4.1.3 Proses pengumpulan data
Peneliti melakukan wawancara pertama kali kepada informan 1 pada tanggal 1 April 2015, tidak banyak hambatan yang peneliti dapat untuk menentukan jadwal yang
tepat antara kegiatan informan 1 dengan kegiatan peneliti, proses wawancara juga berjalan lumayan lancar, begitu juga dengan informan 2 yang dilakukan 6 hari setelahnya yaitu
pada tanggal 7 April 2015, informan 3 peneliti wawancara pada tanggal 18 April 2015, peneliti sedikit menemukan kesulitan pada saat menentukan jadwal wawancara dengan
informan 3 dikarenakan informan tersebut mempunyai aktivitas yang padat di banding informan 1 dan 2. Peneliti mewawancari informan 4 pada tanggal 20 April 2015, dan
informan 5 pada tanggal 25 April 2015.
4.2 Hasil Penelitian
Pada dasarnya perkembangan seni jalanan di kota Medan tidak lepas dari pergerakan anak muda yang dinamis dan dukungan dari beberapa masyarakat setempat. Jl.
Adam Malaik adalah salah satu base camp para senimana jalanan di kota Medan yang kebanyakan masyarakatnya mendukung pergerakan seniman tersebut, banyaknya seniman
yang berkumpul saling bertukar informasi di tempat tersebut sehingga semakin mengukuhkan dan memperbesar jaringan seniman jalanan..
Di samping itu, dalam pembuatan karya seni, seorang seniman tidak pernah melepaskan alter ego dirinya. Ada kerisihan yang sebenarnya tersimpan dalam diri mereka
masing-masing, tidak sedikit yang memandang mereka hanyalah kaum-kaum vandalis modern, sehingga melahirkan perdebatan yang panjang. Kerisihan ini terjadi dikarenakan
tidak sedikit para seniman ditanya oleh masyarakat apakah merekalah yang melakukan kegiatan vandalisme di dinding, ataupun tempat publik lainnya dan seniman itu sendiri
harus berbohong dengan cara mengatakan bahwa vandalisme berbeda dengan seni jalanan yang mereka lakukan.
Seniman tidak menepis bahwa dirinya tidak melakukan kegiatan vandalisme, karena jika ditelaah jauh kebelakang karya seni jalanan berasal dari coretan-coretan liar
yang dibuat oleh seniman dahulu. Coretan liat ini dibuat karena seniman dulu ingin mengekspresikan kekecawaan mereka terhadapa museum-museum seni yang karya
seninya hanya bisa dinikmati oleh para kaum berada pada saat itu. Karena seniman adalah sebagian kelompok kecil dalam masyarakat, sehingga memungkinkan mereka mempunya
istilah-istilah bahasa tersendiri yang membedakan mereka dengan masyarakat umum, adapun lambang-lambang komunikasi tersebut sebagai berikut :
4.2.1 Proses Pengekspresian Isi Hati Para Seniman Jalanan Melalui Kegiatan Seni Jalanan di Jl. Adam Malik
a. Awal Mengenal Seni Jalanan
Sebagian informan mengaku mereka mengenal seni jalanan merupakan satu istilah yang cukup familiar dikenal sejak lama, sebab media ekspresi seni jalanan
Universitas Sumatera Utara
berada di ruang publik, sehingga masyarakat umum dapat melihat dan mengenali hasil dari kegiatan seni jalanan.
Menurut SmaneTwo, dia mengenal seni seni jalanan sejak duduk di bangku SD. Ketertarikannya tersebut sehingga membawa dirinya terjun menjadi seorang
seniman jalanan ketika duduk di bangku kelas 2 SMP. Begitu pun dengan Soul14, dan Kombet, yang menurut mereka adanya ketertarikan diri untuk terjun kedunia
seni jalanan. Ada yang mengenalkan mereka dengan seni jalanan tersebut, baik dari individu lain dalam hal ini seniman jalanan, maupun dari muatan informasi yang
berkembang.
