BAB V HASIL PEMBAHASAN
5.1. Penganggaran Daerah di Pemerintahan Kabupaten Banggai
Proses penyusunan anggaran terdiri dari proses perencanaan dan penganggaran daerah di pemerintah kabupaten Banggai yang melibatkan
TAPD sebagai Tim Anggaran Pemerintah Daerah, yang terdiri dari Bappeda, Bina Program, dan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
Daerah. Adapun proses penyusunan anggaran daerah di Pemerintah Kabupaten banggai adalah sebagai berikut :
Gbr 5.1 : proses penyusunan anggaran daerah :
Perencanaan Penganggaran
Bappeda
RPJMD
Renja SKPD e-budgeting
ASB
SHSD
HSPK
Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan
Bina Program
DPA RKA SKPD
Kegiatan Pelaksanaan
Program
Sumber : Staf Sekretaris Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan aset daerah
57
menurut hasil survei dilapangan terdapat beberapa kendala dalam proses penyusunan anggaran daerah terkait dengan masalah sumber daya
manusianya yang menyebabkan keterlambatan dalam penyusunan anggaran tepat waktu, kurangnya informasi terhadap anggaran daerah dari masing-
masing SKPD dan masyarakat yang menyebabkan kurangnya partisipasi masyarakat terhadap anggaran daerahnya, disamping itu juga masih adanya
perbedaan persepsi dan tumpang tindihnya Peraturan Pemerintah antara PP 24 Tahun 2005 dengan Permendagri 13 Tahun 2006 sebagai pedoman
pengelolaan keuangan daerah yang menyebabkan sulitnya pengawasanpenilaian terhadap kinerja pemerintah daerah yang
bersangkutan dalam melaksanakan kewenangannya. Selain itu permasalahan lain yang dapat menghambat proses
penyusunan anggaran daerah adalah kemampuan SDM dan fasilitas pendukung yang kurang baik. Hal tersebut didukung oleh kurangnya
pegawai dalam memperoleh pelatihan keuangan. Untuk itu perlu mengembangkan modul untuk pelatihan penyusunan anggaran berdasarkan
kinerja bagi karyawan serta pertukaran informasi dalam bidang penganggaran, di Pemerintahan Kabupaten Banggai sendiri terdapat dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah yang terdiri dari 3 tiga bagian, yaitu bagian Anggaran, Bagian Perbendaharaan dan
Verifikasi, dan Bagian Akuntansi dan Kas.
TAPD, selaku Tim Anggaran Pemerintah Daerah dalam proses penyusunan anggaran memiliki tugas dan fungsi masin-masing dalam
proses perencanaan dan penganggaran. Bappeda bertujuan untuk mengkaji usulan program dari masing-masing SKPD yang berdasarkan isu dari
bawah berupa kegiatan Musrenbang, dengan membuat adanya pagu indikatif sebagai batas maksimal anggaran. Bina Program bertujuan untuk
mengevaluasi usulan kegiatan dari masing-masing SKPD sesuai dengan perencanaan program dari Bappeda, sedangkan Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah bertujuan untuk melaksanakan programkegiatan yang telah disetujui dengan adanya Dokumen
Pelaksanaan Anggaran. Keberhasilan suatu daerah dalam mengoptimalkan fungsi daerahnya
harus memperhatikan adanya anggaran daerahnya dan pemerintah daerah dalam hal ini harus memiliki kemampuan mengatur keuangan daerahnya
sebagaimana yang telah diatur dalam Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah menyatakan bahwa APBD
disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah, dimana penyusunan APBD ini
berpedoman pada RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara.
