Analisis Efisiensi Kinerja Operasional Bank Dengan Menggunakan Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional Pada Bank Mandiri Syariah KCP Bandung

(1)

Operational Bank Performance Analysis of Efficiency With Operating Expence To Operating Income (BOPO) Ratio At

Sharia Mandiri Bank Branch Braga Bandung

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Dalam menempuh Jenjang D3 Program Studi Keuangan dan Perbankan

Oleh :

DWI TRI SEPTIANI 21510025

PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

ix

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN MOTTO

ABSTRACT ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 4

1.2.1 Identifikasi Masalah... 4

1.2.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Maksud Penelitian ... 5

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

1.4.1 Kegunaan Praktis ... 6

1.4.2 Kegunaan Akademis ... 6

1.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.1.1 Bank ... 8

2.1.1.1 Pengertian Bank ... 8

2.1.2 Perbankan Syariah ... 9

2.1.2.1 Pengertian Bank Syariah ... 9

2.1.2.2 Kegiatan Bank Syariah ... 9

2.1.2.3 Prinsip Dasar Perbankan Syariah ... 12

2.1.3 Efisiensi ... 18

2.1.3.1 Pengertian Efisiensi ... 18

2.1.4 Rasio Keuangan ... 20

2.1.4.1 Pengertian Rasio Keuangan ... 20


(3)

x

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ... 27

3.2 Metode Penelitian ... 27

3.2.1 Desain Penelitian ... 29

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 30

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data... 32

3.2.3.1 Sumber Data... 32

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 32

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.2.5 Rancangan Analisis ... 35

3.2.5.1 Analisis Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) ... 36

3.2.5.2 Analisis Perkembangan/ Fluktuasi BOPO ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 38

4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 38

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 41

4.1.3 Job Description ... 44

4.1.4 Aktivitas Perusahaan ... 47

4.2 Pembahasan Penelitian ... 48

4.2.1 Analisis Efisiensi Kinerja Operasional Bank ... 48

4.2.2 Analisis Perkembangan/ Fluktuasi BOPO Per 2005-2012 ... 53

4.2.3 Kendala yang Dihadapi dan Solusi Untuk Mempertahankan Efisiensi Kinerja Operasional Bank Pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(4)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Kerangka Pemikiran ... 26 Gambar 4.1 Logo Bank Syariah Mandiri ... 40 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri


(5)

xii

Tabel 1.2Rasio BOPO Bank Mandiri Syariah Periode 2005-2012 ... 3

Tabel 1.3 Jadwal Penelitian ... 7

Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu ... 22

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 31

Tabel 4.1 Rasio BOPO Syariah Mandiri Periode 2005-2012 ... 49


(6)

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1Perkembangan BOPO Bank Mandiri Syariah


(7)

xiv

Lampiran 1 Laporan Laba/Rugi Bank Syariah Mandiri Tahun 2005-2012

Lampiran 2 Surat Permohonan Mengadakan Penelitian dari UNIKOM Lampiran 3 Surat Balasan Persetujuan Dari Bank Syariah Mandiri Lampiran 4 Berita Acara Bimbingan


(8)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik serta tepat pada waktunya.

Dalam Laporan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul “Analisis

Efisiensi Kinerja Operasional Bank dengan Menggunakan Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung”. Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian sidang guna memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Keuangan dan Perbankan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini, diantaranya yaitu kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Bapak Dr. Dedi Sulistyo S., MT. Sebagai Dekan di Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Dr. Raeny Dwisanty,SE.,M.Si. selaku Ketua Program Studi Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.


(9)

vii

Indonesia.

5. Ibu Linna Ismawati, SE., M.Si., selaku Dosen Pembimbing penulis selama menyusun Tugas Akhir ini, yang telah memberikan masukan, motivasi, serta waktu yang sangat berharga bagi penulis, guna penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan sebaik-baiknya.

6. Ibu Lita Wulantika, SE., M.Si selaku Dosen Penguji Tugas Akhir, yang telah meluangkan waktunya, serta memberikan masukan guna memperbaiki Tugas Akhir ini.

7. Seluruh Dosen Keuangan dan Perbankan yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

8. Seluruh staff dan karyawan Bank Syariah Mandiri KCP Braga Bandung, khususnya Pak Ade Nurmansyah yang mengizinkan penulis melakukan penelitian ini.

9. Mamah, Bapak, Yhusril serta orang-orang tercinta yang telah memberikan dorongan dan doa yang tak ternilai besarnya.

10.Nevan Herdiansyah yang telah membantu penulis dalam segala hal, baik secara motivasi, masukan, serta perhatiannya hingga tersusunnya Tugas Akhir ini dengan baik dan tepat waktu.

11.Sahabat terbaikku Ratna Kurniawati, Diah Nurrahmawati yang selalu memberikan semangat, kebersamaan dan canda tawa hingga tersusunnya laporan ini.


(10)

viii

12.Serta semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Dengan ini penulis berharap, semoga amal baik yang telah mereka berikan mendapat balasan dari Allah SWT.Amin

Wassalamualaikumwr.wb.

Bandung, September 2013 Penulis


(11)

Andi Arifin. (2009). Analisis Tingkat Efisiensi Bank dengan pendekatan Data Envelopment Analisis (DEA). Semarang: Universitas Brawijaya.

Andi Dahlia. (2012). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri Dengan PT. Bank Muamalat Indonesia. Makassar: Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Hasanudin.

Andri. (2008). Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia. Institut Keuangan Perbankan dan Informatika Asia Perbanas .

Arfan Suryadi. (2011). Analisis Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2005- 2010. Makassar: Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Hasanudin

Endri. (2011). Evaluasi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi Two-Stage Data Envelopment Analysis. STEI Tazkia

Herdianti, R. A. (2012). Analisis Laporan Laba/Rugi Pada Bank Syariah Mandiri Bandung Periode 2005-2012. Bandung.

Hesty Lestiawati. (2009). Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Gunadharma .

Ivan Gumilar., & Siti Komariah. (2011). Pengukuran Efisiensi Kinerja Dengan Metode Stochastic Frontier Approach Pada Perbankan Syariah. Bisnis & Manajemen .

Kasmir. (2002). Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers.

Muhamad. (2002). Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: (UPP) AMPYKPN. Muhamad. (2008). Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT.


(12)

Murti, & Salamah. (2005). Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi. Umi Narimawati., Sri Dewi Anggadini., & Linna Ismawati. (2010). Penulisan

Karya Ilmiah. Bekasi: Genesis.

Rafika. (2011). Efficiency of Fund Management of Sharia Banking in Indonesia (Based On Parametric Approach). International Journal of Academic Research in Economics and Management Science .

Slamet Riyadi. (2003). Banking Assets and Liability Management. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sugiyono. (2011).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Yuliani. (2007). Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas Pada Sektor Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta.


(13)

1

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini bisa diperhatikan bahwa perkembangan bank syariah di Indonesia bisa dikatakan sangat pesat hal tersebut dikarenakan, pemerintah melakukan langkah–langkah strategis dalam pengembangan perbankan syariah yaitu dengan pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang Unit Usaha Syariah (UUS) atau konversi dari sebuah bank konvensional menjadi bank syariah (Atmawardhana dalam Ivan Gumilar dan Siti Komariah;2011). Langkah strategis ini menurut Hatifuddin dalam Ivan Gumilar dan Siti Komariah (2011;94) merupakan respon dan inisiatif dari perubahan Undang–Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 sebagai pengganti UU No.7 tahun 1992, yang secara tegas sistem perbankan syariah ditempatkan sebagai bagian dari sistim perbankan nasional. Kebijakan ini diharapkan akan memberikan dasar hukum yang lebih kokoh dan peluang yang lebih besar dalam perkembangan perbankan syariah di Indonesia sehingga setara dan sejajar dengan bank konvensional.

