Sistematika Penulisan Pengertian Format Penyiaran Radio

menurut pengamatan penulis dari hasil observasi yang dilakukan. Terdapat satu skripsi karya Heru Romdhon Fitriyadi tahun 2007 dengan judul Respons Pendengar Aktif Terhadap Kajian Mutiara Hikamah di Radio Dakta 107 FM Bekasi, dan juga satu skripsi dengan judul Respons Warga Depok Terhadap Program Tazkia Kalbu di Radio Music City 107,5 FM karya Ana Sabhana Azmi tahun 2008. Pada skripsi Heru Romdon Fitriyadi terdapat kesamaan subjek dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu Pendengar yang pernah ikut serta Interaktif, akan tetapi berbeda Subjeknya pada penelitian yang dilakukan Heru yaitu Pendengar Radio Dakta 107 FM Bekasi, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan subjeknya yaitu Pendengar Radio Mustang 88 FM. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ana Sabhana Azmi adalah subjek dan juga objeknya. Objek dari penelitian ini adalah Program Siaran SOS di Radio Mustang 88 FM dan subjeknya adalah Pendenar yang pernah ikut Interaktif dalam siaran SOS di Radio Mustang 88 FM, sedangkan penelitian yang dilakukan Ana Sabhana Azmi subjeknya adalah warga Depok dan Objeknya adalah Siaran Tazkia Kalbu di Radio Music City 107,5 FM.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah, maka peneliti membagi permasalahannya ke dalam lima BAB yaitu:

BAB I berisi pendahuluan yang mencantumkan Latar Belakang Masalah,

Pembatasan, Perumusan Maslah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode penelitian dan Sistematika Penulisan

BAB II berisi landasan teoritis, yang membahas tentang Pengertian Respons,

pengertian format radio siaran, Pengertian Dakwah, Tujuan Dakwah, Pengertian Radio, Sejarah Perkembangan Radio di Indonesia, Radio sebagai Media Dakwah.

BAB III berisi gambaran Umum Radio Mustang 88 FM Jakarta yang

membahas tentang Sejarah Singkat Berdirinya Radio Mustang 88 FM, Visi dan Misi, struktur Organisasi dan Tugas Serta Tanggung jawab tiap Jabatan, Program SOS Sound Of Spirit.

BAB IV berisi Analisis Data mengenai respons Pendengar Radio Mustang 88

FM terhadap program siaran SOS, yang membahas tentang : keberadaan siaran SOS di radio Mustang, Format siaran SOS, Respons Pendengar Terhadap Program Siaran SOS.

BAB V berisi Penutup, Kesimpulan dan Saran.

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Respons

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa respons tanggapan. Reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi. Tanggapan adalah bayangan atau kesan kenangan dari apa yang pernah diamati dan dikenali. Reaksi merupakan segala bentuk aktivitas individu yang dibangkitkan oleh suatu stimulus. Jawaban adalah suatu yang muncul karena adanya suatu pertanyaan. 10 Sedangkan dalam kamus besar ilmu pengetahuan disebutkan bahwa respons adalah reaksi psikologis metabolis terhadap tibanya suatu rangsangan yang ada yang bersifat otomatis seperti refleks dan reaksi emosional langsung ada pula yang bersifat terkendali. 11 Menurut Poerwadinata Respons dapat diartikan sebagai tanggapan, reaksi dan jawaban. 12 Respons akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi. Menurut Ahmad Soebandi mengatakan respons dengan istilah umpan balik feed back yang memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik tidaknya suatu komunikasi. Dengan adanya “respons yang 10 Petter Salim, et al, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: English Modern Pers, 1991, h.1263. 11 save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara, 1997, cet ke-1, h,964. 12 Poerwadinata, Psikologi Komunikasi, Jakarta: UT, 1997, cet ke-3, h.43. disampaikan oleh objek dakwah kepada subjek dakwah atau dari komunikan kepada komunikator, akan meminimalisir kesalah penafsiran dalam sebuah proses dakwah dan komunikasi.” 13 Dalam pembahasan teori-teori respon tidak lepas dari proses pembahasan teori komunikasi, karena respons merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi.komunikasi menampakan jalinan sistem yang utuh dan signifikan, sehingga proses komunikasi hanya akan berjalan secara efektif dan efisien apabila unsur-unsur didalamnya terdapat keteraturan. 14 Pada penelitian ini penulis menggunakan teori komunikasi dengan model AIDA yang dipopulerkan oleh Bovee dan Thill yang mengatakan bahwa A attention-menciptakan perhatian, I interest D desire-meningkatkan atau mempromosikan hasrat atau keinginan; A action-merangsang tindakan atau bereaksi untuk merespons informasi yang disampaikan. Satu kekhususan versi dari perencanaan AIDA, yang memiliki empat tahapan yaitu: 1. Perhatian, Dalam tahapan perhatian, penyiar meyakinkan pendengar dengan benar pada awal bahwa penyiar memiliki sesuatu yang berguna atau menarik untuk dikatakan. 2. Tindakan, Pada tahap tindakan, penyiar menyarankan tindakan yang Anda ingin pendengar mengambilnya. 3. Hasrat atau Keinginan, sebuah keingin tahuan pendengar terhadap apa yang disampaikan oleh penyiar melalui hasrat ingin bertanya. 13 Ahmad subandi, Psikologi Sosial, Jakarta: Bulan Bintang 1982, Cet.2, h.50. 14 Onong Ucjhana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teory dan Praktik, Bandung: PT. Roesda Karya,1999, cet ke-12, h.18. 4. Tindakan, pada tahap tindakan, penyiar menyarankan tindakan yang ingin pendengar mengambilnya. Seluruh pesan persuasive diakhiri dengan sebuah sesi yang mendorong tindakan spesifik. Pada kenyataannya, bagian ini menawarkan sebuah kesempatan baik untuk pengingat terakhir dari keuntungan utama yang akan disadari oleh pendengar dari tindakan yang diambil sesuai yang Anda inginkan. 15 Secara umum tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat dari pengamatan. Jadi pengertian tanggapan adalah gambaran ingatan dari pengamatan. Sejalan dengan pengertian tadi Abu Ahnadi menjelaskan arti tanggapan sebagai berikut: “tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan dalam mana objek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang wakt pengamatan. Jadi jika proses pengamatan sudah berhenti hanya kesannya saja. Peristiwa tersebut sebagai “tanggapan”. 16 Sementara Agus mengemukakan bahwa yang disebut tanggapan adalah “pengamatan yang tingggal kesadaran kita yang mengamati”. 17

