Akuntansi Piutang Pada PT. Cahaya Gunung Sakti

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM EKSTENSI MEDAN

S K R I P S I

AKUNTANSI PIUTANG PADA PT. CAHAYA GUNUNG SAKTI

Oleh :

Nama : Dwi Liza Ramadhani Nim : 070522011

Departemen : Akuntansi

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skipsi saya yang berjudul “ Akuntansi Piutang Pada PT. Cahaya Gunung Sakti” adalah benar hasil karya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat , dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan, 06 Juli 2010 Yang membuat pernyataan

Dwi Liza Ramadhani NIM. 070522011


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Syukur Alhamdulialah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan hidayah serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini di susun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi Program Ekstensi S-1 Universitas Sumatera Utara. Dalam skripsi ini penulis membahas masalah tentang “ Akuntansi Piutang Pada PT. Cahaya Gunung Sakti”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi yang terkandung dalam skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan hati yang tulus dan ikhlas menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca guna penyempurnaan skipsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menerima banyak bantuan dari bebagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tabfu Ritonga MEc, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar M.Si, AK. Selaku Ketua Jurusan Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Mutia Ismail,MM,Ak. Selaku Sekretaris Jurusan Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.


(4)

5. Bapak Drs. Syahelmi, MSi, Ak. Selaku penguji I 6. Ibu Dra Salbiah, MSi, Selaku Penguji II

7. Kedua orang tua dan keluarga yang telah banyak memberikan bantuaan baik materiil maupun moral.

Akhir kata penulis memohon kepada Allah SWT, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, mahasiswa- mahasiswi Jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Medan, 06 Juli 2010 Penulis

Dwi Liza Ramadhani NIM. 070522011


(5)

ABSTRAK

Piutang ini tentu mempunyai aspek positif dan negative terhadap perusahaan . Piutang adalah klaim yang dimiliki seseorang terhadap orang lain dalam bentuk uang, barang dan jasa. Piutang merupakan salah satu unsur aktiva yang dilaporkan dalam neraca. Namun piutang dapat mengakibatkan biaya – biaya dan dapat berakhir menjadi piutang tak tertagih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektifitas internal kontrol piutang yang berjalan di dalam PT. Cahaya Gunung Sakti. Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan metode deskriptif dan metode komperatif. Adapun metode deskriptif merupaka metode analisa dengan menggumpulkan , menafsirkan data sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Sedangkan metode komperatif adalah metode yang membandingkan uraian teoritis dengan hasil – hasil data penelitian yang telah di lakukan. Sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa PT. Cahaya Gunung sakti telah melakukan berbagai kebijakan dalam penjualan kredit . Akan tetapi seperti kebijakan – kebijakan yang di terapkan belum semuanya dapat meningkatkan pendapatan bagi perusahaan. Perlunya suatu pengawasan yang baik dan independent dari bagian keuangan sehingga fungsinya dapat berjalan. Sehingga efektifitas internal kontrol dapat berjalan sesuai dengan yang di harapkan perusahaan.

Kata kunci : Prosedur Penjualan kredit, Sistem Penerimaan Kas, Internal Kontrol pada piutang, Akuntansi Piutang.


(6)

ABSTRACT

The accounts receivable, of course has positive and negative aspects on the company. It is a claim onwed by someone to another in the forms of some money, goods and service. The account receivable is one of the assets reported in the balance. However, the accounts receivable can lead to costs or charges and it can last ito the uncollectable accounts receivable. The objective of this study is to know how the effectiveness of the internal control of the account receivable progressing at PT. Cahaya Gunung Sakti

In conduting the study, the writer used descriptive and comparative methods. The descriptive method is analysis one by collecting and estimating the data as the reality. Whereas, the comparative method is metod of comparing the theoretical description to the results of the collected data by which the conclusion may be drawn.

Based on the ersult of the study, it has been known that PT. Cahaya Gunung Sakti has made various policies in sale of credit. However, as the other policies implemented previously, still not all can increase the income of the company. It is required to conduct a better and independent control of the financial section so that it may function well. Thus, the effectiveness of the internal control can progress as expected by the company.

Keywords : Procedure of Credit Selling, Cash Inflow System, Internal Control of Accounts Receivable, Accounts Receivable Accounting


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN i

KATA PENGANTAR ii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Perumusan Masalah 4

C. Batasan Masalah 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

A. Pengertian Piutang 6

B. Akuntansi Piutang 11

1.. Metode Posting Langsung 13

2. Metode Tanpa Buku Pembantu 14 3. Metode Penghapusan Langsung 15

4. Analisis Rasio 16

C. Kebijakan Penjualan Kredit 17 1. Prosedur Penjualan Kredit 18

2. .Sistem Penerimaan Kas 22

3. Internal Control pada Piutang 23 D. Tinjauan Penelitian Terdahulu 26

E. Kerangka Konseptual 27

BAB III METODE PENELITIAN 28

A. Jenis Penelitian 28

B. Jenis dan Sumber Data 28


(8)

D. Metode Analisis Data 29

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 30

A. Data Penelitian 30

1. Gambaran Umum Perusahaan 30

2. Struktur Organisasi Perusahaan 31

3. Akuntansi Piutang 36

4. Kebijakan Dalam Penjualan Kredit 47

a. Prosedur Penjualan Kredit 47

b. Sistem Penerimaan Kas 51

c. Internal Control Pada Piutang 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 54

A. Kesimpulan 54

B. Saran 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran I Bagan Arus Piutang Judul

Lampiran II Diagram Gambar Sistem Penerimaan Tunai/Kas Lampiran III Bagan Struktur Organisasi PT.Cahaya Gunung Sakti Lampiran IV Neraca PT.Cahaya Gunung Sakti


(10)

ABSTRAK

Piutang ini tentu mempunyai aspek positif dan negative terhadap perusahaan . Piutang adalah klaim yang dimiliki seseorang terhadap orang lain dalam bentuk uang, barang dan jasa. Piutang merupakan salah satu unsur aktiva yang dilaporkan dalam neraca. Namun piutang dapat mengakibatkan biaya – biaya dan dapat berakhir menjadi piutang tak tertagih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektifitas internal kontrol piutang yang berjalan di dalam PT. Cahaya Gunung Sakti. Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan metode deskriptif dan metode komperatif. Adapun metode deskriptif merupaka metode analisa dengan menggumpulkan , menafsirkan data sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Sedangkan metode komperatif adalah metode yang membandingkan uraian teoritis dengan hasil – hasil data penelitian yang telah di lakukan. Sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa PT. Cahaya Gunung sakti telah melakukan berbagai kebijakan dalam penjualan kredit . Akan tetapi seperti kebijakan – kebijakan yang di terapkan belum semuanya dapat meningkatkan pendapatan bagi perusahaan. Perlunya suatu pengawasan yang baik dan independent dari bagian keuangan sehingga fungsinya dapat berjalan. Sehingga efektifitas internal kontrol dapat berjalan sesuai dengan yang di harapkan perusahaan.

Kata kunci : Prosedur Penjualan kredit, Sistem Penerimaan Kas, Internal Kontrol pada piutang, Akuntansi Piutang.


(11)

ABSTRACT

The accounts receivable, of course has positive and negative aspects on the company. It is a claim onwed by someone to another in the forms of some money, goods and service. The account receivable is one of the assets reported in the balance. However, the accounts receivable can lead to costs or charges and it can last ito the uncollectable accounts receivable. The objective of this study is to know how the effectiveness of the internal control of the account receivable progressing at PT. Cahaya Gunung Sakti

In conduting the study, the writer used descriptive and comparative methods. The descriptive method is analysis one by collecting and estimating the data as the reality. Whereas, the comparative method is metod of comparing the theoretical description to the results of the collected data by which the conclusion may be drawn.

Based on the ersult of the study, it has been known that PT. Cahaya Gunung Sakti has made various policies in sale of credit. However, as the other policies implemented previously, still not all can increase the income of the company. It is required to conduct a better and independent control of the financial section so that it may function well. Thus, the effectiveness of the internal control can progress as expected by the company.

Keywords : Procedure of Credit Selling, Cash Inflow System, Internal Control of Accounts Receivable, Accounts Receivable Accounting


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan usaha yang semakin pesat, Mendorong lajunya tingkat pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan ini menunjukan pertumbuhan sektor ekonomi, baik sektor pemerintah maupun sektor swasta yang bergerak di bidang industri, jasa, maupun perdagangan. Tingkat persaingan yang semakin ketat, menantang perusahaan untuk menjalankan operasi perusahaan yang dapat menembus dunia usaha yang semakin kompetitif demi pertumbuhan perusahaan. Perusahaan akan selalu berusaha untuk menghasilkan laba yang sebesar – besarnya. Kegiatan penjualan adalah kegiatan yang berkaitan dalam usaha mencapai laba yang maksimal. Oleh karena itu kegiatan penjualan memegang peranan yang sangat penting bagi perusahaan dalam pencapaian tujuan perusahaan, baik yang menyangkut kelanjutan perusahaan maupun untuk pengembangan selanjutnya.

Sebelum penjualan dilakukan biasanya disepakati terlebih dahulu bagaimana cara pembayaran transaksi tersebut apakah secara tunai atau secara kredit. Apabila secara tunai maka perusahaan akan langsung menerima kas, namun apabila pembayaran dilakukan secara kredit maka perusahaan akan mencatat piutang di neraca hingga pada saat penagihan berhasil memperoleh pembayaran kas. Penjualan secara kredit merupakan salah satu usaha untuk memberikan fasilitas kredit yang memudahkan konsumen dalam memperoleh barang dan jasa.


(13)

Dengan tertagihnya piutang atas penjualan secara kredit, maka tujuan perusahaan untuk memperoleh laba yang semaksimal mungkin dapat tercapai.

Piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit, yang merupakan investasi jangka pendek dan tidak kalah pentingnya dengan investasi dalam persediaan maupun akiva tetap lainnya. Ini di karenakan piutang adalah investasi yang menguntungkan. Piutang juga merupakan komponen aktiva lancar yang cukup material di dalam perusahaan. Di dalam dunia bisnis, perusahaan melaksanakan kebijakan penjualan kredit. Ini untuk menjaga posisi perusahaan dalam persaingan. Kebijakan penjualan kredit ini merupakan kebijakan yang biasa dilakukan di dalam bisnis untuk merangsang minat para calon konsumen. Hal ini dikarenakan calon komsumen akan dimungkinkan untuk memakai atau menikmati jasa dan barang yang di belinya tanpa harus segera mengeluarkan uang tunai pada saat membeli. Jadi kebijakan ini sengaja di lakukan guna memperluas pangsa pasar dan meningkatkan hasil penjualan.

Namun tentu saja kebijakan ini mempunyai segi positif dan negatif dalam pelaksanannya. Segi positif nya yaitu memperluas pangsa pasar, mendorong atau meningkatkan penjualan guna meningkatkan laba perusahaan. dan segi negatifnya adalah timbulnya resiko bagi perusahaan akan tidak dapat tertagihnya sebagian atau bahkan munkin seluruh dari piutang tersebut. Tidak tertagihnya piutang ini terjadi karena adanya pelanggan atau konsumen yang menunggak pembayaran karena ketidakmampuan atau sengaja tidak melakukan pembayaran. Piutang juga mengakibatkan timbulnya biaya – biaya seperti biaya piutang tidak tertagih ,


(14)

biaya administrasi, biaya dana yang diinvestasikan dalam piutang. Peningkatan penjualan kredit yang menimbulkan kenaikan piutang tentu memberikan keuntungan pada perusahaan. Namun keuntungan itu masih merupakan keuntungan semu. Ini dikarenakan kemungkinan adanya piutang tersebut berakhir sebagai piutang tak tertagih dan jumlah piutang pada perusahaan setiap bulannya relatife berfluktuasi.