Tabel 1.1

Perkembangan Jumlah Bank Syariah di Indonesia

Jenis 2007 2008 2009 2010 2011 2012

BUS 3 5 6 11 11 11

UUS 25 27 25 23 23 24

BPRS 114 131 139 150 153 155


(14)

2

Keterangan :

BUS = Bank Umum Syariah UUS = Unit Usaha Syariah

BPRS = Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Dilihat dari tabel 1.1 diatas menunjukkan perkembangan perbankan syariah berdasarkan laporan tahunan Bank Indonesia 2011 (Januari 2012). Secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah sungguh membanggakan dan terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Jika pada tahun 2007 hanya ada tiga Bank Umum Syariah dan 114 Bank Perkreditan Rakyat Syariah, maka pada Januari 2012 (berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia) jumlah bank syariah telah mencapai 35 unit yang terdiri atas 11 Bank Umum Syariah dan 24 Unit Usaha Syariah. Selain itu, jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) telah mencapai 155 unit pada periode yang sama.

Menyadari bahwa pertumbuhan perbankan syariah nasional yang relatif cepat maka perbankan syariah harus memegang teguh prinsip syariah, prinsip kehati–hatian, memberikan manfaat bagi masyarakat dan mengembangkan sistem perbankan yang kompetitif. Untuk menciptakan hal–hal tersebut salah satu tugas berat bagi perbankan syariah yang harus sangat diperhatikan adalah dengan memperhatikan faktor efisiensi bank tersebut.

Menurut Hesty lestiawasti (2009;7) Penilaian efisiensi suatu bank bisa dilihat salah satunya dari perhitungan rasio efisiensi bank tersebut yang sering dikenal dengan istilah BOPO (Biaya Operasional/ Pendapatan Operasional).


(15)

Karena Studi bank yang digunakan oleh penulis adalah Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung, maka dibawah ini terdapat data BOPO Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung dari tahun 2005-2012.

Tabel 1.2

Rasio BOPO Bank Mandiri Syariah Per 2005-2012

NO Tahun Biaya

Operasional (Rp)

Pendapatan

Operasional (Rp) BOPO (%)

1 2005 435.552.040 572.730.329 76.05

2 2006 523.224.714 624.056.429 83.84

3 2007 728.252.280 895.319.813 81.34

4 2008 986.865.732 1.279.857.303 77.10

5 2009 1.090.275.832 1.418.036.558 76.88

6 2010 1.593.254.907 1.929.021.262 82.59

7 2011 2.311.646.172 2.817.506.827 82.04

8 2012 221.623.893 273.163.081 81.13

Sumber: Laporan Keuangan Bank Mandiri Syariah, data diolah

Tabel 1.2 diatas menunjukan persentase BOPO Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung, bisa dilihat bahwa dalam beberapa periode, kinerja operasional bank Mandiri Syariah KCP Braga menunjukan inefisiensi karena adanya peningkatan rasio BOPO .Berdasarkan survey awal inefisiensi kinerja ini disebabkan karena tidak seimbangnya antara meningkatnya pendapatan operasional dengan naiknya biaya operasional bank tersebut.

Efisiensi menurut Atmawardhana dalam Ivan Gumilar dan Siti Komariah (2011;96) merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi menurut Astiyah dan Jardine dalam Ivan Gumilar dan Siti Komariah (2011;96) bank dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input


(16)

4

yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu. Dengan diidentifikasikannya alokasi input dan output, dapat dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab ketidakefisiensian (Iswardono dan Darmawan dalam Ivan Gumilar dan Siti Komariah ;2011)

Apabila melihat dari data diatas belum dapat disimpulkan faktor yang menyebabkan kurang optimalnya prosentase efisiensi kinerja pada PT. Bank Mandiri Syariah dari tahun 2005-2012, maka harus ada penelitian terlebih dahulu untuk mengetahui faktor yang menyebabkan hal tersebut. Maka dengan itu penulis mengambil judul “Analisis Efisiensi Kinerja Operasional Bank dengan Menggunakan Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung.”

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang ada pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga adalah (1) presentasi efisiensi kinerja pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga belum pernah mencapai titik optimal ;(2) nilai prosentase efisiensi Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung masih tergolong tinggi; (3) Variabel input yang ada tidak dialokasikan dalam variabel output secara optimal .

1.2.2. Rumusan Masalah

Maka dari itu, penulis akan merumuskan masalah–masalah yang akan dibahas, masalah–masalah tersebut diantaranya sebagai berikut:


(17)

1. Bagaimana mengukur efisiensi kinerja operasional bank dengan menggunakan rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung.

2. Seberapa besar perkembangan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Menggunakan rasio pertumbuhan Pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung.

3. Apa yang menjadi kendala dan bagaimana solusi untuk mempertahankan efisiensi kinerja operasional bank Pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mencari , mengumpulkan data dan mendapatkan informasi sebagai bahan dalam penelitian yang berhubungan dengan judul diatas yaitu “Analisis Efisiensi Kinerja Operasional Bank dengan Menggunakan Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung.”

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Mampu mengukur tingkat efisiensi kinerja operasional bank dengan menggunakan rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung.


(18)

6

2. Untuk mengetahui perkembangan efisiensi kinerja operasional bank dengan menggunakan rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung. 3. Untuk mengetahui kendala beserta solusinya dalam mempertahankan

efisiensi kinerja operasional bank Pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Praktis

a) Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tolak ukur dan membantu bank untuk terus meningkatkan tingkat persentase efisiensi kinerja operasional bank.

1.4.2 Kegunaan Akademis

a) Bagi Pengembangan Ilmu

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam pengembangan ilmu pada bidang keuangan dan perbankan tanpa mengurangi kebenaran dan manfaat dari ilmu tersebut.


(19)

b) Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, referensi, dasar penelitian, dan pengetahuan bagi siapapun yang ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama

1.5. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung. Waktu penelitian dari bulan Desember 2012-Juli 2013.

Tabel 1.3 Jadwal Penelitian

NO Kegiatan

Bulan/Tahun

Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013

1 Pra Survei

2 Usulan

Penelitian

3 Pengambilan

Data

4 Analisis

Data

5 Bimbingan

6 Penyusunan


(20)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Bank

2.1.1.1 Pengertian Bank

Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah dan pembayaran lainnya.

Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.(Kasmir, 2002).

Dari pengertian diatas, dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas


(21)

bank tidak lepas dari masalah keuangan.

2.1.2 Perbankan Syariah 2.1.2.1 Pengertian Bank Syariah

Menurut Muhamad (2002;13) Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah adalah

Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan/ perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi SAW.

Menurut Antonio dalam Andi Dahlia (2012;17) membedakan bank syariah menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam.

Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.

2.1.2.2 Kegiatan Bank Syariah

Berdasarkan Peraturan BI dalam Andi Dahlia (2011;19) kegiatan usaha bank umum syariah terdiri atas :

1. Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau

bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah


(22)

10

2. Menghimpun dana dalam bentuk unvestasi berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan syariah.

3. Menyalurkan pembiyaan bagi hasik berdasrkan akad mudharabah, akad musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan syariah. 4. Menyalurkan pembiyaan berdasarkan akad mudharabah, akad islam, akad

istisha, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 5. Menyalurkan pembiyaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah.

6. menyalurkan pembiyaan penyewa barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah mutahinya bittamlik atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

7. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

8. melakukan usaha kartu debit dan atau kartu pembiyaan berdasarkan prinsip syariah.

9. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko, sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan prinsip syariah, anatara lain, seperti akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah berdasrkan prinsip syariah.

10.Membeli surat berharga berdasrkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan atau BI.


(23)

perhitungan dengan pihak ketiga atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip syariah.

12.Melakukan penitipan atau kepentingan pihak lain berdasarkan suatu akad yang berdasarkan prinsip syariah.

13.Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasrkan prinsip syariah.

14.Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah berdasarkan prinsip syariah.

15.Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad wakalah.

16.Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasrkan prinsip syariah.

17.Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan dibidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

18.Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan prinsip syariah.

19.Melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Mum Syariah atau lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usaha berdasrkan prinsip syariah.

20.Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan pembiyaan berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya.


