gores atau streak plate menggunakan loop ose dan menggoreskannya ke permukaan medium agar dengan pola tertentu dengan harapan pada ujung goresan, hanya sel-sel bakteri tunggal yang terlepas dari ose dan menempel ke medium. Sel-sel bakteri tunggal ini akan membentuk koloni tunggal yang kemudian dapat dipindahkan ke medium selanjutnya agar didapatkan biakan murni.

2. Metode tuang atau pour plate dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan mencampur suspensi bakteri dengan medium agar pada suhu 50ºC kemudian menuangkannya pada petridisk atau dengan menyemprotkan suspensi pada dasar petridisk, kemudian menuang medium agar keatasnya dan diaduk. Setelah agar mengeras, bakteri akan berada pada tempatnya masing-masing dan diharapkan bakteri tidak mengelompok sehingga terbentuk koloni tunggal.

3. Metode sebar atau spread plate dilakukan dengan menyemprotkan suspensi ke atas medium agar kemudian menyebarkannya secara merata dengan trigalski. Dengan ini diharapkan bakteri terpisah secara individual, kemudian dapat tumbuh menjadi koloni tunggal.

4. Metode pemaparan pada udara terbuka adalah metode untuk mengisolasi bakteri udara. Metode ini sangat simpel, yaitu dengan memaparkan medium pada udara terbuka, dengan harapan ada bakteri yang menempel dan kemudian akan tumbuh menjadi koloni (Harley dan Presscot, 2002).

2.3.1. Teknik pewarnan

Banyak senyawa organik berwarna (zat pewarna) digunakan untuk mewarnai mikroorganisme untuk pemeriksaan mikroskopis. Salah satunya yaitu pewarnaan gram. Pewarnaan gram masih merupakan salah satu prosedur yang paling banyak digunakan untuk mencirikan bakteri.


(26)

LARUTAN DAN URUTAN PENGGUNAANYA

REAKSI DAN TAMPANG BAKTERI Gram positif Gram negative 1

2

3

4

Ungu kristal (UK) Larutan yodium (Y)

Alkohol

Safranin

Sel berwana ungu Kompleks UK-Y terbentuk didalam sel ; sel tetap berwarna ungu

Dinding sel mengalami dehidrasi, pori-pori menciut; daya rembes dinding sel dan membran menurun, UK-Y tak dapat ke luar dari sel; sel tetap ungu

Sel tak terpengaruhi, tetap ungu

Sel berwarna ungu

Kompleks UK-Y terbentuk di dalam sel ; sel tetap berwarna ungu

Lipid terekstraksi dari dinding sel, pori-pori mengembang, kompleks Uk-Y keluar dari sel; sel menjadi tak berwarna

Sel menyerap zat pewarna ini, menjadi merah

(Michael J. Pelczar, 2008) 2.4. Manfaat Pengelolaan Sampah

Sampah apapun jenis dan sifatnya mengandung senyawa kimia yang diperlukan oleh manusia secara langsung atau secara tidak langsung. Dalam hal ini yang penting sampai berapa jauh manusia dapat menggunakan dan memanfaatkannya. Penggunaan dan pemanfaatan sampah untuk manusia sudah lama telah dilakukan, antara lain :

a. Manfaat Sampah - Pengisi Tanah

Sudah bukan aneh lagi bila kota-kota besar sekarang tumbuh tempat-tempat pemukiman baru, rumah toko (ruko), kmpleks pembelanjaan baru yang asalnya dari rawa-rawa atau tempat tanah berair lainnya atau bahkan dari tempat-tempat pembuangan sampah.


(27)

- Sumber Pupuk Organik

Kompos adalah sejenis pupuk organik yang sangat dibutuhkan khususnya oleh petani sayuran. Kompos banyak dibuat dari sampah, walaupun akhir-akhir ini kehadiran plastik merupakan masalah yang belum sepenuhnya teratasi.

- Sumber Humus

Kehadiran senyawa organik dalam bentuk humus di dalam tanah dapat mempertahankan sifat fisik tanah. Dengan sifat fisik yang baik, maka kemampuan tanah menyerap dan mempertahankan air dapat terjadi dengan baik. - Media Penanaman Jamur

Sampah dapat juga digunakan sebagai media penanaman jamur. Penggunaan media ini ternyata telah memberikan hasil yang memuaskan. Misalnya, media jamur merang, jamur “shiitake”, jamur tiram putih tumbuh dengan baik pada bahan organik pada kompos.

- Penyubur Plankton

Plankton adalah merupakan makanan utama ikan, yang biasanya terdiri dari hewan dan tanaman bersel tunggal. Kolam ikan yang banyak planktonnya akan sangat subur. Suburnya plankton ini dapat menyebabkan pertumbuhan yang cepat pula pada ikan-ikan yang dipelihara, mislanya di kolam-kolam. Suburnya plankton karena pemasukan bahan-bahan organik dari sampah.

- Bahan Pembuat Biogas

Salah satu manfaat sampah adalah membantu program hemat energi dan dalam pencarian sumber energi baru. Mengingat bahwa sumber energi yang berbahan baku bahan bakar fosil merupakan sumber daya alam yang terbatas. Oleh karena itu, sampah dapat dijadikan alternatif untuk keperluan tersebut.

- Media Produksi PST (Protein Sel Tunggal)

PST adalah protein jenis baru yang dibuat secara tekhnologi dengan menggunakan mikroorganisme (mikroalgae, jamur dan bakteri). Menurut perhitungan para ahli, protein sel tunggal akan menjadi sumber protein penyelamat di masa yang akan datang bila produksi protein secara konvensional (melalui peternakan, pertanian, dan perikanan) tidak mencukupi. Ternyata


(28)

mikroorganisme penghasil PST sangat subur di dalam media yang terbuat sampah.

- Media Produksi Vitamin

Salah satu jenis mikroorganisme penghasil vitamin (vitamin B12) ternyata sangat subur pertumbuhannya di dalam media yang dicampur dengan ekstrak sampah. Telah banyak lembaga penelitian mencoba meneliti lebih lanjut peranan sampah sebagai bahan media pertumbuhan jasad renik penghasil vitamin.

- Bahan Makanan Ternak

Sampah sebagai bahan makanan ternak secara langsung (yang masih segar) dan melalui proses fermentasi telah digunakan dimana-mana dengan hasil yang baik (Lud Waluyo,2009).

2.5. Pupuk

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada mencukupi kebutuhan dengan baik. Material pupuk dapat berupa baha Pupuk berbeda dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen(id.wikipedia.org/wiki/Pupuk).

Pupuk dapat digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai, misalnya pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah tetapi kandungan bahan organik di dalamnya sangatlah tinggi. Sedangkan pupuk anorganik adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki


(29)

kandungan persentase yang tinggi. Contoh pupuk anorganik adalah urea, TSP dan Gandasil (Novizan, 2007).

2.5.1. Pupuk Organik

Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya; nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau soil ameliorant menurut SK Mentan adalah bahan-bahan sintesis atau alami, organik atau mineral.

Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota. Kompos merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan hasil perombakan oleh fungi, aktinomiset, dan cacing tanah. Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun hanya bagian dari tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar setelah bagian atas tanaman yang hijau digunakan sebagai pakan ternak (Litbang,2006).