Pemerintah kabuaten Banggai dalam hal ini berusaha mengopimalkan fungsi daerahnya dalam perencanaan program dan kegiatan dari masing-
masing SKPD dengan memperhatikan kemampuan daerahnya. Penyusunan
anggaran dari suatu SKPD tidak terlepas dari adanya perencanaan anggaran, maka dalam hal ini perencanaan dan penganggaran merupakan
kegiatan yan terintegrasi. Partisipasi masyarakat yang berkembang melalui Musrenbang yang kemudian menjadi bahan bagi para SKPD dan TAPD
untuk menyusun kegiatan yang akan dilaksanakan. Musrenbang adalah langkah awal dalam perencanaan anggaran. Melalui musrenbanglah
pemerintah kabupaten Banggai melakukan pembangunan daerah ini yang tidak lepas dari RPJMD. Pada era saat ini, pemerintah tidak lagi
menggunakan sistem sentralisasi yang telah dianut semasa orde baru. Saat ini pemerintah khususnya pemerintah kabupaten banggai benar-benar
menggunakan aspirasi masyarakat dalam bekerja. Pemerintah kabupaten saat ini menggunakan sistem desentralisasi dan bottom-up, yaitu alur yang
berjalan dari bawah – ke atas. Seperti yang disampaikan seorang informan Hj. S.U Kepala Dinas pada Dinas Pendapatan Pengelolaan keuangan dan
aset daerah menyatakan : “dikantor ibu menggunakan pendekatan bottom up, yaitu
pendekatan dari bawah, awalnya torang harus menjalin asmara dengan masyarakat atau yg dinamakan silahturahmi
dengan masyarakat, fungsinya untuk taw apa maunya masyarakat. Selain itu kita turun lapangan beserta tim
TAPD baik itu perwakilan DPR, DPPKAD, Bapedda. Biar kita taw maunya masyarakat.”
Salah seorang informan memberikan penjelasan yang menyatakan : “Kalo APBD itu cuma berupa data rincian nominal saja.
Samua proses kegiatan berawal dari bawah yaitu tingkat desakelurahan, kecamatan hingga kabupaten., samua hasil
usulan masyarakat dari musrenbang kemudian oleh SKPD disusun dan dilaporkan kepada TAPD, dan TAPD
memnyusun dan memprioritaskan atau bikin urutan urutan apa saja yang sangat di perlukan oleh warga maupun
masyarakat”. bapak Hendra staf system informasi di DPPKAD
Salah seorang informan yaitu tokoh masyarakat H.U Menambahkan : dalam proses musrenbang biasanya kurang cukup efisien,
hal ini dikarenakan banyak undangan yang tidak hadir. Sehingga, tim TAPD kewalahan untuk memutuskan skala
prioritas ke tingkat kecamatan, sehingga di tingkat kecamatan atau tingkat kabupaten, sering terjadi kisruh
antar tokoh masyarakat mengenai pemerataan anggaran dan prioritas anggaran
Musrenbang mutlak adanya, dan sudah diatur dalam undang-undang tentang tata cara dan prosedur musrenbang. Seperti pada SE Bersama
Kepala Bappenas dan Mendagri Nomor 1181M.PPN022006 dan 050224SJ tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang Tahun
2006. Sudah jelas bahwa musrenbang adalah bagian awal dari penyusunan APBD dan masyarakatlah yang memegang kendali.
Pelaksanaan Musrenbang, dimulai dengan adanya proses pendahuluan dan bentuk penyepakatan antara Kepala daerah dan dewan mengenai usulan
programkegiatan suatu SKPD. pelaksanaan program musrenbang tersebut adalah suatu program yang membantu kegiatan perencanaan pembangunan
Kabupaten Banggai dan dalam pelaksanaannya yang terdiri dari daftar usulan kegiatanprogram untuk tahun berikutnya, laporan program untuk
tahun berikutnya dan daftar pekerjaan. Dengan ketetapan tersebut akan memudahkan perencanaan anggaran dan dengan adanya keterbukaan
informasi akan memberikan kemudahan dan pengetahuan bagi masing- masing SKPD akan program dan kegiatan apa saja yang dilaksanakan dan
memberi kemudahan bagi masyarakat untuk mengetahui apa saja yang telah dianggarakan dan dapat memberikan usulan kegiatan apa yang
diinginkan untuk masuk dalam anggaran berikutnya dalam forum pengajuan.