(24)

12

21. Berttindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun berdasarkan prinsip syariah.

22.Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

23.Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan sarana elektronik.

24.Menertibkan, menawarkan, dan memeperdagangkan surat berharga jangka pendek berdasarkan prinsip syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung maupun tidak langsung melalui pasar uang.

25.Menrbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pasar modal.

26.Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank umum syariah lainnya yang berdasarkan prinsip syariah.

2.1.2.3 Prinsip Dasar Perbankan Syariah

Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Menurut Syafi’I Antonio dalam Andi Dahlia (2012;19) Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut :


(25)

lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu

a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository)

adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggungjawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box.

b . Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository)

adalah akad penitipan barang/uang di mana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/uang titipan menjadi hak penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan.

2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah:


(26)

14

Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi dua jenis:

1). Mudharabah Muthlaqah

Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.

2). Mudharabah Muqayyadah

Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.

a. Al-Musyarakah

Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Dua jenis al-musyarakah:


(27)

yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.

2). Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.

3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Implikasinya berupa:

a. Al-Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

b. Salam

Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat- syarat tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.


(28)

16

c. Istishna’

Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga

bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna

4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)

Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. Al-ijarah terbagi kepada dua jenis:

(1) Ijarah, sewa murni.

(2) ijarah al muntahiya bit tamlik

merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.

5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:


(29)

melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer. b. Al-Kafalah

Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

c. Al-Hawalah

Al Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Kontrak hawalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada Factoring (anjak piutang), Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.

d. Ar-Rahn

A-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.

e. Al-Qardh

Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah.


(30)

18

2.1.3 Efisiensi

2.1.3.1 Pengertian Efisiensi

Pengertian efisiensi itu sendiri telah didefinisikan oleh banyak pakar ekonomi dan manajemen, salah satunya adalah pengertian Efisiensi menurut Iswardono dalam Ivan Gumilar dan Siti Komariah (2011;101):

Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari satu input yang dipergunakan.

Endri (2008;123) mendefinisikan efisiensi sebagai berikut:

Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah perusahaan dengan mengacu pada filosofi (kemampuan menghasilkan output yang optimal dengan inputnya yang ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan).

Sedangkan menurut Atmawardhana dalam Ivan Gumilar dan Siti Komariah (2011;101) terdapat 3 faktor yang menyebabkan efisiensi:

(1) apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar; (2) input yang lebih kecil mendapatkan hasil output yang sama; dan (3) dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih besar lagi.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efisiensi merupakan kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya untuk memperoleh hasil tertentu dengan menggunakan masukan (input yang serendah-rendahnya) untuk menghasilkan suatu keluaran (output), dan juga merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar.

Suatu pusat pertanggungjawaban dikatakan efisiensi jika pusat pertanggungjawaban tersebut :


(31)

menghasilkan keluaran dalam jumlah yang sama.

2. Mengguanakan sumber, atau biaya, atau masukan yang sama untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang lebih besar.

Menurut Berger dan Master dalam Endri (2008;123) Efisiensi industri perbankan dapat ditinjau dari sudut pandang mikro maupun makro.

Apabila dilihat dari sisi mikro, efisiensi dihubungkan dengan persaingan antar bank yang semakin ketat, apabila suatu bank mengalami ketidakefisiensian operasional secara terus menerus, maka secara lambat laun bank tersebut akan mengalami kebangkrutan atau bisa disebut juga diistilahkan likuidasi karena tersaingi oleh bank-bank yang mengalami tingkat efisien yang sangat baik. Oleh karena itu bank harus mengefisiensikan segala kegiatan operasionalnya agar bisa bertahan dan berkembang. Persaingan tersebut terjadi dengan kompetitornya dilihat dari segi harga (pricing) maupun dalam hal kualitas produk dan pelayanan. Hal-hal tersebut yang menyebabkan bank sulit mempertahankan nasabahnya dan menarik minat calon nasabahnya, sehingga input yang didapatkan menurun sedangkan output yang dibutuhkan lebih besar, maka bank tersebut memiliki kemungkinan untuk bangkrut atau dilikuidasi.

Sedangkan bank yang dikatakan efisien dilihat dari sisi Makro adalah bank yang mampu menjalankan fungsi intermediasi secara optimal melalui penyaluran kredit dengan biaya yang murah. Semakin banyak kredit yang disalurkan ke sektor riil, maka kegiatan investasi akan berkembang dan pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi, kinerja perbankan


(32)

20

akan semakin lebih baik dalam mengalokasikan sumber daya keuangan, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kegiatan investasi dan pertumbuhan ekonomi.

2.1.4 Rasio Keuangan

2.1.4.1Pengertian Rasio Keuangan

Menurut Slamet Riyadi (2006;155):

Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam prosentase atau kali.

Rasio keuangan perbankan yang sering diumumkan dalam neraca publikasi biasanya meliputi rasio permodalan yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR); Aktiva Produktif yaitu Aktiva Produktif Bermasalah, Non Performing Loan (NPL), PPAP terhadap Aktiva Produktif dan Pemenuhan PPAP; rasio Rentabilitas yaitu Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Beban Operasional Termasuk Pendapatan Bunga (BO/PO); rasio Likuiditas yaitu Cash Rasio dan Loan To Deposit Ratio (LDR).

Kegunaan rasio keuangan adalah untuk mengetahui kinerja keuangan suatu bank baik kinerja operasional maupun kinerja non operasional bank tersebut apakah telah bekerja secara efisien atau belum dan bagaimana tingkat kesehatan bank tersebut sudah dikatakan sehat atau kurang sehat, serta upaya-upaya apa yang harus dilakukan agar bank tersebut bisa dikatakan efisien bahkan bekerja lebih efisien serta bank dalam kategori sehat dan lebih baik lagi dalam segala bidang.


(33)

Menurut Slamet Riyadi (2006;155): Rasio Profitabilitas adalah perbandingan Laba (setelah pajak) dengan Modal (Modal Inti) atau Laba (sebelum pajak) dengan total Assets yang dimiliki banyak pada periode tertentu.

Dalam penelitian Hesty Lestiawati (2009;6) profitabilitas diistilahkan dengan rasio rentabilitas (earning): Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.

Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Agar hasil perhitungan rasio mendekati pada kondisi yang sebenarnya (ril), maka posisi modal atau assets di hitung secara rata-rata selama periode tertentu. pada rasio profitabilitas terdapat beberapa rumus perhitungan yang digunakan, rumus-rumus itu berupa ROA, ROE, NPM, BOPO.

2.1.4.3Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Menurut Slamet Riyadi (2006;159):

BOPO adalah rasio perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan.

Rumus:

BOPO = Biaya Operasional x 100% Pendapatan Operasional


(34)

22

Menurut Karyadi dalam Andi Arifin (2009;2) rasio ideal BOPO berkisar 70%-80%. Sehingga apabila prosentase BOPO melebihi 80% maka bank tersebut dikatakan inefisiensi. ketidakefisiensian bank tersebut dikarenakan karena Biaya Operasional yang sangat tinggi dan Pendapatan Operasional yang tidak cukup tinggi. Maka bank tersebut harus memperbaiki kinerja operasional bank agar menjadi efisien.

2.1.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu

NO Peneliti Judul Kesimpulan

Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan 1 Ivan

Gumilar dan Siti Komariah (2011) Pengukuran Efisiensi Kinerja Dengan Metode Stochastic Frontier Approach (SFA)Pada Perbankan Syariah Selama penelitian bahwa dana pihak ketiga, modal disetor, penempatan pada bank indonesia,penem patan pada bank lain,pembiayaan yang diberikan ada kaitannya secara simultan dengan efisiensi kinerja pada perbankan syariah. Pada penelitian ini seorang peneliti meneliti tingkat efisiensi kinerja seluruh bank syariah di Indonesia, sedangkan penulis meniliti salah satu bank syariah yang ada di Indonesia yaitu Bank Mandiri Variabel yang dianalisis sama yaitu efisiensi kinerja operasional bank.


