Pembahasan Komunikasi Seni Jalanan (Studi Analisis Unsur-unsur Komunikasi Seni Jalanan Oleh Komunitas Seniman Jalanan di Jalan Adam Malik, Medan)

Meskipun terkesan tidak terlalu efektif pada awal-awal penciptaannya, tetapi konsep seperti ini lama kelamaan akan membawa perubahan bagi kalangan yang telah melihatnya. Karena dalam penyampaiannya yang bersifat pengulangan atau repetisi dan pengalaman melalui indera penglihatan kemudian akan diingat dan muncul kembali di setiap tindakan yang menyangkut atau berkaitan dengan pesan yang disampaikan oleh visualisasi dari karya seni tersebut. Seni jalanan menjadi salah satu alternatif yang dapat dijadikan sebagai faktor penyeimbang lingkungan ketika lingkungan kota tidak lagi memberikan kesegaran bagi panca indera secara lengkap, namun dengan kehadiran seni jalanan, minimal mata sudah menjadi indera yang dapat menikmati keindahan kota yang dihiasi dengan segala macam imajinasi yang tergambar dalam visualisasi graffiti yang tentunya sesuai dengan keadaan lingkungan tempat graffiti tersebut diciptakan. Secara tidak langsung tampilan sebuah karya seni jalanan yang benar-benar digarap dari segi maksud, tujuan, teknik, pewarnaan, dan proses adopsi terhadap budaya setempat akan dapat menimbulkan efek yang lebih positif.

4.3 Pembahasan

Menurut para seniman, street art merupakan suatu bentuk komunikasi yang sudah tepat, dimana mereka bisa menyampaikan pesan, ide, pikiran, atau hanya mengekspresikan diri dan kelompoknya, yang tentu saja karya tersebut harus mempunya nilai, pertanggung jawaban, kuantiti dan bentuk originalitas dari seorang seniman maupun kelompoknya. Dari hasil pernyataan para informan yang telah diuraikan dan dijelaskan pada pembahasan sebelumnya maka dapat kita ketahui bahwa seni jalanan di kota Medan semakin menunjukan eksistensinya. Terbukti dengan banyaknya kelompok-kelompok street art yang semakin marak bermunculan di kota Medan. Juga dengan banyaknya ajang pergelaran street art yang diadakan baik tingkat lokal, nasional, dan internasional yang diikuti oleh para seniman jalanan dari kota Medan.