Pupuk organik dapat dihasilkan dari bahan-bahan organik di alam. Bahan-bahan untuk pupuk organik ini dapat ditemukan dari hewan atau tanaman. Satu manfaat yang didapat dari pupuk organik yaitu kandungan bahan organik alaminya bermanfaat untuk tanaman dan hewan. Bahan organik dalam pupuk organik membantu meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air dan juga meningkatkan kualitas struktur tanah


(30)

dalam mengikat air dan juga meningkatkan kualitas struktur tanah, dan juga meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat nutrisi. Manfaat yang lain dari bahan organik yang terkandung dalam pupuk organik yaitu tidak mengurangi aktifitas-aktifitas mikroba yang penting dalam tanah(Nnaji,2011).

Syarat-syarat yang dimiliki pupuk organik, yaitu :

a. Zat N atau zat lemasnya harus terdapat dalam bentuk persenyawaan organik, jadi harus mengalami peruraian menjadi persenyawaan N yang mudah dapat diserap oleh tanaman-tanaman.

b. Pupuk tersebut dapat dikatakan tidak meninggalkan sisa asam organik didalam tanah. c. Pupuk tersebut seharusnya mempunyai kadar persenyawaan C organik yang tinggi,

seperti hidrat arang.

Pupuk organik mempunyai fungsi yang penting yaitu untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, yang keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan tanah pula (Mul Mulyani Sutedjo,2002).

Pupuk organik sangat penting terutama karena sebagai berikut. 1. Memperbaiki struktur tanah.

Pada waktu penguraian bahan organik oleh organisme di dalam tanah dibentuk produk yang mempunyai sifat sebagai perekat, yang lalu mengikat butir-butir pasir menjadi butiran yang lebih besar. Lagipula di dalam tanah tumbuh sistem tali-temali yang terdiri dari benang-benang jamur yang mengikat bagian tanah menjadi kesatuan.

2. Menaikkan daya serap tanah terhadap air

Bahan organik mempunyai daya absorpsi yang besar terhadap air tanah. Karena itu pupuk organik sering kali mempunyai pengaruh positif terhadap hasil tanaman, apalagi pada musim panas yang kering.

3. Menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah

Hal ini terutama disebabkan karena organisme di dalam tanah dapat memanfaatkan bahan organik sebagai makanan. Berbagai organisme di dalam tanah dapat memanfaatkan bahan organik sebagai makanan. Berbagai organisme itu di dalam tanah mempunyai fungsi penting yang beraneka ragam sifatnya.


(31)

4. Mengandung zat makanan tanaman

Berbagai zat makanan tanaman hanya sebagian dapat diserap oleh tanaman. Bagian yang penting daripadanya baru tersedia sesudah terurainya bahan organik itu. Pupuk organik biasanya menunjukkan pengaruh reaksi reaksi nitrogen yang jelas terlihat. Pengaruh dari fosfat dan kalium biasanya tidak begitu jelas ( Rinsema, 1993).

3.5.1.1.Kompos

Kompos merupakan hasil akhir suatu proses fermentasi tumpukan sampah, serasah tanaman ataupun bangkai binatang. Ciri-ciri kompos yang baik adalah berwarna coklat, berstruktur remah, berkonsistensi gembur dan berbau daun lapuk. Tumpukan bahan mentah (serasah, sisa tanaman, sampah dapur dan lain sebagainya) bisa menjadi kompos akibat proses pelapukan dan penguraian, dengan kata lain terjadi perubahan dari sifat fisik yang baru. Perubahan itu sebagian besar muncul oleh karena adanya kegiatan jasad renik sehubungan dengan kebutuhan hidup organisme itu. Apa yang diikat oleh jasad renik demi mencukupi kebutuhan hidupnya, kelak akan dikembalikan lagi apabila jasad renik itu mati. Terjadi proses penguraian, pengikatan dan pembebasan berbagai zat atau unsur hara selama berlangsungnya proses pembentukan kompos.

Penjelasan lengkap mengenai proses yang terjadi adalah sebagai berikut :

a. Hidrat arang (selulosa, hemiselulosa, dan lain-lain) diurai menjadi CO2 dan air atau CH4 dan H2

b. Zat putih telur diurai menjadi amida,assam amino, amoniak, CO2 dan air

c. Berbagai jenis unsur hara, terutama N, disamping P, K dan yang lain sebagai hasil penguraian, akan terikat dalam tubuh jasad renik. Sebagian yang tidak terikat akan menjadi persediaan di dalam tanah. Yang terikat dalam tubuh jasad renik tersebut kelak akan dikembalikan dalam tanah setelah jasad renik itu mati

d. Juga ada unsur hara dari senyawa organik yang akan terbebas menjadi senyawa anorganik sehingga menjadi persediaan di dalam tanah bagi keperluan perttumbuhan dan perkembangan tanaman.


(32)

Selama berlangsungnya proses tersebut akan terjadi perubahan berat dan isi dari bahan-bahan pembuatannya. Terjadi pengurangan berat karena adanya penguapan dan pencucian. Sebagian besar senyawa hidrat arang akan hilang ke udara selama penguapan (Dipo Yono, 2007).

3.5.1.2. Proses Pengomposan

Sumber bahan organik tanah adalah jaringan tanaman baik yang berupa serasah atau sisa tanaman yang berupa serasah atau sisa tanaman yang berupa batang, akar, daun, yang kemudian dirombak oleh mikroorganisme tanah, atau sisa hewan yang berupa kotoran maupun bangkai hewan. Secara kimiawi bahna organik tanah tersusun atas karbohidrat, protein lignin dan sejumlah senyawa kecil seperti lemak, lilin dan sebagainya, salah satu hasil perombakan bahan organik adalah humus, yang mempunyai kapasitas pengikatan unsur hara dan air yang sangat tinggi, memiliki kekhususan koloidal dan mampu mengikat air 80-90% dari berat keringnya, bandingkan dengan tanah liat yang hanya mampu mengikat air 15-20% saja. Humus memberi warna tanah menjadi agak kehitaman dan sangat bermanfaat bagi pertanian karena mempengaruhi struktur tanah.

Bahan organik dalam tanah sangat berhubungan dengan kecepatan pelapukan tanah. Bahan organik yang mempunyai C/N rasio yang rendah akan lebih cepat melapuk dibandingkan bahan organik yang mempunyaiC/N rasio yang tinggi. Untuk cepat lapuk maka perlu penambahan nitrogen tanah yaitu denga menambahkan bahan organik yang cepat lapuk. Walaupun demikian peran oksigen yang terkandung dalam tanah sangat penting, karena berkurangnya kadar oksigen yang terkandung dalam tanah sangat penting, karena berkurangnya kadar oksigen juga berpengaruh pada aktifitas mikroorganisme dalam penguraian. Ini berkaitan dengan ketersediaan unsur hara dari bahan organik yang bisa diserap tanaman (M,Isnaini,2006).

Reaksi-reaksi yang terjadi pada proses pengomposan yaitu : Reduksi Sulfat :

CH3CHOHCOOH + SO4-2 2CH3COOH + H2S + 2OH -4H2 + SO4-2 2H2O + H2S + 2OH


(33)

-Reduksi karbon organik secara anaerobik : CH3COOH CH4 + CO2

4CH3OH 3CH4 + CO2 + 2H2O C6H12O6 3CH3COOH

C6H12O6 2CH3CH2OH + 2CO2 Reduksi karbondioksida :

2CH3CH2OH + 2CO2 2CH3COOH + CH4 4H2 + CO2 CH4 + 2H2O

4H2 + 2CO2 CH3COOH + 2H2O Reduksi oksidasi sempurna :

CH3COOH + 2O2 CO2 + 2H2O

2H2 + O2 2H2O

CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O (M.Judoamidjojo,A.A.Darwis dan E.G. Said, 1992) Reaksi Aminasi :

Protein senyawa asam amino kompleks + O2 + amina

R-NH2 + H2O R-OH + NH3 + energi

Reaksi Amonifikasi : 2NH3 + H2CO3 (NH4)2CO3 2NH4+ + CO3-2

Reaksi Nitrifikasi

2NH4+ + 3O2 NO2- + 2H2O + 4H+ + Energi

2NO2- + O2 2NO3- + Energi

(Sutedjo,2002).

