Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu

(1)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

PENGARUH SPESIFIK GRAFITY ( SG ), GROSS HEATING VALUE ( GHV )

DAN C6+ TERHADAP MUTU GAS ALAM DI PT.PERTAMINA EP REGION

SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU

KARYA ILMIAH

SUSI MESTIKA SAMOSIR 062409023

PROGRAM STUDI DIPLOMA – 3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

PENGARUH SPESIFIK GRAFITY ( SG ), GROSS HEATING VALUE ( GHV )

DAN C6+ TERHADAP MUTU GAS ALAM DI PT.PERTAMINA EP REGION

SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk mendapatkan ijazah Ahli Madya pada program Diploma – 3 Kimia Industri Fakultas Matematika Dan Ilmu

Pengetahuan alam Universitas Sumatera Utara

SUSI MESTIKA SAMOSIR 062409023

PROGRAM STUDI DIPLOMA – 3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH SPESIFIK GRAFITY ( SG ),

GROSS HEATING VALUE ( GHV ) DAN C6+ TERHADAP MUTU GAS ALAM DI

PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : SUSI MESTIKA SAMOSIR

Nomor Induk Mahasiswa : 062409023

Program Studi : D -3 KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juni 2009

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua Pembimbing

Dr.Rumondang Bulan,M.S Drs.Firman Sebayang M.S


(4)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

PERNYATAAN

PENGARUH SPESIFIK GRAFITY (SG), GROSS HEATING VALUE (GHV) DAN

C6+ TERHADAP MUTU GAS ALAM DI PT.PERTAMINA EP REGION

SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2009

SUSI MESTIKA SAMOSIR 062409023


(5)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kepada Tuhan yang maha Esa karena atas rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini merupakan hasil kerja praktek lapangan di PT PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU dan disusun sebagai salah satu persyaratan akademik untuk memperoleh gelar Ahli Madya D -3 untuk program studi Kimia Industri di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Karya ilmiah ini dapat disusun dan diselesaikan berkat bantuan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga tercinta, Ibunda, kakak dan adekku yang telah membantu dalam doa, dukungan dan materi.

2. Bapak Drs.Firman Sebayang M.S selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

3. Ibu DR.Rumondang Bulan M.Si selaku ketua Departemen KIMIA Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Happy Marbun, selaku pembimbing laboratorium yang dengan tulus membimbing dan mengarahkan saya pada saat PKL.

5. Bapak Drs.Eddy Marlianto M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh staff dan Karyawan laboratorium PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU.

7. Staff dan Karyawan Program Studi Kimia Industri Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

8. Teman – teman separtner PKL, Dewi Sartika, Widya dan Jefry.


(6)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan penulis dalam memperbaiki kekurangan dan kesalahan penulisan karya ilmiah ini.

Medan, Juni 2009 Penulis


(7)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

PENGARUH SPESIFIK GRAFITY (SG), GROSS HEATING VALUE (GHV) DAN

C6+ TERHADAP MUTU GAS ALAM DI PT.PERTAMINA EP REGION

SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU

ABSTRAK

Komponen gas alam pada umumnya terdiri dari hidrokarbon seperti metana, etana, propana, butana, pentana dan C6+ atau heksana. Secara umum kualitas gas alam

dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan komponen hidrokarbon C6+. Besarnya pengaruh faktor – faktor tersebut

terhadap mutu gas alam bergantung pada sumber sumur gas alam tersebut. Dengan analisa Kromatografi Gas, diperoleh komposisi hidrokarbon dan besarnya Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C6+ dalam gas alam tersebut. Semakin

tinggi harga Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), maka mutu gas alam tersebut akan semakin baik. Sementara harga C6+ tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap mutu gas alam karena hanya terkandung sebagian kecil saja di dalam gas alam. Nilai Gross Heating Value ( GHV) secara umum dalam gas alam adalah 950 – 1300 BTU cft, C6+ adalah 0,07 %.


(8)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

INFLUENCES OF SPESIFIC GRAFITY ( SG ), GROSS HEATING VALUE (GHV

) AND C6+ CONTENT OF NATURAL GAS QUALITY IN PT.PERTAMINA EP

REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU

ABSTRACT

The component of Natural gas commonly consisted of hidrocarbon like metane, etane, propane, butane, pentane, and C6+ or Heksane.Commomly, the quality of natural

gas was influenced by many factor. Some of them were Spesific Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), and hydrocarbon content ( C6+ ). The Advantage of these factor

depending on the locations of gas fields. With the Analysis by Gas Chromatography, we can determine Spesific Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), and hydrocarbon content ( C6+ ). The increase of Spesific Gravity ( SG ) and Gross Heating Value ( GHV )

value, the quality of natural gas also increase. Hidrocarbon content ( C6+ ) caused the

significant influence because there was only a few in the natural gas. Commonly, value of Gross Heating Value ( GHV ), and hydrocarbon content ( C6+ ) in natural gas each 950 –


(9)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan iii

Pernyataan iv

Penghargaan v

Abstrak vii

Abstract viii

Daftar Isi ix

Bab 1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat

4

Bab 2 Tinjauan Pustaka 5

Bab 3 Bahan Dan Metode

3.1. Alat dan Bahan 22

3.1.1 Alat – alat 22

3.1.2 Bahan – bahan 22

3.2. Metode 22

3.3. Perhitungan

23

Bab 4 Data dan Pembahasan

4.1. Data 29

4.2. Pembahasan

29

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan 31

5.2. Saran 32

Daftar Pustaka 33

Daftar Gambar

1. Gambar Komatogram GC Hewlett Packard


(10)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sebagian besar pengeboran minyak bumi pada sumur –sumur pengeboran minyak menghasilkan produk – produk lain salah satunya adalah gas alam. Selain minyak bumi, gas alam juga banyak digunakan sebagai bahan bakar. Mutu gas alam yang dihasilkan dari minyak bumi sangat dipengaruhi oleh sumber sumur pengeboran, bahan – bahan kimia baik hidrokarbon maupun yang non hidrokarbon. Mutu gas alam sebagai salah satu sumber energi bahan bakar tentu saja sangat penting untuk diperhatikan karena berhubungan langsung dengan nilai jual dari gas alam tersebut. Banyak senyawa – senyawa kimia yang dapat menurunkan mutu dari gas alam seperti komponen inert H2S,

H2O, C02 dan senyawa – senyawa kimia yang lainnya. Sementara ada juga beberapa

faktor yang dapat menaikkan mutu gas alam tersebut.

Faktor–faktor seperti Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), sangat menentukan nilai jual dari gas alam tersebut. Semakin tinggi nilai Gross Heating Value ( GHV ), maka nilai jual dari gas alam tersebut akan semakin tinggi. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah nilai Gross Heating Value ( GHV ), maka nilai jual dari gas alam tersebut juga akan semakin rendah. Sementara harga Spesifik Gravity ( SG ) berbanding lurus dengan nilai Gross Heating Value ( GHV ). Spesifik Gravity ( SG ) yang semakin besar, maka mutu gas alam tersebut juga akan semakin baik. Dengan


(11)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

demikian akan meningkatkan nilai jual dari gas alam tersebut, sebaliknya nilai Spesifik Gravity ( SG ) yang semakin kecil, maka mutu gas alam juga semakin rendah karena mengurangi harga dari Gross Heating Value ( GHV ), sehingga mengurangi harga jual gas alam tersebut.