Gbr 5.2 : alur dari Musrenbang sebagai berikut
Musrenbang Kecamatan
Musrenbang Kabupaten
Kota
TAPD
Tim Anggaran Pemerintah
Daerah
SKPD
Musrenbang Kelurahan
Sumber : Staf Sekretaris Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan aset daerah
Awal dari perencanaan anggaran adalah musrenbang tingkat Kelurahan. Di dalam Musrenbang tingkat Kelurahan inilah isu-isu dari
elemen masyarakat yang paling bawah muncul dan berkembang. Adapun yang hadir dalam Musrebang tingkat Kelurahan adalah RT, RW, Pokja,
LKMK, Paud, Tokoh Masyarakat Dalam satu lingkup Kelurahan. Mereka saling mengungkapkan kebutuhan daerah mereka masing-masing. Pada
Musrenbang tingkat Kecamatan, yang hadir hanyalah wakildelegasi yang telah ditunjuk oleh tingkat Kelurahan setempat untuk memperjuangkan
aspirasi mereka dan dihadiri oleh 15 SKPD. Kemudian Musrenbang tingkat KabKota dihadiri seluruh Kecamatan dalam satu daerah, 15 SKPD yang
kemudian akan di bahas lebih lanjut oleh TAPD yang terdiri dari Bappeda, Bina Program, dan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan aset.
Namun berdasarkan hasil penelitian lapangan oleh peneliti dalam 1 Kelurahan, peneliti melihat ada sesuatu yang ganjal dalam kegiatan
Musrenbang tingkat Kelurahan. Adapun temuan yang diperoleh, yaitu : 1 Pada saat Musrenbang
berjalan di tingkat Kelurahan, para undangan yang hadir tidak optimal, masih ada beberapa undangan yang tidak mengikuti kegiatan Musrenbang.
Bahkan untuk waktu, sangat-sangat jauh dari waktu yang sudah ditetapkan. Untuk menunggu para undangan dan sebagainya, harus menunggu kira-kira
satu jam untuk memulai acara. Padahal masa depan pembangunan daerah ada pada aspirasi-aspirasi mereka. Kurang sadarnya masyarakat akan
kegiatan ini, menandakan bahwa metode yang dianut Pemerintah Daerah yaitu Bottom-up tidak begitu optimal. 2 Dalam Kegiatan Musrenbang,
fokus perhatian para peserta Musrenbang lebih dominan kepada
programkegiatan yang bersifat pembangunan fisik, sementara pembangunan non fisik tidak terlalu banyak di bahas.
Bappeda sebagai bagian dari Tim Anggaran Pemerintah Daerah, sebagai badan Perencana Program Daerah dan badan yang terjun langsung
dalam kegiatan Musrenbang tingkat Kecamatan, bersama petugas kecamatan menghimbau kepada masyarakat akan kesadaran mereka akan
partisipasi dalam Musrenbang. Seperti diungkapkan oleh Ibu S.U Kepala dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan aset menyatakan :
“dalam kaitannya mengenai musrenbang, proses perencanaan itu da tiga tahap yaitu musrenbang tingkat
desa atau kelurahan, musrenbang tingkat kecamatan, dan musrenbang tingkat kabupaten, dalam musrenbang ini
setiap tingkatan akan mengusulkan program dan kegiatannya masing masing, dan kemudian di prioritaskan
mana yang lebih dibutuhkan oleh masyarakat setempat dan kemudian diajukan ke tingkat yg lebih tinggi atau ke
TAPD.
Seperti diungkapkan oleh Bapak H.U Tokoh Masyarakat kelurahan Luwuk, mantan lurah di kelurahan luwuk dan bungin. :
“sebenarnya dalam musrenbang baik di tingkat kelurahan, kecamatan dan kabupaten tidak ada masalah siiiihh, Cuma
yang torang sering kecewakan, masih banya usulan usulan kami yang belum dikabulkan oleh pemerintah, dan kami
pun lumayan paham dengan keadaan keuangan daerah, arti kata pemerataan kesejahteraan daerah kita gitu...
Ditambahkan oleh lurah bungin bapak K.C : proses penyusunan anggaran dari tingkat kelurahan
menurut pengalaman saya cukup baik, karna sebelum kita mengadakan musrenbang di tingkat kelurahan, setiap RT
dan RW sudah menyediakan program program yang akan di canangkan di tahun akan dating, sehingga kami tdk
kesulitan untuk membahas dan melaporkannya ketingkat yang lebih tinggi lagi yaitu di musrenbang kecamatan.