Penulis mengadakan penelitian pada PT.Cahaya Gunung Sakti yang bergerak di bidang memproduksi batu es. Kegiatan utamanya adalah memproduksi dan memasarkan Es batu. Dan untuk untuk menghadapi tingkat persaingan perusahaan sejenis PT. Cahaya Gunung Sakti memberikan fasilitas penjualan kredit. Hal ini yang menyebabkan timbulnya piutang.

Berdasarkan neraca lima tahun terakhir terlihat peningkatan jumlah piutang dari tahun ketahun, di sertai dengan semakin meningkatnya jumlah piutang yang tidak tertagih.Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2008 dimana jumlah piutang tak tertagih sebesar Rp. 1.050.773.625 atau 30% dari jumlah penjualan tersebut dibandingkan dengan tahun 2007 dimana jumlah piutang tak tertagih sebesar Rp. 512.572.500 atau 15 % dari penjualan tahun 2007. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut tentang piutang yang terjadi dan bagaimana ke efektivitasan internal control pada PT. Cahaya Gunung Sakti dan membahasnya dalam bentuk skripsi dengan judul; “ Akuntansi Piutang Pada PT. Cahaya Gunung Sakti”


(15)

B. Perumusan Masalah

Berkenaan dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dan melihat besarnya jumlah piutang yang ada di perusahaan dan modal kerja yang tertanam dalam piutang tersebut, maka masalah akuntansi dalam penilaiannya serta kebijakan dalam penjualan kredit mendapat perhatian utama dari pihak manajemen agar tujuan perusahaan tercapai seperti yang telah di tetapkan. Berdasarkan uraian di atas, maka Perumusan Masalah yang dapat disimpulkan Penulis adalah

1. Apakah yang dilakukan perusahaan untuk mengatasi kenaikan piutang tak tertagih?

2. Bagaimana efektivitas internal kontrol Piutang di perusahaan?

C. Batasan Masalah

Melihat luasnya cakupan akuntansi piutang, maka penulis lebih menfokuskan penelitiannya pada internal kontrol piutang di dalam perusahaan dan lebih spesifik terhadap piutang dagang yang tidak tertagih serta di ikuti dengan perhitungan rasio untuk melihat efektivitas internal kontrol piutang pada perusahaan tersebut.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setelah melihat beberapa permasalahan yang ada, yang menjadi tujuan dalam penelitian adalah


(16)

1. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi terhadap piutang dalam perusahaan menurut PSAK

2. Untuk melihat bagaimana efektivitas internal kontrol piutang yang berjalan di dalam perusahaan

Adapun manfaat dari Penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, dapat memberikan gambaran dan informasi bagi penulis dan pembaca mengenai penelitian dan penyajian piutang di neraca yang diterapkan dalam perusahaan, sehingga dapat membandingkan dengan teori yang di peroleh selama perkuliahan.

2. Bagi perusahaan, untuk masukan berupa saran pada perusahaan agar tercapainya efektifitas internal kontrol piutang

Bagi pihak lain, penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis, dan acuan untuk melanjutkan penelitian tentang piutang perusahaan


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Piutang

Menurut Mas’ud Machfoedz (2007:174) : Adalah klaim terhadap pihak lain agar pihak lain tersebut membayar sejumlah uang atau jasa dalam waktu paling lama satu tahun atau satu periode akuntansi, jika periode akuntansi tersebut lebih lama dari satu tahun.

Menurut IFRS (International Financial Reporting Standart) IAS 1 (Revised 2009) Presentation of Financial Statements Account Receivable is amounts owed to the company for services performed or products sold but not yet paid for.

Pihak lain di sini dimaksudkan sebagai orang atau badan usaha di luar perusahaan yang mempunyai hubungan transaksi dengan perusahaan. Timbulnya tuntutan disebabkan beberapa jenis transaksi yang umumnya berupa penjualan barnag atau jasa yang dilakukan secara kredit. Tuntutan dalam bentuk uang, misalnya pemberian kredit oleh bank kepada nasabah, pinjaman kepada pegawai perusahaan, pinjaman kepada anak perusahaan dan sebagainya. Tuntutan dalam bentuk barang dan jasa, misalnya penyerahan atas barang yang telah di lunasi dan penyelesaian atas kontrak yang telah ditandatangani.

Menurut Kousen dan Steve Albert, Piutang dagang sebagai aktiva lancar, memiliki janka waktu yang singkat yang biasanya dapat dicairkan menjadi kas dalam janka waktu 10-60 hari. Definisi secara lengkap


(18)

menurut Skousen dan Albert (2009:315) : Account receivable are short term, liquid assets that arise fron credit sales to customers. Sometime called trade receivable, these assets are usually converted to cash within 10 to 60 days”.

Pada penjualan secara kredit antara perusahaan dan pihak langganan biasanya diadakan perjanjian, baik secara tertulis maupun lisan, pelanggan berjanji akan membayar kepada perusahaan atas nilai semua penyerahan barang atau jasa yang diberikan perusahaan kepadanya. Mulai saat itu perusahaan mencatat terjadinya penjualan sampai saat kas dapat di tagih (diperoleh), maka perusahaan memiliki tuntutan kepada pelanggan atas nilai barang atau jasa yang telah diserahkan. Piutang juga dapat timbul ketika perusahaan memberikan pinjaman kepada karyawan/pegawai.

Piutang dagang dapat timbulnya dari:

a. Penjualan barang, apabila pemilikan sudah pindah kepada si pembeli, yang pada umumnya apabila barang sudah dikirim kepada langganan dan pembayaran dilakukan pada saat tagihan jatuh tempo.

b. Penjualan jasa, apabila pekerjaan itu telah selesai dan dalam hal pekerjaan bangunan piutang dapat dihitung dari bahagian pekerjaan yang telah selesai.

Piutang merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat liquid yang biasanya di konfersikan kedalam kas dalam satu periode kurang dari 1 tahun. Oleh karena ini sangat penting artinya untuk membuat pengendalian piutang, akuntansi piutang yang meliputi pengakuan, penggolongan, penilaian dan


(19)

pelaporannya serta kebijakan penjualan kredit yang efektif untuk menjamin penagihan piutang yang tepat waktunya dan mengurangi kerugian akibat piutang tak tertagih.

Piutang dapat di klasifikasikan atas piutang dagang dan piutang non dagang yang dilaporkan secara terpisah di dalam neraca. Pengertian masing – masing piutang baik piutang dagang dijelaskan dalam uraian di bawah ini.

1. Trade Receivable (Piutang dagang), adalah jumlah tagihan atas segala sesuatu hak perusahaan kepada langganan akibat penjualan barang dan jasa yang didukung oleh suatu janji formal tertulis untuk membayar. Trade Receivable ini di klasifikasikan lagi menjadi 2 jenis.

a. Account Receivable, yaitu menampilkan jumlah kredit jangka pendek yang diberikan kepada langganan yang biasanya jatuh tempo dalam periode kurang dari satu tahun yaitu dalam tiga puluh sampai sembilan puluh hari dengan menggunakan perjanjian formal antara penjual dan pembeli yang di dukung dengan dokumen – dokumen seperti faktur, order penjualan dan kontrak pengiriman. Secara normal tidak di kenakan bunga, walaupun ada kemungkinan bunga atau beban jasa yang di tambahkan jika pembayarannya tidak dilakukan dalam suatu periode yang spesifik yaitu periode dimana debitur wajib membayar hutangnya.

b. Note Receivable, merupakan piutang dagang yang di dukung oleh janji formal tertulis untuk membayar suatu jumlah uang tertentu pada


(20)

saat wesel tersebut jatuh tempo. Dengan demikian wesel ini memiliki kelebihan di bandingakan dengan piutang yang tidak didukung oleh janji tertulis. Di dalam janji tertulis ini dinyatakan untuk membayar jumlah yang terutang oleh pembeli yang akan di bayar pada tanggal yang tertera di dalam wesel sehingga ada kepastian jumlah dan waktu pemebayaran. Wesel ini juga dapat di jadikan sebagai alat pembayaran kewajiabn kepada pihak lain jika pemegang wesel ini memerluakn uang tunai dengan segera.

Piutang wesel memiliki jangka waktu yang lebih panjang karena piutang wesel biasanya adalah perpanjangan dari piutang dagang. Dalam hal ini pembelian yang tidak dapat melunasi kewajiabannya terkait dengan piutang dagang telah jatuh tempo, berdasarkan anjuran pihak penjual atau mungkin juga atas kemauan pembeli dapat menerbitkan suatu piutang wesel untuk menyelesaikan kewajibannya dari piutang ini disebut dengan wesel tagih.

Wesel tagih dapat di golongkan atas 2 jenis yaitu:

a. wesel tagih berbunga (interest bearing notes), yang di dalamnya dinyatakan beberapa persen tingkat bunga, tanggal jatuh tempo, nilai nominal dan sebagainya. Pada saat jatuh tempo pihak yang mengeluarkan wesel harus membayar sejumlah nominal di tambah dengan bunga yang terutang.

b. Wesel tagih tanpa bunga, didalamnya dinyatakan jumlah yang harus dibayar dan tanggal jatuh temponya tetapi tidak menentukan suatu


(21)

tarif bunga melainkan jumlah nominalnya meliputi beban bunga, sehingga nilai sebenarnya merupakan selisih tersebut. Pada saat jatuh tempo pihak yang mengeluarkan wesel akan membayar sejumlah nilai nominal.

2. Non Trade Receivable (piutang non dagang)

Non trade receivable atau piutang non dagang adalah piutang yang timbul oleh karena adanya transaksi – transaksi yang terjadi dalam perusahaan.

Piutang dagang timbul dari berbagai transaksi.

• Penjualan surat berharga atau harta benda lainnya selain persediaan • Uang muka kepada pemegang saham, para direktur, karyawan dari

perusahaan afiliasi.

• Setoran atau deposito kepada kreditor, perusahaan utilitas (perum) dan instansi- instansi lain.

• Tuntutan atas kerugian tau kerusakan • Tuntutan atas rabat atau resitusi pajak • Harga saham yang masih harus ditagih • Piutang deviden dan bunga.

Piutang non dagang umumnya didukung oleh dokumen berupa persetujuan formal yang acapkali juga tertulis. Piutang non dagang ini diikhtisarkan dalam judul perkiraan yang tepat dan dilaporkan secara terpisah dari laporan keuangan. Menurut Smith dan Skousen (2007:287) “ piutang juga dapat diklasifikasikan menurut lamanya tanggal jatuh tempo


(22)

dan klasifikasi semacam ini akan menghasilkan piutang lancar atau janka pendek dan piutang tak lancar atau janka panjang”.

Dalam hal ini klasifikasi aktiva lancar sudah mencakup semua piutang yang diidentifikasikan dapat tertagih dalam janka waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal, yang mana lebih panjang. Jadi untuk tujuan klasifikasi semua piutang dagang dianggap lancar, sementara setiap piutang non dagang perlu dianalisi secara terpisah guna menentukan apakah layak untuk di asumsikan akan tertagih dalam janka waktu satu tahun. Piutang tak lancar di bawah judul “ investasi” atau “aktiva tak lancar lainnya” atau sebagai pos tersendiri dari uraian yang sesuai. Tetapi klasifikasi yang sering digunakan dalam praktek adalah piutang usaha, wesel tagih, dan piutang lain- lain yang disajikan terpisah dengan identifikasi yang jelas.