Seperti yang diungkapakn oleh SmanTwo : “Aku pernah pertama tahu seni jalanan itu bang pas aku masih SD, kelas
berapa lupa aku. Keren-keren sih waktu aku ngeliat, baru itu coba gambar-gambar di kertas barulah aku buat di dinding. Karya pertama aku itu kalau ga salah pas aku
kelas 2 SMP.” Beragam awal mula para informan mengenal kesenian jalanan, ada yang sejak
duduk di bangku sekolah, kuliah, dan ada pula yang mengenalnya melalui media- media visual.
b. Alasan Ketertarikan Terhadap Seni Jalanan
Menurut Kombet, seni jalanan merupakan hal unik yang menggambarkan kebebasan dalam berekspresi, sebagai media untuk mengekspresikan ide, pikiran,
padangan , dan ego diri. Hal tersebut yang membawa mereka untuk terjun menjadi bomber, selain hasrat jiwa muda yang penuh dengan tantangan dan hal yang baru,
graffiti pun memberikan kepuasan tersendiri kepada pembuatnya, sehingga memacu diri untuk berkarya dan berbuat lebih baik.
Para seniman mengaku mereka tertarik untuk terlibat dalam kegiatan seni jalanan karena ada satu nilai hasil kepuasan tersendiri dalam melakuakan kegiatan
street art. Disamping itu pula para seniman termotivasi untuk bersaing secara sehat dengan para seniman yang lainnya, dengan membuat karya.
Seperti yang dikatan Soul14 : “Saya tertarik dengan seni ini karena saya bisa eksis, bisa berekspresi, bisa
menambah teman, menambah pengetahuan, pokoknya banyak sekali manfaat yang didapat melalui seni jalanan ini. Dengan seni ini juga kita bisa menyindir para pakar
hukum, jadi secara tidak langsung aku bisa menyampaikan aspirasi terhadap pemerintah”.
Hal tersebut berkaitan dengan bagian dari interaksi simbolik yaitu self, dimana ketertarikan terhadap seni graffiti ini hanya ada pada dorongan dan keinginan dirinya
masing-masing, tidak memaksa juga tidak dipaksakan. Dalam konsep diri ini, teori
Universitas Sumatera Utara
interaksi simbolik menekankan pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya. Konsep
diri ini memiliki dua asumsi tambahan menurut LaRossan Reitzes antara lain individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain,
dan konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku. Dalam hal ini para seniman menjadi komunikator dalam menyampaikan pesan yang adalah karya seni
terhadapa masyarakat. Self juga berarti menemukan diri sendiri, yang mengartikan bahwa setiap
bomber telah menemukan tempatnya untuk mengeksplorasi diri, pandangan dan pikirian mereka yang di aplikasikan dalam sebuah karya graffiti, dan terorganisir
oleh kelompok masing-masing sehingga lebih mengukuhkan bahwa dunia mereka itu ada.
c. Seni Jalanan Sebagai Satu Bentuk Pengekspresian Isi Hati Secara Non Verbal dan
Verbal Seni jalanan merupakan seni yang menggunakan simbolik, dimana seni ini
mengandung komunikasi pada masyarakat. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Litlejohn bahwa interaksi simbolik mengandung inti dasar premis
tentang komunikasi dan masyarakat core of common premises about communication and society. Littlejohn, 1996:159. Perspektif interaksi simbolik memandang
bahwa individu bersifat aktif, reflektif, dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. Paham ini menolak gagasan bahwa
individu adalah organisme pasif yang perilakunya ditentukan oleh kekuatan- kekuatan atau struktur di luar dirinya
Seperti yang diungkapkan oleh Soul14 : “Simple aja sih sebenarnya bro, seni jalanan itu bisa jadi alternative yang
efektif untuk seniman dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat ataupun instansi pemerintah.”
Seni jalanan ini merupakan suatu interaksi simbolik yang tepat dalam berkomunikasi, karena dalam seni jalanan ini konsep-konsep yang ada pada interaksi
simbolik dapat terpenuhi. Diantaranya adalah mind dimana para bomber dituntut untuk berfikir akan bentuk karya yang akan dibuat, self dimana para bomber dapat
mengekspresikan dirinya dalam bentuk gambar dan tulisan, dan society dimana para bomber dituntut untuk memberikan pesan melalui gambaran agar dapat dipahami
dan diterima oleh masyarakat luas.
