dalam waktu yang sama sehingga dengan memberikan resep racikan dapat memudahkan anak-anak dalam meminum obat.
Polifarmasi merupakan suatu pemborosan sehingga perlu adanya monitoring ketat penekanan untuk menggunakan obat secara rasional dengan
mengambangkan pedoman pengobatan. Tujuan pengembangan pedoman pengobatan untuk meningkatkan efektivitas, keamanan, maupun cost effectiveness tindakan
farmakoterapi yang diberikan.
B. Persentase Peresepan Obat dengan Nama Generik
Persentase peresepan obat dengan nama generik digunakan untuk mengetahui kecenderungan peresepan obat dengan nama generik. Data yang didapat
dari hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase peresepan obat dengan nama generik oleh dokter adalah 78,21. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penggunaan
nama generik di RSUDJK sudah relatif tinggi. Hasil penelitian WHO di Indonesia pada tahun 1997 tentang penggunaan obat dengan nama generik adalah sebesar
59,00 Quick dkk, 1997. Diagram penggunaan obat dengan nama generik di RSUDJK periode
November 2006-Oktober 2007 dapat dilihat pada Gambar 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78,21 21,79
Generik Non-Generik
Gambar 1. Pers entase Peresepan Obat dengan Nama Generik untuk Pasien Rawat Jalan di Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr.
W. Z. Johannes Kupang Periode November 2006-Oktober 2007
Banyaknya peresepan obat dengan nama generik di RSUDJK disebabkan karena resep yang terdapat di RSUDJK sebagian besar merupakan resep ASKES,
dimana sebagian besarnya menggunakan obat dengan nama generik kecuali beberapa obat paten yang bekerja sama dengan PT ASKES seperti obat Neurodex Dexa
Medica . Banyaknya jumlah resep ASKES disebabkan karena kebanyakan penduduk
kota Kupang memiliki mata pencaharian sebagai Pegawai Negri Sipil PNS dan PNS yang bersangkutan mendapat jaminan kesehatan dari PT ASKES.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Persentase Peresepan Antibiotik
Pengukuran ini bertujuan mengukur penggunaan antibiotik. Data yang didapat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase peresepan antibiotik
adalah 14,83. Hasil penelitian WHO di Indonesia pada tahun 1997 tentang penggunaan antibiotik adalah sebesar 43,00 Quick dkk, 1997. Hal yang perlu
diperhatikan adalah kondisi saat pemberian resep, misalnya terjadi infeksi dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan penggunaan antibiotik menjadi meningkat.
Hal ini menyebabkan persentase peresepan antibiotik menjadi tinggi. Diagram penggunaan antibiotik di RSUDJK periode November 2006-
Oktober 2007 dapat dilihat pada Gambar 2.
14,83
85,17
Antibiotik Non-Antibiotik
Gambar 2. Pers entase Peresepan Antibiotik untuk Pasien Rawat Jalan di Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang Periode November 2006-Oktober 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel.VII Persentase Golongan Antibiotik yang Diresepkan untuk Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Periode
November 2006-Oktober 2007 Menurut MIMs 2006 No
Golongan Nama
Jumlah Persentase
1 Penicillin
Amoxicillin 239
50,31 2
Quinolon Ciprofloxacin
123 25,90
3 Clindamicin
19 4,00
4 Antibiotik golongan lain
Metronidazole 15
3.16 5
Kombinasi Antibakterial Cotrimoxazole
18 3,79
6 Ketokonazole
15 3,16
7 Antifungal
Griseofulvin 3
0,63 8
Cefadroksil 13
2,74 9
Sefalosporin Cefixime
3 0,63
10 Tetrasiklin Doksisiklin
13 2,74
11 Aminoglikosida Gentamicin
7 1,47
12 Kloramfenikol Chloramphenicol
4 0,84
13 Makrolida Erythromycin
3 0,63
Total 475
100
Dari data yang diperoleh antibiotik yang paling sering digunakan adalah Amoxicillin sebanyak 50,31. Hal ini karena Amoxicillin merupakan antibiotik
turuna n ß- laktam yang mempunyai spektrum luas, efektif terhadap bakteri gram- positif dan gram- negatif, serta memiliki efek samping yang relatif ringan.
D. Persentase Peresepan Sediaan Injeksi