Meskipun  terkesan  tidak  terlalu  efektif  pada  awal-awal  penciptaannya,  tetapi konsep  seperti  ini  lama  kelamaan  akan  membawa  perubahan  bagi  kalangan  yang
telah  melihatnya.  Karena  dalam  penyampaiannya  yang  bersifat  pengulangan  atau repetisi  dan  pengalaman  melalui  indera  penglihatan  kemudian  akan  diingat  dan
muncul  kembali  di  setiap  tindakan  yang  menyangkut  atau  berkaitan  dengan  pesan yang disampaikan oleh visualisasi dari karya seni tersebut.
Seni jalanan  menjadi  salah  satu alternatif  yang  dapat  dijadikan  sebagai  faktor penyeimbang  lingkungan  ketika  lingkungan  kota  tidak  lagi  memberikan  kesegaran
bagi  panca  indera  secara  lengkap,  namun  dengan  kehadiran  seni  jalanan,  minimal mata  sudah  menjadi  indera  yang  dapat  menikmati  keindahan  kota  yang  dihiasi
dengan  segala  macam  imajinasi  yang  tergambar  dalam  visualisasi  graffiti  yang tentunya sesuai dengan keadaan lingkungan tempat graffiti tersebut diciptakan.
Secara  tidak  langsung  tampilan  sebuah  karya  seni  jalanan  yang  benar-benar digarap  dari  segi  maksud,  tujuan,  teknik,  pewarnaan,  dan  proses  adopsi  terhadap
budaya setempat akan dapat menimbulkan efek yang lebih positif.
4.3 Pembahasan
Menurut  para  seniman,  street  art  merupakan  suatu  bentuk  komunikasi  yang  sudah tepat, dimana mereka bisa menyampaikan pesan, ide, pikiran, atau hanya mengekspresikan
diri  dan kelompoknya,  yang tentu  saja karya tersebut harus mempunya nilai, pertanggung jawaban, kuantiti dan bentuk originalitas dari seorang seniman maupun kelompoknya.
Dari  hasil  pernyataan  para  informan  yang  telah  diuraikan  dan  dijelaskan  pada pembahasan  sebelumnya  maka  dapat  kita  ketahui  bahwa  seni  jalanan  di  kota  Medan
semakin  menunjukan  eksistensinya.  Terbukti  dengan  banyaknya  kelompok-kelompok street art yang semakin marak bermunculan di kota Medan. Juga dengan banyaknya ajang
pergelaran  street  art  yang  diadakan  baik  tingkat  lokal,  nasional,  dan  internasional  yang diikuti oleh para seniman jalanan dari kota Medan.
4.3.1  Proses  Pengekspresian  Isi  Hati  Para  Seniman  Jalanan  Kepada  Masyarakat Setempat
Komunitas  seni  jalanan  adalah  salah  satu  komunitas  yang  berkembang  dan menjadi  salah  satu  bagian  dari  masyarakat.  Street  art  pada  awalnya  merupakan
kebudayaan  anak  muda  di  kota-kota  besar  di  dunia.  Melalui  komunitas  inilah  para seniman  dapat  menunjukkan  bentuk  ekspresi  dirinya  untuk  mendapatkan  penilaian
serta  perhatian  baik  dari  lingkungan  komunitasnya  maupun  dari  lingkungan masyarakat.
Selama  berabad-abad  sebelumnya,  street  art  berfungsi  untuk  menandai keberadaan  seseorang  dan  untuk  mengungkapkan  hal  hal  yang  bersifat  politis,
seksual, intelektual, puisi tentang cinta, hingga hal-hal yang bersifat melawan kepada pemerintahan.  Sebagian  informan  mengaku  mereka  mengenal  street  art  merupakan
satu istilah  yang  cukup  familiar  dikenal  sejak lama,  sebab  media  ekspresi  street art berada  di  ruang  publik,  sehingga  masyarakat  umum  dapat  melihat  dan  mengenali
hasil dari kegiatan street art.
Universitas Sumatera Utara
Seiring  perkembangannya,  street  art  telah  menjadi  karya  seni  di  sudut-sudut kota.  Semakin  berkembangnya  dunia  seni  jalanan,  bermunculan  juga  seniman-
seniman  di  seluruh  dunia  salah  satunya  di  Indonesia.  Meski  banyak  biaya  yang dikeluarkan dan resiko yang harus ditempuh, para seniman tersebut tetap beraksi.