Universitas Sumatera Utara
Seperti yang dikatakan oleh Kombet : “Ide yang muncul sebelum aku gambar itu banyak mengandung pesan yang
mau aku katakana sama seniman lain yang hanya pengen eksis kalau terjun di dalam dunia seni jalanan. Mereka hanya berniat seni jalanan itu menjadi kegiatan yang
legal, tapi menurutku seni jalanan ga bisa dan bisa dibilang ga boleh dijadikan kegiatan legal. Alasannya sederhana aja bro, kalau jadi legal semua orang, mau itu
seniman atau tidak, bisa gambar dimana aja dan tidak menutup kemungkinan mereka bakalan
gambar yang tidak ada nilai seninya sama sekali.”
Gambar 4.1 Salah satu karya Kombet yang ingin menyindir seniman “aspal”
sumber : pribadi
d. Seni Jalanan Sebagai Ekspresi Idealisme Seniman Jalanan
Menurut para seniman, seni jalanan merupakan media komunikasi yang sudah tepat karena bisa menjadi media alternatif bagi seniman dalam menunjukan karya
mereka, karena seni jalanan di buat di ruang publik, sehingga mempunyai muatan pesan yang hendak dikomunikasikan kepada masyarakat umum. Selain itu, melalui
seni jalanan juga masyarakat lebih mudah memahami arti pesannya, karena didukung oleh gambar yang menarik serta sedikit tulisan.
Seperti yang diungkapkan SmaneTwo : “Pastilah bang ada idealisme yang aku buat tiap kali aku gambar, asal kata
idealisme itu kan ide toh, dan karya seni itu lahir dari ide.” Berdasarkan hasil wawancara tersebut, karya street art memang
mencerminkan idealisme para seniman, karena dalam setiap pembuatan karya graffiti akan mencermikan alter ego dari seniman tersebut, ketika sang bomber
telah lama terjun di dunia seni jalanan maka mereka akan menemukan bentuk originalitas karyanya yang mencermikan dirinya.
Terkait apakah seni jalanan merupakan alat propaganda atau tidak hal tersebut sah-sah saja, karena setiap seniman memiliki idealisme masing
–masing,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan kelompok lainnya hanya menampung gaya coretan yang dianut di dinding kota. Persepsi dan pemahaman terhadap hasil karya seni pada tingkat
kebermaknaannya yang tinggi dapat dicapai melalui idealisme dan pemikiran yang tajam dan mendalam, akan tetapi dalam komunitasnya para seniman saling
menghargai satu dengan lainnya.
Idealisme yang dituangkan oleh seniman dalam bentuk karya seni bukan hanya sebagai bagian dari keinginan mereka untuk dilihat masyarakat, melainkan
ada pesan yang ingin mereka sampaikan kepada masyarakat yang mana para seniman ingin menyampaikan kritik ataupun saran kepada lingkungan sekitar,
pemerintahan, BUMN, ataupun instansi-instansi pemerintah lainnnya yang menurut para seniman pantas untuk dikritik.
Seperti yang diungkapkan oleh Kombet : “Setiap kali aku gambar itu, ada alasan yang pengen aku tuangkan di
karyaku bro. Banyak hasil karyaku itu aku buat untuk mengkritik masyarakat sekitar yang fokus sama dirinya sendiri.
”
Gambar 4.2
Hasil karya Kombet berjudul “Illuminati Society” sumber : pribadi
Idealisme para bomber merupakan konsep interaksi simbolik pada self, dimana idealisme para bomber ini dituntut untuk memiliki rasa totalitas serta
originalitas bentuk ekspresi diri para bomber tersebut agar dapat dihargai serta dimengerti dan dinikmati oleh masyarakat umum.
Alasan para informan memilih Jl. Adam Malik sebagai kanvas mereka dalam menyampaikan aspirasi dikarenakan wilayah adalah salah satu wilayah
tersibuk dan banyak dilewati oleh pemakai jalan baik itu pemakai kendaraan bermotor ataupun para pejalan kaki. Para seniman menganggap tempat itu sangat
sempurna atau sering disebut Heaven Spot bagi para seniman untuk menyampaikan
isi hati mereka kepada masyarakat ataupun instansi pemerintahan. Selain menyampaikan isi hati mereka, para seniman tidak selamanya
membuat karya seni yang mengandung pesan. Sering kali mereka hanya membuat karya seni untuk kepuasan batin semata. Menurut mereka setiap kali hasil karya
mereka selesai, ada rasa yang tidak bisa dijelaskan dan hanya dimengerti oleh para
Universitas Sumatera Utara
seniman saja. Kepuasan hati menurut mereka tidak bisa diukur dengan indikator apapun. Banyak masyarakat yang masih menganggap kegiatan ini hanya mennyia-
nyiakan waktu dan uang mereka.