(35)

KCP Braga Bandung

2. Andri (2008) Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia Varabel input dan variabel output berpengaruh terhadap efisiensi bank syariah dapat diterima. Hal ini berarti variabel yang digunakan pada penelitian ini berpengaruh terhadap efisiensi bank syariah di Indonesia. Efisiensi yang dihitung secara umum yaitu efisiensi teknis, sedangkan penulis hanya memfokusk an pada efisiensi kinerjanya saja. Variabel yang dianalisis sama yaitu efisiensi kinerja operasional bank dan indikator yang digunakan BOPO.

3. Rahmawati (2011) Efficiency of Fund Management of Sharia Banking in Indonesia (Based On Parametric Approach)

This study wich states that there is influence between

component input and output to the level of cost efficiency simultaneosly, can be accepted.

Metode yang digunakan Based On Parametric Approach, sedangkan penulis menggunak an rasio Efisiensi, sebagai standar pengukuran. Variabel input dan output yang digunakan sama yaitu Pendapatan Operasional dengan Biaya Operasional .

4. Yuliani ( 2007) Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas Pada Sektor Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Terdapat hubungan positif antara efisiensi operasional dengan kinerja profitabilitas. Maka dapat disimpulkan bahwa efisiensi operasional dipengaruhi oleh kinerja profitabilitas Pada penelitian ini analisis dilakukan pada seluruh bank go publik baik itu syariah ataupun konvension al, sedangkan Variabel yang digunakan sama yaitu efisiensi


(36)

24

bank tersebut. penulis hanya meneliti Bank Mandiri Syariah saja.

5. Andi Dahlia (2012) Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank Mandiri Syariah dengan PT. Bank Muamalat Indonesia. menunjukkan rasio CAR, dan ROA tidak terdapat

perbedaan yang signifikan. Sedangkan NPM, BOPO, dan LDR Bank Syariah Mandiri terdapat perbedaan secara signifikan dengan Bank Muamalat Indonesia Membandin gkan bank mana yang efisien. dengan menghitung tingkat efisiensi kinerja suatu bank. Sedangkan penulis hanya menggunak an satu bank yaitu Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung Variabel yang digunakan sama, yaitu Efisiensi Kinerja . dan

penelitian dilakukan di bank

syariah.

2.2 Kerangka Pemikiran

Efisiensi merupakan suatu parameter kinerja yang diukur melalui hasil variabel masukan atau input dan hasil variabel pengeluaran output. Suatu hasil kinerja dikatakan efisien apabila pengeluaran atau output yang optimal dengan input variabel yang sangat minimal. Efisiensi bagi sebuah bank merupakan aspek yang paling penting diperhatikan untuk mewujudkan kinerja keuangan yang sehat. Pengukuran efisiensi kinerja bisa dilakukan dengan rasio efisiensi yaitu dengan menghitung rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional


(37)

jika Rasio BOPO mencapai nilai 80% atau lebih. Semakin kecil Rasio BOPO maka bank dinilai memiliki efisiensi kinerja operasional yang semakin tinggi. Rendahnya rasio BOPO berarti bank dapat menutup biaya operasional dengan pendapatan operasionalnya. Kinerja keuangan suatu bank dapat ditingkatkan salah satunya dengan memperbaiki operasional keuangan bank tersebut. Apabila operasional bank tersebut tidak efisien, artinya pendapatan atau input yang didapatkan bank tidak cukup besar untuk menutupi pengeluaran atau biaya-biaya/ beban-beban bank yang dibutuhkan.

Bank Mandiri Syariah harus meningkatkan pendapatan operasionalnya, pendapatan operasional disini berupa pendapatan dari pihak ketiga atau pada perbankan syariah diistilahkan sebagai Mudharib .Maka dari itu Bank Mandiri Syariah harus pandai menarik minat masyarakat luas, yang sekarang lebih banyak mempercayai Bank Konvensional dibandingkan dengan Bank Syariah, mungkin salah satunya dengan cara iklan di media cetak atau elektronik, ataupun juga dengan cara hadiah-hadiah yang dapat menarik minat masyarakat sesuai dengan hukum islam. Kesimpulan awal semakin banyak nasabah (Mudharib) maka semakin besar pula pendapatan operasional Bank Mandiri Syariah tersebut.

Selain dari itu apabila Bank Mandiri Syariah menekan biaya-biaya operasional maka efisiensi kinerja Bank Mandiri Syariah tersebut akan meningkat. Penekanan biaya-biaya operasional itu bisa dengan cara mengurangi beban promosi atau beban bonus bagi para mudharib. Berdasarkan uraian diatas maka dibuat skema kerangka pemikiran sebagai berikut:


(38)

26

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

RASIO KEUANGAN

BANK

BANK SYARIAH

RASIO PROFITABILITAS

(BOPO)

EFISIENSI KINERJA OPERASIONAL

BANK ANALISIS

KINERJA PERUSAHAAN


(39)

27

3.1. Objek Penelitian

Objek Penelitian menurut Husein Umar dalam Narimawati (2010;29) : Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.

Objek dalam penelitian ini adalah efisiensi kinerja operasional bank. yang pada saat bank yang dijadikan unit penelitian adalah Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung.

3.2. Metode Penelitian

Metode Penelitian menurut Sugiyono (2007;4) adalah sebagai berikut : Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan, mencatat data, baik primer maupun sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atau data yang diperoleh.


(40)

28

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengertian dari Metode Deskriptif menurut Cooper dalam Ivan Gumilar dan Siti Komariah (2011;105) adalah sebagai berikut:

Metode Penelitian yang memberikan gambaran umum dan menjelaskan tentang data yang telah diperoleh, dimana gambaran dan penjelasan ini bisa menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang kita peroleh dan diakhiri dengan menarik kesimpulan.

Sedangkan Pendekatan Kualitatif yaitu penelitian yang didapatkan tidak langsung dari sumbernya melainkan dari data-data yang telah diolah baik berupa laporan keuangan bank tersebut ataupun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja efisiensi itu dari jurnal-jurnal, buku-buku , ataupun internet.

Dengan menggunakan metode deskriptif penulis akan menjelaskan atau memaparkan tentang pengukuran efisiensi kinerja operasional bank dengan menggunakan rasio efisiensi atau sering dikenal dengan istilah BOPO (Biaya Operasional/ Pendapatan Operasional) Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung, selain itu memaparkan tentang perkembangan efisiensi kinerja operasional Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung tersebut, serta memaparkan pula tentang kendala beserta solusinya guna untuk mempertahankan efisiensi kinerja operasional Bank Mandiri Syariah tersebut.


(41)

3.2.1. Desain Penelitian

Desain Penelitian menurut Murti dan Salamah (2005;47):

Desain Penelitian merupakan perencanaan, struktur, dan strategi desain penelitian dalam rangka menjawab pertanyaan dan mengendalikan penyimpangan yang mungkin terjadi.

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan permasalahan tentang efisiensi kinerja operasional bank sebagai indikasi dari fenomena inefisiensi BOPO yang terjadi pada beberapa tahun penelitian, lalu selanjutnya menetapkan judul penelitian yaitu Analisis Efisiensi Kinerja Operasional Bank dengan Menggunakan Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung

2. Mengidentifikasi permasalahan yaitu nilai prosentase BOPO yang terjadi pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung masih tergolong tinggi, serta pendapatan operasional yang didapat tidak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan.

3. Menetapkan rumusan masalah pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung, antara lain pengukuran efisiensi kinerja operasional bank dengan menggunakan rasio BOPO, serta menganalisis perkembangan efisiensi kinerja operasional bank dengan menggunakan rasio BOPO


(42)

30

4. Menetapkan tujuan penelitian yang disesuaikan dengan rumusan masalah yaitu tentang pengukuran efisiensi kinerja operasional Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung serta perkembangannya

5. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel efisiensi kinerja operasional bank sebagai variabel penelitian yang digunakan 6. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik

pengumpulan data yang berhubungan dengan efisiensi kinerja operasional bank pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung

7. Melakukan analisis data yang pada penelitian ini menggunakan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional sebagai pengukuran efisiensi kinerja operasional bank, sedangkan perkembangan efisiensi kinerja operasional bank menggunakan rasio pertumbuhan.