2.5.1.2. Pupuk Organik Cair

Pupuk cair limbah organik pada dasarnya limbah dari bahan organik bisa dimanfaatkan menjadi pupuk, limbah cair banyak mengandung unsur hara (N,P,K). Penggunaan pupuk cair dapat membantu memperbaiki struktur dan kualitas tanah.


(34)

Pupuk cair organik dalam aplikasi pemupukan lebih merata, sehingga tidak tedrjadi penumpukan konsentrasi pupuk di satu tempat. Pupuk ini 100 persen larut dan merata. Pupuk organik cair ini mempunyai kelebihan yaitu dapat secara cepat mengatasi defisiensi hara dan tidak bermasalah dalam pencucian hara, juga mampu menyediakan hara secara cepat (Shamsuddin,1994).

2.5.1.3. Pupuk Cair Limbah Organik

Pada dasarnya limbah cair dari bahan organik bisa dimanfaatkan menjadi pupuk. Sama seperti limbah padat organik, limbah cair banyak mengandung unsur hara (NPK) dan bahan organik lainnya. Penggunaan pupuk dari limbah ini dapat membantu memperbaiki struktur dan kualitas tanah. Dari sebuah penelitian di Cina menunjukkan penggunaan limbah cair organik mampu meningkatkan produksi pertanian 11% lebih tinggi dibandingkan dengan menggunkan bahan organik lain. Bahkan di Cina penggunaan pupuk kimia sintetik untuk pupuk dasar mulai tergeser dengan keunggulan pupuk organik cair.

Petani di Cina mencampurkan limbah organik cair dengan tanah di areal persawahannya dengan dosis 23 ton/ha setiap hari sebelum melakukan penanaman. Sedangkan penggunaan pupuk kimia hanya sebagai pupuk lanjutan yang aplikasinya dicampur dengan pupuk organik dengan perbandingan 1:1. Perbandingan ini mampu memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan hasil(Sukamto Hadisuwito, 2007).


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Alat

• Gelas ukur Pyrex

• Gelas beaker Pyrex

• Gelas Erlenmeyer Pyrex

• Neraca kaki tiga Ohauss

• Autoklaf Yamato SN210

• Oven Gallenkamp

• Water bath Griffin

• Tabung reaksi pyrex

• Inkubator Fisher scientific

• Hot plate Thermelyne

• Labu takar Pyrex

• Cawan petri pyrex

• Pipet serelogi Pyrex

• Pipet volumetric Pyrex

• Vortex Fisons

• Buret Pyrex

• Spektrofotometric UV-Visibel Simadzu • Spektrofotometri Serapan Atom Shimadzu • Jarum ose

• Hockey stick • Pipet man • Bola karet


(36)

• Glass Object • Bunsen • Spatula • Botol akuades • Statif dan klem • Mikroskop • Kertas cakram • Timbangan • Pisau pencacah • Wadah plastik • Kapas

• Aluminium foil

3.2. Bahan

• Sampah sayur pasar • Tanah TPA

• Akuades • Nutrient agar • Starch agar

• PCA (Plate Count Agar) • Agar swallow

• Susu skim • Margarin • Kristal violet • Iodine

• Aseton alkohol • Safranin


(37)

• H2SO4(p) p.a E. Merck • (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O p.a E. Merck

• K2Cr2O7 p.a E. Merck

• NaOH p.a E. Merck

• Fenolftalein p.a E. Merck

• Metil merah p.a E. Merck

• Metil biru p.a E. Merck

• H2C2O4.2H2O p.a E. Merck

• HCl p.a E. Merck

• H3BO3 p.a E. Merck

• H3PO4 p.a E. Merck

• Indikator difenilamin p.a E. Merck

• Selenium p.a E. Merck

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1. Penyediaan sampel sampah sayur pasar

Limbah sayur diambil secara acak dari kios-kios penjual sayur di pasar sore Padang Bulan.

3.3.2. Penyediaan sampel tanah TPA

Tanah diambil dari Tempat Pembuangan Akhir di daerah Tuntungan.

3.3.3. Pembuatan starter 3.3.3.1. Pembuatan Media

3.3.3.1.1. Pembuatan Media Nutrien Agar

Ditimbang 2 g Nutrient Agar dan dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer 250 mL, kemudian ditambahkan 100 mL akuades dan diaduk hingga larut, kemudian dipanaskan


(38)

hingga mendidih diatas hot plate, ditutup dengan kapas dan aluminium foil dan dibalut dengan kertas, dan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 15 Psi selama 15 menit.

3.3.3.1.2. Pembuatan Media Skim Milk Agar (SMA)

Ditimbang 1 g susu skim dan dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer 100 mL, ditambahkan 20 mL akuades dan diaduk hingga larut, kemudian dipanaskan di dalam Waterbath hingga mendidih dan didinginkan. Ditimbang 2,3 g PCA dan dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 80 mL akuades dan diaduk hingga larut, dipanaskan diatas hot plate hingga mendidih, dan didinginkan. Dimasukkan larutan susu skim ke dalam media PCA, diaduk hingga larut, ditutup dengan kapas dan aluminium foil dan dibalut dengan kertas, dan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 15 Psi selama 15 menit.

3.3.3.1.3. Pembuatan Media Starch Agar (SA)

Ditimbang 0,3 g Starch Agar dan dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 3 g Agar Swallow, kemudian ditambahkan 100 mL akuades dan diaduk hingga larut, dipanaskan di atas hot plate hingga mendidih, ditutup dengan kapas dan aluminium foil dan dibalut dengan kertas, dan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 15 Psi selama 15 menit.

3.3.3.1.4. Pembuatan Media Margarine

Ditimbang 3 g Margarine dan dimasukkan kedalam beaker glass 250 mL, dipanaskan hingga meleleh. Ditimbang 3 g Agar Swallow dan dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 0,001 g Indikator Fenol Red, ditambahkan 100 mL akuades dan diaduk hingga larut. Dimasukkan Margarin ke dalam larutan Agar dan diaduk hingga larut, dipanaskan di atas hot plate hingga mendidih, ditutup dengan dengan


(39)

kapas dan aluminium foil dna dibalut dengan kertas, dan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 15Psi selama 15 menit.

3.3.3.2. Isolasi Bakteri

3.3.3.2.1. Pembuatan Larutan Tanah 10-1

Ditimbang 1 g tanah Tempat Pembuangan Akhir dan dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan 9 mL akuades, dan dikocok hingga larut dengan menggunakan vortex. Dilakukan prosedur yang sama untuk pembuatan Larutan tanah 10-2, dipipet dari larutan tanah 10-1, dan dilakukan hingga pembuatan larutan tanah 10-6.