B. Akuntansi Piutang

Pengertian akuntansi piutang adalah sistem dan prosuder pencatatan piutang yang dilakukan oleh setiap perusahaan. Menurut Mulyadi (2007 : 6) pengertian dari sistem dan prosedur adalah sebagai berikut :

Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Prosedur adalah suatu urutan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.


(23)

Menurut IFRS (International Financial Reporting Standart) praktik akuntansi untuk mengukur pendapatan dan piutang akan berubah. Jika suatu entitas kredit meluas kepada para pelanggan untuk waktu yang panjang, biasanya selama lebih dari enam bulan, PVdari akan lebih rendah daripada jumlah nominal. Oleh karena itu, piutang dan pendapatan diakui pada nilai PV dan bukan pada jumlah yang disebutkan dalam faktur pilihan pada pelanggan. PV adalah present value (PV) dari jumlah piutang dari pelanggan diskon pada suku bunga di mana pelanggan dapat meminjam dari pasar pada persyaratan dan kondisi yang sama

Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu sistem terdiri dari jaringan prosedur yang merupakan urutan kegiatan klerikal. Kegiatan klerikal terdiri dari kegiatan yang dilakukan untuk mencatat informasi dalam formulir, buku jumal dan buku besar yang meliputi : menulis, menggandakan, menghitung, memberi kode, mendaftar, mensortir, memindahkan dan membandingkan.

Sistem akuntansi piutang yang dimaksud di sini mencakup prosedur pencatatan piutang. Prosedur piutang merupakan prosedur akuntansi untuk mencatat timbulnya piutang. Menurut Baridwan (2009 : 15) "Untuk pencatatan piutang dapat digunakan 3 cara mengerjakan jurnal dan piutang yaitu metode tangan, metode posting langsung dan metode tanpa buku pembantu".

Dalam sistem pencatatan piutang ini dilakukan menurut siklus akuntansi yang biasanya dilakukan yaitu dalam metode jurnal dan posting setelah ada bukti atau dakumen yang sah yang dinyatakan bahwa transaksi itu telah terjadi. Untuk memiiih metode jurnal perlu pertimbangan segi frekuensi transaksi, jumlah pegawai dan banyaknya perkiraan buku besar yang diperlukan. Metode jurnal


(24)

yang diperbolehkan dalam sistem akuntansi untuk pembukuan piutang adalah metode posting langsung ke rekening dan metode tanpa buku pembantu.

1. Metode Posting Langsung

Metode posting langsung ke dalam kartu piutang dibagi menjadi 2 (dua) golongan, yaitu :

a. Metode posting harian:

Posting langsung ke rekening atau surat pcrrryataan piutang, yang dilakukan dengan membuat surat pernyataan piutang bersama dcngan pekerjaan posting ke buku pembantu piutang. Dengar cara infaktur yang diterima diposting ke buku pembantu piutang dan surat pernyataan piutang. Dapat juga dibuat tembusan ketiga yang berfungsi sebagai jurnal. Posting langsung ini dapat dilakukan setiap hari.

b. Metode posting periodik :

1. Posting ditunda, metode ini dilakukan sekaligus setelah faktur terkumpul dalam jumlah yang banyak. Faktur penjualan diterima dari bagian penagihan kemudian oleh bagian piutang disimpan sementara menunggu beberapa hari dan pada akhirnya secara sekaligus akan diposting ke dalam kartu piutang bersama-sama dalam sekali periode posting dengan menggunakan, mesin pembukuan.

2. Penagihan bersiklus (cycle billing). Dalam metode ini selama sebulan media disortir dan diarsipkan menurut nama pelanggan. Pada akhir bulan dilakukan kegiatan posting yang meliputi (a) posting media yang dikumpulkan selama sebulan tersebut ke dalam perrlyataan piutang dan kartu piutang dan (b) menghitung dan mencatat saldo setiap kartu piutang.


(25)

2. Metode Tanpa Buku Pembantu

Metode ini dilakukan dengan menyimpan faktur penjualan dengan nama pelanggan. Dalam hal ini tidak menggunakan buku pembantu piutang sehingga tidak ada pekerjaan posting ke buku pembantu. Simpanan faktur berfungsi sebagai buku pembantu piutang. Dalam melakukan pencatatan piutang anuntansi untuk mencatat transaksi

yang menyangkut piutang yaitu seperti yang dijelaskan dibawah ini: a. Jurnal Penjualan

b. Jurnal Umum

c. Jurnal Penerimaan Kas d. Kartu Piutang

e. Buku Tambahan Piutang

Piutang yang mungkin tidak dapat ditagih pada periode yang akan datang dijadikan sebagai beban operasi. Menurut Niswonger - Fess - Warren terjemahan Marianus (2005 : 238) "Beban operasi yang timbul karena tidak tertagihnya piutang, disebut beban atau kerugian dari piutang yang tidak dapat ditagih (uncollectible accounts), piutang ragu-ragu (doubtful accounts) atau hutang tidak terbayar (bad debts)".

Kutipan di atas memberi pengertian bahwa penaksiran piutang yang tidak tertagih akan lebih akurat jika didasarkan pada umur piutang dan perkiraan piutang yang belum diselesaikan pada tanggal neraca serta kemungkinan dapat terkumpulnya piutang. Piutang yang diperkirakan tidak tertagihnya dapat dihapuskan dengan menggunakan metode penghapusan langsung yang biasa dilaksanakan oleh perusahaaan.


(26)

3. Metode penghapusan langsung (direct write off method)

Jika perusahaan menggunakan metode penghapusan langsung pencatatan kerugian yang timbul karena tidak tertagihnya piutang dilakukan setelah piutang tersebut dinyatakan secara pasti tidak akan dapat ditagih. Tidak ada ketentuan umum satupun yang merupakan pedoman menentukan kapan suatu piutang atau suatu wesel tidak dapat ditagih. Kenyataan bahwa seorang pelanggan gagal membayar kewajibannya sesuai kontrak yang ditetapkan ataupun terpaksa menolak weselnya pada tanggal jatuh tempo belumlah berarti bahwa hutang tersebut tidak akan dapat ditagih. Apabila pelanggan tersebut bangkrut barulah ada petunjuk pasti bahwa sebagian atau seluruh piutang pelanggan tersebut tidak dapat ditagih. Petunjuk lainnya ialah perusahaan pelanggan itu ditutup, pelanggan kabur, penagihan berkali-kali yang terus saja gagal,pembatasan penagihan oleh ketentuan undang-undang. Selain atau debitur sendiri dapat langsung memberitahukan pada perusahaan bila ia benar-benar tidak mampu untuk melunasi hutangnya. Pencatatan yang dapat dilakukan dalam metode penghapusan langsung ini ada tiga.

1. Pada saat jumlah piutang yang tidak tertagih diketahui pasti, jurnalnya : Beban kerugian piutang ... xxx

Piutang dagang ... xxx

2. Pada saat piutang yang telah dihapuskan dapat ditagih kembali pada periode yang sama jurnalnya :

Piutang dagang ... xxx


(27)

3. Pada saat piutang yang telah dihapuskan dapat ditagih pada periode berikutnya,jurnalnya :

Piutang dagang ... xxx

Laba ditahan……… xxx 4. Analisis Rasio

Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan analisis keuangan memerlukan tolok ukur. Tolok ukur yang sering dipakai adalah rasio dan indeks. Rasio analisis keuangan meliputi dua jenis perbandingan. Pertama, analisis dapat memperbandingkan rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang untuk perusahaan yang sama. Dan juga dapat diperhitungkan berdasarkan laporan keuangan profoma atau proyeksi, dan di perbandingkan dengan rasio sekarang atau masa lalu.

Kedua, Perbandingan meliputi perbandingan rasio perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis atau dengan rata- rata industri pada satu titik yang sama ( perbandingan eksternal). Rasio dapat di kelompokan kedalam lima kelompok dasar yaitu;

1. Analisis Likuiditas

Rasio Lancar = Aktiva lancar / Utang lancar

Rasio Cepat = (Aktiva lancar – Persediaan )/ Utang lancar

Rasio Kas = ( Kas + Sekuritas yang dapat dipasarkan)/Utang lancar 2. Analisis Leverage

Rasio utang = Total utang/Total aktiva

Rasio Utang terhadap Ekuitas (DER) = Total Utang/Total Ekuitas Rasio Laba terhadap Beban Bunga (TIE) = EBIT/Beban bunga


(28)

3. Analisis Aktivitas Perusahaan

Rasio Perputaran Persediaan = Penjualan/Persediaan Periode Penagihan Rata- Rata = Piutan/Penjualan per hari

Rasio Perputaran Modal Kerja = Penjualan/ Modal kerja bersih Rasio Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan/Aktiva tetap

Rasio Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan/Total Aktiva 4. Analisis Ketidakmapuaan Perusahaan

Margin Laba Kotor = (Penjualan – HPP)/Penjualan Margin Laba Bersih = Laba Bersih /Penjualan Daya Laba Dasar = EBIT/Total Aktiva

Hasil Pengembalian atas Total Aktiva (ROA) = Laba Bersih/Total Aktiva Hasil Pengembalian Atas Ekuitas (ROE) = Laba Bersih/Ekuitas

5. Analisis Penilaian Pasar

Rasio Harga Terhadap Laba (PER) = Harga Saham/Laba Per Saham

Rasio Harga Pasar Terhadap Nilai Buku = Harga Pasar/Nilai Buku Per Saham

C. Kebijakan dalam Penjualan kredit

Istilah kebijakan mengacu kepada pedoman yang di buat oleh manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan dengan demikian, sebuah perusahaan mungkin memiliki kebijakan dalam hal penetapan harga pokok, pemberian kredit penjualan dan hubungan dengan karyawan.


(29)

Kebijakan dalam penjualan kredit ini bertujuan untuk mngendalikan piutang yang terjadi akibat penjualan kredit terutama menyangkut masalah pengendalian piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang dan evaluasi terhadap batasan pemberian kredit yang dijalankan perusahaan. Oleh karena itu variabel-variabel yang berkaitan dengan kebijakan meliputi:

1. Prosedur Penjualan Kredit

Dalam prosedur penjualan kredit dapat diuraikan sebagai berikut:

• Penerimaan order dari pembeli di terima oleh fungsi penjualan, fungsi penjualan mengisi formulir surat order pengiriman untuk memungkinkan berbagai pihak ( fungsi pemberi otorisasi kredit, fungsi penyimpanan barang, fungsi pengiriman, dan fungsi pencatatan) melaksanakan pesanan/ order yang diterima dari pembeli. • Persetujuan pemberian kredit oleh fungsi kredit untuk mengurangi

resiko tidak tertagihnya piutang bila terjadi penjualan kredit sebelum barang di kirim kepada pembeli lalu di tandatangani kepala bagian kredit pada dokumen kredit copy yang merupakan tembusan surat order pengiriman.

• Pengiriman barang kepada pelanggan di otorisasikan oleh bagian pengiriman dengan membubuhkan tanda tangan sebagai otorisasi dan cap sudah dikirim pada lembaran copy surat order pengiriman lalu dikirim untuk fungsi pengiriman sesuai dengan perintah pengiriman barang yang di terbitkan oleh fungsi penjualan dimana faktur penjualan itu di gunakan oleh fungsi penagihan piutang.


(30)

• Penetapan harga jual, syarat penjualan, syarat pengangkutan barang dan potongan penjualan yang berada di tangan direktur pemasaran dengan menerbitkan surat keputusan mengenai hal itu.

