c Materi  atau  bahan  pengajaran  dapat  memamfaatkan  analisis  kontrastif
untuk mengurangi efek-efek interferensi. Analisis kontrastif memang lebih berhasil dalam bidang fonologi dari pada bidang-bidang bahasa lainnyan.
9
Dalam Anakon istilah interferensi dan trasfer akan selalu muncul dalam setiap analisis.  Karena  sebagaian  pakar  meyakini  bahwa  interferensi  dan  trasfer
merupakan salah satu faktor penghabat pemerolehan bahasa kedua. Istilah  interfensi  dipergunakan  oleh  kalangan  psikologi  untuk  menunjukan
pengaruh  tingkah  laku  yang  lama  terhadap  hal-hal  baru  yang  sedang  dipelajari. Para sosiolinguistik mempergunakan istilah interfensi untuk merujuk ke interaksi
berbahasa,  seperti  pinjaman  linguistik  dan  alih  kode  yang  terjadi  sewaktu  dua paguyuban bahasa berkontak.
10
Uriel Weinreich mendefinisikan interferensi sebagai : “Those  instances  of  deviation  from  the  norms  of  either  language  which
occur in the speech of billinguals as a result of their familiarity with more than one language, i.e., as a result of language in contact,will be referred
to  as  interference  phenomena.  Hal  tersebut  contoh  penyimpangan  dari norma-norma  baik  bahasa  yang  terjadi  dalam  pidato  billingual  sebagai
hasil dari keakraban dengan lebih dari satu bahasa, yaitu sebagai hasil dari kontak bahasa disebut sebagai fenomena interferensi.
Para  penganut  Anakon  berpendapat  timbulnya  interferensi  disebabkan ketidakfamiliaran  penutur  bahasa  pertama  dengan  bahasa  kedua  yang  dipelajari.
Menurut  Weinreich  dan  Haugen  interferensi  tidak  dapat  dihindarkan  walaupun kecil, hal ini dilihat dari hasil observasi interaksi bahasa antara penutur bilingual
dan  monolingual.  Sedangkan  menurut  penganut  Anakon  kemungkinan  besar interferensi terjadi karena kurangnya kebilingualan seseorang.
Istilah  transfer  menurut  para  pakar  psikologi  tingkah  laku  merujuk  kapada  satu proses  penggunaan  pengalaman  yang  silam  secara  otomatis,  tak  terkendali,  dan
bahwa  sadar  dalam  usaha  menjawab  tantangan  baru.  Dalam  hal  ini  dapat  terjadi
9
Henry  Guntur  Tarigan,  PENGAJARAN  ANALISIS  KONTRASTIF  BAHASA,  Bandung: Angkasa, 1992, h. 5.
10
Jos  Daniel  Parera,  LINGUISTIK  EDUKASIONAL:  Metode  Pembelajaran  Bahasa Analisis Kontrastif Antarbahasa Analisis Kesalahan Berbahasa, Jakarta: Erlangga, 1997, h. 105.
transfer  negatif  dan  trasfer  positif.  Trasfer  negatif  terjadi  jika  tingkah  laku  atau kebiasaan  yang  lama  tidak  terdapat  dalam  situasi  yang  baru,  sedangkan  transfer
positif terjadi jika tingkah laku atau kebiasaan lama dan baru memiliki persamaan. Terkait  pengajaran  bahasa  menurut  paham  teori  psikologi  behaviorisme,
kesalahan  berbahasa  terjadi  karena  trasfer  negatif.  Penggunaan  sistem  B1  dalam ber-B2, sedangkan sistem itu berbeda dalam B2 bahasa kedua. Perbedaan sistem
bahasa ibu dapat diidentifikasi melalui B1 bahasa pertama atau ibu dengan B2. Interfernsi  terjadi  dari  penutur  bilingual  yang  secara  sadar  dan  familiar
mengetahui  dua  bahasa  tersebut  dan  menggunakan  campur  dari  dua  bahasa tersebut  akan  menimbulkan  alih  kode  atau  campur  kode.  Sedangkan  transfer
terjadi  untuk  perpindahan  bahasa  yang  menyebabkan  kesalahan  karena  bentuk struktur  yang  tidak  sama  atau  penggunaan  yang  tidak  sama.  Untuk  memperoleh
gambaran yang jelas, mari kita perhatikan gambar dibawah ini. Situasi Bilingual
Situasi Belajar
Campur kode alih kode = interferensi Trasfer = pindahan
B. Sintaksis
1. Definisi Sintaksis
Menurut  kamus,  Sintaksis  berasal  dari  kata  Yunani, “Syn”  yang
artinya “bersama-sama”,  dan “taksi”  yang  berarti  “ rangkaian,  urutan,  dan
pengaturan”. Secara terminologi, sintaksis dapat digambarkan sebagai studi dari aturan atau “hubungan yang dipolakan” untuk mengatur cara kata secara bersama-
sama dalam suatu kalimat.
11
11
Muhamamad  Farkhan,  An  Introduction  To  Linguistics,  Jakarta:  UIN  Jakarta  Press, 2006, h. 71.
B1 B2
B2 B1
Abdul  Chaer  mengatakan  bahwa,  sintaksis  ialah  membicarakan  perihal penataan  dan  penempatan  bersama-sama  kata-kata  menjadi  kelompok  kata  atau
kalimat.
12
Djoko  Kentjono  mengatakan  bahwa,  sintaksis  adalah  ilmu  yang  menelaah struktur  satuan  bahasa  yang  lebih  besar  dari  kata,  mulai  dari  frasa  hingga
kalimat.
