Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
PROGRAM VISUAL BASIC V 6.0
UNTUK PERENCANAAN BALOK DAN KOLOM
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan
Memenuhi Syarat Untuk Menempuh Ujian
Sarjana Teknik Sipil
Disusun Oleh:
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2008
CHANDRA PERDANA SILABAN
02 0404 109
(2)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, yang merupakan salah
satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana pada bidang studi struktur departemen
Teknik sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara, Medan
Adapun Judul dari tugas akhir ini adalah:
PROGRAM VISUAL BASIC V 6.0
UNTUK PERENCANAAN BALOK DAN KOLOM
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia, rahmat dan anugerah
serta kesehatan sehingga penulis dapat Menyelesaikan Tugas Akhir ini
2. kedua orang tuaku Nahason Silaban dan Didce br, Tambunan yang telah
membimbing serta mendidik sampai sejauh ini, adik-adikku Indra irawan
Silaban, Ika eva wati Silaban (M, Lumbangaol/I.Br Silaban), Maria Irma
Suryani Silaban, Roulina Silaban, Agustina Silaban, serta keponakan ku
Grace Ivana Lumbangaol terima kasih atas dukungannya
3. Bapak Prof. DR ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatra Utara.
4. Bapak Ir. Teruna jaya sebagai sekretaris Departemen teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatra Utara.
5. Bapak-bapak dosen Pembanding/Penguji Departemen teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatra Utara.
6. Bapak dan ibu staf pengajar dan seluruh pegawai Departemen teknik Sipil,
(3)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
7. Bapak Ir Boas Hutagalung, Msc yang telah meminjamkan Laptopnya untuk
menyelesaikan tulisan ini dan Namboruku dr. Katharina Sihombing atas
dukungan moril dan nasehat yang diberikan.
8. Rekan satu kantor Ir.Parnigotan Manihuruk, Ir. Lambok Hutagalung,
Ir.Darmin Hutagalung, Ir Togi Parulian, Robert Tambunan, ST, Magdalena
damanik, ST, Ir. Asner Sembiring terimakasi atas nasehatnya.
9. Kawan-kawan Angkatan 2002 Daniel Pasaribu, Frans jekson pasaribu,
Galumbang hutauruk, Darmanto Silaban, Rizal ambarita, tohap, parnantian,
dan teman-temanku yang tidak dapat kusebutkan satu persatu yang membantu
tugas akhir ini.
10.Adik-adik angkatanku Piter, Pessy, Doni, Sondang, Imelda, Nalsalisa ST,
Elsa, Tere dan adik-adikku yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
11.Abangku Ir. Riopel Lumbangaol.
semoga Tuhan membalas dan melimpahkan Rahmat dan karuniaNYA atas semua bantuan
dan dukungan yang telah diberikan.
Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu pengetahuan,
khususnya dibidang teknik sipil
Medan, Maret 2008 Hormat saya/ Penulis
Chandra Silaban 02 0404 109
(4)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
Abstrak
Pada perencanaan bangunan sipil saat ini banyak dipakai program untuk menganalisa
struktur untuk mencari nilai gaya dalam yang terdapat pada konstruksi karena beban luar,
kemudian nilai ini digunakan untuk mendimensi struktur tersebut.
Dalam tugas akhir ini penulis membuat suatu program untuk mendimensi balok dan kolom
dengan mendapatkan jarak tulangan serta dimensi tulangan yang dipakai jika dipakai
dimensi tertentu untuk menahan gaya yang diberikan pada konstruksi tersebut apakah
dimensi serta jumlah tulangan yang ada padanya dapat menahan gaya yang diberikan
(5)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR NOTASI
b = lebar balok yang tertekan.
d = tinggi balok diukur dari tepi serat yang tertekan ketitik berat luas beton. h = tinggi total balok.
s
A = luas tulangan tarik.
c
ε = rengangan pada tepi serat yang tertekan. s
ε = rengangan pada taraf tulangan baja yang tertarik. c
f ' = kekuatan tekan beton.
s
f = tegangan pada tulangan baja yang tertarik.
y
f = kekuatan leleh kekuatan tarik.
(6)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
Daftar isi
Kata pengantar i
Abstrak ii
Daftar isi ii
Bab I Pendahuluan 1
1.1. Umum 1
1.2. Latar Belakang Masalah 1
1.3. Maksud dan Tujuan 2
Bab II Dasar Teori 3
II.1 . Gambaran Umum 3
II.2. Balok Segiempat Ekuivalen 6
II.3. Jenis Dan Sifat Baja Tulangan 9
II.4. Sistem-Sistem Struktur Beton 10
II.5. Perencanaan Kekuatan Struktur Beton 12
II.6. Perencanaan Beban Kerja 13
II.7. Perencanaan Kuat Batas 14
II.8. Kondisi Batas (ultimate) 16
II.9. Keruntuhan Tarik,Tekan dan Balans 18
II.10. Keseimbangan gaya dan Kompatibilitas Rengangan 19
II.11 Ketentuan kekuatan menurut SNI 20
(7)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
II.13. Kuat rencana 22
II.14. Perencanaan Geser Balok Lentur 23
II.15. Penampang Aksial Dan Lentur Kolom 29
Bab III Visual Basic 33
III.1 Visual Basic 33
III.2. Lingkungan Visual Basic V 6.0 34
III.3 Prosedur Perencanaan Balok. 38
III.4. Prosedur Perencanaan Kolom. 40
Bab IV Aplikasi 42
IV.1. Aplikasi Program untuk Balok 42
IV.1.1. Penghitungan Balok Secara Manual 42
IV.1.2. Verifikasi dan Pembahasan 44
IV.2. Aplikasi Program untuk Kolom. 46
IV.2.1. Analisa Kolom Bujur Sangkar (Manual) 46
IV.2.2. Pembahasan hasil Analisis kolom bujur
sangkar dengan Program. 49
IV.2.3. Output Dari Program Perhitungan Kolom
Bujur Sangkar. 50
BAB V Kesimpulan dan saran 55
V.1 Kesimpulan 55
V.2. Saran 55
DAFTAR PUSTAKA 56
(8)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
BAB I
PROGRAM VISUAL BASIC V 6.0
UNTUK PERENCANAAN BALOK DAN KOLOM
1.1 UmumPerkembangan teknologi informasi yang terjadi saat ini, baik dinegara berkembang
maupun negara maju berjalan dengan pesat. Indonesia termasuk negara berkambang dan
berusaha untuk mengikuti perkembangan teknologi informasi tersebut.
Perkembangan teknologi informasi termasuk di dalamnya perkambangan soft ware
(perangkat lunak) sangat membantu guna memudahkan pekerjaan berbagai disiplin ilmu.
Teknik sipil merupakan salah satu bidang ilmu yang menuntut pekerjaan yang cepat, tepat
serta efisien dibidang waktu dan telah banyak perangkat lunak berkelas internasional yang
telah diciptakan guna membantu dalam rekayasa, seperti AUTO CAD, SAP, STAAP PRO,
dan masih banyak lain perangkat lunak yang sejenis.
Secara umum perencanaan suatu bangunan bertingkat tidak lepas dari, berbagai variasi
pembebanan untuk memperoleh dimensi bangunan yang sesuai (aman, nyaman, seta
ekonomis). Variasi pembebanan yang dilakukan dapt berupa beban angin, gempa seta berat
semdiri dari konstruksi terebut.
Perencanaan yang teliti terhadap suatu bangunan dapt menghasilkan suatu kondisi
yang ekonomis dalam anggaran biaya, merupakan salah satu masalah dalam perencanaan
bangunan dan bangunan lain yang sejenis maupun tidak.
1.2 Latar Belakang Masalah
Pekerjaan dalam penghitungan berbagai kondisi pembebanan yang dilakukan pada
(9)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
ketelitian yang cukup besar oleh karena itu diperlukan suatu alat bantu yang dapat
mempermudah pekerjaan serta menciptakan suatu efisiensi dlam pekerjaan.
1.3 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari tugas akhir saya ini adalah :
1. Untuk membuat program guna memperoleh perhitungan luas tulangan.
2. Mendapatkan diameter tulangan dan jaraknya dari hasil perhitungan.
3. Memperoleh dimensi dari hasil perhitungan.
(10)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
BAB II
DASAR TEORI
II.1 GAMBARAN UMUM
Beton kuat terhadap tekan, tetapi lemah terhadap tarik. Oleh karena itu, perlu
tulangan untuk menahan gaya tarik untuk memikul beban-beban yang bekerja pada beton.
Adanya tulangan ini sering kali dipergunakan untuk memperkuat daerah tekan pada
penampang balok. Tulangan baja tersebut perlu untuk beban-beban berat dalam hal
mengurangi lendutan jangka panjang, struktur beton harus mampu menerima kondisi beban
kerja dalam kaitan agar memperoleh kekuatan cadangan yang diperlukan untuk menahan
beban batas. Oleh karena itu, akan dijelaskan faktor-faktor beban, keamanan, keandalan.
Beban-beban yang bekerja pada struktur, baik yang berupa beban gravitasi(berarah vertikal)
maupun beban-beban lain, seperti beban angin (dapat berarah horizontal). Ataupun juga
beban karena susut dan beban karena perubahan temperatur. Menyebabkan adanya lentur dan
deformasi pada elemen struktur. Lentur pada balok merupakan akibat adanya rengangan
yang timbul akibat adanya beban luar.
Apabila bebannya bertambah, maka pada balok terjadi deformasi dan rengangan
tambahan yang mengakibatkan timbulnya (atau bertambahnya) retak lentur sepanjang
bentang balok. Bila bebannya semakin bertambah, pada akhirnya dapat terjadi keruntuhan
elemen struktur, yaitu pada saat beban luarnya mencapai kapasitas elemen taraf pembebanan
demikian disebut keadaan limit dari keruntuhan pada lentur. Karena itulah perencanaan harus
(11)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
berlebihan pada saat beban kerja, dan masih mempunyai keamanan yang cukup dan kekuatan
cadangan untuk menahan beban dan tegangan tanpa mengalami keruntuhan.
Tegangan-tegangan lentur merupakan hasil dari momen lentur luar. Tegangan ini
hampir selalu menentukan dimensi geometrik penampang beton bertulang. Proses disain
yang mencakup pemilihan dan analisis penampang biasanya dimulai dengan pemenuhan
persyaratan terhadap lentur, kecuali untuk komponen struktur yang khusus seperti pondasi.