Seperti yang dikatan Soul 14 : “Emang bener masih banyak kali orang sini yang sering nganggap kegiatan
ini cuma bisa ngabisin uang aja. Tapi mereka ga tahu kalau kepuasan hati itu ga bisa disamakan dengan menghamburkan uang.”
e. Karya Seni Yang Sering Dibuat di Jalanan
Bentuk yang sering dilihat dijalan pun sangat variatif, karena seni jalanan mempunya sub-sub karya tersendiri, hal tersebut berkaitan dengan kenyamanan
senimana itu sendiri dalam menghasilkan karyanya. Karena banyaknya model seni jalanan yang berkembang seperti, mural, graffiti, tagging, buble style, wildstyle,
triball, dan masih banyak lagi, semakin sulit tingkatan tersebut, semakin
menandakan tingkat kreatifitas seniman itu sendiri. Tagging adalah salah bentuk dari karya seni jalanan yang paling simple dan
dianggap sudah ketinggalan zaman, tapi bentuk karya seperti inilah yang sering digunakan oleh junior dalam mengekpresikan diri, ide, dan pikirannya, karena
bentuk karya seni seperti ini yang paling mudah dibuat. Dengan bentuk tagging, maka seniman dapat menunjukkan identitasnya di depan para seniman lain atau
masyarakat umum.
Akan tetapi, tagging ini dibuat sedemikian rupa dengan model yang rumit, istilah dalam street art sendiri disebut dengan piece. Piece disini berupa tulisan
dengan kerumitan tingkat tinggi, banyak ditemui di jalanan bentuk-bentuk piece dari para seniman di kota Medan khususnya di Jl. Adam Malik. Karena piece tersebut
dapat dimodifikasi sedemikian rupa dengan sentuhan-sentuhan wildstyle, bubble style, 3D, dan bentuk street art lainnya. Selain piece, para informan juga sering
menciptakan karyanya berupa gambar-gambar yang menarik serta lucu, beragam tema yang disuguhkan oleh para bomber yang dilukiskan melalui gambar, bentuk
seperti ini dikenal dengan bentuk character.
Setiap hasil karya para seniman dengan jenis seni jalanan apapun, para seniman tetap tidak lupa memasukkan tag nya, hal ini bertujuan agar seniman lain
atau masyarakat umum tahu siapa yang membuat karya tersebut. Biasanya para seniman terlebih dahulu berdiskusi mengenai tema yang akan dibuat, apakah bertema
lingkungan, pemerintah, kesehatan, dan sebagainya.
Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Blumer
mengintegrasikan gagasan-gagasan tentang interaksi simbolik lewat tulisannya, terutama pada tahun 1950-an dan 1960-an, diperkaya dengan gagasan-gagasan dari
John Dewey, Wiliam I.Thomas dan Charles H. Cooley Mulyana, 2001: 68. Dari pandangan teori interaksi simbolik tersebut, dapat dilihat bahwa interaksi
simbolik adalah proses interaksi yang menggunakan lambang-lambang komunikasi seperi gambar dan tulisan sebagai media interaksinya. Sementara itu street art adalah
Universitas Sumatera Utara
sebuah media penyampaian ide kreatif sekelompok artist, dengan maksud untuk menyampaikan pesan kritis, pandangan, maupun sekedar berekspresi, dan seniman
menggunakan komunikasi non verbal dan verbal yang berupa gambar dan tulisan yang di modifikasi sedemikian rupa sehingga mempunyai nilai lebih dari sekedar
penyampain pesan biasa, yaitu nilai seni.
Seperti yang dicatat oleh Douglas 1970 dalam Ardianto 2007: 136 bahwa interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal
dari pikiran manusia Mind mengenai diri Self, dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi
makna di tengah masyarakat Society dimana individu tersebut menetap.
