Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Produktivitas Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau Tahun 2010

(1)

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT PT. PEPUTRA SUPRA JAYA

KECAMATAN LANGGAM KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

NIM. 061000187 RIANA LYZA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT PT. PEPUTRA SUPRA JAYA

KECAMATAN LANGGAM KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU TAHUN 2010

SKRIPSI

OLEH NIM. 061000187

RIANA LYZA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT PT. PEPUTRA SUPRA JAYA

KECAMATAN LANGGAM KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh

061000187 RIANA LYZA

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 26 Agustus 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dra. Lina Tarigan, Apt. MS Ir. Kalsum M.Kes NIP. 19590806 198811 2 001 NIP. 19590813 199103 2 001 Penguji II Penguji III

Dr. Halinda Sari Lubis, MKKK Umi Salmah, SKM, M Kes NIP. 19650615 199601 2 001 NIP. 19730523 200812 2 002

Medan, September 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT PT. PEPUTRA SUPRA JAYA

KECAMATAN LANGGAM KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU

TAHUN 2010

Kekurangan kadar hemoglobin dalam darah menimbulkan gejala lesu, lemah, letih dan cepat capai, akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar dan produktifitas kerja. Pada pemanen kelapa sawit PT. Peputra Supra Jaya di Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau Tahun 2010 dari 25 orang yang berobat di Puskesmas Kecamatan Langgam, 14 orang mengalami keluhan kesehatan yaitu demam dan sakit kepala dan dari hasil wawancara pada saat bekerja sering mengalami keluhan seperti cepat lelah dan sakit kepala.

Jenis Penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat survei analitik untuk menganalisis hubungan kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja pemanen kelapa sawit PT. Peputra Supra Jaya di Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau Tahun 2010. Sampel sesuai rumus Tarro Yamane sebanyak 39 orang dari pekerja borongan pemanen kelapa sawit PT. Peputra Supra Jaya.

Pengukuran kadar hemoglobin menggunakan metode sahli dengan alat ukur Spectrophotometer. Untuk mengukur produktivitas kerja dengan melihat hasil tandan buah segar (TBS) pemanen kelapa sawit.

Hasil penelitian didapat bahwa kadar hemoglobin normal ada 8 orang (20,5 %), produktivitas kerja sesuai ada 5 orang (12,8 %) dan tidak sesuai ada 3 orang (7,7 %). Kadar hemoglobin tidak normal ada 31 orang (79,5 %), produktivitas kerja sesuai ada 2 orang (5,1 %) dan tidak sesuai ada 29 orang (74,4%).

Hubungan kadar hemoglobin terhadap produktivitas kerja menunjukkan hasil yang signifikan (p < 0,05) berarti mempunyai hubungan kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja.


(5)

ABSTRACT

Lack of hemoglobin in blood was causing symptoms of lethargic, weak, tired and early exhausted consequently might decrease academic achievement and work productivity. In oil palm harvesters PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau 2010, from 25 people who seek treatment at health centers Kecamatan Langgam, 14 people experienced health complaints of fever and headache and the results of interview showed that they had headache and fatique.

This type of research was quantitative with analytical survey to analyze the relationship between hemoglobin concentration and productivity of oil palm harvesters at PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau 2010. Samples obtained by using Yamane Tarro formula were counted 39 people from the oil palm harvesters contract workers at PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau 2010.

The measurement of hemoglobin concentration applied the Sahli method by using Spectrophotometer. Productivity was measured by looking at the fresh fruit bunches of oil palm hervesters.

The result of research showed that there were 8 people with normal haemoglobin level (20,5%), 5 people with appropriate productivity (12,8%) and 3 people with unappropriate productivity (7,7%). There are 31 people with abnormal haemoglobin, 2 people with appropriate productivity (5,1%) and 29 people with unappropriate productivity (74,4%).

The relationship between haemoglobin and productivity showed significant result which meant there were relationship between haemoglobin and productivity.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Riana Lyza

Tempat/Tanggal Lahir : Pekanbaru, 4 September 1988

Agama : Islam

Status : Tidak Kawin

Jumlah Anggota Keluarga : 3 (Tiga)

Alamat Rumah : Komp. Veteran Blok A No. 24 – Medan Estate Percut Sei Tuan

Alamat Kantor : -

Riwayat Pendidikan : 1. TK Pertiwi Kotamadya Pekanbaru 2. SDN. 001 Cintaraja Pekanbaru 3. SLTPN. 4 Pekanbaru

4. SMAN. 8 Pekanbaru Riwayat Pekerjaan : -


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Produktivitas Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau Tahun 2010”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt. MS selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja FKM USU.

3. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt. MS selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Ir. Kalsum M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.


(8)

6. Ibu Umi Salmah, SKM, M Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 7. Ibu Dra. Syarifah, MS selaku Dosen Penasihat Akademik.

8. Para Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Samson. S selaku Direktur PT. Peputra Supra Jaya dan Bapak dr. Endid Romo Praktiknyo selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Langgam. 10.Kepada Ayahanda Tercinta H. Zamur Das dan Ibunda Tercinta Hj. Lydia

Misfawaty yang telah memberikan doa tanpa kenal waktu, semangat, nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang tak terhitung banyaknya. Kalian adalah inspirasi terbesar dalam pencapaian tujuan hidupku.

11.Adikku dan Keluarga yang telah memberikan dukungan selama penulis menyusun skripsi

12.Sahabat-sahabat seperjuangan, Ipak, Tia, Ajem, Adel, Bila, Tika dan Maria 13.Teman-teman di FKM, Hengki, Andri, Iqbal, Mansur, Conel, Andre, Yuni,

Juni, Desi, Dila, Bg Budi, Bg Ijal, Bg Dani, Fitra, Darli.

14.Rekan-rekan peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan seluruh teman-teman di FKM USU.


(9)

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Agustus 2010


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hemoglobin (Hb) ... 6

2.1.1 Kadar Hemoglobin (Hb) ... 7

2.1.2 Struktur Hemoglobin (Hb) ... 8

2.1.3 Guna Hemoglobin (Hb) ... 9

2.1.4 Faktor-Faktor Mempengaruhi Kadar Hemoglobin (Hb) ... 9

2.1.5 Metode Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) ... 11

2.2 Anemia ... 14

2.2.1 Penyebab Anemia ... 16


(11)

2.2.3 Pencegahan Anemia ... 18

2.3 Produktivitas ... 21

2.3.1 Produktivitas Kerja ... 23

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja ... 26

2.4 Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Produktivitas ... 28

2.5. Pemanen Kelapa Sawit ... 31

2.6. Kerangka Konsep ... 32

2.7. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 33

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian ... 33

3.2.2 Waktu Penelitian ... 33

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi ... 33

3.3.2 Sampel ... 34

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.4.1 Data Primer ... 35

3.4.2 Data Sekunder ... 35

3.5 Defenisi Operasional ... 35

3.6. Aspek Pengukuran ... 36

3.7. Analisa Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 38


(12)

4.1.2 Jam Kerja Perusahaan ... 40

4.2 Gambaran Umum Responden ... 40

4.3 Hasil Pengukuran ... 42

4.3.1 Kadar Hemoglobin (Hb) Responden ... 42

4.3.2 Produktivitas Kerja Responden ... 43

4.3.3 Hubungan Kadar Hb dengan Produktivitas Kerja ... 43

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Responden ... 45

5.2 Kadar Hemoglobin (Hb) Responden ... 46

5.3 Produktivitas Kerja Responden ... 47

5.4 Hubungan Kadar Hb dengan Produktivitas Kerja ... 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Master Data

Lampiran 2 : Karakteristik Responden Lampiran 3 : Analisa Uji Chi-Square Lampiran 4 : Kadar Hemoglobin Pemanen Lampiran 5 : Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampran 6 : Surat Keterangan Penelitian dari PT. Peputra Supra Jaya Lampran 7 : Surat Keterangan Penelitian dari Puskesmas Kecamatan

Langgam


(13)

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Batas Kadar Hemoglobin (Hb) menurut WHO

Tabel 2.1.2 Batas Normal Kadar Hemoglobin Setiap kelompok Umur

Tabel 4.1.1 Distribusi Frekuensi Tenaga Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau

Tabel 4.1.2 Jumlah Pemanen Kelapa Sawit PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau

Tabel 4.2.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010

Tabel 4.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010

Tabel 4.2.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010

Tabel 4.2.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010

Tabel 4.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hemoglobin di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010

Tabel 4.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Produktivitas Kerja di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010

Tabel 4.3.3 Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Produktivitas Kerja di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010


(14)

ABSTRAK

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT PT. PEPUTRA SUPRA JAYA

KECAMATAN LANGGAM KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU

TAHUN 2010

Kekurangan kadar hemoglobin dalam darah menimbulkan gejala lesu, lemah, letih dan cepat capai, akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar dan produktifitas kerja. Pada pemanen kelapa sawit PT. Peputra Supra Jaya di Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau Tahun 2010 dari 25 orang yang berobat di Puskesmas Kecamatan Langgam, 14 orang mengalami keluhan kesehatan yaitu demam dan sakit kepala dan dari hasil wawancara pada saat bekerja sering mengalami keluhan seperti cepat lelah dan sakit kepala.

