Dalam menaksir pendapatan kotor, semua komponen produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar. Produk tersebut dihitung
dengan cara mengalikan produksi dengan harga pasar. Perhitungan pendapatan kotor harus juga mencakup semua perubahan nilai tanaman di
lapangan antara permulaan dan akhir tahun produksi. Perubahan semacam itu sangat penting terutama untuk tanaman tahunan. Meskipun
demikian, maka pada umumnya perubahan ini diabaikan karena penilaiannya sangat sukar Soekartawi dkk, 1986.
Menurut Hernanto 1988, cara untuk menghitung pendapatan usahatani
yaitu dengan menjumlahkan total pendapatan dari berbagai sumber, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
adalah: a
Luas lahan usaha meliputi areal tanaman, dan luas pertanaman. Sedangkan pada peternakan dikenal jumlah ternak per usahatani dan
jumlah ternak produktif per usahatani b
Tingkat produksi, ukuran-ukuran tingkat produktifitas per hektar dan indeks pertanaman
c Pilihan dan kombinasi cabang usaha
d Intensitas pengusahaan pertanaman
e Efisiensi tenaga kerja
Pendapatan usahatani digunakan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan diluar kebutuhan rumah tangga. Besarnya pengeluaran rumah
tangga petani dipengaruhi oleh besarnya pendapatan. Menurut Supardi
2002 pola pengeluaran rumah tangga untuk pangan dan non pangan bervariasi menurut kondisi lahan pertanian yang ada.
D. Kontribusi Hasil Hutan Terhadap Pendapatan Masyarakat
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Kaskoyo 2009 di Desa Bumi Arum Kecamatan Pringsewu mengenai Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap
Pendapatan Masyarakat diketahui bahwa kontribusi pendapatan dari hutan rakyat di Desa Arum mencapai 23,39. Kontribusi hutan rakyat relatif lebih
kecil jika dibandingkan dengan usaha tani tanaman pangan yang terdiri dari padi, kacang panjang, jagung, dan cabe yaitu sebesar 27,36 Kaskoyo,
2009.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wulandari 2008 mengenai Kontribusi Repong Damar Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Hidup Petani
Damar Di Desa Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Lampung Barat masyarakat di Desa Pahmungan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
dari repong damar. Rata-rata total pendapatan rumah tangga yang diperoleh di Desa Pahmungan sebesar Rp 11.978.548,17thn dengan rata-rata luas lahan
yang dikelola seluas 1,75 ha. Kontribusi yang diberikan repong damar terhadap pemenuhan kebutuhan hidup petani repong damar sebesar 51,64.
Angka ini mengalami penurunan dibandingkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Widiarti 2006 pada lokasi yang sama, kontribusi yang
diperoleh yaitu sebesar 57,28.
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di hutan marga Pematang Bakhu dan hutan rakyat di Pekon Sukarame dan Pekon Bedudu Kecamatan Belalau serta Pekon
Bakhu Kecamatan Batu Ketulis pada bulan Maret sampai dengan April 2011.
B. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah petani yang mengelola lahan pada hutan marga dan hutan rakyat di Pekon Sukarame dan Bedudu Kecamatan Belalau serta Pekon
Bakhu di Kecamatan Batu Ketulis Kabupaten Lampung Barat.
C. Batasan Penelitian
1 Hutan marga adalah wilayah hutan yang kepemilikan lahannya dikuasai
oleh marga atau masyarakat dan bukan merupakan kawasan hutan negara, serta status kepemilikan hutan dimiliki oleh adat yang merupakan warisan
secara turun-temurun oleh leluhur, untuk dimanfaatkan secara lestari oleh
generasi penerusnya.
2 Hutan rakyat adalah hutan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh
masyarakat dan merupakan lahan hak individuperseorangan atau keluarga, dan bukan lahan yang dikuasai oleh negara yang didominasi
oleh tanaman kayu.