Hal ini pula berkaitan dengan pembentukan karya seni, seperti Mind yaitu pikiran, sebelum membuat karya seni seorang bomber akan menuangkan ide dan
pikirannya melalui sebuah black book yaitu buku tempat para seniman menuangkan sketsa sebelum dibuat dalam media dinding, papan, ataupun yang lainnya. Self atau
mengenai diri, setelah seorang seniman membuat sketsa dalam black book, maka para seniman akan membuat karya tersebut di dinding jalanan sehingga
menimbulkan suatu pencitraan ekspresi diri, society atau masyarakat, karena street art dibuat melalui media public space, maka karya tersebut akan langsung dapat
dilihat oleh masyarakat umum.
4.2.2 Kendala Ketika Ingin Membuat Karya Seni di Dinding Kosong ataupun Rumah Masyrakat Setempat
a. Adakah Kesalahpahaman Antara Seniman dengan Masyarakat Terkait Pembuatan
Karya Seni Jalanan Dalam Proses Memaknainya
Street artist identik dengan tiap-tiap kelompok, pada awal mulanya kemunculan street art modern, seni jalanan dijadikan sebagai tanda kelompok-
kelompok tertentu. Di Amerika, pada awal mulanya street art di kenal sebagai seni identitas untuk membedakan tiap anggota geng yang di bagi menjadi dua bagian,
West Coast atau East Coast.
Seni jalanan dijadikan sebagai sarana untuk menandai wilayah kekuasaan melalui tagging yang dibuat di dinding-dinding kota. Karena kelompok ataupun
individu tertentu yang salah memaknai seni jalanan dan yang akhirnya cara pengekspresiannya juga salah, masih sangat banyak masyarakat awam yang
mempunyai pandangan negatif dan sering terjadi kesalahpahaman antara masyarakat
dan seniman. Seperti yang diungkapkan oleh Kombet :
“Masyarakat ga udah ditanya lagi. Kalau diibaratkan pertanyaan itu seperti menanyakan mobil yang kalau jatuh dari lantai 10 bakalan rusak atau ga
.” Adanya kesalahpahaman dalam pemaknaan pesan seni graffiti ini dengan
masyarakat berkaitan dengan proses komunikasi, dimana tahapan proses komunikasi tersebut diantaranya adalah:
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan konteks komunikasi, dalam hal ini yang merupakan lingkungan komunikasinya adalah tempat dimana seni jalanan itu dibuat,
apakah mendapat izin atau tidak dari pemerintah atau warga setempat. Sender, pihak yang menjadi sender adalah para seniman yang akan
mengirim pesan mereka melalui karya seni. Encoding, terlebih dahulu bomber telah mempunyai ide untuk dituangkan
menjadi karya seni, kemudian bomber menungkannya dalam lambang dengan bentuk karya seni. Encoding dalam pelaksanaan street art ini
terbentuk dari ide-ide kreatif dan orisinil para seniman tersebut. Message, lambang komunikasi melalui seni jalanan ini merupakan suatu
pesan yang ingin disampaikan para seniman kepada khalayak umum, para seniman memberikan pesan mengenai sosial, humum, politik, budaya,
lingkungan, ataupun ekspresi dirinya sendiri. Media, yang menjadi media atau saluran komunikasi yang digunakan para
seniman biasanya adalah public space yaitu dinding-dinding di jalan. Decoding, tahap ini adalah kelanjutan dari tahap encoding, dimana setelah
mendapat ide kreatifnya, bomber sendiri yang menentukan bentuk dari karya tersebut, apakah akan berbentuk tulisan atau gambar. Sebelum seniman
menjadikan hasil encoding-nya atau idenya sebagai suatu karya seni, seniman harus dapat mengetahui karakter wilayah yang akan digunakan sebagai space
dalam membuat karya seni, karena setiap lingkungan mempunyai penilaian yang berbeda. Inilah yang disebut pengkodean kembali dekoding dari pesan
yang dikirim dan tentu saja tidak akan lepas dari adanya keterbatasan penafsiran pesan. Pada tahap inilah akan menimbulkan distorsi bahkan makna
yang berlainan sama sekali. Distorsi atau erat dengan istilah ini adalah noise atau gangguan seringkali semakin sulit diatasi karena terjadi oleh perbedaan
persepsi dalam mengartikan suatu pesan yang berupa graffiti ini kepada masyarakat.