3.3.3.2.2. Penanaman Mikroorganisme pada Media

Dipipet larutan tanah 10-4 dan disebar diatas media padat N.A., diinkubasi di dalam inkubator selama 1-2 hari. Dilakukan perlakuan yang sama untuk larutan tanah 10-5 dan 10-6.

3.3.3.2.3. Pembiakan Bakteri

Diambil koloni bakteri sp 1 menggunakan jarum ose, digoreskan diatas media padat N.A., diinkubasi didalam inkubator selama 1-2 hari. Dilakukan perlakuan yang sama untuk larutan tanah 10-5 dan 10-6.

3.3.3.2.4. Pembuatan Standar Mac Varlan

Diukur 0,05 mL BaCl2 0,048 M dan dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan 9,95 mL H2SO4 0,35 N kemudian ditutup dengan alumunium foil dan divortex.


(40)

3.3.3.2.5. Pembuatan Mac Varlan Bakteri

Dipipet 10 mL air suling steril kedalam tabung reaksi. Diinokulasi bakteri kedalam tabung setelah itu divortex dan dilakukan hal yang sama dalam kondisi septic hingga larutan bakteri sesuai dengan standar Mac Varlan.

3.3.3.3. Perlakuan Uji Pewarnaan Gram Bakteri

Diambil koloni bakteri sp 1 menggunakan jarum ose dan dibuat preparat luas diatas glass objek, dipanaskan hingga kering menggunakan lampu spiritus, diteteskan 1-2 tetes zat warna kristal violet dan dibiarkan selama 1 menit, kemudian dibilas dengan akuades, diteteskan 1-2 tetes iodine dan dibiarkan selama 30 detik, dibilas dengan aseton alkohol dan dibiarkan selama 15 detik, kemudian dibilas dengan akuades, dan diteteskan 1 tetes larutan safranin dan dibiarkan selama 1 menit, dibilas dengan akuades dan dikeringkan, kemudian diamati dibawah mikroskop. Perlakuan yang sama dilakukan untuk koloni bakteri sp2, sp3 dan sp4.

3.3.3.4. Perlakuan Uji Potensial Bakteri 3.3.3.4.1. Uji Potensial terhadap Karbohidrat

Dipipet larutan Mac Varlan Bakteri sp 1 dan diteteskan diatas kertas cakram menggunakan pipet man, diletakkan kertas cakram diatas media padat Starch Agar diinkubasi di dalam inkubator selama 3 hari Perlakuan yang sama dilakukan untuk Bakteri sp2, sp3 dan sp4. Uji Potensial dilakukan dengan mengukur zona bening disekeliling kertas cakram menggunakan jangka sorong.

3.3.3.4.2. Uji Potensial terhadap Protein

Dipipet larutan Mac Varlan Bakteri sp 1 dan diteteskan diatas kertas cakram menggunakan pipet man, diletakkan kertas cakram diatas media padat Skim Milk Agar diinkubasi di dalam inkubator selama 3 hari Perlakuan yang sama dilakukan untuk


(41)

Bakteri sp2, sp3 dan sp4. Uji Potensial dilakukan dengan mengukur zona bening disekeliling kertas cakram menggunakan jangka sorong.

3.3.3.4.3. Uji Potensial terhadap Lemak

Dipipet larutan Mac Varlan Bakteri sp 1 dan diteteskan diatas kertas cakram menggunakan pipet man, diletakkan kertas cakram diatas media padat Margarin +agar, diinkubasi di dalam inkubator selama 3 hari Perlakuan yang sama dilakukan untuk Bakteri sp2, sp3 dan sp4. Uji Potensial dilakukan dengan mengukur zona bening disekeliling kertas cakram menggunakan jangka sorong.

3.3.3.5. Pembuatan Larutan bakteri standart Mac Varlan sebagai starter pembuatan pupuk organik

Diinokulasikan bakteri sp3 kedalam tabung yang berisi 10 mL akuades steril, kemudian dikocok menggunakan vortex, dan dilakukan hal yang sama sampai larutan sebanding dengan larutan standart Mac Varlan.

3.3.4. Pembuatan pupuk organik cair

Kedalam wadah plastik dimasukkan sampah sayur yang telah dipotong kecil-kecil, kemudian ditambahkan 300 mL larutan bakteri sp3 sebagai starter untuk pembuatan pupuk, diaduk hingga homogen, kemudian ditutup rapat dan dibiarkan hingga terjadi proses fermentasi, dan dicatat waktu volume pupuk organik cair setelah pengomposan 1 minggu, 2 minggu dan 3 minggu dan diukur kadar C-organik, N, P dan K.


(42)

3.3.5. Pembuatan Pereaksi dan Larutan Standart

3.3.5.1. Pembuatan pereaksi untuk penentuan C-organik a. Larutan K2Cr2O7 1 N

Ditimbang secara kwantitatif kristal K2Cr2O7 sebanyak 12,257 g, dimasukkan kedalam gelas piala 250 mL, dilarutkan dengan akuades secukupnya, dimasukkan kedalam labu takar 250 mL, diencerkan hingga garis tanda, dan dikocok sampai homogen.

b. Larutan FeSO4 1N

Ditimbang secara kwantitatif kristal FeSO4.7H2O sebanyak 69,505 g, dimasukkan kedalam gelas piala 250 mL, dilarutkan dengan akuades secukupnya, ditambahkan 37,5mL H2SO4(p) secara perlahan-lahan, diaduk hingga larut, dimasukkan kedalam labu takar 250 mL, ditambahkan akuades hingga garis tanda, didinginkan dan dikocok sampai homogen.

c. Larutan Difenilamin (C6H5)2NH4)

Ditimbang 0,5 g Kristal difenilamin, dilarutkan dengan 20 mL akuades dalam gelas piala 250 mL, ditambahkan dengan 100 mL H2SO4(p) secara perlahan-lahan dengan merendam beaker glass dalam air es, dan diaduk hingga larut seluruhnya.

3.3.5.2. Pembuatan Pereaksi untuk Penentuan Nitrogen Metode Kjeldhal a. Larutan NaOH 40%

Ditimbang sebanyak 40 g Kristal NaOH, dimasukkan kedalam gelas piala 250mL, kemudian dilarutkan dengan akuades, dimasukkan kedalam labu takar 100 mL, diencerkan hingga garis tanda dan dikocok sampai homogen.


(43)

b. Larutan Indikator Phenolphtalein

Ditimbang 0,5 g Phenolphtalein, dimasukkan kedalam labu takar 100 mL, diencerkan hingga garis tanda, dan dikocok sampai homogen.

c. Larutan H3BO3 4%

Ditimbang H3BO3 sebanyak 4 g, dimasukkan kedalam gelas piala 250 mL, dilarutkan dengan akuades, dimasukkan kedalam labu takar 100 mL, diencerkan hingga garis tanda dan dikocok sampai homogen.

d. Larutan Indikator Tashiro

Sebanyak 2 bagian indikator metil biru 0,1 % (b/v) dan 1 bagian indikator metil merah 0,2 % (b/v) dalam etanol.

e. Larutan H2C2O4 0,01 N

Ditimbang kristal H2C2O4.2H2O secara kwantitatif sebanyak 0,63 g, dimasukkan kedalam gelas piala 250 mL, dilarutkan dengan akuades, dimasukkan kedalam labu takar 1000 mL, diencerkan hingga garis tanda, dan dikocok sampai homogen.

f. Larutan NaOH 0,01 N

Ditimbang kristal NaOH sebanyak 0,4 g, dimasukkan kedalam gelas piala 250mL, dilarutkan dengan akuades, dimasukkan ke dalam labu takar 1000 mL, diencerkan hingga garis tanda, dan dikocok sampai homogen.