• Piutang terbentuk setelah bagian piutang membubuhkan tanda tangan pada faktur penjualan yang di buat berdasarkan dokumen copy surat order pengiriman yang kemudian sebagai bukti dalam penagihan pada saat jatuh tempo.

• Pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus didasarkan atas dokumen sumber yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap.

• Pencatatan kedalam catatan akuntansi harus dilakukan oleh karyawan yang diberikan wewenang untuk itu.

Dari kegiatan yang terjadi pada prosedur penjualan kredit, terdapat fungsi – fungsi yang terkait, yaitu:

a.Fungsi Penjualan

Proses penjualan dimulai dari fungsi penjualan yang menerima pesanan/order pelanggan yang mengidentifikasi tipe dan kuantitas dari barang dagangan yang minta. Hal terpenting dari dokumen sumber pada sistem penjualan adalah pesanan/order penjualan. Pesanan/order penjualan mengungkapkan informasi-informasi penting seperti nama dan alamat pelanggan, rekening pelanggan , rekening pelanggan, nama, nomor dan keterangan dari barang yang dijual, jumlah dan harga per unit,


(31)

dan informasi keuangan lainnya seperti pajak, potongan harga, dan ongkos angkut.

b. Fungsi Kredit

Langkah awal fungsi ini adalah melakukan transaksi persetujuan yang mana berhubungan dengan pemereksiaan kelayakan pemberian kredit kepada pelanggan. Dalam memutuskan sifat/jenis pemeriksaan pemberian kredit sangat bergantung pada keadaan saat terjadinya penjualan. Fungsi ini juga bertangung jawab untuk membuat bukti memorial atas dasar surat keputusan direktur keuangan untuk penghapusan piutang yang sudah tidak dapat ditagih.

c. Fungsi Gudang

Fungsi penjualan menyerahkan surat perintah pengeluaran barang dan salinan pesanan penjualan ke bagian pergudangan . dokumen ini mengidentifikasikan bahwa barang persediaan harus ditempatkan dan diambil dari tak – rak gudang. Data catatan persediaan memberikan tanggung jawab kepada petugas gudang untuk mengawasi dan melakukan catatn persediaan akan mengganngu fungsi pengendalian internal.

d. Fungsi Pengiriman

Sebelum menerima barang dan salinan surat perintah pengeluaran barang, fungsi pengiriman menerima salinan dokumen pengiriman dan surat jalan yang berasal dari fungsi penjualan. Dokumen pengiriman bersama dengan barang dikirim kepada pelanggan untuk menggambarkan isi kiriman tersebut. Petugas pengiriman menyerahkan barang, dokumen


(32)

pengiriman dan dua salinan dan dokumen tagihan bongkar muat barang kepada perusahaan jasa pengiriman, kemudian melakukan tugas – tugas sebagai berikut:

1. Mencatat pengiriman pada buku harian pengiriman barang.

2. Menyerahkan dokumen surat perintah pengeluaran barang dan surat jalan ke departemen penagihan sebagai buktipengiriman sudah di laksanakan.

3. Menyimpan satu salinan untuk tiap – tiap dokumen pengiriman dan dokumen tagihan bongkar muat.

e. Fungsi Penagihan

Fungsi penagihan merupakan pusat kegiatan dari sistem pesanan penjualan fungsi ini juga mengumpulkan informasi tentang transaksi penjualan dan mencocokan , menerjemahkan , dan mendistribusikan informasi ini ke fungsi lainnya. Fungsi penagihan melakukan pembukuan sesuai dengan tugas- tugas sebagai berikut:

1. Mencatatat penjualan pada jurnal penjualan

2. Mengirimkan salinan buku besar dari pesanan penjualan pada bagian piutang.

3. Mengirimkan surat perintah pengiriman barang kepada pengawasan persediaan.


(33)

f. Fungsi Pecatatan Piutang

Fungsi piutang akan memposting data salinan buku besar pesanan penjualan pada buku besar tambahan piutang. Setiap pelanggan mempunyai data pada buku besar tambahan piutang yang berisi informasi seperti: nama pelanggan, alamat pelanggan, data kredit, tanggal transaksi, nomor tagihan, pembayaran kredit, retur dan saldo piutang. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang timbul dari transaksi penjualan kredit, mencatat berkurangnya piutang karena transaksi retur penjualan, penerimaan kas dari piutang, penghapusan piutang yang tertagih, dan membuat serta mengirimkan pernyataan piutang kepada para debitur.

2. Sistem Penerimaan Kas

Prosedur penerimaan kas meliputi pengumpulan kas, deposito kas di bank, dan pencatatan peristiwa-peristiwa ini dalam akun (piutang dagang dan kas). Banyak variasi metode yang digunakan dalam sistem ini. Adapun aktivitas yang dilakukan adalah :

a. Cek dari informasi keuangan pendukung lainya (nomor rekening pelanggan, nama pelanggan, nilai cek, dan sebagainya) tersedia pada saat bukti pembayaran diterima pada raang penerimaan dokumen. Dirnana dokumen-dokumen tersebut dipilah-pilah. Cek dikirimkan ke kasir, pada departemen penerimaan tunai/kas, dan bukti pembayaran. dikirimkan ke departemen piutang.


(34)

b. Cek diterirna oleh kasir dan dicatat pada jurnal penerimaan tunai/kas dan langsung disetorkan ke bank.

c. Bukti pembayaran yang di terima oleh bagian piutang di gunakan untuk mengurangi saldo rekening pelanggan sebesar nilai pembayaran.

d. Bagian penerimaan tunai/kas dan bagian piutang mengirimkan ringkasan informasi tersebut ke sistem buku besar umum. Infornasi ini dicocokkan dan digunakan untuk memperbaharui rekening kontrol piutang dan rekening kas.

3. Internal Control Pada Piutang

Internal Control menurut Commite on Auditing Procedur American Institute of Carifed Public Accountant (ICPA) adalah sebagai berikut:

Internal control mencakup rencana organisasi dan semua metode serta tindakan yang telah digunakan di dalam perusahaan untuk mengamankan aktivanya, mengecek kecermatan dan keandalan dari data akuntansinya, memajukan efisiensi operasi, dan mendorong ketaatan pada kebijaksanaan – kebijaksanaan yang telah ditetapkan pimpinan.

Dalam hal ini penulis lebih memfokuskan perhatian pada pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang yang di lakukan di dalam perusahaan yang akan berdampak besar terhadap besarnya piutang yang tak tertagih yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dan menjadi beban bagi perusahaan.

Pengendalian dalam hal pemberian dan pengumpulan piutang ini menyangkut resiko kredit yang mungkin dihadapi oleh perusahaan. Resiko kredit adalah resiko tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para langganan. Oleh karena itu perusahaan sangat penting melakukan seleksi kepada calon para pelanggan sebelum memutuskan untuk menyetujui permintaan atau penambahan kredit oleh


(35)

para calon pelanggan dengan mengadakan evaluasi kredit langganan tersebut adalah :

a. Credit Standards

Credit Standar adalah penilaian kelayakan kredit perusahaan lain. Dalam ha1 ini meliputi 5 C yaitu :

Character ; menunjukkan kemungkinan atau probabilitas dari langganan untuk secara jujur berusaha untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya. Hal ini menyangkut aspek moral yang merupakan faktor penting dalam mengevaluasi kredit.

Capacity ; berkaitan dengan penilaian akan kemampuan pelanggan. Hal ini diukur dari recor di waktu lalu dilengkapi dengan observasi secara fisik atas kegiatan usaha, profesi dan lain sebagainya.

Capital ; diukur dari posisi keuangan perusahan secara umum yang diperlihatkan oleh analisa ratio finansial yang khususnya ditekankan pada aktiva materil perusahaan.

Collateral ; diwakili oleh aktiva yang ditukarkan oleh pelanggan. sebagai jaminan kredit yang diberikan.

Condition ; menunjukan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada umumnya terhadap perasahaan yang bersangkutan atau perkembangan khusus dalam suatu bidang ekonomi tertentu yang mungkin mempunyai efek terhadap kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajibannya.


(36)

b. Credit Period

Jangka waktu atau sering juga disebut syarat pembayaran utang mungkin dinyatakan sebagai 2/10, net 30. Hat ini maksudnya potongan 2% akan diberikan bila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari, tetapi keseluruhan pembayaran harus dilakukan dalam waktu 30 hari.

Memperpanjang jangka waktu kredit mungkin akan menaikkan penjualan tetapi juga akan menaikkan dana yang terikat pada piutang. Dalam hal demikian hendaknya dipertimbangkan apakah tambahan laba karena meningkatnya penjualan lebih besar dari biaya yang harus dikeluarkan untuk membelanjai kenaikan investasi piutang.

c. Cash Discount

Pengaruh pemberian potongan tunai sama dengan pengaruh perubahan jangka waktu kredit. Potongan yang lebih besar akan imveriarik- pembeli dan meningkatkan penjualan tetapi tambahan laba yang diperoleh karena naiknya penjualan harus dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan berupa kenaikan dalam potongan yang diberikan.

d. Collection Policy

Kebijakan penagihan tercermin di dalam prosedur yang ditempuh perusahaan di dalam usaha memperoieh pembayaran-pembayaran dari piutang yang lampau waktu, misalnya pengiriman surat penagihan bilamana sudah lewat 1 minggu, surat yang lebih keras lagi bunyinya disusul dengan pembicaraan lewat telepon jika 1 bulan lebih piutang belum juga dibayar.


(37)

Dalam penjualan kredit perusahaan dapat juga menetapkan batas maksimal kredit kepada para pelanggan. Besarnya batas maksimal kredit untuk setiap pelanggan adalah berbeda-beda tergantung kepada kebijakan perusahaan disamping ketentuan seperti 5C di atas. Perusahaan juga merencanakan besarnya penerimaan kas setiap periode, dimana perusahaan menetapkan beberapa syarat pembayaran.

D. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa tinjauan penelitian terdahulu yang melakukan penelitian Sejenis: No Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian

1 Ainul Mardiah Akuntansi Piutang Pada CV. Benzi Putra Prima Medan

Pelaksanaan internal control yang kurang baik terutama untuk kebijakan – kebijkan penjualan kredit

2 Jehan Noor Akuntansi piutang Pada RS. Vina Estetika

Penyajian Piutang oleh perusahaan tidak sesuai dengan PSAK No. 9 Tahun 2002 dan prosedur otorisasi yang tidak mempunyai standar


(38)

E. Kerangka Konseptual

PT. Cahaya Gunung Sakti menyusun laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan. Jumlah piutang dagang yang terus tambah seiring dengan kenaikan jumlah penjualan kredit yang terjadi. Piutang dapat di hindari menjadi piutang tidak tertagih melalui kinerja internal control perusahaan. Efektivitas piutang dapat dilihat dalam analisis rasio dan dapat dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya sehingga dapat dilihat bagaimana efektivitas internal control dalam menekan jumlah piutang tak tertagih di perusahaan yang di sajikan di dalam neraca.

Piutang Dagang

Internal Control

PT. CAHAYA GUNUNG SAKTI

Laporan Keuangan Disusun Berdasarkan Prinsip Akuntansi Yang Berterima Umum (Standar Akuntansi

Keuangan)

Perlakuan Piutang Menurut PSAK dan IFRS


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian dimulai bulan November 2009 dan dilakukan di PT. Cahaya Gunung Sakti, yang bertempat di Jalan Jendral S.Parman Kompleks MBC (Medan Bisnis Center) Blok A-1.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ada 2 (dua), yaitu :

1 Data Primer

Data Primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). (Indriantoro dan Supomo,2006:146) yaitu berupa data piutang dan laporan keuangan perusahaan selama dua tahun terakhir.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung berkaitan dengan penelitian tersebut. (Indriantoro dan Supomo,2006:147) yaitu berupa struktur organisasi perusahaan .