Reciever, yang termasuk pada tahap ini adalah para penerima pesan, baik dari pihak komunitas bomber maupun dari masyarakat sekitar.
Response, pada tahap ini berbagai tanggapan akan diterima oleh seniman, tergantung dari penerimaan pesannya. Tanggapan yang didapat bisa bersifat
Universitas Sumatera Utara
positif dan negatif, itu semua tergantung dari pemahaman masyarakat atas bentuk pesan seniman melalui hasil karya seninya.
Feedback, umpan balik disini terjadi setelah para penerima pesan yakni dalam hal ini adalah masyarakat mengartikan bentuk pesan tersebut. Umpan
balik yang diberikan masyarakat awam kepada seniman seringnya bersifat negatif, hal ini dikarenakan adanya masyarakat yang masih menganggap
bahwa seni jalanan ini hanya akan merusak keindahan kota dengan coretan- coretan yang dianggapnya tidak dapat dipahami.
Noise, komponen ini merupakan komponen yang dapat merintangi pesan. Dalam hal ini gangguan yang terdapat pada para seniman pihak-pihak yang
tidak memberikan tanggapan positif terhadap karya seni ini. Para seniman tidak mempunyai public space dalam menuangkan karya seninya, serta
para seniman dinilai sebagai bentuk kejahatan dengan mengotori jalanan. Selain itu, gangguan keamanan tidak jarang menjadi sebuah ancaman untuk
para seniman yang melakukan kegiatannya pada malam hari, kejahatan yang dilakukan oleh geng motor kerap menjadi gangguan serta penghambat
para seniman untuk menuangkan hasil karyanya. b.
Kendala Yang Harus Dihadapi Dalam Kegiatan Seni Jalanan Seni jalanan merupakan satu bentuk kegiatan yang terjadi di ruang publik yang
terbuka, selain itu juga seni jalanan mensyaratkan adanya pengalihan perhatian bagi yang melihatnya, mengapa tidak. Guratan-guratan coretan yang biasanya didominasi
oleh gradasi warna-warna yang cerah bisa seketika mengalihkan pandangan mata.
Terlepas dari hal tadi, seni jalanan tentunya tidak sepenuhnya bisa diterima masyarakat luas atau bisa diapresiasi sebagai satu hal yang positif oleh khalayak
pada umumnya. Pada realitasnya para pelaku seni jalanan, sering menganggap kendala yang paling besar adalah dari pemerintah daerah sendiri dan tentunya dari
orang yang memilki tembok dinding. Hambatan tersebut merupakan hambatan komunikasi dari segi psikologis.
Soul14 mengungkapkan : “Kalau ga dapat ijin dari orang yang punya, palingan cari tempat lain lah.
Kalau ditempat lain itu ga dikasih juga, mau ga mau harus curi-curi tempat. Kalau ketangkap, mau diapain lagi, namanya juga resiko.”
Berdasarkan hasil wawancara, tidaklah mudah dalam melaksanakan kegiatan street art ini. Adapun hambatan lain dari segi hambatan fisik adalah biaya yang
dirasakan lumayan berat untuk seorang seniman untuk membeli perlengkapan tersebut, karena peralatan seni ini memang cukup mahal. Beberapa alat utama dalam
pembuatan karya seni ini adalah spray paint, cat minyak, dan cat poster. Spray paint
Universitas Sumatera Utara
ataupun cat semprot sendiri adalah perlengkapan yang cukup banyak memakan biaya dan yang paling sering digunakan oleh para seniman untuk melakukan kegiatan ini.
Para seniman pasti tidak asing lagi dengan yang namanya Pylox untuk alat lokalnya, sedangkan untuk merek import spray paint berlabel Montana dan
Molotow. Untuk harga satu kaleng Pylox, seorang seniman harus mengeluarkan biaya sebesar Rp. 20.000
– Rp 25.000 dan Rp. 95.000 – 150.000 untuk satu kalengnya jika seorang seniman ingin membeli spray paint bermerek Montana atau
Molotow. Selain spray paint, para seniman pun harus memiliki berbagai caps alatnya.