Setelah itu faktor-faktor lainnya seperti kapasitas geser, defleksi, retak, dan panjang
penyaluran tulang analisis sampai memenuhi persyaratan.
Meskipun data masukan untuk analisi penampang berbeda dengan data masukan
yang diperlukan pada disain, pada hakikatnya disain merupakan analisis. Pada disain ukuran
penampangnya ditentukan terlebih dahulu untuk kemudian dianalis untuk menentukan
apakah penampang tersebut dapat dengan aman memikul beban luar yang diperlukan.
Mendalami prinsip-prinsip dasar prosedur analisis akan sangat memudahkan penentuan
disain penampang. Prinsip-prinsip mekanika dasar mengenai keseimbangan merupakan hal
yang harus terpenuhi untuk setiap keadaan pembebanan.
Jika suatu balok terbuat dari material yang elastis linier, isotropis, dan homogen.
Maka tegangan lentur maksimumnya dapat diperoleh dengan rumus lentur balok yang
terkenal, yaitu f =Mc L. Pada keadaan beban batas, balok beton bertulang bukanlah material yang homogen, juga tidak elastis sehingga rumus lentur balok tersebut tidak dapat
digunakan untuk menghitung tegangan. Akan tetapi perinsip-perinsip dasar mengenai teori
lentur masih dapat digunakan pada analisis penampang melintang balok beton bertulang.
Gambar (3.1) memperlihatkan balok beton bertulang diatas dua tumpuan sederhana. Jika
balok ini direncanakan sedemikian rupa sehingga semua materialnya (beton dan tulang baja)
(12)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
(a) (b)
d'
b
h d
ln
A
A Penulangan Geser (sengkang)
Penulangan Momen
runtuh secara simultan pada saat kekuatan batas balok tercapai. Diagram tegangan dan
rengangan pada keadaan ini diperlihatkan pada gambar (3.2)
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam menetapkan prilaku penampang adalah sebagai
berikut:
Gambar.3.1 beton bertulang tipikal (a) tampak (b) potangan A-A
1. Distribusi rengangan dianggap linier. Asumsi ini berdasarkan hipotesis Bernoulli
yaitu penampang yang datar sebelum mengalami lentur akan tetap datar dan tegak
lurus terhadap sumbu netral setelah mengalami lentur.
2. Rengangan pada baja dan beton disekitarnya sama sebelum terjadi retak pada beton
atau leleh pada baja.
3. Beton lemah terhadap tarik. Beton akan retak pada taraf pembebanan kecil, yaitu
sekitar 10% dari kekuatan tekannya. Akibatnya bagian beton yang mengalami tarik
pada penampang diabaikan dalam perhitungan analisi dan disain, juga tulangan tarik
yang ada dianggap memikul gaya tarik tersebut.
Agar keseimbangan gaya horizointal terpenuhi, gaya tekan C pada beton dan gaya tarik T
(13)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
C = T ……… ( 3.1)
Simbol yang ada pada gambar 3.2 didefenisikan sebagai berikut:
b = lebar balok yang tertekan.
d = tinggi balok diukur dari tepi serat yang tertekan ketitik berat luas beton. h = tinggi total balok.
s
A = luas tulangan tarik.
c
ε = rengangan pada tepi serat yang tertekan. s
ε = rengangan pada taraf tulangan baja yang tertarik. c
f ' = kekuatan tekan beton.
s
f = tegangan pada tulangan baja yang tertarik.
y
f = kekuatan leleh kekuatan tarik.
C = jarak garis netal diukur dari tepi serat yang tertekan.
II.2 Balok Segiempat Ekuivalen
Distribusi tegangan aktual yang terjadi pada penampang mempunyai bentuk
parabola seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.2 (c). Menghitung volume blok tegangan
tekan yang berbentuk parabola bukanlah hal yang mudah. Karena itu Whitney mengusulkan
agar digunakan blok tegangan segiempat ekuivalen yang dapat digunakan untuk menghitung
gaya tekan tanpa harus kehilangan ketelitiannya. Yang berarti juga dapat digunakan untuk
menghitung kekuatan lentur penampang. Blok tegangan ekuivalen ini mempunyai tinngi a
dan tegangan sebesar 0.85 f ' . seperti terlihat pada gambar 3.2 (d), besarnya a adalah c β1c ynag ditentukan dengan koefisienβ1 sedemikian rupa sehingga luas blok segi empat ekuivalen dengan blok tegangan yang terbentuk parabola. Dengan cara demikian gaya tekan
(14)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
0.85 f ' untuk tegangan rata-rata dari blok tengaangan segi empat ekuvalen c
ditentukan berdasarkan percobaan pada beton berumur lebih dari 28 hari. Berdasarkan
penelitian yang sudah pernah dilakukan. Renganganmaksimum yang diizinkan adalah 0,003.
Dengan menggunakan semua asumsi diatas, diagram distribusi yang diperlihatkan
gambar 3.2(c) dapat digambar ulang seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.2(d). Demgan
mudah kita dapat menghitung gaya tekan C sebesar 0,85fcba, yaitu volume blok tekan pada
atau dekat keadaan batas, yaitu bila baja tarik telah leleh
(
εs >εy)
. Gaya tarik T dapat di tulis sebagai Asfy jadi persamaan kesetimbangan 5.1 dapat di tulis sebagai:0,85f’cba = Asfy ... (3.2)
atau
b f
f A a
c y s
' 85 , 0
= ... (3.3) Momen tahapan penampang, yaitu kekuatan nominal Mn, dapat di tulis sebgai :
Mn = (Asfy) jd atau Mn = (0,85 f’cba)jd ………. (3.4a)
Dimana jd adalah lengan momen, jarak antara gaya tarik dan gaya tekan yang membentuk
kopel. Dengan menggunakan blok tegangan segiempat ekuivalen dari gambar (3.2d), maka
lengan momennya adalah:
2 a d
(15)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
( c ) ( b )
( a )
0,85f'cba jd = (d-a/2)
a 2
T = Asfs As
N.A c
b
0,85f'c
N.A c
0,85f'c
c b
As T = Asfs
0,85f'c c
s h
d
b
(d-a/2) a 2 0,85f'c
a = 1c c
T T = Asfs
c
Garis Netral Sisi Tekan
c
Sisi Tarik As
Gamba 3.2Distribusi Rengangan dan Rengangan pada penampang balok:
(16)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
Karena C = T, maka persamaan momen dapat ditulis sebagai beikut:
− = 2 ' 85 .
0 f ba d a
Mn c ... (5.4,c)
Jika persentase tulangan dinyatakan dengan = As/bd, maka persamaan 3.3 dapat
ditulis kembali sebagai berikut:
c y f df a ' 85 . 0 . ρ =
jika = b/d, maka persamaan 3.4c menjadi
− = c y y n f pdf d f rd M ' 7 , 1 . 2
ρ ... (3.5a)
atau Mn= [ .rf’c(1-0,59[ )]d3 ……….. (3.5b)
diman = fy/f’c.persamaan 3.5b kadan-kadang ditulis sebagai berikut:
Mn = Rbd2 ……….. (3.6a)
Dimana R = .f’c(1-0,59 ) ………. (3.6b)
II.3 JENIS DAN SIFAT BAJA TULANGAN
Baja tulangan untuk beton terdiri dari batang, kawat, dan jaring kawat baja las yang
seluruhnya dirakit sesuai dengan standar peraturan yang berlaku dimasing masing
daerah. Sifat-sifat terpenting baja tulangan adalah sebagai berikut:
1. Modulus Young, Es
2. Kekuatan leleh, fy
3. Kekuatan batas,fu
4. Mutu baja yang ditentukan
5. Ukuran atau diameter batang atau kawat
Jaring kawat baja las telah makin sering digunakan untuk slab karena kemudahanya
(17)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
dengan beton. Tulangan yang siap pakai tersebut dibuat dari kawat ulir maupun polus
yang diletakkan saling tegak lurus dan dilas pada setiap titik pertemuannya.
II.4 SISTEM-SISTEM STRUKTUR BETON
Setiap struktur merupakan perpaduan antara arsitektur dan teknik (rekayasa)sehingga
memenuhi fungsi tertentu. Bentuk dan fungsi sangat erat kaitannya dan system
struktur yang baik adalah salah satu yang paling dapat memenuhi kebutuhan
calonpemakai disamping menarik dan menghemat biaya dari segi ekonomi.
Sistem-sistem beton diatas dibentuk dari berbagai elemen struktur beton yang bila
dipadukan menghasilkan suatu system yang menyeluruh, secara garis besar,
komponen-komponennya dapat diklasifikasikan atas:
1. Slab
2. Balok
3. Kolom
4. Dinding
5. Pondasi
Ad.1 Slab
Slab adalah elemen horizontal utama yang menyalurkan beban hidup maupun beban
mati ke rangka pendukung vertikaldari suatu system struktur. Elemen tersebut dapat
berupa balok, atau waffle slab, flat slab (slab tanpa balok yang bertumpu langsung
pada kolom) atau slab komposit diatas joist .elemen-elemen tersebut dapat dibuat
sehingga bekerja dalam satu arah ( slab satu arah ) atau bekerja dalam dua arah yang
saling tegak lurus ( slab dua arah dan flate plate ).
(18)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
Balok adalah elemen struktur yang menyalurkan beban-beban slab lantai kekolom
peyangga yang vertical. Padaumumnya elemen balok dicor secara monolit dengan
slab, dan secara structural ditulangi dibagian bawah. Karena balok dicor monolit
dengan slab, maka elemen tersebut membentuk penampang balok T untuk tumpuan
dan balok L untuk tumpuan tepi seperti terlihat pada gambar1
Gambar.I.1 Sistem rangka beton bertulang Struktural tipikal
(19)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
Kolom adalah elemen vertical yang memikul system lantai structural. Elemen ini
merupakan elemen yang mengalami tekan dan pada umumnya disertai Momen lentur,
kolom merupakan salah satu elemen terpenting dalam peninjauan keamanan struktur.
Jika elemen struktur mempunyai elemen tekan yang horizontal, elemen ini disebut
Balok-Kolom.