Sementara  itu,  para  seniman  street  art  menentukan  nasibnya  sendiri, bereksplorasi  lebih  lanjut  bergabung  dengan  komunitas-komunitas  yang  berbasis  di
jalan,  atau  melakukan  kerja  kreatif  sendiri  di  studio,  kemudian  turun  ke  jalan  dan berinteraksi  dengan  siapa  saja,  merespon  lingkungan  dan  fasilitas  apapun  yang
tersedia  dengan  tetap  menggunakan  ciri  dan  identitas  independen  atau  memilih berkolaborasi  dengan  lembaga  seni  atau  non  seni  dari  manapun,  tidak  terkecuali
pemerintah.
Mereka  berlatar  belakang  tak  hanya  pelukis  otodidak,  namun  sedang mengenyam  pendidikan  formal  di  berbagai  universitas,  seperti  USU,  UMA,  dan
Universitas Harapan. Menerima pesanan pembuatan karya seni atau tetap berinisiatif sendiri dengan kelompoknya, memproduksi  T-Shirt dan  menjualnya di  distro-distro,
membuat  ilustrasi  buku  dan  komik  atau  memproduksi  desain-desain  merchandise sendiri  sekaligus  menjualnya.  Mempraktikkan  dan  mengerjakan  industri  figurine,
toys,  sneaker  dan  desain-desain  wardrobe  serta  untuk  brand-brand  produk  retail tertentu.
Sebuah  karya  seni  jalanan  dikatakan  berhasil  apabila  karya  seni  tersebut mampu  berinteraksi  dengan  lingkungan,  peka  terhadap  kondisi  sosial  dan  mampu
menunjukkan karakter budaya setempat. Seperti contohnya berinteraksi dengan alam yaitu  mampu  memberi  nilai  estetika  terhadap  alam  yang  sudah  ada  dan  menambah
kenyamanan  bagi  masyarakat  setempat  serta  menjadi  identitas  suatu  masyarakat tertentu.
Para  seniman  yang  sebenarnya  lebih  tepat  disebut  sebagai  seniman  artistik tembok kota itu jelas memang jauh  berbeda dengan pelaku  seni jalanan  yang  hanya
terkesan  ingin  mengikuti  trend  dalam  hal  ini  lebih  mengarah  pada  kalangan  yang tidak mengerti bagaimana semestinya sebuah karya seni itu berlaku di media publik.
Dalam penyampaian sebuah karya seni jalanan terkadang kalangan street artist meninjau masalah-masalah yang sedang terjadi di masyarakat pada umumnya, tetapi
pada  penggarapannya  biasanya  masih  menggunakan  gaya  street  art  barat.  Inilah salah satu faktor penyebab kurangnya penyampaian suatu pesan yang menggunakan
media street art. Hal ini jika diminimalisir tentunya akan tercipta komunikasi  yang sesuai dengan pesan dan makna yang ingin disampaikan yaitu dengan cara menelaah
kembali  bagaimana  bentuk  dari  kebudayaan  dan  seni  yang  berlaku  dimasyarakat, kemudian disesuaikan dengan visualisasi karya seni yang akan dibuat.
Interaksi-interaksi dilakukan oleh para seniman memungkinkan terjadinya pula pertukaran simbol-simbol  yang  memiliki  nilai  sehingga  nilai tersebut  menjadi dasar
para  bomber  untuk  bertindak.  Penerimaan  nilai-nilai  tersebut  oleh  para  street  artist pun  mempunyai  makna  yang  berbeda-beda.  Adapun  hasil  penelitian  mengenai
pertukaran  pesan  melalui  karya  seni  graffiti  oleh  para  bomber  dapat  dilihat  pada gambar berikut.
Universitas Sumatera Utara
Media Saluran
Komunikan                                                                     Komunikan
Gambar 4.4 Aplikasi Model Pengekspresia Isi Hati Para Seniman Jalan
Dilihat  dari  gambar  tersebut,  kita  dapat  memahami  dan  melihat  bagaimana pola  pengekspresian  isi  hati  yang  dilakukan  oleh  tiap  seniman,  dimana  hakekatnya
medium atau saluran komunikasi yang diperlukan adalah tembok atau dinding. Pada proses  awal  penyampaian  komunikasi,  seorang  seniman  membuat  coretan  lukisan
di  dinding  yang  telah  dikonsep  sedemikian  rupa  dengan  menggunakan  pilox,  cat tembok,  ataupun  peralatan  lukis  lainnya.  Setelah  karya  seni  selesai,  maka  secara
otomatis karya tersebut terpampang  di khalayak umum,  sehingga hal  tersebut dapat menarik perhatian banyak khalayak.