Jenis Penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat survei analitik untuk menganalisis hubungan kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja pemanen kelapa sawit PT. Peputra Supra Jaya di Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau Tahun 2010. Sampel sesuai rumus Tarro Yamane sebanyak 39 orang dari pekerja borongan pemanen kelapa sawit PT. Peputra Supra Jaya.

Pengukuran kadar hemoglobin menggunakan metode sahli dengan alat ukur Spectrophotometer. Untuk mengukur produktivitas kerja dengan melihat hasil tandan buah segar (TBS) pemanen kelapa sawit.

Hasil penelitian didapat bahwa kadar hemoglobin normal ada 8 orang (20,5 %), produktivitas kerja sesuai ada 5 orang (12,8 %) dan tidak sesuai ada 3 orang (7,7 %). Kadar hemoglobin tidak normal ada 31 orang (79,5 %), produktivitas kerja sesuai ada 2 orang (5,1 %) dan tidak sesuai ada 29 orang (74,4%).

Hubungan kadar hemoglobin terhadap produktivitas kerja menunjukkan hasil yang signifikan (p < 0,05) berarti mempunyai hubungan kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja.


(15)

ABSTRACT

Lack of hemoglobin in blood was causing symptoms of lethargic, weak, tired and early exhausted consequently might decrease academic achievement and work productivity. In oil palm harvesters PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau 2010, from 25 people who seek treatment at health centers Kecamatan Langgam, 14 people experienced health complaints of fever and headache and the results of interview showed that they had headache and fatique.

This type of research was quantitative with analytical survey to analyze the relationship between hemoglobin concentration and productivity of oil palm harvesters at PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau 2010. Samples obtained by using Yamane Tarro formula were counted 39 people from the oil palm harvesters contract workers at PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau 2010.

The measurement of hemoglobin concentration applied the Sahli method by using Spectrophotometer. Productivity was measured by looking at the fresh fruit bunches of oil palm hervesters.

The result of research showed that there were 8 people with normal haemoglobin level (20,5%), 5 people with appropriate productivity (12,8%) and 3 people with unappropriate productivity (7,7%). There are 31 people with abnormal haemoglobin, 2 people with appropriate productivity (5,1%) and 29 people with unappropriate productivity (74,4%).

The relationship between haemoglobin and productivity showed significant result which meant there were relationship between haemoglobin and productivity.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Undang-undang Kesehatan Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 bagian keduabelas tentang Kesehatan Kerja pasal 164 yang berbunyi “ Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerja”.

Menurut Daryatmi permasalahan penting yang dihadapi para pimpinan suatu institusi atau organisasi adalah bagaimana meningkatkan produktivitas kerja karyawannya, sehingga dapat mendukung keberhasilan pencapaian tujuan (Wanda, 2008).

Produktivitas tenaga kerja adalah salah satu ukuran perusahaan dalam mencapai tujuannya. dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin dilakukan oleh manusia (Siagian, 2002).

Menurut Haas rendahnya produktivitas kerja, ada hubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan anemia gizi di Indonesia (Wanda, 2008). Status gizi yang baik dapat diperoleh dengan mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup dan pola makanan dengan gizi seimbang sesuai dengan umur (Depkes RI, 2000).


(17)

Di Indonesia, anemia gizi merupakan salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia, disamping tiga masalah gizi lainnya yaitu kurang kalori protein, defisiensi vitamin A dan gondok endemik. Dan faktor penyebab yaitu pada asupan makanan yang tidak adekuat (Arisman, 2008).

Penelitian lain juga menyebutkan bahwa 15% pekerja kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti: pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat kurang bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan apatis (Wisnoe, 2007).

Menurut Fatmah anemia ditandai dengan rendahnya konsentrasi hemoglobin (Hb) atau hematokrit nilai ambang batas (referensi) yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan Hb, atau kehilangan darah yang berlebihan. Defisiensi zat besi (Fe) berperan besar dalam kejadian anemia (FKM UI, 2007).

Kekurangan kadar Hb dalam darah menimbulkan gejala lesu, lemah, letih dan cepat capai, akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar dan produktifitas kerja disamping itu penderita kurang zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh yang mengakibatkan mudah terkena infeksi (Depkes RI dalam Wanda, 2008).

Berdasarkan data Puskesmas Kecamatan Langgam Tahun 2009, dari 25 orang yang berobat, 14 orang mengalami keluhan kesehatan yaitu demam dan sakit kepala. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap pekerja pemanen kelapa sawit pada saat bekerja sering mengalami keluhan seperti cepat lelah dan sakit kepala.


(18)

Berdasarkan data PT. Peputra Supra Jaya pada Tahun 2009, hasil produksi perusahaan tidak stabil. Pada bulan Januari yaitu 782,540 ton, bulan Februari yaitu 603 ton, bulan Maret yaitu 532,740 ton, bulan April yaitu 690,960 ton, bulan Mei 707,360 ton, bulan Juni yaitu 820,630 ton, bulan Juli yaitu 816,110 ton, bulan Agustus yaitu 772,320 ton, bulan September yaitu 727,760 ton, bulan Oktober yaitu 971,860 ton, bulan November yaitu 924,750 ton dan bulan Desember yaitu 679,600 ton.

Dari keluhan kesehatan yang dialami pekerja dan hasil tandan buah segar (TBS) perusahaan yang tidak stabil sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis hubungan kadar hemoglobin terhadap produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit di PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau Tahun 2010.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja pemanen kelapa sawit di PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau Tahun 2010.


(19)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja pemanen kelapa sawit di PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau Tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik (umur,pendidikan,masa kerja, dan pendapatan) pemanen kelapa sawit di PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau Tahun 2010.

2. Mengetahui kadar hemoglobin pemanen kelapa sawit di PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau Tahun 2010.

3. Mengetahui produktivitas kerja pemanen kelapa sawit di PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau Tahun 2010.


(20)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai media bagi peneliti untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian di bidang kesehatan kerja terutama mengenai kadar hemoglobin dan produktivitas kerja sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.

2. Sebagai bahan masukan bagi PT. Peputra Supra Jaya untuk memperhatikan kesehatan pemanen kelapa sawit.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari satu atom besi (Wikipedia, 2007).

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).

Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah.

Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin (Brooker, 2001).

Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoperphyrin dan globin (tetra phirin) menyebabkan warna darah merah karena Fe ini.


(22)

Eryt Hb berikatan dengan karbondioksida menjadi karboxy hemoglobin dan warnanya merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung karbondioksida (Depkes RI dalam Widayanti, 2008).

Menurut William, Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat yang terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi. Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin (Shinta, 2005).

2.1.1 Kadar Hemoglobin (Hb)

Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran darah merah (Costill, 1998). Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen” (Evelyn, 2009). Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam Arisman, 2002).

Tabel 2.1.1 Batas Kadar Hemoglobin

Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin (gr/dl)

Anak 6 bulan - 6 tahun 11,0

Anak 6 tahun - 14 tahun 12,0

Pria dewasa 13,0

Ibu hamil 11,0

Wanita dewasa 12,0


(23)

Tabel 2.1.2 Batas Normal Kadar Hemoglobin Setiap kelompok Umur

Kelompok Umur Hb (gr/100ml)

Anak

Dewasa

1. 6 bulan sampai 6 tahun 2. 6-14 tahun

1. Laki-laki 2. Wanita 3. Wanita hamil

11 12 13 12 11 Sumber : Depkes RI, 1999 (Zarianis, 2006)

2.1.2 Struktur Hemoglobin (Hb)

Pada pusat molekul terdiri dari cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom besi, atom besi ini merupakan situs/lokal ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme. Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin, globin sebagai istilah generik untuk protein globular. Ada beberapa protein mengandung heme dan hemoglobin adalah yang paling dikenal dan banyak dipelajari.

Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 submit protein), yang terdiri dari dari masing-masing dua sub unit alfa dan beta yang terikat secara non kovalen. Sub unitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap sub unit memiliki berat molekul kurang lebih 16.000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi 64.000 Dalton. Tiap sub unit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen (Wikipedia, 2007).


(24)

2.1.3 Guna Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen : menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Sunita, 2001).

Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain :

1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan tubuh.

2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.

3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah yang disebut anemia (Widayanti, 2008).

2.1.4 Faktor-Faktor Mempengaruhi Kadar Hemoglobin

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah : 1. Kecukupan Besi dalam Tubuh

Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke


(25)

jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang (Zarianis, 2006).

Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membran masuk kedalam sel-sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi. Sehingga apabila tubuh mengalami anemia gizi besi maka terjadi penurunan kemampuan bekerja. Pada anak sekolah berdampak pada peningkatan absen sekolah dan penurunan prestasi belajar (WHO dalam Zarianis, 2006).

Menurut Kartono J dan Soekatri M, Kecukupan besi yang direkomendasikan adalah jumlah minimum besi yang berasal dari makanan yang dapat menyediakan cukup besi untuk setiap individu yang sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar kemungkinan anemia kekurangan besi (Zarianis, 2006).

2. Metabolisme Besi dalam Tubuh

Menurut Wirakusumah, Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah


(26)

atau hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran (Zarianis, 2006).