Harga Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) sendiri juga sangat bergantung pada sumber sumur pengeboran minyak bumi. Analisa Harga Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara manual dan dengan menggunakan analisa dengan metode Kromatografi Gas. Pada PT PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU digunakan metode Kromatografi Gas dengan cara kerja yang singkat, cepat dan telah sesuai dengan ASTM ( American Society For Testing Materials ). Sementara C6+ tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap mutu gas alam karena hanya terkandung sebagian kecil saja dalam komposisi gas alam. Oleh karena Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C6+ sangat berpengaruh terhadap mutu gas alam,

maka dalam karya ilmiah dengan judul “PENGARUH SPESIFIK GRAFITY ( SG ),

GROSS HEATING VALUE ( GHV) DAN C6+ TERHADAP MUTU GAS ALAM DI

PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU” akan

dibahas besarnya pengaruh Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value( GHV ) dan C6+


(12)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

1.2. Permasalahan

Nilai Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) yang semakin kecil akan menyebabkan mutu gas alam yang semakin rendah yang berarti nilai jual dipasaran juga akan rendah, serta pengaruh letak sumur pengeboran minyak dan gas alam yang turut mempengaruhi besarnya nilai Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C6+.

1.3. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah :

- Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C6+ terhadap mutu dan nilai jual gas alam

- Untuk mengetahui besarnya nilai Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C6+ yang terdapat dalam sampel gas alam.

- Untuk mengetahui hubungan antara harga Spesifik Gravity ( SG ) terhadap harga Gross Heating Value ( GHV ).


(13)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

1.4. Manfaat

Karya ilmiah ini dibuat sebagai salah satu sumber untuk mengetahui pengaruh besarnya nilai Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C6+ dilihat


(14)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komposisi gas alam

Komponen terbesar di dalam gas dan minyak mengandung senyawa hidrokarbon seperti metana ( CH4 ) dengan rumus homolognya ( CnH2n + 2 ) , etana

( C 2H6 ), propana ( C3H8 ) , butana ( C4H8 ), pentana ( C5H12 ) dan senyawa – senyawa

hidrokarbon diatas pentana. Gas juga sering mengandung sejumlah kecil karbondioksida ( CO2 ) , hidrogen sulfida ( H2S ) dan nitrogen ( N2 ) pada suhu dan temperatur normal (

76 mmHg dan 0). Hidrokarbon dari metana sampai butana berada dalam fase gas. Sisa dari cairan hidrokarbon yang berubah menjadi gasolin alami. Komposisi gas kemungkinan dapat dinyatakan dengan persentasi dari berat per volume atau sebagai fraksi mol.

Densitas dari gas menunjukkan sejumlah dimana diindikasikan seberapa lama dari massa yang diberikan kandungan gas dalam volume yang diberikan pada suhu dan tekanan yang lebih besar atau lebih kecil daripada massa udara kering yang di kandung dalam volume yang sama dalam keadaan suhu dan tekanan yang normal. Gas yang kaya ( yang mengandung sebagian besar hidrokarbon yang ringan ) juga memiliki densitas yang


(15)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

lebih besar. Densitas relatif dari gas yang sesungguhnya pada suhu dan tekanan yang normal adalah sebagai berikut :

Gas Densitas relative

Nitrogen ( N2 ) 0,9673

Karbondioksida ( CO2 ) 1,5291

Hidrogen sulfida ( H2S ) 1,1906

Metana ( CH4 ) 0,553

Etana ( C2H6 ) 1,038

Propana ( C3H8 ) 1,523

Butana ( C4H10 ) 2,007

Gas alam yang utama digunakan sebagai bahan bakar industri dan domestik. Sebelum digunakan, gas tersebut harus dibersihkan lebih dahulu dari pengotor – pengotor padat dan cairan. Kotoran dan air digunakan untuk tekanan pengujian yang biasa dilakukan di dalam sebuah pipa gas yang baru. Permukaan inert dari pipa akan dimakan karat dan menghasilkan produk korosi padatan, seperti karat besi ditemukan sejak operasi dari pipa – pipa gas dalam cara asing dimasukkan dan dijalankan dengan


(16)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

gas yang rendah pada kecepatan yang tinggi. Kerusakan yang total adalah terjadinya pembengkokan. Memasukkan pipa piston kompressor silinder, tongkatnya lebih dahulu dilumuri permukaannya. Hal ini untuk mengurangi kerusakan. Kumpulan debu kering dari gas ( fraksi gasoline ) juga digunakan sebagai penyerap dari kumpulan debu. Kumpulan debu diisikan dengan solar atau minyak untuk keperluan industri. Gas dapat juga dibersihkan di dalam tangki operasi dengan gaya berat.

Minyak dan gas dari beberapa sumber juga mengandung sejumlah kecil senyawa belerang. Belerang terdapat dalam gas alam dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S ) yaitu

gas dengan berat lebih ringan dari udara ( dimana spesifik gravity relatif dari udara adalah 1,176 ) dan memiliki bau yang khas. Bau ini dapat diidentifikasi ketika konsentrasi dengan volume dari hidrogen sulfida ( H2S ) dalam udara adalah 0,002 %.

Dalam standard kesehatan konsentrasi maksimum yang diijinkan dari hidrogen sulfida di atmosfer adalah 0,01 mg/L. Produk pembakaran dari hidrogen sulfida sebagian besar yang sangat berbahaya adalah belerang dioksida ( SO3 ), dengan konsentrasi yang

diijinkan dalam udara adalah 0,02 mg/L. Hidrogen sulfida di dapat dalam gas dan dapat menyebabkan korosi pada peralatan, terutama jika gas tersebut juga mengandung oksigen, karbondioksida atau campuran. Panas besi belerang juga dihasilkan dari proses ini. Jika dalam gas pembawa banyak hidrogen Sulfida, itu dapat ditoleransi untuk menutupinya untuk menghasilkan produk belerang komersil dan asam sulfur. Oleh karena itu, pengolahan hidrogen sulfida dari gas sangat penting untuk mencegah pengotoran, perkaratan peralatan, kelayakan dari hasil akhir dan juga untuk menutupi sulfur yang terdapat pada material yang berharga. Gas domestik seharusnya tidak mengandung lebih dari 2 gram hidrogen sulfida per 100 m3 gas pada suhu dan tekanan


(17)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

normal. Gas yang digunakan sebagai bahan baku kimia seharusnya mengandung tidak lebih dari 0,06 mg/m3 hidrogen sulfida pada keadaan suhu dan temperatur yang normal.

Biasanya gas dibersihkan lebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam kompressor, sebelum dialirkan ke dalam pipa gas dan sebelum digunakan. Tujuan utama adalah untuk melindungi terhadap perkaratan. Efisiensi dari proses desulfurisasi diteliti dengan menganalisa gas sampel sebelum dan sesudah pemurnian. Komponen uap air dalam gas alam dikarakterisasikan dengan kelembaban absolut dan relatif.