Secara  tidak  langsung  karya  seorang  seniman  dalam  konteks  komunikasi  non verbal  lukisan  bisa  saja  menarik  perhatian  masyarakat  umum  yang  mencoba
memahami dari karya  seni  jalanan  yang  telah  dibuat. Berbagai  bentuk umpan balik dari  masyarakat  akan  diperoleh  para  bomber  tersebut.  Pada  saat  inilah  proses
pengekspresian  isi  hati  dari  seni  jalanan  berlangsung.  Berbagai  tanggapan  dari
masyarakat umum,  baik itu  negatif atau  positif, akan  menjadi  suatu pengevaluasian untuk sebuah karya yang dihasilkan bomber tersebut.
4.3.2  Kendala  yang  Ditemui  oleh  Para  Seniman  Jalanan  dalam  Kegiatan  Seni Jalanan
Seni  jalanan  atau  seni  corat-coret  bukanlah  fenomena  baru  di  masyarakat. Awalnya,  seni  ini  digunakan  sebagai  salah  satu  bentuk  protes  kepada  dunia  politik
atau apapun lewat coretan di tembok pinggir jalan. Namun, dalam perkembangannya aksi ini malah berubah fungsi menjadi seni. Street art hadir dalam ruang publik, dan
pada akhirnya karya seni tersebut menjadi seni publik public art.
Ruang publik tersebut yang nantinya akan menjadi kontrol bagi Negara dalam menjalankan  sistemnya,  sehingga  rakyat  sebagai  kekuatan  tertingi  mampu
menggulirkan  aspirasinya  demi  kelancaran  sistem.  Tapi  kini  yang  menjadi masalahnya ruang publik tersebut banyak  dikuasai  oleh kapitalisme  yang  mengarah
pada  monopoli  yang  pada  akhirnya  menguatkan  Negara.  Dan  pada  kenyataannya tidak  ada  ruang  publik  yang  disediakan  untuk  para  seniman  seni  publik.  Maka  dari
itu tidak sedikit para  seniman yang menggunakan ruang publik tanpa ada izin untuk
Dinding
Masyarakat Umum
Seniman Jalanan
Universitas Sumatera Utara
mengekspresikan  karyanya.  Sehingga  pada  akhirnya  seni  jalanan  di  cap  sebagai karya vandalisme yang kurang mendapat tempat di hati masyarakat.
Dinding  kota  sebagai  salah  satu  tujuan  dalam  seni  jalanan  dalam  hal  ini diupayakan  untuk  dihidupkan  kembali  setelah  adanya  tekanan  oleh  perkembangan
industri dan berbagai dampak dari kemajuan zaman lainnya. Kerusakan ekologi yang dimunculkan dalam bentuk kepulan asap kendaraan bermotor, panasnya cuaca akibat
tidak adanya lagi pohon-pohonan, dinding kota yang tak terawat serta segala bentuk
kebisingan,  dapat  direvitalisasi  kembali  oleh  graffiti  yang  kaya  akan  warna  dan interpretasi dalam segala aspek visualnya.
Umumnya  street  art  dijadikan  sarana  para  bomber  untuk  menyuarakan  jiwa sosial  mereka.  Adanya  kelas-kelas  sosial  yang  terpisah  terlalu  jauh  menimbulkan
kesulitan  bagi  masyarakat  golongan  tertentu  untuk  mengekspresikan  kegiatan seninya.  Akibatnya beberapa individu  menggunakan  sarana yang hampir tersedia di
seluruh  kota,  yaitu  dinding.  Pendidikan  kesenian  yang  kurang  menyebabkan  objek yang  sering  muncul  di  karya  seni  jalanan  berupa  tulisan-tulisan  atau  sandi  yang
hanya  dipahami  golongan  tertentu.  Biasanya  karya  ini  menunjukkan  ketidakpuasan terhadap keadaan sosial yang mereka alami.
