Pada September 2015, inflasi umum tercatat

19 1. Inflasi Menurun Seiring dengan Penurunan Harga Bahan Makanan Inflasi September lebih rendah dari inflasi Juni

2015. Pada September 2015, inflasi umum tercatat

sebesar 6,83 persen y-o-y dan -0,05 persen m-t-m, lebih rendah 43 pp dan 58 pp dibandingkan Juni yang tercatat 7,26 persen dan 0,54 persen m-t-m. Penurunan inflasi September 2015 didorong oleh menurunnya tingkat harga komponen harga diatur pemerintah dan harga bergejolak. Komponen harga diatur pemerintah tercatat 11,26 persen y-o-y, lebih rendah 188 pp dibandingkan Juni 2015. Penurunan tersebut disebabkan penurunan harga BBM non- subsidi, terkait adanya penurunan harga minyak dunia, dan tiket transportasi udara, terkait dengan berakhirnya masa libur Lebaran dan libur sekolah pada Agustus 2015. Kemudian, komponen harga bergejolak tercatat 8,52 persen y-o-y, lebih rendah 31 pp dibandingkan Juni 2015. Penurunan tersebut didorong oleh penurunan harga bahan pokok dan bertambahnya pasokan komoditas pangan. Di sisi lain, komponen inflasi inti meningkat. Pada September 2015, inflasi inti tercatat sebesar 5,07 persen y-o-y dan 0,44 persen m-t-m, lebih tinggi 3 pp dan 18 pp dibandingkan Juni 2015 yang tercatat sebesar 5,04 persen y-o-y dan 0,26 persen m-t-m. Kenaikan harga biaya pendidikan dan makanan jadi menjadi pendorong utama kenaikan komponen inflasi inti. Penurunan harga pangan membuat tingkat harga deflasi pada September 2015. Kelompok pengeluaran bahan makanan tercatat mengalami deflasi 1,07 persen m-t-m. Deflasi tersebut disebabkan penurunan harga daging ayam seiring dengan membaiknya pasokan daging sapi sebagai barang substitusinya. Selain itu, penurunan harga cabai dan bawang merah juga turut memberi andil pada deflasi September 2015. Sementara itu, kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi, dan olah raga tercatat mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,89 persen m-t-m. Inflasi pada kelompok pengeluaran tersebut disebabkan naiknya biaya pendidikan dan kursuskepelatihan. Deflasi tidak terjadi di semua wilayah di Indonesia. Dari 82 kota yang disurvei, hanya 36 kota yang mengalami deflasi sedangkan 46 sisanya mengalami inflasi. Kota yang mengalami deflasi tertinggi adalah Sibolga dengan angka 1,85 persen. Di sisi lain, Merauke menjadi kota dengan tingkat inflasi tertinggi yang tercatat sebesar 1,33 persen. Sebagian besar wilayah Indonesia Timur mengalami inflasi. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada D. Inflasi dan Kemiskinan Gambar 28: Tingkat Inflasi berdasar Komponen, September 2013 – September 2015 Inflasi menurun menjadi 6,83 persen y-o-y pada September 2015 Catatan: 2010 – 2013 tahun dasar 2007; 2014 – 2015 tahun dasar 2012 Sumber: BPS dan CEIC 2015 Tabel 5: Tingkat Inflasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran, 2011 – 2015 2012=100, m-t-m Harga bahan pangan menurun, September 2015 tercatat deflasi 0,05 persen m-t-m Catatan: 2010 – 2013 tahun dasar 2007; 2014 – 2015 tahun dasar 2012 1 Bahan Makanan; 2 Makanan Olahan, Minuman, Tembakau; 3 Perumahan, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar; 4 Sandang; 5 Kesehatan; 6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga; 7 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Sumber: BPS dan CEIC diolah, 2015 20

2. Tingkat Kemiskinan Meningkat