(44)

g. Larutan HCl 0,1 N

Sebanyak 0,83 mL HCl 37 % dipipet ke dalam labu takar 1000 mL, diencerkan hingga garis tanda dengan akuades, dan dikocok sampai homogen.

h. Standarisasi Larutan NaOH 0,01 N

Dipipet 10 mL larutan H2C2O4 0,01 N dan dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer, ditambahkan 3 tetes indikator Phenolphtalein, kemudian dititrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan warna menjadi merah lembayung, dilakukan prosedur yang sama sebanyak 3 kali.

i.Standarisasi HCl 0,1 N

Dipipet 10 mL larutan HCl 0,01 N dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer, ditambahkan 3 tetes indikator bromtimul blue, dititrasi dengan NaOH yang telah distandarisasi hingga terjadi perubahan warna biru menjadi hijau kekuningan, dilakukan prosedur yang sama sebanyak 3 kali.

3.3.5.3. Pembuatan Pereaksi dan Larutan Standart untuk Penentuan Posfor sebagai P2O5 metode spektrofotometer

a. Larutan HCl 25%

Dipipet 173,6 mL HCl(p), dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dikocok sampai homogen.

b. Larutan Standart Posfor 100 ppm

Ditimbang 0,2195 g kristal KH2PO4 secara kuantitatif, diamsukkan kedaalm gelas piala 250 mL, dilarutkan dengan akuades secukupnya, dimasukkan kedalam labu takar 500 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dikocok sampai homogen.


(45)

c. Larutan Amonium Molibdat 4 %

Ditimbang 1,883 g kristal (NH4)6Mo7O24.4H2O, dimasukkan kedalam gelas piala 50 mL, dilarutkan dengan akuades secukupnya, dimasukkan kedalam labu takar 50 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dikocok sampai homogen.

d. Larutan Asam Askorbat 0,1 M

Ditimbang 0,880 g Kristal C6H8O6, dimasukkan ke dalam gelas piala 50 mL, dilarutkan dengan akuades secukupnya, dimasukkan kedalam labu takar 50 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dikocok sampai homogen.

e. Larutan Kalium antimonil Tartarat 1 mg Sb/mL

Ditimbang 0,105 g kristal KSbOC4H4O6.1�2H2O, dimasukkan kedalam gelas piala 50 mL, dilarutkan dengan akuades secukupnya, dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dikocok sampai homogen.

f. Larutan Seri standart P dalam ekstrak HCl 0,95 N

Dipipet masing-masing 20 mL akuades dan 11,7 mL HCl 25 % kedalam labu takar 100 mL, dipipet 2 mL, 4 mL, 6 mL, 8 mL, 10 mL larutan standart 100 ppm secara kwantitatif, diencerkan deeengan akuades hingga garis tanda, dan dikocok sampai homogen.

g. Larutan H2SO4 5 N

Dipipet 13,72 mL H2SO4(p), dimasukkan kedalam labu takar 100 mL yang telah berisi 20 mL akuades, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, didinginkan dan dikocok hingga homogen.


(46)

h. Pembuatan Larutan Campuran pengkompleks

Dipipet 25 mL H2SO4 5 N kedalam labu takar 50 mL, ditambahkan 7,5 mL larutan (NH4)6Mo7O24 4%, ditambahkan 15 mL larutan asam askorbat o,1 M, ditambahkan 2,5 mL larutan KSbOC4H4O6 0,1 M, dan dikocok sampai homogen.

3.3.5.4. Pembuatan Pereaksi Untuk Penentuan Kalium sebagai K2O dengan Metode

Spektrofotometer Serapa Atom (SSA) a. Larutan HCl 25%

Dipipet 173,6 mL HCl(p), dimasukkan kedalam labu takar 250 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dikocok sampai homogen.

b. Larutan Kalium 100 ppm

Dilarutkan 1,907 g KCl p.a. dengan akuades dalam labu takar 1000 mL hingga garis tanda. Larutan ini mengandung 1 mg K/L.

c. Larutan Standart Kalium 100 ppm

Sebanyak 10 mL larutan standart kalium 1000 ppm diencerkan dengan akuades dalam labu takar 100 mL hingga garis tanda.

d. Larutan Seri Standart Kalium untuk kalibrasi (0,0 – 5 – 10 – 15 – 20 ppm)

Dari larutan standart 100 ppm kalium masing-masing dipipet 0,0 ; 5 ; 10 ; 15; 20mL, kemudian masing-masing diencerkan dengan akuades dalam labu takar 100 mL hingga garis tanda. Masing-masing larutan adalah 0,0 ; 5 ; 10 ; 15 ; 20 ppm Kalium.


(47)

3.3.6. Penentuan Kadar C-organik dengan metode Walkey Black

Dipipet sebanyak 1 mL sampel dan dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer 500 mL, ditambahkan 10 mL larutan K2Cr2O7 1N, ditambahkan 5 mL H2SO4(p) secara perlahan-lahan, kemudian diaduk selama 1 menit dan didiamkan selama 30 menit, ditambahkan 200 mL akuades, ditambahkan 5 mL H3PO4(p) (85%) dan 1 mL larutan difenilamin, dititrasi dengan larutan FeSO4 hingga terjadi perubahan warna dari ungu menjadi hijau.

3.3.7. Pengukuran Nitrogen dengan Metode Kjeldahl

Dimasukkan 20 g sampel kedalam labu kjeldahl 100 mL, ditambahkan 2 g campuran Selenium dan 25 mL H2SO4(p) , dipanaskan diatas pemanas listrik atau api pembakar sampai mendidih dan larutan menjadi jernih kehijau-hijauan, ditunggu sampai larutan dingin, dimasukkan kedalam labu takar 250 mL dan diencerkan dengan akuades, dipipet 50 mL larutan yang telah diencerkan dan dimasukkan kedalam alat destilasi, ditambahkan 20 mL NaOH 40 %, didestilasi selama lebih kurang 10 menit, ditampung destilat didalam 25 mL larutan asam borat 4 % yang telah dicampur dengan indicator, dibilas ujung pendingin dengan akuades, dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N dan dihitung % Nitrogen.

3.3.8. Penentuan P-Total Metode Spektrofotometri 3.3.8.1. Preparasi Sampel

Dimasukkan 1 mL sampel kedalam gelas Erlenmeyer 250 mL, ditambahkan dengan 12,5 mL HCl 25 %, dikocok dengan pengaduk stirrer selama 2 jam, disaring dengan kertas saring whatman no. 40, ditampung ekstrak ke dalam labu takar 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dikocok hingga homogen.


(48)

3.3.8.2. Pembuatan Kurva Kalibrasi

Dipipet 1 mL masing-masing larutan standart kedalam tabung reaksi, ditambahkan 5 mL akuades, ditambahkan 1 mL larutan campuran, didiamkan selama 15 menit, diukur absorbansinya dengan spektrofotometer, pada λ = 400 nm, dibuat kurva kalibrasi konsentrasi terhadap absorbansi.

3.3.9. Penentuan Kalium sebagai K2O dengan Metode Spektrofotometer Serapan

Atom (SSA)

Sebanyak 5 mL sampel dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer 100 mL, ditambahkan 12,5 mL HCl 25% , dibiarkan larutan selama 1 malam, kemudian diaduk dengan pengaduk magnit stirrer selama 2 jam sampai terbentuk suspensi, lalu disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman No. 40, filtrat dimasukkan kedalam takar 100 mL sambil dicuci sebanyak 3 kali dengan akuades, lalu ditambahkan akuades sampai garis tanda, filtrate disimpan di dalam botol plastic untuk penetapan kadar Kalium, diukur konsentrasi Kalium menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 766,5 nm.


(49)

3.4. Bagan Penelitian

3.4.1. Skema Pembuatan Starter 3.4.1.1. Skema Pembuatan Media

3.4.1.1.1. Skema Pembuatan Media Nutrien Agar

Dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer 250 mL Ditambahkan 100 mL akuades

Dipanaskan diatas hot plate hingga mendidih Dididinginkan

Ditutup dengan kapas dan aluminium foil dan dibalut dengan kertas

Disterilkan didalam autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 15 Psi selama 15 menit

Hasil


(50)

3.4.1.1.2. Skema Pembuatan Media Skim Milk Agar (SMA) 2,3 g PCA

Dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer 250 mL

Ditambahkan 80 mL akuades

Diaduk hingga larut Dipanaskan diatas hot plate hingga mendidih Didinginkan

1 g susu skim

Dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer 100 mL

Ditambahkan 20 mL akuades Diaduk hingga larut

Dipanaskan didalam waterbath hingga mendidih

Didinginkan

Hasil Hasil

Dimasukkan larutan susu skim kedalam larutan media PCA

Diaduk hingga larut

Ditutup dengan kapas dan aluminium foil dan dibalut dengan kertas

Disterilkan didalam autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 15 Psi selama 15 menit


(51)

3.4.1.1.3. Skema Pembuatan Media Starch Agar (SA) 0,3 g Starch Agar

Dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer 250mL Ditambahkan 3 g agar Swallow

Ditambahkan 100 mL akuades Diaduk hingga larut

Dipanaskan diatas hot plate hingga mendidih Didinginkan

Ditutup dengan kapas dan aluminium foil dan dibalut dengan kertas

Disterilkan didalam autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 15 Psi selama 15 menit


(52)

3.4.1.1.4. Skema Pembuatan Media Margarin

3 g Agar Swallow 3 g Margarin

Dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer 250 mL

Ditambahkan 0,001 g indikator Fenol Red Ditambahkan 100 mL akuades

Diaduk hingga larut Dimasukkan kedalam

Beaker glass 250 mL Dipanaskan diatas hot plate hingga meleleh

Hasil Hasil

Dimasukkan margarin kedalam larutan Agar Diaduk hingga larut

Dipanaskan diatas hot plate hingga mendidih Didinginkan

Ditutup dengan kapas dan aluminium foil dan dibalut dengan kertas

Disterilkan didalam autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 15Psi selama 15 menit


(53)

3.4.1.2. Skema Isolasi Bakteri

3.4.1.2.1. Skema Pengenceran Bertingkat

N. B. : Dilakukan prosedur yang sama untuk pembuatan Larutan tanah 10-2, dipipet dari larutan tanah 10-1, dan dilakukan hingga pembuatan larutan tanah 10-6

3.4.1.2.2. Skema Penanaman Mikroorganisme Pada Media

N.B. : Dilakukan perlakuan yang sama untuk larutan tanah 10-5 dan 10-6 1 g tanah

Dimasukkan kedalam tabung reaksi Ditambahkan 9 mL akuades

Dikocok hingga larut dengan menggunakan Vortex

Larutan tanah 10-1

Dipipet sebanyak 1 mL

Disebar diatas media padat NA dengan menggunakan hockey stick

Diinkubasi dalam inkubator selama 1-2 hari

Larutan tanah 10-4


(54)

3.4.1.2.3. Skema Pembiakan Bakteri

N.B. : Dilakukan perlakuan yang sama untuk koloni bakteri sp2, sp3 dan sp4. Koloni bakteri sp 1

Diinokulasi pada media padat N.A dengan metode gores

Diinkubasi didalam inkubator selama 1-2 hari


(55)

3.4.1.3. Skema Uji Pewarnaan gram Bakteri

N.B. : Perlakuan yang sama dilakukan untuk koloni bakteri sp2, sp3 dan sp4. Bakteri sp 1

Diambil sebanyak 1 ose

Dibuat preparat luas diatas glass object

Dipanaskan hingga kering menggunakan lampu spiritus

Diteteskan 1-2 tetes zat warna kristal violet dan dibiarkan selama 1 menit

Dibilas dengan akuades

Diteteskan 1-2 tetes iodine dan dibiarkan selama 30 detik

Dibilas dengan aseton alkohol dan dibiarkan selama 15 detik

Dibilas dengan akuades

Diteteskan 1 tetes larutan safranin dan dibiarkan selama 1 menit

Dibilas dengan akuades Dikeringkan

Diamati dibawah mikroskop


(56)

3.4.1.4. Skema Uji Potensial

3.4.1.4.1. Uji Potensial terhadap karbohidrat

N.B. : - Perlakuan yang sama dilakukan untuk Bakteri sp2, sp3 dan sp4

- Uji Potensial dilakukan dengan mengukur zona bening disekeliling kertas cakram menggunakan jangka sorong

3.4.1.4.2. Uji Potensial terhadap Protein

N.B. : - Perlakuan yang sama dilakukan untuk Bakteri sp2, sp3 dan sp4

- Uji Potensial dilakukan dengan mengukur zona bening disekeliling kertas cakram menggunakan jangka sorong

Larutan Mac Varlan Bakteri sp1

Dipipet dan diteteskan diatas kertas cakram menggunakan pipet man

Diletakkan kertas cakram diatas media padat Starch Agar

Diinkubasi di dalam inkubator selama 3 hari

Hasil

Larutan Mac Varlan Bakteri sp 1

Dipipet dan diteteskan diatas kertas cakram menggunakan pipet man

Diletakkan kertas cakram diatas media padat Skim Milk Agar

Diinkubasi di dalam inkubator selama 1 x 24 jam


(57)

3.4.1.4.3. Uji Potensial terhadap Lemak

N.B. : - Perlakuan yang sama dilakukan untuk Bakteri sp2, sp3 dan sp4

- Uji Potensial dilakukan dengan mengukur zona bening disekeliling kertas cakram menggunakan jangka sorong

3.4.1.5. Skema Pembuatan Larutan bakteri sp3 standart Mac Varlan sebagai starter pembuatan pupuk organik

Larutan Mac Varlan Bakteri sp 1

Dipipet dan diteteskan diatas kertas cakram menggunakan pipet man

Diletakkan kertas cakram diatas media padat Margarin Agar

Diinkubasi di dalam inkubator selama 1 x 24 jam

Hasil

Bakteri sp 3

Diinokulasikan kedalam tabung yang berisi 10 mL akuades steril

Dikocok menggunakan vortex

Dilakukan hal yang sama sampai larutan sebanding dengan larutan standart Mac Varlan


(58)

3.4.2. Skema Pembuatan Pupuk Organik Cair Sampah sayur pasar pagi

Dipotong-potong menjadi bagian kecil Potongan sampah sayur

Dimasukkan kedalam wadah Disterilkan

Ditambahkan 300 mL larutan bakteri sp3 standart Mac.Varlan Fermentasi

Catat waktu dan volume

Padatan Cairan

Ditentukan kadar C-organik, Nitrogen, Posfor dan Kalium


(59)