Public space selalu menjadi  sasaran  para seniman  jalanan  ini untuk berkreasi. Sebagian  orang  ada  menganggap  graffiti  sebagai  karya  seni,  tetapi  tidak  sedikit
beranggapan  bahwa  coretan-coretan  itu  hanya  akan  merusak  keindahan.  Jika  karya seni  ini  dilakukan  tanpa  seizin  pemilik  tempat,  perbuatan  ini  dapat  dikategorikan
sebagai  tindakan  vandal.  Vandalisme  bisa  diartikan  sebagai  tindakan  yang  merusak properti  orang  lain,  dan  karya  seni  yang  dilakukan  tanpa  izin  di  tempat-tempat
umum, bisa dikategorikan sebagai vandalisme.
Iklan komersial mendominasi wajah ruang publik. Setiap tempat di sudut kota tidak  ada  yang  tidak  tersentuh  iklan,  sebut  saja  di  jembatan  penyeberangan,  di
persimpangan  jalan,  di  sekitar  lampu  merah,  di  tembok  rumah,  di  mana  pun  bisa ditemui iklan komersial. Bahkan penempatan iklan komersial tidak jarang menyalahi
aturan,  seperti  dengan  menempelkan  sederet  poster  iklan  yang  sama  pada  satu tembok.  Kemampuan  iklan  komersial  melahap  ruang  publik  dikarenakan
kemampuan pemilik modal untuk membayar waktu dan tempat beriklan. Karenanya bila dilihat secara kasat mata, iklan komersial begitu merajai beragam medium yang
tersaji  di  jalanan.  Pada  posisi  inilah  seni  jalanan  menjadi  pesaing  iklan-iklan komersial.  Street  artist  sejatinya  termasuk  salah  satu  pihak  yang  bersaing
mendapatkan  perhatian  khalayak  di  ruang  publik.  Karena  adanya  persaingan tersebut,  tidak  jarang  tanda  tangan  atau  tagging  ditimpakan  pada  iklan-iklan
komersial di tembok kota.
Sementara,  banyak  orang  yang  berpendapat,  karya  seni  di  dinding-dinding jalan  masih  lebih  baik  daripada  dinding-dinding  tersebut  kotor,  tidak  terawat,  dan
penuh dengan tempelan flyers atau brosur-brosur yang tidak penting.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5 Salah satu karya seni yang rusak akibat poster yang dicabut
sumber : pribadi
Pemikiran  yang  selama  ini  ada  di  benak  masyarakat  terhadapa  seni  jalanan selama  ini  menjadi  salah  satu  penghambat  para  seniman  untuk  berkembang.
Masyarakat menggangap bahwa seni jalanan itu hanyalah sebagai kegiatan pencarian identitas diri saja. Hal ini disebabkan karena banyak seniman jalanan yang memulai
“karir”  sebagai  seniman  jalanan  pada  saat  berumur  13-17  tahun,  yang  kita  tahu bersama pada jenjang umur tersebut para remaja masih mencari jati diri mereka  dan
apa yang ingin mereka lakukan di masa depan.
Sedangkan  jika  masyarakat  melihat  seniman  yang  dapat  dikatakan  umurnya sudah  dewasa,  masyarakat  hanya  bisa  diam  dengan  menatap  seakan-akan  ingin
mengatakan “Apa yang anda lakukan di umur segini, kenapa malah mengerjakan hal yang  tidak  pantas  dikerjakan  oleh  orang  dewasa?”.  Persepsi  ini  yang  menjadi
“makanan” sehari-hari seniman jalanan jika sedang melakukan kegiatan seni jalanan.
Seni jalanan yang termasuk dalam seni visual ini pun pasti membutuhkan biaya untuk  membuat  karya  seni.  Mulai  dari  peralatan,  cat,  dan  aksesoris  pelengkap
lainnya yang kebutuhan masing-masing artis bisa dipastikan berbeda. Untuk seniman yang  sudah  bergelut  di  dunia  seni  jalanan  lebih  dari  5  tahun,  uang  bukan  lagi
masalah  yang  bisa  membuat  dirinya terhambat  dalam proses pembuatan karya seni, melainkan  mood  ataupun  ide  yang  tidak  ada,  karena  para  seniman  ini  tidak  sedikit
sudah disponsori oleh merek tertentu dan telah menjadikan seni jalanan sebagai mata pencaharian mereka.