C. Teknik Pengumpulan Data


(40)

1. Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung dengan pihak responden untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan melaksanakan penelitian.

2. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamati langsung terhadap dokumen-dokumen yang dikumpulkan selama penelitian.

D. Metode Analisa Data

Analisa data dilakukan mengunakan :

1. Metode deskriptif, yaitu metode yang mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan dan menganalisa data sehingga memberikan keterangan lengkap bagi masalah yang dihadapi.

2. Metode Komperatif, yaitu suatu metode analisis yang dilakukan dengan melihat prosedur kerja yang ada di perusahaan. Kemudian diambil suatu kesimpulan selanjutnya diberikan saran dari hasil kesimpulan tersebut.


(41)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A.Data Penelitian

1. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Cahaya Gunung Sakti Medan adalah perseroan terbatas yang berkedudukan di Jl. Jendral S. Parman Kompleks Medan Bisnis Center (MBC) Blok A-1 dan PT. Cahaya Gunung Sakti didirikan berdasarkan Akte No. 74 tanggal 29 April 1999 yang dibuat dihadapan Aida Sri Fatriani, SH, pengganti sementara dari Notaris Aniswar Yanis, SH, Notaris di Medan. Akte pendirian ini telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia, No.C-19014.HT.01.01.TH.00, tanggal 19 November 1999.

PT. Cahaya Gunung Sakti Medan ini memiliki pabrik es di daerah Tanjung Beringin. Pendirian pabrik es ini dikarenakan kebutuhan petani tambak dan nelayan di Kabupaten Langkat. Selama ini Kabupaten Langkat hanya ada satu pabrik es yaitu Bintang Mas dengan kapasitas produksi 1.600 batang per hari. Kekurangan kebutuhan es selama ini dipasok dari kota Medan dan langsa sehingga peluang kebutuhan es ini yang mendasari PT. Cahaya Gunung Sakti Medan untuk membuka usaha pabrik es di Kabupaten Langkat dengan kapasitas produksi 928 batang per hari. PT. Cahaya gunung Sakti pada saat ini dipimpin oleh seorang direktur yang bernama Kianto, SE, serta membawahi 42 orang tenaga kerja baik yang berkerja dikantor yang di Jl. Jendral S. Parman Kompleks MBC Blok A-1 maupun pabrik di Tanjung Beringin.


(42)

2. Struktur Organisasi Perusahaan

Untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan dalam mencapai kualitas dan kuantitas produk yang direncanakan, maka pihak perusahaan membuat struktur perusahaan dan pabrik pengelolaan es batangan seefektif mungkin. Dengan membuat pembagian tugas yang jelas antara satu bagian dengan bagian lainnya. Sehingga fungsi, kewajiban dan hak-hak masing-masing karyawan dapat dijalankan dengan efektif dan efisien.

Susunan organisasi perusahaan akan dipersiapkan seefisien mungkin dan didasarkan kepada masing-masing ungsi yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan yang ditetapkan.

Uraian tugas dan tata kerja personil organisasi perusahaan PT. Cahaya Gunung Sakti Medan adalah sebgai berikut :

a. Komisaris

Komisaris adalah wakil dari para pemegang saham yang mempunyai fungsi untuk menetapkan garis-garis kebijaksanaan bersama direksi dan seluruh kegiatan perusahaan.

b. Direksi

Secara umum merupakan:

1) Penanggung jawab tertinggi terhadap segala kegiatan perusahaan baik intern maupun ekstern yang juga merupakan koordinasi tertinggi dalam menjalankan perusahaan ketujuan yang dikehendaki.

2) Berfungsi untuk prevoir (mempersiapkan). Organizer (menyusun), Commander (mengarahkan), dan Controller (mengendalikan).


(43)

Direksi sesuai dengan fungsinya harus mampu membuat garis-garis pokok kebijaksanaan dalam program kegiatan, menyusun organisasi, member komando serta penugasan kepada para pelaksannya dan memimpin pelaksanan tersebut, mengkoordinasi kegiatan-kegiatan pelaksanaan dan memeriksa apakah tindakan-tindakan yang dilakuakn sesuai dengan penugasan serta petunjuk yang diberikan. Direksi sebagai pimpinan puncak dapat melimpahkan tugas, wewenang dan tanggung jawab pada para bawahan dan mempunyai tugas-tugas utama sebagi berikut :

1) Menetapkan kebijaksanaan perusahaan, baik keluar maupun kedalam. 2) Memimpin dan mengawasai seluruh kegiatan kerja, aktivitas perusahaan,

ketentuan kebijaksanaan lainnya yang telah disepakati bersama antara dewan komisaris dan direksi.

3) Memiliki wewenang dan tanggung jawab tertinggi dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan kegiatan operasional maupun dalam pengembangan perusahaan dalam batas yang ditentukan.

4) Bertindak atsa nama perusahaan dalam mengadakan hubungan yang saling menguntungkan dengan perusahaan lain.

5) Menyampaikan laporan pertanggung jawaban yang ditungkan dalam laporan laba rugi, laporan neraca perusahaan dan lain-lain kepada rapat dewan komisaris yang dihadiri oleh para pemegang saham.

6) Mengkoordinasi seluruh kegiatan perusahaan. c. Manajer Pabrik


(44)

1) Melaksanakan, mengatur dan mengawasi rencana pekerjaan administrasi pabrik seperti perawatan bangunan pabrik, mesin-mesin, peralatan dan juga produksi yang disesuaikan oleh rencana yang digariskan oleh rencana yang digariskan oleh perusahaan.

2) Menyusun dan melaksanakan jadwal rencana pemeliharaan dan perawatan pabrik yang disesuaikan dengan petunjuk teknis syarat-syarat yang ditetapkan.

3) Menginventarisir juamlah asset yang ada menurut jenis, unsur dan kondisi serta mendelegasiakan atau mengkonirmasi kepada bagian administrasi dan keuangan.

4) Mengkoordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi permintaan dari staf pabrik dan para pekerjanya.

5) Menyusun datar kerja lembur, sesuai dengan kebutuhan dan yang disesuaikan dengan norma-norma perusahaan.

6) Menjaga suasana kerja yang baik dilingkungan pabrik yang di koordinirnya.

7) Mendelegasikan tugas-tugas lain yang dapat dikerjakan oleh para staf dan karyawannya.

8) Mengatur mengenai hak-hak dan kewajiban karyawandalam hal cuti tahunan, cuti sakit, izin dan lain-lain.

9) Memberikan bimbingan, petunjuk dan nasehat kepada para bawahan atau karyawan lainnya.


(45)

10) Menjalankan sanksi kepada staf, karyawan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di perusahaan.

11) Bertanggung jawab terhadap kelancaran pekerjaan pabrik yang di koordinirnya.

12) Bertanggung jawab terhadap pengeluaran-pengeluaran uang yang dipergunakan oleh bawahannya kepada pemilik.

d. Bagian Teknisi Pabrik

Tugas dan tanggung jawab bagian teknisi pebrik adalah :

1) Memberikan masukan kepada manajer pabrik dalam menetapkan kebijaksanaan perusahan khususnya masalah teknik mesin dan peralatan lainnya.

2) Memberikan intruksi untuk pelaksanaan kerja operator

3) Menjaga dan merawat mesin-mesin pabrik agar tetap awet dan sehat 4) Memperbaiki mesin-mesin atau peralatan pabrik yang rusak.

e. Mandor

Tugas dan tanggung jawab mandor adalah :

1) Mengawasi para karyawan yang bekerja dipabrik. 2) Mencatat waktu jam kerja setiap karyawan

3) Membuat laporan hasil kerja karyawan pabrik kepada personalia. f. Personalia

Tugas dan tanggung jawab personalia adalah :

1) Mencari dan menseleksi tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan 2) Memberikan arahan dan latihan kepada karyawan baru.


(46)

3) Mengawasi dan mengontrol sikap para karyawan pabrik. 4) Mengatur dan membuat daftar hadir karyawan.

5) Memecat dan memberhentikan karyawan sesuai dengan instruksi manajer. 6) Mengurus masalah hubungan keluar yaitu masalah pajak, orang

pemerintahan, masyarakat setempat dan alin sebagainnya. g. Pemasaran

Tugas dan tanggung jawab pemasaran adalah : 1) Mencari pembeli es untuk perusahaan.

2) Memasarkan es keluar perusahaan yaitu kedaerahan sekitar kabupaten langkat dan beberapa daerah lainnya yang masih membutuhkan es.

3) Menentukan harga standar penjualan es perusahaan. h. Keuangan

Tugas dan tanggung jawab keuangan adalah :

1) Menerima dan mengeluarkan dana perusahaan sesuai instruksi dari direktur utama, direktur dan manajer.

2) Mengurus dana perusahaan yang ada di bank-bank. 3) Membayar gaji karyawan.

4) Mengatur system pembayaran hutang perusahaan pada pihak pemasok. i. Administrasi

Tugas dan tanggung jawab administrasi adalah :

1) Mencatat semua transaksi akuntansi yang terjadi dalam perusahaan 2) Membuat laporan keuangan dan laporan akuntansi lainnya.


(47)

j. Umum

Tugas dan tanggung jawab bagian umum adalah untuk mengurus hal-hal umum yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan, misalnya mengurus listrik, air, mobil, memperbaiki bangunan kantor dan lain-lain.

3. Akuntansi Piutang

Piutang yang terjadi dalam PT. Cahaya Gunung Sakti adalah piutang dagang yang disebabkan oleh penjualan kredit. Penjualan kredit yang dilakukan perusahaan ini dicatat dengan mendebet perkiraan piutang dagang dan mengkredit perkiraan penjualan. Secara teoritis pencatatan piutang seperti ini sudah benar, demikian juga pencatatan penjualan yang dilakukan petusahaan yaitu pada saat terjadinya perjanjian antara perusahaan dengan pelanggan, meskipun pembayaran dilakukan 2 (dua) kali yaitu pada saat terjadinya perjanjian dan saat terjadinya kontrak setelah pesanan di antar ke pelanggan.

Penetapan terjadinya transaksi penjualan atau pengakuan pendapatan menurut teori disebutkan adalah pada saat hak atas barang tersebut pindah kepada pembeli, namun saat pemindahan hak itu dapat berbeda- beda menurut syarat penjualannya. Ini bukan berarti PT. Cahaya Gunung Sakti tidak tepat dalam hal pencatatan piutangnya, tetapi seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa pencatatan tergantung kepada persyaratan penjualan dimana salah satu persyaratan penjualan perusahaan adalah bahwa piutang harus dibayar setelah penjualan selesai dilakukan dan pesanan barang diantar paling lama 1 bulan setelah penandatangan kontrak. Jadi jika perusahaan ini mencatat penjualan/pengakuan pendapatan yaitu ketika kontrak disetujui hal ini sudahlah tepat.


(48)

Pencatatan piutang dilakukan pada buku besar piutang dan buku tambahan piutang. Pada bagian akuntansi pencatatan dilakukan pada jurnal penjualan, dan komputer langsung memposting ke ledger piutang dan sub ledger piutang. Dasar pencatatannya adalah lembar persetujuan kontrak yang dibuat rankap 2, 1 lembar untuk bagian gudang dan 1 lembar lagi untuk bagian akuntansi. Pada saat diterima pembayaran piutang ( pesanan telah sampai ke pelanggan), pencatatan dilakukan ke jurnal peneimaan kas

Dan komputer langsung memposting dan mengkredit ledger piutang sub ledger piutang.