4.3.1 Proses Pengekspresian Isi Hati Para Seniman Jalanan Kepada Masyarakat Setempat

Komunitas seni jalanan adalah salah satu komunitas yang berkembang dan menjadi salah satu bagian dari masyarakat. Street art pada awalnya merupakan kebudayaan anak muda di kota-kota besar di dunia. Melalui komunitas inilah para seniman dapat menunjukkan bentuk ekspresi dirinya untuk mendapatkan penilaian serta perhatian baik dari lingkungan komunitasnya maupun dari lingkungan masyarakat. Selama berabad-abad sebelumnya, street art berfungsi untuk menandai keberadaan seseorang dan untuk mengungkapkan hal hal yang bersifat politis, seksual, intelektual, puisi tentang cinta, hingga hal-hal yang bersifat melawan kepada pemerintahan. Sebagian informan mengaku mereka mengenal street art merupakan satu istilah yang cukup familiar dikenal sejak lama, sebab media ekspresi street art berada di ruang publik, sehingga masyarakat umum dapat melihat dan mengenali hasil dari kegiatan street art. Universitas Sumatera Utara Seiring perkembangannya, street art telah menjadi karya seni di sudut-sudut kota. Semakin berkembangnya dunia seni jalanan, bermunculan juga seniman- seniman di seluruh dunia salah satunya di Indonesia. Meski banyak biaya yang dikeluarkan dan resiko yang harus ditempuh, para seniman tersebut tetap beraksi. Sementara itu, para seniman street art menentukan nasibnya sendiri, bereksplorasi lebih lanjut bergabung dengan komunitas-komunitas yang berbasis di jalan, atau melakukan kerja kreatif sendiri di studio, kemudian turun ke jalan dan berinteraksi dengan siapa saja, merespon lingkungan dan fasilitas apapun yang tersedia dengan tetap menggunakan ciri dan identitas independen atau memilih berkolaborasi dengan lembaga seni atau non seni dari manapun, tidak terkecuali pemerintah. Mereka berlatar belakang tak hanya pelukis otodidak, namun sedang mengenyam pendidikan formal di berbagai universitas, seperti USU, UMA, dan Universitas Harapan. Menerima pesanan pembuatan karya seni atau tetap berinisiatif sendiri dengan kelompoknya, memproduksi T-Shirt dan menjualnya di distro-distro, membuat ilustrasi buku dan komik atau memproduksi desain-desain merchandise sendiri sekaligus menjualnya. Mempraktikkan dan mengerjakan industri figurine, toys, sneaker dan desain-desain wardrobe serta untuk brand-brand produk retail tertentu. Sebuah karya seni jalanan dikatakan berhasil apabila karya seni tersebut mampu berinteraksi dengan lingkungan, peka terhadap kondisi sosial dan mampu menunjukkan karakter budaya setempat. Seperti contohnya berinteraksi dengan alam yaitu mampu memberi nilai estetika terhadap alam yang sudah ada dan menambah kenyamanan bagi masyarakat setempat serta menjadi identitas suatu masyarakat tertentu. Para seniman yang sebenarnya lebih tepat disebut sebagai seniman artistik tembok kota itu jelas memang jauh berbeda dengan pelaku seni jalanan yang hanya terkesan ingin mengikuti trend dalam hal ini lebih mengarah pada kalangan yang tidak mengerti bagaimana semestinya sebuah karya seni itu berlaku di media publik. Dalam penyampaian sebuah karya seni jalanan terkadang kalangan street artist meninjau masalah-masalah yang sedang terjadi di masyarakat pada umumnya, tetapi pada penggarapannya biasanya masih menggunakan gaya street art barat. Inilah salah satu faktor penyebab kurangnya penyampaian suatu pesan yang menggunakan media street art. Hal ini jika diminimalisir tentunya akan tercipta komunikasi yang sesuai dengan pesan dan makna yang ingin disampaikan yaitu dengan cara menelaah kembali bagaimana bentuk dari kebudayaan dan seni yang berlaku dimasyarakat, kemudian disesuaikan dengan visualisasi karya seni yang akan dibuat. Interaksi-interaksi dilakukan oleh para seniman memungkinkan terjadinya pula pertukaran simbol-simbol yang memiliki nilai sehingga nilai tersebut menjadi dasar para bomber untuk bertindak. Penerimaan nilai-nilai tersebut oleh para street artist pun mempunyai makna yang berbeda-beda. Adapun hasil penelitian mengenai pertukaran pesan melalui karya seni graffiti oleh para bomber dapat dilihat pada gambar berikut. Universitas Sumatera Utara Media Saluran Komunikan Komunikan Gambar 4.4 Aplikasi Model Pengekspresia Isi Hati Para Seniman Jalan Dilihat dari gambar tersebut, kita dapat memahami dan melihat bagaimana pola pengekspresian isi hati yang dilakukan oleh tiap seniman, dimana hakekatnya medium atau saluran komunikasi yang diperlukan adalah tembok atau dinding. Pada proses awal penyampaian komunikasi, seorang seniman membuat coretan lukisan di dinding yang telah dikonsep sedemikian rupa dengan menggunakan pilox, cat tembok, ataupun peralatan lukis lainnya. Setelah karya seni selesai, maka secara otomatis karya tersebut terpampang di khalayak umum, sehingga hal tersebut dapat menarik perhatian banyak khalayak. Secara tidak langsung karya seorang seniman dalam konteks komunikasi non verbal lukisan bisa saja menarik perhatian masyarakat umum yang mencoba memahami dari karya seni jalanan yang telah dibuat. Berbagai bentuk umpan balik dari masyarakat akan diperoleh para bomber tersebut. Pada saat inilah proses pengekspresian isi hati dari seni jalanan berlangsung. Berbagai tanggapan dari masyarakat umum, baik itu negatif atau positif, akan menjadi suatu pengevaluasian untuk sebuah karya yang dihasilkan bomber tersebut.