Penyusunan anggaran daerah disusun berdasarkan adanya Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD berdasarkan programkegiatan yang
telah disusun oleh SKPD. Kemudian TAPD membuat KUA dan PPAS, kebijakan anggaran yang bersifat sementara. Proses penetapan KUAPPAS
dalam penyusunan anggaran sebagai sasaran kebijakan, sebagai pedoman penyusunan RAPBD Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah dan sebagai batas maksimum anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap progam dan kegiatan sebagai acuan dalam penyusunan
RKA SKPD. Rencana kerja anggaran berupa usulan program dan kegiatan yang terdiri dari pendapatan dan belanja daerah, dimana masing-masing
SKPD membuat perencanaannya dan rancangan berupa draf program dan kegiatan yang akan disampaikan oleh TAPD yang terdiri dari Bappeda,
Bina Program, dan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kadis DPPKAD :
“Begini nak, setiap program SKPD itu harus direncanakan kegiatannya terlebih dahulu masing-masing, kalau
pendapatan dia merencanakan pendapatannya, kalau belanja yaa dia merencanakan belanjanya. Jadi setiap
SKPD yang membuat perencanaannya dan membuat rancangan berupa draf atau usulan yang akan disampaikan
oleh TAPD. untuk pendapatan daerah banggai sandiri masih fluktuasi, seperti perusahan minyak di matilandok,
itu sudah menjadi pendapatan daerah banggai akan tetapi masih ada bagi hasilnya dengan propinsi sulteng”.
Ibu S.U Kadis DPPKAD
Dari RKA SKPD yang telah disusun, masih banyak ditemukan indikator kinerja untuk keluaran dan hasil yang belum sesuai dengan
kagiatan dan program yang dilaksanakan. Fokus perhatian dari para aparatur masih pada kegiatan yang akan dilaksanakan. Mereka belum
memperhatikan sampai pada indikator kinerja untuk keluaran dan hasil yang ingin dicapai. Ibu S.U Kadis DPPKAD kabupaten banggai
menyatakan : “klo indikator tergantung dari program dan kegiatan
SKPD… kalau programnya sudah terencana dengan baik maka diimbangi dengan kemampuan keuangan daerah
kami, tetapi kalau programnya sudah teralokasi tapi kemampuannya tidak ada maka fokus perhatian kembali
keskala prioritas tadi”.
Seperti di kemukakan oleh tokoh masyarakat H.U mengenai skala prioritas anggaran :
skala prioritas berhubungan dengan kader pembangunan desa. Kita persiapkan musrenbang harus dari paling bawah
yaitu rt rw, baik itu social, budaya, fisik prasarana, ekonomi, kesehatan dan lain lain.
Proses penyusunan RKA SKPD adalah suatu proses awal sebelum ditetapkan menjadi dokumen anggaran berupa rincian atau usulan berupa
rencana kerja anggaran sebelum sebelum dietapkan dan disetujui maka anggaran itu akan dievaluasi lagi program dan kegiatannya. Adapun alur
pengerjaan RKA SKPD dalam mengevaluasi program dan kegiatan ke anggaran APBD menggunakan Analisis Satuan Belanja ASB, Standar
Harga Satuan Dasar SHSG, dan HSPK Harga Satuan Pelaksana Kegiatan. Ibu S.U Kadis DPPKAD kabupaten banggai menyatakan :
“sekarang kan anggaran berbasis kinerja dan menggunakan adanya analisis satuan belanja ASB,
kan sudah ada tolak ukurnya. Misalnya kerjaan yang dibutuhkan sekian persen , tenaga kerja sekian persen
dan jasa sekian persen. Contohnya belanja pembuatan jalan sekian meter, itu sudah ada standar harganya.”
Bina program sebagai bagian dari Tim Anggaran Pemerintah Daerah bertugas untuk melaksanakan kegiatan dari masing-masing SKPD, dimana
Bina Program bekerja sama dengan Bappeda dalam menyusun anggaran. Bappeda sebagai badan perencana program daerah dengan berpedoman
pada RPJM dan Renja SKPD. Bappeda sebagai TAPD yang bertugas untuk membuat adanya rencana-rencana program yang memberikan dana untuk
masing-masing program yang sudah terencana dari suatu SKPD dengan membuat adanya pagu indikatif atau batasan anggaran berdasarkan PPAS.