13
Menurut  Henry  Guntur  Tarigan,  sintaksis  adalah  salah  satu  cabang  tata bahasa yang membicarakan struktur-struktur kalimat, klausa, dan frasa.
14
Dalam kajian sintaksis, Linguistik Tradisional yang berkembang sejak zaman Yunani  sangat  tegas  dalam  memisahakan  kajian  morfologi  dan  kajian  sintaksis.
Kajian morfologi bertumpu pada kajian mengenai kata; sedangkan kajian sintaksis bertumpu  pada  satuan  kalimat.  Kajian  morfologi  bergelut  pada  analisis  kata,
sedangkan sintaksis bergelut pada analisis satuan kalimat. Satuan frasa dan klausa yang belum dikenal.
Dari  pembahasan  diatas  dapat  ditarik  kesimpulan  bahwa  sintaksis  adalah suatu  telaah  dalam  cabang  tata  bahasa  yang  membicarakan  struktur-struktur
kalimat, kalusa, dan frasa. Ketika  membicarakan  struktur  sintaksis  yang  pertama  yang  harus  dibahas
mengenai  fungsi  sintaksis,  kategori  sintaksis,  dan  peran  sintaksis.  Ketiga  hal tersebut tidak dapat dipisahkan dalam pembahasan mengenai sintaksis.
2. Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis
Fungsi sintaksis adalah semacam “kotak-kotak” atau “tempat-tempat” dalam struktur  sintaksis  yang  kedalamannya  akan  diisikan  kategori-kategori  tertentu.
Kotak-kotak  itu  bernama  subjek  S,  predikat  P,  objek  O,  komplemen  Kom, dan keterangan Ket
15
. Contohnya terdapat dalam kalimat sebagai berikut: 1
Nenek melirik kakek tadi pagi
12
Abdul Chaer, Linguistik Umum, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007, h. 206.
13
Liberti P. Sihombing dan Djoko Kent jono, “Sintaksis” dalam Kushartanti , dkk ed,
Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005, h. 123.
14
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Sintaksis, Bandung: Angkasa, 1986, h. 6.
15
Abdul Chaer, Linguistik Umum, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007, h. 207.
Dalam  kalimat  diatas  ada  tempat-tempat  kosong  yang  bernama  subjek  diisi oleh  kata  nenek,  tempat  kosong  yang  bernama  predikat  diisi  oleh  kata  melirik,
tempat kosong yang bernama objek diisi oleh kata kakek, dan tempat kosong yang bernama keterangan diisi oleh frase tadi pagi.
Jenis  atau  tipe  kata  yang  menjadi  pengisi  fungsi-fungsi  sintaksis  merupakan kategori sintaksis. Kategori sintaksis berkenaan dengan istilah nomina N, verba
V, adjektiva A, adverbial Adv, Numeralia Num, proposisi Prep, konjungsi Konj,  dan  pronominal  Pron.  Nomina,  verba,  adjektifa  merupakan  kategori
utama,  sedangkan  adverbial,  numerali,  proposisi,  konjungsi  dan  pronominal adalah kategori tambahan.
Selain  kategori  sintaksis  yang  menjadi  pengisi  fungsi-fungsi  sintaksis  ada juga  pengisi  lainnya  yang  disebut  dengan  peranan  sistaksis.  Peranan  sintaksis
berkenaan  dengan  istilah  pelaku,  penderita,  dan  penerima.  Ambilah  contoh kalimat sebagai berikut:
2 nenek membaca komik
dalam  kalimat  di  atas  nenek  pengisi  fungsi  sintaksis  S  dengan  kategori  nomina yang  ber
peran  ”pelaku”,  membaca  pengisi  fungsi  sintaksis  P  dengan  kategori verba  yang
berperan  “tindakan”,  dan  komik  pengisi  fungsi  sintaksis  O  dengan kategori nomina
berperan “sasaran”. Susunan fungsi sintaksis tidak selalu harus S, P, O, dan K. misalkan dalam
kalimat: 3
Keluarlah nenek dalam kamarnya mempunyai  fungsi  sintaksis  P,  S,  dan  K.  begitupun  fungsi  K  dalam  kalimat-
kalimat dibawah ini mempunyai posisi yang tidak sama 4a Tadi pagi nenek melirik kakek
4b Nenek tadi pagi melirik kakek 4c Nenek melirik kakek tadi pagi
Keempat  fungsi  sintaksis  tidak  selalu  ada  bersaman  dalam  suatu  struktur contohnya  dalam  kalimat  4b  yang  tidak  mempunyai  fungsi  objek.  Melihat  hal
tersebut  muncul  sebuah  pertanyaan  sederhana  fungsi-fungsi  sintaksis  mana  yang harus  selalu  ada  dan  fungsi-fungsi  sintaksis  yang  mana  jika  tidak  ada  pun  tidak
akan  merubah  kontruksi  sebuah  struktur  sintaksis.  Banyak  pakar  yang berpendapat  bahwa  struktur  sintaksis  minimal  harus  ada  fungsi  sintaksis  subjek
dan  fungsi  sintaksis  predikat,  sedangkan  fungsi  sintaksis  objek  dan  keterangan boleh tidak muncul terlebih mengingat kemunculan objek ditentukan oleh transitif
atau  tidaknya  verba  yang  mengisi  fungsi  sintaksis  predikat  dan  fungsi  sintaksis keterangan hanya muncul ketika diperlukan.
3. Satuan Sintaksis