Kelembaban relatif adalah perbandingan dari jumlah sesungguhnya dari uap air di dalam gas terhadap jumlah kemungkinan maksimumnya dalam kondisi rendah yang diberikan. Kelembaban absolut dapat diartikan dari kondisi dimana tekanan parsial dari uap air di dalam gas dan secara rata – rata persamaan itu diberikan pada temperatur yang diberikan. Dehidrasi dari gas sangat penting sekali untuk mencegah pengendapan kondensat, formasi dari es dan penyumbatan dari hidrat di dalam jalur gas dan juga korosi pada peralatan. Pemompaan gas kering biasanya dengan menggunakan tenaga yang rendah, meningkat seiring dengan kapasitasnya, dan pembuangan diperlukan untuk menjerat air, dan diijinkan pada pipa gas dengan kedalaman yang rendah. Keuntungan kalori dari gas kering adalah lebih tinggi dan hal itu akan membuatnya lebih baik digunakan sebagai bahan bakar. Proses dehidrasi pada gas dengan adsorpsi ( gas kering ) dan absorpsi ( gas basah ). Metode ini dilakukan dengan menggunakan pendingin. Adsorben padat yang biasa digunakan adalah campuran dari kalsium klorida ( CaCl2 ),

sodium hidroksida, silika gel dan aluminium oksida aktif. ( Muravyov, R.Andriasov, 1987 )


(18)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

Gas yang dihasilkan secara umum dalam waktu yang diberikan menjadi sebuah gas dengan daya kalor yang relatif rendah ditunjukkan oleh rekasi dari air dengan uap air dengan bahan bakar organik padat. Dalam teori penghasil gas yang konvensional, reaksinya dilakukan dalam 3 zona dari tempat yang paling bawah bahan bakar atau tempat oksidasi, reduksi dan zona destilasi. Didalam zona oksidasi, oksigen di dalam udara uap pengering bereaksi dengan karbon di dalam bahan bakar untuk menghasilkan karbondioksida. Di dalam zona reduksi, uap air akan bereaksi dengan karbon menjadi bentuk hidrogen dan karbonmonoksida. Karbondioksida berasal dari zona oksidasi yang juga direduksi menjadi karbonmonoksida di dalam zona reduksi. Komposisi gas akhir yang dihasilkan masih rawan terhadap air dan hal itu dapat mengubah reaksi gas. Mendeteksi kesetimbangan kimia pada hasil diluar temperature gas. Dalam zona destilasi, bahan bakar mentah akan dibakar kembali dan dekarbonisasi mengeluarkan gas yang padat dan gas yang kurang padat.

Salah satu gas padat yang berasal dari zona destilasi yang dikombinasikan dengan air, produknya seperti komponen hidrogen dan oksigen pada bahan bakar padat. Dalam kasus ini terdapat sisa buangan berupa padatan, hidrogen dan oksigen yang dikombinasikan ke dalam bentuk air dianggap sekitar 50 % dari berat bahan bakar. Hal ini sering disebut dengan berat hidrogen yang diperoleh setelah formasi dan kombinasi air. Di dalam proses pengolahan gas, diijinkan susutan atau penurunan kombinasi air kembali ke bentuk hidrogen dan karbon monoksida dengan reaksi menggunakan karbon di dalam fase bahan bakar. Salah satu objektifnya adalah dekomposisi maksimum dari kombinasi air untuk menghasilkan lebih banyak gas kering dan lebih sedikit kondensat.


(19)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

Dalam prakteknya, persentasi dekomposisi adalah lebih kecil dari 100 %. Dan banyak air dihasilkan dengan produk gas seperti uap yang dimasukkan ke dalam reactor sebagai uap air di dalam pengering. Efeknya, uap air di dalam pengering dikeluarkan dari reaksi yang tidak tersusun dan ketika meninggalkan zona bahan bakar akan meningkat dalam sejumlah besar menjadi kombinasi air yang tidak tersusun. Hal inilah yang menyebabkan pentingnya untuk menambahkan uap air ke dalam air yang digunakan untuk proyek pertanian dengan memanfaatkan gas. Kombinasi air di dalam bahan bakar padat, jika komposisinya cukup untuk hidrogen dan karbon dengan menggunakan peralatan penghasil gas reaktor dengan pembakaran mesin.

Reaksi dari kombinasi air dengan uap air menggunakan karbon di dalam bahan bakar padat menghasilkan gas cair. Dalam rekasi tersebut digunakan 1 pound karbon dan disuplay energi sekitar 4320 BTU untuk membakar karbon sehingga dihasilkan karbondioksida. Karbondioksida yang dihasilkan kemudian diproses kembali sehingga tereduksi menjadi karbonmonoksida. Komposisi dari gas yang dihasilkan bervariasi. Ketika karbon diubah menjadi gas pada tekanan atmosfer dengan campuran yang berbeda dari udara dan uap air. Sejumlah uap air di udara dapat dinyatakan sebagai persentasi volume atau sebagai temperature larutan di dalam pengering. Jumlah uap air di udara dapat ditahan pada titik larutan dan meningkat dengan bertambahnya suhu larutan di dalam pengering.

( Ibarra.E.Cruz, 1985 )

Analisis gas dengan menggunakan kromatografi gas juga memiliki masalah tersendiri. Walaupun dalam keadaan sejumlah yang diijinkan dalam standard internal,


(20)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

untuk sampel gas kemungkinan jauh dari kesederhanaan dan metode standard internal tidak digunakan. Daerah normalisasi juga memungkinkan, tetapi tidak dalam skala pabrik karena TCD ( Thermal Conductivity Detector ) atau katarometer yaitu detektor yang digunakan secara umum untuk analisis gas, memiliki banyak jenis –jenis yang sensitif untuk gas – gas yang bervariasi. Alternatif yang mungkin adalah kalibrasi sederhana dengan injeksi dalam volume yang berbeda dari campuran gas standard. Kita melihat dalam hal ini syringe tidak dapat dipisahkan ketika digunakan untuk injeksi gas dimana katup sampel gas yang dibuat disekitarnya untuk mencegah kesulitan ini.

Sangat tepat menggunakan katup ini yang dapat membuat kalibrasi sederhana dari metode pemilihan untuk analisa gas. Seperti katup pada pengambilan gas, kalibrasi sederhana dipercaya mampu untuk campuran gas standard yang akurat dari gas yang akan dianalisa. Kebanyakan dari sini adalah gas – gas komersil yang memiliki harga yang cukup tinggi. Bagaimanapun juga haruslah bijaksana untuk menganalisa gas – gas yang dibutuhkan untuk mengetahui penggunaan dari rak vakum ( hampa udara ) untuk menjadikan gas standard. Kita juga harus memiliki pertimbangan bagaimana mengumpulkan dan mengalirkan sampel gas. Penggunaan pipi – pipa gas dari kaca dan besi adalah solusi skala pabrik yang paling tepat. Tetapi dalam keadaan darurat haruslah menggunakan sebuah balon. Kelihatannya seperti sebuah balon kecil dan gas – gas akan berdifusi kedua – duanya di dalam dan diluar balon tersebut, diluar dari sebuah membran karet yang tipis, tetapi hasil yang diinginkan dapat ditambah jika tidak terdapat waktu perhentian yang cukup lama. Biasanya dapat juga digunakan sebuah botol bir untuk sampel atmosfer di dalam sebuah gudang dimana ada sejumlah kecil dari gas – gas hidrokarbon yang kuat. Salah satu cara untuk pencucian gas yang baik adalah mengisinya ke bagian pinggir dengan air dingin, menempatkannya di gudang, dimana uap air akan habis, kemudian menutupnya. Seperti halnya di dalam laboratorium, sampel haruslah


(21)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

diperiksa dulu dengan menggunakan syringe dan mengalirkannya ke dalam katup sampel gas alam. ( J.E.Willet, 1987 )

Proses pembuatan gas alam murni secara umum adalah sebagai berikut:

Gas hasil pengeboran diisikan ke dalam ruang masuk pembuatan gas tanpa ada persiapan lebih dahulu dengan asumsi bahwa perbaikan yang besar dari gas alam seperti pemakaian pemotong atau penghancur sebelum diisikan. Puncak pada perubahan buruk tersebut ditunjukkan pada tingkat dimana dilakukan penambahan material segar yang dibutuhkan gas padat buangan akan turun seiring dengan naiknya gravity pada 3 zona. Proses pembentukan gas alam yaitu pengeringan, pirolisa dan pembakaran awal. Fungsi dari zona pengeringan adalah untuk proses evaporasi uap dari gas buangan padat dan bertindak sebagai sebuah plug untuk membatasi aliran dari udara selama pengisian berlangsung. Zona pengeringan ini meliputi menurunnya bagian paling bawah dari lampu pembentukan gas alam yang digunakan. Sumber panas tersebut adalah volume lengkap dimana pembakaran gas dan campuran gas dari proses pirolisa dikumpulkan dan kemudian dialirkan pada langkah untuk proses selanjutnya.

Selanjutnya setelah zona pengeringan adalah zona pirolisa dimana gas – gas buangan itu dikeringkan dengan suhu dekomposisi menjadi campuran residu dari bahan – bahan karbon dan gas – gas inert. Proses ini menghasilkan campuran dari pembakaran gas dengan uap air. Panas yang dibutuhkan untuk pembentukan gas alam dari proses pirolisa dan pemanasan, diperoleh dengan pembakaran parsial dari karbon dengan menggunakan udara yang sangat panas sekitar 10000 C ( 1830 F ) disediakan pada zona pembakaran awal dari pembentukan gas alam. Panas yang diperoleh dari pembakaran ini


(22)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

juga ditransfer kepada materi – materi yang tidak terbakar menghasilkan bentuk slug. Bentuk slug juga dikeringkan secara terus – menerus menjadi sebuah materi slug yang kemudian dengan menggunakan sebuah keran air dialirkan ke tanki pemadam untuk menghasilkan kumpulan benda – benda berwujud gelas warna hitam yang tidak mengandung karbon dan materi yang dapat busuk.

Sekitar 90 % dari kandungan energi dari gas dikandung dari aliran gas yang meningggalkan proses pembentukan gas alam. Energi ini terdapat dalam bentuk pembakaran gas, uap air dan partikel – partikel logam dan panas laten yang sensitif. Pembakaran lengkap dari aliran gas ini produksinya hampir sama dengan volume produk dari pembakaran per unit dari panas yang dilepaskan seperti halnya dalam kasus pembentukan bahan bakar gas yang lain. Pembakaran aliran gas ini dengan atau tanpa proses pemurnian adalah untuk memindahkan materi – materi yang memiliki aplikasi yang potensial sebagai sumber energi pada tabung pemanas, pemanas yang kuat dan pembakaran abu semen. Seperti aplikasi yang semakin meningkat, dimana proses pembentukan gas dengan proses penerima adalah dimungkinkan. Komposisi dan susunan dari pembakaran alira gas secara umum tentu saja mengandung campuran gas sisa kandungan dari gas aliran tersebut terutama adalah karbonmonoksida, karbondioksida, uap hidrokarbon, dan gas – gas hidrokarbon, hidrogen, nitrogen, uap air, dan material – material yang khas. Panas gas yang normal sekitar 1130 – 1600 kkal / Nm3 ( 120 – 170 Btu / ft3 ) yang didasarkan pada penggunaan akhir dari gas.

Beberapa atau hampir seluruhnya komponen belerang harus dipindahkan. Proses pemurnian komersil tidak sanggup untuk menghilangkan secara keseluruhan. Pelarut


(23)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

seperti karbonat dan amina dapat digunakan ketika gas tersebut didinginkan menjadi 130 – 150 0C ( 260 – 300 F ). Didalam alat pendingin aliran gas yang berasal dari proses pembentukan gas berada pada suhu antara 130 – 160 0C. Pemanasan sensitif dapat ditutupi jika sejumlah kecil cat atau minyak terkandung di dalam gas alam, jika terdapat dalam jumlah yang besar dengan kandungan material padat di dalam gas, maka gas harus dialirkan ke dalam suhu yang sesuai. Material tersebut juga dipanaskan untuk menutupi kembali peralatan.Kondensat sendiri dihasilkan dengan pendinginan dari aliran gas yang seharusnya diubah bentuknya menjadi komponen organik, amonia dan lain – lain.

Tekanan yang tinggi dari uap larutan dapat diproduksi di dalam alat pemanas sisa gas buangan dengan panas setimbang 30 0C lebih panas dari temperatur minimum pada temperatur aliran gas dari temperatur air atau uap pada satu titik tertentu, dan telah ditentukan dengan cakupan jumlah uap dan ruang logam dengan temperatur gas maksimum 1100 0C dan dapat digunakan pada tahap selanjutnya. Pemilihan sistem kimia atau fisika dari pemindahan Hidrogen Sulfida dari gas didasarkan pada tingkat kebersihan yang diinginkan, tekanan gas, dan masih banyak lagi faktor yang lain. Cara kimia dengan pelarut karbonat dan amonia melibatkan reaksi kimia bolak – balik dari Hidrogen Sulfida dengan Karbondioksida dengan pelarut polar. Pelarut organik fisika mengabsorbsi gas asam Hidrogen Sulfida pada tekanan yang tinggi, dan pelarut akan terurai kembali pada suhu yang rendah.

( Samir.S.Sofer, 1981 )

Keuntungan dari pembuatan gas alam dari minyak bumi secara umum didasarkan pada hal – hal sebagai berikut :


(24)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

1. Harga panas yang dihasilkan pada akhir proses pembuatan gas alam. 2. Kualitas panas dan jumlah cat yang dapat dihasilkan.

3. Kemudahan pengawasan pembentukan gas dan kualitas cat yang dihasilkan. 4. Jumlah produksi karbon yang dihasilkan.

5. Penyimpanan, pemompaan dan harga penjualan gas secara umum. 6. Pengaruh dari panas gas dan cat.

7. Kapasitas peralatan yang digunakan dalam proses pembentukan gas alam.

Panas yang dihasilkan memiliki pengaruh yang sangat besar dan efek yang penting dalam harga gas alam yang dihasilkan. Faktor yang lain diteliti hanya memiliki seperempat efek saja dibandingkan dengan faktor panas. Minyak dengan harga panas yang lebih tinggi terdapat pada kondisi di bawah proses pembentukan gas alam secara umum. Tanpa ada pembatasan, perbedaan harga yang berpengaruh proporsional dengan perbedaan harga panas dalam proses pembentukan gas alam dibawah kondisi proses cracking yang spesifik ( meliputi temperatur, waktu, tekanan parsial ) harga panas menutupi penurunan dengan meningkatnya perbandingan berat dari karbon dengan hidrogen di dalam minyak. Perbandingan karbon dengan hidrogen di dalam minyak dapat diperkirakan dari harga titik didihnya dan API gravitynya.

Dalam kasus pembakaran atau destilasi minyak bumi, titik didih tersebut diperoleh dari destilasi ASTM. Semenjak minyak digunakan untuk pembentukan gas alam, biasanya dimaksudkan juga untuk memperbandingkan panas per gallon daripada panas per pound. Dari dua jenis minyak dengan perbandingan karbon dan hidrogen yang sama, salah satunya pasti memliki API gravity yang rendah ( Spesifik Gravity yang tinggi


(25)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

) dan memiliki harga panas yang lebih besar juga. Juga ketika minyak memiliki perbandingan karbon dan hidrogen yang sama akan diproduksi sekitar persentase yang sama dengan berat cat atau karbon dibawah perbandingan proses cracking. Perbandingan cat pada karbon dapat diantisipasi.

Persentase minimum dari berat minyak yang akan diubah sebagai karbon di dalam generator gas secara proporsional dengan residu karbon tersebut. Gas dapat diteliti dengan menggunakan uji fisika sederhana. Harga Gross Heating Value dari gas adalah jumlah panas yang dihasilkan oleh pembakaran lengkap dalam ft3 pada gas pada tekanan konstant 30 in Hg pada suhu 60 F. Dengan udara pada tekanan dan temperatur yang sama dan dengan air diubah menjadi pembakaran kondensat menjadi bentuk cairan.

Harga spesifik dari gas alam dihitung secara umum dengan didasarkan pada perbandingan berat spesifik dibawah kondisi observasi dari temperatur tekanan dan kandungan uap air, dengan berat spesifik dari udara kering dari kandungan karbondioksida normal pada suhu dan tekanan yang sama. Secara umum didasarkan pada determinasi periodik pada lokasi atau dari sampel yang diuji di dalam laboratorium dan rekorder spesifik gravity. Prosedurnya secara singkat untuk meteran dimana spesifik gravity dituliskan secara periodik dengan determinasi pada meteran lokasi, atau uji di laboratorium dengan sampel yang digunakan untuk tujuan tersebut. Volume gas dapat dihitung dengan mengasumsikan spesifik gravity atau hasil akhir dari uji yang dilakukan. Total volume atau koefisien akan dikoreksi pada akhir periode perhitungan. Jika sampel diperiksa sekali sebulan, tetapi diperiksa pada awal perhitungan, sampel pada interval


(26)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

lebih besar dari satu bulan. Untuk daerah lokal, harga spesifik gravity dari gas dihitung dengan menggunakan alat pencatat atau recorder. ( Handbook )

Cara menghindari kebocoran gas dalam ruangan :

1. buka lebar-lebar semua pintu dan jendela dan lubang ventilasi yang ada dalam ruangan.

2. jika memungkinkan tutup regulator pada kondisi posisi OFF, jika kondisinya pada posisi ON.

3. Jika kebocoran berasal dari valve tabung, segera tutup valve tersebut dengan suatu penutup.

4. Letakkan tabung pada tempat yang terbuka dan segera hubungi dealer atau pengecer atau distributor tabung tersebut atau layanan keadaan darurat.

5. Jangan menyalakan saklar pada posisi ON/OFF pada semua peralatan listrik/elektronik yangada di dalam ruangan.

6. Jangan menyalakan korek api, pematik api, dan jenis sumber nyala api lainnya.

Gas bumi sesuai dengan UU Migas No.22/2001 adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan suhu atmosfer berupa fase gas yang diperoleh dari proses penambangan minyak dan gas bumi.

Spesifikasi mutu gas bumi di perpipaan :

- Nilai kalor rata-rata = 975 -1175 Btu / cft - Suhu transmisi = 400F - 1200F

- Gas secara komersil tidak mengandung debu, gum dan materi padat lainnya. - Gas harus bebas dari air dan cairan lainnya pada suhu dan tekanan transmisi gas.


(27)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

- Gas tidak mengandung hidrokarbon yang dapat berkondensasi sebagai cairan bebas - Pada komposisi operasi normal dari pipa gas dan tidak mengandung uap air 77 Lb / mmscf

Karakteristik umum bahan bakar gas :

- Komposisi utama gas adalah hidrokarbon ( metana, etana yang mencapai sekitar 85 – 90 %,C3+,CO2 dan N2.

- Mempunyai berat jenis sekitar 0,55 – 0,88 dibandingkan dengan 1 udara, sehingga apabila terjadi kebocoran akan menguap ke atas atau ke atmosfer.

- Tidak berasa, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak beracun.

- Mudah terbakar, batas nyala ( flammabilitas ) antara 4,5 % - 14,5% yaitu suatu batas angka yang menyatakan jumlah atau banyaknya bahan bakar gas yang tidak bercampur dengan udara dan ada sumber api masih dapat menyala dan atau terbakar.

- Mempunyai nilai oktan kurang lebih sekitar 120 dengan nilai kalor pembakaran antara 9000 – 11.000 Kcal / kg atau 38 – 47 MJ / Kg

Contoh spesifikasi gas bumi dalam kontak jual beli gas : - O2 ( 0,1% volume )

- Kandungan CO2 ( 10 % vol )

- Total inert termasuk CO2 (12 % vol )

- H2S ( 10 ppmv )

- Total sulfur ( 30 ppmv )


(28)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

- Nilai kalor rata-rata ( 950-1350 Btu / cft )

- Tidak mengandung partikel yang lebih besar dari 400 mikron - Dew Point tidak lebih dari 55oF pada tekanan pada saat pengiriman Contoh spesifikasi gas bumi untuk power plant :

- Dew point hidrokarbon pada tekanan waktu pengiriman maksimum 550 F - Nilai kalor rata-rata 950- 1250 Btu / cft - Wobbe indeks pada 1320 Btu / scf 7% - 8%

- Oksigen maksimum 0,1 % vol

- Hidrogen sulfida maksimum 8 ppmv

- Total sulfur maksimum 30 ppmv

- Kandungan Na dan K maksimum 0,5 ppmv - Kandungan logam timbal maksimum 2 ppmv - Kandungan senyawa metana maksimum 80 % vol

- Karbondioksida maksimum 5% vol

- Nitrogen maksimum 5 % vol

- Total inert maksimum 10 % vol

- Kandungan partikel maksimum 3 ppmv

- Ukuran partikel maksimum 20 µ m

Gas tidak mengandung hidrokarbon yang dapat terkondensasi sebagai cairan bebas pada kondisi operasi normal dari pipa gas dan tidak mengandung uap air lebih besar dari 15 Lb/mmscf


(29)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

- uap hidrokarbon bersifat mudah terbakar dan menimbulkan ledakan, maka harus jauh dari alat yang dapat memercikkan api / sumber api.

- uap hidrokarbon selama sampling harus dikontrol karena pada kondisi tertentu dapat menggantikan udara.

- sampel gas alam kemungkinan mengandung gas berbahaya seperti hidrogen sulfida sehingga diperlukan cara untuk mengetahui keberadaan dan penanggulangannya.

- lakukan uji kebocoran sampel per contoh untuk meyakinkan bahwa percontoh aman dalam botol.

- wadah sampel yang baik adalah kontainer yang dapat menjaga kondisi sampel sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

- sampel yang akan diuji korosifitasnya seperti kandungan sulfur harus ditempatkan dalam tabung silica steel.

- ketelitian dan kecermatan penentuan titik sampling - lakukan uji kebocoran botol sampel

Hal-hal yang harus di perhatikan dalam pengambilan sampling gas bumi :

- Uap Hidrokarbon bersifat mudah terbakar dan menimbulkan ledakan maka harus jauh dari alat yang dapat memicu percikan api / sumber api.

- Uap hidrokarbon selama sampling harus di kontrol karena pada kondisi tertentu dapat menggantikan udara.

- Sampel gas alam kemungkinan mengandung gas berbahaya seperti H2S sehingga


(30)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

- Lakukan uji kebocoran botol percontoh untuk meyakinkan bahwa percontoh aman dalam botol.

- Wadah sampel yang baik adalah kontainer yang dapat menjaga kondisi sampel sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

- Sampel yang akan di uji korosivitasnya seperti kandungan sulfur harus ditempatkan dalam tabung silika steel.

- Ketelitian dan kecermatan penentuan titik sampling. - Lakukan uji kebocoran botol sampel.

Syarat sampling gas bumi

- untuk mendapatkan sampel yang mewakili beberapa kontaminan seperti kodensat cair harus dipisahkan terlebih dahulu dari sistem sampling dan biasanya memakai separator.

- Material sampel probe harus di buat dari material yang tidak bereaksi dengan aliran gas , probe harus di kontruksi baik sehingga tidak mudah membengkok atau rusak bila dilewati lairan gas

- Sampel probe harus diletakkan pada aliran laminar untuk menjaga homogenitas sampel. Jangan meletakkan sample probe pada lokasi meter monifolds, tee, belokan, downstream of turbulance generators

- Untuk gas yang tidak diketahui sama sekali sifat-sifatnya, sebaiknya di kategorikan sebagai gas bumi basah . ( Industrial – Press, 1965 )


(31)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. ALAT DAN BAHAN 3.2.1. Alat

- Gas Chromatography Hewlwtt Packard ( HP 6890 Series ) - Detector TCD dan FID

- Syringe 0,5 ml

- Absorben Sampel Gas


(32)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

3.2.2. Bahan

- Sampel Gas 0,2 ml = 200 milimikron - Gas Carrier N2 dan He

- Gas Standard

3.2. Metode Analisa Gas alam

 Gas Chromatography dikalibrasi terlebih dengan menggunakan sebuah tabung kalibrasi

 Setelah dikalibrasi, Gas Chromatography dirangkai dan diperiksa kembali rangkaiannya

 Gas Chromatography dihubungkan dengan gas pembawa dan dihubungkan ke arus listrik

 Diatur kecepatan dan tekanan gas pembawa, temperatur kolom dan oven

 Recorder dihidupkan dan ditunggu sampai alat stabil yang ditandai dengan adanya garis lurus pada monitor.

 Disuntikkan gas standard dengan menggunakan syringe, ditunggu beberapa saat hingga semua gas yang disuntikkan keluar.

 Disuntikkan gas yang akan dianalisa sebanyak 0,2 ml atau sekitar 200 milimikron dengan menggunakan syringe pada injection port, lalu data komposisi berbentuk kromatogram dan hasil perhitungan keluar.


(33)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

Diketahui % volume gas alam yang dihasilkan dari Gas Chromatography adalah sebagai berikut :

N2 = 0,1701 %

CH4 = 74,0571 %

C02 = 1,8733 %

C2H6 = 12,2755 %

C3H8 = 6,7944 %

i-C4H10 = 1,602 %

n- C4H10 = 1,8424 %

i-C5H12 = 0,7406 %

n- C5H12 = 0,4489 %

C6+ = 0,1958 %

Vbi atau Factor Summary Kompressor untuk komposisi gas tersebut adalah sebagai berikut ;

N2 = 0,0044

CH4 = 0,0116

C02 = 0,0197

C2H6 = 0,0239

C3H8 = 0,0344

i-C4H10 = 0,0458

n- C4H10 = 0,0478


(34)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

n- C5H12 = 0,0631

C6+ = 0,0802

Zi = % Volume gas x Vbi / 100

Maka nilai Zi untuk :

N2 = 0,1701 x 0,0044 / 100 = 0,000

CH4 = 74,0571 x 0,0116 / 100 = 0,008

C02 = 1,8733 x 0,0197 / 100 = 0,000

C2H6 = 12,2755 x 0,0239 / 100 = 0,002

C3H8 = 6,7944 x 0,0344 / 100 = 0,002

i-C4H10 = 1,602 x 0,0458 / 100 = 0,000

n- C4H10 = 1,8424 x 0,0478 / 100 = 0,000

i-C5H12 = 0,7406 x 0,0581 / 100 = 0,000

n- C5H12 = 0,4489 x 0,0631 / 100 = 0,000

C6+ = 0,1958 x 0,0802 / 100 = 0,000 +

Sehingga total Zi untuk semua komposisi gas alam = 0,012 Zb = 1 – ( jumlah2 Zi x 14,7 )

= 1 – [ (0,0122 x 14,7 ) ] = 1 – 0,002

= 0,998

Nilai Spesifik Gravity ( SG ) Kompressor untuk masing masing komposisi gas adalah sebagai berikut :

N2 = 0,96723


(35)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

C02 = 1,51955

C2H6 = 1,03824

C3H8 = 1,52256

i-C4H10 = 2,00684

n- C4H10 = 2,00684

i-C5H12 = 2,49115

n- C5H12 = 2,49115

C6+ = 3,17652

SG i = % Volume Gas x SG.kompressor / 100

Maka nilai SGi untuk :

N2 = 0,1701 x 0,96723 / 100 = 0,001

CH4 = 74,0571 x 0,55392 / 100 = 0,410

C02 = 1,8733 x 1,51955 / 100 = 0,028

C2H6 = 12,2755 x 1,03824 / 100 = 0,127

C3H8 = 6,7944 x 1,52256 / 100 = 0,103

i-C4H10 = 1,602 x 2,00684 / 100 = 0,032

n- C4H10 = 1,8424 x 2,00684 / 100 = 0,036

i-C5H12 = 0,7406 x 2,49115 / 100 = 0,018

n- C5H12 = 0,4489 x 2,49115 / 100 = 0,011

C6+ = 0,1958 x 3,17652 / 100 = 0,006 +

Sehingga total SGi untuk semua komposisi gas alam = 0,772

SGr = jumlah SGi x ( 14,7 / 14,73 ) x ( 0,9949 / Zb ) = 0,772 x ( 0,99796 ) x ( 0,9949 / 0,998 )


(36)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

= 0,772 x ( 0,99796 ) x ( 1,00169 ) = 0,7761 x 0,99964

= 0,775766 = 0,7758

Nilai Gross Heating Value ( GHV ) kompressor untuk masing – masing komposisi gas adalah sebagai berikut :

N2 = 0,00

CH4 = 1010,00

C02 = 0,00

C2H6 = 1769,80

C3H8 = 2516,20

i-C4H10 = 3252,10

n- C4H10 = 3262,40

i-C5H12 = 4000,90

n- C5H12 = 4008,80

C6+ = 5065,83

GHVi = % volume gas x GHV kompressor / 100

Maka nilai GHVi untuk :

N2 = 0,1701 x 0,00 / 100 = 0,001

CH4 = 74,0571 x 1010,00 / 100 = 0,410

C02 = 1,8733 x 0,00 / 100 = 0,028


(37)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

C3H8 = 6,7944 x 2516,20 / 100 = 0,103

i-C4H10 = 1,602 x 3252,10 / 100 = 0,032

n- C4H10 = 1,8424 x 3262,40 / 100 = 0,036

i-C5H12 = 0,7406 x 4000,90 / 100 = 0,018

n- C5H12 = 0,4489 x 4008,80 / 100 = 0,011

C6+ = 0,1958 x 5065,83 / 100 =

No

0,006 + Sehingga total GHVi semua komposisi gas alam adalah = 1305,93

GHV = jumlahGHVi x ( 14,7 / 14,696 ) / 0,9978 = 1305,93 x 0,95264 / 0,9978

= 1305,93 x 1,002 = 1308,5

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data yang diperoleh dari hasil analisa dengan menggunakan Kromatografi Gas

Waktu Area ID No. Konsentrasi Nama

1 2.43 618 1 0.1701 N2

2 2.688 179240 2 74.0571 CH4

3 3.28 6142 3 1.8733 CO2


(38)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

5 5.82 31193 5 6.7944 C3H8

6 8.432 8500 6 1.602 i C4H10

7 10.435 10030 7 1.8424 n C4H10

8 16.048 4472 8 0.7406 i C5H12

9 18.148 2819 9 0.4489 n C5H12

10 24.417 1265

11 25.882 544 10 0.0739 C6+

12 27.217 897 10 0.1219 C6+

4.2. Pembahasan

Gas alam hasil pengeboran pada umumnya akan diolah kembali menjadi bahan bakar gas murni yang digunakan untuk keperluan bahan bakar, baik untuk keperluan kendaraan maupun untuk industri rumah tangga. Berbagai faktor yang mempengaruhi kemurnian dan kualitas dari bahan bakar gas yang dihasilkan juga perlu dipertimbangkan. Bahan bakar gas yang memiliki kualitas yang bagus juga memiliki nilai jual yang tinggi. Seperti misalnya komponen inert yang ada dalam bahan bakar gas seperti karbondioksida, nitrogen dan hidrogen sulfida dapat mengurangi efektifitas dari nyala yang dihasilkan oleh bahan bakar gas alam tersebut, sehingga harus dilenyapkan terlebih dahulu sebelum diolah menjadi bahan bakar gas sampai mencapai konsentrasi


(39)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

yang sekecil – kecilnya untuk dapat menghasilkan bahan bakar gas dengan kualitas dan harga jual yang tinggi.

Faktor yang mempengaruhi kualitas dan nilai jual bahan bakar gas juga sangat bergantung pada harga spesifik gravity ( SG ) dan harga Gross Heating Value ( GHV ) dalam gas alam hasil pengeboran. Sementara harga C6+ pada bahan bakar gas juga

mempengaruhi kualitas dan nilai jual dari bahan bakar gas tersebut tetapi dalam jumlah yang tidak terlalu besar disebabkan komponen yang utama dalam bahan bakar gas adalah metana diikuti etana, propana, butana dan pentana.

Konsumen tentu saja menginginkan bahan bakar gas yang berkualitas tinggi dan mempunyai kemurnian yang tinggi dan daya nyala yang besar. Panas pembakaran yang dihasilkan oleh bahan bakar gas sangat tergantung pada harga Gross Heating Value ( GHV ) dari gas alam. Gross Heating Value ( GHV ) sendiri adalah harga panas yang dihasilkan oleh bahan bakar gas. Oleh sebab itu, harga Gross Heating Value ( GHV ) pada bahan bakar gas menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan harga dan kualitas bahan bakar gas yang dihasilkan. Harga Gross Heating Value ( GHV ) yang semakin besar juga sebanding dengan nilai Spesifik Gravity ( SG ) gas alam tersebut. Untuk Spesifik Gravity ( SG ) yang semakin tinggi, maka nilai Gross Heating Value ( GHV ) akan semakin tinggi juga. Dengan demikian menghasilkan bahan bakar gas yang berkualitas tinggi. Sebaliknya, harga Spesifik Gravity ( SG ) yang semakin kecil, maka nilai Gross Heating Value ( GHV ) juga akan semakin kecil, yang akan menghasilkan bahan bakar gas dengan kualitas dan nilai jual yang semakin rendah juga.


(40)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

Berbagai cara yang dilakukan orang untuk meningkatkan harga Spesifik Gravity ( SG ) dan harga Gross Heating Value ( GHV ) adalah pemilihan sumur pengeboran gas, menghilangkan komponen inert yang ada dalam sampel gas alam. Kedua cara ini menyebabkan sampel gas alam yang akan diolah menjadi bahan bakar gas akan memiliki kemurnian dan kualitas yang tinggi.Kandungan komponen inert yang semakin kecil, berarti akan meningkatkan harga Spesifik Gravity ( SG ) dan harga Gross Heating Value ( GHV ) , sehingga akan menghasilkan bahan bakar gas dengan kualitas dan nilai jual yang semakin tinggi.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Pengaruh harga Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C6+

terhadap mutu dan nilai jual gas alam adalah untuk harga Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C6+ yang semakin besar, maka mutu dan


(41)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C6+ yang semakin kecil,

makan nilai jual dan mutu gas alam juga akan semakin kecil.

- Besarnya nilai Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C6+

yang terdapat dalam sampel gas alam yang diteliti adalah : Spesifik Gravity ( SG ) = 0,7758

Gross Heating Value ( GHV ) = 1308,5

C6+ = 0,1958 %

- Hubungan antara harga Spesifik Gravity ( SG ) terhadap harga Gross Heating Value ( GHV ) adalah harga Spesifik Gravity ( SG ) yang semakin tinggi, maka harga Gross Heating Value ( GHV ) juga akan semakin tinggi, sebaliknya harga Spesifik Gravity ( SG ) yang semakin rendah, maka harga Gross Heating Value ( GHV ) juga akan semakin rendah.

5.2. Saran

1. Sampel gas alam hasil pengeboran dari sumur gas alam sebaiknya dimurnikan lebih dahulu dari komponen inert untuk menghasilkan bahan bakar gas yang berkualitas dan memiliki nilai jual yang tinggi.

2. Pemilihan sampel gas alam yang akan diolah menjadi bahan bakar gas sebaiknya dilakukan dengan menghitung harga spesifik gravity ( SG ) dan gross heating value (GHV ) yang terkandung dalam gas alam tersebut terlebih


(42)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

dahulu sehingga ketika diolah menjadi bahan bakar gas akan menghasilkan bahan bakar gas yang berkualitas dan memiliki nilai jual yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Ibarra. E. C., ( 1985 ), Procedur Gas Technology For Rural Application, United Nations, Philipina, Pages 4, 5, dan 6 Apendix A

Industrial Press , ( 1965 ), Gas Engineering Handbook, Fourth Edition, Fuel Gas Engineering Practise, Madison Avenue, New York, Pages 2/63 – 5/63 Murravyou. I.A, ( 1987 ), Development And Exploitation Of Oil Land And Gas


(43)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

Fields, Peace Publisher Moscow, Pages 34 – 39 dan 445 – 449 Pengawasan Mutu Gas Bumi Dan Liquified Petroleum Gas ( LPG ), Pusat Penenlitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Bumi Lemigas Sofer. S. S., (1981 ), Biomass Convertion Process For Energy And Fuels, Plenum Press, New York, Pages 161, 279 dan 323

Willet. J. E., (1987 ), Gas Chromatography, John Wiley And Sons, New York, Pages 196 - 197


(1)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

5 5.82 31193 5 6.7944 C3H8

6 8.432 8500 6 1.602 i C4H10

7 10.435 10030 7 1.8424 n C4H10

8 16.048 4472 8 0.7406 i C5H12

9 18.148 2819 9 0.4489 n C5H12

10 24.417 1265

11 25.882 544 10 0.0739 C6+

12 27.217 897 10 0.1219 C6+

4.2. Pembahasan

Gas alam hasil pengeboran pada umumnya akan diolah kembali menjadi bahan bakar gas murni yang digunakan untuk keperluan bahan bakar, baik untuk keperluan kendaraan maupun untuk industri rumah tangga. Berbagai faktor yang mempengaruhi kemurnian dan kualitas dari bahan bakar gas yang dihasilkan juga perlu dipertimbangkan. Bahan bakar gas yang memiliki kualitas yang bagus juga memiliki nilai jual yang tinggi. Seperti misalnya komponen inert yang ada dalam bahan bakar gas seperti karbondioksida, nitrogen dan hidrogen sulfida dapat mengurangi efektifitas dari nyala yang dihasilkan oleh bahan bakar gas alam tersebut, sehingga harus dilenyapkan terlebih dahulu sebelum diolah menjadi bahan bakar gas sampai mencapai konsentrasi


(2)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

yang sekecil – kecilnya untuk dapat menghasilkan bahan bakar gas dengan kualitas dan harga jual yang tinggi.

Faktor yang mempengaruhi kualitas dan nilai jual bahan bakar gas juga sangat bergantung pada harga spesifik gravity ( SG ) dan harga Gross Heating Value ( GHV ) dalam gas alam hasil pengeboran. Sementara harga C6+ pada bahan bakar gas juga

mempengaruhi kualitas dan nilai jual dari bahan bakar gas tersebut tetapi dalam jumlah yang tidak terlalu besar disebabkan komponen yang utama dalam bahan bakar gas adalah metana diikuti etana, propana, butana dan pentana.

Konsumen tentu saja menginginkan bahan bakar gas yang berkualitas tinggi dan mempunyai kemurnian yang tinggi dan daya nyala yang besar. Panas pembakaran yang dihasilkan oleh bahan bakar gas sangat tergantung pada harga Gross Heating Value ( GHV ) dari gas alam. Gross Heating Value ( GHV ) sendiri adalah harga panas yang dihasilkan oleh bahan bakar gas. Oleh sebab itu, harga Gross Heating Value ( GHV ) pada bahan bakar gas menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan harga dan kualitas bahan bakar gas yang dihasilkan. Harga Gross Heating Value ( GHV ) yang semakin besar juga sebanding dengan nilai Spesifik Gravity ( SG ) gas alam tersebut. Untuk Spesifik Gravity ( SG ) yang semakin tinggi, maka nilai Gross Heating Value ( GHV ) akan semakin tinggi juga. Dengan demikian menghasilkan bahan bakar gas yang berkualitas tinggi. Sebaliknya, harga Spesifik Gravity ( SG ) yang semakin kecil, maka nilai Gross Heating Value ( GHV ) juga akan semakin kecil, yang akan menghasilkan bahan bakar gas dengan kualitas dan nilai jual yang semakin rendah juga.


(3)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

Berbagai cara yang dilakukan orang untuk meningkatkan harga Spesifik Gravity ( SG ) dan harga Gross Heating Value ( GHV ) adalah pemilihan sumur pengeboran gas, menghilangkan komponen inert yang ada dalam sampel gas alam. Kedua cara ini menyebabkan sampel gas alam yang akan diolah menjadi bahan bakar gas akan memiliki kemurnian dan kualitas yang tinggi.Kandungan komponen inert yang semakin kecil, berarti akan meningkatkan harga Spesifik Gravity ( SG ) dan harga Gross Heating Value ( GHV ) , sehingga akan menghasilkan bahan bakar gas dengan kualitas dan nilai jual yang semakin tinggi.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Pengaruh harga Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C6+

terhadap mutu dan nilai jual gas alam adalah untuk harga Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C6+ yang semakin besar, maka mutu dan


(4)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C6+ yang semakin kecil,

makan nilai jual dan mutu gas alam juga akan semakin kecil.

- Besarnya nilai Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C6+

yang terdapat dalam sampel gas alam yang diteliti adalah : Spesifik Gravity ( SG ) = 0,7758

Gross Heating Value ( GHV ) = 1308,5

C6+ = 0,1958 %

- Hubungan antara harga Spesifik Gravity ( SG ) terhadap harga Gross Heating Value ( GHV ) adalah harga Spesifik Gravity ( SG ) yang semakin tinggi, maka harga Gross Heating Value ( GHV ) juga akan semakin tinggi, sebaliknya harga Spesifik Gravity ( SG ) yang semakin rendah, maka harga Gross Heating Value ( GHV ) juga akan semakin rendah.

5.2. Saran

1. Sampel gas alam hasil pengeboran dari sumur gas alam sebaiknya dimurnikan lebih dahulu dari komponen inert untuk menghasilkan bahan bakar gas yang berkualitas dan memiliki nilai jual yang tinggi.

2. Pemilihan sampel gas alam yang akan diolah menjadi bahan bakar gas sebaiknya dilakukan dengan menghitung harga spesifik gravity ( SG ) dan gross heating value (GHV ) yang terkandung dalam gas alam tersebut terlebih


(5)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

dahulu sehingga ketika diolah menjadi bahan bakar gas akan menghasilkan bahan bakar gas yang berkualitas dan memiliki nilai jual yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Ibarra. E. C., ( 1985 ), Procedur Gas Technology For Rural Application, United Nations, Philipina, Pages 4, 5, dan 6 Apendix A

Industrial Press , ( 1965 ), Gas Engineering Handbook, Fourth Edition, Fuel Gas Engineering Practise, Madison Avenue, New York, Pages 2/63 – 5/63 Murravyou. I.A, ( 1987 ), Development And Exploitation Of Oil Land And Gas


(6)

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 +

Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

Fields, Peace Publisher Moscow, Pages 34 – 39 dan 445 – 449 Pengawasan Mutu Gas Bumi Dan Liquified Petroleum Gas ( LPG ), Pusat Penenlitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Bumi Lemigas Sofer. S. S., (1981 ), Biomass Convertion Process For Energy And Fuels, Plenum Press, New York, Pages 161, 279 dan 323

Willet. J. E., (1987 ), Gas Chromatography, John Wiley And Sons, New York, Pages 196 - 197