Ad.4 Dinding
Dinding adalah penutup vertical rangka bangunan. Biasaanya tidak harus terbuat dari
beton, tetapi terbuat dari material yang secara estetis memenuhi kebutuhan fungsional
dan bentuk suatu system struktur. Selain itu, dinding beton struktur sering digunakan
sebagai dinding pondasi, dinding tangga, dan dinding geser yang dapat memikul
beban angin horizontal dan beban akibat gempa.
Ad.5 Pondasi
Pondasi adalah elemen structural yang meneruskan beban dari struktur diatasnya ke
tanah yang memikulnya.pondasi ini dapat berbentuk, yang paling sederhana adalah
berbentuk pondasi setempat seperti yang diperlihatkan pada gambar.1. pondasi ini
dapat dipandang sebagai pelat terbalik yang meneruskan beban dari tanah kekolom.
Bentuk pondasi lainnya adalah tiang-tiang yang dipancang ketanah, pondasi gabungan
yang memikul lebih dari satu kolom, pondasi telapak, dan pondasi rakit yang pada
dasarnya adalah konstrusi slab dan balok terbalik.
II.5 Perencanaan Kekuatan Struktur Beton
Ada dua metode umum untuk perencanaan kekuatan struktur beton, yaitu metode
beban kerja (Working stress design ) dan metode kuat batas ( Ultimate strength design
), metode beban kerja sangat popular pada masa lampau, yaitu sampai pertengahan
abad 19. penelitian mengenai metode kuat batas mulai mulai banyak dilakukan sekitar
(20)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
dapat memprediksi kuat penampang secara lebih rasional dan selaras dengn hasil
experimen.
II.6 Perencanaan Beban Kerja
Penampang struktur terhadap lentur direncanakan sedemikian sehingga
tegangan-tegangan yang terjadi akibat beban layan (tanpa beban terfaktor ) yang dihitung
berdasarkan teori elastis balok lentur, tidak melebihi tegangan izin yang ditetapkan.
Tegangan izin ditetapkan sebagai kuat ultimate atau kuat leleh (untuk baja) dibagi
dengan faktor keamanan,contoh tegangan lentur izin beton adalah 0.45 dari selinder
dari beton yang diisyaratkan.
Perencanaan beban kerja diarahkan untuk memproporsikan penampang beton
bertulang pada kondisi layan sehingga pada kondisi tersebut semua material dalam
keadaan elastis, tidak terjadi adanya retak (kalaupun ada relatif kecil). Jadi, kekuatan
yang dapat dikerahkan penampang beton bertulang bukan menjadi focus utama,
contoh pemakainya adalah perencanaan tangki air, dimana retak permukaan beton
merupakan suatu hal yang utama.
Umumnya perencanaan berdasarkan beban kerja menghasilkan konfigurasi
penampang yang konservatif bila dibandingkan dengan metode kuat batas
Meskipun hasilnya konsevatif (boros), tetapi bila struktur rentan terhadap beban yang
tak terduga (misalnya gempa besar) maka keamananya tidak bisa dijamin. Hal
tersebut disebabkan cara perencanaan ini tidak dapat mengakses apakah struktur dapat
berprilaku daktail atau tidak bias saja struktur kuat terhadap suatu level beban
tertentu, bahkan sampai duakalinya tetapi bila dinaikkan sedikit saja dapat langsung
runtuh (non-daktail), sehingga keamanan dan keselamatan jiwa atau harta tidak dapat
(21)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
digunakan untuk merencanakan struktur-struktur bangunan beton yang riskan
terhadap bahaya gempa, seperti struktur utama bangunan tinggi.
Tidak adanya kepasrtian tentang Daktalitas juga menyebabkan mengapa pada
perencanaan struktur dengan cara tersebut tidak boleh dilakukan redistrubusi momen
negatif pada struktur menerus. Konsep redistribusi momen adalah memperbolehkan
penyebaran momen negatif ke momen positif dari suatu struktur menerus (Portal)
dengan cara itu, suatu detail penulangan dapat lebih sederhana, merata dan akhirnya
diperoleh penghematan. Konsep tersebut dimunkinkan jika penampangnya bersifat
daktail yang diakibatkan oleh terjadinya leleh pada tulanganya. Sedangkan dalam
perencanaan beban keja tidak ada informasi apakah strukturnya mengalami leleh atau
tidak.
II.7 Perencanaan Kuat Batas
Penampang strutur direncakan dengan mempertimbangkan kondisi rengangan
in-elastis saat mencapai kondisi batasnya (kondisi struktur yang stabil sesaat sebelum
runtuh ). Beban yang menimbulkan seperti itu disebut beban batas (ultimate). Untuk
mencari beban batas untuk setiap struktur sangat variatif sekali, sehingga dibuat
kesepakatan bahwa beban batas adalah sama dengan kombinasi beban layan dikalikan
dengan faktor beban yang ditentukan.
Dalam menetukan beban batas, aksi redistribusi momen negatif dapat dimaksudkan
sebagai hasil dari aksi non-linier yang ada antara gaya dan deformasi penampang
batang pada pembebanan maksimum, diman pada kondisi tersebut strutur mengalami
deformasi akibat pelelehan tulangan maupun terjadi retak-retak pada bagian beton
tarik.
Beberapa alas an digunakannya metode kuat batas ( ultimate strength design) sebagai
(22)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
Struktur beton bersifat in-elastis saat beban maksimum, sehingga teori elastis
tidak dapat secara acurat dapat menghitung kekuatan batasnya. Untuk struktur
yang direncanakan dengan metode beban kerja (working stress method) maka
faktor beban (beban batas / beban kerja) tidak dapat diketahui dan dapat
bervariasi dari struktur satu dengan struktur lainnya.
Faktor keamanan dalam bentuk faktor beban lebih rasional, yaitu faktor beban
rendah untuk struktur dengan pembebanan yang pasti sedangkan faktor beban
tinggi untuk pembebanan yang fluktuatif (berubah-ubah)
Kurva tegangan-rengangan beton adalah non-linier dan tergantung dari waktu,
misalnya rengangan rangkak (creep) akibat tegangan yang konstan dapat
beberapa kali lipat dari rengangan elastis awal. Oleh karena itu nilai rasio
modulus (Es/Ec) yang digunakan dapat menyimpang dari kondisi sebenarnya.
Rengangan rangkak dapat memberikan redistribusi tegangan yang lumayan
besar pada penmpang struktur beton, artinya tegangan uang sebenarnya yang
terjadi pada struktur tersebut bias berbeda dengan tegangan yang diambil
dalam perencanaan. Contoh, tulangan baja desak pada pada kolom beton
dapat mencapai leleh selama pembebanan tetap meskipun kondisi tersebut
tidak terlihat pada saat direncanakan dengan metode beban kerja yang
memakai beban modular ratio sebelum creep . metode perencanaan kuat batas
tidak memerluka n rasio modulus.
Metode perencanaan kuat batas memanfaatkan kekuatan yang dihasilkan dari
distribusi tegangan yang lebih efisien yang dimungkinkan oleh adanya
rengangan in-elastis. Sebagai contoh, penggunaan tulang desak pada
penampang dengan tulangan ganda dapatmenghasilkan momen kapasitas yang
(23)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
mencapai tegangan leleh pada beban batasnya sedangkan dengan teori elastis
tambahan tulangan desak tidak terlalu terpengaruh karena hanya dicapai
tengan rendah pada baja.
Metode perencanaan kuat batas menghasilkan penampang struktur beton yang
lebih efisien jika digunakan tulangan baja mutu tinggi dan tinggi balok yang
rendah dapat digunakan tanpa perlu tulangan desak.
Metode perencanaan kuat batas dapat digunakan untuk mengakses daktalitas
strutur diluar batas elastisnya. Hal tersebut penting untuk memasukkan
pengaruh redistribusi momen dalam perencanaan terhadap beban gravitasi,
perencanaan tahan gempa dan perencanaan terhadap beban ledak (blasting)
II.8 Kondisi Batas (ultimate)
Menurut catatan sejarah sebenarnya perencanaan kuat batas adalah yang pertama
digunakan dalam perencanaan struktur beton. Itu dapat dimengerti karena beban atau
momen batas (ultimate) dapat dicari langsung berdasarkan percobaan uji beban tanpa
perlu mengetahui besaran atau distribusi tegangan internal pada penampang yang
diuji.
Untuk menjelaskan defenisi atau pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan
kuat batas atau ultimate, maka akan ditinjau struktur balok beton bertulang yang
diberi beban terpusat secara bertahap sampai runtuh (tidak kuat menerima tambahan
beban lagi).
Keruntuhan yang akan ditinjau adalah lentur. Agar dapat diperoleh suatu keruntuhan
lentur murni maka digunakan kofigurasi dua beban terpusat yang diletakkan simetris
sehigga ditengah bentang struktur beton tersebut hanya timbul momen lentur saja
(24)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
Gambar.2 Struktur sebelum retak
Gambar.3 Struktur retak, tetapi baja belum leleh (Kondisi beban keja)
Gambar.3 Struktur Runtuh
Penampang ditengah diberi sensor-sensor rengangan untuk mengetahui tegangan yang
terjadi. Beban diberikan secara bertahap dan dilakukan pencatatan lendutan ditengah
bentang sehingga dapat diperoleh kurva hubungan momen dan kelengkungan untuk
(25)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
Dari kurva momen-kelengkungan balok terlihat bahwa sebelum runtuh, tulangan baja
leleh terlebih dahulu (titik D). jika beban terus ditingkatkan, meskipun besarnya
peningkatan relatif kecil akan tetapi lendutan yang terjadi cukup besar dibanding
lendutan sebelum leleh. Akhirnya pada suatu titik tertentu beton desak mengalami
rusak (Pecah atau spalling) sedemikian sehingga jika beban ditambah sedikit saja
maka balok tidak dapat lagi menahan beban dan akhirnya runtuh. Beban
batas/maksimum yang masih dapat dipikul oleh balok dengan tetap berada pada
kondisi keseimbangan disebut beban batas (ultimate) yang ditunjukkan oleh titik E.