Ibu S.U Kadis DPPKAD kabupaten banggai menyatakan : “Kita disini tinggal menetapkan program-program apa
yang dibutuhkan masing-masing SKPD dengan batasan anggaran sekian, biasanya itu di pagu…
misalnya dana untuk anggaran pengadaan motor temple di kawasan pesisir pantai yang terdiri dari
beberapa kecamatan, ya kita akan mengevaluasi dan diberi dana tapi sesuai dengan batasan dana keuangan
dari pemerintah atau yang disebut alokasi anggaran….”
Mengenai Skala Prioritas, Seperti yang diungkapkan oleh tokoh masyarakat di kota luwuk bapak H.U :
karna sebagian besar kabupaten banggai penduduknya tinggal berada didaerah pesisir pantai, maka banyak skala
prioritas yang ditonjolkan pemerintah dengan memfasilitasi para nelayan dengan sebelumnya
menggunakan peralatan nelayan yang tradisional, dan sekarang berubah menjadi peralatan nelayan yang cukup
modern, sehingga dapat menaikkan pendapatan perkapita daerah
Sehingga masing-masing Dinas tersebut akan membuat rencana programnya dengan memperhatikan batasan anggaran yang sudah
ditetapkan dalam pagu indikatif. Jadi dalam hal ini, Bappeda akan memberikan rencana-rencana program yang dibutuhkan oleh SKPD dalam
software yang sudah ada, dimana SKPD sendiri yang akan menetapkan program-program apa saja yang akan dibutuhkan. Setelah program-program
tersebut dibuat dan direncanakan, Bappeda akan menyampaikannya dengan Bina Program, sehingga Bina Program akan mengkaji dan mengevaluasi
program-program dari suatu SKPD ke dalam kegiatan-kegiatan apasaja yang dibutuhkan, diprioritaskan, yang dilaksanakan dan apa yang
dihilangkan ke sistem yang sudah ada. Dengan adanya sistem tersebut akan dapat membantu masing-masing SKPD untuk merencanakan kegiatannya
tersebut untuk tahun berikutnya. Adapun sistem tersebut antara lain : e- budgeting, e-procurement dan e-delivery adalah suatu rincian-rincian
kegiatan apasaja yang dibutuhkan dari suatu SKPD. Dengan adanya e- budgeting anggaran sudah ditetapkan kedalam standar harga yang jelas.
Jadi dalam hal ini e-budgeting adalah program yang digunakan dalam proses penyusunan anggaran dengan menetapkan standar satuan harga
SSH pada setiap kegiatan yang diusulkan. Standar tersebut bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi setiap SKPD untuk menentukan
kegiatan-kegiatan apasaja yang akan dilakukan untuk jangka waktu tertentu seperti kegiatan untuk pembangunan fisik. Program e-budgeting terdiri dari
Analisa Standar Belanja ASB, Standar Harga Satuan Dasar SHSD dan Harga Satuan Pelaksana Kegiatan HSPK. Pada dasarnya dalam ASB dan
SHSD ditujukan untuk kegiatan yang bersifat non umum untuk pembangunan fisik, standar ini akan memberikan kemudahan dalam
penyusunan RKA SKPD disebut RKA e-budgeting. Program e-procurement dan e-delivery adalah program yang
digunakan untuk pelaksanaan anggaran sampai dengan pencairan anggaran bagi suatu SKPD. Pelaksanaan anggaran dalam e-procurement berkaitan
dengan kepanitiaan anggaran yang terdiri dari pihak panitia pelaksana anggaran dan pihak rekanan dalam hal ini pihak ketiga yang terlibat
langsung dalam pelaksana anggaran yang membahas mengenai pelaksanaan programkegiatan untuk jangka waktu tertentu.
Umumnya anggaran dibedakan menjadi anggaran rutin dan anggaran pembangunan berdasarkan perubahan kebijakan Permendagri No.
13 tahun 2006 menjadi belanja langsung dan tak langsung. Pada dasarya permasalahan untuk anggaran rutin tidak ada masalah. Tetapi untuk
anggaran pembangunan ada permasalahan.