2.1.5 Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb)

Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan yang paling sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin. (Bachyar, 2002)

Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisi dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna cokelat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas sangat


(27)

berpengaruh. Di samping faktor mata, faktor lain, misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode sahli ini masih memadai dan bila pemeriksaannya telat terlatih hasilnya dapat diandalkan.

Metode yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin. Pada metode ini hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida membentuk sian-methemoglobin yang berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Namun, fotometer saat ini masih cukup mahal, sehingga belum semua laboratorium memilikinya.

a. Prosedur pemeriksaan dengan metode sahli Reagensia :

1. HCl 0,1 N 2. Aquadest Alat/sarana :

1. Pipet hemoglobin 2. Alat sahli

3. Pipet pastur 4. Pengaduk


(28)

Prosedur kerja :

1. Masukkan HCl 0,1 N ke dalam tabung Sahli sampai angka 2

2. Bersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan larutan desinfektan (alcohol 70%, betadin dan sebagainya), kemudian tusuk dengan lancet atau alat lain

3. Isap dengan pipet hemoglobin sampai melewati batas, bersihkan ujung pipet, kemudian teteskan darah sampai ke tanda batas dengan cara menggeserkan ujung pipet ke kertas saring/kertas tisu.

4. Masukkan pipet yang berisi darah ke dalam tabung hemoglobin, sampai ujung pipet menempel pada dasar tabung, kemudian tiup pelan-pelan. Usahakan agar tidak timbul gelembung udara. Bilas sisa darah yang menempel pada dinding pipet dengan cara menghisap HCl dan meniupnya lagi sebanyak 3-4 kali.

5. Campur sampai rata dan diamkan selama kurang lebih 10 menit.

6. Masukkan ke dalam alat pembanding, encerkan dengan aquadest tetes demi tetes sampai warna larutan (setelah diaduk sampai homogen) sama dengan warna gelas dari alat pembanding. Bila sudah sama, baca kadar hemoglobin pada skala tabung.

b. Prosedur pemeriksaan dengan metode sian-methemoglobin Reagnesia :

1. Larutan kalium ferrosianida (K3Fe(CN)6 0.6 mmol/l 2. Larutan kalium sianida (KCN) 1.0 mmol/l


(29)

Alat/sarana : 1. Pipet darah 2. Tabung cuvet 3. Kolorimeter Prosedur kerja :

1. Masukkan campuran reagen sebanyak 5 ml ke dalam cuvet

2. Ambil darah kapiler seperti pada metode sahli sebanyak 0,02 ml dan masukkan ke dalam cuvet diatas, kocok dan diamkan selama 3 menit 3. Baca dengan kolorimeter pada lambda 546

Perhitungan :

1. Kadar Hb = absorbs x 36,8 gr/dl/100 ml 2. Kadar Hb = absorbs x 22,8 mmol/l

2.2 Anemia

Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2008). Anemia sebagai keadaan dimana level hemoglobin rendah karena kondisi patologis. Defisiensi Fe merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi bukanlah satu-satunya penyebab anemia (Fatmah dalam FKM UI, 2007).

Menurut Nursalam, Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap milimeter kubik darah dalam tubuh manusia. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh, penurunan kerja fisik,


(30)

penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia bermacam-macam diantaranya adalah anemia defisiensi zat besi (Murgiyanta, 2006).

Menurut Wirakusumah, anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah normal. Pada pendertita anemia lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah atau hemoglobin dibawah normal. Penyebabnya bisa karena kekurangan zat besi, asam folat dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali (Oppusungu, 2009).

Menurut Soekirman, anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal. Sebelum terjadi anemia gizi besi, diawali lebih dulu dengan keadaan kurang gizi besi (KGB). Apabila cadangan besi dalam hati menurun tetapi belum parah, dan jumlah hemoglobin masih normal, maka seseorang dikatakan mengalami kurang gizi besi saja (tidak disertai anemia gizi besi). Keadaan kurang gizi besi yang berlanjut dan semakin parah akan mengakibatkan anemia gizi besi, dimana tubuh tidak lagi mempunyai cukup zat besi untuk membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam sel-sel darah yang baru (Wulansari, 2006).


(31)

2.2.1 Penyebab Anemia

Ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi, yaitu : (Arisman, 2008) a. Kehilangan darah secara kronis

Pada pria dewasa, sebagian besar kehilangan darah disebabkan oleh proses perdarahan akibat penyakit atau akibat pengobatan suatu penyakit. Sementara pada wanita, terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah yang keluar selama haid sangat banyak akan terjadi anemia defisiensi zat besi.

Selain itu, kehilangan zat besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit, seperti cacing tambang, schistosoma dan trichuris trichiura. Hal ini sering terjadi di negara tropis, lembab dan keadaan sanitasi yang buruk.

Darah yang hilang akibat infestasi cacing tambang bervariasi antara 2-100 cc/hari, tergantung pada beratnya infestasi. Jika jumlah zat besi dihitung berdasarkan banyaknya telur cacing yang terdapat dalam tinja, jumlah zat besi yang hilang per seribu adalah sekitar 0,8 mg untuk necator americanus sampai 1,2 mg untuk ancylostoma duodenale.

b. Asupan dan serapan tidak adekuat

Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang berasal dari daging hewan. Selain banyak mengandung zat besi, serapan zat besi dari sumber makanan tersebut mempunyai angka keterserapan sebesar 20-30%. Sebagian besar penduduk di negara yang sedang berkembang tidak mampu menghadirkan bahan makanan tersebut. Kebiasaan konsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi seperti kopi dan teh secara bersamaan pada waktu makan menyebabkan serapan zat besi semakin rendah.


(32)

c. Peningkatan kebutuhan

Asupan zat besi harian diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja, air seni dan kulit. Berdasarkan jenis kelamin, kehilangan zat besi untuk pria dewasa mendekati 0,9 mg dan 0,8 untuk wanita.

Sebagian peningkatan ini dapat terpenuhi dari cadangan zat besi, serta peningkatan adaptif jumlah persentase zat besi yang terserap melalui saluran cerna. Namun, jika cadangan zat besi sangat sedikit sedangkan kandungan dan serapan zat besi dalam dan dari makanan sedikit, pemberian suplementasi pada masa-masa ini menjadi sangat penting.

2.2.2 Tanda dan Gejala Anemia

Tanda dan gejala anemia biasanya tidak khas dan sering tidak jelas, seperti pucat, mudah lelah, berdebar dan sesak napas. Kepucatan bisa diperiksa pada telapak tangan, kuku dan konjungtiva palbera. Tanda yang khas meliputi anemia, angular stomatitis, glositis, disfagia, hipokloridia, koilonikia dan pafofagia. Tanda yang kurang khas berupa kelelahan, anoreksia, kepekaan terhadap infeksi meningkat, kelainan perilaku tertentu, kinerja intelektual serta kemampuan kerja menurun (Arisman, 2008).

Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, stamina tubuh menurun, dan pandangan berkunang-kunang – terutama bila bangkit dari duduk. Selain itu, wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir, dan kuku penderita tampak pucat. Kalau anemia sangat berat, dapat berakibat penderita sesak napas bahkan lemah jantung (Zarianis, 2006).


(33)

Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabka atau yang biasa disebut 5L juga merupakan salah satu gejala Anemia. Gejala yang lain adalah mata berkunang-kunang, berkurangnya daya konsentrasi dan menurunnya daya tahan tubuh (Wikipedia, 2007).

Gejala awal anemia kurang zat besi adalah keluhan badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, pandangan sering berkunang-kunang terutama dari keadaan duduk kemudian berdiri. Tanda lainnya adalah kelopak mata, wajah, ujung jari dan bibir biasanya tampak pucat (Syafitri, 2008) .

2.2.3 Pencegahan Anemia

Sejauh ini ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia defisiensi besi, yaitu (Arisman, 2008) :

1. Pemberian tablet atau suntikan zat besi

Pemberian tablet tambah darah pada pekerja atau lama suplementasi selama 3- 4 bulan untuk meningkatkan kadar hemoglobin, karena kehidupan sel darah merah hanya sekitar 3 bulan atau kehidupan eritrosit hanya berlangsung selama 120 hari, maka 1/20 sel eritrosit harus diganti setiap hari atau tubuh memerlukan 20 mg zat besi perhari. Tubuh tidak dapat menyerap zat besi (Fe) dari makanan sebanyak itu setiap hari, maka suplementasi zat besi tablet tambah darah sangat penting dilakukan.


(34)

Suplementasi dijalankan dengan memberikan zat gizi yang dapat menolong untuk mengoreksi keadaan anemia gizi. Karena menurut hasil penelitian anemia gizi di Indonesia sebagian besar disebabkan karena kekurangan zat besi.

2. Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat besi melalui makanan

Konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Agar mengerti, harus diberikan pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat besi.

Asupan zat besi dari makanan dapat ditingkatkan melalui dua cara :

a. Pemastian konsumsi makanan yang cukup mengandung kalori sebesar yang semestinya dikonsumsi.

b. Meningkatkan ketersediaan hayati zat besi yang dimakan, yaitu dengan jalan mempromosikan makanan yang dapat memacu dan menghindarkan pangan yang bisa mereduksi penyerapan zat besi.

