Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 31
G. Yang Ariya Rahula
Pangeran Rahula terkenal dalam melaksanakan kebaikan. Ia adalah putra Pangeran Siddharta dan Putri Yasodhara. Beliau menjadi petapa mengikuti jejak ayahnya sejak umur
tujuh tahun. Pada hari ketujuh Buddha di Kapilavatthu, Putri Yasodhara mengajak Pangeran Rahula untuk melihat Buddha dari teras istana. Mereka melihat Buddha sedang berpindapata
untuk makan siang.
Yasodhara tak dapat menahan air matanya yang menitik keluar lalu berkata: “Sayang, petapa yang kulitnya kuning emas itu dan kelihatannya sebagai Brahma
dikelilingi oleh ribuan siswanya adalah ayahmu. Beliau punya banyak harta pusaka. Setelah ayahmu meninggalkan istana, tidak lagi diketahui apa yang terjadi dengan harta tersebut.
Pergilah kepada-Nya dan mintalah hadiah sambil berkata: ‘Ayah, aku adalah Pangeran Rahula. Kalau aku kelak menjadi raja, aku akan menjadi raja-di-raja. Aku mohon diberi
harta pusaka karena seorang anak adalah pewaris dari apa yang menjadi milik ayahnya’.”
Pangeran Rahula yang masih lugu dan belum tahu apa-apa itu langsung pergi mendekati Buddha. Ia memegang jari tangan Buddha dan menatap muka-Nya. Selanjutnya, Rahula
mengatakan apa yang tadi dipesankan ibunya, seraya menambahkan:
Sumber: http:upload.wikimedia.orgwikipediacommons003Prince_Rahula_ and_Buddha.jpg
Gambar 2.12 Rahula meminta warisan kepada Buddha
Sumber: http:s376.photobucket.comuserelkoekomediayasodharaandrahula. jpg.html
Gambar 2.11 Putri Yasodhara dan Rahula Sedang melihat Buddha berpindapata
Ayo, Mengamati
Amati Gambar 2.11 Tahukan kamu kisah
Pangeran Rahula? Mengapa ia menjadi
salah satu siswa utama Buddha? Keunggulan
apa yang dimiliki oleh Pangeran Rahula?
Keteladan apa yang patut kalian terapkan
dalam kehidupanmu?
Ayo, Mengamati
Diskusikan peristiwa apa yang
terjadi seperti pada Gambar
2.12 Berikan tanggapanmu
32 Kelas VIII
“Ayah, bahkan bayangan Ayah membuat hatiku senang.” Setelah makan siang, Buddha meninggalkan istana dan Rahula mengikuti sambil terus
merengek: “Ayah, berikan aku harta pusaka; aku kelak menjadi raja; aku ingin memiliki harta pusaka;
Ayah, aku mohon berikanlah kepadaku warisan.” Tidak ada satu orang yang dapat menghalang-halanginya dan Buddha pun membiarkan
Rahula terus mengikuti berjalan di samping-Nya. Setelah tiba di taman, Buddha berpikir:
“Rahula minta warisan harta pusaka ayahnya, tetapi semua harta dunia penuh dengan penderitaan. Lebih baik Aku memberinya warisan berupa Tujuh Faktor Penerangan Agung
yang pernah Aku peroleh di bawah pohon Bodhi. Dengan demikian, ia akan memiliki harta pusaka yang paling mulia.”
Setelah tiba di vihara, Buddha meminta kepada Sariputta untuk menahbiskan Rahula menjadi samanera. Mendengar berita bahwa Pangeran Rahula telah ditahbiskan menjadi
samanera, Raja Suddhodana menjadi sangat sedih. Raja lalu pergi menemui Buddha dan dengan sopan menegur dengan kata-kata:
“Walau dulu anakku meninggalkan istana membuatku sedih, sedih dan sakit sekali. Waktu Nanda meninggalkan istana, hatiku menjadi hancur dan menderita sekali. Kemudian, aku
mencurahkan cinta dan perhatianku kepada cucuku Rahula dan mencintai melebihi cintaku kepada siapa pun juga. Sekarang Rahula telah ditahbiskan menjadi samanera. Aku sangat
menyesal dan tidak senang akan apa yang telah terjadi. Aku mohon dengan sangat agar mulai hari ini tidak ada lagi ada seorang bhikkhu atau samanera yang ditahbiskan tanpa izin
dari orang tuanya.”
Buddha menyetujui permohonan Raja Suddhodana. Mulai hari itu, tidak menahbiskan bhikkhu atau samanera tanpa terlebih dulu mendapat izin dari orang tuanya. Keesokan
harinya, setelah mendengarkan khotbah Buddha, Raja Suddhodana mencapai tingkat kesucian Anagami.
Sumber: http:what-buddha-said.net
Gambar 2.13 Rahula mengikuti Buddha
Ayo, Mengamati
Diskusikan, peristiwa apa
yang terjadi seperti pada
Gambar 2.13
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 33
Pada usia dua puluh tahun, Rahula ditahbiskan menjadi bhikkhu dengan pembimbing upajjhaya adalah Y.A. Sariputta dan guru penahbisan adalah Y.A. Moggallana.
Ketika Buddha mengetahui bahwa pikiran Pangeran Rahula sudah matang, lalu mengajaknya ke hutan Andha dan menguraikan ajaran yang dikenal sebagai Nasihat
Kecil untuk bhikkhu Rahula Cullarahulovada Sutta, Majjhima Nikaya. Ia merasakan kegembiraan setelah mendengar nasihat Buddha dan mencapai tingkat kesucian Arahat.
Sejak itulah, bhikkhu Rahula bergelar Yang Ariya Y.A., artinya Yang Suci.
Delapan tahun setelah mencapai tingkat Arahat, terdapat para bhikkhu yang datang memakai tempat tidur Y.A. Rahula. Karena tidak menemukan tempat untuk beristirahat, Y.A.
Rahula tidur di ruang terbuka di depan tempat Buddha. Y.A. Rahula wafat Parinibbana setelah wafatnya Buddha. Diperkirakan Rahula wafat pada usia lima puluh tahun. Sebuah
stupa dibangun untuk menyimpan relik Rahula.
Sumber: biograibuddha.wordpress.com
Gambar 2.14 Rahula sedang ditahbiskan menjadi samanera oleh Y.A. Sariputta
Ayo, Mengamati
Tahukah kamu, peristiwa apakah
yang terjadi seperti pada
Gambar 2.14?
Tugasku
Setelah kamu mempelajari kisah Y.A. Rahula, keteladanan apa yang dapat kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari?
Sumber: www.payer.de
Gambar 2.15 Samanera Rahula, Buddha, dan Sariputta
Ayo, Mengamati
Tahukah kamu, peristiwa apakah
yang terjadi seperti pada
Gambar 2.15?
34 Kelas VIII
Ayo, Merangkum
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 35
Uji Komptensi Keterampilan
H. Yang Ariya Sivali