4.3.2 Kendala yang Ditemui oleh Para Seniman Jalanan dalam Kegiatan Seni Jalanan

Seni jalanan atau seni corat-coret bukanlah fenomena baru di masyarakat. Awalnya, seni ini digunakan sebagai salah satu bentuk protes kepada dunia politik atau apapun lewat coretan di tembok pinggir jalan. Namun, dalam perkembangannya aksi ini malah berubah fungsi menjadi seni. Street art hadir dalam ruang publik, dan pada akhirnya karya seni tersebut menjadi seni publik public art. Ruang publik tersebut yang nantinya akan menjadi kontrol bagi Negara dalam menjalankan sistemnya, sehingga rakyat sebagai kekuatan tertingi mampu menggulirkan aspirasinya demi kelancaran sistem. Tapi kini yang menjadi masalahnya ruang publik tersebut banyak dikuasai oleh kapitalisme yang mengarah pada monopoli yang pada akhirnya menguatkan Negara. Dan pada kenyataannya tidak ada ruang publik yang disediakan untuk para seniman seni publik. Maka dari itu tidak sedikit para seniman yang menggunakan ruang publik tanpa ada izin untuk Dinding Masyarakat Umum Seniman Jalanan Universitas Sumatera Utara mengekspresikan karyanya. Sehingga pada akhirnya seni jalanan di cap sebagai karya vandalisme yang kurang mendapat tempat di hati masyarakat. Dinding kota sebagai salah satu tujuan dalam seni jalanan dalam hal ini diupayakan untuk dihidupkan kembali setelah adanya tekanan oleh perkembangan industri dan berbagai dampak dari kemajuan zaman lainnya. Kerusakan ekologi yang dimunculkan dalam bentuk kepulan asap kendaraan bermotor, panasnya cuaca akibat tidak adanya lagi pohon-pohonan, dinding kota yang tak terawat serta segala bentuk kebisingan, dapat direvitalisasi kembali oleh graffiti yang kaya akan warna dan interpretasi dalam segala aspek visualnya. Umumnya street art dijadikan sarana para bomber untuk menyuarakan jiwa sosial mereka. Adanya kelas-kelas sosial yang terpisah terlalu jauh menimbulkan kesulitan bagi masyarakat golongan tertentu untuk mengekspresikan kegiatan seninya. Akibatnya beberapa individu menggunakan sarana yang hampir tersedia di seluruh kota, yaitu dinding. Pendidikan kesenian yang kurang menyebabkan objek yang sering muncul di karya seni jalanan berupa tulisan-tulisan atau sandi yang hanya dipahami golongan tertentu. Biasanya karya ini menunjukkan ketidakpuasan terhadap keadaan sosial yang mereka alami. Public space selalu menjadi sasaran para seniman jalanan ini untuk berkreasi. Sebagian orang ada menganggap graffiti sebagai karya seni, tetapi tidak sedikit beranggapan bahwa coretan-coretan itu hanya akan merusak keindahan. Jika karya seni ini dilakukan tanpa seizin pemilik tempat, perbuatan ini dapat dikategorikan sebagai tindakan vandal. Vandalisme bisa diartikan sebagai tindakan yang merusak properti orang lain, dan karya seni yang dilakukan tanpa izin di tempat-tempat umum, bisa dikategorikan sebagai vandalisme. Iklan komersial mendominasi wajah ruang publik. Setiap tempat di sudut kota tidak ada yang tidak tersentuh iklan, sebut saja di jembatan penyeberangan, di persimpangan jalan, di sekitar lampu merah, di tembok rumah, di mana pun bisa ditemui iklan komersial. Bahkan penempatan iklan komersial tidak jarang menyalahi aturan, seperti dengan menempelkan sederet poster iklan yang sama pada satu tembok. Kemampuan iklan komersial melahap ruang publik dikarenakan kemampuan pemilik modal untuk membayar waktu dan tempat beriklan. Karenanya bila dilihat secara kasat mata, iklan komersial begitu merajai beragam medium yang tersaji di jalanan. Pada posisi inilah seni jalanan menjadi pesaing iklan-iklan komersial. Street artist sejatinya termasuk salah satu pihak yang bersaing mendapatkan perhatian khalayak di ruang publik. Karena adanya persaingan tersebut, tidak jarang tanda tangan atau tagging ditimpakan pada iklan-iklan komersial di tembok kota. Sementara, banyak orang yang berpendapat, karya seni di dinding-dinding jalan masih lebih baik daripada dinding-dinding tersebut kotor, tidak terawat, dan penuh dengan tempelan flyers atau brosur-brosur yang tidak penting. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.5 Salah satu karya seni yang rusak akibat poster yang dicabut sumber : pribadi Pemikiran yang selama ini ada di benak masyarakat terhadapa seni jalanan selama ini menjadi salah satu penghambat para seniman untuk berkembang. Masyarakat menggangap bahwa seni jalanan itu hanyalah sebagai kegiatan pencarian identitas diri saja. Hal ini disebabkan karena banyak seniman jalanan yang memulai “karir” sebagai seniman jalanan pada saat berumur 13-17 tahun, yang kita tahu bersama pada jenjang umur tersebut para remaja masih mencari jati diri mereka dan apa yang ingin mereka lakukan di masa depan. Sedangkan jika masyarakat melihat seniman yang dapat dikatakan umurnya sudah dewasa, masyarakat hanya bisa diam dengan menatap seakan-akan ingin mengatakan “Apa yang anda lakukan di umur segini, kenapa malah mengerjakan hal yang tidak pantas dikerjakan oleh orang dewasa?”. Persepsi ini yang menjadi “makanan” sehari-hari seniman jalanan jika sedang melakukan kegiatan seni jalanan. Seni jalanan yang termasuk dalam seni visual ini pun pasti membutuhkan biaya untuk membuat karya seni. Mulai dari peralatan, cat, dan aksesoris pelengkap lainnya yang kebutuhan masing-masing artis bisa dipastikan berbeda. Untuk seniman yang sudah bergelut di dunia seni jalanan lebih dari 5 tahun, uang bukan lagi masalah yang bisa membuat dirinya terhambat dalam proses pembuatan karya seni, melainkan mood ataupun ide yang tidak ada, karena para seniman ini tidak sedikit sudah disponsori oleh merek tertentu dan telah menjadikan seni jalanan sebagai mata pencaharian mereka.