Caps dapat dikategorikan sebagai salah satu alat seni jalanan yang murah, karena dapat dibeli dengan harga Rp. 7000
– Rp. 10.000 untuk satu caps. Dan seniman bisa membelinya lebih murah dengan cara membeli banyak ataupun sistem paket yang
telah ditentukan oleh penjual alat-alat street art. Selain karena harganya yang terjangkau, caps bisa dipakai 3-4 tahun jika perawatan yang dilakukan benar dan
tepat. Berbagai jenis caps mempunyai fungsi masing masing. Berikut beberapa jenis caps yang banyak digunakan oleh para bomber beserta fungsi-fungsinya:
a
Black Micro adalah sebuah cap yang berwarna full black. Black Micro
menghasilkan garis yang berjenis very-thin line dengan pinggiran tegas dan kepekatan yang sedang. Cap ini cocok untuk membuat outline.
b
Silver Super Fat merupakan salah satu cap paling serba guna yang
pernah dibuat. Cap ini menghasilkan garis yang paling lebar dibandingkan cap lain, ditambah pinggiran yang tegas. Dengan menggunakan teknik
tertentu yaitu menyemprotkan spray dengan jarak sangat dekat dengan permukaan gambar, cap ini bisa menghasilkan garis yang tipis.
c
Needle Cap bukanlah cap terbaik yang bisa dimiliki. Butuh keahlian
sangat tinggi untuk menggunakannya. Cap ini bisa menghasilkan garis ultra-ultra-thin line dari mulutnya yang sempit. Namun karena mulutnya
itu juga, cat yang disemprotkan terfokus pada satu titik dan akibatnya kepekatan catnya akan sangat tinggi, jika tidak digunakan dengan tepat,
bisa banyak menghasilkan dripping dan splatter marks. d
Grey Dot adalah seri pertama dari dot-colored caps. Ini adalah penghasil
garis tertipis kedua setelah needle cap. Jika dibandingkan dengan Black Micro, ketebalan garisnya sama, namun kepekatan yang dihasilkan lebih
ringan. Cocok untuk penekanan bagian tertentu pada graffiti. e
Black Dot nyaris sepenuhnya sama dengan grey dot, hanya saja garis
yang dihasilkan oleh black dot sedikit lebih lebar.
Universitas Sumatera Utara
Mahalnya biaya peralatan untuk membuat karya seni ini sangat terasa bagi seniman-seniman baru. Tidak bisa dipungkiri harga-harga peralatan seni ini untuk
kebanyakan masyarakat masih dianggap sangat mahal. Seniman harus mengeluarkan uang minimal Rp. 150.000 untuk bisa membuat satu karya seni dan paling mahal bisa
mencapai Rp. 2.000.000 untuk satu karya seni. Seperti yang diungkapkan SmaneTwo :
“Ya waktu pertama kali memang berat kali bang. Dan pas pula waktu itu aku masih kelas 2 SMP. Abang bayangin aja duit darimana anak kelas 2 SMP bisa nyari.
Satu-satunya jalan yang nabung dari uang jajanlah bang. Aku paling banyak keluarin uang itu kalau ga salah hampir 1,5 juta untuk satu gambar aja.”
Selain karena mahalnya biaya peralatan, hambatan lainnya pun datang dari luar, karena seni jalanan ada yang dibuat di jalanan pada malam hari, sehingga sangat rawan
perampokan, dan penangkapan oleh pihak berwenang jika tidak memiliki ijin.
4.2.3 Sikap Masyarakat Dalam Memaknai Seni Jalanan
a. Response dan Feedback Masyarakat Terhadap Hasil Karya Seni
Sebagai sebuah karya seni, street art dapat dikatakan sebagai salah satu seni yang kontroversial atau seni yang menimbulkan pro-kontra. Karena didalam ruang
lingkup seni jalanan itu dibuat, ternyata masih banyak pihak atau kalangan yang masih berpandangan bahwa tindakan seperti itu hanyalah berupa tindakan yang tidak
bertanggung jawab atau lebih tepatnya dapat dikatakan sebagai perwujudan dari aksi vandalisme. Ini semua tercermin dari sikap dan tindak lanjut masyarakat yang
melihat sisi negatif street art serta kurang pemahaman dan pengenalan graffiti itu sendiri secara formal.