8. Melakukan pelaporan hasil penelitian yang berkaitan dengan judul tersebut 9. Menyimpulkan hasil penelitian

3.2.2. Operasionalisasi Variabel

Operasional variabel menurut Hasan Mustafa dalam Andi Dahlia (2012; 57) adalah sebagai berikut :

Proses penentuan ukuran suatu variabel, maka tidak semua variabel penelitian harus disusun definisi operasionalnya.

Sedangkan menurut Sugiyono dalam Umi Narimawati (2002;20) :

Operasionalisasi Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang maupun objek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh


(43)

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Maka dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi variabel adalah suatu ukuran penelitian, selain itu juga mendefinisikan variabel itu sendiri, serta menetapkan variabel dependent/terikat serta variabel independent/bebasnya. Dikarenakan pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, maka hanya ada satu variabel independent/bebas.

Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta informan yang terkait dalam penelitian. Selain itu juga disebutkan variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel dalam penelitian ini berupa variabel independent/ bebas, variabel independent/ bebas itu sendiri ialah efisiensi.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala

Efisiensi Efisiensi

merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah perusahaan dengan mengacu pada filosofi (kemampuan menghasilkan

output yang

optimal dengan inputnya yang ada, adalah merupakan kinerja yang diharapkan).

(Endri, 2008;123)

Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

BOPO = Biaya Operasional

Pendapatan OperasionalX 100 %


(44)

32

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan data 3.2.3.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah primer dan sekunder. Menurut Murti dan Salamah (2005; 85):

Sumber data primer adalah sumber data yang memberikan data kepada pengumpul data.Maksudnya data yang didapatkan oleh penulis adalah data yang didapatkan dengan secara langsung dari pihak terkait sebelum diolah terlebih dahulu. Data primer didapatkan dengan teknik pengumpulan data wawancara/ interview.

Sedangkan data sekunder menurut Murti dan Salamah (2005;85):

Sumber data yang secara tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalkan melalui dokumen atau arsip. Maksudnya data yang didapatkan dengan teknik dokumentasi, karena data tersebut telah diolah terlebih dahulu pihak bank. Data tersebut berupa laporan keuangan bank tersebut.

Penulis menggunakan kedua sumber data, yaitu data sekunder dan data primer karena peneliti ingin menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi/pengumpulan data sebagai data sekunder berupa laporan keuangan,dan dengan cara wawancara/interview sebagai data primer untuk identifikasi masalah yang terjadi pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga tersebut.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Adapun teknik penentuan data terbagi menjadi dua bagian, yaitu populasi dan sampel.


(45)

1. Populasi

Menurut Murti dan Salamah (2005;69): Populasi merupakan keseluruhan obyek yang diteliti dan terdiri atas sejumlah individu, baik yang terbatas (finite) maupun tidak terbatas (infinite).

Dalam penelitian ini populasi adalah laporan keuangan Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung sejak berdiri.

2. Sampel

Menurut Murti dan Salamah (2005;70): Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi.

Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan Purposive Sampling, yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Sekaran dalam Ivan Gumilar dan Siti Komariah, 2003).

Adapun yang dijadikan pertimbangan dalam penentuan sampel penelitian ini antara lain:

1. Bank-bank Syariah yaitu Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. 2. Telah menerbitkan laporan keuangan selama 3 bulan berturut-turut. 3. Bank-bank tersebut tidak merger dalam periode pengamatan.

Sampel penelitian ini adalah laporan keuangan Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2012.


(46)

34

3.2.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dala penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) yang dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada instansi yang menjadi objek untuk mendapatkan data primer dan sekunder.

Data primerdidapatkan melalui teknik-teknik sebagai berikut : a) Wawancara atau Interview

Teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Penulis mengadakan hubungan langsung dengan pihak-pihak yang dapat dianggap dapat memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan.

Sedangkan data sekunder didapat melalui beberapa cara, cara-cara tersebut antara lain:

a) Dokumentasi

Pengumpulan data dilakukan dengan menelaah dokumen-dokumen yang terdapat pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga tersebut. Mulai dari literatur dan buku-buku yang ada.

b) Studi kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mencatat, mempelajari text book dan buku–buku atau referensi, seperti jurnal, media cetak lainnya di perpustakaan dan Badan Pusat Statistik, internet berkaitan dengan masalah yang dihadapi. Studi kepustakaan berfungsi untuk mendapatkan informasi bersifat teoritis


(47)

yang akan diteliti sehingga penelitian memiliki landasan yang kuat sebagai suatu hasil ilmiah.

3.2.5. Rancangan Analisis

Rancangan analisis menurut Murti dan Salamah (2010:41) adalah

Uraian formula yang akan digunakan untuk memecahkan masalah (atau hipotesis penelitian) secara urut sesuai pengajuan perumusan masalah atau hipotesis.

Sedangkan Rancangan analisis menurut Umi Narimawati (2010;41), adalah

Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan doumentasi dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Sesuai dengan pengertian diatas, peneliti melakukan langkah-langkah dibawah ini untuk menganalisa serta memberi solusi mengenai masalah yang sedang diteliti.

1. Langkah pertama yaitu, merumuskan masalah dan sasaran penelitian. Rumusan dapat dikumpulkan dan diteliti dalam suatu penelitian, tetapi penelitian yang bermanfaat bagi Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung.

2. Menentukan suatu informasi yang dibutuhkan dengan cara yang efisien, biasanya di tempuh dengan cara mengumpulkan data primer dan data


(48)

36

sekunder. Dari penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan pengumpulan data primer maupun sekunder.

3. Mengumpulkan data dan informasi dengan cara mewawancara secara langsung salah satu pegawai atau pihak yang berwenang di Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung, serta data berupa laporan keuangan Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung.

4. Mengukur efisiensi kinerja operasional bank pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung dengan menggunakan rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

5. Menganalisis perkembangan BOPO Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung dengan menggunakan rasio pertumbuhan (Growth Ratio). 6. Menarik kesimpulan efisiensi kinerja operasional bank pada Bank

Mandiri Syariah KCP Braga Bandung, serta perkembangan BOPO Pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung tersebut.

3.2.5.1 Analisis Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Pada penelitian kali ini penulis menggunakan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) untuk mengukur efisiensi kinerja operasional bank pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung.

BOPO itu sendiri terdiri dari Biaya Operasional dibagi Pendapatan Operasional. Biaya Operasional tersebut terdiri atas seluru jumlah biaya usaha kecuali biaya bunga(bagi hasil). Sedangkan Pendapatan Operasional merupakan


(49)

jumlah pendapatan yang didapatkan oleh bank tersebut kecuali pendapatan bunga(bagi hasil).

Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur efisiensi kinerja operasional bank pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut:

= ���� � � ��

� � � � � �� %

Pada penelitian ini digunakan standar Bank Indonesia sebagai dasar tingkat efisiensi sebuah bank yaitu dilihat dari prosentasi BOPO yang berkisar antara 70%-80%.

3.2.5.2 Analisis Perkembangan/ Fluktuasi BOPO

Analisis Perkembangan/ Fluktuasi ini digunakan penulis untuk mengetahui seberapa besar perkembangan efisiensi kinerja operasional bank pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung. Analisis ini bisa dilihat dari laba yang didapatkan suatu bank atau pada penelitian kali ini merupakan perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional (BOPO). Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung perkembangan efisiensi kinerja operasional bank pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut

Penjelasan:

X = Perbandingan Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional (BOPO) dalam persen

n = Tahun yang diteliti


(50)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Dwi Tri Septiani

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 22 Desember 1992

Umur : 20 Tahun

Jenis Kelamin : Wanita

Agama : Islam

Negara : Indonesia

Alamat : Jl. Rajawali Timur no.158/26 Rt.09 Rw.03 Kel.Ciroyom Kec.Andir Bandung 40125

II. Pendidikan Formal

1. Taman Kanak-kanak Aissyah Tahun 1997.

2. Sekolah Dasar Swadaya Bandung Tahun 1998-2004.

3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 41 Bandung Tahun 2004-2007. 4. Sekolah Menengah Kejuruan N. 13 Bandung Tahun 2007-2010. 5. Terdaftar sebagai mahasiswi Universitas Komputer Indonesia

Fakultas Ekonomi Program Diploma III (D3) Program Studi Keuangan dan Perbankan Tahun 2010.