Gambar.4 Kurva Momen-Kelengkungan balok (MacGregor,1997)
II.9 Keruntuhan Tarik,Tekan dan Balans
Kerentuhan akibat lentur yang terjadi pada balok ternyata tidak semuanya berprilaku
sama seperti diperlihatkan pada balok uji yang dibahas. Hal itu tergantung dari banyak
atau sedikitnya jumlah tulangan tarik yang ditempatkan pada penampang balok.
Keruntuhan lentur tersebut dapat terjadi dalam tiga cara yang berbeda:
• Keruntuhan Tarik, terjadi bila jumlah tulangan baja relatif sedikit sehingga
(26)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
Penampang seperti itu disebut penampang under-reinforced, prilakunya sama
seperti sama seperti yang diperlihatkan benda uji yaitu daktail (Terjadinya
deformasi yang besar sebelum runtuh). Semua balok yang direncanakan sesuai
peraturan diharapkan berprilaku seperti itu.
• Keruntuhan Tekan, karena jumlah tulangan baja relatif banyak maka
keruntuhan dimulai dari beton sedangkan tulangan bajanya masih elastis.(< fy
).penampang seperti itu disebut penampang over reinvorced,sifat keruntuhan
adalah getas (non-daktail). Suatu kondisi yang berbahaya karena pengguna
bangunan tidak melihat adanya deformasi yang besar yang dapat dijadikan
pertanda bilamana struktur tersebut mau runtuh, sehingga tidak ada
kesempatan untuk menghindarinya terlebih dahulu.
• Keruntuhan Balans, bila baja dan beton tepat mencapai kuat batasnya, yaitu
baja fs = fy dan betonnya εcu = 0.003. jumlah tulangan yang menyebabkan keruntuhan balans dapat dijadikan acuan untuk menentukan apakah
tulanganya relatif sedikit atau tidak sehingga sifat keruntuhanya daktail atau
sebaliknya.
II.10 Keseimbangan gaya dan Kompatibilitas Rengangan
Perhitungan kekuatan suatu penampang beton bertulang dengan metode kuat batas
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Keseimbangan statis, kuat batas penampang beton bertulang dengan metode
kuat batas harus memenuhi semua persyratan keseimbangan gaya, yaitu ∑Fx = 0, ∑Fy = 0,dan ∑Mx = 0 pada setiap titik yang ditinjau
2) Kompatibilitas rengangan, atau kesesuaian antara rengangan beton dan
rengangan pada tulangan baja dapat menyatu dengan beton. Jadi besar
(27)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
II.11 Ketentuan kekuatan menurut SNI
Prinsip dasar keamanan dalam perencanaan struktur balok beton, baik yang
menggunakan SNI-2002 yang baru, adalah bahwa struktur dan komponennya harus
direncanakan sehingga semua penampang mempunyai kuat rencana minimum sama
dengan kuat perlu, yang dihitung berdasarkan kombinasi beban terfaktor yang sesuai
dengan ketentuan tata cara perencanaan yand digunakan, dan ditulis sebagai berikut:
Kuat perlu (U ) ≤ Kuat rencana
Harus dapat dihasilkan dari setiap penampang Struktur yang direncakan.
II.12 Kuat Perlu
Kuat perlu adalah kekuatan “teoritis” penampang balok yang diperlukan untuk
menahan beban luar yang menghasilkan kondisi batas (ultimate). jika dari hasil
percobaan yang dijelaskan, kondisi batas (ultimate) adalah kondisi keseimbangan
terakhir sebelum runtuh maka dalam hal ini (untuk keperluan perencanaan) kondisi
tersebut menurut peraturan dapat dicapai jik penampang struktur tersebut menerima
pembebanan recana yang dikalikan dengan faktor beban. Tentu saja dalam hal ini
tersebut harus dicari kombinasi pembebanan yang paling extrim (menghasilkan
kondisi extrim).
Faktor beban merupakan consensus yang dipilih yang tergantung dari tipe
pembebanan (beban hidup, beban mati, beban angin, beban gempa), dan berfungsi
sebagai simulasi kemungkinan adanya peningkatan beban kerja yang berkelebuhan
yang dapat mengakibatkan keruntuhan.
Jadi, kuat perlu minimal sama dengan”gaya-gaya internal ultimate” yang paling
berbahaya selama pemakaian struktur tersebut, dan merupakan kombinasi dari
berbagai macam beban luar mungkin dapat terjadi.
(28)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
1. Kuat perlu U untuk beban mati D dan beban hidup L tidak kurang dari:
U = 1.2D + 1.6L
2. jika ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkandalm
perencanaan, maka pengaruh kombiansi beban D ,L dan W berikut harus
dipelajariuntuk menetukan nilai U yang terbesar:
U = 0.75(1.2D + 1.6L + 1.6W)
Atau kondisi beban hidup yang penuh dan kosong sebagai berikut:
U = 0.9D + 1.3W
3. jika ketahanan struktur terhadap beban gempa E harus diperhitungkan maka
nilai U diambil:
U = 1.05(D + Lr ± E), atau U = 0.9 (D ± E)
Lr adalah beban hidup dengan reduksi.
Menurut SNI 03-2847-2002, ada beberapa revisi mengenai ketentuan kombinasi
dalam menghitung kuat perlu yang dikutip dari pasal 11.2, yaitu :
• Kuat perlu U untuk beban mati D, tidak kurang dari: U = 1.4D
Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, dan juga beban
atap A atau beban hujan R, tidak kurang dari:
U = 1.2D + 1.6L + 0.5(A atau R)
• Jika ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkan dalam perencanaan, maka pengsaruh kombinasi beban D, L dan Wberikut harus
ditinjau untuk menentukan nilai U yang terbesar, yaitu:
(29)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
Jika harus memperhitungkan kemungkinan beban hidup L yang penuh dan
kosong untuk mendapatkan kondisi yang paling berbahaya, dan :
U = 0.9D ± 1.6W
• Jika ketahanan struktur terhadap beban gempa E ( dari ketentuan SNI-03-1726-1989-F) harus diperhitungkan dalam perencanaan, maka nilai kuat perlu
U harus diambil sebagai:
U = 1.2D + 1.0L ± 1.0E, Atau
U = 0.9D ± 1.0E
II.13 Kuat rencana
Kuat rencana dalam tata cara perhitungan dtrukter beton adalah kuat struktur minimal
yang harus dimiliki penampang beton terhadap kuat perlu (U) dan ditetapkan sebagai
berikut:
Kuat rencana = faktor reduksi kekuatan (ϕ) × kuat nominal Dimana faktor reduksi kekuatan (ϕ) adalah untuk mengantisipasi adanya:
1. Under estimate akibat adanya variasi mutu material atu ukuran.
2. Tidak akurasinya rumus-rumus perencanaan akibat penyederhanaan atau
pendekatan empiris,
3. tingkat daktalitas atau keandalan dari penampang yang dibebani,
4. penting tidaknya komponen yang dievaluasi terhadap struktur secara
keseluruhan.
Faktor reduksi kekuatan untuk kolom lebih kecil disbanding dengan balok karena
kolom umumnya kurang daktail dan lebih terpengaruh terhadap variasi mutu kuat
tekan beto, selain itu, keruntuhan koklom lebih berbahaya dibanding balok.sedangkan
(30)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
dan memmpunyai toughness yang lebih besar (toughness adalah kemampuan
menyerap energi)
Yang dimaksud dengan kuat nominal adalah kuat penampang beton bertulang yang
dihitung berdasarkan asumsi-asumsi perencanaan kuat batas tanpa dikalikan dengan
faktor reduksi kekuatan.
II.14 PERENCANAAN GESER BALOK LENTUR
pada pembebanan balok, diketahui bahwa transfer beban ketumpuan melalui
mekanisme momen lentur dan gaya geser yang terjadi secara bersamaan. Pola
keruntuhan (retak) yag terjadi akibatkedua mekanisme tersebut terlihat berbeda dari
komponen tegangan utama yang terjadi.
Lentur dan Geser Lentur Murni Lentur dan Geser
Gambar 5 Balok dengan Keruntuhan Geser.
Bahagian yang menerima lentur dan geser, materialnya mengalami tegangan utama
biaksial dengan oriantasi diagonal, sehingga retaknya pun berbentuk diagonal pada
daerah yang mengalami tegangan tarik. Perhatikan pada daerah lentur murni, retak
yang terjadi cenderung berorientasi vertical. Keruntuhan balok akibat geser (akibat
tegangan biaksial) bersifat getas dan terjadinya tiba-tiba. Berbeda dari keruntuhan
lentur yang bersifat daktail, didahului dengan timbulnya lendutan besar yang dapat
digunakan sebagai “pertanda”. Oleh karena itu, dalam perecanaan struktur, semua
elemen harus harus didisain sedemikian agar kekuatan gesernya lebih besar dari yang
(31)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
II.14.1 BALOK TANPA TULANGAN TRANVERSAL (SENGKANG)
Untuk mendapatkan pengertia yang mendalam dalam perencanaan balok
terhadap geser akan sangat baik sekali mempeljari mekanisme ketahanan geser balok
tanpa sengkang. Tipe struktur yang dimaksud dapat berupa slab, atau struktur-struktur
ringan yang lain.
II.14.2 MEKANISME TRANSFER GESER
Sebelum mengalami keruntuhan geser, kondisi tegangan dibagian badan
(antara sisi bawah tarik lentur dan sisi atas tekan lentur) dari komponen beton
bertulang, berbeda sama sekali keadaannya dibandingkan dengan yang dianalisis
memakai teori elastis-linier. Dengan demikian, timbul pertanyaan mengenai
bagaimana mekanisme transfer gaya geser (dikombinasi juga dengan gaya aksial dan
momen lentur) dapat terjadi.
Laporan tahun 1973 dari ASCE-ACI Committee 426 dapat diketahui bahwa
ada empat mekanisme transfer gaya geser yang diketahui yaitu:
1. Sebagai tegangan geser pada beton yang tidak retak, yaitu pada daerah
tegangan lentur
2. Tranfer pada bidang temu (interface) geser, yang umum disebut sebagai
aggregate interlocking atau crack friction.
3. Aksi pengangkuran (dowel action) tulangan memanjang
4. aksi busur pelengkung (arch action)
5. Tegangan tarik sisa ditransfer yang ditransmisikan langsung melewati retak.
Adapun kontribusi mekanisme terhadap kapasitas geser tergantung kondisi balok dan
pembebanannya. Sebagai contoh, mekanisme transfer sebagai tegangan geser pada
beton usuh (tidak retak) sangat banyak terjadi pada kolom dengan beban aksial tekan,
(32)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
maka mekanisme transfer tersebut jarang terjadi, karena karena bagian desak beton
yang terbentuk relatif kecil. Aksi pengangkuran juga tidak banyak terjadi jika jika
angkur terletak didekat permukaan luar, tetapi hal tersebut tidak dapat diabaikan jika
balok mempunyai rasio tulangan memanjang yang banyak, dan sangat berpengaruh
jika tulangan memanjang yang tersebar merata sebagai lapisan-lapisan pada bagian
badan balok (web) meskipun rasio tulangan memanjangnya kecil.
II.14.3 Parameter Yang Mempengaruhi Kapasitas Geser
Kecuali sifat keruntuhan yang tiba-tiba dan getas, memprediksi struktur
terhadap beban yangmenyebabkan keruntuhan ternyata lebih sulit dibanding
memprediksi beban yang menyebabkan keruntuhan lentur. Jika keruntuhan lentur
dapat diprediksi dengan model tegangan tekan uni-aksial beton dan tegangan tarik
bi-linier berdasarkan kompatibilitas rengangan yag bi-linier maka keruntuhan geser
ditentukn banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas geser dari suatu
balok adalah sebagai berikut:
1. Tinggi Elemen Struktur atau Pengaruh Dimensi Struktur.
Balok beton bertulang tanpa sengkang dipengaruhi oleh besar kecilnya ukuran
penampang. Penelitian Shioya (1989) memperlihatkan bahwa engangan geser
rata-rata menyebabkan keruntuhan pada balok yang paling besar hanya 1/3
dari tegangan geser rata-rata pada balok yang terkecil.secara umum dinyatakan
bahwa hal tersebut adalah akibat timbulnya retak diagonal yang lebih besar
pada balok yang besar tersebut (ACI 445R-99). Penelitian Collin (1993)
menunjukkan bahwa efek ukuran pada balok tanpa sengkang dapat diatasi
dengan memasang tulangan memanjang yang terdistribusi.
(33)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
Telah lama diketahui pada balok tinggi (rasio bentang geser terhadap tinggi
balok a/d < 2,5) terjadi peningkatan kapasitas geser rata-rata secara progresif
dibanding balok lentur (a/d < 2,5). Sebabnya adalah bahwa gaya geser pada
balok tinggi dapat secara mudah ditransfer ketumpuan melalui mekanisme
sokongan tekanan (comprassion strut). Kondisi tumpuan berperan terhadap
mekanisme terbentuknya sokongan tekan tersebut dan mudah terbentuk jika
balok dibebani pada permukaan atas dan ditumpu dipermukaan bagian bawah.
Apabila mekanisme peralihan gaya geser berupa sokongan tekan, maka
metode perencanaan strut-and-tie model lebih mendekati kenyataan
dibandingkan perencanaan berdasarkan potongan penampang (sectional
model).
3. Jumlah Tulangan Memanjang.
Laporan tahun 1973 dari ASCE-ACI Committee 426 memperlihatkan bahwa
pengurangan kapasitas geser diakibatkan oleh bertambahnya lebar retak,
sehingga bidang temu (interface) transfer geser juga berkurang. Hal yang sama
juga berlaku jika retak lentur (retak vertikal) semakin panjang sehingga
mengurangi bidang temu gaya tekan maupun efek pengangkuran (dowel
action).
4. Gaya Tekan Aksial yang Bekerja pada Penampang Struktur.
Gaya aksial tarik mengurangi kapasitas geser balok tanpa sengkang. Juga
terjadi sebaliknya bahwa gaya aksial tekan (akibat pemberian beban luar
maupun akibat pratengang) dan meningkatkan kapasitas balok. Balok tanpa
sengkang yang mengalami gaya aksial tekan yang besar dan sekaligus
(34)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
sangat getas pada sesaat setelah terbentuk retak diagonal. Oleh karena itu
balok seperti itu perlu direncanakan secara konsevatif.
Pola retak yang umum dijumpai pada balok pada tanpa sengkang yang
dibebani gaya tarik aksial dan geser. Mula-mula retak yang berbentuk adalah
hampir tegak lurus tulangan memanjang (vertikal) sepanjang tinggi balok.
Jadi, tulangan memanjang diperlukan pada bagian bawah dan atas.
Keberadaan tulangan memanjang sepenuhnya mengontrol bentuk retak yang
pertama. Jika beban tarik dan geser ditambah maka mulailah retak diagonal
terbentuk. Keruntuhan selanjutnya akan terjadi jika retak tersebut terlalu datar
untuk diantisipasi oleh tulangan memanjang. Balok yang menerima gaya tarik
dan geser memperlihatkan keruntuhan yang bersifat daktail (deformasi besar).
II.14.4 Perencanaan Geser ACI 318 dan SNI 2002
Perencanaan berdasarkan potongan penampang yang digunakan oleh ACI
318M hanya sesuai untuk kategori balok lentur satu arah. Tulangan sengkang dihitung
berdasarkan teori analogi truss yang dimodifikasi. Analogi truss menganggap bahwa
sengkang menahan seluruh gaya geser yang terjadi, sedangkan dari riset menunjukkan
ada sumbangan kekuatan geser dari beton Vc dan dapat dianggap sama dengan gaya
geser yang menyebabkan retak diagonal/miring. Jadi, tulangan geser hanya
diperhitungkan terhadap sisa gaya geser yang belum ditahan kuat geser beton, sebagai
berikut:
c u
s V
V V = −
φ
Pembebanan dalam perencanaan geser dibatasi hannya pada balok beton
bertulang biasa dengan prilaku lentur, yaitu jika bentang bersih > 5 kali tinggi balok
(35)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
Jika bentang balok berkurang dari persyaratan diatas maka dikategorikan
sebagai balok tinggi, prilaku balok tinggi memberikan pola keruntuhan yang tidak
dimulai dengan lentur tetapi distribusi gaya-gayanya akan berprilaku sebagai rangka
batang (gaya-gaya aksial saja). Penampang beton yang mengalami tekan menjadi strut
tie dari tulangan baja
II.14.5 Kuat geser
Persyaratan perencanaan geser diberikan dalam bentuk gaya beser (bukan
tegangan geser) agar selaras dengan format yang dipakai dalam perencanaan kuat
batas untuk lentur, torsi. Kuat geser diexspresikan dalam bentuk kuat geser perlu V , u
yaitu kuat geser terfaktor hasil kombinasi beban-beban setelah dikalikan faktor beban,
harus lebih kecil atau sama dengan kuat geser rencana yaitu gaya geser nominal V , n
dari penampang beton dikalikan dengan faktor reduksi kekuatan φ, sebagai berikut Kuat geser perlu ≤ Kuat geser rencana
u
V ≤ φ.V n Sedangkan V = n V + c V s
Jadi kuat geser rencana, φ.V adalah jumlah kuat geser yang dihasilkan dari n material beton, φ V , ditambah dengan kuat geser tulangan sengkang c φ V . s
CATATAN
Faktor reduksi kekuatan geser φ = 0,75, sesuai pasal 11.3.2 SNI 2847-2002. Pada peraturan perencanaan yang terbaru tersebut ada peningkatan yang cukup besar
dibandingkan praturan perencanaan beton yang lama (SK SNI T15-1991), yaitu φ = 0,6. jadi, dengan memakai peraturan yang terbaru tersebut, dapat diperoleh
(36)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
lain ternyata tidak mngalami perubahan, sebagai informasi, faktor reduksi
ACI318M-99 adalah φ = 0,85 untuk geser dan torsi.
II.14.6 Penampang Kritis Pada Perencanaan Geser
Kekuatan geser penampang balok direncanakan terhadap gaya geser yang terjadi pada
penampang kritis dan bukan didasarkan pada gaya geser maksimum yang diperoleh
dari analisa struktur. Meskipun pada umumnya penggunaan gaya geser maksimum
memberikan hasil yang konserfatif. Penampang yang kritis yang ditinjau dibedakan
berdasarkan tegangan desak yang ditimbulkan didaerah tumpuan. Jika gaya reaksi
tumpuan menghasilkan gaya desak pada daerah tumpuan maka penampang kritis yang
ditinjau adalah penampang berjarak “d“ dari muka tumpuan. Selajutnya balok cukup
direncanakan dengan gaya geser V yang terdapat pada jarak “d“ dari muka tumpuan u
tersebut. Sengkang hasil hitungan kemudian juga ditempatkan dari muka tumpuan
sampai ke penampang kritis sejarak “d“ tersebut.
II.14.7 Tumpuan Dengan Tegangan Desak
Kondisi tumpuan yang menimbulkan tegangan desak pada daerah tumpuan
antara lain adalah tumpuan yang mempunyai dudukan dibawah balok. Balok sebagai
bagian dari frame/rangka atau elemen lain, seperti yag diperlihatkan pada gambar
d
Vu Vu Vu
d d
Vu
d
Gambar 6 Penampang Kritis Sejauh ”d” Dari Muka Tumpuan.
(37)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
Kolom merupakan elemen utama pada struktur bangunan karena umumnya
meneruskan beban dari balok atau lantai ke system pondasi dibawahnya.betapa kuat
dan kakunya balok atau plat diatasnya, tetapi bila kolom tidak kuat menahan beban
maka sruktur secara keseluruhan aakan runtuh. Oleh karena itu perencanaan kolom
perlu mendapat prhatiaan yang seksama. Kecuali adanya gaya aksial yang bekerja
maka pada dasarnya analisis kolom. Samaa dengan balok meskipun demikian akibat
adanya gaya aksial tekan. Maka prilaku keruntuhan berbeda dan dibedakan menjadi
dua, yaitu:
• kolom pendek, jika keruntuhan adalah pada material penampang, yaitu, tulang mengalami leleh pada daerah tarik atau beton mengalami pecah.(crushing)
pada daerah tekan.
• Kolom langsing, mengakibatkan tekuk ( buckling ) akibat gaya tekan yang bekerja, padahal tegangan pada penampang masih elastis.
Nilai rasio rasio kelangsingaan kolom menentukaan kategori kolom pendek aatau
langsing untuk kolom pendek tanpa bresing maka :
22
≤
r klu
Di mana :
Ln = panjang elemen kolom yang tidak ditumpu lateral dan
K = adalah faktor yang bergaaantung kondisi restrain ujung kolom.
Sebagian besar kolom beton bertulang yang dijumpai termasuk dalam kategori kolom
pendek.. oleh karena itu, maka di bahas kolom tipe pendek, sedaangkan pada kolom
langsing diperlukan reduksi kapasitas kolom untuk menghindari terjadinya tekuk,
kolom pendek dapat di analisis serta direncanakan berdasarkan kekuatan
(38)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
II.15.I Diagram Interaksi Kolom.
Kapasitas penampang kolom beton bertulang dapat dinyatakan dalam bentuk
diagram interaksi P-M yang menunjukkan hubungan beban aksial dan momen lentur
pada kondisi batas. Setiap titik kurva menunjukkan kombinasi P-M sebagai kapasitas
penampang terhadap suatu garis netral tertentu. Suatu kombinasi beban yang
diberikan pada kolom tersebut, bila diplitkan ternyata berada didalam diagram
interaksi kolom yang dibuat menyatakan bahwa kombinasi beban tersebut dapat
dipikul oleh kolom dengan baik, demikian pula dengan sebaliknya, yaitu bila suatu
kombinasi beban beban (P-M) yang berada diluar diagram tersebut maka kombinasi
beban tersebut adalah diluar kapasitas kolom dan dapat menyebabkan keruntuhan.
Untuk mendapatkan kombinasi P dan M pada diagram interaksi tersebut maka
solusi yang mudah adalah mengadopsi algoritma numerik, meskipun algoritma
manual juga dapat tetapi akan cukup kompleks.
Untuk menentukan P dan M tersebut perlu mempelajari terlebih dahulu sifat
diagram interaksi yang ada, karena titik-titik pada diagram tersebut tidak semuanya
harus dihitung dengan cara trial and error (iterasi). Adapun titik-titik tersebut adalah:
1. Beban aksial tekan maksimum (teori)
y st st g c
n f A A A f
P−0 =0.85 ' ( − )+
2. Beban aksial tekan maksimum yang diijinkan,
min
0 .
8 .
0 P M P e
Pmaks = → n = nmaks
3. Beban lentur dan aksial pada kondisi balans, nilainya ditentukan dengan
mengetahui kondisi rengangan beton εcu =0.003 dan baja
s y y s E f = =ε ε .
4. Beban lentur pada kondisi beban aksial nol, kondisi seperti balok.
(39)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
∑
=− = −
n
i
y st T
n A f
P
1
Kelima titik-titik diatas adalah titik minimum yang harus ada pada kurva interaksi.
Jika perlu,ketelitian yang lebih baik dapat ditambahkan titik lain:
• Didaerah keruntuhan tekan, yaitu titik-titik diantara item 2 dan 3,
• Didaerah keruntuhan tarik, yaitu titik-titik diantara item 3 dan 4.
Jadi agar seimbang setiap penambahan titik pada kurva diperlukan 2(dua) titik, yaitu
untuk mengantisipasi 2(dua) kondisi keruntuhan yang terjadi. Untuk keperluan
pemograman komputer, yaitu agar titik-titik pada kurva tersebut mudah dimanipulasi
maka titik-titik yang berisi data P dan M harus disimpan dalam bentuk matriks array
[n,2], dimana
n = 5+2t. Adapun t adalah jumlah titik tambahan disetiap daerah keruntuhan yang
(40)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
BAB III
VISUAL BASIC
III.1. VISUAL BASICMelihat perkembangan teknologi pada saat sekarang komputer merupakan
sarana paling tepat dalam melakukan banyak pekerjaan manusia dengan berbagai
tantagan karena lebih praktis serta memakan waktu yang singkat disamping akurasi
dalam pehitungan dari pekerjaan dapat diandalkan. Hal ini tidak terlepas dari
perangkat lunak (software) yang digunakan dalam komputer.
Dalam tugas akhir ini, penulis mensimulasikan perhitungan guna
pendimensian balok dan kolomdegan menggunakan komputer. Software yang
digunakan adalah berjenis software bahasa program yang salah satunya adalah Visual
basic. Visual Basic dibuat oleh Microsoft Corporation dan versi terakhirnya, yang
juga digunakan penulis adalah versi 6.0. Visual Basic menyediakan tool-tool yang
cukup lengkap untuk memproduksi aplikasi-aplikasi.
Kata “visual“ menunjukan metode dalam merancang Grapical user interface
(GUI), yaitu cukup memasukkan objek-objek yang sudah jadi ke layar dan
pengaturannya langsung dilakukan dilayar itu juga secara visual, bukan dengan
memakai baris-baris kode program yang jumlahnya bisa mencapai ribuan baris.
Sedangkan kata “Basic“ merupakan singkatan dari “Beginners All-Purpuse
(41)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
yang sebelumnya masih dalam versi DOS, dan merupakan salah satu bahasa
pemograman yang tertua dalam sejarah komputer.Salah satu faktor yang
menyebabkan penulis memilih bahasa visual basic adalah kemampuannya dalam
menangani jumlah variabel yang sangat besar .
III.2 Lingkungan Visual Basic 6
Setelah Visual Basic dijalankan, akan muncul layar seperti pada gambar III-1.
layar ini adalah linkungan pengembangan aplikasi Visual Basic yang nantinya akan
digunakan untuk program-program aplikasi dengan Visual Basic.
GAMBAR III-1 TAMPILAN VISUAL BASIC V 6.0
Layar Visual Basic adalah suatu lingkungan besar yang terdiri dari beberapa
(42)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
• Floating dapat digeser-geser keposisi mana saja. Untuk menggeser elemen layar Visual Basic, klik dan tahan tombol mouse pada judul (title bar) elemen
tersebut, lalu geserlah ketempat yang diinginkan.
• Sizeable: dapat diubah-ubah ukurannya, seperti mengubah ukuran jendela windows. Untuk mengubah ukuran suatu elemen atau jendela, klik dan tahan
tombol mause pada sisi (border) jendela tersebut, lalu geserlah hingga
keukuran yang diiginkan.
• Dockable: dapat menempel dengan bahagian lain yang berdekatan. Untuk menempelkan elemen layar Visual Basic ke elemen lainnya, cukup tempelka
sisi-sisi elemen tersebut, dan secara otomatis akan menempel ketempat yang
diiginkan.
III.2.1 Kontrol Menu
Kontrol menu adalah menu yang digunakan terutama untuk memanipulasi
jendela Visual Basic. Dari menu ini dapat mengubah ukuran, memindahkan, atau
menutup visual basic atau jendela windows lainya. Untuk mengaktifkan kontrol menu
ini, klik tombol mause pada pojok kiri atas jendela. Berikutnya akan muncul menu
kontrol menu, dimana kita dapat memilih dari perintah ini :
• Restore : mengubah ukuran jendela ke ukuran sebelumnya
• Move: untuk memindahkan letak jendela
• Size : untuk mengubah ukuran jendela
• Minimize: untuk meminimalkan ukuran jendela
• Maxsimize: untuk memaksimalkan ukuran jendela
(43)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
Menu visual basic berisi semua perintah Visual Basic yang dapat anda pilih untuk
melakukan tugas tertentu. Isi dari menu ini sebagian hampir sama dengan
program-program windows lainnya.
III.2.2 Toolbar
Toolbar adalah tombol – tombol yang mewakili suatu perintah tertentu dari
Visual Basic .setiap tombol tersebut dapat langsung diklik untuk melakukuan perintah
tertentu .biasanya tombol-tombol ini merupakan perintah-perintah yang sering
digunakan dan terdapat pula pada menu Visual Basic .
Gambar III-2 Toolbar standard Visual Basic
III.2.3 Form Windows
Form Window atau jendela form adalah daerah kerja utama , dimana kita akan
membuat program-program aplikasi Visual Basic. Pada form ini,kita akan meletakkan
berbagai macam objek interaktif seperti misalnya teks, gambar, tombol-tombol
perintah, scroolbar, dan sebagainya .Jendela Form ini pada awalnya kelihatan kecil ,
tetapi ukurannya bisa diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan aplikasi anda .
Apabila program aplikasi dijalankan, semua yang terdapat di dalam form akan
ditampilkan pada layar window. Jendela form inilah yang nantinya akan menjadi latar
belakang dari aplikasi. Mulai bekerja dengan jendela form yang kosong, kemudian
ditambah-tambahi dengan berbagai objek yang pada akhirnya akan membentuk
(44)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
III.2.4 Toolbox
Toolbox adalah sebuah “kotak piranti“ yang mengandung semua objek atau
kontrol yang dibutuhkan untuk membentuk suatu program aplikasi. Kontrol adalah
suatu objek yang akan menjadi interface (penghubung) antara program aplikasi dan
user-nya, dan kesemuanya harus diletakkan didalam jendela form diatas.
Gambar III-3 Toolbox
III.2.5 Jendela Properties
Jendela properties adalah jendela yang mengandung semua informasi
mengenai objek yang terdapat pada aplikasi Visual Basic. Properti adalah sifat dari
sebuah objek, misalnya seperti namanya, warna, ukuran, posisi, dan sebagaiya. Setiap
objek sebagian besar memiliki jenis properti yang sama, tetapi adapula yang
(45)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
Gambar III-4 Jendela Properties
III.2.6 Form Layout Window
Form Layout Window adalah jendela yang menggambarkan posisi dan form
yang ditampilkan pada layar monitor. Posisi form pada Form Layout Window inilah
yang merupakan petunjuk dimana aplikasi akan ditampilkan pada layar monitor saat
dijalankan nanti
Gambar III-5 Form Layout Window
III.3 Prosedur Perencanaan Balok.
Prosedur yang dipakai pada perencanaan geser balok mengacu kepada
(46)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
1. Hitung gaya geser terfaktor V dititik kritis pada balok yang ditinjau, u
menggunakan kombinasi beban yang ada misalnya V = 1.2u V +1.6dl V ll
2. Hitung kuat geser penampang beton, φ V , dimana c φ = 0.75. jika hannya ada gaya geser maka Vc = 16 f'cbwd. Jika pada saat bersamaan pada penampang yang ditinjau timbul momen terfaktor M yang terjadi secara u
simultan dengan V maka:u b d f cb d
M d V c
f
V w w
u u w
c 0.3 '
7 120 ' ≤ + = ρ dimana, d b A w s w =
ρ dan ≤1.0
u u M d V
Catatan : untuk balok penampang bulat maka untuk menghitung V digunakan c
tinggi efektif deff = 0.8Ø penampang
3. Selanjutnya hitung ½ ØV dan evaluasi penampang sebagai berikut: c
a.jika Vu≤ ½ Ø V maka tulangan sengkang tidak perlu. c b.jika ½ Ø V < c Vu≤ Ø V maka perlu sengkang minimum. c
y w v f s b A 3 min=
c.jika V > Ø u V maka perlu tulangan sengkang c u c
s V
V
V = φ − .
d.jika V > s f'cbwd 3
2
φ maka penampang perlu diperbesar.
4. Proporsikan sengkang yang diperlukan untuk memikul kelebihan gaya geser
yang perlu tulangan. Untuk sengkang vertikal maka luas sengkang yang
diperlukan adalah y w v y s v f s b A d f s V A 3 min = ≥
= jika Vs f'cbwd
3 1
(47)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
≈0.5d ≤ 600 mm jika f cbwd Vs f'cbwd 3
2 '
3
1 > ≤ maka s ≈0.25d ≤ 300
mm.
5. untuk membatasi lebar retak diagonal dan tetap tertutup rapat saat pengalihan
gaya geser maka fyv≤ 400 Mpa (wire-mesh fyv≤ 550 Mpa).
6. pembagian kuat geser balok beton bertulang digambarkan sebagai berikut:
Tepi Tumpuan Balok
Gaya Geser yang dipikul oleh sengkang
Gaya geser yang dipikul penampang beton d
Vu Vc
Vc Vu
Sengkang tidak diperlukan Sengkang diperlukan
0.5 Vc
CL
Gambar III-6 Ilustrasi kebutuhan Sengkang pada balok
III.4 Prosedur Perencanaan Kolom.
Untuk mendapatkan kombinasi P dan M pada diagram interaksi tersebut maka solusi
yang mudah adalah mengadopsi algoritma numerik, meskipun algoritma manual juga
dapat tetapi akan cukup kompleks.
Untuk menentukan P dan M tersebut perlu mempelajari terlebih dahulu sifat
diagram interaksi yang ada, karena titik-titik pada diagram tersebut tidak semuanya
harus dihitung dengan cara trial and error (iterasi). Adapun titik-titik tersebut adalah:
6. Beban aksial tekan maksimum (teori)
y st st g c
n f A A A f
P−0 =0.85 ' ( − )+
(48)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
min
0 .
8 .
0 P M P e
Pmaks = → n = nmaks
8. Beban lentur dan aksial pada kondisi balans, nilainya ditentukan dengan
mengetahui kondisi rengangan beton εcu =0.003 dan baja
s y y
s E
f
= =ε
ε .
9. Beban lentur pada kondisi beban aksial nol, kondisi seperti balok.
10.beban aksial tarik maksimum
∑
=− = −
n
i
y st T
n A f
P
1
Kelima titik-titik diatas adalah titik minimum yang harus ada pada kurva interaksi.
Jika perlu,ketelitian yang lebih baik dapat ditambahkan titik lain:
• Didaerah keruntuhan tekan, yaitu titik-titik diantara item 2 dan 3,
• Didaerah keruntuhan tarik, yaitu titik-titik diantara item 3 dan 4.
Jadi agar seimbang setiap penambahan titik pada kurva diperlukan 2(dua) titik, yaitu
untuk mengantisipasi 2(dua) kondisi keruntuhan yang terjadi. Untuk keperluan
pemograman komputer, yaitu agar titik-titik pada kurva tersebut mudah dimanipulasi
maka titik-titik yang berisi data P dan M harus disimpan dalam bentuk matriks array
[n,2], dimana
n = 5+2t. Adapun t adalah jumlah titik tambahan disetiap daerah keruntuhan yang
(49)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
BAB IV
APLIKASI
Aplikasi penggunaan program ini dibuat dalam contoh hasil output yang ada
kemudian dibandingkan dengan hasil output hasil perhitungan manual. Berdasarkan
peraturan yang berlaku di Indonesia.
IV.I Aplikasi Program untuk Balok
VI.I.1 Penghitungan Balok Secara Manual
Contoh Desain Balok Kantilever
Balok persegi digunakan utnuk kantilever dengan bentang 3.5 m, memikul beban merata dan beban terpusat (berat sendiri sudah termasuk). Jika digunakan mutu beton f’c = 28 Mpa dan fy 400 Mpa (lentur) dan fyv 240 Mpa (sengkang), rencanakan penulangan balok menurut SNI 03-2847-2002.
Jawab :
1. Dari hasil analisa struktur diperoleh momen dan gaya geser rencana pada potong kritis balok, yaitu “d” dari muka tumpuan, dan diperlihatkan pada
(50)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
gambar berikut :
1,5 m 2,0 m
Pu = 50 kN Pu = 50 kN
qu = 10 kN
d = 437,5 mm
135 70 120 50 311 120 A 500 350
d = 437,5
Detail A-A (Estimasi awal)
Gambar IV-1 Pembebanan Kantilever dan Gaya Rencana 2. hitung tulang lentur yang diperlukan : (x = 0.0 adalah tumpuan kiri)
catatan :
Q = ' 2
Øbd 7 . 1 u c M f
Ø = 0.8 (lentur menurut SNI 03-2847-2002)
[
Q]
f f p y c − = 2 '
min 0.85- 0.85
Pmin = dan
f f atauP f y c y 4 min 4 . 1 '
= pmaks =
+ fy f f y c 600 5 . 382 ' β
As = p bd
3. Hitung Vc dengan memasukan pengaruh momen :
Pw = 0.01737
5 . 437 * 350 380 * 7 = = d b S w s 226 . 0 254 10 * 5 . 437 * 131 3 = = − u u M d V ≤ 1.0 Vc =
+ u u w c M d V p
f' 120
7 d bw
≤ 0.328b d
w
Vc =
[
28 10*0.01737*0.226]
bwd 71
+ ≤ 0.328b d
(51)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
Vc = 0.823 bwd ≤ 1.587bwd Vc = 0.823 bwd = 126*103 N = 126 kN
Jika pengaruh momen tidak dimasukkan, maka :
Vc = f cbwd
'
6 1
= 0.882 bwd
Ternyata momen mengurangi kemampuan beton untuk menahan geser (dalam desain dipakai yang terkecil konservatif, adapaun MacGregor (1992) menyatakan bahwa rumus tersebut tidak valid lagi).
4. Gaya geser maksimum yang dapat ditahan penampang tanpa sengkang.
2 1
Ø Vc = 2 1
* 0.75*126 = 47.25kN
Catatan : = 0.75 (geser menurun SNI 03-2847-2002) 5. Kebutuhan sengkang minimum :
Pakai s = 2
22 . 97 240 * 3 200 * 350
3f mm
s b
y
w = =
Pakai Ø 8 Av = 100 mm2 jadi, sengkang minimum Ø 8 @ 200 6. Hitung kebutuhan sengkang :
Vs = V kN
V c u
49
Ø − = ‹ ‹ ‹ ‹ Vc = 3 f cbwd 270kN
1 ' =
Smaks = 0.5d
Pakai sengkang Ø 8 Av = 101 mm2 (2 potongan penampang)
s = Avfyd 216mm 0.5 220mm
10 * 49 5 . 437 * 240 * 101 V 3 s = ≈ =
= jadi, pakai
sengkang
(52)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
500 350
d = 437,5
Detail A-A
350 350
A B C
750 750 2000
ld
Detail B-B Detail C-C
7D22
3D22
5D22
3D22
3D22
3D22
Ø8 @ 200 8 @ 200 8 @ 200
Gambar IV-2 Penulangan Lentur dan Geser Balok.
IV.I.2. Verifikasi dan Pembahasan
Program dibandingkan dengan hitungan manual, adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
• Titik pangkal, (x = 0, dimana terjadi momen dan gaya geser maksimum ditumpua n). Tujuan untuk mengevaluasi hitungan tulangan memanjang.
Mu = 311 kN-m dan Vu = 135 kN.
• Titik kritis gaya geser, x = d. Tujuannya untuk mengevaluasi hitngan tulangan transversal (sengkang).
(53)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
Gambar IV-4 Disain Komputer untuk Tulangan Longitudinal (lentur)
Gambar IV-3 Disain Komputer untuk Tulangan Transversal (Geser).
Pembahasan
(54)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
IV.II.1 Analisa Kolom Bujur Sangkar (Manual)
Kolom bujur sangkar berukuran sama 300 x 300 mm, material yang dipakai f’c = 30 Mpa, fy 400 Mpa, tulangan 8 D 19 (2.52%) sebagai berikut :
e
P
300
300 50
Gambar IV.4 Model-Beban penampang dan kolom
• Beban konsentrik titik A (Ø Pn-maks, Mn = 0). Ag = 3002 = 90000 mm2
Ast = 8. 2268 % 2.25%
2 19 . 2 2 = → =
mm tulangan
π
Pn-0 = 0.85 f’c (Ag – Ast) + Ast fy = 3144kN
• Beban tekan maksimum yang diizinkan, titik B (Pn maks , Mn) Pn maks = 0.8 P0 2515 kN → Ø Pnmaks = kN (sengkang Ø = 0.65) Selanjutnya c = 296.4 mm.
300
50 50
150
250 296,4 252
regangan tegangan Total 8 19
Baris YI (mm) si f si (Mpa) Asi
(mm2)
F (kN) F* yi Note
1 50 -0.002494 400 567 340 17000 Cs1 2 150 -0.001482 296 567 168 25200 Cs2
(55)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
3 250 0.000470 400 851 80 20000 Cs3 588 62200
Reseultan gaya desak diperoleh tulangan dan beton desak. Ac = a.b = 75600 mm2 Cc = 0.85 f’c Ac = 1928 kN Cek Pn = Cc + ∑Cs =2516kN →selisih0.03%dariPnmaks Statis momen diambil dari sisi luar serat desak (atas).
Mn = Cc ( − 2 h
y ) +
2 .
.y p h
Cs i− n
∑
Mn = 72.3 kNm
ØMn = 61.4 kNm
• Kondisi Balans titik C (Ø Pn-bal, Ø Mn-bal) Cb =
mm C
ab mm d
fy 150 . b 127.5
600 600 1 = = → = + β
Baris YI (mm) si f si (Mpa) Asi(mm2) F (kN) F
*
yi Note
1 50 -0.002000 400 851 -340 -17000 Cs1
2 150 -0.000000 0 567 0 0 Cs2
3 250 0.002000 400 851 340 85000 Ts3 0 68000
Ac = a.b = 38250 mm2 Cc = -0.85f’cAc = - 975.4 kN
∑
+
= c s
nb C F
P = -975,4 kN φPnb= 634 kN
Statis momen diambil dari sisi luar serat desak (atas).
∑
− + = 2 . . 2.a C y P h
C
Mn c s i n = 152,1 kNm φMn= 98,9 kNm
• Beban lentur pada kondisi beban aksial nol, kondisi seperti balok
(56)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
300 50 50 150 250 regangan tegangan Total 8 19
67,2 57,1
Baris YI (mm) si f si (Mpa) Asi(mm2) F (kN) F
*
yi Note
1 50 -0,000770 -154 851 -131 -6534 Cs1 2 150 -0.003696 400 567 227 34020 Cs2 3 250 0.008160 400 851 340 85000 Ts3
436 112486
Ac = a.b = 17130 mm2 Cc = -0.85f’cAc = - 437 kN Statis momen diambil dari sisi luar serat desak (atas).
∑
− + = 2 . . 2.a C y P h
C
Mn c s i n = 100 kNm φMn= 85 kNm
• Beban aksial tarik maksimum Pn-T = 907 kN
• Diagram Interaksi kolom Bujur-Sangkar. Pn (kN)
A'(3144 , 0)
Pn maks B(2515 , 72.3)
E (907 , 0)
D (0 , 100) Mn (kNm) A'(2652 , 0)
C (975 , 152)
Gambar IV.5. Diagaram Interaksi Kolom Bujur Sangkar
IV.II.2 Pembahasan hasil Analisis kolom bujur sangkar dengan Program.
Hasil perhitungan dibandingkan dengan cara manual disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
(57)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
Manual Program Selisih Manual Program Selisih
1 3144 3144 0% 0 0 0% Tekan
Murni
2 2515 2515 0% 72,3 72,3 0% Pn maks
3 975 975 0% 152,1 152,2 0% Balans
4 0 0 0% 100,0 100,1 0% Balok
Murni
5 -907 -907 0% 0 0 0% Tarik Murni
Hasil dari program dan manual sama. Nilai c (garis netral) dari algoritma numerik ternyata terbukti menghasilkan keseimbangan berdasarkan prinsip kompatibilitas tegangan rengangan pada hitungan manual yang disiapkan.
Hasil dari perhitungan dan tampilan dari program pendimensian kolom adalah sebagai berikut:
(58)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
IV.II.3 Output Dari Program Perhitungan Kolom Bujur Sangkar.
=========== Diagram Interaksi ======= Bujur Sangkar
Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatra Utara by Chandra perdana Silaban
=====================================
Beton Berpenampang Bujur Sangkar: h = 300 mm , fc 30 MPa Baja Tulangan: 8-D19 , fy 400 MPa , c-to-c ke tepi: 50 mm Jumlah titik pada kurva yang ditinjau : 15
Titik Kurva 2 (PnMax dan Mn e-min)
Regangan-tegangan Lapis Baja Tulangan (c = 296.40 mm) Lapis y(i) Regangan fs(MPa) As(mm2) Gaya(kN) 1 50.0 0.00249 400 851 -340
2 150.0 0.00148 296 567 -168 3 250.0 0.00047 94 851 -80 --- +
F Baja: -588 kN F Beton: -1,927 kN Titik Kurva 8 (Kondisi Balans)
Regangan-tegangan Lapis Baja Tulangan (c = 150.00 mm) Lapis y(i) Regangan fs(MPa) As(mm2) Gaya(kN) 1 50.0 0.00200 400 851 -340
2 150.0 0.00000 0 567 0 3 250.0 0.00200 400 851 340 --- +
F Baja: 0 kN F Beton: -975 kN
___________________________________________________________ Ada 5 titik tambahan di zona tekan
Titik Kurva 3 (--)
Regangan-tegangan Lapis Baja Tulangan (c = 267.10 mm) Lapis y(i) Regangan fs(MPa) As(mm2) Gaya(kN) 1 50.0 0.00244 400 851 -340
2 150.0 0.00132 263 567 -149 3 250.0 0.00019 38 851 -33 --- +
F Baja: -522 kN F Beton: -1,737 kN Titik Kurva 4 (--)
Regangan-tegangan Lapis Baja Tulangan (c = 239.48 mm) Lapis y(i) Regangan fs(MPa) As(mm2) Gaya(kN) 1 50.0 0.00237 400 851 -340
2 150.0 0.00112 224 567 -127 3 250.0 0.00013 26 851 22 --- +
F Baja: -445 kN F Beton: -1,557 kN
(1)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
xkr = xmin - sx xkn = xmax + sx yat = ymax + sy ybw = ymin - sy
Picture1.Scale (xkr, yat)-(xkn, ybw) Picture1.Cls
'=================================================| 'bikin sumbu
Picture1.Line (xkr, 0)-(xkn, 0) Picture1.Line (0, yat)-(0, ybw)
'=================================================| 'gambar daerah kurva nominal sebelum direduksi
Pn0 = titik_PM(1, 1) Mn0 = titik_PM(1, 2) PnMax = titik_PM(2, 1) MnMin = titik_PM(2, 2) Pnb = titik_PM(3 + ttk_tbh, 1) Mnb = titik_PM(3 + ttk_tbh, 2) 'grs diagonal dari puncak ke Mn-min Picture1.DrawWidth = 1
Picture1.DrawStyle = vbDot 'grs diagonal|
Picture1.Line (0, Pn0)-(MnMin, PnMax) 'grs diagonal eksentrisitas
(2)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
Picture1.Line (0, 0)-(Mnb, Pnb), vbGreen 'grs kurva
Picture1.DrawWidth = 1 Picture1.DrawStyle = vbSolid Picture1.CurrentX = 0
Picture1.CurrentY = PnMax For i = 2 To nttk_kurva xb = titik_PM(i, 2) yb = titik_PM(i, 1) Picture1.Line -(xb, yb) Next i
Picture1.DrawWidth = 1
'=================================================| 'gambar nomor titik kurva
For i = 1 To nttk_kurva xa = titik_PM(i, 2) ya = titik_PM(i, 1) With Picture1 .CurrentX = xa .CurrentY = ya
oldColor = .ForeColor .ForeColor = vbBlue Picture1.Print i
.ForeColor = oldColor End With
(3)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
Next i
'=================================================| 'gambar daerah kurva nominal setelah direduksi
P = red_PM(2, 1)
Picture1.DrawWidth = 2 Picture1.DrawStyle = vbSolid Picture1.CurrentX = 0
Picture1.CurrentY = P For i = 2 To nttk_kurva xb = red_PM(i, 2) yb = red_PM(i, 1) Picture1.Line -(xb, yb) Next i
Picture1.DrawWidth = 1
'=================================================| 'gambar Pu dan Mu pada kurva
If Pu > 0 Or Mu > 0 Then With Picture1
.DrawWidth = 1 .FillColor = vbGreen tt = lebar * 0.018
Picture1.Circle (Mu, Pu), tt, vbRed .DrawWidth = 1
tt = lebar * 0.04
(4)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
tt = tinggi * 0.04
Picture1.Line (Mu, tt + Pu)-(Mu, Pu - tt) End With
End If End Sub
'============================================================| 'Menyiapkan tampilan MSFlexGrid untuk gaya reaksi tumpuan ===|
Sub Tabulasi() '==================| With MSFlexGrid1
.Visible = True
.Rows = nttk_kurva + 1 ' jml brs termasuk judul .Cols = 3 ' jml kol
.ColWidth(0) = 500 ' lebar kolom pertama 'Menentukan ukuran jendela grid yang ditampilkan If nttk_kurva <= 6 Then
.ColWidth(1) = 1060
.Width = .ColWidth(0) + 2 * .ColWidth(1) + 100 .Height = (nttk_kurva + 1) * .RowHeight(0) + 88 Else
.ColWidth(1) = 970
.Width = .ColWidth(0) + 2 * .ColWidth(1) + 300 .Height = 6 * .RowHeight(0) + 88
End If
(5)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
'Menempatkan label di baris judul horizontal .ColAlignment(0) = flexAlignCenterCenter .ColAlignment(1) = flexAlignCenterCenter .TextMatrix(0, 0) = "No"
.TextMatrix(0, 1) = Space(3) & "Pn (kN)" .TextMatrix(0, 2) = Space(3) & "Mn (kNm)" For i = 1 To nttk_kurva
P = titik_PM(i, 1) M = titik_PM(i, 2) .TextMatrix(i, 0) = i
.TextMatrix(i, 1) = Format(P, "#.0")
.TextMatrix(i, 2) = Format(M, "#.0") & Space(5) Next i
End With End Sub
Sub Print_Header()
Print #1, "=========== Diagram Interaksi =======" Print #1, " Bujur Sangkar "
Print #1, " Departemen Teknik Sipil " Print #1, " Universitas Sumatra Utara " Print #1, " by Chandra perdana Silaban "
Print #1, "=====================================" Print #1,
(6)
Chandra Perdana Silaban : Program Visual Basic V 6.0 Untuk Perencanaan Balok Dan Kolom, 2008. USU Repository © 2009
If Option1.Value = True Then
Print #1, "Bujur Sangkar: h = "; Format(h, "0"); " mm , "; Else
Print #1, "Lingkaran: dia. = "; Format(h, "0"); " mm , "; End If
Print #1, "fc "; Format(fc, "0"); " MPa"
Print #1, "Baja Tulangan: "; Format(n_tul, "0"); "-D"; Print #1, Format(D_tul, "0");
Print #1, " , fy "; Format(fy, "0"); " MPa ,";
Print #1, " c-to-c ke tepi: "; Format(d1, "0"); " mm" Print #1, "Jumlah titik pada kurva yang ditinjau :"; Print #1, nttk_kurva
Print #1, End Sub