4.3.3 Sikap Masyarakat dalam Memaknai Seni Jalanan

Tindakan manusia adalah tindakan interpretatif yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Blumer menulis, pada dasarnya tindakan manusia terdiri dari pertimbangan atas berbagai hal yang diketahuinya dan melahirkan kelakuan atas dasar bagaimana mereka menafsirkan hal tersebut. Hal-hal yang dipertimbangkan itu mencakup berbagai masalah seperti keinginan, tujuan, dan sarana yang tersedia untuk mencapainya, serta tindakan yang diharapkan dari orang lain, gambaran tentang diri sendiri, dan mungkin hasil dari cara bertindak tertentu. Dalam hal ini, tindakan membuat sebuah karya pada suatu lokasi yang dilakukan berasal dari pertimbangan-pertimbangan yang diketahui dan dipahami Universitas Sumatera Utara oleh para seniman, serta penafsiran mereka atas makna ruang publik. Para seniman menganggap ruang publik yang tepat untuk menjadi pilihan lokasi dalam membuat suatu karya sebaiknya berupa tembok. Visualisasi seni jalanan berdampak lain kepada pemirsanya, yakni memberikan pendidikan sosial serta pembelajaran ide-ide tentang kesenirupaan. Selain pembelajaran ide-ide tentang kesenirupaan, di dalam seni jalanan dapat dimunculkan ide-ide tentang seni jalanan sebagai media aspirasi rakyat. Sebuah karya seni jalanan, apabila sudah dipublikasikan di ruang publik, karya seni tersebut akan menjadi sesuatu yang objektif. Pemaknaan atas karya seni itu sepenuhnya ada di tangan para pembaca, orang yang lalu lalang dan yang sempat atau yang tidak sempat menafsir sehingga seolah-olah karya itu sudah lepas dari tangan senimannya. Walaupun sudah terlepas dari senimannya diharapkan, masyarakat dapat memiliki kesamaan pemahaman mengenai aspirasi rakyat yang terdapat di dalam seni jalanan. Penggunaan seni jalanan untuk komunikasi publik akan memperlancar jalannya penguatan masyarakat karena di samping seni jalanan sebagai karya seni yang mengekspresikan realitas sosial-politik sehari-hari juga menjadi rujukan berperilaku secara sosial bagi warga yang melihatnya. Warga yang melihat secara sepintas tentang sebuah seni jalanan akan dapat dengan cepat paham maksudnya dan kemudian secara sederhana dapat merumuskan apa yang seharusnya dia lakukan atau tidak dilakukan. Dalam konteks ini, karya seni bukan hanya merupakan ekspresi seniman tetapi juga menjadi rujukan para pemerhatinya. Contohnya, seniman yang ingin menepis persepsi masyarakat dengan meluapkan idenya kedalam bentuk karya seni jalanan Gambar 4.6 Karya seni yang bertuliskan “Graffiti Can Make Feel Good” sumber : pribadi Berbagai bentuk ekspresi seni jalanan yang dituangkan dalam bentuk karya seni visual tidak luput dari dukungan masyarakat setempat yang memberikan izin kepada para seniman jalanan agar dalam rangka pengekspresia isi hati. Eksplorasi Universitas Sumatera Utara ekspresi diri para seniman memang berbeda-beda, tergantung kebutuhan lokasi, maksud, serta tujuan dari tema yang akan dituangkan oleh para seniman. Berikut beberapa contoh realisasi seni jalanan berdasarkan hasil dari pengekspresian isi hati para seniman jalanan di Jl. Adam Malik. a. Karya seni jalanan yang diciptakan