Bandung, September 2013 Yang bersangkutan,


(51)

Universitas Komputer Indonesia ABSTRACT

The research conducted at Sharia Mandiri Bank KCP Braga Bandung. In the current era of globalization, all of companies including the world of banking contribute to the economic development of the nation. The economic development in the world of banking with the proliferation of one bank who embrace sharia law or more known as Sharia Bank. The phenomena that often occurs at Sharia Bank especially Sharia Mandiri Bank KCP Braga Bandung less than desirable customer of bank compare to convensional bank is an increase in the percentage of BOPO inefficiency categorized.

The purpose of this research is to investigate percentage measurement of BOPO from 2005 until 2012, the progress of BOPO to investigate the solution or constraints faced by Sharia Mandiri Bank in order to maintain the level efficiency of BOPO.

Research results show that the percentage of BOPO at Sharia Mandiri Bank KCP Braga Bandung tends to have increased percentage of BOPO. The percentage level of BOPO has increased caused by less of marketing strategic so it takes funds from the allowance for losses in last year and the goverment decision to give more flexibility conventional bank to open Sharia Unit Business to improve the quality of sharia banking in Indonesia.

Keyword : Efficiency, BOPO

I.Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Penelitian

Menyadari bahwa pertumbuhan perbankan syariah nasional yang relatif cepat maka perbankan syariah harus memegang teguh prinsip syariah, prinsip kehati–hatian, memberikan manfaat bagi masyarakat dan mengembangkan sistem perbankan yang kompetitif. Untuk menciptakan hal–hal tersebut salah satu tugas berat bagi perbankan syariah yang harus sangat diperhatikan adalah dengan memperhatikan faktor efisiensi bank tersebut.

Menurut Hesty lestiawasti (2009;7) Penilaian efisiensi suatu bank bisa dilihat salah satunya dari perhitungan rasio efisiensi bank tersebut yang sering dikenal dengan istilah BOPO (Biaya Operasional/ Pendapatan Operasional).

Efisiensi menurut Atmawardhana dalam Ivan Gumilar dan Siti Komariah (2011;96) merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi menurut Astiyah dan Jardine dalam Ivan Gumilar dan Siti Komariah (2011;96) bank dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu. Dengan diidentifikasikannya alokasi input dan output, dapat dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab ketidakefisiensian (Iswardono dan Darmawan dalam Ivan Gumilar dan Siti Komariah ;2011)


(52)

Apabila melihat dari data diatas belum dapat disimpulkan faktor yang menyebabkan kurang optimalnya prosentase efisiensi kinerja pada PT. Bank Mandiri Syariah dari tahun 2005-2012, maka harus ada penelitian terlebih dahulu untuk mengetahui faktor yang menyebabkan hal tersebut. Maka dengan itu penulis mengambil judul “Analisis Efisiensi Kinerja Operasional Bank dengan Menggunakan Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung.”

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang ada pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga adalah (1) presentasi efisiensi kinerja pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga belum pernah mencapai titik optimal ;(2) nilai prosentase efisiensi Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung masih tergolong tinggi; (3) Variabel input yang ada tidak dialokasikan dalam variabel output secara optimal .

1.2.2. Rumusan Masalah

Maka dari itu, penulis akan merumuskan masalah–masalah yang akan dibahas, masalah–masalah tersebut diantaranya sebagai berikut:

1. Bagaimana mengukur efisiensi kinerja operasional bank dengan menggunakan rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung.

2. Seberapa besar perkembangan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Menggunakan rasio pertumbuhan Pada Bank

Mandiri Syariah KCP Braga Bandung.

3. Apa yang menjadi kendala dan bagaimana solusi untuk mempertahankan efisiensi kinerja operasional bank Pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mencari , mengumpulkan data dan mendapatkan informasi sebagai bahan dalam penelitian yang berhubungan dengan judul diatas yaitu “Analisis Efisiensi Kinerja Operasional Bank dengan Menggunakan Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung.”

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Mampu mengukur tingkat efisiensi kinerja operasional bank dengan menggunakan rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung.

2. Untuk mengetahui perkembangan efisiensi kinerja operasional bank dengan menggunakan rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung.

3. Untuk mengetahui kendala beserta solusinya dalam mempertahankan efisiensi kinerja operasional bank Pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Praktis

a) Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tolak ukur dan membantu bank untuk terus meningkatkan tingkat persentase efisiensi kinerja operasional bank.

1.4.2 Kegunaan Akademis


(53)

b) Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, referensi, dasar penelitian, dan pengetahuan bagi siapapun yang ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Efisiensi

2.1.1.1 Pengertian Efisiensi

Pengertian efisiensi itu sendiri telah didefinisikan oleh banyak pakar ekonomi dan manajemen, salah satunya adalah pengertian Efisiensi menurut Iswardono dalam Ivan Gumilar dan Siti Komariah (2011;101): Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari satu input yang dipergunakan. Endri (2008;123) mendefinisikan efisiensi sebagai berikut: Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah perusahaan dengan mengacu pada filosofi (kemampuan menghasilkan output yang optimal dengan inputnya yang ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan).

Sedangkan menurut Atmawardhana dalam Ivan Gumilar dan Siti Komariah (2011;101) terdapat 3 faktor yang menyebabkan efisiensi: (1) apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar; (2) input yang lebih kecil mendapatkan hasil output yang sama; dan (3) dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih besar lagi.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efisiensi merupakan kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya untuk memperoleh hasil tertentu dengan menggunakan masukan (input yang serendah-rendahnya) untuk menghasilkan suatu keluaran (output), dan juga merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar.

Suatu pusat pertanggungjawaban dikatakan efisiensi jika pusat pertanggungjawaban tersebut :

1. Menggunakan sumber, atau biaya atau masukan lebih kecil untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang sama.

2. Mengguanakan sumber, atau biaya, atau masukan yang sama untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang lebih besar.

Menurut Berger dan Master dalam Endri (2008;123) Efisiensi industri perbankan dapat ditinjau dari sudut pandang mikro maupun makro.

Apabila dilihat dari sisi mikro, efisiensi dihubungkan dengan persaingan antar bank yang semakin ketat, apabila suatu bank mengalami ketidakefisiensian operasional secara terus menerus, maka secara lambat laun bank tersebut akan mengalami kebangkrutan atau bisa disebut juga diistilahkan likuidasi karena tersaingi oleh bank-bank yang mengalami tingkat efisien yang sangat baik.

Oleh karena itu bank harus mengefisiensikan segala kegiatan operasionalnya agar bisa bertahan dan berkembang. Persaingan tersebut terjadi dengan kompetitornya dilihat dari segi


(1)

sedikit pada saat itu. Sehingga Pendapatan Operasional mampu menutupi Biaya-Biaya Operasional BSM itu sendiri.

2. Pada tahun 2006 Biaya Operasional yang dikeluaran oleh BSM sebesar Rp. 523.224.714 sedangkan Pendapatan Operasionalnya sebesar Rp.624.056.429. Hal ini berarti BSM memiliki BOPO sebesar 83.84%. Prosentase BOPO yang memiliki prosentase diatas 80% ini yang diategorian tidak ideal atau kata lain tidak efisien atau bisa diistilahkan juga dengan inefisiensi. Peningkatan prosentase BOPO yang melebihi 80% ini disebabkan karena kurangnya strategi marketing yang dilakukan sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan pada pendapatan jual-beli, adanya biaya operasional yang harus dibayar seperti beban umum dan administrasi yang meningkat di tahun 2006, adanya piutang murabahah dan pembiayaan yang digolongkan macet dikarenakan pihak manajemen beranggapan bahwa piutang murabahah dan pembiayaan tersebut tidak mungkin tertagih.

