Pengertian Organisasi Sektor Publik Dimensi Akuntabilitas Publik

17 tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. 2 Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum NegaraBendahara Umum Daerah yang mengurangi sSaldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. 3 Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan darikepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. 4 Pembiayaan financing adalah setiap penerimaanpengeluaran yang tidak berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali danatau akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk memnutup defisit atau memanfaatkan surplusanggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil diinvestasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjamaan, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah. 18 b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Laporan Perubahan SAL Laporan Perubahan Saldo Anggaran lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan saldo anggaran lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. c. Neraca Neraca menggambarkan posisis keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdidi dari aset, kewajiban, dan ekuitas. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Aset adalah sumberdaya ekonomi yang dikuasai danatau dimiliki oleh pemerintrah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi danatau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumberdaya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. 2 Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumberdaya ekonomi pemerintah. 3 Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. 19 d. Laporan Operasional LO Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusatdaerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam laporan operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Pendapataan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. 2 Beban dalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. 3 Tranfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang darioleh suatu entitas pelaporan kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. 4 Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi laba. e. Laporan Arus Kas LAK Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusatdaerah selama periode tertentu. Unsur yang 20 dicakup dalam laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum NegaraDaerah. 2 Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum NegaraDaerah. f. Laporan Perubahan Ekuitas LPE Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. g. Catatan atas Laporan Keuangan CaLK Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan menyajikan menyediakan hal- hal sebagai berikut: 21 1 Mengungkapkan informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi. 2 Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskalkeuangan dan ekonomi makro. 3 Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target. 4 Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya. 5 Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka laporan keuangan 6 Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Perntaan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan. 7 Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

4. Karakteristik Laporan Keuangan Pemerintah

Menurut Mahsun 2011: 35, karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik 22 berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki: a. Relevan Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Informasi yang relevan akan bercirikan memiliki manfaat umpan balik, memiliki manfaat prediktif, tepat waktu dan lengkap. b. Andal Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka pengguna informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi andal memenuhi karakteristik antara lain: 1 Penyajian jujur Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. 23 2 Dapat Diverifikasi Verifiability Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukan simpulan yang tidak berbeda jauh. 3 Netralitas Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu. 4 Dapat Dibandingkan Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perandingan dapat dilakukan secara intrnal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan. 24 5 Dapat Dipahami Informasi yang disajikan dalam laporan kuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

D. Akuntabilitas Publik

Menurut Mardiasmo 2002: 20, Akuntabilitas publik adalah kewajiban pemegang amanah agent untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkap-kan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah principal yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: 1 akuntabilitas vertikal vertical accountability , dan akun-tabilitas horisontal horizontal accountability . Dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus bisa menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik. 25 Akuntabilitas accountability merupakan konsep yang lebih luas dari stewardship . Stewardship mengacu pada pengelolaan suatu aktivitas secara ekonomis dan efisiensi tanpa dibebani kewajiban untuk melaporkan, sedangkan accountability mengacu pada pertanggungjawaban oleh steward kepada pemberi tanggung jawab. Akuntabilitas merupakan konsep yang kompleks yang lebih sulit mewujudkanya daripada memberantas korupsi Turner and Hulme, 1997. Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi sektor publik. Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekankan pada pertanggungjawaban horizontal hori- zontal accountability bukan hanya pertanggungjawaban vertikal vertical accountability . Tuntutan yang kemudian muncul adalah perlunya dibuat laporan keuangan eksternal yang dapat menggambarkan kinerja lembaga sektor publik.

1. Akuntabilitas Vertikal

Vertical Accountability Akuntabilitas Vertikal merupakan pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja dinas kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR Mardiasmo 2002. Akuntabilitas vertikal didalam sektor pemerintahan dipenuhi dengan adanya laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu 26 entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.

2. Akuntabilitas Horisontal Horizontal Accountability

Menurut Mardiasmo 2002: 21, akuntabilitas horisontal adalah per- tanggungjawababn kepada masyarakat luas. Sedangkan didalam jurnal yang ditulis oleh Chrystine Ryan Peter Walsh 2004 akuntabilitas horisontal diartikan tidak hanya sebagai pertanggungjawaban kepada masyarakat luas, tetapi diartikan juga sebagai bentuk pertanggungjawaban diantara departemen-departemen pemerintah, dimana departemen pemerintah bekerja sama dengan departemen lainya, pemerintah daerah, atau organisasi non-profit untuk melakukan program bersama.

E. Dimensi Akuntabilitas Publik

Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri atas beberapa dimensi. Ellwood 1993 dalam mardiasmo 2002: 21, menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu: 1. Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum Akuntabilitas kejujuran accountability for probity terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan abuse of power , sedangkan akuntabilitas hukum legal accountability terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik. 27 2. Akuntabilitas proses Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi. Akuntabilitas proses termanifestastasikan melalui pember-an pelayanan publik yang cepat, responsif, dan murah biaya. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan akuntabilitass proses dapat dilakukan, misalnya dengan memeriksa ada tidaknya mark up dan pungutan-pungutan lain di luar yang ditetapkan, serta sumber-sumber inefisiensi dan pemborosan yang menyebabkan mahalnya biaya pelayanan publik dan kelambanan dalam pelayanan. Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas prosees juga terkait dengan pemeriksaan terhadap proses tender untuk melaksanakan proyek-proyek publik. Yang harus dicermaati dalam pemberian kontrak tender adalah apakah proses tender telah dilakukan secara fair melalui Compulsory Competitive Tendering CCT, atau dilakukan melalui pola Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme KKN. 3. Akuntabilitas Program Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal. 28 4. Akuntabilitas Kebijakan Akuntabilitas kebijakan terkain dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap DPRDPRD dan masyarakat luas

F. Akuntabilitas Dalam Sektor Publik

Akuntabilitas yang dijabarkan pada bagian ini adalah hasil studi yang ditulisditelti oleh Christine Ryan dan Peter Walsh pada tahun 2004 dengan judul ―Collaboration of Public Sector Agencies: Reporting and Accountability Challenges ‖ dan terdaftar pada International Journal of Public Sector Management . Vol. 17, No 7: 621˗ 631. Konsep mengenai akuntabilitas masih sering diperdebatkan, meski demikian ada kesepakatan umum bahwa akuntabilitas di sektor publik lebih kompleks daripada akuntabilitas disektor swasta. Sinclair, 1995; Mulgan, 1997; Parker dan Gould, 1999. akuntabilitas tradisional didasarkan pada model hirarkis dengan fokus top-down bottom-up yang di implementasikan kedalam laporan keuangan. Di dalam pemberian layanan yang melibatkan beberapa lembaga cendrung telah menimbulkan ketegangan yang sering terjadi dan dysfunctionalities Glynn dan Murphy, 1996, hal. 129. Hal tersebut mangakibatkan ―Silo‖ sebuah kecendrungan mental ketika beberapa departemen atau sektor tertentu tidak bersedia atau cendrung tertutup untuk berbagi informasi dengan departemen lain di perusahaan yang sama menjadi 29 semakin kuat diantara lembaga-lembaga sektor publik Bellamy, 1998: p 7. Kettl 2000 berpendapat fungsi struktur pemerintah yang berbasis tradisional tidak memadai dalam menangani masalah berbasis daerah diantara perangkat daerah, hal tersebut menimbulkan ketegangan saat struktur vertikal pemerintah dihadapkan dengan permasalahan-permasalahn yang horizontal. Adapun tatantangan didalam melaporkan hasil kinerja program bersama mengungkapkan kurangnya kerangka kerja tata kelola yang efektif, tata kelola yang lebih baik dari silo vertikal pemerintah. Yang perlu diperhatikan adalah kerangka kerja dan mekanisme yang sesuai untuk program bersama antara beberapa lembaga sektor publik. Untuk permasalahan di atas, di dalam sistem anggaran “ Invest to save ” Pemerintah Inggris mendorong beberapa lembaga bekerjasama dalam memberikan insentif keuangan untuk dua atau lebih lembaga untuk bersama- sama memberikan layanan yang lebih efisien, inovatif, dan lokal responsive Bellamy, 1998; Prime Menteri dan Menteri Kabinet Office, 1999; UK Cabinet Office, 2000; Kantor Audit Nasional, 2001a, b. Pemerintah Inggris di dalam kasus program bersama mengakui bahwa sistem yang ada dalam mengalokasikan sumberdaya dan anggaran akuntansi adalah penghalang untuk pemerintahan yang join-up. Sebagai alternatife pemerintah Inggris memperkenalkan sebuah model yang menekankan pendanaan terpisah untuk badan-badan didalam program-program prioritas yaitu dimana anggaran dikumpulkan dan dana dikelola oleh satu lembaga walaupun pertanggungjawaban dibagi oleh masing-masing lembaga. 30 Kantor Nasional Audit United Kingdom 2001a mengindikasikan akuntabilitas yang memiliki anggaran bersama membutuhkan peran dan tanggungjawab partner atau pasangannya dalam hal bagaimana kinerja mereka akan diukiur, dilaporkan, bagian akuntansi dan pemerikasaan pengaturan untuk memastikan kepatutan atas pengeluaran pemerintah harus ditetapkan dengan jelas dan dapat dimengerti P. 8 General Auditor of Canada 2000 juga mengusulkan kerangka kerja untuk aturan kerjasama. Departemen yang ditunjuk untuk mengelola program horisontal memiliki peran penting untuk memastikan permasalahan- permasalahan dikelola dengan cara yang memenuhi tujuan dan kewajiban pasangan atau partnernya. Departemen yang memimpin harus memiliki kemapuan yang diperlukan untuk melaksanakan tanggungjawabnya, yaitu memastikan bahwa partnernya terus mendapatkan informasi, pemonitoran kinerja, dan memastikan partnernya memenuhi komitmenya lihat par. 20, 152. Program bersama bergantung pada tujuan yang jelas dan masing- masing mitra mengetahui secara jelas apa yang menjadi tujuan mereka, hal tersebut memerlukan kerangka kerja yang jelas diawal dan pelaporan yang dapat dipercaya. Wilkins 2002 memberikan beberapa pilihan mengenai bagaimana para departemen bisa menjelaskan kepada parlemen mengenai kegiatan bersama: 1. Pilihan pertama, masing-masing dari setiap departemen pemerintah untuk menjelaskan bagiannya sendiri dari kegiatan bersama yang 31 dilakukan, akan tetapi pelaporan akan terpecah-pecah dan akan sulit untuk mendapatkan informasi yang penting mengenai dampak dari keseluruhan program. 2. Pilihan kedua, departemen yang memimpin program bersama bertanggungjawab atas pelaporan kegiatan yang dilaksanakan, pilihan ini dapat memberikan pelaporan yang terintegritas, namun ada kemungkinan peran dari lembaga partner akan dikesampingkan. 3. Pilihan ketiga, menteri yang tidak berpartisipasi mengambil peran koordinasi, untuk sementara opsi ini dapat memberikan keadilan atau ketidak berpihakan, namun demikian menteri yang bersangkutan menjadi bertanggungjawab atas sesuatu yang seharusnya bukan tanggungjawag-nya. 4. Pilihan keempat, mentri mengambil tanggungjawab kolektif. Meskipun hal ini mungkin akan mencapai pelaporan yang terintegritas, tidak ada dasar yang jelas untuk hal ini didalam sistem Westminster yang mengedepankan akuntabilitas kementrian. 5. Pilihan kelima, departemen keuangan bendaharawan yang akan melaporkan pertanggungjawaban keuangan keseluruhan program. Singkatnya, jelas terlihat dari literatur tentang akuntabilitas bahwa ketegangan tensions yang muncul antara konsep tradisional vertikal dari akuntabilitas pemerintah serta solusi horizontal yang lebih baru sedang diusahakan untuk pemberian program yang akan mulai dibahas dari perspektif teoritis. 32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah studi kasus, dimana peneliti mendalami suatu keadaan atau kejadian dengan menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan hasilnya. Penelitian pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Yogyakarta adalah penelitian eksploratif kualitatif dengan menggunakan pendekatan penelitian teoritisasi data grounded theory . Peneliti mengkaji teori-teori yang ada dan berkaitan dengan suatu fenomena yang terjadi kemudian menggali secara luas tentang sebab-sebab ataupun hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu Arikunto, 2002: 6. Sumarni et al 2008: 49 menjelaskan penelitian eksploratif merupakan penelitian awal dan terutama digunakan untuk memperjelas permasalahan yang akan dipecahkan, serta bersifat menjelajah sehingga mengembangkan konsep dengan lebih jelas. Penelitian ini berfokus pada pola akuntabilitas pada program desa tangguh bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DIY sebagai wujud dari akuntabilitas yang melibatkan beberapa lembaga di dalam sektor publik, diharapakan dapat mengungkapkan dengan menggali dan menjelajah hal tersebut sehingga dapat menggambarkan konsep serta memperjelas topik yang diangkat. 32 33

B. Peran Penulis

Penulis bukanlah orang dalam di pengurusan Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Yogyakarta, berikut ini hal-hal yang perlu dilakukan oleh Penulis: 1. Peneliti menganalisis informasi sebagai data primer sesuai dengan topik dan meminta informan untuk diwawancarai guna memperoleh data penelitian. 2. Peneliti melengkapi dokumen yang dibutuhkan serta berguna untuk melengkapi hasil dari pihak yang telah diwawancarai. 3. Peneliti melakukan pemisahan informasi antara transkrip wawancara yang berupa data dengan bukan data.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitiannya yaitu Subbagian Program dan Keuangan BPBD Provinsi DIY dan Kepala bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Provinsi DIY. 2. Objek dalam penelitian ini adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Provinsi DIY.