Penilaian piutang pada suatu perusahaan merupakan hal yang penting. Hal ini disebabkan dengan tercantumnya nilai piutang di neraca dapat menunjukan tingkat likuiditas perusahaan tersebut. Hal ini juga penting untuk melihat bagaimana siklus perputaran piutang dalam perusahaan atau dengan kata lain bagaimana siklus kecepatan rata- rata waktu peredaran piutang. Untuk melaksanakan penilaian piutang perlu di teliti piutang yang telah jatuh tempo. Untuk pelanggan yang bankrut dan tidak dapat membayar piutang, perusahaan mempunyai kebijakan penghapusan piutang. Persetujuan penghapusan piutang ini berada di tangan direktur sebagai pimpinan perusahaan. Nota penghapusan piutang dibuka oleh bagian penjualan/pemasaran yang didalamnya ada alas an penghapusan piutang dengan jelas serta dilampirkan usaha – usaha penagihan yang telah dilakukan. Lembar 1 untuk bagian penjualan sebagai pertinggal, lembar 2 untuk bagian pembukuan. Bagian pembukuan mengkredit perkiraan piutang tersebut dan mendebet perkiraan biaya kerugian piutang. Metode penghapusan piutang yang


(49)

dilaksanakan oleh PT. Cahaya Gunung Sakti adalah metode penghapusan langsung. Metode penghapusan piutang seperti ini sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.

Dalam prakteknya PT. Cahaya Gunung Sakti tidak melakukan taksiran timbulnya biaya kerugian piutang atau taksirean tak tertagihnya piutang sehingga hal ini menyebabkan piutang yang disajikan tidak menggambarkan nilai yang sebenarnya. Cara ini tidak tepat karena seharusnya perusahaan melakukan taksiran biaya kerugian piutang untuk setiap piutang yang dimiliki oleh perusahaan , ini adalah cara yang tepat menurut prinsip akuntansi yang berlaku.

Penyajian piutang menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, di sajikan sebesar jumlah bruto tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat di terima. Dengan demikian maka untuk melaporkan piutang dalam neraca adalah sebesar jumlah yang akan direalisasikan yaitu jumlah yang dapat diharapakan akan dapat ditagih. Karena neraca disusun pada setiap akhir periode maka setiap akhir tahun perlu dihitung kerugian dari piutang- piutang.

Pada PT. Cahaya Gunung Sakti penyajian piutang dineraca hanya menyajikan nilai piutang bersih saja, sehingga sulit untuk mengetahui berapa jumlah piutang bruto yang sebenarnya, hal ini dikarenakan perusahaan menganut metode penghapusan piutang langsung. Untuk dapat menggambarkan keadaan yang sewajarnya piutang perlu digolongkan terlebih dahulu, menurut berlakunya waktu yaitu yang belum jatuh tempo atau yang sudah jatuh tempo. Cara ini disebut dengan analisa umur piutang. Cara ini dilakukan dengan menggolong – golongkan piutang yang sudah jatuh tempo menjadi beberapa bagian seperti:


(50)

- jatuh tempo 1-30 hari - jatuh tempo 31-60 hari - jatuh tempo 61-90 hari - jatuh tempo 91-180 hari - jatuh tempo 181 – 356 hari - jatuh tempo lebih dari 356 hari

berdasarkan penggolongan diatas ditetapkan masing – masing persentase taksiran piutang tak tertagih yang di peroleh dari pengalaman perusahaan, sehingga persentase piutang dapat diubah sesuai dengan kebijakan perusahaan. Pada akhir tahun perusahaan perlu membuat jurnal penyesuaian atas penyisihan piutang dagang tersebut.

Akuntansi piutang yang akan di uraikan penulis mencakup sistem dan prosedur yang dicatat atas piutang. Pembukuan piutang yang baik penting untuk menilai piutang setiap pelanggan. Atas dasar kontrak yang disetujui, bagian akuntansi mencatat penjualan ke dalam pembukuan penjualan beserta dengan down payment yang diterima untuk setiap buku tambahan piutang dan kartu piutang. Setiap akhir bulan bagian pembukuan memposting buku harian penjualan kedalam buku besar penjualan. Bukti pengantaran dan tanda terima barang oleh pelanggan dicatat dan disimpan ke dalam arsip. Berdasarkan laporan kas harian yang disampaikan oleh kasir, bagian keuangan mencatat penerimaan piutang kedalam buku besar piutang dan buku tambahan piutang. Jika bukti penyerahan barang telah di tandatangani oleh pembeli dimana pembeli langsung membayar pada saat penyerahan barang maka bukti itu di beri tanda/cap lunas. Hal ini lebih


(51)

memudahkan bagian pembukuan untuk melakukan pengecekan terhadap piutang yang telah lunas.

Jurnal yang kita lakukan untuk mencatat penjualan kredit : Cash ……….. Rp. xxx

A/R ……….Rp. xxx

Sales ………. Rp. xxx

Pembayaran piutang ini dapat dilakukan dengan cek, giro, bukti transfer maupun langsung kepada kasir. Atas pembayaran piutang ini perusahaan kemudian memberikan bukti telah terjadinya pelunasan piutang. Bukti ini digunakan sebagai dasar melakukan pengurangan atas perkiraan piutang. Potongan harga dapat juga diberikan kepada pelanggan lama yang dinilai baik oleh perusahaan. Potongan harga ini juga dapat diberikan pelanggan yang mengadakan transaksi yang cukup besar.

Sebagai bahan penilaian dan perbandingan dalam menilai piutang pada perusahaan, penulis menyajikan data piutang dan penjualan selama 2 tahun terakhir ( tahun 2007 dan 2008 ).


(52)

TABEL 4.1

DAFTAR PENJUALAN DAN PIUTANG

Keterangan 2007 2008

Penjualan: Penjualan Tunai Penjualan Kredit Total Penjualan

Piutang Dagang : Belum Jatuh Tempo Sudah Jatuh Tempo Total

Rp. 341.715.000

Rp. 3.417.150.000 Rp. 2.904.577.500

Rp. 871.373.250

Rp. 1.383.945.750 Rp. 512.572.500

Rp. 450.257.875

Rp. .4.202.063.000 Rp. 3.751.805.125

Rp. 786.505.435

Rp. 1.837.279.060 Rp 1.050.773.625

Sumber : PT. Cahaya Gunung Sakti, 2008

Dari data diatas dapat dilihat bahwa PT. Cahaya Gunung Sakti menggunakan metode penghapusan langsung sehingga tidak memberikan informasi yang tepat bagi pihak yang memakai laporan keuangan karena piutang yang lewat waktu masih dapat ditagih.

Berdasarkan data diatas dapat dilihat adanya kenaikan penjualan kredit dari tahun 2007 ke tahun 2008 dan piutang yang sudah jatuh tempo mengalami kenaikan, walaupun kenaikannya tidak begitu besar yang berarti bahwa penagihan piutang yang mengalami penurunan sehingga perlunya peningkatan efektivitas dari bagian penagihan untuk penerimaan kas. Hal ini juga disebabkan karena


(53)

perusahaan telah merubah kebijaksanaan penjualan kreditnya yang menyebabkan umur piutang semakin pendek/singkat, sehingga perputaran piutang itu cepat dan kemunkinan tertagihnya piutang itu besar.

Untuk penyajian piutang dalam neraca pada PT. Cahaya Gunung Sakti dapat diketahui bahwa perusahaan tidak mengadakan cadangan penghapusan piutang, sehingga penyajian laporan keuangan yang disampaikan tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Dalam hal ini perusahaan tidak menetapkan analisa umur piutang yang berguna untuk menentukan besarnya penyisihan piutang, dimana ini sangat penting untuk dapat melihat prioritas penagihan yang harus dilakukan sesuai dengan umur piutang sampai pada tanggal jatuh tempo. Jika perusahaan menggunakan metode penyisihan kerugian piutang, maka perusahaan dapat melihat bahwa jika piutang tersebut memang tidak dapat ditagih ataupun pelanggan pailit, maka perusahaan dapat menghapuskan penyisihan piutang dengan mendebetkan nya dan mengkreditkan piutang dagangnya sebesar nilai yang dihapuskan. Hal ini dapat dilihat pada lampiran IV.

Piutang yang dihapuskan oleh perusahaan pada tahun 2006 adalah sebesar Rp. 140.005.250. pada saat penghapusan piutang dijurnal sebagai berikut:

Biaya kerugian piutang ………Rp. 140.005.250

Piutang usaha………..Rp. 140.005.250

Namun perusahaan tidak menggunakan metode penyisihan kerugian piutang sehingga di neraca yang tampak hanya jumlah piutang yang diharapkan dapat di tagih sebesar Rp. 1.496.002.500.


(54)

Dalam tabel 4.1 dapat dilihat jumlah piutang yang sudah jatuh tempo untuk tahun 2007 sebesar Rp. 512.572.500. Jumlah ini merupakan jumlah bersih setelah di kurangi Rp.140.005.250 (besarnya piutang yang dihapuskan), karena perusahaan melihat piutang itu benar – benar tidak dapat di tagih karena pelanggannya pailit. Penghapusan piutang secara langsung oleh perusahaan dilakukan tanpa menggunakan persentase dari masing – masing umur piutang yang tidak tertagih tetapi perusahaan langsung menghapus piutang yang umurnya sudah lama dan diperhitungkan tidak dapat tertagih lagi.

Piutang dapat dinilai efektivitas internal controlnya melalui analisis rasio dalam tabel di bawah ini :

Jenis Rasio 2007 2008

Current Rasio 54,79% 36,95%

Total Debt To Total Assets 55,7% 40,1% Networth to total Debt 0.02 Kali 0,05 Kali

Longterm debt to equity rasio 166% 84,7%

Ratio 2,1 Kali 2,04 Kali

Average Collectio Period ratio 47 Hari 48 Hari

Berdasarkan data diatas, maka dapat diketahui bahwa: ● Current Receivables turnover Rasio

Pada Tahun 2007 PT. Cahaya Gunung Sakti memiliki nilai current rasio sebesar 54,79% ini berarti bahwa setiap hutang lancar sebesar Rp. 1;- di jamin oleh aktiva


(55)

menjadi 40,1%. Dari hasil current rasio dapat dilihat bahwa perusahaan dalam keadaan liquid . Artinya perusahaan masih mampu dalam melunasi kewajiban – kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya dan hal ini terjadi akibat peningkatan piutang lancar PT.Cahaya Gunung Sakti dari tahun 2007 ke 2008..

● Total Debt to Total Asset

Pada Tahun 2007 PT.Cahaya Gunung Sakti memiliki total debt to total asset Sebesar 55.7%. ini berarti bahwa Rp. 1;- hutang di jamin oleh perusahaan sebesar

Rp. 0,557;- dari seluruh kekayaan atau aktiva yang dimiliki oleh perusahaan . Sedangkan tahun 2008 terjadi penurunan menjadi 40,1%. Hal ini di sebabkan terjadinya peningkatan hutang pada tahun 2007 ke 2008, terutama peningkatan hutang lancar.