3. Biaya Operasional yang dikeluaran BSM dan Pendapatan Operasional yang diperoleh oleh BSM pada tahun 2007 masing-masing sebesar Rp. 728.252.280 dan Rp. 895.319.813. Maka dapat dihitung prosentase BOPO pada tahun 2007 sebesar 81.34%. Walaupun selisih ketidakefisienan BSM pada tahun ini berkurang dibandingkan tahun sebelumnya dikarenakan adanya kolektibilitas seluruh giro pada bank lain pada tahun 2007 yang digolongkan lancar oleh pihak manajemen bank. Tetapi tetap saja pada tahun ini BSM masih dikategorikan tidak ideal atau inefisiensi dikarenakan prosentase BOPO melebihi 80%, sehingga BSM harus mengatur sebagaimana rupa agar BSM bisa dikategorikan sebagai bank yang efisien.

4. Pada tahun 2008 Biaya Operasional yang dikeluaran oleh BSM sebesar Rp. 986.865.732 sedangkan Pendapatan Operasionalnya sebesar Rp. 1.279.857.303. Hal ini berarti BSM memiliki BOPO sebesar 77.10%. BOPO pada tahun ini kembali efisien, disebabkan adanya peningkatan GWM (Giro Wajib Minimum) dalam mata uang Rupiah sebesar 5,61 % dan untuk GWM dalam valuta asing (valas) sebesar 1,95 %. Hal ini membawa BSM mendapatkan bonus dari Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebesar 5,95 % sampai dengan 11,24 %.

5. Pada tahun 2009 Biaya Operasional yang dikeluaran oleh BSM sebesar Rp.1.090.275.832 sedangkan Pendapatan Operasionalnya sebesar Rp.1.418.036.558. Hal ini berarti BSM memiliki BOPO sebesar 76.88%. Prosentase BOPO ini dkarenakan ada peningkatan pendapatan pengelolaan dana atau operasional oleh bank meningkat dibanding tahun sebelumnya.

6. Pada tahun 2010 Biaya Operasional yang dikeluaran oleh BSM sebesar Rp.1.593.254.907 sedangkan Pendapatan Operasionalnya sebesar Rp.1.929.021.262 maka dari itu BSM memiliki BOPO sebesar 82.59%. Prosentase BOPO yang memiliki prosentase diatas 80% ini yang diategorian tidak ideal atau kata lain tidak efisien atau bisa diistilahkan juga dengan inefisiensi. Hal ini disebabkan karena adanya keputusan pemerintah untuk memperbolehkan bank umum konvensional membuka bank syariah secara terbuka. Karena itu BSM mempunyai banyak pesaing dalam mempertahankan serta menarik minat nasabahnya. Maka dapat disimpulkan bahwa pada tahun ini BSM mengalami penurunan pendapatan operasionalnya dibandingkan tahun sebelumnya, dikarenakan berkurangnya nasabah yang menyimpan dananya di BSM.

7. Pada tahun 2011 Biaya Operasional yang dikeluaran oleh BSM sebesar Rp.2.311.646.172 sedangkan Pendapatan Operasionalnya sebesar Rp.2.817.506.827 maka dari itu BSM memiliki BOPO sebesar 82.04%. Prosentase BOPO yang dikategorikan inefisiensi ini disebabkan karena BSM belum mampu mengendalikan adanya keputusan pemerintah untuk memperbolehkan bank umum konvensional


(2)

membuka bank syariah secara terbuka. Tetapi ketidakefisienan BSM menurun, bisa dikatakan lebih baik dibandingkan pada tahun 2010 mencapai 82.59%.

8. Pada tahun 2012 Biaya Operasional yang dikeluaran oleh BSM sebesar Rp.221.623.893 sedangkan Pendapatan Operasionalnya sebesar Rp.273.163.081 maka dari itu BSM memiliki BOPO sebesar 81.13%. Pada tahun 2012 Biaya Operasional serta Pendapatan Operasional terhitung pada bulan januari 2012 hingga mei 2012, dikarenakan data tahun secara keseluruhan belum dipublikasikan. Prosentase BOPO yang dikategorikan inefisiensi ini disebabkan karena BSM belum mampu mengendalikan adanya keputusan pemerintah untuk memperbolehkan bank umum konvensional membuka bank syariah secara terbuka. Tetapi ketidakefisienan BSM menurun, bisa dikatakan lebih baik dibandingkan pada tahun 2011 mencapai 82.04%.

4.2.2 Analisis Perkembangan/Fluktuasi BOPO Periode 2005-2012

Agar dapat menganalisis perkembangan dari Bank Syariah Mandiri (BSM) untuk itu penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

Penjelasan:

X = Perbandingan Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional (BOPO) dalam persen.

n = Tahun yang diteliti

Berikut tabel untuk mengetahui perkembangan BOPO pada Bank Syariah Mandiri periode 2005-2012:

Tabel 4.2

Perkembangan BOPO Bank Syariah Mandiri Per 2005-2012

Tahun BOPO

(%)

Fluktuasi (%)

1 2005 76.05

-

2 2006 83.84

7,79

3 2007 81.34

-2,5

4 2008 77.10

-4,24

5 2009 76.88

-0,22

6 2010 82.59

5,71

7 2011 82.04

-0,55

8 2012 81.13

-0,91

JUMLAH 5,08

Sumber: Laporan Keuangan Bank Mandiri Syariah, data diolah

Dari tabel diatas dapat digambarkan perkembangan BOPO BSM dengan grafik dibawah ini:


(3)

Grafik 4.1

Perkembangan BOPO Bank Mandiri Syariah Periode 2005-2012

Berdasarkan grafik 4.1 diatas, diketahui bahwa perkembangan BOPO pada Bank Syariah Mandiri dari tahun 2005 sampai dengan 2006 mengalami kenaikan sedangkan dari tahun 2006 sampai dengan 2008 mengalami penurunan yang sangat signifikan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penyebab terjadinya kenaikan prosentase BOPO di tahun 2005 sampai 2006 adalah dikarenakan oleh kurangnya strategi marketing yang dilakukan sehingga mengakibatkan terjadinya kenaikan prosentase yang dikategorikan tidak ideal atau inefisiensi, kenaikan BOPO tersebut selain dari kurangnya strategi marketing disebabkan dikarenakan adanya penurunan pada pendapatan jual-beli, adanya biaya operasional yang harus dibayar seperti beban umum dan administrasi yang meningkat di tahun 2005-2006, adanya piutang murabahah dan pembiayaan yang digolongkan macet dikarenakan pihak manajemen beranggapan bahwa piutang murabahah dan pembiayaan tersebut tidak mungkin tertagih.

Selain itu kenaikan prosentase BOPO pada tahun 2010 sampai dengan 2012, seperti telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya hal ini dikarenakan pemerintah mulai membuat peraturan tentang bank konvensional boleh membuka bank syariah sebagai unit usaha syariahnya secara besar-besaran guna mempromosikan bank mengadopsi hukum islam dalam kegiatan perbankannya. Sehingga BSM kesulitan untuk mempertahankan nasabahnya dengan menjamurnya pesaing bank syariah baru lain yang gencar mencari nasabah.

4.2.3 Kendala yang Dihadapi dan Solusi Untuk Mempertahankan Efisiensi Kinerja Operasional Bank Pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung

Kendala adalah sebuah rintangan atau halangan yang terjadi pada suatu individu atau kelompok yang harus dihadapi dengan menggunakan solusi sebagai jalan keluar. Solusi yang diambil oleh Bank Syariah Mandiri (BSM) biasanya adalah hasil dari kesepakatan yang telah disepakati bersama oleh para pegawai bank tersebut.

