Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 63
B. Raja Pasenadi Kosala
Pasenadi adalah raja Negeri Kosala dengan ibu kota
Savathi. Ia adalah ipar dari Raja Bimbisara. Raja Pasenadi
Kosala menjadi pengikut Buddha pada masa sangat awal
dari kepemimpinan Buddha, dan tetap setia menjadi
pendukung Buddha hingga akhir hayatnya. Permaisurinya,
Mallika, adalah seorang ratu yang bijaksana dan taat pada
ajaran Buddha.
Pada waktu pertama kali Raja bertemu dengan Buddha, Pasenadi bertanya, “Bagaimana bisa Guru Gotama menyatakan bahwa telah mencapai Penerangan Sempurna, sedangkan
Guru Gotama masih muda, baik dalam usia maupun dalam kebhikkhuan?” Buddha menjawab, “Raja yang agung, terdapat empat hal yang tidak boleh dianggap
remeh dan dipandang rendah karena mereka masih muda.” Setelah mendengar penjelasan Buddha, Raja Pasenadi Kosala mengerti bahwa Buddha
memang benar-benar seorang guru yang bijaksana, dan ia memutuskan untuk menjadi pengikut-Nya.
Raja Pasenadi rajin mengunjungi Buddha untuk meminta nasihat. Suatu hari ketika berbicara kepada Buddha, ia menerima kabar bahwa istrinya, Ratu Mallika, telah melahirkan
seorang putri. Raja tidak gembira mendengar kabar itu karena menginginkan seorang putra.
Buddha berkata:
“Sebagian wanita adalah lebih baik daripada pria, O Raja. Ada wanita-wanita
yang bijaksana, baik, yang menghormati ibu mertuanya, seperti dewa, dan yang tulus dalam
pikiran, ucapan, dan perbuatan. Mereka suatu hari mungkin melahirkan anak laki-laki yang
berani yang dapat memerintah kerajaan.”
Buddha mengatakan bahwa orang terkasih yang kita cintai dapat mendatangkan dukacita
dan ratapan, penderitaan, kesedihan, dan kepatahan hati.”
“Mallika,” kata Raja, “sungguh mengagumkan, sungguh menakjubkan begitu
jauh Buddha dapat melihat melalui pengertian-Nya”.
Sumber: iyadav.com
Gambar 4.6 Raja Pasenadi menemui Buddha
Ayo, Mengamati
Amati Gambar 4.6 Bacalah dengan cermat
materi pada bab ini Bagaimana peran Raja
Pasenadi terhadap agama Buddha?
Keteladanan apa yang dapat kamu ambil
setelah mempelajari kisah Raja Pasenadi
Kosala? Tahukah kamu, Raja Pasenadi
Kosala?
Tahukah kamu?
Ada empat hal yang tidak bisa dipandang remeh, yaitu: 1 seorang prajurit kerajaan;
2 seekor ular; 3 api; dan 4 seorang bhikkhu suci. Seorang prajurit muda yang
dibuat marah sekali akan bisa dengan kejam melukai orang lain. Gigitan seekor ular
meskipun itu ular kecil, bisa mematikan. Api yang kecil bisa menjadi api yang amat
besar yang dapat menghanguskan gedung- gedung dan hutan. Meskipun seorang
bhikkhu muda, ia telah mencapai kesucian”.
64 Kelas VIII
Ketika Raja Kosala kalah perang dengan keponakannya dan harus mundur ke ibu kota Savatthi, Buddha berkomentar kepada para murid-Nya bahwa bukan yang menang maupun
yang kalah yang akan merasakan kedamaian: “Kemenangan membiakkan kebencian
Yang kalah hidup dalam kesakitan Kebahagiaan hidup yang damai diperoleh dari
melepaskan kemenangan dan kekalahan.” Dalam peperangan berikutnya, kedua raja bertempur dan Raja Kosala tidak saja menang,
tetapi ia juga berhasil menangkap Raja Ajatasattu hidup-hidup bersama semua pasukan gajah, kereta, kuda, dan prajuritnya. Raja Kosala berpikir akan melepaskan keponakannya,
tetapi tidak untuk kuda-kuda, gajah, dan yang lain-lainnya. Ia menginginkan kepuasan dari menahan harta benda ini sebagai hadiah bagi kemenangannya.
Mendengar hal ini, Buddha mengatakan kepada para murid-Nya bahwa akan lebih bijaksana bagi Raja Kosala untuk tidak menahan benda apa pun bagi dirinya. Kebenaran
dari pernyataan ini masih tetap diterapkan di dunia peperangan modern: “Seseorang mungkin bisa merampas semuanya. Bilamana orang lain merampas balik, ia
yang terampas akan merampas balik. Roda Perbuatan terus berputar dan membuat seseorang yang dirampas menjadi merampas.”
Raja Pasenadi Kosala bertarung dalam banyak peperangan dengan keponakannya ,yaitu Raja Ajatasattu. Ia dikalahkan sekali dan di lain waktu ia menang. Raja Pasenadi Kosala
akhirnya wafat dalam usia 80 tahun ketika putranya memberontak terhadapnya.
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 65
Ayo, Merangkum
66 Kelas VIII
C. Raja Bimbisara