● Networt to Total Debt

Pada tahun 2007 PT. Cahaya Gunung Sakti memiliki networt to total debt sebesar 0,02 kali ini berarti bahwa setiap Rp. 1 ;- , baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang di jamin Rp. 0.20 oleh modal sendiri. Sedangkan tahun 2008 terjadi peningkatan sebesar 0,05 kali . Hal ini di sebabkan peningkatan modal sendiri dari tahun 2007 ke 2008.

● Long Term Debt to Equity

Pada Tahun 2007 PT.Cahaya Gunung Sakti memiliki Long Term Debt to Equity sebesar 116%. Ini berarti bahwa setiap Rp. 1;- hutang janka panjang di jamin oleh Rp. 1.160 dari keseluruhan modal sendiri. Sedangkan pada tahun 2008 terjadi


(56)

penurunan menjadi sebesar 84,7%. Hal ini di sebabkan oleh penurunan hutang janka panjang dan kenaikan modal sendiri.

● Receivables Turnover Ratio

Pada tahun 2007 PT. Cahaya Gunung Sakti memiliki nilai receivables turnpver ratio sebesar 2,1 kali. Ini berarti dalam satu tahun rata – rata dana yang tertanam dalam piutang berputar 2,1 kali. Sedangkan pada tahun 2008 terjadi sedikit penurunan yaitu sebesar 2,04 kali. Artinya adanya penurunan hutang jangka panjang dari tahun 2007 ke 2008. Penurunan yang terjadi di sebabkan karena peningkatan piutang dari tahun 2007 ke 2008.

● Average Collection Period

Pada tahun 2007 PT. Cahaya Gunung Sakti memiliki nilai average collection period sebesar 47 hari. Ini artinya rata- rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang sebanyak 47 hari. Hal ini menunjukan lamnya periode pengumpulan piutang yang dimiliki perusahaan dan terjadi peningkatan periode penagihan pada tahun 2008 menjadi sebesar 48 hari. Penambahan hari pengumpulan piutang terjadi disebabkan peningkatan jumlah piutang penjualan kredit dan jumlah piutang yg terus bertambah dari tahun 2007 ke 2008.

4. Kebijakan Dalam Penjualan Kredit

Dalam rangka meningkatkan penjualan untuk memperoleh laba yang tinggi perusahaan menggunakan berbagai hal. Tetapi semua yang dilakukan oleh perusahaan itu harus dapat melihat sisi yang lain yaitu bagaimana dampaknya terhadap kelangsungan perusahaan, misalnya jika perusahaan memberikan fasilitas


(57)

kredit untuk penjualan, perusahaan juga harus dapat melihat bagaimana ini berdampak pada timbulnya biaya penghapusan piutang yang munkin tidak tertagih.

a. Prosedur Penjualan Kredit

Kebijakan yang dilakukan oleh PT. Cahaya Gunung Sakti mencakup beberapa hal yang merupakan aspek penting dalam penjualan kredit.

●Dalam melakukan penagihan kepada pelanggan, perusahaan memberikan tenggang waktu , 2 ( dua ) kali pembayaran (dalam waktu kurun waktu 2 bulan ). Namun melihat kondisi sekarang ini perusahaan menetapkan kebijakan baru yaitu sisa pembayaran dari total tagihan dilakukan sebanyak dalam 1 kali pembayaran. ● Pemberian discount/potongan juga diberikan kepada pelanggan yang sudah lebih

dari 1 kali membeli dari perusahaan. Demikian juga untuk pelanggan yang melakukan transaksi dalam jumlah yang cukup besar, (lebih dari Rp.2.000.000). untuk pembelian rutin atau pembeli yang setiap hari membeli dalam jumlah yang sama atau lebih perusahaan juga menawarkan kerjasama serta potongan harga. ●Perusahaan dalam memberikan besarnya kredit memperhatikan faktor – faktor 5 C

yaitu:

Character : Ini menyangkut aspek moral yang merupakan faktor penting dalam mengevaluasi kredit. Menunjukan kemungkinan atau probabilitas dari langganan untuk secara jujur berusaha memenuhi kewajiban- kewajibannya.

Capacity : Berkaitan dengan penilaian atas kemampuan pelanggan, diukur dari record di waktu yang lalu di lengkapi dengan observasi secara fisik atas toko, kapal dan cara usaha.


(58)

Capital : Diukur dari posisi keuangan perusahaan secara umum yang di perlihatkan oleh analisa rasio financial yang khususnya dilakukan pada aktiva material perusahaan.

Collteral : diwakili oleh aktiva yang di tawarkan oleh pelanggan sebagai jaminan kredit yang diberikan.

Conditions: menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan yang bersangkutan atau perkembangan khusus dalam kemampuan pelanggan. Untuk memenuhi kewajibannya.

Ada beberapa alas an perusahaan melakukan penjualan kredit:

1. Karena perusahaan berharap dapat menjual lebih banyak dari pada hanya menjual secara tunai. Dengan menjual secara kredit perusahaan dapat meningkatkan pendapatan dibandingkan dengan hanya menjual secara tunai saja.

2. Manajemen meyakini bahwa pemberian kredit akan mendorong pembeli untuk membeli sebuah barang atau produk yang kemunkinan tidak akan dibeli jika barang tersebut dijual tunai. Sebagai contoh , pihak pembeli seperti nelayan kecil yang hendak pergi melaut munkin saja tidak mempunyai dana khusus atau mencukupi untuk melalukan pembelian tunai, dan pada saat penjual menawarkan ketentuan kredit sehingga nelayan tersebut bersedia melakukan transaksi pembelian.

Awalnya sistem penjualan kredit ataupun transaksi yang dilakukan pada PT. Cahaya Gunung Sakti adalah tunai (kas). Namun persaingan yang kompetitif membuat PT. Cahaya Gunung Sakti untuk melakukan kebijakan


(59)

yaitu produsen penjual kredit. Pada PT. Cahaya Gunung Sakti penjualan kredit dikelompokan menjadi dua (2) kelompok yaitu:

1.Badan usaha atau perusahaan 2. Individu atau orang pribadi.

Ad.1. Produsen penjualan kredit pada badan usaha atau perusahaan.

Untuk produsen penjualan kredit pada badan usaha atau perusahaan. Di mulai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak ( perusahaan maupun pihak PT.Cahaya Gunung Sakti). Dan biasanya penjualan kredit ataupun transaksi yang dilakukan kepada perusahaan bukan hanya 1 atau 2 transaksi saja. Dalam arti luas : Pembelian dalam jumlah yang besar dan rutin dalam jangka waktu yang cukup panjang. Adapun prosedur penjualan kredit untuk perusahaan atau badan usaha meliputi :

● Perwakilan perusahaan akan menegosiasikan mengenai kesepakatan yang prosedur pembelian, discount pembelian, pengantaran barang, penagihan, pembayaran dan pelunasan kepada manajer pemasaran.

● Kesepakatan, Khususnya untuk tatacara penagihan, pembayaran kredit dan pelunasan akan di teruskan ke bagian keuangan untuk memeriksa kelayakan pemberian kredit kepada pelanggan. Kesepakatan itu akan berupa form permohonan kredit, bagian keuangan akan memperhatikan 5C (character, capacity, capital, collateral, dan condition). Jika dianggap memenuhi semua persyaratan yang ada, maka bagian keuangan akan meneruskan kepada pimpinan untuk mendapatkan persetujuan terakhir.


(60)

● Untuk pelaksanaan prosedur pekerjaan tekhnisnya bagian pemasaran akan menginformasikan keterangan yang berkaitan dengan banyaknya pesanan kepada bagian manajer pabrik untuk tindakan lebih lanjut.

● Setelah adanya persetujuan untuk pelaksanaaan teknisnya dan

pembayaran, penagihan, pelunasan kredit. Pesetujuan dituangkan dalam sebuah perjanjian tertulis.

● Pesanan pun diantar berdasarkan perjanjian tertulis, di sertakan surat pengantaran barang dan invoice yang di buat rangkap 3 (tiga) lembar. 1 lembar copy untuk pelanggan, lembar 2 untuk bagian akuntansi dan administrasi dan lembar 3 untuk penagihan pada saat jatuh tempo. Ad.2.Prosedur Penjualan kredit kepada individu atau orang pribadi

Adapun prosedur penjualan kredit pada individu atau perseorangan tidak banyak perbedaanya dengan prosedur penjualan kredit pada badan usaha atau perusahaan. Perbedaan yang tampak jelas pada prosedur penjualan kredit pada individu atau orang pribadi dengan prosedur penjualan kredit kepada badan usaha atau perusahaan adalah tidak di perluakannya negosiasi yang terlalu panjang dan pemeriksaaan kelayakan pemberian kredit yang cukup memakan waktu. Untuk prosedur lainnya tidak ada bedanya.

b. Sistem Penerimaan Kas

Piutang yang timbul karena produser penjualan kredit tentu memiliki 2 (dua) aspek. Positifnya piutang merupakn investasi janka pendek, namun aspek negatifnya adalah piutang berubah menjadi piutang tak tertagih. Oleh karena itu PT.Cahaya Gunung Sakti akan berupaya semaksimal munkin untuk meningkatkan


(61)

penerimaan kas. Penerimaan kas meliputi pengumpulan kas, giro dan deposito di bank. Adapun sistem penerimaan kas di PT. Cahaya Gunung sakti yaitu :

1. Penerimaan pembayaran dan pemberian bukti pembayaran kepada pelanggan. Alat pembayaran dapat berupa: uang tunai dan Giro atau cek.

2. Memeriksa dan mencocokkan jumlah pembayaran dengan jumlah tagihan yang tertera di invoice (tagihan).

3. Jika pembayaran dengan uang tunai, maka tanda bukti akan di berikan langsung ke pelanggan. Namun jika pembayaran menggunkan giro atau cek. Alat pembayaran ini akan dikirimkan ke bagian keuangan untuk diperiksakan keabsahannya. Biasanya jika pembayaran yang dilakukan dengan giro atau cek yang melebihi nominal Rp. 2.000.000 akan diotorisasikan ke bank yang bersangkutan.

4. Setelah melewati pemeriksaan ternyata cek atau giro tidak bermasalah, maka alat pembayaran dianggap sah sebagai alat pembayaran.

5. Bukti pembayaran tersebut di buat rangkap 4 (empat). Lembar 1 diserahkan ke pelanggan. Lembar 2 dikirim ke bagian akuntansi dan administrasi. Lembar 3 dikirim ke bagian keuangan. Lembar 4 akan di arsip oleh kasir.

6. Lembar 3 yang dikirim ke bagian akuntansi dan administrasi adalah sebagai bukti dan informasi yang digunakan dan dicocokkan untuk memperbaharui rekening piutang dan rekening kas.

7. Alat pembayaran yang telah diterima kasir akan disetorkan ke bagian keuangan untuk disetorkan langsung ke bank.


(62)

Piutang merupakan investasi jangka pendek yang menguntungkan. Akan tetapi dalam pelaksanannya mengandung resiko yang cukup berarti. Oleh karena itu perlunya pengendalian dan pengawasan terhadap piutang. Adapun internal control yang dilakukan oleh PT. Cahaya Gunung Sakti yang di lakukan adalah:

● Pemeriksaan keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan piutang. Jadi dalam hal ini dilakukan oleh bagian keuangan yang akan memeriksa ketelitian perkiraan saldo piutang dalam jurnal, neraca dan buku besar.

● Pemeriksaan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo piutang yang disajikan dalam neraca antara lain: surat pesanan, surat pengantar barang dan penerimaan barang yang di tandatangani pelanggan

● Hak kepemilikan atas piutang. Dilakukannya konfirmasi ke pelanggan baik itu secara tertulis maupun lisan. Ini dilakukan untuk memastikan kepemilikan perusahaan terhadap piutang. Konfirmasi ini dilakukanoleh bagian keuangan. ● Penyajian piutang dalam neraca. Jadi dalam penyajian piutang di neraca akan


(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis menguraikan mengenai piutang, kebijakan penjualan kredit dan akuntansi piutang, maka penulis akan merumuskan kembali dalam bentuk kesimpulan. Penulis juga akan memberikan saran – saran yang dapat bermanfaat bagi perusahaan. A. Kesimpulan

1. Sistem Pencatatan piutang pada PT. Cahaya Gunung Sakti sudah baik. Setiap terjadinya transaksi penjualan kredit harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari pimpinan perusahaan yang kemudian di catat oleh bagian akuntansi dan administrasi pada dokumen- dokumen yang berhubungan dengan penjualan secara kredit.

2. Untuk memperkecil kemungkinan tidak tertagihnya piutang, PT. Cahaya Gunung Sakti menerapkan kebijakan beli putus atau perjanjian pembelian yang tidak mengikat apabila terjadi permasalahan pembayaran. Kebijakan ini menyebabkan umur piutang semakin singkat dan kemungkinan tertagihnya piutang itu besar. 3. Penyajian laporan keuangan PT. Cahaya Gunung Sakti hanya menyajikan piutang

bersih sehingga penyajian laporan keuangan yang disampaikan tidak memberikan informasi yang jelas mengenai jumlah keseluruhan piutang yang menjadi hak perusahaan dan juga tidak adanya pengklasifikasian piutang berdasarkan umur piutang.

4. PT. Cahaya Gunung Sakti telah melakukan berbagai kebijakan penjualan kredit yang memberikan kemudahan kepada pelanggan dalam hal penjualan secara


(64)

kredit. Kebijakan itu dapat berupa pemberian diskon untuk pelanggan atau yang melakukan transaksi dalam jumlah yang melakukan transaksi secara kredit.

5. Kebijakan penjualan kredit yang di lakukan PT.Cahaya Gunung Sakti cukup baik, namun tidak menutup kemungkinan perlunya kebijakan – kebijakan penjualan kredit yang lebih akrual yaitu kebijakan yang dapat memberikan kenaikan atau pengurangan batas pemberian kredit kepada pelanggan yang di anggap perlu mendapatkan kenaikan atau pengurangan pemberian kredit sehingga pelaksanaan internal control piutang di perusahaan menjadi lebih baik.

6. Berdasarkan analisis rasio yang dilakukan dapat dilihat bahwa piutang tak tertagih menyebabkan peningkatan piutang lancar sehingga perputaran piutang menjadi lama, hal ini dapat dilihat dari bertambahnya hari pengumpulan piutang . Hal ini menyebabkan lamanya piutang perusahaan menjadi kas.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari data yang di peroleh maka penulis mencoba memberika saran kepada perusahaan yang di harapkan dapat membantu mengatasi masalah yang timbul.

1. Penyajian piutang di neraca harus imformatif dan lengkap, maka sebaiknya perusahaan menyajikan piutang dan jumlah penyisihan piutang tidak tertagih sehingga menunjukkan nilai bersih piutang yang terealiasasi/dapat di tagih. Hal ini berguna untuk tidak menyesatkan pihak yang berkepentingan dan juga memudahkan pimpinan dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan penjualan kredit.


(1)

Piutang merupakan investasi jangka pendek yang menguntungkan. Akan tetapi dalam pelaksanannya mengandung resiko yang cukup berarti. Oleh karena itu perlunya pengendalian dan pengawasan terhadap piutang. Adapun internal control yang dilakukan oleh PT. Cahaya Gunung Sakti yang di lakukan adalah:

● Pemeriksaan keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan piutang. Jadi dalam hal ini dilakukan oleh bagian keuangan yang akan memeriksa ketelitian perkiraan saldo piutang dalam jurnal, neraca dan buku besar.

● Pemeriksaan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo piutang yang disajikan dalam neraca antara lain: surat pesanan, surat pengantar barang dan penerimaan barang yang di tandatangani pelanggan

● Hak kepemilikan atas piutang. Dilakukannya konfirmasi ke pelanggan baik itu secara tertulis maupun lisan. Ini dilakukan untuk memastikan kepemilikan perusahaan terhadap piutang. Konfirmasi ini dilakukanoleh bagian keuangan. ● Penyajian piutang dalam neraca. Jadi dalam penyajian piutang di neraca akan


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis menguraikan mengenai piutang, kebijakan penjualan kredit dan akuntansi piutang, maka penulis akan merumuskan kembali dalam bentuk kesimpulan. Penulis juga akan memberikan saran – saran yang dapat bermanfaat bagi perusahaan.

A. Kesimpulan

1. Sistem Pencatatan piutang pada PT. Cahaya Gunung Sakti sudah baik. Setiap terjadinya transaksi penjualan kredit harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari pimpinan perusahaan yang kemudian di catat oleh bagian akuntansi dan administrasi pada dokumen- dokumen yang berhubungan dengan penjualan secara kredit.

2. Untuk memperkecil kemungkinan tidak tertagihnya piutang, PT. Cahaya Gunung Sakti menerapkan kebijakan beli putus atau perjanjian pembelian yang tidak mengikat apabila terjadi permasalahan pembayaran. Kebijakan ini menyebabkan umur piutang semakin singkat dan kemungkinan tertagihnya piutang itu besar. 3. Penyajian laporan keuangan PT. Cahaya Gunung Sakti hanya menyajikan piutang

bersih sehingga penyajian laporan keuangan yang disampaikan tidak memberikan informasi yang jelas mengenai jumlah keseluruhan piutang yang menjadi hak perusahaan dan juga tidak adanya pengklasifikasian piutang berdasarkan umur piutang.

4. PT. Cahaya Gunung Sakti telah melakukan berbagai kebijakan penjualan kredit yang memberikan kemudahan kepada pelanggan dalam hal penjualan secara


(3)

kredit. Kebijakan itu dapat berupa pemberian diskon untuk pelanggan atau yang melakukan transaksi dalam jumlah yang melakukan transaksi secara kredit.

5. Kebijakan penjualan kredit yang di lakukan PT.Cahaya Gunung Sakti cukup baik, namun tidak menutup kemungkinan perlunya kebijakan – kebijakan penjualan kredit yang lebih akrual yaitu kebijakan yang dapat memberikan kenaikan atau pengurangan batas pemberian kredit kepada pelanggan yang di anggap perlu mendapatkan kenaikan atau pengurangan pemberian kredit sehingga pelaksanaan internal control piutang di perusahaan menjadi lebih baik.

6. Berdasarkan analisis rasio yang dilakukan dapat dilihat bahwa piutang tak tertagih menyebabkan peningkatan piutang lancar sehingga perputaran piutang menjadi lama, hal ini dapat dilihat dari bertambahnya hari pengumpulan piutang . Hal ini menyebabkan lamanya piutang perusahaan menjadi kas.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari data yang di peroleh maka penulis mencoba memberika saran kepada perusahaan yang di harapkan dapat membantu mengatasi masalah yang timbul.

1. Penyajian piutang di neraca harus imformatif dan lengkap, maka sebaiknya perusahaan menyajikan piutang dan jumlah penyisihan piutang tidak tertagih sehingga menunjukkan nilai bersih piutang yang terealiasasi/dapat di tagih. Hal ini berguna untuk tidak menyesatkan pihak yang berkepentingan dan juga memudahkan pimpinan dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan penjualan kredit.


(4)

2. Pengklasifikasian piutang berdasarkan umur piutang sangat di perlukan oleh perusahaan untuk menentukan jumlah piutang yang sudah jatuh tempo sehingga dapat diutamakan penagihannya. Dengan adanya analisa umur piutang , perusahaan dapat memperkirakan kemunkinan dapat tidaknya suatu piutang tertagih.

3. Kebijakan yang diberlakukan perusahaan dalam hal pemberian otorisasi kredit dengan memperhatikan 5C dari pelanggan baik dan hendaknya di tahun – tahun mendatang lebih di tingkatkan lagi dengan melakukan survei yang teliti sehingga investasi dalam piutang itu baik dan sehat.

4. Prosedur otorisasi kredit yang dilaksanakan PT. Cahaya Gunung Sakti dimana setiap penjualan kredit harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari pimpinan dengan penggunaan bukti – bukti yang mendukung pelaksanaan transaksi harus tetap di pertahankan.dalam hal ini perlu adanya kebijakan tentang otorisasi persetujuan pemberian persetujuan penjualan kredit sampai tahap mana yang bisa di otorisasi staf keuangan , manajer dan direktur utama bahkan sampai komisaris. Dapat dilihat sebagai berikut :

a. Tagihan jatuh tempo 1 - 7 hari dapat di otorisasi staf keuangan, ada baiknya juga melihat nominal penjualan jika penjualan > Rp. 500.000 dapat di otorisasi staf keuangan.

b. Tagihan jatuh tempo 7 - 15 hari dapat di otorisasi manajer pabrik. Manajer pabrik juga di beri batasan hanya dapat mengotorisasi penjualan > Rp. 2.000.000.


(5)

c. Tagihan jatuh tempo > 15 hari di otorisasi direktur utama. Direktur utama dapat mengotorisasi penjualan > Rp.10.000.000.

d. Untuk penjualan di atas < Rp. 10.000.000 wajib di otorisasi oleh komisaris.+

Ada baiknya jika tagihan tidak hanya di nilai oleh jatuh tempo tetapi juga oleh batas pengambilan kredit pelanggan tersebut sehingga manajer pabrik dan direktur utama juga mengetahui dan dapat melakukan kontrol yang lebih ketat terhadap piutang

5. Perputaran piutang dapat lebih cepat apabila pengawasan terhadap piutang dapat di tingkatkan dan juga penagihan piutang dapat di tingkatkan sehingga hari pengumpulan piutang juga bisa berkurang , hal ini dapat di optimalkan dengan pemberian bonus ke pada bagian keuangan apabila terjadi penurunan piutang tak tertagih dan berkurangnya hari pengumpulan piutang.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini, 2006. Prosedur Penellitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI, Cetakan Ketigabelas, Rineka Cipta, Jakarta

Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, Paul D. Kimmel, 2007. Pengantar Akuntansi, Edisi Empat, Salemba Empat

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang,2006. Metodologi penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Lima, Cetakan Kedua, BPFE, Yogyakarta Keiso,Donald E dan Jerry Waygant, 2000, . Intermediate Accounting, Penerbit :

Binarupa Aksara, Yogyakarta.

Jurusan Akuntansi , Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku Petunjuk teknik Penulisan Proposal Penelitian dan Penelitian Skripsi, Medan

Mulyadi, 2008. Sistem Akuntansi, Edisi ketiga, Salemba Empat, Yogyakarta Sekousen, K.Fred, Harold Q Lange Publising, South Western.

Stice,Stice , Skousen, 2009. Intermediate Accounting: Akuntansi Keuangan, Volume Komprehensif, Edisi Kesembilan, Jilid 1, Erlangga, Jakarta

Surhali, Michell, 2006. Akuntansi untun Bisnis Jasa dan Dagang , Edisi Pertama,Graha Ilmu, Yogyakarta

S. R. Soemarso, 2007,Akuntansi Suatu Pengantar, Cetakan Kesembilan, Jilid 1, PT. Rineka Cipta, Jakarta

Reeves, Warren, 2005. Accounting: Pengantar Akuntansi, Buku 1, Edisi 21, Salemba Empat, Jakarta