3. Pengawasan penyakit infeksi

Pengobatan yang efektif dan tepat waktu dapat mengurangi dampak gizi yang tidak diingini. Meskipun, jumlah episode penyakit tidak berhasil dikurangi, pelayanan pengobatan yang tepat telah terbukti dapat menyusutkan lama serta beratnya infeksi.

Tindakan yang penting sekali dilakukan selama penyakit berlangsung adalah mendidik keluarga penderita tentang cara makan yang sehat selama dan sesudah


(35)

sakit. Pengawasan penyakit infeksi memerlukan upaya kesehatan seperti penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan.

Jika terjadi infeksi parasit, tidak bisa disangkal lagi, bahwa cacing tambang (Ancylostoma dan Necator) serta Schistosoma yang menjadi penyebabnya. Sementara peran parasit usus yang lain terbukti sangat kecil. Ada banyak bukti tertulis, bahwa parasit parasit dalam jumlah besar dapat menggaggu penyerapan berbagai zat gizi. Karena itu, parasit harus dimusnahkan secara rutin.

Bagaimanapun juga, jika pemusnahan parasit usus tidak dibarengi dengan langkah pelenyapan sumber infeksi, reinfeksi dapat terjadi sehingga memerlukan obat lebih banyak. Pemusnahan cacing itu sendiri dapat efektif dalam hal menurunkan parasit, tetapi manfaatnya di tingkat hemoglobin sangat sedikit. Jika asupan zat besi bertambah, baik melalui pemberian suplementasi maupun fortifikasi makanan, kadar hemoglobin akan bertambah meskipun parasitnya sendiri belum tereliminasi.

4. Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi

Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai negara. Fortifikasi makanan merupakan salah satu cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat besi.

Di negara industri, produk makana fortifikasi yang lazim adalah tepung gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung. Di negara sedang berkembang lain telah dipertimbangkan untuk memfortifikasi garam, gula, beras dan saus ikan.


(36)

2.3 Produktivitas

Produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang dan jasa) dengan masuknya yang sebenarnya. Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran (output) dan masukan (input). Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai (Muchdarsyah, 2008).

Menurut L. Greenberg, produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut. Produktivitas juga diartikan sebagai (Muchdarsyah, 2008) :

a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil

b. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satu-satuan (unit) umum.

Produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber-sumber riil yang makin sedikit (Konferensi Oslo dalam Muchdarsyah, 2008).

Menurut Kussrianto, produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja di sini adalah penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien (Sutrisno, 2009).

Menurut Aigner, bahwa filsafat mengenai produktivitas sudah ada sejak awal peradaban manusia, karena makna produktivitas adalah keinginan untuk dan upaya manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan di segala bidang. Dengan kata lain filsafat produktivitas adalah keinginan manusia untuk


(37)

membuat hari ini lebih baik dari hari kemarin dan membuat hari esok lebih baik dari hari ini (Sutrisno, 2009).

Produktivitas secara umum diartikan sebagai hubungan antara keluaran (barang dan jasa) dengan masukan (tenaga kerja, bahan, uang). Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan. Masukan sering dibatasi dengan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik, bentuk dan nilai (Sutrisno, 2009).

Menurut Webster, memberikan batasan tentang produktivitas yaitu (Sutrisno, 2009) :

a. Keseluruhan fisik dibagi unit dari usaha produksi

b. Tingkat keefektifan dari manajer industri di dalam penggunaan aktivitas untuk produksi

c. Keefektifan dalam menggunakan tenaga kerja dan peralatan.

Menurut dewan produktivitas Nasional RI, secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan atau rasio antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (Oppusungu, 2009).

Menurut Suprihanto, produktivitas diartikan sebagai kemampuan seperangkat sumber-sumber ekonomi untuk menghasilkan sesuatu atau diartikan juga sebagai perbandingan antara pengorbanan (input) dengan penghasilan (output) (Pajar, 2008).

Menurut Simanjuntak, produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja, dan teknis operasional. Secara filosofis, produktivitasmengandung pengertian pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan (Pajar, 2008).


(38)

Peter F. Drucker mendefinisikan produktivitas adalah keseimbangan antara seluruh faktor-faktor produksi yang memberikan keluaran yang lebih banyak melalui penggunaan sumber daya yang lebih sedikit (Pajar, 2008).

Menurut Ravianto, produktivitas dapat dianggap sebagai keluaran atau sebagai masukan dari suatu sistem. Sebagai masukan maka produktivitas dapat disebut sebagai suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari sekarang dan hari esok lebih baik dari hari ini. Produktivitas sebagai hasil keluaran biasanya dirumuskan sebagai rasio dari apa yang dihasilkan terhadap keseluruhan masukan. Dapat dikatakan bahwa produktivitas merupakan ukuran dari kemampuan (baik individu, kelompok maupun dari organisasi perusahaan) untuk menghasilkan suatu produk barang dan jasa dalam kondisi dan situasi tertentu.

Berdasarkan pengertian produktivitas sebagai keluaran maka produktivitas dapat dibedakan kedalam berbagai tingkatan yaitu produktivitas tingkat individu (tenaga kerja), tingkat satuan (kelompok kerja) dan tingkat organisasi perusahaan (produktivitas sub sistem, sistem maupun supra sistem) (Murgiyanta, 2006).

2.3.1 Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja adalah rasio dari hasil kerja dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari seorang tenaga kerja (Sutrisno, 2009). Produktivitas tenaga kerja sebenarnya hanya sebagian dari seluruh produktivitas suatu usaha. Namun Produktivitas tenaga kerja adalah yang paling menentukan, sekaligus juga yang paling sulit untuk dimengerti, apalagi untuk dikelola (Andreas dalam Pandji, 2001).


(39)

Menurut Tohardi, produktivitas kerja merupakan sikap mental. Sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada. Suatu keyakinan bahwa seseorang dapat melakukan pekerjaan lebih baik hari ini dari pada hari kemarin dann hari esok lebih baik dari hari ini (Sutrisno, 2009).

Menurut Kussrianto, produktivitas kerja adalah rasio dari hasil kerja dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari seorang tenaga kerja (Sutrisno, 2009). Produktivitas kerja menurut Cascio sebagai pengukuran output berupa barang atau jasa dalam hubungannya dengan input yang berupa karyawan, modal, materi atau bahan baku dan peralatan (Almigo, 2004).

Menurut Sedarmayanti, produktivitas kerja menunjukkan bahwa individu merupakan perbandingan dari efektivitas keluaran (pencapaian unjuk kerja maksimal) dengan efisiensi salah satu masukan (tenaga kerja) yang mencangkup kuantitas, kualitas dalam waktu tertentu. Produktivitas kerja adalah suatu ukuran dari pada hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan dan output sebagai keluarannya yang merupakan indikator daripada kinerja karyawan dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi. (Almigo,2004).

Menurut ILO, produktivitas tenaga kerja sebagai suatu konsep, menunjukkan adanya kaitan anatara hasil kerja seorang tenaga kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkannya untuk menghasilkan suatu produk (Elviana, 2001).

Menurut Ravianto, produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu (Gautama, 2006). Seorang tenaga kerja dianggap produktif jika seorang tenaga kerja menghasilkan keluaran


(40)

(output) yang lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja lain dalam satuan waktu yang sama. Bila seorang tenaga kerja menghasilkan keluaran yang sama dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang lain. Dengan kata lain seorang tenaga kerja menunjukkan tingkat produktivitas yang lebih tinggi bila ia mampu menghasilkan produk yang sesuai standar yang telah ditentukan dalam satuan waktu yang lebih singkat atau menggunakan sumber daya yang lebih sedikit (Elviana, 2001).

Menurut Schermerharn, produktivitas diartikan sebagai hasil pengukuran suatu kinerja dengan memperhitungkan sumber daya yang digunakan, termasuk sumber daya manusia. Produktivitas dapat diukur pada tingkat individual, kelompok maupun organisasi. Produktivitas juga mencerminkan keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai efektivitas dan efisiensi kinerja dalam kaitannya dengan penggunaan sumber daya. Orang sebagai sumber daya manusia di tempat kerja termasuk sumber daya yang sangat penting dan perlu diperhitungkan (Daryatmi, 2002).

Menurut Sinungan menyatakan bahwa produktivitas mencakup sikap mental patriotik yang memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan diri bahwa kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Sikap seperti ini akan mendorong munculnya suatu kerja yang efektif dan produktif, yang sangat diperlukan dalam rangka peningkatan produktivitas kerja (Daryatmi, 2002).

Menurut Putra, produktivitas kerja adalah jumlah output atau keluaran yang dihasilkan seseorang secara utuh dalam satuan waktu kerja yang meliputi kegiatan


(41)

dalam mencapai hasil atau prestasi kerja bersumber dari penggunaan bahan secara effisien (Pajar, 2008).

Menurut Pandji, produktivitas kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari sumber daya yang digunakan. Menurut Sritomo, produktivitas seringkali juga diidentifikasikan dengan efisiensi dalam arti suatu rasio antara keluaran (output) dan masukan (input). Menurut Sugeng, produktivitas disini adalah perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dari setiap jumlah sumber daya yang dipergunakan selama proses berlangsung (Wahyu, 2009).