Pada tahun 2005-2006 kendala yang sedang dihadapi BSM dalam menurunkan prosentase BOPO seperti yang telah dijelaskan diatas dikarenakan adanya penurunan pada pendapatan jual-beli, adanya biaya operasional yang harus dibayar seperti beban umum dan

72 74 76 78 80 82 84 86

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

BOPO (%)


(4)

administrasi yang meningkat di tahun 2005-2006, adanya piutang murabahah dan pembiayaan yang digolongkan macet dikarenakan pihak manajemen beranggapan bahwa piutang murabahah dan pembiayaan tersebut tidak mungkin tertagih.

Untuk itu solusi yang akan digunakan dalam menurunkan prosentase rasio BOPO BSM pada tahun 2005-2006 adalah dengan adanya penyisihan kerugian aset produktif dan aset non-produktif sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI), adanya jumlah penyisihan kerugian efek-efek, adanya bagi hasil penempatan pada bank lain, pembiayaan yang akan diberikan/disalurkan lebih dikaji ulang kembali supaya tidak terjadinya pembiayaan yang macet, untuk aktiva tetap tertentu diasuransikan terhadap resiko kebakaran dan resiko lainnya berdasarkan paket polis tertentu.

Pada tahun 2008-2010 kendala yang sedang dihadapi BSM dalam menurunkan prosentase BOPO seperti yang telah dijelaskan diatas dikarenakan pemerintah mulai membuat peraturan tentang bank konvensional boleh membuka bank syariah sebagai unit usaha syariahnya secara besar-besaran guna mempromosikan bank mengadopsi hukum islam dalam kegiatan perbankannya. Sehingga BSM kesulitan untuk mempertahankan nasabahnya dengan menjamurnya pesaing bank syariah baru lain yang gencar mencari nasabah.

Untuk itu solusi yang akan digunakan dalam menurunkan prosentase rasio BOPO BSM pada tahun 2008-2010 adalah dengan menarik minat nasabah lebih gencar lagi, terutama pada bagian marketingnya dengan cara promosi besar-besaran seperti promosi di media elektronik contohnya iklan, lalu promosi hadiah seperti bank-bank syariah lain dan tentunya dengan memperhatikan biaya operasional yang dikeluarkan masih sesuai dengan pendapatan yang diterima oleh pihak bank. Selain itu solusi yang dilakukan BSM membuka fasilitas-fasilitas bank lain selain menghimpun dana serta menyalurkan dana, yaitu fasilitas jasa produk, jasa operasional serta jasa investasi. Jasa investasi inilah yang mampu menjadi solusi terbaik bagi BSM guna menurunkan kembali prosentase rasio BOPO yang dikategorikan inefisiensi. Jasa investasi BSM tersebut dengan membuka fasilitas jasa gadai emas, yang tidak semua bank memiliki fasilitas jasa ini baik bank syariah mampu bank konvensional di seluruh Indonesia. V. Kesimpulan Dan Saran

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis membahas penelitian dan menganalisis yang berhubungan dengan

“Analisis Efisiensi Kinerja Operasional Bank dengan Menggunakan Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Pada Bank Mandiri Syariah KCP Braga Bandung.” dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Pada beberapa tahun 2006, 2007, 2010, 2011, 2012 tingkat prosentase BOPO Bank Syariah Mandiri (BSM) mengalami kenaikan, kenaikan tersebut dikategorikan inefisiensi hal ini disebabkan oleh kurangnya strategi marketing yang dilakukan selain itu terjadinya penurunan pada pendapatan jual-beli, adanya biaya operasional yang harus dibayar seperti beban umum dan administrasi yang meningkat di tahun 2006, adanya piutang murabahah dan pembiayaan yang digolongkan macet dikarenakan pihak manajemen beranggapan bahwa piutang murabahah dan pembiayaan tersebut tidak mungkin tertagih. Selain itu kenaikan prosentase BOPO dikarenakan pemerintah mulai membuat peraturan tentang bank konvensional boleh membuka bank syariah sebagai unit usaha syariahnya secara besar-besaran guna mempromosikan bank mengadopsi hukum islam dalam kegiatan perbankannya. Sehingga BSM kesulitan untuk mempertahankan nasabahnya dengan menjamurnya pesaing bank syariah baru lain yang gencar mencari nasabah.

Penurunan BOPO yang terjadi pada Bank Syariah Mandiri (BSM) pada tahun 2005, 2008 & 2009 tersebut dikarenakan kurangnya pesaing pada tahun 2005, kolektibilitas seluruh giro


(5)

pada bank lain tergolong lancar, serta peningkatan Giro Wajib Minimum (GWM) yang membawa BSM mendapatkan bonus dari Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).

Solusi yang digunakan Bank Syariah Mandiri dalam menghadapi kendala peningkatan prosentase BOPO adalah dengan adanya penyisihan kerugian aset produktif dan aset non-produktif sesuai dengan yang diatur oleh Peraturan Bank Indonesia (PBI), bagi hasil dari penempatan pada bank lain dapat menutup kerugian, dalam menyalurkan pembiayaan lebih dikaji ulang agar tidak terjadinya pembiayaan yang macet, untuk aktiva tetap tertentu diasuransikan terhadap resiko kebakaran dan resiko lainnya berdasarkan polis tertentu.

5.2 Saran

Sebagai masukan penulis mengemukakan beberapa saran yang kiranya bermanfaat dan berguna bagi Bank Syariah Mandiri. Adapun saran sebagai berikut:

1. Strategi marketing perlu ditingkatkan kembali agar tidak terjadi kembali inefisiensi kinerja operasional bank. Strategi marketing tersebut salah satunya dengan promosi iklan melalui media cetak/ elektronik, hadiah undian sebagai daya tarik minat bagi nasabah, serta promosi produk secara langsung (melalui sales promotion) pada tempat-tempat yang ramai dikunjungi seperti mal, tempat perbelanjaan lainnya, kantor, bahkan rumah ke rumah. 2. Dalam penyaluran pembiayaan perlu dikaji dan diteliti ulang agar tidak terjadinya

pembiayaan yang macet.

3. Giro Wajib Minimum (GWM) dari Bank Syariah Mandiri (BSM) perlu dipertahankan dan ditingkatkan agar kepercayaan masyarakat/nasabah dan pihak investor lainnya dapat terjaga dengan baik.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Andi Arifin. (2009). Analisis Tingkat Efisiensi Bank dengan pendekatan Data

Envelopment Analisis (DEA). Semarang: Universitas Brawijaya.

Andi Dahlia. (2012). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri

Dengan PT. Bank Muamalat Indonesia. Makassar: Fakultas Ekonomi & Bisnis

Universitas Hasanudin.

Andri. (2008). Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia. Institut Keuangan

Perbankan dan Informatika Asia Perbanas .

Arfan Suryadi. (2011). Analisis Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Periode

2005-2010. Makassar: Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Hasanudin

Endri. (2011). Evaluasi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi Two-Stage Data

Envelopment Analysis. STEI Tazkia

Herdianti, R. A. (2012). Analisis Laporan Laba/Rugi Pada Bank Syariah Mandiri

Bandung Periode 2005-2012. Bandung.

Hesty Lestiawati. (2009). Analisis Tingkat Kesehatan Bank di Indonesia. Jakarta:


(6)

Ivan Gumilar., & Siti Komariah. (2011). Pengukuran Efisiensi Kinerja Dengan Metode Stochastic Frontier Approach Pada Perbankan Syariah. Bisnis & Manajemen .

Kasmir. (2002). Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers.

Muhamad. (2002). Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: (UPP) AMPYKPN.

Muhamad. (2008). Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Murti, & Salamah. (2005). Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi.

Umi Narimawati., Sri Dewi Anggadini., & Linna Ismawati. (2010). Penulisan Karya

Ilmiah. Bekasi: Genesis.

Rafika. (2011). Efficiency of Fund Management of Sharia Banking in Indonesia (Based On

Parametric Approach). International Journal of Academic Research in Economics

and Management Science .

Slamet Riyadi. (2003). Banking Assets and Liability Management. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sugiyono. (2011).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Yuliani. (2007). Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas Pada Sektor Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta.