Biaya Produksi Penerimaan, Biaya Produksi, Pendapatan dan Pengeluaran Rumah

produksi. Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya. Menurut Hastuti dan Rahim 2007 biaya penyusutan merupakan bagian dari biaya tetap. Hal ini dikarenakan biaya penyusutan tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi komoditas pertanian. Salah satu cara perhitungan biaya penyusutan sebuah mesin atau alat produksi adalah dengan menggunakan metode penyusutan dengan persentase tetap dari harga beli, dan unsur-unsur yang harus diketahui adalah Bambang dan Kartosapoetra, 1988 : 1. Harga beli alat produksi 2. Perkiraan umur ekonomis dari alat tersebut 3. Perkiraan nilai sisa atau alat itu setelah umur ekonomisnya berakhir Dalam usahatani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya yang dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk pembelian input produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan. Dalam usaha peternakan antara lain untuk biaya penggembalaan, biaya pemeliharaan pakan, biaya pemeliharaan kandang, dan jenis upah kegiatan lainnya Soekartawi, 2002.

3. Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga

Pendapatan dan pengeluaran dalam rumah tangga merupakan hal yang penting dalam kehidupan berumah tangga, baik rumah tangga petani ataupun bukan rumah tangga petani. Khusus rumah tangga petani yang biasanya hidup di pedesaan untuk pemenuhan kebutuhan diperlukan pendapatan, baik dari pekerjaan pokok sebagai petani maupun pekerjaan sampingan dari anggota keluarga yang bekerja. Besarnya pengeluaran dari hasil pendapatan ditentukan oleh konsumsi pangannon pangan Hastuti dan Rahim, 2007. Menurut Supardi 2002 pendapatan rumah tangga di pedesaan pinggiran hutan berasal dari lahan usahatani sendiri, menyewa, memelihara ternak, menebang kayu, buruh tani maupun bekerja di luar sektor kehutanan. Kemudian ditinjau dari besar-kecilnya pendapatan rumah tangga dipengaruhi oleh faktor ekonomi maupun sosialkependudukan dari anggota rumah tangga. Menurut Soekartawi 2002 pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan kotor usaha tani gross farm income adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pendapatan kotor usahatani merupakan ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Sedangkan pengeluaran total usahatani total farm expenses adalah nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan didalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani Soekartawi dkk, 1986. Dalam menaksir pendapatan kotor, semua komponen produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar. Produk tersebut dihitung dengan cara mengalikan produksi dengan harga pasar. Perhitungan pendapatan kotor harus juga mencakup semua perubahan nilai tanaman di lapangan antara permulaan dan akhir tahun produksi. Perubahan semacam itu sangat penting terutama untuk tanaman tahunan. Meskipun demikian, maka pada umumnya perubahan ini diabaikan karena penilaiannya sangat sukar Soekartawi dkk, 1986. Menurut Hernanto 1988, cara untuk menghitung pendapatan usahatani yaitu dengan menjumlahkan total pendapatan dari berbagai sumber, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani adalah: a Luas lahan usaha meliputi areal tanaman, dan luas pertanaman. Sedangkan pada peternakan dikenal jumlah ternak per usahatani dan jumlah ternak produktif per usahatani b Tingkat produksi, ukuran-ukuran tingkat produktifitas per hektar dan indeks pertanaman c Pilihan dan kombinasi cabang usaha d Intensitas pengusahaan pertanaman e Efisiensi tenaga kerja Pendapatan usahatani digunakan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan diluar kebutuhan rumah tangga. Besarnya pengeluaran rumah tangga petani dipengaruhi oleh besarnya pendapatan. Menurut Supardi

Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI HUTAN RAKYAT TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

1 12 15

Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor (Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Leuwiliang dan Kecamatan Nanggung)

0 22 80

Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Kasus di Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur)

0 19 97

Keanekaragaman hayati hutan kemasyarakatan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan gizi rumah tangga di Kabupaten Lampung Barat

0 5 5

Prospek Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor (Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Nanggung)

1 15 96

Persepsi Petani Terhadap Pola Pengelolaan Hutan Rakyat dan Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Kasus di Kecamatan Cimalaka dan Conggeang Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat)

1 10 205

Analisis Finansial dan Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Petani (di Desa Pasir Madang, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

2 48 142

Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Usaha Tani di Desa Bayasari, Kecamatan Jatinagara, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

0 6 47

SERTIFIKASI HUTAN RAKYAT (Studi Evaluasi Dampak Sertifikasi Hutan Rakyat Terhadap Petani Hutan Rakyat di Kelurahan Selopuro Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah).

0 0 20

KEANEKARAGAMAN HAYATI HUTAN KEMASYARAKATAN UNTUK MENDUKUNG PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

0 0 5