3.4.3. Skema Penentuan Kadar C-organik,Nitrogen, Posfor, dan Kalium 3.4.3.1. Skema Penentuan Kadar C-organik

Hasil Larutan Ungu

Dititrasi dengan FeSO4 0,8987 N hingga warna berubah menjadi hijau

Dicatat volume FeSO4 0,8978 N Ditambahkan 10 mL akuades Ditambahkan 5 mL H3PO4 85%

Ditambahkan 1 mL larutan difenilamin Larutan hijau kekuningan

Ditambahkan 10 mL K2Cr2O7 1 N Ditambahkan 20 mL H2SO4 (p) Diaduk selama 1 menit

Didiamkan selama 30 menit 1 mL Sampel


(60)

3.4.3.2. Skema Penentuan Kadar Nitrogen Pupuk Organik Cair

. 1 mL sampel

Hasil

Ditentukan % Nitrogen Larutan Merah Muda

Ditampung didalam gelas Erlenmeyer yang berisi 50 mL H3BO3 3% dan 3 tetes indikator campuran hingga berwarna hijau

Destilat berwarna hijau

Dipindahkan kedalam labu destilasi Ditambahkan 50 mL akuades

Ditambahkan 3 tetes indikator Phenolphtalein Ditambahkan NaOH 40%

Dipanaskan Larutan coklat

Ditambahkan 0,3 g Selenium dan H2SO4(p)


(61)

3.4.3.3. Skema Penentuan Posfor sebagai P2O5 Metode Spektrofotometri

3.4.3.3.1. Pembuatan Ekstrak

3.4.3.3.2. Pengukuran Absorbansi Larutan Standart P untuk kurva Kalibrasi Larutan standart 2 ppm

1 mL sampel

Ekstrak pupuk organik cair

Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL Ditambahkan akuades hingga garis tanda Dihomogenkan

Residu Ekstrak pupuk organik cair

Ditambahkan 12,5 mL HCl 25 %

Dikocok selama 2 jam dengan pengaduk dengan kecepatan 20 rpm

Disaring dengan kertas saring whatman n0.40

1 mL larutan standart 2 ppm

Hasil

Diukur absorbansi dengan spektrometer pada λ = 400 nm Larutan berwarna

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 5 mL akuades

Ditambahkan 1 mL larutan campuran pengkompleks Didiamkan selama 15 menit


(62)

3.4.3.3.3. Skema Pengukuran Absorbansi untuk ekstrak pupuk organik cair

3.4.3.4. Skema Penentuan Kalium sebagai K2O dengan metode Spektrofotometer

Serapan Atom

Hasil

Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada λ= 400 nm

Larutan berwarna biru

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 5 mL akuades

Ditambahkan 1 mL larutan campuran pengkompleks Didiamkan selama 15 menit

1 mL larutan ekstrak pupuk organik

Hasil

Dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer 100 mL Ditambahkan 40 mL HNO3(p)

Dipanaskan hingga suhu 80oC hingga HNO3 menguap Didinginkan

Diencerkan dengan akuades hingga volume 100 mL Disaring dengan kertas saring Whatman no. 42 Diukur pH 3,5-5

Dimasukkan kedalam labu takar 50 mL hingga garis tanda Diukur absorbansi dengan SSA pada λspesifik 766,5 nm 5 mL sampel


(63)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil

4.1.1. Isolasi bakteri dari tanah tempat pembuangan sampah akhir Tabel 4.1 Jenis dan Karakteristik Bakteri Hasil Isolasi dari Tanah Tempat

Pembuangan Sampah Akhir

Sp1 Sp2 Sp3 Sp4

Warna Putih susu Putih

kekuningan Putih susu Kuning Bentuk

Koloni Circular Circular Circular Circular Tepi Koloni Undulate Entire Entire Entire

Elevasi Flat Convex Convex Convex

Jenis Bakteri Gram (-) Gram (-) Gram (-) Gram (+) Bentuk


(64)

4.1.2. Data Hasil Pupuk Organik Cair dan Analisa Kadar C-Organik, Nitrogen, Posfor, dan Kalium dari Pupuk Organik Cair yang Dihasilkan dari Limbah Sayur Pasar Pagi dengan Menggunakan Bakteri yang Diisolasi dari Tanah Tempat Pembuangan Sampah Akhir

Tabel 4.2. Pengujian Kadar C-Organik, Nitrogen, Posfor, dan Kalium dari Pupuk Organik Cair No. Limbah sayur (kg) Waktu (minggu) Volume starter (mL) Pupuk cair (l) Kadar C-Organik (%) Kadar N (%) Kadar P (%) Kadar K (%) 1. 1,5 1 300 1,495 0,5478 0,5406 0,0507 0,3234 2. 1,5 2 300 1,515 0,5534 0,5554 0,0639 0,4721 3. 1,5 3 300 1,590 0,5631 0,5612 0,0741 0,5162

4. 1,5 3 0 1,163 0,5345 0,5027 0,0376 0,1352

Standart SNI 19-7030-2004 1,25 0,40 0,10 0,20

4.1.3. Data Hasil Pengujian Pupuk Organik terhadap tanaman sawi

Tabel 4.3. Data Hasil Pengujian Pupuk Organik Cair terhadap Tanaman Sawi Meliputi Panjang Batang Daun dan Lebar Daun

No. Pupuk Jumlah daun

Panjang batang daun rata-rata

(cm)

Lebar daun rata-rata (cm)

1. Pupuk Organik 5 24,1 7,3

2. Pupuk Anorganik 7 26,52 7,2


(65)

4.2. Pembahasan

4.2.1. Isolasi Bakteri dari Tanah Tempat Pembuangan Sampah Akhir

Dari proses isolasi bakteri dari tanah tempat pembuangan akhir, ditemukan 4 spesies bakteri yang berbeda warna, tipe koloni dan elevasi. Ke empat bakteri tersebut diberi nama Spesies 1 (Sp 1), Spesies 2 (Sp 2), Spesies 3 (Sp 3) dan Spesies 4 (Sp 4). Hal ini dikarenakan tidak dapat diketahui nama spesifik bakteri tersebut dengan pengamatan terhadap wujud nya saja. Ke empat spesies bakteri tersebut termasuk kedalam jenis bakteri mesofil sehingga dikembangbiakkan pada suhu 30-31 oC.

4.2.2. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Sayur Pasar Pagi dengan Menggunakan Bakteri yang Di Isolasi dari Tanah Tempat Pembuangan Sampah Akhir

Dari hasil uji potensial keempat spesies bakteri hasil isolasi, ditemukan bahwa bakteri sp3 paling potensial dalam mendegradasi karbohidrat, protein dan lemak. Sehingga bakteri sp3 yang digunakan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik cair.

Pada tabel 4.2, menunjukkan bahwa pembuatan pupuk organik cair dengan menggunakan starter bakteri lebih efektif dibandingkan dengan pembuatan pupuk organik cair tanpa menggunakan starter bakteri. Pembuatan pupuk organik cair dengan menggunakan starter bakteri sudah memberikan hasil yang optimal dalam waktu 1 minggu, dengan volume pupuk 1,495 L dari 1,5 kg limbah sayur. Sedangkan pembuatan pupuk organik cair tanpa menggunakan starter bakteri membutuhkan waktu 3 minggu untuk mendapatkan hasil yang optimal, yaitu dengan volume pupuk 1,163 L dari 1,5 kg limbah sayur.