1. Macam-macam Respons

Macam-macam respons yang diartikan sebagai tanggapan dapat dibedakan berasarkan indera yang digunakan, menurut Abu Ahmadi respons atau tanggapan terbagi menjadi lima macam, yaitu “menurut Indera yang digunakan, tanggapan pengadilan, tanggapan baru, tanggapan pengecap, tanggapan pendengaran dan tanggapan peraba. Menurut ikatannya, tanggapan 15 Harley Prayudha, Radio, Penyiar it’s not Just a Talk, Malang: Bayu Media Production, 2006, cet, ke-1, h. 8-9. 16 Abu Ahmadi,Psikologi Belajar, Jakarta: Renaka Cipta, 1992, Cet.1, h. 6. 17 Agus Sujanto,Psikologi Kepribadian, Jakarta: Aksara Baru,1997, Cet.1, h. 6. dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu tanggapan keberadaan dan tanggapan pengamatan”. 18 Agus sujanto mengemukakan tanggapan sebagai berikut: a. Tanggapan menurut indera yang mengamati, Yaitu: 1 Tanggapan Audit adalah tanggapan terhadap apa yang telah didengarnya, baik berupa suara, ktukan dan lain-lain. 2 Tanggapan visual adalah tanggapan terhadap sesuatu yang dilihat 3 Tanggapan perasa adalah tanggapan sesuatu yang dialami oleh dirinya. b. Tanggapan menurut Terjadinya 1 Tanggapan ingatan adalah ingatan masa lampau, artinya tanggapan terhadap kejadian yang telah lalu 2 Tanggapan fantasi adalah tangapan masa kini, artinya tanggapan terhadap sesuatu yang sedang terjadi. 3 Tanggapan fikiran adalah tanggapan masa dating atau tanggapan terhadap sesuatu yang akan terjadi. c. Tanggapan menurut lingkungannya, yaitu: 1 Tanggapan benda adalah tanggapan terhadap benda-benda yang ada disekitarnya 2 Tanggapan kata-kata adalah tanggapan seseorang terhadap ucapan atau kata-kata yang dilontarkan oleh lawan bicaranya. 19

2. Faktor-faktor terbentuknya respons

18 Ibid, h. 31. 19 ibid, h.31-32. Semenjak manusia lahir, sejak itulah manusia langsung menerima stimulus sekaligus dituntut untuk menjawab dan mengatasi semua pengaruh. Manusia dalam pertumbuhan selanjutnya terus merasakan akibat pengaruh dari dirinya, untuk mengembangkan fungsi alat inderanya sesuai fungsinya, terus memperhatikan, menggali segala sesuatu disekitarnya, Allah SWT telah mengisyaratkan bahwa manusia harus berusaha menggunakan alat inderanya dalam menggali lingkungan sekitar serta aspek eksternal yang mempengaruhi dari luar diri manusia seperti dikatakan Bimo Walgito ”alat indera itu penghubung antara individu dengan dunia luarnya”. 20 Tanggapan yang dilakukan seseorang dapat terjadi kalau terpenuhi faktor penyebabnya. Hal itu perlu diketahui supaya individu yang bersangkutan dapat menanggapi dengan baik., pada proses awalnya individu mengadakan tanggapan tidak hanya dari stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar. Tidak semua stimulus itu mendapatkan respons individu, sebab individu melakukan terahadap stimulus yang ada penyesuaian atau yang menarik dirinya. Dengan demikian maka akan ditanggapi oleh individu selain tergantung pada stimulus juga bergantung pada keadaan individu itu sendiri dengan kata lain, stimulus akan mendapatkan pemilihan dan individu akan bergantung pada dua faktor yaitu, yaitu: a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam individu. Manusia itu terdiri dari du unsur, yaitu jasmani dan rohani. Maka seseorang yangmengadakan tanggapan terhadap sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah unsur saja maka akan 20 Bimo Walgito, Psilogi Belajar, h.185. melahirkan hasil tanggapan yang berbeda intensitasnya pada diri individu yang melakukan tanggapan atau akan berbeda tanggapannya anara satu orang dengan orang lain. Unsur jasmani atau psikologis meliputi keberadaan, perasan akal, fantasi, pandangan jiwa, mental pikiran, motivasi dan sebagainya. b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada pada lingkungannya. Faktor in insensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan faktor stimulus. Menurut Bimo Walgito dalam bukunya, pengantar psikologi umum menyatakan bahwa “faktor fisik berhubungan dengan objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengabaikan alat indera”. 21

B. Pengertian Format Penyiaran Radio

Secara etimologis format siaran diterjemahkan sebagai pola, susunan atau bentuk. 22 Format juga dapat dipahami sebagai bentuk atau rupa yang mempunyai kaidah atau norma tertentu dan lazim diperhunakan oleh umum, dimana pengertian umum disini adalah badan penyiaran. 23 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa format adalah bentuk atau ukuran, 24 dan siaran adalah memberikan sesuatu dalam bentuk berita menjadi format siaran adalah memberikan suatu berita dalam bentuk siaran. 21 Bimo Walgito, Psikologi Belajar, Jakarta: Reneka Cipta,1997, Cet-1, h.6. 22 John M. Ehols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1996cet ke-23, h.254 23 Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi, Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1994, h.224 24 Daryanto S.S, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Apollo, 1998, h.456. Pada umumnya format penyiaran radio terbagi menjadi tiga dimensi pengertian format, antara lain. 25 1. Format Program : Program siaran berdasarkan isi materinya. 2. Format Produksi : Program Siaran Berdasarkan Teknik Penyajiannya. 3. Format Siaran : Bentuk kepribadian suatu stasiun penyiaran tercermin dari program siaran. Ketika kata format dan penyiaran disandingkan maka dapat diartikan sebagai pola, bentuk atau segi penyiaran yang didasari atas kaidah tertentu atau norma tertentu dan lazim digunakan oleh umumnya, yaitu dalam bidang penyiaran. Dengan kata lain format penyiaran adalah pola atau bentuk penyampaian dan penyebaran pesan secara serempak, luas yang disampaikan oleh komunikator kepada khalayak banyak yang tidak tertentu dengan standar penyiaran yang berlaku umum, mematuhi undang-undang yang berlaku. 26 Penyiaran dapat terjadi karena tersedianya alat-alat untuk siaran. Sementara itu tujuan penyiaran klasik adalah “untuk membuat acara siaran”, dan akhirnya mengarah pada tujuan akhir penyiaran, yakni “menghibur, mendidik, dan mewartakan”. Patut diperntanyakan sebelumnya kepada siapa penyiaran itu ditujukan. Pada tahapan ini pengelola stasiun radio menyadari bahwa dia mengerjakan sesuatu yang mempunyai dampak khusus pada masyarakat. 27 25 Andrew Boyd, “Journalism of Radio and TV News”, New York Press, 3rd Ed, 1999, h.19. 26 Dodi, Modul Penyiaran Kantor Berita Radio 68H, Jakarta: Pystaka Amani, h. 2. 27 Howard Gough, “Planing, Producing The Radio Programme”, IIBD, Asia-Pasific Institute for Broadcasting Development, Kuala Lumpur-Malaysia, 1999, h.1

C. Pengertian Dakwah