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Menurut Putra, produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari tenaga kerja itu sendiri maupun yang berasal dari lingkungan perusahaan. Faktor tersebut antara lain (Elviana, 2001) :

1. Gizi dan Kesehatan

Bagi manusia dalam bekerja, zat gizi seperti karbohidrat, protein dan lemak berperan sebagai sumber tenaga dan vitamin, mineral dan zat besi berperan sebagai pelindung. Aktivitas yang boleh dilakukan manusia adalah sangat dipengaruhi zat gizi yang dikonsumsinya serta kesehatannya. Gizi yang cukup dan badan yang sehat merupakan syarat bagi produktivitas kerja yang tinggi.

Bagi pekerja fisik yang berat, gizi dengan kalori yang memadai menjadi syarat utama yang menentukan produktivitas kerja. Antara kesehatan, ketahan fisik dan produktivitas kerja terdapat korelasi yang sangat nyata.


(42)

2. Pendidikan dan Pelatihan

Kemampuan seseorang untuk bekerja berawal dari pendidikan dan pelatihan yang dialaminya. Pendidikan dan pelatihan yang ditambah dengan praktek yang terus menerus akan menambah kecakapan seseorang, pekerjaannya akan semakin bermutu dan cepat selesai, dengan kata lain produktivitas meningkat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi memberi peluang penghasilan yang lebih tinggi serta produktivitas yang lebih tinggi. Hal ini terbukti dari tingginya rata-rata pendidikan di negara maju dan produktivitas yang tinggi.

3. Penghasilan dan Jaminan Sosial

Upah yang dapat diartikan sebagai imbalan yang diterima tenaga kerja dalam hubungan kerja berupa uang. Imbalan yang diperuntukkan bagi pemenuhan sebagian besar kebutuhan dirinya beserta keluarganya. Upah yang minimal hanya untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal. Pada tingkat upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang layak, produktivitas kerja memperoleh peluang untuk meningkat.

4. Kesempatan

Kesempatan yang terbuka untuk seseorang untuk berbuat yang lebih baik, kreatif dan inovatif juga merupakan persyaratan untuk perbaikan produktivitas kerja. Kesempatan dalam hal ini sekaligus mencakup kesempatan kerja, yaitu pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan ketrampilan serta minat dan kesemapatan untuk berprestasi serta mengembangkan potensi diri.


(43)

5. Manajemen

Produktivitas kerja juga dipengaruhi oleh manajemen dari kepemimpinan organisasi perusahaan. Faktor manajerial ini berpengaruh pada semangat kerja tenaga kerja melalui gaya kepemimpinan, kebijaksanaan dan peraturan-peraturan perusahaan.

6. Kebijakan Pemerintah

Upaya perbaikan produktivitas dapat didorong oleh kebijakan penanaman modal, investasi, teknologi, ketatalaksanaan, moneter dan perkreditan serta dorongan eksport yang menciptakan iklim berusaha yang merangsang perbaikan produktivitas.

2.4 Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Produktivitas Kerja

Menurut De Maeyer, untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi, maka faktor alat, cara dan lingkungan kerja harus betul-betul serasi kemampuan, kebolehan dan batasan manusia pekerja. Apabila tenaga kerja kekurangan kadar hemoglobin, maka tenaga yang dihasilkan oleh tubuh akan berkurang dan badan menjadi cepat lelah sehingga produktivitas kerja juga rendah (Oppusungu, 2009).

Menurut Mahdin, salah satu faktor yang menentukan produktivitas adalah status gizi tenaga pekerja yang baik yang salah satunya adalah ferum (zat besi) didalam tubuh jumlahnya harus mencukupi. Ferum (zat besi) adalah salah satu unsur untuk pembentukan hemoglobin, bila defisiensi zat besi ini maka pembentukan hemoglobin akan berkurang yang dapat menyebabkan anemia zat besi. Kadar hemoglobin yang rendah akan mengganggu proses metabolisme dalam tubuh (Oppusungu, 2009)


(44)

Menurunnya produktivitas kerja pada kekurangan besi disebabkan oleh dua hal yaitu (Almatsier, 2003) :

a. Berkurangnya enzim mengandung besi dan besi sebagai kofaktor enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme energi.

b. Menurunnya hemoglobin darah, akibatnya metabolisme energi didalam otot terganggu dan terjadi penumpukan asam laktat yang menyebabkan rasa lelah.

Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit, menurunkan produktivitas kerja, menurunkan sumber daya manusia dan menurunkan kebugaran. Pekerja yang membutuhkan tenaga besar merasa cepat lelah karena anemia menyebabkan tenaga berkurang. Dengan demikian hasil kerjanya akan rendah sehingga produktivitas kerja menurun. Ketahanan dan kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan dengan produktivitas yang memadai akan lebih dipunyai oleh individu yang tidak anemia (Wirakusumah, 1999).

Menurut Soekirman, Anemia gizi besi erat kaitannya dengan penurunan kemampuan motorik (dampak fisik) yang dapat menyebabkan rasa cepat lelah. Rasa cepat lelah terjadi karena metabolisme energi oleh otot tidak berjalan dengan sempurna karena otot kekurangan oksigen, dimana oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel otot ini diangkut oleh zat besi dalam darah yaitu hemoglobin (Wulansari, 2006).

Diantara para buruh perkebunan telah pula ditunjukkan adanya korelasi erat antara kadar hemoglobin dan kesanggupan atau prestasi kerja. Pada kondisi anemia, kesanggupan dan daya kerja menurun secara bermakna (Sediaoetama, 1993). Menurut Husaini, di Indonesia ditemukan bahwa dengan pemberian tablet tambah


(45)

darah dapat meningkatkan hemoglobin sehingga pekerja tidak anemia dan diikuti dengan meningkatnya produktivitas kerja yang lebih baik (Oppusungu,2009).

Menurut Guyton dan Hall, zat besi berkaitan dengan pembentukan hemoglobin. Dua pertiga besi dalam tubuh terdapat dalam bentuk hemoglobin. Dalam hal ini zat besi memiliki peranan penting dalam produktivitas kerja dengan peranan sebagai kofaktor enzim dalam metabolisme energi, besi dapat mempercepat metabolisme energi sehingga dapat mengganti secara cepat kekurangan energi untuk beraktivitas secara fit (Syafitri, 2008).

Menurut Widayani defisiensi besi merupakan defisiensi yang paling umum terjadi karena daya serap tubuh manusia terhadap Fe relatif sulit. Defisiesi Fe terutama menyerang golongan rentan, seperti anak-anak, remaja, ibu hamil dan menyusui serta pekerja berpenghasilan rendah. Defisiensi besi dapat berakibat menurunkan produktivitas dan kapasitas fisik saat bekerja dan menurunkan imunitas seluler dan meningkatkan kesakitan (Rosyida, 2010).

Wardani mengemukakan bahwa produktivitas pekerja yang kekurangan zat besi menurun 10-30% daripada pekerja yang sehat. anemia gizi besi dapat ditimbulkan akibat terjadinya defisiensi zat besi. Salah satu gejala fisik yang terjadi pada anemia gizi besi adalah penurunan kemampuan kerja. Efek fisik lainnya adalah peningkatan sensitivitas terhadap penyakit flu, gangguan gastrointestinal, konstipasi dan diare (Rosyida, 2010).

Menurut Wirakusumah, kekurangan zat besi akan menurunkan ketahanan tubuh terhadap penyakit infeksi. anemia gizi besi dapat menyebabkan tenaga berkurang, sehingga pekerja yang membutuhkan tenaga besar akan merasa cepat


(46)

lelah. Hal ini akan berpengaruh terhadap hasil kerja yang rendah karena produktivitas kerjanya menurun (Rosyida, 2010).

2.5 Pemanen Kelapa Sawit

Panen harus dilakukan pada saat kematangan buah optimum, agar diperoleh tingkat kandungan minyak dalam daging buah yang maksimum dan dengan mutu yang baik. Tandan buah dinyatakan matang jika brondolannya telah lepas atau jatuh secara alami dari tandannya (Suyatno, 1994)

Adapun cara panen kelapa sawit yaitu :

1. Tandan matang dipanen semuanya dengan kriteria 25 - 75 % buah luar memberondol atau kurang matang dengan 12,5 - 25 % buah luar memberondol

2. Potong pelepah daun yang menyangga buah 3. Tandan dipotong

4. Bertanda di bekas potongan dengan nama atau tanggal panen

5. Tumpuk pelepah daun yang dipotong secara teratur di gawangan dengan cara ditelungkupkan

Panen dilakukan 5 hari dalam seminggu, 2 hari untuk pemeliharaan alat. Tingkat produksi dipengaruhi kualitas tanaman, kesuburan tanah, keadaan iklim, umur tanaman, pemeliharaan tanaman dan serangan hama - penyakit.


(47)

2.6 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak ada hubungan kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja pemanen kelapa sawit di PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau Tahun 2010.

Ha : Ada hubungan kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja pemanen kelapa sawit di PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Tahun Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau 2010.

Kadar Hemoglobin Produktivitas Kerja

Pemanen Kelapa Sawit


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian menggunakan metode penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional (Soekidjo, 2005) yaitu untuk menganalisis korelasi antara faktor resiko dengan faktor efek data penelitian yaitu kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja pemanen kelapa sawit.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian berlangsung pada bulan Mei - Juni 2010.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh pemanen kelapa sawit yang merupakan pekerja borongan di PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau sebanyak 63 orang.


(49)

3.3.2 Sampel

Penentuan jumlah sampel bila populasi lebih kecil dari 10.000, maka pengambilan sampel dapat dilakukan perhitungan dengan rumus Tarro Yamane dalam teori Notoadmojo (2005) maka disimpulkan bahwa besar sampel adalah sebagai berikut :

n = N 1+ N (d2) Keterangan :

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1) Maka : n = 63

1 + 63(0,1)2 n = 63 1,63

n = 38,65 ≈ 39 orang

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas didapat sampel sebesar 39 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan simple random sampling.


(50)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan mengukur kadar hemoglobin (Hb) tenaga kerja pemanen. Produktivitas kerja pemanen kelapa sawit dilihat dari TBS yang dihasilkan pemanen kelapa sawit.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Profil PT. Peputra Supra Jaya, dan data Puskesmas Kecamatan Langgam.

3.5 Definisi Operasional

1. Tenaga kerja adalah pemanen kelapa sawit yang bekerja secara borongan pada perkebunan kelapa sawit PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau.

2. Kadar hemoglobin adalah darah yang diambil dari pemanen kelapa sawit kemudian diukur kadar hemoglobin dengan metode sahli.

3. Produktivitas kerja adalah pemanen kelapa sawit yang dihitung rata-rata selama 3 hari berturut-turut memamen jumlah tandan buah segar (TBS) yaitu 60 TBS/hari.


(51)

3.6 Aspek Pengukuran 1. Kadar Hemoglobin

Pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan pada siang hari saat pemanen istirahat yaitu pukul 12.00 - 14.00 WIB. Pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan oleh petugas puskesmas. Setelah dilakukan pemeriksaan, kemudian catat hasil pemeriksaan kadar hemoglobin.

Untuk kadar hemoglobin dikategorikan menurut Depkes RI menjadi 2, yaitu : a. Kadar hemoglobin ≥ 13,0 gr/dl dikelompokkan kadar hemoglobin normal b. Kadar hemoglobin < 13,0 gr/dl dikelompokkan kadar hemoglobin tidak

normal

2. Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja dengan melihat hasil tandan buah segar dilakukan pada sore hari setelah pemanen selesai bekerja, kemudian catat hasil buah segar (TBS)

Untuk produktivitas kerja dikategorikan oleh perusahaan PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau menjadi 2, yaitu :

a. Hasil TBS ≥ 60 TBS/hari dikelompokkan produktivitas kerja sesuai b. Hasil TBS < 60 TBS/hari dikelompokkan produktivitas kerja tidak sesuai


(52)

3.7 Teknik Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan adalah chi square, untuk melihat hubungan variabel bebas dan variabel terikat. Dengan tingkat kepercayaan 95 % (α= 0,05).


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau adalah salah satu perusahaan swasta di bidang perkebunan kelapa sawit dengan surat persetujuan dari Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pekanbaru Nomor 227/1996/PT Tanggal 30 September 1995 dan Surat Izin Usaha dari Bupati Pelalawan Nomor 180/HK/2007/268 Tanggal 23 Novemver 2007.

PT. Peputra Supra Jaya memiliki pohon kelapa sawit dengan tahun tanam 1994-1997. Luas lahan perkebunan yaitu ± 8900 Ha.

PT. Peputra Supra Jaya terletak di Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau, dengan batas wilayah

1. Sebelah Utara : Desa Penarikan 2. Sebelah Selatan : Desa Mamahan Jaya 3. Sebelah Barat : PT. Agrita Sari Prima 4. Sebelah Timur : PT. Mitra Unggul Pusaka 4.1.1 Tenaga Kerja Perusahaan

Jumlah tenaga kerja PT. Peputra Supra Jaya kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau yaitu 206 orang yang terdiri dari :

1. Dewan Direksi : 1 Orang

2. Direktur : 1 Orang

3. Estate Manajer : 1 Orang 4. Asisten Kepala : 1 Orang


(54)

5. Kepala Tata Usaha : 1 Orang 6. Asisten Lapangan : 10 Orang 7. Bagian Keuangan : 1 Orang 8. Bagian Gudang : 2 Orang 9. Administrasi Timbangan : 2 Orang 10.Bagian Keamanan : 12 Orang

11.Mandor : 24 Orang

12.Tenaga Mekanik : 6 Orang 13.Bagian Alat Berat : 7 Orang 14.Bagian Transportasi : 34 Orang 15.Karyawan : 23 Orang 16.Pemanen : 80 Orang

Tabel 4.1.1 Distribusi Frekuensi Tenaga Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau Tahun 2009

No Tenaga Kerja Frekuensi %

1 Pria 200 97,09

2 Wanita 6 2,91

Jumlah 206 100

Sumber : PT. Peputra Supra Jaya, 2009

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tenaga kerja PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau sebagian besar terdiri dari laki-laki 200 orang (97,09%) dan perempuan 6 orang (2,91%).


(55)

Tabel 4.1.2 Jumlah Pemanen Kelapa Sawit PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau Tahun 2009

No Pemanen Kelapa

Sawit Frekuensi %

1 Pekerja Tetap 17 21,25

2 Pekerja Borongan 63 78,75

Jumlah 80 100

Sumber : PT. Peputra Supra Jaya, 2009

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pemanen PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau yaitu 80 orang yang terdiri dari pekerja tetap 17 orang (21,25%) dan pekerja borongan 63 orang (78,75%).

4.1.2 Jam Kerja Perusahaan

Jam Kerja pemanen kelapa sawit adalah pukul 07. 00-16. 00 WIB, dengan waktu istirahat 2 jam yaitu pukul 12. 00-14.00 WIB. Maka total jam kerja yaitu 9 jam per hari.

4.2Gambaran Umum Responden

4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4.2.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010

No Umur Frekuensi %

1 15-24 6 15.4

2 25-34 14 35.9

3 35-44 12 30.8

4 45-54 7 17.9


(56)

Dari tabel di atas menunjukkan di PT. Peputra Supra Jaya, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau jumlah responden terbanyak berdasarkan umur pada umur 25-34 tahun yaitu 14 orang (35,9 %).

4.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010

No Pendidikan Frekuensi %

1 Tidak Tamat SD 16 41,0

2 Tamat SD 11 28,2

3 Tamat SMP 9 23,1

4 Tamat SMA 3 7,7

Jumlah 39 100

Dari tabel di atas menunjukkan di PT. Peputra Supra Jaya, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau jumlah responden terbanyak berdasarkan tingkat pendidikan yaitu pada Tidak Tamat SD yaitu 16 orang (41,0 %). 4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan

Tabel 4.2.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010

No Pendapatan Frekuensi %

1 < Rp 1.112.000 22 56,4

2 ≥ Rp 1.112.000 17 43,6

Jumlah 39 100

Dari tabel di atas menunjukkan di PT. Peputra Supra Jaya, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau jumlah responden terbanyak berdasarkan pendapatan yaitu pada < Rp 1.112.000 yaitu 22 orang (56,4 %).


(57)

4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja

Tabel 4.2.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010

No Lama Kerja Frekuensi %

1 < 5 tahun 29 74,4

2 5-10 tahun 8 20,5

3 ≥ 10 tahun 2 5,1

Jumlah 39 100

Dari tabel di atas menunjukkan di PT. Peputra Supra Jaya, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau jumlah responden terbanyak berdasarkan lama kerja yaitu pada < 5 tahun yaitu 29 orang (74,4 %).

4.3 Hasil Pengukuran

4.3.1 Kadar Hemoglobin (Hb) Responden

Tabel 4.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hemoglobin di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010

No Kadar Hemoglobin Frekuensi %

1 Normal 8 20.5

2 Tidak Normal 31 79.5

Jumlah 39 100

Dari tabel di atas menunjukkan di PT. Peputra Supra Jaya, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau jumlah responden terbanyak berdasarkan kadar hemoglobin yaitu pada kadar hemoglobin tidak normal yaitu 31 orang (79,5 %).


(58)

Tabel 4.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Produktivitas Kerja di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010

No Produktivitas Kerja Frekuensi %

1 Sesuai 7 17.9

2 Tidak Sesuai 32 82.1

Jumlah 39 100

Dari tabel di atas menunjukkan di PT. Peputra Supra Jaya, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau jumlah responden terbanyak berdasarkan produktivitas kerja yaitu pada hasil TBS tidak sesuai yaitu 32 orang (82,1 %).

4.3.3 Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Produktivitas Kerja Responden Tabel 4.3.3 Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Produktivitas Kerja di PT.

Peputra Supra Jaya Tahun 2010

No Kadar

Hemoglobin

Produktivitas Kerja

Total P Sesuai % Tidak

Sesuai %

1 Normal 5 12,8 3 7,7 8

0,002

2 Tidak Normal 2 5,1 29 74,4 31

Total 7 17,9 32 82,1 39

Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa kadar hemoglobin normal ada 8 orang (20,5 %), produktivitas kerja sesuai ada 5 orang (12,8 %) dan produktivitas kerja tidak sesuai ada 3 orang (7,7 %). Kadar hemoglobin tidak normal ada 31 orang (79,5 %), produktivitas kerja sesuai ada 2 orang (5,1 %) dan produktivitas kerja tidak sesuai ada 29 orang (74,4%).


