Simpulan Saran Latar Belakang Masalah

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa : Perbedaan jenis dan dosis bahan organik serta penambahan biomikro hanya berpengaruh nyata terhadap tetapan NO 3 - tetapi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pelepasan CO 2 dan tetapan NH 4 + .

B. Saran

Berdasarkan penelitian ini, disarankan: 1. Dilakukan penelitian lanjutan pengamatan total pelepasan CO 2 dari tanah dan tanaman. 2. Dilakukan penelitian pelepasan CO 2 , NH 4 + , NO 3 - tanpa tanaman hal ini murni untuk melacak CO 2 , NH 4 + , NO 3 - . I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia maupun hewan. Di Indonesia jagung merupakan makanan pokok kedua setelah padi. Jagung dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk makanan antara lain sebagai sayuran, namun demikian jagung mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dengan padi sebagai sumber karbohirat. Untuk memenuhi kebutuhan jagung yang terus meningkat, diperlukan peningkatan produksi. Peningkatan produksi dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas lahan dan tanaman serta perluasan areal pertanaman IPPTP, 1997; BPTP, 2000. Peningkatan produktivitas lahan dan tanaman dapat dilakukan dengan penambahan input. Sedangkan perluasan areal tanam dilakukan dengan pembukaan lahan baru terutama pemanfaatan lahan-lahan marginal Adisarwanto dan Widyastuti, 2002. Nitrogen N merupakan salah satu hara makro yang menjadi pembatas utama produksi tanaman, baik di daerah tropis maupun di daerah-daerah beriklim sedang. Hakim dkk., 1986 menyatakan bahwa dari semua unsur hara, N dibutuhkan paling banyak, tetapi ketersediaanya selalu rendah, karena mobilitasnya yang sangat tinggi. Nitrogen umumnya dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, namun jumlahnya dalam tanah sedikit sehingga pemberian pupuk nitrogen merupakan suatu keharusan untuk dapat memperoleh hasil yang tinggi. Pemupukan nitrogen penting artinya ditinjau dari segi hasil dan kualitas tanaman serta polusi lingkungan yang ditimbulkan. Nitrogen pada umumnya diserap tanaman dalam bentuk NH 4 + amonium dan NO 3 - nitrat, senyawa ini diserap melalui akar ke daun selama proses asimilasi yang kemudian ditransformasikan dalam bentuk asam amino dan protein Indranada, 1994. Dewasa ini pemupukan dengan pupuk anorganik atau pupuk buatan penggunaannya semakin meningkat. Hal ini bila berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hara dalam tanah, sehingga dapat menurunkan produktivitas tanah pertanian Sumarno, 2006. Salah satu alternatif untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan pemberian bahan organik. Pemberian bahan organik, selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga dapat mengurangi penggunaan pupuk buatan yang harganya relatif mahal dan terkadang sulit diperoleh. Selain itu bahan organik mempunyai peran yang sangat peting terhadap terhadap perbaikan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Fungsi fisik bahan organik adalah dalam pembentukan agregat yang mantap, keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah dan temperatur tanah serta pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman Adi dkk., 1998; Sanchez, 1982. Fungsi biologis bahan organik adalah sebagai sumber energi dan makanan mikroorganisme tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang sangat bermanfaat dalam penyediaan hara dan siklus hara dalam tanah serta akan mengurangi pencemaran lingkungan Saraswati dan Sumarno, 2007. Mengingat pentingnya peranan bahan organik dalam mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah, maka upaya peningkatan kesuburan tanah melalui daur ulang nutrisi tanaman harus dioptimalkan Saraswati dan Sumarno, 2007. Sumber bahan pupuk organik yang banyak terdapat di sekitar petani adalah pupuk kandang dan jerami. Sebagian besar unsur hara yang terdapat dalam pupuk organik serasah tanaman yang ditambahkan ke tanah berada dalam bentuk senyawa organik. Unsur hara dalam bentuk senyawa organik tersebut tidak dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman, maka serasah tanaman tersebut harus mengalami proses dekomposisi atau mineralisasi. Dekomposisi atau mineralisasi adalah proses perombakan senyawa organik pada serasah tanaman secara biologis menjadi bentuk senyawa anorganik, sehingga bisa diserap tanaman. Proses perombakan bahan organik yang terjadi secara alami akan membutuhkan waktu relatif lama, hal ini sangat menghambat penggunaan bahan organik sebagai sumber hara. Apalagi jika dihadapkan pada tenggang waktu masa tanam yang singkat, sehingga pembenaman bahan organik sering dianggap kurang praktis dan tidak efisien. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan inokulasi pupuk hayati mikroba perombak bahan organik MPBO guna mempercepat proses perombakan bahan organik. Penggunaan pupuk hayati MPBO telah banyak digunakan untuk mempercepat proses dekomposisi dalam pembuatan bokasi atau kompos Saraswati dan Sumarno, 2007. Penggunaan pupuk hayati MPBO untuk mempercepat proses dekomposisi bahan organik yang langsung digunakan di lapangan belum banyak dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian penggunaan pupuk hayati MPBO Biomikro dilapangan untuk mempercepat penggunaan kombinasi jerami dan pupuk kandang dalam menyumbangkan N pada tanaman jagung.

B. Tujuan Penelitian