Tabel III. Pengambilan Sampel Tiap Bulan di RSUDJK pada Periode November 2006-Oktober 2007
Bulan Jumlah Resep Masuk
Jumlah sampel
November 2.544
94 Desember
2.010 74
Januari 2.991
111 Februari
2.747 102
Maret 2.820
104 April
3.041 112
Mei 2.827
105 Juni
2.402 89
Juli 2.677
99 Agustus
3.579 132
September 2.662
98 Oktober
2.157 80
Total 32.457
1.200
Pembahasan semua indikator hasil penelitian me mberikan gambaran tentang penggunaan obat melalui resep dari dokter untuk pasien rawat jalan di
RSUDJK.
A. Rata-Rata Jumlah Obat yang Digunalan per Lembaran Resep
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui derajat polifarmasi yang terjadi pada RSUDJK periode November 2006-Oktober 2007. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata jumlah obat yang digunakan perlembar resep adalah 2,67 item diperoleh dari ratio jumlah obat sebesar 3.204 dengan jumlah lembaran resep sampel
sebesar 1.200 lembar resep. Hal ini menunjukkan tendensi terjadinya polifarmasi relatif tinggi. Namun tendensi terjadinya polifarmasi harus dianalisis lebih lanjut
dengan melihat rekam medis. Hasil penelitian kerasionalan penggunaan obat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dilakukan WHO di 20 fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesian tahun 1997, diperoleh rata-rata jumlah item obat per lembar resep adalah 3,3 item obat per lembar
resep Quick dkk, 1997. Dalam peresepan sebaiknya terdapat paling banyak dua item obat untuk satu
diagnosis karena kombinasi obat sebaiknya terdiri dari dua item obat Anonim, 1993. Peresepan polifarmasi adalah mengkonsumsi lebih dari satu macam obat untuk
kondisi yang sama Quick dkk, 1997. Untuk menghindari polifarmasi perlu ditingkatkan peresepan obat tunggal atau dua macam obat saja yang bisa ditempuh
dengan cara mempertajam diagnosis dokter agar dapat diterapi dengan tepat dan rasional, misalnya dengan dukungan data laboratorium. Sebaran jumlah item obat
perlembaran resep dapat dilihat pada tabel IV. Pada tabel IV dapat dilihat bahwa lembar resep paling banyak diberikan
adalah berisi 2 macam item obat yaitu sebanyak 393 lembar resep dari 1.200 sampel 32,75, resep yang berisi 3 item 26,08, resep yang berisi 1 item 17,17.
Pemberian obat oleh dokter melebihi acuan standar adalah 50,16, hal ini menunjukkan tendensi terjadinya polifarmasi. Polifarmasi umumnya didasarkan pada
berbagai faktor antara lain: ketidakyakinan dokter akan diagnosis pasien, dorongan pasien untuk meresepkan obat lain yang tidak diperlukan, dan persepsi dokter bahwa
dari berbagai obat yang diberikan beberapa di antaranya pasti memberikan efek yang diharapkan, serta kurangnya pengetahuan dokter tentang bukti-bukti ilmiah terbaru
mengenai penggunaan berbagai jenis obat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel IV. Perincian Jumlah Obat Setiap Lembaran Resep Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Pada Periode
November 2006-Oktober 2007 No
Jumlah item obat per lembaran resep
Jumlah resep Persentase
1 1
206 17,17
2 2
393 32,75
3 3
313 26,08
4 4
184 15,33
5 5
90 7,58
6 6
9 0,75
7 7
5 0,42
Jumlah Total 1200
100 Rata-rata
3.2041.200 = 2,67
Item obat terbanyak diresepkan pada pasien rawat jalan RSUDJK periode
November 2006-Oktober 2007 adalah 7 item terdapat sebanyak 5 lembar resep yang ditulis oleh dokter spesialis penyakit dalam. Banyaknya jumlah obat yang diresepkan
oleh dokter spesialis penyakit dalam menunjukkan bahwa terapi diberikan dengan pertimbangan obat untuk diagnosis utama, obat yang digunakan untuk mengatasi
penyakit penyerta, obat untuk mengatasi komplikasi atau efek samping obat utama dan suplemen vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien.