Bakteri merupakan mikroorganisme yang berperan penting dalam penguraian bahan-bahan organik menjadi senyawa yang lebih sederhana, dimana senyawa-senyawa tersebut merupakan unsur yang dibutuhkan tanaman untuk proses pertumbuhannya. Penggunaan starter bakteri dalam pembuatan pupuk organik cair mempercepat proses penguraian limbah sayur sehingga dapat memberikan hasil yang


(66)

optimal hanya dalam waktu 1 minggu, sedangkan pembuatan pupuk organik cair tanpa menggunakan starter bakteri kurang efektif karena membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mendapatkan hasil yang optimal.

4.2.3. Analisa Kadar C-Organik, Nitrogen, Posfor dan Kalium dari Pupuk Organik Cair

Pada tabel 4.2. menunjukkan bahwa semakin lama waktu pengomposan, maka kadar C-Organik, Nitrogen, Posfor dan Kalium dari Pupuk Organik Cair yang dihasilkan dengan menggunakan bakteri mengalami peningkatan. Dalam minggu pertama pengomposan, kadar C-Organik, Nitrogen, Posfor dan Kalium dari Pupuk Organik Cair yaitu 0,5478 %, 0,5406%, 0,0507% dan 0,3234%. Sedangkan dengan proses pengomposan selama 2 minggu, kadar C-organik, Nitrogen, Posfor dan Kalium yang didapat yaitu 0,5534%, 0,5554%, 0,0639% dan 0,4721%. Dan proses pengomposan dengan waktu 3 minggu, kadar C-Organik, Nitrogen, Posfor dan Kalium yang didapat yaitu 0,5631%, 0,5612%, 0,0741% dan 0,5162%.

Pupuk organik cair dari limbah sayur pasar pagi di dominasi oleh limbah sayuran kubis dan sawi. Limbah dari kedua jenis sayuran tersebut paling banyak ditemukan di pasar pagi. Kandungan unsur-unsur N,P, K dari pupuk organik yang dihasilkan berasal dari limbah sayur tersebut. Sayur kubis memiliki kandungan protein 0,2 %, dimana protein tersebut sebagai penyumbang unsur nitrogen dalam pupuk organik cair yang dihasilkan. Sayur kubis juga memiliki kandungan unsur Posfor 0,00026 % dan unsur Kalium 0,053%. Sayur sawi memiliki kandungan protein 0,25 %, kandungan unsur Posfor 0,0037%, dan kandungan unsur Kalium 0,067 %.

Bakteri merupakan mikroorganisme yang berperan penting dalam proses dekomposisi bahan-bahan organik. Bakteri membantu proses penguraian bahan-bahan organik menjadi senyawa yang lebih sederhana, dimana senyawa-senyawa sederhana tersebut seperti Nitrogen, Kalium, Posfor dan C-Organik sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Penggunaan bakteri dalam pembuatan pupuk menjadikan waktu


(67)

fermentasi menjadi lebih efisien karena dapat menghasilkan hasil yang optimal dalam waktu yang relatif singkat. Semakin lama waktu fermentasi maka proses dekomposisi senyawa organik menjadi semakin sempurna. Kadar unsur-unsur seperti Nitrogen, Kalium, Posfor dan C-Organik yang dibutuhkan oleh tanaman akan semakin meningkat pula seiring semakin lama nya waktu fermentasi.

Pembuatan pupuk organik cair tanpa menggunakan bakteri kurang efektif. Proses fermentasi membutuhkan waktu 3 minggu untuk mendapatkan hasil yang optimal dan kadar unsur Nitogen, Kalium, Posfor dan C-Organik juga lebih rendah dibandingkan dengan pembuatan pupuk organik cair dengan menggunakan bakteri. Analisa kadar C-Organik, Nitrogen, Posfor dan Kalium dari Pupuk Organik Cair yang dihasilkan tanpa menggunakan bakteri, didapatkan hasil yaitu 0,5345%, 0,5027%, 0,0376% dan 0,1352%. Proses fermentasi tanpa menggunakan bakteri menyebabkan proses dekomposisi yang kurang sempurna, sehingga kadar unsur-unsur tersebut juga lebih kecil dibandingkan dengan pembuatan pupuk dengan menggunakan bakteri.

4.2.4. Pengujian Pupuk Organik Cair terhadap Tanaman

Pada tabel 4.3 menunjukkan data hasil pengujian pupuk organik cair terhadap tanaman sawi, yang dibandingkan dengan tanaman sawi yang diberi pupuk anorganik dan dengan tanaman sawi yang tidak diberi pupuk. Dari data didapat bahwa tanaman sawi yang menggunakan pupuk organik cair lebih subur dibandingkan dengan tanaman sawi tanpa pemberian pupuk, dan tanaman sawi yang diberi pupuk anorganik menunjukkan hasil yang paling baik diantara ketiganya. Hal ini disebabkan karena pupuk anorganik memiliki kadar C-organik, Nitrogen, Posfor dan Kalium yang lebih tinggi.


(68)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

- Setelah dilakukan isolasi bakteri dari tanah tempat pembuangan sampah ditemukan 4 jenis bakteri dengan warna, bentuk koloni, dan tipe koloni yang berbeda dan diberi kode sp1, sp2, sp3 dan sp4

- Setelah dilakukan uji potensial terhadap bakteri sp1, sp2, sp3 dan sp4 ditemukan bahwa bakteri yang paling potensial untuk digunakan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik cair yaitu bakteri sp3

- Pembuatan pupuk organik cair dengan menggunakan bakteri memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan pembuatan pupuk organik cair tanpa menggunakan bakteri

- Kadar C-Organik, Nitrogen, Posfor dan Kalium dari pupuk organik cair cukup tinggi dan layak digunakan untuk tanaman dan mencukupi standart SNI 19-7030-2004

- Tanaman sawi yang diberi pupuk organik cair lebih subur dibandingkan dengan tanaman sawi yang tidak diberi pupuk

5.2. Saran

Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk mengidentifikasi bakteri yang diperoleh untuk dapat mengetahui spesiesnya sehingga memudahkan pengomposan selanjutnya.


(1)

Gambar 3. Tampakan Mikroskop Hasil Uji Pewarnaan Gram Bakteri

a b

c d

a = bakteri sp 1, Gram (-), Coccus b = bakteri sp 2, Gram (-), Coccus c = bakteri sp 3, Gram (-), Coccus d = bakteri sp 4, Gram (+), Coccus


(2)

Gambar 4. Uji Potensial Bakteri

Gambar 4.1. Uji Potensial Bakteri terhadap Karbohidrat

a b

c d

a = bakteri sp 1 b = bakteri sp 2 c = bakteri sp 3 d = bakteri sp 4


(3)

Gambar 4.2. Uji Potensial terhadap Protein

a b

c d

a = bakteri sp 1 b = bakteri sp 2 c = bakteri sp 3 d = bakteri sp 4

N.B. : Uji Potensial Bakteri terlihat dengan terbentuknya zona bening di sekeliling kertas cakram


(4)

Gambar 4.3. Uji Potensial terhadap Lemak

a b

c d

a = bakteri sp 1 b = bakteri sp 2 c = bakteri sp 3 d = bakteri sp 4


(5)

Gambar 5. Limbah Sayur Pasar Pagi


(6)

Gambar 7. Uji Coba Pupuk Organik Cair Pada Tanaman Sawi

Gambar 7.1. Tanaman Sawi dengan Penambahan Pupuk Organik Cair

Gambar 7.2. Tanaman Sawi dengan Penambahan Pupuk Anorganik