Ibu S.U Kepala dinas DPPKAD menyatakan : “sebenarnya dinas kami dan tim yang termasuk di
TAPD, tidak ada masalah dalam pengucuran dana anggaran kepada masyarakat, akan tetapi jika terjadi
kesalahan tekhnis dilapangan, contohnya seperti jumlah permintaan dana untuk pelaksanaan suatu
kegiatan, maka dana yang akan dikeluarkan sesuai dengan yang kita butuhkan saja. Misalnya dana yang
dianggarkan untuk mengadakan penyuluhan kesehatan dengan memakan dana sebesar 15 juta untuk 8 orang
panitia, moderator, nara sumber dan konsumsi, tapi tiba2 undangan yang diundang melibihi kapasitas
maka dana kami otomatis akan bengkak, jadi kalo kami disini mending di lebihi budgetnya untuk
menghindari hal hal yang tidak diinginkan seperti itu. musrenbang dihadiri oleh semua aparatur desa atau
kelurahan beserta tim TAPD, biasanya yang turun kelapangan itu yaitu para anggota DPR, tetapi biasanya
para anggota DPR ada yang nakal, mereka malah mengusulkan saudara atau keluarganya yang memiliki
program proyek proyek gtu., sehingga tidak efisien, sehingga bupati biasanya turun langsung kelapangan
untuk mengetahui permintaan masyarakat.”
Dari sisi TAPD sebenarnya tidak ada permasalahan yang berarti untuk penyusunan anggaran, semua berjalan sesuai prosedur dan aturan
yang berlaku. Begitu pula dari sisi SKPD dalam penyusunan anggarannya juga hampir tidak ada permasalahan yang berat. Pada saat ini dalam
penyusunan anggaran TAPD menggunakan sofeware jadi tinggal memasukkan datanya saja.
Seperti diungkapkan salah satu informan, bapak H.U staf bagian system informasi menyatakan :
“pada umumnya kita sangat terbantu dengan aplikasi software penyusunan laporan keuangan pemerintah,
karena semua input yang kami masukan pasti menghasilkan output yang tepat, dan keunggulannya
data laporan keuangan dan anggaran ditahun-tahun sebelumnya tersimpan dengan baik..”
Seperti yang di kemukakan oleh asisten bagian anggaran di dinas DPPKAD Bapak Hamkah :
System pelaporan keuangan di kabupaten banggai semuanya sudah tersistem, tetapi untuk neraca dan
laporan realisasi anggaran kita masih melakukan secara manual. Hal ini di karenakan masih adanya kekurangan
dalam system tersebut dalam memproses laporan keuangan pemerintah daerah.
Pengaruh sumber daya manusia yang menjadi permasalahan dalam penyusunan anggaran. Pada saat perubahan sistem dilakukan dari manual
menjadi serba otomatis seperti saat ini, tanpa didukung adanya tenaga ahli dibidang teknologi dan bahkan di bidang anggaran itu sendiri. Akibatnya
akan menimbulkan kesulitan dalam penyusunan anggaran sehingga Pemerintah Daerah sendiri berusaha untuk merekrut tenaga-tenaga pendidik
yang ahli di bidangnya untuk membantu Pemerintah Daerah dalam memberikan adanya pelatihan-pelatihan. Dan bahkan dalam bidang-bidang
tertentu Pemerintah Daerah harus merekrut pegawai dari pihak ketiga.
Seperti diungkapkan Bu S.u Kadis DPPKAD menyatakan : “… iya nak, untuk masa sekarang ini kami mempunyai
software yang sangat bermanfaat bagi kinerja dinas kami. Dan kami juga memiliki beberapa tim sumber
daya manusia kami yang berkompeten mengatasi segala masalah dalam software keuangan ini. Sampai2
kita di pemerintah daerah mengucurkan dana lagi untuk menyekolahkan lagi para tim system informasi
kami ke luar daerah.”
Salah satu informen menambahkan mengenai proses penyusunan anggaran di pemerintah banggai :
proses penyusunan anggaran melibatkan seluruh SKPD, yang semuanya dilaksanakan secara tersistem,
yang mengelola semuanya hingga output adalah dinas DPPKAD.