Pada pasien usia lanjut dimana sudah terjadi banyak komplikasi sering mendapatkan banyak obat untuk mengatasi komplikasi. Pola peresepan untuk lansia,
seperti dilaporkan oleh kelompok teknis WHO memperlihatkan bahwa lebih dari separuh konsumsi obat digunakan oleh orang berusia di atas 60 tahun di Negara-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
negara yang memiliki proporsi kelompok usia ini yang sangat tinggi. Kelompok teknis WHO juga membuat tinjauan tentang konsumsi obat, dan mendapati angka
rata-rata obat yang diresepkan adalah 3,2 per pasien di rumah sakit Kanada, 4,6 per pasien di rumah sakit Skotlandia, dan 8 per pasien di rumah sakit Amerika Serikat.
Untuk memperbaiki mutu peresepan obat oleh dokter dapat dilakukan dengan pelatihan yang bersifat interaktif, motivasional, berdasarkan pada masalah
problem-based aproach, dan menggunakan model terstruktur. Namun jika pelatihan ini hanya dilaksanakan sekali belum tentu dapat menjamin kesinambungan perbaikan
peresepan, karena itu harus dilakukan monitoring secara terus menerus ke unit- unit pelayanan kesehatan Dwiprahasto, 2006.
Dalam penelitian ini yang dianggap sebagai obat adalah recipe R pada resep, bukan pada nama obat yang diresepkan. Hal ini disebabkan adanya resep
racikan yang hanya terdapat di Indonesia dan tidak sesuai bila digunakan dalam penelitian yang berdasar pada standar acuan WHO 1993, sehingga semua resep
yang berisi racikan beberapa item obat dihitung sebagai satu item obat. Jumlah resep yang mengandung racikan dapat dilihat pada tabel V.
Dari tabel V dapat dilihat bahwa jumlah obat racikan yang diresepkan sebanyak 78 lembar resep dengan persentase 6,5 dari total 1.200 sampel yang
diambil. Item obat yang paling banyak diresepkan adalah racikan yang mengandung 2 dan 3 item obat yaitu sebanyak 27 lembar resep dengan persentase sebesar 34,62
dari total 78 resep racikan, sedangkan obat yang mengandung 6 item obat adalah yang paling kecil diresepkan 1,28.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel V. Jumlah Resep Pasien Rawat Jalan yang Mengandung Racikan di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Pada Periode
November 2006-Oktober 2007 No
Jumlah obat dalam recipe R pada resep Racikan
Jumlah resep Persentase
1 2
27 34,62
2 3
27 34,62
3 4
18 23,08
4 5
5 6,41
5 6
1 1,28
Jumlah 78
100 Total Persentase Resep Racikan
781200 6,5
Resep racikan yang diresepkan di RSUDJK diberikan oleh dokter umum dan dokter spesialis yang meliputi spesialis saraf, telinga hidung tenggorokan, anak,
kulit dan kelamin, serta jiwa.
Tabel VI. Perincian Jumlah Resep Racikan yang Diberikan olah Dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Pada Periode
November 2006-Oktober 2007 No
Dokter Jumlah Resep
1 Spesialis Anak
33 2
Umum 23
3 Spesialis Saraf
11 4
Spesialis THT 7
5 Spesialis Kulit dan Kelamin
2 6
Spesialis Jiwa 2
Jumlah 78
Dari tabel VI dapat dilihat jumlah resep racikan terbanyak diberikan oleh dokter spesialis anak yaitu sebanyak 33 lembar resep. Hal ini disebabkan karena
anak-anak akan mengalami kesulitan jika harus meminum beberapa macam obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam waktu yang sama sehingga dengan memberikan resep racikan dapat memudahkan anak-anak dalam meminum obat.
Polifarmasi merupakan suatu pemborosan sehingga perlu adanya monitoring ketat penekanan untuk menggunakan obat secara rasional dengan
mengambangkan pedoman pengobatan. Tujuan pengembangan pedoman pengobatan untuk meningkatkan efektivitas, keamanan, maupun cost effectiveness tindakan
farmakoterapi yang diberikan.
B. Persentase Peresepan Obat dengan Nama Generik