4.3.3  Sikap Masyarakat dalam Memaknai Seni Jalanan
Tindakan  manusia  adalah  tindakan  interpretatif  yang  dibuat  oleh  manusia  itu sendiri.  Blumer  menulis,  pada  dasarnya  tindakan  manusia terdiri dari  pertimbangan
atas  berbagai hal  yang  diketahuinya dan  melahirkan kelakuan atas dasar  bagaimana mereka  menafsirkan  hal  tersebut.  Hal-hal  yang  dipertimbangkan  itu  mencakup
berbagai  masalah  seperti  keinginan,  tujuan,  dan  sarana  yang  tersedia  untuk mencapainya, serta tindakan yang diharapkan dari orang lain, gambaran tentang diri
sendiri, dan mungkin hasil dari cara bertindak tertentu. Dalam  hal  ini,  tindakan  membuat  sebuah  karya  pada  suatu  lokasi  yang
dilakukan  berasal  dari  pertimbangan-pertimbangan  yang  diketahui  dan  dipahami
Universitas Sumatera Utara
oleh para  seniman,  serta penafsiran  mereka atas  makna  ruang publik. Para seniman menganggap  ruang  publik  yang  tepat  untuk  menjadi  pilihan  lokasi  dalam  membuat
suatu karya sebaiknya berupa tembok.
Visualisasi seni jalanan berdampak lain kepada pemirsanya, yakni memberikan pendidikan  sosial  serta  pembelajaran  ide-ide  tentang  kesenirupaan.  Selain
pembelajaran ide-ide tentang kesenirupaan, di dalam seni jalanan dapat dimunculkan ide-ide tentang seni jalanan sebagai media aspirasi rakyat. Sebuah karya seni jalanan,
apabila  sudah  dipublikasikan  di  ruang  publik,  karya  seni  tersebut  akan  menjadi sesuatu yang objektif. Pemaknaan atas karya seni itu sepenuhnya ada di tangan para
pembaca,  orang  yang lalu lalang  dan yang  sempat atau  yang tidak  sempat  menafsir sehingga seolah-olah karya itu sudah lepas dari tangan senimannya. Walaupun sudah
terlepas  dari  senimannya  diharapkan,  masyarakat  dapat  memiliki  kesamaan pemahaman mengenai aspirasi rakyat yang terdapat di dalam seni jalanan.
Penggunaan  seni  jalanan  untuk  komunikasi  publik  akan  memperlancar jalannya  penguatan  masyarakat  karena  di  samping  seni  jalanan  sebagai  karya  seni
yang  mengekspresikan  realitas  sosial-politik  sehari-hari  juga  menjadi  rujukan berperilaku  secara  sosial  bagi  warga  yang  melihatnya.  Warga  yang  melihat  secara
sepintas tentang sebuah seni jalanan akan dapat dengan cepat paham maksudnya dan kemudian secara sederhana dapat merumuskan apa yang seharusnya dia lakukan atau
tidak  dilakukan.  Dalam  konteks  ini,  karya  seni  bukan  hanya  merupakan  ekspresi seniman  tetapi  juga  menjadi  rujukan  para  pemerhatinya.  Contohnya,  seniman  yang
ingin menepis persepsi masyarakat dengan meluapkan idenya kedalam bentuk karya seni jalanan
Gambar 4.6
Karya seni yang bertuliskan “Graffiti Can Make Feel Good” sumber : pribadi
Berbagai  bentuk  ekspresi  seni  jalanan  yang  dituangkan  dalam  bentuk  karya seni  visual  tidak  luput  dari  dukungan  masyarakat  setempat  yang  memberikan  izin
kepada  para  seniman  jalanan  agar  dalam  rangka  pengekspresia  isi  hati.  Eksplorasi
Universitas Sumatera Utara
ekspresi  diri  para  seniman  memang  berbeda-beda,  tergantung  kebutuhan  lokasi, maksud, serta tujuan dari tema yang akan dituangkan oleh para seniman.
