1.2 Rumusan Masalah
Tingginya risiko pemulung untuk menderita penyakit kulit akibat kerja membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Penyakit kulit
akibat kerja pada pemulung di tempat pembuangan sampah akhir Suwung Denpasar Selatan”
1.3 Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan penelitian sebagai berikut : a.
Bagaimana kejadian penyakit kulit akibat kerja pada pemulung di TPA Suwung Denpasar Selatan?
b. Bagaimana gambaran personal hygiene pada pemulung di TPA Suwung
Denpasar Selatan? c.
Bagaimana gambaran pemakaian APD pada pemulung di TPA Suwung Denpasar Selatan?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan umum Untuk mengetahui penyakit kulit akibat kerja pada pemulung di TPA Suwung
Denpasar Selatan. 1.4.2
Tujuan khusus a.
Untuk mengetahui kejadian penyakit kulit akibat kerja pada pemulung di TPA Suwung Denpasar Selatan.
b. Untuk mengetahui personal hygiene pada pemulung di TPA Suwung
Denpasar Selatan.
c. Untuk mengetahui karakteristik okupasi pada pemulung di TPA Suwung
Denpasar Selatan. d.
Untuk mengetahui pemakain APD pada pemulung di TPA Suwung Denpasar Selatan.
e. Untuk mengetahui karakteristik demografi pada pemulung di TPA
Suwung Denpasar Selatan.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat teoritis
Dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai kejadian penyakit kulit pada pemulung di TPA Suwung Denpasar Selatan dan sebagai sumber referensi bagi
peneliti lain yang berkeinginan dan berkaitan memgambil topik penelitian yang serupa.
1.5.2 Manfaat praktis
Penelitian yang dilakukan dan hasil penelitian yang didapat melalui penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana
penanggulangan penyakit kulit diwilayah kerja Puskesmas 4 Denpasar Selatan serta dapat membantu menentukan program pencegahan penyakit kulit pada masyarakat
oleh pemerintah setempat.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam peneltian ini adalah bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja khususnya penyakit akibat kerja yaitu penyakit kulit akibat kerja pada
pemulung di TPA Suwung Denpasar Selatan.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Kulit Akibat Kerja
2.1.1 Pengertian penyakit kulit akibat kerja
Penyakit kulit akibat kerja merupakan penyakit kulit yang didapatkan dari pekerjaan akibat interaksi yang terjadi antara kulit dengan substansi yang digunakan
di lingkungan kerja, dimana interaksi di tempat kerja merupakan faktor penyebab utama serta faktor kontributor. Salah satu penyebab dari penyakit kulit akibat kerja
yaitu bahan kimia dan bahan biologis yang kontak langsung dengan kulit saat melakukan pekerjaan di tempat kerja.
2.1.2 Jenis-jenis penyakit kulit akibat kerja
Menurut Febria 2011 dan Buchari 2007 penyakit kulit akibat kerja dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu.
1. Dermatitis kontak iritan DKI Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi inflamasi lokal pada kulit yang
bersifat nonimunologik, ditandai dengan adanya eritema kemerahan, edema bengkak ringan dan pecah-pecah setelah terjadi pajanan bahan kontakan
dari luar. Bahan kontakan ini dapat berupa bahan fisika, kimia bahkan biologis yang dapat menimbulkan reaksi secara langsung pada kulit pekerja.
2. Dermatitis kontak alergi DKA Dermatitis kontak alergi DKA akibat kerja adalah hipersensitivitas tipe
lambat, hasil dari kontak kulit dengan allergen yang spesifik pada orang- orang yang mempunyai sensitivitas yang spesifik terhadap allergen tersebut.
7
Reaksi alergi tersebut menyebabkan inflamasi pada kulit yang bermanifestasi eritema, edema, dan vesikel.
3. Ekzim ekzema Ekzim ditandai dengan kulit kemerah-merahan, bersisik, pecah-pecah, merasa
gatal terlebih pada malam hari, timbul gelembung kecil yang diisi air atau nanah, bengkak, melepuh, berwarna merah, amat gatal dan merasa
panas. Penyebabnya adalah alergi terhadap rangsangan zat kimia spesifik, atau kepekaan terhadap makanan spesifik layaknya udang, ikan laut, alkohol,
vetsin. Pencegahan eksim dapat dilakukan dengan menghindari hal-hal atau bahan-bahan yang bisa manimbulkan alergi.
4. Kudis skabies Kudis ditandai dengan munculnya rasa gatal hebat di malam hari, terlebih di
sela-sela jari tangan, dibawah ketiak, aerole sekeliling puting payudara, dan permukaan depan pergelangan. Kudis gampang menular ke orang lain
baik dengan langsung ataupun tidak langsung handuk dan baju. Pencegahan kudis dapat dilakukan dengan memelihara kebersihan tubuh
adalah sesuatu yang harus bila ingin terhindar dari penyakit kulit berupa kudis.
5. Kurap Penyakit kurap disebabkan oleh jamur. Dimana gejala penyakit kurap
ditandai dengan kulit menjadi jadi tebal dan timbul lingkaran-lingkaran, bersisik, lembab, berair, dan merasa gatal. Setelah itu timbul bercak
keputihan. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan kulit terlebih di area tengkuk, leher, dan kulit kepala.
6. Bisul furunkel Bisul disebabkan karena adanya infeksi bakteri stafilokokus aureus pada
kulit lewat folikel rambut, kelenjar minyak, kelenjar keringat menyebabkan infeksi lokal. Faktor yang menambah risiko terkena bisul diantaranya
kebersihan yang buruk, luka yang terinfeksi, pelemahan diabetes, kosmetika yang menyumbat pori dan pemakaian bahan kimia.
7. Ketombe seboroid Penyebab penyakit ini diduga erat kaitannya dengan kegiatan kelenjar
sebasea dikulit. Seboroid yang terjadi pada kulit kepala kerap di sebut juga dengan nama ketombe. Gejala berupa merah, bersisik, berminyak dan
bau. 8. Lepra
Lepra merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai
afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. Gejala umumnya
gejala awalnya kulit tampak mengkerut apalagi bila penyakit telah akut kumannya perlahan-lahan akan mengonsumsi kulit dan daging, bila sudah
terkena penyakit kulit tipe ini segera berobat ke dokter. 9. Panu
Panu adalah salah satu penyakit kulit yang dikarenakan oleh jamur, penyakit panu ditandai dengan bercak yang ada pada kulit dibarengi rasa gatal pada
waktu berkeringat. Bercak-bercak ini dapat berwarna putih, coklat atau merah bergantung warna kulit penderita. Panu sangat banyak ditemukan pada
remaja usia belasan dan panau juga dapat ditemukan pada penderita berusia
tua. Cara pencegahan penyakit kulit panu bisa dilakukan dengan melindungi kebersihan kulit, dan bisa diobati dengan obat-obatan tradisional layaknya
daun sirih yang digabung dengan kapur sirih dan dioles pada kulit yang terserang panu.
10. Infeksi jamur kulit Jamur dapat tumbuh dipermukaan kulit kita, dan mengakibatkan kerusakan
tekstur kulit hingga tampak buruk. Belum lagi, rasa gatal yang kerap menyerang menyertai infeksi jamur tersebut. Bila tidak selekasnya diatasi,
jamur kulit dengan cepat menyebar kejaringan kulit yang lebih luas. Mekanisme terjadinya penyakit kulit akibat kerja berdasarkan jenisnya
menurut Djuanda 2007 sebagai berikut : 1. Dermatitis kontak iritan
Pada dermatitis kontak iritan, kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel melalui kerja kimiawi dan fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk,
denaturasi keratin menyingkirkan lemak lapisan tanduk dan mengubah daya ikat air di kulit. Kebanyakan bahan iritan merusak membran lemak lipid
membrane keratinosit, tetapi sebagian dapat menembus membran sel dan merusak lisosom, mitokondria atau komponen inti pada kulit. Ketika
terjadi kerusakan sel maka akan timbul gejala peradangan klasik di tempat terjadinya kontak berupa eritema, endema, panas dan nyeri bila
iritan kuat. 2. Dermatitis kontak alergi
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi mengikuti respon imun yang diperantarai oleh sel atau reaksi imunologik
tipe IV. Reaksi ini timbul melalui dua fase yaitu fase sensitisasi dan fase
elisitasi. Fase sensitisasi terhadap sistem kekebalan tubuh berlangsung selama 2-3 minggu pada fase ini terjadi hapten yaitu zat kimia atau antigen
yang belum diproses. Sedangkan pada fase elisitasi kontak dengan zat yang sama dapat menyebabkan reaksi alergi walaupun kontak dengan bahan
kimia dengan dosis sangat rendah, biasanya fase elisitasi berlangsung antara 24-48 jam hingga muncul peradangan pada kulit.
2.1.3 Gambaran klinis penyakit kulit akibat kerja
Gambaran klinis penyakit kulit akibat kerja berlangsung melalui 2 dua fase yaitu Djuanda, 2007.
1. Fase akut Pada dermatitis kontak iritan akut, satu kali kontak yang pendek
dengan suatu bahan kimiawi kadang-kadang sudah cukup untuk mencetuskan reaksi iritan pada kulit. Keadaan ini biasanya disebabkan
oleh zat alkali atau asam yang kuat. Jika iritan lemah maka reaksinya akan menghilang secara spontan dalam waktu yang singkat. Luka bakar
kimia merupakan reaksi iritan yang terutama terjadi ketika bekerja dengan zat-zat kimia yang bersifat iritan dalam konsentrasi yang cukup tinggi.
Sedangkan pada dermatitis kontak alergi akut, kelainan kulit umumnya muncul 24-48 jam setelah melalui proses sensitisasi. Derajat
kelainan kulit yang timbul bervariasi ada yang ringan ada pula yang berat. Pada yang ringan mungkin hanya berupa eritema kemerahan dan
edema bengkak, sedangkan pada yang berat selain eritema kemerahan dan edema bengkak yang lebih hebat disertai pula vesikel atau bula
tonjolan berisi cairan yang bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi cairan. Lesi cederung menyebar dan batasnya kurang jelas pada kulit.
2. Fase kronis Pada dermatitis kontak iritan kronis, disebabkan oleh kontak dengan
iritan lemah yang berulang-ulang dan mungkin bisa terjadi oleh karena kerjasama berbagai macam faktor. Kelainan baru nyata setelah berhari-
hari, berminggu-minggu bahkan bisa bertahun-tahun kemudian. Sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting.
Pada dermatitis kontak alergi kronik, merupakan kelanjutan dari fase akut yang akan hilang timbul karena kontak yang berulang-ulang.
Lesi cenderung simetris, batasnya kabur, kelainan kulit berupa likenifikasi, papula, skuama, terlihat pula bekas garukan berupa erosi
atau ekskoriasi, krusta serta eritema ringan. Walaupun bahan yang dicurigai telah dapat dihindari, bentuk kronis ini sulit sembuh spontan
oleh karena umumnya terjadi kontak dengan bahan lain yang tidak dikenal di sekitar pekerja.
Gambaran klinis penyakit kulit akibat kerja dapat juga dilihat menurut prediksi regionalnya, hal ini akan memudahkan untuk mencari bahan
penyebab dari gangguan kulit yang muncul pada seorang pekerja Febria,
2011.
1. Pada area tangan Kejadian penyakit kulit akibat kerja paling sering ditemukan pada area
tangan pekerja baik dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan. Banyaknya dermatitis kontak akibat kerja di area tangan dikarenakan
tangan merupakan bagian tubuh yang paling sering digunakan untuk melakukan kegiatan, sehingga sering berkontak langsung dengan bahan
kimia.
2. Pada area kaki penyakit kulit akibat kerja pada kaki biasanya terjadi pada paha dan
tungkai bawah, pada bagian ini disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci yang mengandung nikel, kaos kaki yang terbuat dari nilon, obat topikal
anestesi lokal, neomisin, etilendiamin, semen, sandal dan sepatu pekerja.
3. Pada area wajah Pada dermatitis kontak pada wajah disebabkan oleh bahan kosmetik, obat
topikal, allergen yang ada di udara dan nikel. Bila di bibir atau sekitarnya bisa disebabkan oleh lipstick yang tercemar. Sedangkan dermatitis di
kelopak mata disebabkan oleh cat kuku, cat rambut dan obat mata. 4. Pada area badan
Terjadi karena tekstil, zat warna, kancing logam, detergen ,bahan pelembut dan pewangi yang digunakan oleh pekerja.
5. Pada area telinga Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel merupakan penyebab penyakit
kulit pada telinga. Penyebab lain, misalnya obat topikal, tangkai kaca mata, cat rambut, hearing-aids.
6. Pada area paha dan tungkai bawah Penyakit kulit pada paha dan tungaki bawah dapat disebabkan oleh
pakaian, dompet, kunci nikel di saku, kaos kaki nilon, obat topikal misalnya anestesi lokal, neomisin, etilendiamin, semen, dan sepatu.
2.1.4 Faktor risiko gangguan kulit akibat kerja
Faktor risiko terjadinya gangguan kulit akibat kerja pada pekerja sebagai berikut.
1. Umur Umur merupakan salah satu faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kejadian gangguan kulit pada pekerja dimana sesorang dengan umur yang semakin tua akan berdampak pada sistem kekebalan tubuh manusia yang
berkurang dan rentan terkena penyakit. Dapat dikatakan bahwa dermatitis atau gangguan kulit akan lebih mudah menyerang pada usia yang lebih
tua Iwan, 2003. 2. Lama kontak
Lama kontak merupakan jangka waktu pekerja berkontak dengan bahan kimia dan iritan dalam hitungan jamhari. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Yeni 2013 didapatkan hasil kejadian gangguan kulit akibat kerja pada variabel lama kontak dengan rata-rata lama kontak
9 jam sehari, sebanyak 40 dari 66 pekerja mengalami gangguan kulit. 3. Pendidikan
Pekerja dengan pindidikan yang rendah mengakibatkan rendahnya kepedulian terhadap pencegahan penyakit. Pendidikan dapat membawa
wawasan atau pengetahuan seseorang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aisyah 2010 angka kejadian gangguan kulit pada
pemulung yang tidak bersekolah lebih bermakna bila dibandingkan dengan pemulung yang bersekolah.
4. Masa kerja Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya pekerja terpajan
dengan berbagai sumber penyakit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Reni 2013 didapatkan hasil gangguan kulit pada pekerja di
Bulukumba sebanyak 46,2 mengalami gangguan kulit, dimana variabel masa kerja pekerja lebih dari 5 tahun mengalami gangguan kulit sebesar
44,4. 5. Suhu dan kelembaban
Menurut Kurniawati 2006 jamur penyebab gangguan kulit pada pekerja di TPA dapat tumbuh dengan baik pada suhu kamar, dengan kelembaban
rata-rata 60. Sedangkan penelitian yang dilakukan Maruff 2005 terdapat hubungan yang bermakna antara kelembaban dengan penyakit
kulit berupa scabies pada pekerja industri tekstil. 6. Penggunaan APD
Penggunaan alat pelindung diri berupa masker, sarung tangan, sepatu boot dan pakaian lengan panjang merupakan salah satu cara untuk mencegah
terjadinya dermatitis kontak, karena dengan mengunakan APD dapat mencegah terpapar bahan iritan maupun allergen yang ada di tempat kerja
Febria, 2011. 7. Personal hygiene
Personal hygiene dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan higiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah
cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan. Kebersihan perorangan sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan
perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan
kesehatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yeni 2013 menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara gangguan kulit
dengan personal hygiene yang buruk pada pekerja, dimana pengukuran personal hygiene dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi 9
pertanyaan mengenai kerbersihan kulit responden sebelum dan sesudah bekerja dimana 9 pertanyaan tersebut berisi poin-poin penilain personal
hygiene. Penilain personal hygiene dibedakan menjadi 2 yaitu personal hygiene dinilai baik jika poin 25 poin dan personal hygiene dinilai buruk
jika poin24 poin. 8. Sinar matahari langsung
Menurut Moeljosoedarmo 2008 sinar matahari langsung di atas pukul 10.00, bisa berbahaya bagi kulit dikarenakan sinar matahari mengandung
sinar ultraviolet A UVA dan ultraviolet B UVB dapat merusak membran sel sehingga mengakibatkan kulit merah dan terbakar, serta
merusak sel-sel kulit, akibatnya mekanisme regenerasi sel-sel akan rusak. Apabila kulit terpapar sinar matahari cukup lama dan dalam
intensitas yang cukup tinggi akan mempercepat proses premature skin aging penuaan kulit dini yang berdampak pada munculnya gangguan
kulit. 9. Jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, penyakit kulit akibat kerja memiliki frekuensi yang sama pada pria dan wanita, akan tetapi, gangguan kulit
secara signifikan lebih banyak pada wanita dibandingkan pria yang disebabkan tingginya frekuensi ekzim tangan pada wanita dibanding pria
karena faktor lingkungan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Nurtanti 2010 kejadian gannguan kulit pada pekerja perempuan lebih bermakna bila dibandingkan dengan pekerja laki-laki.
10. Riwayat penyakit kulit Penyakit kulit akibat kerja paling sering di temukan pada pekerja yang
sebelumnya menderita penyakit kulit hal ini disebabkan karena kulit pekerja rentan untuk terkena penyakit kulit. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Nurtanti 2010 sebagian besar responden yang menderita penyakit kulit memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya. Dari data
diperoleh gambaran bahwa sebanyak 18 responden 90 yang menderita penyakit kulit akibat kerja memiliki riwayat penyakit kulit
sebelumnya.
2.1.5 Upaya pencegahan penyakit kulit akibat kerja
Untuk mencegah terjangkitnya penyakit kulit akibat kerja dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek personal hygiene. Aspek personal hygiene yang baik
akan meminimalkan pintu masuk port de entry mikroorganisme yang ada dimana- mana ke dalam tubuh dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit
kulit akibat kerja. Personal hygiene merupakan perawatan diri dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu seperti mandi, toileting dan kebersihan tubuh secara
umum. Kebersihan diri diperlukan untuk kenyamanan, keamanan dan kesehatan seseorang dimana kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan
diri, dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit terutama penyakit yang berhubungan
dengan kebersihan diri yang tidak baik seperti penyakit kulit akibat kerja. Pada pekerja yang rentang terkena penyakit kulit akibat kerja wajib menggunakan alat
pelindung diri APD yang dapat mencegah paparan sinar matahari langsung yaitu pakaian lengan panjang baju pelindung, sarung tangan dan sepatu boot.
2.1.6 Diagnosa klinis penyakit kulit akibat kerja
Menurut Raymond 2001 untuk menetapkan kejadian dan penyebab penyakit kulit akibat kerja diperlukan 3 tahap dan proses sebagai berikut.
1. Tahap anamnesis Pada tahap anamnesis yang paling penting untuk ditanyakan adalah tempat
kerja, jenis pekerjaan, riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontakan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter
maupun dilakukan sendiri. 2. Tahap pemeriksaan fisik
Pemeriksaan tahap fisik yang pertama dilakukan adalah tentukan lokasi kelainan apakah sesuai dengan kontak bahan yang dicurigai, yang tersering
adalah daerah tangan, lengan, muka dan anggota gerak. Pemeriksaan fisik sangat penting karena dengan melihat lokasi dan pola kelainan kulit
seringkali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Kemudian tentukan ruam kulit yang ada, biasanya didapatkan adanya eritema, edema dan papula
disusul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat kontak,
tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya. 3. Tahap pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan uji tempel. Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilaksanakan dengan mengoleskan sediaan
uji tempel pada kulit normal panelsubjek manusia dengan maksud untuk mengetahui apakah sediaan itu dapat menimbulkan iritasi atau kepekaan kulit
atau tidak. Pada tahap penunjang berupa uji tempel tidak dapat dijalankan dan dilaksanakan karena beberapa syarat-syarat yang sulit untuk dipenuhi oleh
responden sebagai berikut. Uji tempel harus dilepaskan dan pada hari ke 2 setelah pemasangan
dan waktu pembacaan selanjutnya pada hari ke 3 sampai hari ke 7 setelah aplikasi uji tempel dilepas.
Responden disarankan tidak mandi 48 jam setelah aplikasi dipasang. Pada bagian tubuh yang dipasang aplikasi harus kering sampai jangka
waktu pembacaan terakhir setelah uji tempel dilepaskan. Pada penelitian ini pemeriksaan kejadian gangguan kulit pada pemulung di
TPA Suwung Denpasar Selatan akan dibantu oleh dokter, penulis memilih 2 dua tahap dari 3 tiga tahap diagnosis gangguan kulit. Peneliti menggunakan
tahap anamnesis dan tahap pemeriksaan fisik karena waktu yang dibutuhkan tidak lama.
2.2 Pemulung Sampah