untuk memotivasi anak-anak muda agar tidak gampang putus asa dan berani untuk menngejar mimpi mereka setinggi langit. Karya ini dibuat oleh SmaneTwo, yang mana SmaneTwo ingin memberikan semangat kepada teman-teman sejawatnya agar tidak takut mengejar mimpi mereka meskipun terlihat tidak mungkin, SmaneTwo mengatakan bahwa tidak ada yang tidak mungkin sebelum hal tersebut belum dicoba. Gambar 4.7 Hasil karya SmaneTwo yang berjudul “Sky Is The Limit” sumber : pribadi Universitas Sumatera Utara b. Bentuk ekspresi diri pada karya seni ini diciptakan atas dasar kegelisahan Soul14 terhadap kegiatan yang mengandung SARA yang sampai sekarang masih ada di tengah masyarakat kota Medan. Gambar 4.8 Hasil karya Soul14 berjudul “Peace, Love, Unity” sumber : pribadi Seni jalanan di Jl. Adam Malik lebih dimunculkan oleh komunitas-komunitas yang terorganisir dengan baik, dan mempunyai hubungan baik dengan warga setempat karena warga setempat menganggap karya yang dibuat oleh anggota komunitas yang selalu melukis di Jl. Adam Malik sangat berbeda dengan karya seni jalanan ditempat lain dan juga dapat memperindah Jl. Adam Malik yang selama ini ditempeli oleh brosur-brosur iklan yang tidak jelas dan juga tidak sedap dipandang mata. Berikut beberapa contoh karya seni dari komunitas informan. a. Karya Seni Komunitas Funk Flows Family Funk Flows Family adalah salah satu komunitas terlama di kota Medan. Dibentuk oleh SmaneTwo dan Penelope Voyla pada tahun 2007, dan sekarang beranggotakan 5 orang yang dimana bakat dari masing-masing anggota dapat dikatakan luar biasa. Bentuk karya seni memberikan sentuhan wildstyle dan karakter didalamnya. Gambar 4.9 Hasil karya SmaneTwo dan Rack sumber : pribadi Universitas Sumatera Utara b. Karya Seni Komunitas HJWT HJWT sendiri kependekan dari Hand Job Writing Team yang dibentuk oleh Soul14 dan Note2. Karya yang dibuat oleh kedua orang ini didasarkan atas persahabtan yang mana mereka ingin mengatakan sahabat sejati tidak akan membiarkan sahabatnya berjalan sendiri. Gambar 4.10 Hasil karya Soul14 dan Note2 sumber : pribadi c. Karya Seni Komunitas MeArt MeArt sendiri adalah salah satu komunitas junior yang masih bertahan dan tetap eksis karena keseriusan anggota-anggota komunitas tersebut yang melihat banyak komunitas baru dan tidak lama kemudian bubar karena ketidakseriusan para anggotanya. Gambar 4.11 Hasil karya Komber berteknik 3D. sumber : pribadi Berbagai macam ekspresi diri para seniman di kota Medan dituangkan dalam bentuk karya seni jalanan yang digambarkan di dinding-dinding yang berada di Jl. Adam Malik. Para seniman berkreasi dan mengeksplor bagaimana seharusnya mengkaji sebuah street art dalam ruang lingkup budaya Indonesia melalui berbagai jenis style yang terdapat didalamnya, seperti tagging, wildstyle, 3D, dan lain sebagainya. Melalui seni jalanan ini pula para seniman jalanan di kota Medan akan lebih mudah memperlihatkan identitas dirinya pada hasil karya yang diciptakannya. Selain itu, para seniman dapat memberikan pesan-pesan yang positif untuk lingkungan setempat. Universitas Sumatera Utara BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan