Capital Adequacy Ratio CAR

Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 28

2.1.3.3 Capital Adequacy Ratio CAR

Modal perbankan di Indonesia diukur dengan Capital Adequacy Ratio CAR. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 321PBI2001, bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8 dari aktiva tertimbang menurut risiko yang dinyatakan dalam rasio Capital Adequacy Ratio CAR. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 265BPPP tanggal 29 Mei 1993 besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8 sejak akhir tahun 1995, dan sejak akhir tahun 1997 CAR yang harus dicapai minimal 9. Tetapi karena kondisi perbankan nasional sejak akhir 1997 terpuruk yang ditandai dengan banyaknya bank yang dilikuidasi, maka sejak Oktober tahun 1998 besarnya CAR diklasifikasikan dalam 3 kelompok. Menurut Siamat 2005 Klasifikasi bank sejak 1998 dikelompokkan sebagai berikut : “1. Bank sehat dengan klasifikasi A, jika memiliki CAR 4 atau lebih. 2. Bank take over atau dalam penyehatan oleh BPPN Badan Penyehatan Perbankan Nasional dengan klasifikasi B, jika bank tersebut memiliki CAR antara -25 sampai 4. 3. Bank Beku Operasi BBO dengan klasifikasi C, jika memiliki CAR kurang dari -25. Bank dengan klasifikasi C inilah yang dilikuidasi.” Perhitungan CAR ini pada prinsipnya adalah bahwa untuk setiap penanaman dalam bentuk kredit yang mengandung risiko maka harus disediakan sejumlah modal yang disesuaikan dengan persentase tertentu sesuai jumlah penanamannya tersebut Budiawan, 2008. Rasio ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa jika dalam aktivitasnya bank mengalami kerugian, maka Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 29 ketersediaan modal yang dimiliki oleh bank mampu meng-cover kerugian tersebut. Menurut standar BIS Bank for International Settlements, masing-masing negara dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam penerapan prinsip- prinsip perhitungan permodalan dengan memperlihatkan kondisi perbankan setempat. Oleh karena itu, seperti halnya penerapan modal di Indonesia terdapat beberapa penyesuaian dengan usaha yang telah dilakukan oleh dunia perbankan di Indonesia dewasa ini, namun secara umum prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh BIS telah diterapkan. Sesuai dengan prinsip-prinsip yang dianut oleh BIS kewajiban penyediaan minimum bagi bank didasarkan pada risiko aktiva dalam arti luas, baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga. Seperti diketahui, risiko terhadap aktiva dalam arti luas dapat timbul baik dalam bentuk risiko kredit maupun risiko yang terjadi karena fluktuasi harga surat-surat berharga, dan tingkat bunga serta nilai tukar valuta asing. Secara teknis, kewajiban penyediaan modal minimum diukur dari persentase tertentu terhadap aktiva tertimbang menurut risiko, sedangkan pengertian modal meliputi modal inti dan modal pelengkap. Menurut Lukman Dendawijaya 2000, perhitungan penyediaan modal minimum atau kecukupan modal bank capital adecuacy didasarkan kepada rasio atau perbandingan antara modal yang dimiliki bank dan jumlah aktiva tertimbang menurut risiko ATMR. ATMR merupakan penjumlahan dari aktiva yang Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 30 tercantum dalam neraca dan aktiva yang bersifat administratif. Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank adalah sebagai berikut : a. ATMR aktiva neraca dihitung dengan mengalikan nilai nominal masing- masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos. b. ATMR aktiva administratif dihitung dengan mengalikan nominal nilai rekenig administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing- masing pos rekening tersebut. c. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif. d. Rasio kecukupan modal tersebut dihitung dengan cara membandingkan antara modal bank modal inti+modal pelengkap dan total ATMR. Rasio tersebut dirumuskan sebagai beriku : Sumber : SE BI No.753DPbS 2005 Hasil perhitungan rasio di atas kemudian dibandingkan dengan kewajiban modal penyediaan minimum yang ditentukan oleh Bank International Settlement, yaitu sebesar 8. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, dapatlah diketahui CAR kecukupan modal atau tidak. Jika hasil perbandingan antara perhitungan rasio modal dan kewajiban penyediaan modal minimum sama dengan 100 atau lebih, modal bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR kecukupan modal. Sebaliknya, bila hasilnya kurang dari 100, modal bank tersebut tidak memenuhi ketentuan CAR. CAR = Modal Bank x 100 Total ATMR Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 31

2.1.3.4 Penilaian Kesehatan Bank