D. Data Yang Dibutuhkan

1. Gambaran Umum Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Yogyakarta 2. Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Yogyakarta. 34 3. Paparan mengenai Program Desa Tangguh Bencana. 4. Laporan Monitoring dan Evaluasi Monev Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Provinsi DIY.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan pihak yang diwawancarai yang pada dasarnya pihak tersebut sebagai subjek penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara yang merupakan data primer, berhubungan dengan beberapa pihak yang berkaitan dengan salah satu program yang dilaksanakan oleh BPBD Provinsi DIY. 2. Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan data berupa catatan –catatan, serta sebagai pelengkap dari penggunaan metode wawancara dalam penelitian kualitatif, lalu hasil dari dokumentasi tersebut dapat digunakan sebagai validitas informasi dari informan. Peneliti dapat menggunakan dokumentasi sebagai salah satu data sekunder serta dapat menjadi bukti pelengkap dari hasil wawancara yang telah dilakukan. 35

F. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian adalah metode interpretasi. Russel 1996 menjelaskan bahwa metodologi interpretasi sebagai proses penelitian yang dilakukan secara berulang dengan melibatkan analisis dan refleksi melalui tahapan eksplorasi pada fokus masalah awal. Peneliti secara bertahap akan menemukan masalah dan pertanyaan yang terpusat pada informan serta mengembangkan perspektif teoritis yang muncul. Sehingga melalui refleksi dan analisis data, peneliti pada akhirnya mengembangkan pemahaman teoritis dari masalah yang sedang diteliti. Gambar 1: The Interpretive Research Process Sumber: Rahman dan Goddard, 1998 Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti pada bagian desain penelitian menurut gambar I sebagai berikut: 1. Peneliti mencari inti masalah yang akan dibuat topik penelitian dengan cara melakukan perkenalan dan wawancara menggunakan unstructured Problem focus Data Research Question Description and Theory Emergent Theoretical Perspective Reflection 36 interview hingga semi-structured interview sehingga peneliti memperoleh gambaran. 2. Peneliti selanjutnya menyeleksi hasil wawancara dan mencari kata kunci yang dapat digunakan untuk di interpretasikan menjadi data. 3. Peneliti masuk pada tahap interpretasi, memperdalam titik temu hasil dari perolehan wawancara sebelumnya dan mencari informasi yang lebih kompleks sehingga peneliti kembali ke lokasi untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang belum diketahui secara mendetail dengan menggunakan semi-structured interview. 4. Jika hasil data dari wawancara telah mencukupi dari keadaan yang sebenarnya. Peneliti dapat membuat transkripsi dari hasil perolehan melalui wawancara yang telah dilakukan lalu dituangkan ke bentuk kata- kata dan diinterpretasikan sehingga dapat mengambil kesimpulan. Namun, jika data yang diperoleh belum menjelaskan secara mendetail maka peneliti dapat kembali ke lokasi yang diteliti untuk lebih memperdalam keadaan yang sebenarnya hingga dirasakan penjelasannya memuaskan. Tabel 2. Desain Studi untuk Penelitian Kualitatif Efferin 2002: 90-91 Research Question Sumber data Metode pengumpulan dan analisis data Aspek-aspek praktis Justifikasi 37 Apakah laporan keuangan BPBD Yogyakarta sudah disajikan dengan memperhatik an aspek- aspek laporan keuangan yang horisontal? Dari dalam badan: Wawancara  Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Pencegahan BPBD.  Subbagian Program dan keuangan BPBD. Analisis Dokumen:  Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, dan Peraturan Gubernur Prov. DIY  Stuktur Organisasi  Berbagai dokumen pendukung. Wawancara Tahap ini dilakukan kurang lebih dengan total 102 menit. Setiap wawancara diawali dengan metode tidak terstruktur diikuti dengan semi-terstruktur. Wawancara dilakukan secara tatap muka dan semuanya direkam. Analisis Dokumen: Total analisis dokumen sekitar 110 menit. Kepala pelaksana, bagian sekretariat, dan subbagian merupakan aktor-aktor utama dalam pengelolaan Laporan Keuangan BPBD. Metode wawancara tidak terstruktur di awal setiap sesi wawancara bertujuan untuk membuat peneliti lebih sensitif terhadap isu-isu penting dari sebuah situasi. Selain itu juga digunakan untuk membantu peneliti mengidentifikasi konsep- konsep awal yang perlu dikembangkan lebih jauh dalam wawancara. Wawancara semi- terstruktur adalah untuk memberikan fokus kepada isu-isu yang spesifik. Analisis dokumen menyediakan informasi tambahan dan memverifikasi data yang diperoleh dari wawancara

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini antara lain: 1. Analisis saat proses penelitian Analisis ini dilakukan saat dikumpulkannya data dan dianalisis selama proses penelitian yang dapat disebut Grounded Theory ,