Berikut  beberapa  contoh  realisasi  seni  jalanan  berdasarkan  hasil  dari pengekspresian isi hati para seniman jalanan di Jl. Adam Malik.
a. Karya  seni  jalanan  yang  diciptakan  untuk  memotivasi  anak-anak  muda  agar
tidak  gampang  putus  asa  dan  berani  untuk  menngejar  mimpi  mereka  setinggi langit.  Karya  ini  dibuat  oleh  SmaneTwo,  yang  mana  SmaneTwo  ingin
memberikan  semangat  kepada  teman-teman  sejawatnya  agar  tidak  takut mengejar  mimpi  mereka  meskipun  terlihat  tidak  mungkin,  SmaneTwo
mengatakan  bahwa  tidak  ada  yang  tidak  mungkin  sebelum  hal  tersebut  belum dicoba.
Gambar 4.7 Hasil karya SmaneTwo yang berjudul “Sky Is The Limit”
sumber : pribadi
Universitas Sumatera Utara
b. Bentuk  ekspresi  diri  pada  karya  seni  ini  diciptakan  atas  dasar  kegelisahan
Soul14  terhadap  kegiatan  yang  mengandung  SARA  yang  sampai  sekarang masih ada di tengah masyarakat kota Medan.
Gambar 4.8 Hasil karya Soul14 berjudul “Peace, Love, Unity”
sumber : pribadi
Seni  jalanan  di Jl.  Adam  Malik lebih  dimunculkan  oleh komunitas-komunitas yang  terorganisir  dengan  baik,  dan  mempunyai  hubungan  baik  dengan  warga
setempat  karena  warga  setempat  menganggap  karya  yang  dibuat  oleh  anggota komunitas yang selalu melukis di Jl. Adam Malik sangat berbeda dengan karya seni
jalanan  ditempat lain dan juga  dapat  memperindah Jl.  Adam  Malik  yang  selama ini ditempeli  oleh  brosur-brosur  iklan  yang  tidak  jelas  dan  juga  tidak  sedap  dipandang
mata. Berikut beberapa contoh karya seni dari komunitas informan.
a. Karya Seni Komunitas Funk Flows Family
Funk  Flows  Family  adalah  salah  satu  komunitas  terlama  di  kota  Medan. Dibentuk oleh SmaneTwo dan Penelope Voyla pada tahun 2007, dan sekarang
beranggotakan  5  orang  yang  dimana  bakat  dari  masing-masing  anggota  dapat dikatakan  luar  biasa.  Bentuk  karya  seni  memberikan  sentuhan  wildstyle  dan
karakter didalamnya.
Gambar 4.9 Hasil karya SmaneTwo dan Rack
sumber : pribadi
Universitas Sumatera Utara
b. Karya Seni Komunitas HJWT
HJWT  sendiri  kependekan  dari  Hand  Job  Writing  Team  yang  dibentuk  oleh Soul14  dan  Note2.  Karya  yang  dibuat  oleh  kedua  orang  ini  didasarkan  atas
persahabtan  yang  mana  mereka  ingin  mengatakan  sahabat  sejati  tidak  akan membiarkan sahabatnya berjalan sendiri.
Gambar 4.10 Hasil karya Soul14 dan Note2
sumber : pribadi
c. Karya Seni Komunitas MeArt
MeArt  sendiri  adalah  salah  satu  komunitas  junior  yang  masih  bertahan  dan tetap eksis karena keseriusan anggota-anggota komunitas tersebut yang melihat
banyak komunitas baru dan tidak lama kemudian bubar karena ketidakseriusan para anggotanya.
Gambar 4.11 Hasil karya Komber berteknik 3D.
sumber : pribadi
Berbagai  macam  ekspresi  diri  para  seniman  di  kota  Medan  dituangkan  dalam bentuk karya seni jalanan yang digambarkan di dinding-dinding yang berada di Jl. Adam
Malik. Para seniman berkreasi dan mengeksplor bagaimana seharusnya mengkaji sebuah street  art  dalam  ruang  lingkup  budaya  Indonesia  melalui  berbagai  jenis  style  yang
terdapat  didalamnya,  seperti  tagging,  wildstyle,  3D,  dan  lain  sebagainya.  Melalui  seni
jalanan  ini  pula  para  seniman  jalanan di kota Medan akan  lebih  mudah  memperlihatkan identitas  dirinya  pada  hasil  karya  yang  diciptakannya.  Selain  itu,  para  seniman  dapat
memberikan pesan-pesan yang positif untuk lingkungan setempat.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan