Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus Pada PT. PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU).

(1)

PENGARUH KESELAMATAN DAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

(Studi Kasus Pada PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

DISUSUN O L E H

NELDA TIO NORA SIMANJUNTAK 050903008

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus Pada PT. PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU).

Karya ilmiah ini merupakan laporan yang diperlukan untuk melengkapi persyaratan melengkapi gelar sarjana serta sebagai wahana untuk melatih diri dan mengembangkan wawasan berfikir dalam penulisan karya ilmiah ini.

Penulis mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penelitian, pengumpulan literature, maupun penulisan karya ilmiah. Namun berkat bimbingan dan arahan semua pihak, kesulitan yang ada dapat diatasi dan karya ilmiah inipun dapat diselesaikan.

Hormat Saya


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………i

DAFTAR ISI ...………ii

DAFTAR TABEL…...……….………v

LAMPIRAN………….………..vii

ABSTRAK……….viii

BAB I PENDAHULUAN ...………1

1. Latar Belakang ………...………1

2. Perumusan Masalah ………...5

3. Tujuan Penelitian ………...…6

4. Manfaaat Penelitian ………...7

5. Kerangka Teori ………..…8

5.1. Keselamatan Kerja ………..…8

5.2. Kesehatan Kerja ……….10

5.3. Produktivitas Kerja ……….…12

5.4. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja ……….13

6. Hipotesis ……….…16


(4)

8. Defenisi Operasional ……….…19

9. Sistematika Penulisan ……….…22

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ………...23

1. Bentuk Penelitian ……….…23

2. Lokasi Penelitian ……….…23

3. Populasi dan Sampel ……….…23

4. Teknik Pengumpulan Data ……….…24

5. Teknik Penentuan Skor ……….……25

6. Teknik Analisis Data ……….……27

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ……….…30

1.Sejarah Berdirinya ……….…30

2. Gambaran Umum Perusahaan ………...36

2.1 Visi ……….36

2.2 Misi ……….37

3. Struktur Organisasi ………...37

BAB IV PENYAJIAN DATA ………...…..40

1.Identitas Responden ………...………..40


(5)

2.1 Keselamatan Kerja ………...45

2.2 Kesehatan Kerja ……….…………...…….53

3. Variabel Terikat : Produktivitas Kerja Karyawan ………...61

BAB V ANALISA DATA ………...73

1.Variabel Keselamatan Kerja ………...74

2.Variabel Kesehatan Kerja ………...75

3.Variabel Produktivitas Kerja Karyawan ………...76

4.Hubungan Keselamatan (X1) dan Kesehatan Kerja (X2) dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Y) ……….77

4.1 Pengaruh Keselamatan Kerja (X1) Dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Y) ……….78

4.2 Pengaruh Kesehatan Kerja (X2) Dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Y) ………...82

BAB VI PENUTUP ……….85

1. Kesimpulan ………...85

2. Saran ……….87


(6)

DAFTAR TABEL

HALAMAN Tabel 1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin……….40 Tabel 2 Distribusi Responden Menurut Usia………...….………..41 Tabel 3 Distribusi Responden Menurut Masa Kerja/Lama Bekerja………....……..42 Tabel 4 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ………...43 Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Golongan…………..………...44 Tabel 6 Frekuensi Responden Mengikuti Training Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3)……..……….………..45 Tabel 7 Tanggapan Responden Tentang Manfaat Training

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bagi Pekerjaannya……….46 Tabel 8 Tanggapan Responden Tentang Jaminan Keselamatan

dan Kesehatan Kerja oleh Perusahaan ...………...47 Tabel 9 Tanggapan Responden Tentang Persediaan Perlengkapan

Kerja………...…………...……….48 Tabel 10 Tanggapan Responden Tentang Persediaan Alat Pelindung Diri….……….48 Tabel 11 Tanggapan Tentang Kesediaan Memakai Alat Pelindung Diri.………49 Tabel 12 Tanggapan Responden Tentang Ketaatan Mematuhi

Ketentuan-Ketentuan Keselamatan Kerja ...……….……….50 Tabel 13 Tanggapan Responden Tentang Ketenangan Dalam Bekerja …….…..51 Tabel 14 Tanggapan Responden Tentang Jaminan atau

Tunjangan Bila Terjadi Kecelakaan Pada Jam Kerja.………...51 Tabel 15 Tanggapan Responden Tentang Pemberian


(7)

Tabel 16 Tanggapan Responden Tentang Pemberian

Fasilitas Kendaraan Oleh Perusahaan ………..53 Tabel 17 Tanggapan Responden Tentang Kesesuaian Kerja Dengan Bakat…………53 Tabel 18 Tanggapan Responden Tentang Keseimbangan Beban Kerja

Dengan Kemampuan Kerja...……….54 Tabel 19 Tanggapan Responden Tentang Jumlah Venitasi,

Kipas Angin Atau AC Pada Ruang Kerja..………55 Tabel 20 Tanggapan Responden Tentang Keadaan Penerangan

Dalam Ruang Kerja………55 Tabel 21 Tanggapan Responden Tentang Gangguan Lingkungan

Yang Menggangu Konsentrasi Pekerjaan.……….56 Tabel 22 Tanggapan Responden Tentang Pemeriksaan

Kesehatan Secara Berkala………..57 Tabel 23 Tanggapan Responden Tentang Pengibatan Bagi Karyawan

Yang Sakit Oleh Perusahaan.……….57 Tabel 24 Tanggapan Responden Tentang Persediaan Fasilitas Kesehatan

Oleh Perusahaan……….58 Tabel 25 Tanggapan Responden Tentang Persediaan Tempat

Pembuangan Sampah……….59 Tabel 26 Tanggapan Responden Tentang Jumlah Petugas Kebersihan

Di Lingkungan Kerja ..………..59 Tabel 27 Tanggapan Responden Tentang Keadaan Kebersihan

Di Tempat Kerja………...60 Tabel 28 Tanggapan Responden Tentang Penerapan Lingkungan


(8)

Tabel 29 Tanggapan Responden Tentang Usaha Meningkatkan

Produk Perusahaan ………62 Tabel 30 Tanggapan Responden Tentang Pemahaman Uraian Tugas………. .62 Tabel 31 Tanggapan Responden Tentang Bidang Pekerjaan Yang

Diberikan Oleh Perusahaan ……….. 63 Tabel 32 Tanggapan Responden Tentang Usaha Memajukan Perusahaan …………..64 Tabel 33 Tanggapan Responden Tentang Usaha Peningkatan

Keterampilan Oleh Perusahaan ……….63 Tabel 34 Tanggapan Responden Tentang Waktu Penyelesaian Tugas ………...65 Tabel 35 Tanggapan Responden Tentang Peraturan Yang Berlaku

Dalam Perusahaan ………66 Tabel 36 Tanggapan Responden Tentang Tanggapan Atasan

Terhadap Hasil Pekerjaan ………...66 Tabel 37 Tanggapan Responden Tentang Pengulangan Tugas Kembali …….………67 Tabel 38 Tanggapan Responden Tentang Kehadiran Ke

Tempat Kerja Setiap Hari ………...68 Tabel 39 Frekuensi Responden Mencapai Prestasi Kerja

Yang Memuaskan Perusahaan ………...69 Tabel 40 Tanggapan Responden Tentang Usaha Menyelesaikan Tugas ……….70 Tabel 41 Tanggapan Responden Tentang Kegunaan Training

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ………..71 Tabel 42 Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden

Untuk Keselamatan Kerja ………...74 Tabel 43 Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden


(9)

Tabel 44 Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden

Untuk Produktivitas Kerja Karyawan ………..76 Tabel 45 Interpretasi Koefisien Korelasi ………...78


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Permohonan Judul Skripsi. Lampiran 2 :Permohonan Dosen Pembimbing.

Lampiran 3 :Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi. Lampiran 4 :Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi. Lampiran 5 :Berita Acara Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

Lampiran 6 :Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi Lampiran 7 :Surat Rekomendasi/ Izin Penelitian dari FISIP USU

Lampiran 8 :Permohonan Dosen Pembimbing.

Lampiran 9 :Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU

Lampiran 10 :Nilai Jawaban Responden Terhadap Keselamatan Kerja Lampiran 11 :Nilai Jawaban Responden Terhadap Kesehatan Kerja

Lampiran 12 :Nilai Jawaban Responden Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Lampiran 13 :Koefisien Korelasi Antara Keselamatan Kerja Dengan

Produktivitas Kerja Karyawan

Lampiran 14 :Koefisien Korelasi Antara Kesehatan Kerja Dengan

Produktivitas Kerja Karyawan


(11)

ABSTRAK

PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN ( Studi Pada PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD

PANGKALAN SUSU )

Nama : Nelda Tio Nora Simanjuntak N I M : 050903008

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Dra. Dahlia Hafni Lubis.

Seiring dengan era industrialisasi yang semakin pesat, setiap organisasi dituntut harus mampu memperluas pasar produknya agar dapat tetap hidup. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan produktivitas yang tinggi, dimana salah satu faktor penting dalam pencapaian produktivitas adalah SDM nya. Mengingat manusia merupakan faktor produksi terpenting, salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU sebanyak 60 orang.

Metode penelitian yang digunakan adalah korelasional dan analisa data secara kwantitatif. Teknik analisa data adalah korelasi Product Moment dari Pearson dan r hasil dikonsultasikan dengan r tabel.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas kerja karyawan. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan rx1.y sebesar 0,635 dan rx2.y sebesar 0,624. nilai r hasil dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikan 5%, diperoleh r tabel sebesar 0,254. Ternyata r hasil lebih besar dari r tabel (0,635 > 0,254) dan ( 0,624 > 0,254). Ini berarti pengaruh keselamatan kerja dengan produktivitas kerja karyawan dan kesehatan kerja dengan produktivitas kerja karyawan adalah signifikan dan hipotesa penelitian dapat diterima yaitu terdapat hubungan positif antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas kerja karyawan. Selanjutnya untuk mengetahui besar pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja digunakan rumus Koefisien Determinan r² x 100%. Maka diperoleh koefisian determinan rx1.y = 40,32% dan rx2.y = 38,94%. Hal ini berarti kontribusi atau pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan di PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU termasuk cukup besar, sehingga hal ini sangat perlu untuk diperhatikan atau tidak boleh diabaikan.

Kata-kata kunci (Key Words) : Produktivitas Kerja, Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja.


(12)

ABSTRAK

PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN ( Studi Pada PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD

PANGKALAN SUSU )

Nama : Nelda Tio Nora Simanjuntak N I M : 050903008

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Dra. Dahlia Hafni Lubis.

Seiring dengan era industrialisasi yang semakin pesat, setiap organisasi dituntut harus mampu memperluas pasar produknya agar dapat tetap hidup. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan produktivitas yang tinggi, dimana salah satu faktor penting dalam pencapaian produktivitas adalah SDM nya. Mengingat manusia merupakan faktor produksi terpenting, salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU sebanyak 60 orang.

Metode penelitian yang digunakan adalah korelasional dan analisa data secara kwantitatif. Teknik analisa data adalah korelasi Product Moment dari Pearson dan r hasil dikonsultasikan dengan r tabel.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas kerja karyawan. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan rx1.y sebesar 0,635 dan rx2.y sebesar 0,624. nilai r hasil dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikan 5%, diperoleh r tabel sebesar 0,254. Ternyata r hasil lebih besar dari r tabel (0,635 > 0,254) dan ( 0,624 > 0,254). Ini berarti pengaruh keselamatan kerja dengan produktivitas kerja karyawan dan kesehatan kerja dengan produktivitas kerja karyawan adalah signifikan dan hipotesa penelitian dapat diterima yaitu terdapat hubungan positif antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas kerja karyawan. Selanjutnya untuk mengetahui besar pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja digunakan rumus Koefisien Determinan r² x 100%. Maka diperoleh koefisian determinan rx1.y = 40,32% dan rx2.y = 38,94%. Hal ini berarti kontribusi atau pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan di PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU termasuk cukup besar, sehingga hal ini sangat perlu untuk diperhatikan atau tidak boleh diabaikan.

Kata-kata kunci (Key Words) : Produktivitas Kerja, Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

Sejak era Industrialisasi terlihat kenyataan bahwa globalisasi telah terjadi dalam seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk juga dalam aspek ekonomi yang sangat besar pengaruhnya pada kualitas kehidupan manusia. Globalisasi di bidang ekonomi telah menciptakan suatu lingkungan bisnis yang semakin kompetitif bagi setiap organisasi (perusahaan dan industri), dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya. Dalam era industrialisasi tidak cukup hanya didukung oleh investasi fisik, seperti prasarana ekonomi tetapi secara bersamaan juga harus didukung oleh investasi sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan modal pokok bagi perusahaan atau sebagai faktor sentral dalam mendayagunakan sumber daya alam (Natural Resources) dan , bahkan juga sumber daya manusia itu sendiri. Semua unsur itu harus didayagunakan secara maksimal agar organisasi perusahaan mampu merebut dan memperluas pasar bagi produknya, baik berupa barang maupun jasa. Tanpa adanya manusia maka perusahaan tersebut tidak akan berjalan walaupun modal dan teknologi telah tersedia. Untuk itu sangat diperlukan produktivitas kerja karyawan yang tinggi dalam mendayagunakan sumber daya-sumber daya tersebut agar perusahaan dapat hidup dan berkembang.

Peningkatan produktivitas kerja karyawan sangat dibutuhkan pada semua perusahaan baik yang bergerak dibidang produksi maupun jasa. Dalam upaya


(14)

pencapaian produktivitas yang semaksimal mungkin, salah satu faktor yang sangat penting adalah faktor Sumber Daya Manusia nya, dalam hal ini tenaga kerja yang ada dalam perusahaan. Mengingat manusia merupakan faktor produksi yang terpenting, ada beberapa aspek yang harus senantiasa diperhatikan seperti kualitasnya (pengetahuan, sikap, dan keterampilan), kondisi dan kesehatan dan kepribadiannya; kebutuhan dan kesejahteraan hidupnya, keamanan dan keselamatan kerjanya dan lain sebagainya.

Berkaitan dengan era industrialisasi tadi yang ditandai dengan penerapan teknologi canggih, peningkatan produktivitas kerja tersebut tidak akan mungkin tercapai bila aspek Keselamatan dan Kesehatan kerja tidak diperhatikan atau tidak ditangani secara berencana dan terpadu malah dapat meningkatkan kecelakaan kerja karyawan. Tidak mungkin seseorang mau bekerja didalam suatu perusahaan apabila dia mengetahui bahwa perusahaan tidak menjamin keselamatannya dari bahaya dan kesehatan kerjanya, walaupun perusahaan tersebut misalnya menjanjikan gaji yang cukup besar. Karena pekerja yang melakukan pekerjaannya pada hakikatnya tidak hanya sekedar untuk memperoleh imbalan atau asal tidak menganggur. Jika motivasi bekerja hanya berdasarkan imbalan atau asal tidak menganggur, jelas sulit yang diharapkan, disamping timbulnya kerawanan dalam jaminan keselamatan kerja.

Disamping kebutuhan yang bersifat material ada kebutuhan psikologis yang akan dipenuhi dari pekerjaannya. Entah berapa banyak pekerja yang tidak dapat diharapkan produktivitas kerjanya atau justru cenderung kurang terjamin keselamatan


(15)

kerjanya, hanya karena bidang pekerjaan yang ditekuni sama sekali tidak disukainya. (Anorga & Janti,1996:219).

Dengan demikian khusus mengenai aspek keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan, perlu diberi perhatian yang sangat serius karena berpengaruh langsung terhadap efektivitas kerja karyawan yang merupakan motor dan sarana utama dalam pencapaian produktivitas yang maksimal dari suatu perusahaan. Bertitik tolak dari penjelasan diatas yaitu semakin maju pesatnya industry, ilmu pengetahuan dan tehnologi dewasa ini, keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja mutlak perlu bagi para pekerja, tetapi juga penting bagi kelangsungan dan kemajuan perusahaan yang bersangkutan.

Mengenai hal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diperkuat dan dipertegas lagi dalam Undang-Undang dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama. Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta


(16)

sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja agar terjalan dengan baik.

Adapun yang menjadi sasaran keselamatan dan kesehatan kerja di antaranya adalah meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin kehidupan produktifnya. Sehubungan dengan sasaran ini maka setiap perusahaan apalagi dalam industry modern dewasa ini, kecelakaan-kecelakaan dalam perusahaan serta usaha pencegahannya tidak dapat diabaikan begitu saja. Dalam pencapaian sasaran tersebut pasti memerlukan usaha yang teratur atau suatu program keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan tempat kerja. Dalam perusahaan besar program keselamatan dan kesehatan kerja ini harus diperluas pengorganisasiannya dan memerlukan kesatuan pelaksana. Dan inilah yang menjadi dasar terbentuknya Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) diperusahaan-perusahaan besar.

PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU sebagai salah satu perusahaan besar yang bergerak dibidang produksi Minyak dan Gas dan menggunakan teknologi modern dalam proses produksinya. Sejak berdirinya perusahaan ini sudah mengusahakan keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya. Disamping itu PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU senantiasa mengupayakan peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja dengan mengikutsertakan pegawainya dalam program jamsostek, menerbitkan


(17)

seperangkat peraturan dan ketentuan mengenai pedoman dan petunjuk keselamatan kerja serta pengamanan fisik. Hal inilah yang menjadi alasan bagi penulis untuk memilih PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU menjadi lokasi penelitian, dimana dalam proses produksinya kemungkinan besar memiliki resiko tinggi akan bahaya-bahaya yang muncul. Dan yang terutama alasannya karena penulis mengetahui bahwa PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU sudah membentuk Penetapan Susunan Personalia Organisasi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3), yang mana hal ini belum tentu sudah dimiliki oleh perusahaan lain.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (Studi pada

PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU). 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan mengenai latar belakang masalah diatas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut :

Seberapa besar pengaruh Keselamatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU?


(18)

Seberapa besar pengaruh Kesehatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU?

3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai suatu sasaran yang hendak dicapai, atau apa yang menjadi tujuan dari penelitian tentunya harus jelas diketahui sebelumnya. Suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan yang empiris pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan (Nawawi, 1993:13).

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Keselamatan Kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan Kesehatan Kerja terhadap produktivitas kerja Karyawan pada PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU.

3. Untuk mengetahui pengaruh Keselamatan Kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU.


(19)

4. Untuk mengetahui pengaruh Kesehatan Kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU.

5. Untuk mengetahui pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU.

4. Manfaat Penelitian

Dan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Secara objektif adalah sebagai suatu tahap untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis dan teoritis dalam memecahkan suatu permasalahan secara objektif dan kritis melalui suatu karya ilmiah sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat teruji dan berguna.

2. Bagi FISIP-USU khususnya Departemen Ilmu Administrasi Negara sebagai bahan referensi, bahan kajian, dan bahan perbandingan bagi mereka yang memerlukannya dan orang-orang yang tertarik dengan masalah ini.

3. Bagi kepentingan organisasi/perusahaan diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran mengenai gambaran pengaruh antara keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan.


(20)

5. Kerangka Teori

Singarimbun (1989 : 37) mengartikan teori sebagai serangkaian konsep, defenisi dan proposisi yang saling berkaitan bertujuan memeberikan gambaran sistematis tentang suatu fenomena.

Berdasarkan pendapat diatas, penulis mengemukakan teori sebagai titik tolak atau landasan berpikir dalam penelitian ini yaitu :

5.1.Keselamatan Kerja

Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. (Suma’mur, 1993:1).

Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja (Mangkunegara, 2000:161).

Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko bahayanya adalah penerapan tehnologi maju dan mutakhir dan secara terperinci, sasaran keselamatan kerja tersebut adalah :

1. Mencegah Terjadinya kecelakaan.

2. Mencegah timbulnya penyakit akibat pekerjaan.

3. Mencegah/mengurangi kematian.


(21)

5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan, alat-alat kerja, mesin, instalasi dan lain-lain.

6. Meningkatakan produktivitas tenaga kerja, modal, alat-alat, dan sumber-sumber produksi lainnya sewaktu kerja.

7. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja.

8. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi, industry serta pembangunan. (Darmodiharjo, 1981 ; 8)

Keselamatan kerja merupakan suatu usaha untuk melindungi buruh dari bahaya yang timbul karena pekerjaan dan menciptakan kondisi kerja yang aman bagi pekerja yang menjadi tujuan keselamatan kerja adalah :

1. Melindungi buruh dari resiko kecelakaan pada saat ia melakukan pekerjaan.

2. Menjaga supaya orang-orang yang berada disekitar tempat kerja terjamin keselamatannya.

3. Menjaga supaya sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan berdaya guna. (Budiono, 1995 : 228)

Disegala tempat kerja, suatu perusahaan diwajibkan melakukan usaha-usaha tertentu yang disebut syarat-syarat keamanan kerja yang dimaksudkan untuk :


(22)

• Mencegah mengurangi bahaya peledakan.

• Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya.

• Memberi pertolongan pada kecelakaan.

• Memberi alat perlindungan diri kepada para tenaga kerja.

• Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, gas, sinar dan getaran.

• Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja.

• Memperoleh penerangan yang cukup dan serasi.

• Menyelenggarakan udara yang cukup.

• Memelihara kebersihan, keselamatan dan ketertiban.

• Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya. (Darmodiharjo, 1981 ; 8)

5.2.Kesehatan Kerja.

Kesehatan kerja adalah suatu usaha yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum (Sum’amur, 1967 : 1).


(23)

Kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, Lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik (Mangkunegara, 2000:161).

Kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberi perlindungan bagi pekerja terhadap pemerasan (eksploitasi) tenaga kerja oleh majikan misalnya untuk mendapatkan tenaga yang murah. Kesehatan kerja merupakan penjagaan agar buruh melakukan pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan dan tidak hanya ditunjuk terhadap pihak majikan yang hendak memersa tenaga pekerja, tetapi juga ditujukan terhadap pekerja itu sendiri, dimana dan bilamana pekerja misalnya hendak memboroskan tenaganya dengan tidak mengindahkan kekuatan jasmani dan rohaninya. Kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama.

Pada suatu perusahan biasanya kesehatan kerja berjalan seiring dengan hygiene perusahaan. Dalam hal ini hakikatnya adalah sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya dan dimaksudkan untuk kesejahteraan pekerja dan sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berlandaskan kepada meningginya efisiensi dan daya produktivitas pekerja.


(24)

5.3.Produktivitas Kerja.

Secara umum pengertian produktivitas adalah ratio out put terhadap input, dimana out put merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan, sedangkan input adalah pendapatan yang diterima. Pengukuran dilakukan dengan produktivitas melihat jumlah output yang dihasilkan oleh setiap karyawan selama sebulan. Seorang karyawan dapat dikatakan produktif apabila ia mampu menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak dibandingkan dengan karyawan lain dalam waktu yang sama.

Produktivitas adalah suatu pendekatan interdispliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktif untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu SDM dan keterampilan, barang modal, tehnologi, manajemen, informasi, energi dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup (Muchdarsyah, 1992 ; 17).

Peningkatan produktivitas itu sendiri dapat dilihat dalam tiga bentuk yaitu:

1. Jumlah produksi yang meningkat dengan menggunakan sumber daya yang sama.

2. Jumlah produksi yang sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang kurang.


(25)

3. Jumlah produksi yang jauh lebih besar dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil. ( Nasution, 1996 : 28)

Produktivitas Kerja merupakan suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.

5.4.Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Produktivitas Kerja.

Seperti yang telah diuraikan pada bagian terdahulu yaitu bahwa pada dasarnya tujuan daripada keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk melindungi para tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan dan untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif, sehingga upaya pencapaian produktivitas yang semaksimalnya dari suatu perusahaan dapat lebih terjamin. Berkenaan dengan kenyataan ini, pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku, akan member manfaat bagi perusahaan yaitu :

a) Tercegahnya atau mengurangi tingkat kecelakaan, kebakaran, peledakan dan lain-lain sebagainya.

b) Pengamanan peralatan produksi dan hasil produksi itu sendiri.

c) Mempertahankan dan meningkatkan tingkat produktivitas kerja.

d) Meningkatkan dan membina moral dan dedikasi para tenaga kerja sehingga memperkecil tingkat kemangkiran.


(26)

e) Memperkecil kemungkinan pemborosan biaya dalam proses produksi.

Dan pada dasarnya keselamatan kerja dapat membantu peningkatan produksi dan produktivitas, atas dasar sebagai berikut :

1. Dengan tingkat keselamatan yang tinggi, kecelakaan yang menjadi penyebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi sehingga biaya yang tidak perlu dapat dihindari.

2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan pemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja dan mesin yang produktif bertalian dengan tingkat produktivitas yang tinggi.

3. Tingkat keselamatan kerja yang tinggi menciptakan kondisi yang mendukung kenyamanan serta kegairahan kerja, sehingga faktor manusia dapat diserasiakan dengan tingkat efisiensi pula.

4. Praktek keselamatan tidak bisa dipisahkan dengan keterampilan, keduanya berjalan sejajar dan merupakan unsur-unsur esensial bagi kelangsungan proses produksi.

5. Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan partisipasi pengusaha dan pekerja akan membawa iklim keamanan dan ketenaga kerja, sehingga dapat membantu bagi hubungan para tenaga kerja dan pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi terciptanya kelancaran produksi.


(27)

Jadi aspek keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi yang digunakan dalam proses produksi. Dalam artian bila suatu perusahaan industry mengabaikan masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan seandainya terjadi sesuatu akibat pengabaian tersebut, berapa banyak biaya pengobatan yang dikeluarkan, berapa kerugian dari kealfaan tenaga kerja yang tidak bekerja karena sakit atau cidera yang mana biaya-biaya seperti diatas akan membengkakkan biaya produksi secara keseluruhan dan tentu saja peningkatan produktivitas tidak akan tercapai.

Keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja dapat dijamin/diusahakan melalui penciptaan lingkungan kerja dan pengadaan sarana-sarana kerja yang memadai tetapi tersedianya lingkungan dan sarana kerja yang memadai itu mesti dibarengi pula dengan kesediaan para pekerja sendiri untuk mematuhi ketentuan-ketentuan kerja yang berlaku, khususnya ketentuan-ketentuan-ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan penggunaan sarana-sarana kerja.

Dilanggarnya ketentuan-ketentuan itu dapat menyebabkan pekerja terganggu kesehatannya atau malah tetimpa kecelakaan, walaupun sarana-sarana kerja yang disediakan sebenarnya sudah memadai. Kalau seorang juru las misalnya tidak mau menggunakan kacamata pelindung yang sudah disediakan matanya tidak saja dapat terluka tetapi malah bisa menjadi buta.

Dalam melakukan setiap pekerjaan, resiko terjadinya kecelakaan selalu ada. Kecelakaan kerja mungkin disebabkan oleh tindakan yang membahayakan atau


(28)

akibat keadaan yang berbahaya. Penyebab kecelakaan sering sangat kompleks dan umumnya berkaitan satu dengan yang lainnya. Teori yang pernah dikemukakan misalnya “ Teori Tiga Faktor “ yang menyebutkan bahwa kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor peralatan teknis, lingkungan kerja dan pekerjaan itu sendiri atau “ Teori Dua Faktor “ yang membedakan dua golongan kecelakaan yakni karena tindakan berbahaya dan kondisi kerja yang membahayakan. (Anoraga&Soegiastuti, 1996 : 220

Teori lain yang menjadi faktor penyebab kecelakaan dikemukakan oleh H.W.Heinrinch dalam buku terjemahan Anoraga&Soegiastuti, 1996 sekitar tahun 1930 dikenal sebagai “ Teori Domino “ menganggap faktor asal usul seorang dan lingkungan sosialnya akan mempengaruhi sikap serta perilaku dalam melakukan pekerjaan sehingga mengakibatkan seorang cenderung untuk bekerja ceroboh, tidak berhati-hati dan menjurus kearah kemungkinan terjadinya kesalahan dalam bekerja. Kondisi demikian, ditambah faktor luar lainnya seperti bahaya lingkungan kerja dan peralatan mekanik, mengakibatkan suatu kecelakaan kerja beserta seluruh akibatnya. Teori tersebut memperluas prinsip penerapan keselamatan kerja, bahwa upaya yang perlu dilakukan tidak sekedar memperbaiki suatu “unsafe condition” melainkan juga mengoreksi tindakan manusia yang berbahaya (unsafe action).

Selanjutnya pada awal tahun 1970, Frank E.Bird & Peterson menyempurnakan teori domino tersebut dan mengemukakan bahwa sebab utama kecelakaan adalah akibat ketimpangan system manajemen, sedang unsafe condition dan unsafe action hakikatnya merupakan gejala saja. Oleh karenanya, perbaikan harus


(29)

ditujukan kearah perubahan system manajemen yang diwujudkan dalam bentuk keterpaduan semua kegiatan produksi dan penerapan keselamatan kerja. Demikian juga upaya mencegah terjadinya penyakit akibat kerja atau gangguan kesehatan para pekerja yang terjadi akibat resiko pekerjaan sesungguhnya dapat dicegah sedini mungkin.(Anoraga&Soegiastuti, 1996 : 220)

Beban kerja yang mungkin dihadapi pekerja dapat berupa beban fisik, mental dan social yang masing-masing mempunyai dampak yang berbeda pula. Penempatan yang tepat pada jenis pekerjaan sesuai dengan bakat, keterampilan dan motivasi sangat besar peranannya dalam mencegah timbulnya berbagai macam gangguan kesehatan. Kapasitas kerja juga tergantung pada kesegaran jasmani, gizi, usia dan lain sebagainya merupakan faktor penting dalam upaya mengurangi penyakit akibta kerja. Lingkungan kerja juga yang meliputi penerangan, kebisingan, suhu ruang kerja, getaran, bahaya radiasi, gas, debu, bahan kimia perlu dikendalikan melalui penerapan norma keselamatan dan kesehatan sebaik-baiknya sehingga tidak berakibat buruk bagi tenaga kerja. Hal ini penting karena lingkungan kerja yang aman dan sehat merupakan suatu bentuk kompensasi non material yang turut memotivasi pekerja dalam bekerja. (Nangoi, 1994 : 1390)

Dari uraian diatas, dapat dikatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah penting dalam melakukan pekerjaan yang aman dan efisien guna meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Karena pekerja yang mendapat kecelakaan atau penyakit akibat kerja akan kehilangan produktivitasnya.


(30)

6. Hipotesis

Sugiyono (2003 : 70) menyebutkan : hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data dan harus diuji kebenarannya melalui pengujian hipotesis.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

a. Hipotesis Nihil (Ho) :

“Tidak Ada pengaruh positif antara keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan “.

b. Hipotesis Alternatif (Ha) :

Ada pengaruh positif antara keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan “.

7. Defenisi Konsep

Defenisi konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

7.1.Keselamatan kerja adalah suatu usaha atau program kerja untuk melindungi

tenaga kerja dari bahaya yang timbul karena pekerjaan dan diarahkan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja guna mencapai kesejahteraan para pekerja secara menyeluruh.


(31)

7.2.Kesehatan Kerja adalah suatu usaha untuk mencapai/ memperoleh derajat

kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya baik fisik maupun mental dengan usaha-usaha pencegahan, pengobatan terhadap penyakit/gangguan-gangguan kesehatan agar tercipta tenaga kerja yang sehat dan produktif.

7.3.Produktivitas Kerja adalah perbandingan antar hasil yang dicapai, mutu produksi

dari suatu pekerjaan karyawan dengan pengorbanan, waktu, tenaga yang telah dikeluarkan. Produktivitas Kerja merupakan suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan output dengan input yang dibutuhkan seorang tenaga kerja untuk menghasilkan produk. Pengukuran produktivitas dilakukan dengan melihat jumlah output yang dihasilkan oleh setiap karyawan selama sebulan. Seorang karyawan dapat dikatakan produktif apabila ia mampu menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak dibandingkan dengan karyawan lain dalam waktu yang sama.

8. Defenisi Operasional

Defenisi Operasional adalah salah satu unsur penelitian yang memberitahukan tentang cara mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989 : 46).

8.1.Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

Keselamatan kerja


(32)

• Pembinaan Sumber Daya Manusia melalui pendidikan dan training Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

• Adanya kelengkapan unit perusahaan seperti alat pemadam kebakaran, kotak P3K dan lain-lain.

• Penyediaan dan pemakaian alat pelindung diri.

• Penempatan yang tepat pada jenis pekerjaan sesuai dengan bakat dan keterampilan dan motiivasi.

• Kesediaan pekerja untuk mematuhi ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berlaku.

Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja dengan indikator sebagai berikut :

• Beban kerja yang seimbang.

• Lingkungan/tempat kerja yang memenuhi syarat kesehatan meliputi penerangan, suhu udara, kebisingan, radiasi gas, tekanan dan lain-lain.

• Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan kontinu.

• Pengobatan bagi pegawai yang sakit.


(33)

8.2.Variabel Terikat (Y).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah :

Produktivitas Kerja Karyawan

Produktivitas kerja karyawan dengan indikator sebagai berikut :

• Kualitas kerja yang diperoleh dalam pekerjaan.

• Disiplin kerja khususnya menyangkut ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaannya dan kepatuhan terhadap peraturan organisasi.

• Disiplin waktu dalam ketepatan waktu masuk kerja.

• Prestasi kerja khususnya yang diukur melalui keberhasilan dalam menjalankan tugasnya.


(34)

9. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, hipotesis, defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sample, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB III :GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Bab ini memberikan gambaran umum mengenai daerah penelitian yang meliputi sejarah berdirinya, gambaran umum perusahaan, kedudukan perusahaan,struktur organisasi dan susunannya beserta fungsinya.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini membahas tentang hasil data-data yang diperoleh di lapangan secara sistematis.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan data yang telah disajikan dianalisis sesuai analisis yang digunakan serta menguji hipotesis yang telah dikemukakan.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting dan perlu bagi pihak yang membutuhkan.


(35)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang penulis gunakan adalah bentuk penelitian korelasi sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat apakah ada pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Dalam hal ini untuk melihat apakah ada pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan di PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU.

2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah pada PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU.

3. Populasi dan Sampel

3.1Populasi

Dalam Singarimbun (1989:73), menyatakan bahwa populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejela-gejala, nilai-nilai, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian.

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staff karyawan yang ada di PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU berjumlah 60 orang.


(36)

3.2Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003:91). Karena sampelnya tidak homogen penarikan sampel dilakukan dengan Teknik Random atas dasar strata yang tidak proposional (Non Proportional Stratifield Random Sampling) yaitu populasi yang distratakan terlebih dahulu, stratanya disesuaikan dengan sifat-sifat populasi. Sampel yang terpilih harus mewakili masing-masing strata dan jumlah warga sampel untuk masing-masing strata tidak ditetapkan secara proporsional (Arikunto, 1991:107). Apabila populasi lebih dari 100 orang maka cara mengambil sampelnya dengan menggunakan rumus, tetapi apabila populasi kurang dari 100 orang maka yang menjadi sampel semua keseluruhan populasi. Karena populasi yang diteliti kurang dari 100, maka sampel yang akan diteliti yaitu semua keseluruhan populasi yaitu sebanyak 60 orang.

4. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara :

4.1Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap gejala-gejala yang dapat diamati dari objek penelitian. Cara-cara yang dilakukan adalah :


(37)

a) Pengamatan ( Observasi ) yaitu dengan cara mengamati langsung terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.

b) Angket atau Kuesioner yaitu dengan menyebarkan angket atau daftar pertanyaan kepada karyawan PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU.

4.2Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung data primer yang diperoleh dari :

a) Studi Kepustakaan melalui buku-buku, dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

b) Dokumentasi dari PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian.

5. Teknik Penentuan Skor

Melalui berbagai pertanyaan yang diajukan kepada responden maka akan ditentukan skor dari setiap jawaban sehingga menjadi data yang kuantitatif. Setiap alternative jawaban akan diberi skor yang berbeda. Penentuan skor didasarkan pada

Skala Likert.

Untuk pilihan jawaban yang terdiri dari 5 kategori, skor ditentukan sebagai berikut :


(38)

a. Untuk jawaban alternative “a” diberi skor 5.

b. Untuk jawaban alternative “b” diberi skor 4.

c. Untuk jawaban alternative “c” diberi skor 3.

d. Untuk jawaban alternative “d” diberi skor 2.

e. Untuk jawaban alternative “e” diberi skor 1.

Untuk menentukan kategori jawaban responden terhadap masing-masing alternative jawaban apakah tergolong sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, atau sangat rendah, maka terlebih dahulu ditentukan intervalnya dengan rumus sebagai berikut :

5 - 1 = —— 5

= 0.8

Dengan interval 0,8 maka kategori jawaban responden dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


(39)

b. skor untuk kategori tinggi : 3,43 – 4,23

c. skor untuk kategori cukup tinggi : 2,62 – 3,42

d. skor untuk kategori rendah : 1,81 – 2,61

e. skor untuk kategori sangat rendah : 1,00 – 1,80

6. Teknik Analisa Data

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengukur pengaruh antar Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja , dimana dalam statistik, prosedur yang mengukur tingkat pengaruh antara variabel-variabel disebut teknik korelaisonal, maka teknik analisa data yang penulis gunakan untuk menyajikan dan menginterpretasikan data yang diperoleh adalah dengan metode kuantitatif dengan memakai hasil teknik statistik Koefisien Korelasi Product Moment, karena korelasi ini merupakan teknik pengukuran tingkat pengaruh antara variabel yang datanya berskala interval atau ratio dengan rumus :

Keterangan :

Γxy = Koefisien korelasi antara X dan Y.

X = Variabel bebas (skor dalam distribusi variabel X).


(40)

N = Jumlah Sampel (banyaknya pasangan skor X dan skor Y)

Untuk melihat pengaruh antara kedua variabel tersebut, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Nilai “Γxy” yang positif menunjukan kedua variabel positif , artinya kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh nilai variabel yang lain.

b. Nilai “Γxy” yang negative menunjukan kedua variabel, artinya menurunnya nilai variabel yang satu diikuti oleh meningkatnya nilai variabel yang lain.

c. Nilai “Γxy” yang sama dengan nol menunjukan kedua variabel tidak mempunyai pengaruh artinya variabel yang satu meskipun yang lainnya berubah.

Untuk mengetahui adanya pengaruh yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai “Γ“ (Koefisien Korelasi), digunakan penafsiran/ interpretasi angka yang dikemukakan oleh Soegiyono ( 1994 : 149 ), yaitu :


(41)

TABEL INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI PRODUCT MOMENT

Besarnya “Γ“

Product Moment Interpretasi

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat Rendah Rendah

Sedang Kuat Sangat Kuat

Koefisien Determinan dengan rumus sebagai berikut :

KD = (Γxy)² X 100 %

Keterangan :

KD = Koefisien Determinan


(42)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 1 Sejarah Berdirinya

Dalam catatan sejarah Pertambangan dan Industri Permigasan Indonesia, wilayah Kabupaten Langkat, khususnya di kawasan Telaga Said, Sumatera Utara dan Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam merupakan daerah penghasil minyak yang pertama di Indonesia, yaitu dimulai pada akhir abad ke XIX.

Awal pemburuan minyak bumi di Indonesia hanya selisih waktu dua belas tahun dengan peristiwa penting yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1859, ketika “Colonel” Edwin L. Drake di Titusville, Pennsylvania, melakukan pemboran sumur minyak pertamanya. Pencarian tersebut dilakukan oleh Jan Reerink, yang kemudian tercatat sebagai orang pertama yang melakukan pemboran minyak bumi di Indonesia, tepatnya di kaki lereng Gunung Ceremai (Cibodas), Jawa Barat. Tapi sayang, usaha Reerink tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Empat sumur telah dibor, tapi hasilnya tidak komersial, walaupun di kawasan lereng Gunung Ceremai banyak terdapat rengkah-rengkahan tanah yang mengandung minyak (oil seepages).

Usaha pencarian sumber minyak bumi pada masa tempo doeloe selalu berpedoman dan diarahkan ke kawasan “oil seepages (rembesan minyak)” yang merupakan petunjuk ke arah ditemukannya sumur-sumur minyak dangkal yang dapat


(43)

dibor hanya dengan mempergunakan peralatan bor yang sederhana – pada masa itu seismik belum dipergunakan untuk mendeteksi sumber cadangan migas.

Dua belas tahun sudahpun berlalu, seorang inspektur perkebunan tembakau Belanda di daerah Langkat, Sumatera Utara, adalah Aeilko Janszoon Zijlker tercatat sebagai orang kedua yang mencari minyak bumi di Indonesia, yang pada masa itu oleh penjajah Belanda diberi nama Nederlands Oost Indie (Hindia Belanda).

Setelah setahun melakukan pemburuan minyak bumi di daerah Langkat (Telaga Said), akhirnya pada tanggal 15 Juni 1885 Zijlker berhasil menemukan cadangan minyak bumi yang cukup komersial melalui sumur “Telaga Tunggal I” pada kedalaman 121 meter. Sumur ini kemudian tercatat sebagai sumur minyak bumi pertama di Hindia Belanda yang mampu berproduksi selama lebih kurang 15 tahun.

Pada waktu yang hampir bersamaan, yaitu antara tahun 1885 – 1890 telah terjadi beberapa penemuan sumber minyak bumi di daerah lainnya di Indonesia, seperti di desa Ledok, Jawa Tengah, Desa Minyak Hitam, Muara Enim, Sumatera Selatan dan di Riam Kiwa dekat Sanga-Sanga, Kalimantan Timur.

Memasuki tahun 1926, N.V. Koninklijke Nederlandsche Maatschappij tot Exploitatie van Petroleum Brownen in Nederlandsche Indie (Royal Dutch Company) yang telah bergabung dengan Shell Transport & Trading Company (24 Februari 1907) dalam wadah The Koninklijke Shell Group atau yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Shell, melalui anak perusahaannya yang bernama Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM), Shell/BPM mulai mengembangkan kegiatan


(44)

usahanya untuk mencari minyak bumi di daerah Paluh Tabuhan, Langkat dan Aceh Timur - sekarang Aceh Tamiang -, khususnya di Rantau dan sekitarnya

Pada mulanya usaha mendirikan perusahaan minyak melalui puing-puing kilang minyak dan sumur-sumur tua peninggalan Shell/BPM di kawasan Teluk Haru (Kecamatan Sei Lepan, Kecamatan Babalan, Kecamatan Brandan Barat, Kecamatan Gebang, Kecamatan Pangkalan Susu dan Kecamatan Besitang di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara) dan Kabupaten Aceh Tamiang, khusus di Kecamatan Kejuruan Muda dan Kecamatan Rantau - sekarang jadi kantor pusat PT. PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU(PERSERO) DOH NAD-Sumbagut, Rantau - mendapat reaksi yang sinis dan skeptis dari sementara kalangan bangsa sendiri apalagi bangsa asing. Sebab mitos yang berkembang pada masa itu menyatakan bahwa bangsa Indonesia tidak mungkin dapat mengelola kegiatan usaha pertambangan dan industri perminyakan.

Namun sejarah membukt ikan bahwa mithos tersebut dibuat hanya untuk mengecilkan kemampuan bangsa Indonesia yang pada kenyataan finalnya ternyata mampu melaksanakan kegiatan usaha pertambangan dan industri perminyakan di Indonesia, bahkan kemudian berkembang menjadi “an integrated oil company “ serta memegang peranan yang penting dalam gerak langkah pembangunan nasional.

Sejarah telah mencatat bahwa kegiatan usaha penambangan minyak dan gas di belahan bumi manapun selalu jadi incaran para perusahaan industri migas sejak ratusan tahun lalu. Sebab energi fosil ini bukan hanya memberikan satu macam


(45)

cairan energi saja kepada manusia, tapi begitu banyak jenis dan ragamnya, seperti minyak mentah (crude oil), condensate dan gas bumi yang kalau diolah di kilang pengolahan akan melahirkan generasi turunannya seperti bensin, premium, premix, avtur, avgas, solar, minyak tanah, minyak diesel, minyak bakar, minyak pelumas, minyak gemuk, aspal, LNG, Elpiji dan berbagai produk petro kimia seperti serat nylon, plastik, cat, racun serangga, pupuk, lilin, sabun, salep, karet sintetis dan sebagainya

Secara lebih khusus crude oil ( minyak mentah ) yang berasal dari lokasi Telaga Said, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, ratusan tahun yang lampau pernah dipergunakan oleh para pendahulu kita sebagai senjata perang ketika para pelaut pejuang Aceh melawan Armada Angkatan Laut Portugis pimpinan Laksamana Alfonso D' Albuquerque dalam pertempuran fisik di perairan Selat Malaka antara Pulau Penang dan Lhokseumawe (Pase).

Armada Portugis yang dilengkapi dengan meriam berbagai ukuran dan senapan dapat dihalau setelah beberapa kapal perang Portugis berberhasil ditenggelamkan oleh para pelaut Aceh yang hanya dibekali dengan pedang, rencong dan alat pelontar "bola api" yang pelurunya terbuat dari batu berbalut kain celupan cairan minyak mentah yang konon kabarnya berasal dari kawasan Telaga Said.

Selain catatan sejarah tersebut di atas, di dalam tulisan ini juga dipaparkan sekilas tentang awal masuknya perusahaan perminyakan asing ke wilayah Kabupaten Langkat dan sekilas tentang keberadaan PT Pertamina EP Region Sumatera Field


(46)

Pangkalan Susu yang wilayah kerja dan hasil produksinya merupakan modal awal lahirnya Pertamina pada tanggal 10 Desember 1957 di Pangkalan Berandan ( eks. kantor Pertamina Unit Pengolahan - I ) yang dulunya di situ berkedudukan kantor induk Pertamina Daerah Sumatera Bagian Utara.

Dari wilayah kerja Pertamina EP Field Pangkalan Susu inilah Pertamina lahir dan dibesarkan dari puing-puing besi tua sisa Perang II hingga menjadi besar seperti Pertamina yang anda kenal saat ini.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi tentang keberadaan Field Pangkalan Susu yang juga merupakan bagian dari wilayah kerja PT Pertamina EP Region Sumatera yang berkantor induk di Prabumulih, Sumatera Selatan, diharapkan tulisan ini dapat panduan generasi muda Indonesia atau siapa saja yang memerlukannya agar dapat mengetahui sekilas tentang sejarah dan kegiatan pertambangan migas yang berawal dari Lokasi Telaga Said, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Dengan harapan, semoga ada manfaatnya untuk menambah pengetahuan dan perbendaharaan anda mengenai keberadaan PT. PERTAMINA EP FIELD PANGKALAN SUSU dari masa ke masa.

Kegiatan usaha penambangan minyak dan gas bumi di negara kepulauan yang terluas dalam planet bumi ini adalah merupakan salah satu industri yang telah dikembangkan sejak abad ke XIX oleh Aeliko Janszoon Zijlker (penemu pertama minyak bumi yang cukup komersial di Indonesia yang waktu itu masih bernama Nederlandsche Indie), ketika administratur perkebunan tembakau "Deli Mij" itu


(47)

menemukan cadangan minyak terbesar di Hindia Belanda pada tanggal 15 Juni 1885, yaitu sumur Telaga Tunggal Satu yang kini dikenal sebagai struktur Telaga Said di Desa Telaga Said, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Keberhasilan Zijlker di Telaga Said telah menggungguli pendahulunya, Colonel Drake yang lebih dulu melakukan pemburuan minyak bumi di Pulau Jawa, tapi tidak berhasil, sehingga menarik banyak peminat untuk mencari minyak bumi di berbagai daerah di Indonesia, antara lain di Cepu, Jambi, Aceh Timur, Palembang dan Kalimantan Timur yang sampai akhir abad ke - XIX telah beroperasi perusahaan perminyakan di wilayah Hindia Belanda ( kini dikenal sebagai Indonesia ).

Dalam perkembangan selanjutnya telah terjadi penggabungan beberapa perusahaan minyak, sehingga pada awal abad ke XX hanya ada dua perusahaan besar yang beroperasi di Hindia Belanda yaitu, De Koninklijke dan Shell Transport & Tranding Company (Shell).

Kemudian De Koninklijke, milik Pemerintah Belanda, bergabung dengan Shell (Inggeris) pada tahun 1907 dan dari penggabungan kedua perusahaan minyak raksasa itu lahirlah perusahaan minyak De Koninklijke Shell Group atau dalam bahasa Inggerisnya dikenal dengan sebutan Royal Dutch Shell yang merupakan satu - satunya perusahaan minyak kaliber dunia yang melakukan penambangan minyak di Indonesia. Dalam menjalankan usahanya perusahaan ini memperoleh dukungan sepenuhnya dari Pemerintah Hindia Belanda yang berada di bumi Nusantara.


(48)

Dalam menjalankan usaha industri perminyakan Royal Dutch Shell membentuk tiga perusahaan pelaksana atau operating company, yaitu De Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) yang bergerak dalam kegiatan eksplorasi, produksi dan pengolahan. Asiatic Petroleum bergerak dalam usaha pemasaran dan Anglo Saxon Petroleum Company khusus menangani masalah pengakutan minyak.

Sejak terbentuknya Royal Dutch Shell, semua daerah konsesi De Koninklijke dan Shell dilaksanakan oleh BPM termasuk di Langkat dan Aceh Timur yang kini dikenal sebagai wilayah kerja PT PERTAMINA EP REGION SUMATERA PANGKALAN SUSU..

Sementara itu Pertamina Lapangan EP ( Eksplorasi & Produksi ) Pangkalan Susu yang berdasarkan SK Direksi No. KPTS - 070 / C0000 / 94-S8 tanggal 11 Mei l994 telah diganti sebutannya menjadi Asset Pangkalan Susu adalah merupakan salah satu dari dua wilayah operasional Pertamina DOH NAD - Sumbagut, yaitu Asset Rantau, berkedudukan di Rantau, Aceh Timur dan Asset Pangkalan Susu berkedudukan di Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

2. Gambaran Umum Perusahaan. 2.1 VISI

Sebagai BUMN, maka PT. PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU bertujuan untuk menjadi Perusahaan yang Unggul, Maju dan Terpandang.


(49)

2.2 MISI

Sebagai BUMN, PT. PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU juga mempunyai misi yaitu :

• Melakukan usaha dalam bidang energi dan petrokimia serta usaha lain yang menunjang bisnis PT. PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU.

• Merupakan entitas bisnis yang dikelola secara profesional, kompetitif, dan berorientasi laba.

• Memberikan nilai tambah lebih bagi pemegang saham, pelanggan, pekerja, dan masyarakat, serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan. Dengan adanya organisasi sebagai wadah kerjasama dari beberapa orang/pegawai untuk mencapai tujuan tertentu, maka setiap pegawai yang bekerja dalam organisasi tersebut secara jelas akan mengetahui kedudukan dan wewenangnya, tugas, fungsi serta tanggung jawabya, system komunikasi dan bagaimana sistem kontrol dijalankan. Dengan demikian akan dapat diketahui oleh pegawai apa yang harus dilakukannya dan kepada siapa dia harus bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut. Sehingga dari bagan stuktur tersebut akan diperoleh gambaran dari aktifitas secara keseluruhan dan dari struktur organisasi


(50)

dapat menunjukkan dengan jelas arus dari wewenang dan tanggung jawab masing-masing anggota organisasi sesuai dengan fungsi dan jabatannya.

Adapun struktur organisasi PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU terdiri dari :

1. Vice President Region Sumatera 2. Manajer Field

a. Kepala HSE

b. Pengawas Utama Keselamatan dan Kesehatan Kerja c. Staf Operasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja 3. Manajer Perencanaan dan Enginerring

a. Ahli Teknik Operasi

b. Staf Administrasi dan Anggaran 4. Manajer Operasi Produksi

a. Kepala Terminal Loading b. Pengawas Utama Loading 5. Manajer Pemeliharaan

a. Kepala Perencanaan dan Pemeliharaan b. Pengawas Pemeliharaan

6. Manajer Layanan Operasi a. Kepala Layanan Operasi b. Staf Pengawas


(51)

a. Kepala Jasa-Jasa Sumber Daya Manusia b. Staf Jasa-Jasa

8. Manajer Kesehatan a. Staf Medis 9. Manajer Keuangan

a. Kepala Keuangan

b. Staf Adminstrasi Keuangan

Adapun bagian struktur organisasi PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU dapat dilihat pada halaman berikut.


(52)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini akan disajikan data yang diperoleh dari responden melalui penyebaran angket kepada sejumlah sampel penelitian yang jumlahnya 60 orang. Dari sejumlah orang, angket yang disebarkan dapat dikumpulkan kembali dan terjawab dengan baik.

1. Identitas Responden

Gambaran mengenai identitas responden dimaksudkan untuk dapat mengenal keadaan responden yang diteliti sehingga lebih memudahkan penulis di dalam memahami permasalahn yang diperoleh dalam penelitian ini.

Dalam hal ini akan diuraikan data yang diperoleh selama masa penelitian khususnya melalui hasil penyebaran angket dengan jumlah responden sebanyak 83 orang yang masing-masing diambil dari tiap bagian Operasi Produksi, bagian Kesehatan dan bagian keuangan. Dibawah ini akan digambarkan keadaan responden berdasarkan jenis kelamin, usia, masa kerja, tingkat pendidikan, dan pangkat. Melalui gambaran tersebut, penulis dapat mengenal responden secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui identitas responden sebagai berikut : Tabel 1 : Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekwensi Persentase ( % ) Laki-laki

Perempuan

49 11

81,67 18,33

Jumlah 60 100


(53)

Dari tabel diatas terlihat bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 49 Orang atau sekitar 81,67 %, sedangkan berjenis kelamin perempuan sebanyak 11 orang atau 18,33 %. Hal ini terjadi karena perusahaan ini memproduksi bermacam-macam minyak dan gas, dimana lebih mengutamakan orang-orang yang lebih mengetahui gas dan minyak untuk menjadi pegawainya. Disampingt itu pegawainya lebih banyak ditempatkan di bagian Operasi Produksi sebagai tenaga operasional, yang tentu saja hal ini sangat mengutamakan orang yang berlatar belakang pendidikan kejuruan/teknik yaitu kebanyakan laki-laki. Sedangkan pegawai wanita ditempatkan hanya dibagian kesehatan dan keuangan karena bagian ini tidak harus menuntut latar belakang pendidikan teknik yang banyak digeluti para pria.

Tabel 2 : Distribusi Responden Menurut Usia

Usia Frekwensi Persentase ( % )

Kurang dari 25 tahun 26 – 30 tahun

31 – 35 tahun 36 – 40 tahun 41 tahun keatas

1 9 21 19 10 1,67 15,00 35,00 31,67 16,66

Jumlah 60 100

Sumber : Kuesioner 2009

Dari tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berada pada kelompok usia 31 – 35 tahun yaitu sebanyak 21 orang atau sekitar 35,00 %, disusul oleh kelompok 36 – 40 tahun sebanyak 19 Orang atau 31,67 %, kemudian kelompok usia 41 tahun keatas sebanyak 10 orang atau 16,67 %, kelompok usia 26 – 30 tahun


(54)

sebanyak 9 orang atau 15,00 %, dan kelompok usia kurang dari 25 tahun sebnayak 1 orang atau 1,667 %.

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden mayoritas masih berada pada kelompok usia muda yang mana sangat potensial sebagai sumber daya manusia dalam perkembangan perusahaan. Hal ini terjadi karena sudah banyaknya pegawai diperusahan ini yang pensiun, digantikan oleh pegawai baru. Dan responden yang berada pada kelompok usia dibawah 25 tahun hanya 1 orang, karena dia baru diterima sebagai pegawai, baru lulus Diploma dan masa kerjanya baru hampir setahun.

Sedangkan responden pada usia 41 tahun keatas merupakan kelompok pegawai usia tertua, dimana mereka telah memiliki masa kerja yang lebih lama disbanding pegawai lainnya. Dan kelompok usia ini banyak ditempatkan dibagian keuangan.

Tabel 3 : Distribusi Responden Menurut Masa Kerja/Lama Bekerja Masa Kerja Frekwensi Persentase ( % ) Kurang dari 5 tahun

6 – 10 tahun 11 – 15 tahun 16 – 20 tahun 21 tahun keatas

2 8 20 16 14 3,33 13,33 33,34 26,67 23,33

Jumlah 60 100

Sumber : Kuesioner 2009

Tabel 3 adalah tentang jumlah dan persentase responden dilihat dari masa kerja atau lama bekerja. Dari tabel tersebut terlihat bahwa kebanyakan responden memiliki masa kerja 11 – 15 tahun yaitu sebanyak 20 Orang atau sekitar 33,34 %, disusul dengan pegawai yang memiliki masa kerja 16 – 20 tahun sebanyak 16 orang


(55)

atau sekitar 26,67 %, masa kerja 21 tahun keatas sebanyak 14 orang atau sekitar 23,33 %, masa kerja 6 – 10 tahun sebanyak 8 orang atau sekitar 13,33 % dan yang memiliki masa kerja kurang dari 5 tahun sebanyak 2 orang atau sekitar 3,33 %.

Walaupun responden memiliki masa kerja yang sudah cukup lama yaitu kebanyakan sudah diatas 10 tahun, namun mereka rata-rata masih berada pada pangkat II karena mereka direkrut dari lulusan SMU ke bawah, jadi golongan mereka naik dalam kurun waktu yang cukup lama. Sedangkan responden pada masa kerja 6 – 10 tahun adalah mereka yang menduduki jabatan Kasubbag dan mereka adalah lulusan Diploma dan Sarjana, sehingga golongan mereka naik lebih cepat dibanding dengan pegawai lulusan SMU.

Tabel 4 : Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekwensi Persentase ( % ) SD SLTP SMU AKADEMI/DIPLOMA SARJANA 2 3 46 4 5 3,33 5,00 76,67 6,67 8,33

Jumlah 60 100

Sumber : Kuesioner 2009

Tabel 4 adalah gambaran mengenai tingkat pendidikan terakhir yang dimiliki oleh responden. Dari tabel tersebut terlihat bahwa kebanyakan responden adalah lulusan SMU yaitu sebanyak orang 46 atau sekitar 76,67 %, disusul dengan lulusan sarjana sebanyak 5 orang atau sekitar 8,33 %, sedangkan lulusan akademi/diploma sebanyak 4 orang atau sekitar 6,67 %, lulusan SLTP sebanyak 3 orang atau 5,00 %, dan lulusan SD sebanyak 2 orang atau 3,33 %. Responden yang adalah kebanyakan


(56)

adalah lulusan SMU dan juga yang lulusan SLTP dan SD banyak ditempatkan dibagian Operasi Produksi sebagai tenaga operasional. Hal ini disebabkan oleh karena bagian lebih mengutamakan keterampilan atau kemampuan operasional, kurang mementingkan kemampuan administrative atau manajerial. Sedangkan responden yang lulusan diploma dan sarjana ditempatkan kepala bagian dan kepala sub bagian dan jabatan ini sangat mengutamakan kemampuan manajerial/administrative.

Tabel 5 : Distribusi Responden Menurut Pangkat

Pangkat Frekwensi Persentase ( % )

I II III IV

1 34 23 2

1,67 56,67 38,33 3,33

Jumlah 60 100

Sumber : Kuesioner 2009

Dari tabel 5 diatas terlihat bahwa responden kebanyakan berada pada golongan II yaitu sebanyak 34 orang atau sekitar 56,67 %, disusul pada golongan III sebanyak 23 orang atu sekitar 38,33 %, responden yang berada pada golongan IV sebanyak 2 orang atau sekitar 3.33 % dan pada golongan I sebanyak 1 orang atau 1,67 %.

Keadaan reponden yang demikian ini dimana mayoritas pada golongan II adalah karena mereka direkrut dari lulusan SMU untuk bagian Operasi Produksi. Jadi kenaikan pangkat/golongan lebih didasarkan pada masa kerja dan prestasi, sedangkan dari segi pendidikannya yang berlatar belakang SMU dan SLTP tidak mungkin lagi


(57)

diharapakn untuk cepat mencapai jenjang yang lebih tinggi disbanding dengan yang berlatar belakang pendidikan sarjana. Dan seperti kita telah lihat pada tabel sebelumnya, mayoritas responden adalah lulusan SMU yang ditempatkan dibagian Operasi Produksi, otomatis mengakibatkan responden banyak berada pada golongan II dilihat dari latar belakang pendidikan SMU tersebut. Selanjutnya responden yang berada pada golongan III dan IV dibagian Keuangan dan mereka adalah lulusan diploma dan sarjana.

2. Variabel Bebas

Data tentang variabel bebas dalam penelitian ini meliputi data tentang variable keselamatan dan kesehatan kerja. Variabel keselamatan kerja diukur dengan lima indicator yaitu training K3, penyediaan dan pemakaian alat pelindung diri, penempatan yang tepat pada jenis pekerjaan, kesediaan mematuhi ketentuan K3 dan variabel kesehatan kerja diukur dengan lima indikator juga yaitu beban kerja, lingkungan kerja, pemeriksaan kesehatan secara berkala, pengobatan bagi pegawai yang sakit dan fasilitas kesehatan yang disediakan oleh perusahaan.

2.1 Keselamatan Kerja

Tabel 6 : Frekwensi Responden mengikuti training Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 > 6 kali 7 11,67

2 5 – 6 kali 24 40,00

3 3 – 4 kali 16 26,67

4 1 – 2 kali 9 15,00

5 < 1 kali 4 6,66

Total 60 100


(58)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 60 orang responden, sebagian besar responden telah sering mengikuti training K3, yaitu 24 orang di antaranya sudah mengikuti taraining sebanyak 5 – 6 kali, dan 7 orang mengatakan sudah mengikuti training lebih dari 6 kali. Hal ini menunjukkan bahwa PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU memandang perlu memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya sehingga sering mengikutsertakan karyawannya dalam training K3.

Tabel 7 : Tanggapan Responden Tentang Manfaat Training K3 Bagi Pekerjanya

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Bermanfaat 14 23,33

2 Bermanfaat 26 43,33

3 Biasa-Biasa Saja 14 23,33

4 Kurang Bermanfaat 4 6,68

5 Tidak Bermanfaat 2 3,33

Total 60 100

Sumber : Kuesioner 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa 26 Orang atau sekitar 43,33 % mengatakan bahwa training K3 yang mereka ikuti bermanfaat bagi pekerjannya ada 14 orang mengatakan sangat bermanfaat. Training K3 yang mereka ikuti memberikan pengetahuan dan masukan-masukan baru yang berguna dan menunjang bagi pekerjaannya untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan. Responden yang menanggapi bahwa training K3 yang diikuti bermanfaat bagi pekerjaannya adalah mereka yang mana sebelum mengikuti training tersebut kurang atau tidak mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan K3, akan tetapi setelah mengikuti training tersebut, mereka mendapatkan pengetahuan baru, terutama di operasi produksi, sehingga


(59)

melalui pengetahuan yang mereka dapatkan dari pelaksanaan training tersebut, mereka dapat mengantisipasi atau mengurangi keadaan bahaya kecelakaan sewaktu bekerja. Responden yang mengatakan tidak bermanfaat adalah hanya 2 orang yaitu bagian pemasaran, dimana bagian ini kurang berisiko bahaya, sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan tidak begitu bermanfaat bagi pekerjaannya.

Tabel 8 : Tanggapan Responden Tentang Jaminan Keselamatan Kerja oleh Perusahaan

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Menjamin 9 15,00

2 Menjamin 25 41,67

3 Biasa-Biasa Saja 18 30,00

4 Kurang Menjamin 8 13,33

5 Tidak Menjamin - -

Total 60 100

Sumber : Kuesioner 2009

Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 60 responden,25 diantaranya mengatakan bahwa perusahaan tempat mereka bekerja menjamin keselamatan kerja. Dan tidak seorang pun mereka yang mengatakan kalau perusahan tidak menjamin keselamtan kerja karyawan. Dengan dijaminnya keselamatan kerja ini akan menimbulkan perasaan tenang dalam bekerja bagi para karyawan. Karena tiodak ada seorang pun yang mau bekerja disuatu tempat jika dia tahu keselamatan kerjanya tidak dijamin atau malah terancam bahaya. Keselamatan kerja di PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU tersebut dijamin dengan berbagai cara diantaranya pengadaan training K3 bagi karyawan, pemberian peralatan K3 seperti pemadam kebakaran, pakaian pelindung dan bahkan PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU sudah dibentuk suatu Panitia khusus


(60)

menangani keselamatan dan kesehatan kerja yang disebut dengan Organisasi Panitia Pembina Keselamatan Dan Keselamatan Kerja (P2K3).

Tabel 9 : Tanggapan Responden Tentang Persediaan Perlengkapan Kesehatan Kerja

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Ada (Sangat Cukup) 9 15,00

2 Ada (Cukup) 28 46,67

3 Ada (Tidak Cukup) 18 30,00

4 Ada (Sangat Tidak Cukup) 5 8,33

5 Tidak Ada - -

Total 60 100

Sumber : Kuesioner 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengaku perusahaan ada menyediakan perlengkapan unit perusahaan seperti alat pemadam kebakaran, kotak P3K yang mana hal ini sangat menunjang terjaminnya keselamtan kerja. Sebagian besar responden mengatakan persediaan perlengkapan tersebut adalah sangat cukup, walaupun juga ada sebagian kecil mengatakan belum cukup adalah pegawai dibagian Operasi Produksi, karena memang perlengkapan tersebut lebih banyak disediakan di bagian ini mengingat munculnya bahaya kecelakaan lebih besar. Adapun persediaan perlengkapan unit perusahaan sangat diperlukan untuk mengantisipasi jika nantinya ada bahaya atau kecelakaan mendadak dapat digunakan untuk menanggulangi bahaya tersebut.

Tabel 10 : Tanggapan Responden Tentang Persediaan Alat Pelindung Diri

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Ada (Sangat Cukup) 6 10,00

2 Ada (Cukup) 26 43,33

3 Ada (Tidak Cukup) 21 35,00

4 Ada (Sangat Tidak Cukup) 4 6,67

5 Tidak Ada 3 5,00


(61)

Sumber : Kuesioner 2009

Disediakannya alat pelindung diri seperti masker, penutup kepala ( topi pelindung ), pakaian pelindung adalah merupakan kewajiban bagi perusahaan untuk dapat tetap menjalankan usahanya, karena peralatan tersebut sangat diperlukan dalam prose produksi, dimana topi dan pakaian pelindung tersebut digunakan untuk melindungi diri dari mesin-mesin, sedangkan masker digunakan untuk menghindari penyakit khususnya yang berkaitan dengan saluran pernafasan akibat gas-gas beracun yang muncul selama proses produksi. Dari tabel diatas terlihat bahwa perbandinagan responden yang mengatakan bahwa persedian alat pelindung tersebut sudah cukup adalah seimbang dengan yang mengatakan tidak cukup. Dan yang mengatakan tidak adalah responden dibagian Keuangan dan bagian Sumber Daya Manusia yang memang tidak memerlukan peralatan tersebut.

Tabel 11 : Tanggapan Responden Tentang Kesediaan Memakai alat Pelindung Diri.

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Selalu Memakainya 12 20,00

2 Kadang-kadang 25 41,67

3 Jarang Memakainya 13 21,67

4 Dengan Berat Hati Memakainya 5 8,33 5 Tidak Pernah Memakainya 5 8,33

Total 60 100

Sumber : Kuesioner 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memakai alat pelindung diri karena hal ini memang dituntut pekerjaan. Dan dari responden 5 orang mengatakan tidak pernah memakainya karena mereka ini kebetulan tetap bekerja dibagian Keuangan dan Sumber Daya Manusia dan tidak pernah dibagian Operasi Produksi. Sementara yang sangat membutuhkan alat pelindung diri tersebut adalah


(62)

karyawan yang berada dibagian Operasi Produksi dan tentu saja bagian Keuangan dan Sumber Daya Manusia tidak memerlukan perlengkapan tersebut.

Tabel 12 : Tanggapan Responden tentang Ketaatan Mematuhi Ketentuan-Ketentuan Keselamatan Kerja.

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Selalu Taat 6 10,00

2 Taat 25 41,67

3 Kadang-kadang Taat 24 40,00

4 Kurang Taat 5 8,33

5 Tidak Pernah Taat - -

Total 60 100

Sumber : Kuesioner 2009

Tabel diatas merupakan gambaran tentang sikap responden dalam mematuhi ketentuan-ketentuan keselamatan kerja yang diberlakukan oleh perusahaan. Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden menaati ketentuan-ketentuan tersebut yaitu 6 orang mengaku selalu taat, 25 orang mengaku taat dan 24 orang mengatakan kadang-kadang taat. Responden yang kadang-kadang tidak menaati ketentuan keselamatan kerja tersebut adalah mereka yang ada dibidang Keuangan danSumber Daya Manusia, karena resiko untuk mendapat kecelakaan sangat kecil. Dan responden yang taat tersebut adalah mereka dibagian Operasi Produksi karena mereka menyadari bahaya yang mengancam keselamatan dirinya sangat besar. Dengan adanya sikap responden yang menaati keselamatan kerja akan sangat mempengaruhi tingkat keselamatan kerja diperusahaan tersebut. Sikap seperti ini akan menunjang atau membantu perusahaan didalam meningkatkan keselamatan kerja karyawannya.


(63)

Tabel 13 : Tanggapan Responden Tentang Ketenangan Dalam Bekerja

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Ya, Sangat Tenang 9 15,00

2 Tenang 20 33,33

3 Kadang-Kadang Tenang 24 40,00

4 Kurang Tenang 6 10,00

5 Tidak Tenang 1 1,67

Total 60 100

Sumber : Kuesioner 2009

Dari 60 responden, 24 orang mengatakan bahwa petugas keamanan yang bertugas di PT. PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU telah membuat perasaan mereka kadang-kadang tenang dalam bekerja, 20 orang mengatakan tenang, 9 orang mengatakan sangat tenang dan hanya 1 orang mengatakan tidak tenang. Dengan keadaan yang demikian ini, yaitu masih ada bahkan tidak sedikit responden yang belum merasakan benar-benar tenang dalam bekerja, maka peran petugas keamanan sangat perlu ditingkatkan lagi sampai seluruh pegawai yang bekerja benar-benar merasa tenang. Akan tetapi mayoritas responden mengatakan merasa tenang dalam bekerja. Hal ini berarti petugas keamanan yang ada telah mampu bekerja untuk mengatasi pencurian, perkelahian dan lain-lain.

Tabel 14 : Tanggapan Responden Tentang Jaminan atau Tunjangan Bila Terjadi Kecelakaan Pada Jam Kerja

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Selalu Ada 27 45,00

2 Kadang-kadang Ada 22 36,67

3 Tidak Tahu 6 10,00

4 Jarang Ada 5 8,33

5 Tidak Ada - -

Total 60 100


(64)

Dari jawaban responden seperti terlihat dalam tabel di atas yaitu sebagian besar responden mengaku kalu perusahaan ada memberikan jaminan atau tunjangan bila terjadi kecelakaan pada jam kerja. Dapat dikatakan bahwa PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU bertanggung jawab atas keselamatan kerja karyawannya terutama pada jam kerja karyawannya. Dari tabel juga kita lihat tak seorang pun yang mengatakan kalau PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU tidak memberikan jaminan kecelakaan kerja.

Tabel 15 : Tanggapan Responden Tentang Pemberian Fasilitas Perumahan Oleh Perusahaan

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Ada (Untuk Semua Pegawai ) 1 1,67 2 Ada (Sebagian Besar Pegawai) 6 10,00 3 Ada (Sebagian Kecil Pegawai) 18 30,00

4 Tidak Tahu 13 21,67

5 Tidak Ada 22 36,66

Total 60 100

Sumber : Kuesioner 2009

Tabel di atas menunjukkan bahwa memang perusahaan tidak ada memberikan / menyediakan fasilitas perumahan, responden yang menyatakan ada hanya sebagian kecil saja. Dalam hal ini, karyawan bebas menentukan rumahnya, perusahaan tidak turut campur tangan, akan tetapi perusahaan membantu dalam hal penyediaan dana yang nantinya akan dipotong lagi dari gaji setiap bulannya. Pemotongan gaji tersebut jumlahnya sangat kecil setiap bulan sehingga tidak memberatkan bagi karyawan, akan tetapi sangat ,membantu, karena pemotongan gaji tersebut tidak terasa berat.


(65)

Tabel 16 : Tanggapan Responden Tentang Pemberian Fasilitas Kendaraan Oleh Perusahaan

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Ada (Untuk Semua Pegawai ) - -

2 Ada (Sebagian Besar Pegawai) 8 13,33 3 Ada (Sebagian Kecil Pegawai) 36 60,00

4 Tidak Tahu 8 13,34

5 Tidak Ada 8 13,33

Total 60 100

Sumber : Kuesioner 2009

Dan mengenai fasilitas kendaraan, 36 orang responden yang mengatakan atau sekitar 60,00 % mengatakan bahwa perusahaan ada menberikan fasilitas kendaraan untuk sebagian kecil pegawai. Akan tetapi untuk keperluan perusahaan, PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU ada menyediakan kendaraan yang dipakai untuk kepentingan bersama. Untuk kepentingan tugas dinas ada supir pribadi yang mengantar jemput dan hal ini berlaku bagi semua pegawai yang tugas. Dan kadang ada kendaraan tersebut digunakan untuk menjemput karyawannya disekitar kawasan industru. Responden yang mengatakan bahwa perusahaan tidak ada menyediakan fasilitas kendaraan adalah responden yang belum menggunakan mobil dinas tersebut, sehingga dia tidak mengetahui adanya persediaan kendaraan untuk tugas-tugas tertentu.

2.2. Kesehatan Kerja

Tabel 17 : Tanggapan Responden Tentang Kesesuaian Kerja Dengan Bakat

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Sesuai 3 5,00

2 Sesuai 27 45,00

3 Tidak Tahu 19 31,67

4 Kurang Sesuai 8 13,33

5 Tidak Sesuai Sama Sekali 3 5,00


(66)

Sumber : Kuesioner 2009

Tabel diatas merupakan gambaran tentang tanggapan responden terhadap kerja yang diberikan sudah sesuai dengan bakat. Dari tabel tersebut diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa kerja yang diberikan atasan sudah sesuai dengan bakat yang mereka miliki. Hal ini dapat memotivasi mereka untuk lebih semangat didalam bekerja dan bukan merupakan sesuatu beban bagi mereka. Dan dengan semangat yang demikian dapat menjamin kesehatan baik secara jasmani maupun rohani. Akan tetapi dapat kita lihat bahwa masih ada responden yang mengaku kerja yang diberikan perusahaan tidak sesuai dengan bakatnya. Hal ini terjadi karena memang responden yang lulusan SMU tersebut tidak semua berbakat bekerja dibagian mesin.

Tabel 18 : Tanggapan Responden Tentang Keseimbangan Beban Kerja Dengan Kemampuan Kerja

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Seimbang - -

2 Seimbang 26 43,33

3 Kadang-Kadang Seimbang 24 40,00

4 Kurang Seimbang 8 13,34

5 Tidak Seimbang 2 3,33

Total 60 100

Sumber : Kuesioner 2009

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden yaitu sekitar 83,33 % mengatakan beban kerja yang diberikan sudah seimbang dengan kemampuan mereka. Oleh karena itu pekerjaan yang diberikan kepada mereka tidak melebihi kemampuan dan tidak kurang pekerjaan yang dapat mengakibatkan mereka banyak diam. Hal demikian juga dapat memotivasi pegawai


(67)

untuk dapat lebih giat lagi bekerja atau tidak merasa bahwa pekerjaan mereka sebagia suatu beban. Responden yang mengatakan bahwa beban kerja tidak seimbang dengan kemampuannya adalah pegawai sering terlambat datang ketempat kerja sehingga tugas yang telah diberikan sebelumnya menjadi menumpuk untuk dikerjakan hari berikutnya.

Tabel 19 : Tanggapan Responden Tentang Jumlah Ventilasi, Kipas Angin atau AC pada Ruang Kerja

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Cukup 5 8,33

2 Cukup 36 60,00

3 Tidak Tahu 11 18,33

4 Kurang Memadai 8 13,34

5 Tidak Ada - -

Total 60 100

Sumber : Kuesioner 2009

Dari tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar responden mengatakan jumlah ventilasi, kipas angina atau AC pada ruangan tertutup telah cukup memenuhi persyaratan pertukaran udara yang baik untuk kesehatan. Suasana yang demikian tentu membuat perasaan nyaman bagi pegawai dalam bekerja.

Tabel 20 : Tanggapan Responden Tentang Keadaan Penerangan dalam Ruang Kerja

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Cukup 8 13,34

2 Cukup 28 46,67

3 Tidak Tahu 13 21,67

4 Kurang Memadai 11 18,34

5 Tidak Ada - -

Total 60 100


(1)

Koefisien Korelasi antara Variabel Keselamatan Kerja (X1) Dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Y)

No.

Resp X1 Y X1 Y X1.Y

1 44 51 1936 2601 2244

2 33 54 1089 2916 1782

3 41 52 1681 2704 2132

4 41 47 1681 2209 1927

5 43 58 1849 3364 2494

6 25 24 625 576 600

7 29 27 841 729 783

8 48 63 2304 3969 3024

9 31 41 961 1681 1271

10 39 46 1521 2116 1794

11 46 59 2116 3481 2714

12 29 51 841 2601 1479

13 35 48 1225 2304 1680

14 33 46 1089 2116 1518

15 46 61 2116 3721 2806

16 49 55 2401 3025 2695

17 41 52 1681 2704 2132

18 31 45 961 2025 1395

19 35 36 1225 1296 1260

20 36 41 1296 1681 1476

21 35 40 1225 1600 1400


(2)

23 42 50 1764 2500 2100

24 39 47 1521 2209 1833

25 39 49 1521 2401 1911

26 35 44 1225 1936 1540

27 38 45 1444 2025 1710

28 41 45 1681 2025 1845

29 39 48 1521 2304 1872

30 39 48 1521 2304 1872

31 38 50 1444 2500 1900

32 38 46 1444 2116 1748

33 38 43 1444 1849 1634

34 43 54 1849 2916 2322

35 42 50 1764 2500 2100

36 43 47 1849 2209 2021

37 36 39 1296 1521 1404

38 35 47 1225 2209 1645

39 37 39 1369 1521 1443

40 33 37 1089 1369 1221

41 32 38 1024 1444 1216

42 38 43 1444 1849 1634

43 37 51 1369 2601 1887

44 42 45 1764 2025 1890

45 35 37 1225 1369 1295


(3)

49 34 47 1156 2209 1598

50 36 44 1296 1936 1584

51 38 53 1444 2809 2014

52 39 49 1521 2401 1911

53 37 49 1369 2401 1813

54 32 51 1024 2601 1632

55 34 46 1156 2116 1564

56 37 44 1369 1936 1628

57 37 52 1369 2704 1924

58 36 49 1296 2401 1764

59 41 50 1681 2500 2050

60 40 48 1600 2304 1920


(4)

Koefisien Korelasi antara Variabel Kesehatan Kerja (X2) Dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Y)

No.

Resp X1 Y X1 Y X1.Y

1 47 51 2209 2601 2397

2 45 54 2025 2916 2430

3 42 52 1764 2704 2184

4 31 47 961 2209 1457

5 47 58 2209 3364 2726

6 21 24 441 576 504

7 21 27 441 729 567

8 55 63 3025 3969 3465

9 29 41 841 1681 1189

10 45 46 2025 2116 2070

11 55 59 3025 3481 3245

12 47 51 2209 2601 2397

13 40 48 1600 2304 1920

14 38 46 1444 2116 1748

15 52 61 2704 3721 3172

16 46 55 2116 3025 2530

17 42 52 1764 2704 2184

18 38 45 1444 2025 1710

19 47 36 2209 1296 1692

20 54 41 2916 1681 2214


(5)

23 45 50 2025 2500 2250

24 47 47 2209 2209 2209

25 40 49 1600 2401 1960

26 39 44 1521 1936 1716

27 39 45 1521 2025 1755

28 43 45 1849 2025 1935

29 38 48 1444 2304 1824

30 42 48 1764 2304 2016

31 40 50 1600 2500 2000

32 42 46 1764 2116 1932

33 43 43 1849 1849 1849

34 49 54 2401 2916 2646

35 38 50 1444 2500 1900

36 41 47 1681 2209 1927

37 37 39 1369 1521 1443

38 41 47 1681 2209 1927

39 29 39 841 1521 1131

40 36 37 1296 1369 1332

41 41 38 1681 1444 1558

42 43 43 1849 1849 1849

43 41 51 1681 2601 2091

44 48 45 2304 2025 2160

45 44 37 1936 1369 1628

46 42 45 1764 2025 1890

47 40 34 1600 1156 1360


(6)

49 41 47 1681 2209 1927

50 43 44 1849 1936 1892

51 42 53 1764 2809 2226

52 37 49 1369 2401 1813

53 34 49 1156 2401 1666

54 37 51 1369 2601 1887

55 44 46 1936 2116 2024

56 40 44 1600 1936 1760

57 41 52 1681 2704 2132

58 38 49 1444 2401 1862

59 39 50 1521 2500 1950

60 43 48 1849 2304 2064