(59)

Berdasarkan uji chi-square antara kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja diketahui nilai P = 0,002 (P < 0,05) artinya ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja.


(60)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Responden

Berdasarkan tabel 4.2.1 yaitu distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010, kelompok umur terbanyak adalah kelompok umur 25-34 tahun yaitu 14 orang (35,9%) dengan umur termuda 15 tahun dan umur tertua 51 tahun. Dapat dilihat bahwa usia responden berada pada usia produktif (15-64 tahun menurut kategori BAPPENAS) yang mempunyai kemampuan untuk berproduksi.

Berdasarkan tabel 4.2.2 yaitu distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010, tingkat pendidikan responden bervariasi. Seluruh responden pernah mendapat pendidikan formal. Tidak tamat SD yaitu 16 orang (41 %), tamat SD yaitu 11 orang (28,2%), tamat SMP yaitu 9 orang (23,1%) dan tamat SMA yaitu 3 orang (7,7%). Dapat dilihat bahwa pendidikan responden rendah, hal ini dikarenakan pekerjaan sebagai pemanen kelapa sawit tidak memerlukan pendidikan formal melainkan membutuhkan keterampilan, kekuatan otot dan pengalaman kerja.

Berdasarkan tabel 4.2.3 yaitu distribusi frekuensi responden berdasarkan pendapatan di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010. Pendapatan < Rp. 1.112.000 yaitu 22 orang (56,4%) dan ≥ Rp. 1.112.000 yaitu 17 orang (43,6%). Dapat dilihat bahwa pendapatan responden masih dibawah upah minimum sektor kabupaten (UMSK), (Rp. 1.112.000 UMSK Kabupaten Pelalawan menurut Pergub. No. 95 Tahun 2009 UM Kab./Kota).


(61)

Berdasarkan tabel 4.2.4 yaitu distribusi frekuensi responden berdasarkan lama kerja di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010. Lama kerja < 5 tahun yaitu 29 orang (74,4%), lama kerja 5-10 tahun yaitu 8 orang (20,5%) dan lama kerja ≥ 10 tahun yaitu 2 orang (5,1%). Dapat dilihat bahwa tingginya persentase responden dengan lama kerja < 5 tahun, hal ini mungkin disebabkan pemanen kelapa sawit umumnya sering berpindah kerja ke perusahaan lain dengan alasan untuk mencari upah yang lebih baik.

5.2 Kadar Hemoglobin (Hb) Responden

Berdasarkan tabel 4.3.1 yaitu distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar hemoglobin di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010, kadar hemoglobin normal 8 orang (20,5%) dan kadar hemoglobin tidak normal yaitu 31 orang (80,5%). Menurut standar yang ditetapkan Depkes RI kadar hemoglobin pria dewasa normal yaitu 13,0-16,0 gr/dl.

Kadar hemoglobin tidak normal pada responden dapat disebabkan oleh pola makan dengan asupan dan serapan zat besi yang tidak adekuat. Adapun makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang berasal dari daging hewan.

Adapun keluhan fisik akibat kadar hemoglobin yang rendah yaitu cepat lelah dan sakit kepala, yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan, oleh sebab itu menyebabkan kelelahan, kepala terasa melayang dan sakit kepala.


(62)

Berdasarkan tabel 4.3.2 yaitu distribusi frekuensi responden berdasarkan produktivitas kerja di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010, produktivitas kerja yang sesuai yaitu 7 orang (17,9%) dan produktivitas kerja yang tidak sesuai yaitu 32 orang (82,1%).

Produktivitas kerja yang tidak sesuai dapat disebabkan oleh rendahnya status gizi pemanen yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Bagi pekerja fisik yang berat, gizi dengan kalori yang memadai menjadi syarat utama yang menentukan produktivitas kerja. Antara kesehatan, ketahan fisik dan produktivitas kerja terdapat korelasi yang sangat nyata. Pada saat penelitian, terdapat pemanen yang sedang istirahat pada saat jam kerja dan tidak ada pengawasan oleh mandor terhadap pekerjaannya.

Produktivitas kerja yang tidak sesuai juga disebabkan oleh tandan buah segar (TBS) yang belum layak untuk dipanen karena tandan buah segar (TBS) belum matang. Dari hasil penelitian, dari 32 produktivitas yang tidak sesuai, 12 diantaranya disebabkan oleh tandan buah segar (TBS) yang belum layak untuk dipanen.

5.4 Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Produktivitas Kerja Responden Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa kadar hemoglobin normal ada 8 orang (20,5 %), yang termasuk produktivitas kerja sesuai ada 5 orang (12,8%) dan produktivitas kerja tidak sesuai ada 3 orang (7,7%). Kadar hemoglobin tidak normal ada 31 orang (79,5%) yang termasuk kategori produktivitas kerja sesuai ada 2 orang (5,1%) dan yang termasuk kategori produktivitas kerja tidak sesuai ada 29 orang (74,4%).


(63)

Analisa yang telah dilakukan untuk membuktikan hubungan kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja pemanen kelapa sawit PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau Tahun 2010 adalah uji chi square dimana Ho ditolak bila probabilitas lebih kecil dari taraf kemaknaan 0,05.

Probabilitas yang diperoleh pada uji chi square adalah 0,002 yang berarti probabilitas lebih kecil dari 0,05 (0,002 < 0,05). Maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa ada hubungan kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja pemanen kelapa sawit PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau Tahun 2010.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan De Maeyer, yaitu apabila tenaga kerja kekurangan kadar hemoglobin, maka tenaga yang dihasilkan oleh tubuh akan berkurang dan badan menjadi cepat lelah sehingga produktivitas kerja juga rendah (Oppusungu, 2009).


(64)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada pemanen kelapa sawit PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau maka diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut :

6.1 Kesimpulan

1. Dari 39 responden, berdasarkan kelompok umur paling banyak yaitu 25-34 tahun sebanyak 14 orang (35,9%). Berdasarkan tingkat pendidikan paling banyak yaitu tidak tamat SD sebanyak 16 orang (41%). Berdasarkan pendapatan paling banyak yaitu < Rp. 1.112.000 yaitu 22 orang (56,4%). Berdasarkan lama kerja paling banyak yaitu < 5 tahun sebanyak 29 orang (74,4%).

2. Kadar hemoglobin yang normal sebanyak 8 orang (20,5%) dan tidak normal sebanyak 31 orang (79,5%)

3. Produktivitas kerja sesuai sebanyak 7 orang (17,9%) dan tidak sesuai sebanyak 32 orang (82,1%).

4. Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja.

6.2 Saran

1. Sebaiknya pemanen memperhatikan pola makan yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Almigo, Nuzsep. 2004. Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Karyawan. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang. http; // psikologi.binadarma.ac.id/jurnal/jurnal_nuzsep.pdf. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2010.

Anoraga , Pandji. 2001. Psikologi Kerja. PT. Rineka Cipta, Jakarta

Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Bachyar,dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Bappenas. 2007. Usia Produktif Kerja.

Daryatmi. 2002. Pengaruh Motivasi, Pengawasan dan Budaya Keraja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Desa Kabupaten Karanganyar. Skripsi Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Diakses pada tanggal 20 Agustus 2010 Depkes RI. 2003. Anemia Gizi Pada WUS. Jakarta

FKM UI .2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. PT.Rajagrafindo Persada. Jakarta Gautama, Harri. 2006. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Peningkatan

Produktivitas Kerja Menurut Persepsi Karyawan PT. Ultrajaya Milk Industry. Skripsi Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama.

Diakses Tanggal 20 Agustus 2010.

Murgiyanta. 2006. Dampak Pemberian Tablet Sulfas Ferrosus Terhadap Produktivitas Pekerja Wanita Pencetak Batu Bata Yang Anemia Di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(66)

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT.Rineka Cipta. Jakarta

Oppusungu, Riris. 2009. Pengaruh Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe) Terhadap Produktivitas Kerja Wanita Pensortir Daun Tembakau di PT. X Kabupaten Deli Serdang. Tesis Program Magister Kesehatan Kerja Universitas Sumatera Utara.

Diakses pada tanggal 29 Mei 2010

Pajar. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Keperawatan Pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta.

http://eprints.ums.ac.id/4242/2/B100030372.pdf

Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Peraturan Gubernur No. 95 Tahun 2009 UM Kab/Kota.

Agustus 2010

Rosyida, Anisa. 2010. Tingkat Konsumsi Energi Dan Fe, Status Gizi Dan Produktivitas Kerja Karyawan Pada Bagian Produksi PT. Air Mancur Palur, Karanganyar. Skripsi Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian

Bogor.

Diakses pada tanggal 20 Agustus 2010

Risza, Suyatno. 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius. Yogyakarta

Sediaoetama, Achmad. 1993. Ilmu Gizi. Dian Rakyat. Jakarta

Sembiring, Elviana. 2001. Hubungan Asupan Kalori Sarapan Pagi Dengan Produktivitas Tenaga Kerja PT. Union Confectionery LTD Medan Tahun 2001. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Siagian, Sondang. 2002. Sumber Daya Manajemen Manusia. PT Bumi Aksara. Jakarta


(67)

Sinungan, Muchdarsyah. 2008. Produktivitas Apa dan Bagaimana. PT Bumi Aksara. Jakarta

Shinta, Annisa. 2005. Hubungan Antara Kadar Hemoglobin Dengan Prestasi Belajar Siswi SMP Negeri 25 Semarang. Skripsi Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Negeri Semarang.

Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Prenada Media. Jakarta Syafitri, Yunita. 2008. Hubungan Produktivitas Dengan Asupan Zat Besi dalam

Tubuh.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Kerja.

Wanda, Wahyu. 2009. Analisis Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Besi dan Kadar Hemoglobin dengan Produktivitas Guru SMAN 3 Kayuagung. Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

Universitas Sriwijaya.

tanggal 30 Mei 2010

Widayanti, Sri. 2008. Analisis Kadar Hemoglobin Pada Anak Buah Kapal PT. Salam Pacific Indonesia Lines Di Belawan Tahun 2007. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Wirakusumah, Emma. 1999. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Trubus Agriwidaya. Jakarta

Wulansari, Yulia. 2006. Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Anemia Gizi Besi di berbagai Provinsi di Indonesia dan Biaya Penanggulangan melalui Suplementasi. Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. http:// iirc.ipb.ac.id/jspui/handle/123456789/2254. Diakses pada tanggal 30 Mei 2010

Wikipedia. 2007. Hemoglobin.


(68)

Zarianis. 2006. Efek Suplementasi Besi-Vitamin C dan Vitamin C Terhadap Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Yang Anemia Di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Tesis Program Magister Gizi Masyarakat

Universitas Diponegoro.


(69)

Lampiran 1. Master Data

no nama umur umurk pendidikan pendapatan

lama kerja

kadar hb

kadar

hbk produktivitas produktivitask

1 lisi 25.0 2.0 1.0 2.0 1.0 10.0 2.0 54.0 2.0

2 idaman 21.0 1.0 3.0 1.0 1.0 10.0 2.0 45.0 2.0

3 firman 27.0 2.0 3.0 2.0 1.0 9.0 2.0 45.0 2.0

4 edi 50.0 4.0 1.0 2.0 1.0 9.0 2.0 40.0 2.0

5 roni 28.0 2.0 3.0 1.0 1.0 11.2 2.0 50.0 2.0

6 ujang 43.0 3.0 3.0 2.0 2.0 13.6 1.0 50.0 2.0

7 efendi 41.0 3.0 3.0 1.0 1.0 12.4 2.0 56.0 2.0

8 yama 18.0 1.0 1.0 1.0 1.0 9.0 2.0 40.0 2.0

9 dedi 26.0 2.0 4.0 1.0 1.0 11.8 2.0 58.0 2.0

10 jarudin 29.0 2.0 1.0 1.0 1.0 11.6 2.0 52.0 2.0

11 samsudin 49.0 4.0 3.0 1.0 1.0 16.6 1.0 72.0 1.0

12 sekiaroh 15.0 1.0 2.0 1.0 1.0 10.0 2.0 45.0 2.0

13 yones 49.0 4.0 4.0 1.0 1.0 14.6 1.0 75.0 1.0

14 eko 28.0 2.0 4.0 2.0 2.0 13.8 1.0 62.0 1.0

15 jumadi 42.0 3.0 3.0 1.0 1.0 14.0 1.0 65.0 1.0

16 sadimun 35.0 3.0 2.0 1.0 1.0 11.6 2.0 52.0 2.0

17 yono 34.0 2.0 2.0 1.0 1.0 12.6 2.0 57.0 2.0

18 hadi 29.0 2.0 1.0 1.0 1.0 11.0 2.0 50.0 2.0

19 darman 34.0 2.0 2.0 2.0 2.0 12.6 2.0 58.0 2.0

20 ares 21.0 1.0 1.0 1.0 1.0 9.0 2.0 45.0 2.0

21 alem 46.0 4.0 1.0 2.0 2.0 12.0 2.0 56.0 2.0


(70)

24 riorin 30.0 2.0 2.0 2.0 1.0 12.6 2.0 57.0 2.0

25 farlin 27.0 2.0 2.0 2.0 1.0 11.6 2.0 52.0 2.0

26 setiawan 40.0 3.0 1.0 1.0 1.0 10.4 2.0 45.0 2.0

27 tasro 42.0 3.0 1.0 1.0 2.0 11.6 2.0 53.0 2.0

28 amat 38.0 3.0 2.0 2.0 2.0 10.6 2.0 47.0 2.0

29 misri 21.0 1.0 1.0 2.0 3.0 12.0 2.0 54.0 2.0

30 gino 25.0 2.0 1.0 2.0 1.0 10.0 2.0 57.0 2.0

31 riffin 32.0 2.0 2.0 2.0 2.0 12.6 2.0 56.0 2.0

32 sadi 18.0 1.0 2.0 1.0 1.0 11.6 2.0 53.0 2.0

33 sudirman 45.0 4.0 1.0 1.0 1.0 12.4 2.0 56.0 2.0

34 muji 43.0 3.0 1.0 1.0 1.0 11.2 2.0 62.0 1.0

35 masro 40.0 3.0 3.0 1.0 1.0 13.6 1.0 55.0 2.0

36 jabur 32.0 2.0 1.0 1.0 1.0 12.6 2.0 67.0 1.0

37 diran 51.0 4.0 1.0 2.0 1.0 13.6 1.0 52.0 2.0

38 agus 36.0 3.0 3.0 2.0 3.0 10.6 2.0 43.0 2.0


(71)

Lampiran 2. Karakteristik Responden Frequencies Notes Statistics umurk responden pendidikan reponden pendapatan responden lama kerja responden kadar hbk responden produktivitas kerja responden

N Valid 39 39 39 39 39 39

Missing 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

umurk responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 15-24 6 15.4 15.4 15.4

25-34 14 35.9 35.9 51.3

35-44 12 30.8 30.8 82.1

45-54 7 17.9 17.9 100.0

Total 39 100.0 100.0

pendidikan reponden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak tamat SD 16 41.0 41.0 41.0

tamat SD 11 28.2 28.2 69.2

tamat SMP 9 23.1 23.1 92.3

tamat

SMA/SMK 3 7.7 7.7 100.0


(1)

pendapatan responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < Rp. 1.116.000 22 56.4 56.4 56.4

>= Rp. 1.116.000 17 43.6 43.6 100.0

Total 39 100.0 100.0

lama kerja responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 5 tahun 29 74.4 74.4 74.4

5-10 tahun 8 20.5 20.5 94.9

>= 10 tahun 2 5.1 5.1 100.0

Total 39 100.0 100.0

kadar hbk responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid normal 8 20.5 20.5 20.5

tidak normal 31 79.5 79.5 100.0

Total 39 100.0 100.0

produktivitask kerja responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

Lampiran 3. Uji Chi-Square

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent kadar hbk responden *

produktivitask kerja responden

39 100.0% 0 .0% 39 100.0%

kadar hbk responden * produktivitask kerja responden Crosstabulation produktivitask kerja

responden

Total sesuai tidak sesuai

kadar hbk responden

Normal Count 5 3 8

% of Total 12.8% 7.7% 20.5%

tidak normal Count 2 29 31

% of Total 5.1% 74.4% 79.5%

Total Count 7 32 39


(3)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 13.564a 1 .000

Continuity Correctionb 10.025 1 .002 Likelihood Ratio 11.291 1 .001

Fisher's Exact Test .002 .002

Linear-by-Linear

Association 13.216 1 .000

N of Valid Casesb 39

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,44.

b. Computed only for a 2x2 table


(4)

Lampiran 8. Gambar Penelitian

Gambar 1. Pemeriksaan kadar hemoglobin terhadap pemanen kelapa sawit PT.Peputra Supra Jaya


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Curahan Tenaga Kerja Pada Tanaman Kelapa Sawit Rakyat Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM)(Studi Kasus : Desa Tanjung Medan, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara)

1 45 149

Hubungan Kebisingan Dengan Kemampuan Pendengaran Tenaga Kerja Pabrik Kelapa Sawit Adolina PTPN IV Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

7 47 83

ANALISIS PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT PADA PT. PERKEBUNAN BINANGA MANDALA DI KABUPATEN LABUHAN BATU PROPINSI SUMATRA UTARA

0 9 2

Aplikasi web database dengan ASP di Departemen IT/IS PT.Riau Andalan and Paper Pangkalan Kerinci - kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Pekanbaru Riau : laporan hasil kerja praktek

0 3 1

Hubungan Motivasi Kerja dengan Produktivitas Kerja Karyawan Pemanen Kelapa Sawit

1 15 7

Evaluasi pelaksanaan PIR pada PT. Inti Indosawit subur (Kasus PIR di Pabrik Minyak Kelapa Sawit Buatan, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau)

0 17 144

Manajemen Penunasan Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaesis Guineensis Jacq.) Di Pt Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau

5 14 134

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Kadar Hemoglobin Dengan Produktivitas Kerja Pada Tenaga Kerja Wanita Industri Rumah Tangga Lia Garmen Boyolali.

0 1 17

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Kadar Hemoglobin Dengan Produktivitas Kerja Pada Tenaga Kerja Wanita Industri Rumah Tangga Lia Garmen Boyolali.

0 1 10

PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PEMANEN DI PT

0 0 9