Pada keadaan seperti ini masyarakat cenderung menolak adanya suatu komunitas yang dipandang dapat menimbulkan suatu perubahan. Menurut Frans
Riyanto Jomo dalam bukunya Membangun Masyarakat 1986 : 25 menyatakan bahwa :
“Masyarakat sering sekali menunjukkan sikap menentang dengan segala bentuk perubahan dan munculnya kegiatan-
kegiatan baru”. Ini terjadi karena adanya faktor ketakutan yang ada dalam benak masyarakat.
Adapun beberapa jenis ketakutan yang muncul, antara lain : 1.
Ketakutan, bahwa suatu perubahan-perubahan yang muncul akan menghilangkan dasar pengaruh yang telah ada sebelumnya.
2. Ketakutan akan kehilangan keseimbangan dalam kepribadian
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
3. Ketakutan akan menghadap resiko yang lebih besar.
4. Ketakutan akan bertambahnya tingkat kesulitan, dalam artian
merupakan suatu kelemahan yang akan membawa masyarakat kepada keadaan yang chaos.
Tetapi dilain sisi ternyata street artist juga berusaha untuk menyeimbangkan keadaan dan meminimalisasikan persepsi seni jalanan yang telah tercipta
sebelumnya dengan mulai masuk pada kehidupan masyarakat dengan cara-cara yang kreatif.
Tetapi diluar konteks vandalisme yang muncul pada sebuah seni jalanan ternyata para bomber pun memiliki keinginan akan adanya perubahan dalam
penyajian sebuah karya seni dengan mengaplikasikannya pada hal-hal yang lebih terlihat positif dan disesuaikan penempatan media dan style berdasarkan
segmentasinya. Contohnya pengaplikasian dalam bentuk sticker mobil, media iklan billboard dan berbagai macam bentuk lainnya. Serta tak jarang bagi mereka
mendapatkan materi yang bisa dikatakan cukup dari membuat sebuah graffiti.
b. Efek Karya Seni Yang Berpengaruh Terhadap Masyarakat
Visualisasi dari sebuah karya seni direncanakan dari bagaimana maksud yang ingin disampaikan pada awal pembuatannya. Wujud visualisasi sebuah karya seni
terlihat mulai memberikan pengaruh pada pemikiran sesorang ataupun bagi kalangan yang menikmatinya melalui tiap tema-tema yang ditampilkan. Mulai dari pesan yang
berupa motivasi, informasi hingga himbauan. Hal inilah yang membawa seni jalanan sebagai media alternatif yang dapat
memberikan atau merangsang ide maupun tindakan tertentu. Misalnya dalam mengkritik Perusahaan Listrik Negara PLN yang mana sering memadamkan listrik
rumah masyarakat.
Gambar 4.3 Karya di Jl. Adam Malik
sumber : pribadi
Universitas Sumatera Utara
Meskipun terkesan tidak terlalu efektif pada awal-awal penciptaannya, tetapi konsep seperti ini lama kelamaan akan membawa perubahan bagi kalangan yang
telah melihatnya. Karena dalam penyampaiannya yang bersifat pengulangan atau repetisi dan pengalaman melalui indera penglihatan kemudian akan diingat dan
muncul kembali di setiap tindakan yang menyangkut atau berkaitan dengan pesan yang disampaikan oleh visualisasi dari karya seni tersebut.
Seni jalanan menjadi salah satu alternatif yang dapat dijadikan sebagai faktor penyeimbang lingkungan ketika lingkungan kota tidak lagi memberikan kesegaran
bagi panca indera secara lengkap, namun dengan kehadiran seni jalanan, minimal mata sudah menjadi indera yang dapat menikmati keindahan kota yang dihiasi
dengan segala macam imajinasi yang tergambar dalam visualisasi graffiti yang tentunya sesuai dengan keadaan lingkungan tempat graffiti tersebut diciptakan.
Secara tidak langsung tampilan sebuah karya seni jalanan yang benar-benar digarap dari segi maksud, tujuan, teknik, pewarnaan, dan proses adopsi terhadap
budaya setempat akan dapat menimbulkan efek yang lebih positif.
4.3 Pembahasan