Bapak Ilham asisten bagian Anggaran di DPPKAD
Setelah RKA SKPD disusun, kemudian diserahkan kepada DPRD. Disini RKA tersebut dianalisis oleh dewan, dan Dewan bisa saja tidak
setuju. Dari sini RKA dikembalikan kepada TAPD untuk diperbaiki dan kemudian untuk diserahkan kembali kepada Dewan. Setelah mendapat
kesepakatan bersama oleh Dewan, maka akan dibuat adanya RDPA Rancangan Dokumen Pelaksana Anggaran sebagai bahan penyusunan
rancangan peraturan Kepala Daerah tentang APBD dan penjabarannya yang selanjutnya rancangan peraturan daerah terlebih dahulu disosialisasikan
kepada masyarakat. Sosialisasi mengenai rancangan tersebut sifatnya adalah untuk menyebarluaskan dan memberikan informasi mengenai hak
dan kewajiban Pemerintah Daerah serta masyarakat dalam pelaksanaan APBD tahun anggaran yang direncanakan.
Penjabaran APBD akan disusun kedalam DPA Dokumen Pelaksana Anggaran, dimana DPA SKPD adalah dokumen yang memuat
pendapatan, belanja dan pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaranpengguna barang. Adapun
indikator-indikatornya meliputi masukan, keluaran dan hasil dengan tolak ukur kinerja dengan mempertimbangkan faktor kualitas, kuantitas, efisiensi
dan efektifitas pelaksanaan dari program dan kegiatan untuk memperoleh hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran dari suatu kegiatan.
Anggaran ini pada dasarnya dilakukan untuk memberikan informasi yang jelas dan terencana serta mengatur ketersediaan dana yang cukup
untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran sesuai dengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam DPA SKPD yang telah disahkan. Adapun
temuan terkait dengan dengan penganggaran :
1. Mulai Tahun Anggaran 2010
a. Proses penyusunan anggaran menggunakan metode
bottom-up diawali dengan perencanaan progam kegiatan dari kegiatan Musrenbang. Yang kemudian dievaluasi
oleh TAPD sebagai tim anggaran, dimana saat ini di dalam TAPD dalam menyusun anggaran telah
menggunakan beberapa sofeware untuk mempermudah
proses penganggaran. Adapun kesulitan dalam pengambilan penelitian ini adalah para informan yang
kurang terbuka dalam memberikan informasi kepada peneliti dan sulit dalam memberikan data-data yang
dibutuhkan peneliti terkait dengan penelitian ini. Hal ini menandakan masih kurang transparannya birokrasi dan
aparatur di Pemerintahan. Berdasarkan atas ketentuan UU No. 25 Tahun 2004 tentang sistem
perencanaan pembangunan daerah bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan potensi sekaligus mengurangi ketimpangan pambangunan
daerah. Maka dalam hal ini Bappeko sebagai salah satu TAPD yang bertugas untuk mengkaji usulan program-program dari SKPD untuk
beberapa jangka waktu tertentu, yaitu rencana jangka menengah RPJM Daerah dan rencana kerja renja SKPD melalui proses Musrenbang dengan
menetapkan adanya pagu indikatif sebagai batas maksimal anggaran yang bertujuan untuk menetapkan usulan program sesuai dengan anggaran yang
sudah ditetapkan.
Gbr 5.3 : alur Perencanaan dan Penganggaran sebagai berikut
RPJMD
RKA PPAS
DPA SKPD
Penjabaran APBD
APBD
RKA SKPD
RAPBD
KUA RKPD
Renstra SKPD
Renja SKPD
Sumber : Staf Sekretaris Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan aset daerah
Perencanaan dan penganggaran merupakan kegiatan saling teritegrasi. Anggaran daerah APBD disusun berdasarkan rencana kerja
daerah yang telah disusun baik Rencana kerja jangka panjang RPJP daerah, Rencana kerja jangka menengah RPJM daerah, Rencana kerja
pembangunan RKP daerah. Pada tingkat SKPD anggaran juga disusun berdasarkan rencana jangka menengah SKPD disebut Rensrta Rencana
Strategis SKPD. Renstra SKPD disusun bersama dengan para anggota
SKPD serta mengacu kepada RPJP dan RPJM baik nasional maupun daerah.
5.2. Keterlibatan Aparatur dalam penyusunan Anggaran 5.2.1. Bappeda