20
2. Tingkat Kemiskinan Meningkat
Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2015 5,01 persen ke 4,71 persen y-o-y, jumlah penduduk miskin pada Maret 2015 meningkat bila dibandingkan dengan Sepetember
2014. Jumlah penduduk miskin di Indonesia tercatat sebanyak 28,59 juta jiwa atau sebesar 11,2 pada Maret 2015. Setelah pada dua periode sebelumnya terjadi tren penurunan jumlah penduduk miskin, 28,28 juta jiwa
pada Maret 2014 27,73 juta jiwa pada September 2014, pada Maret 2015 ini justru terjadi peningkatan. Salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk miskin pada Maret 2015 adalah
kenaikan harga pangan pokok seperti beras naik sebesar 12,41 persen pada Februari 2015 y-o-y serta turunnya upah harian riil buruh tani dan buruh bangunan pada Agustus 2015, masing-masing sebesar 0,34
persen dan 0,33 persen. Di sisi lain, garis kemiskinan naik sebesar 6,38 persen dari IDR 374.793 pada September 2014 menjadi IDR 396.931 pada Maret 2015, seiring dengan terjadinya peningkatan laju inflasi
umum dari semula 4,53 persen menjadi 6,83 persen y-o-y.
Indonesian Economic Review and Outlook
Sumber: BPS, dan CEIC 2015
Gambar 29: Jumlah Penduduk Miskin, 2012 – 2015
Jumlah Penduduk Miskin Bertambah pada Maret 2015
Sumber: BPS, dan CEIC 2015
Gambar 30: Garis Kemiskinan, Inflasi Garis Kemiskinan, dan Inflasi Umum
Garis Kemiskinan Meningkat Sejalan dengan Meningkatnya Inflasi Umum
21
Neraca Pembayaran Indonesia Defisit Setelah enam kuartal berturut-turut surplus, di kuartal II-2015 ini Neraca Pembayaran Indonesia
NPI defisit sebesar USD 2,93 miliar. Pada kuartal sebelumnya NPI masih surplus USD 1,30 miliar tumbuh
-324,47 persen q-t-q. Memburuknya kinerja NPI disebabkan merosotnya surplus Neraca Transaksi Modal dan Finansial di saat defisit Neraca Transaksi Berjalan naik. Demikian pula secara tahunan, kondisi NPI pada
kuartal II-2015 masih jauh lebih baik. Ketika itu NPI tercatat surplus sebesar USD 4,30 miliar tumbuh - 168,08 persen y-o-y.
Defisit Neraca Transaksi Berjalan kuartal II-2015 meningkat. Sebelumnya sejak kuartal III-2014
tingkat defisit selalu mengecil. Di kuartal II-2015, defisit naik 9,26 persen q-t-q dari USD 4,10 miliar
1,92 persen PDB menjadi USD 4,48 miliar 2,05 persen PDB. Naiknya defisit didorong oleh kenaikan
defisit Neraca Jasa-Jasa dan Neraca Pendapatan Primer. Di satu sisi, surplus Neraca Barang memang
naik namun sayangnya tidak sebesar gabungan kenaikan defisit pada neraca-neraca lainnya.
Sebaliknya bila dilihat secara year on year kinerja Neraca Transaksi Berjalan justru lebih baik defisit
mengecil 53,31 persen. Defisit kuartal II-2014 mencapai 4,26 persen dari PDB atau setara dengan
USD 9,59 miliar.
Surplus Neraca Transaksi Modal dan Finansial kembali turun pada kuartal II-2015. Surplus turun
hingga 60,65 persen q-t-q menjadi hanya tersisa USD 2,48 miliar. Penurunan surplus terjadi karena adanya kombinasi kenaikan defisit Neraca Investasi Lainnya serta penurunan surplus Neraca Investasi Portofolio dan
Neraca Derivatif Finansial. Nilai surplus kuartal II-2015 merupakan yang terendah sejak kuartal I-2013. Secara year on year nilainya merosot hingga USD 11,44 miliar turun 82,15 persen dari sebelumnya surplus
USD 13,92 miliar di kuartal II-2014.
Kinerja Neraca Jasa-Jasa di kuartal II-2015 ini memburuk. Setelah sempat membaik pada kuartal
I-2015, nilai defisit kembali membengkak dari USD 1,86 miliar menjadi USD 2,64 miliar. Defisit naik
42,42 persen q-t-q. Menurunnya pengeluaran turis asing di sektor pariwisata Indonesia, sekalipun
jumlah turis asing meningkat sekitar 58.000 orang, menjadi penyebab utama naiknya defisit. Surplus
Neraca Perjalanan kita anjlok dari USD 1,02 miliar di kuartal I-2015 menjadi hampir separuhnya yakni
USD 0,59 miliar. Selain itu meningkatnya pengeluaran WNI yang berpergian ke luar negeri
dengan maskapai asing turut memperburuk kinerja Neraca Jasa-Jasa. Namun demikian defisit kuartal II-
2015 lebih kecil USD 0,18 miliar dibanding defisit kuartal II-2014. Defisit turun 6,56 persen y-o-y.
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
E. Neraca Pembayaran Indonesia NPI
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC 2015
Gambar 31: Neraca Pembayaran Indonesia, Kuartal II-2012 – Kuartal II-2015
Neraca Pembayaran Indonesia tidak lagi surplus
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC 2015
Gambar 32: Neraca Transaksi Berjalan, Kuartal II-2012 – Kuartal II-2015
Defisit Neraca Transaksi Berjalan meningkat
Indonesian Economic Review and Outlook 22
Defisit Neraca Pendapatan Primer kuartal II-2015 naik USD 0,64 miliar. Tingkat defisit kini tercatat
sebesar USD 7,37 miliar, lebih besar dibandingkan defisit kuartal I-2014 yakni USD 6,72 miliar. Secara kuartalan defisit naik 9,59 persen q-t-q. Defisit meningkat karena naiknya pembayaran pendapatan atas
instrumen ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan Penanaman Modal Asing PMA sebesar. Di samping itu tekanan juga datang dari Neraca Pendapatan Investasi Lainnya berupa peningkatan pembayaran bunga
pinjaman luar negeri Indonesia. Total arus keluar yang terjadi pada kuartal II-2015 mencapai USD 0,87 miliar. Adapun ditinjau secara tahunan, defisit justru menyusut 6,91 persen. Sebelumnya di kuartal yang sama tahun
2014, defisit mendekati USD 8,00 miliar.
Neraca Barang kuartal II-2015 kembali mencetak surplus, meneruskan tren perbaikan kinerja sejak kuartal III-2014. Kali ini surplus perdagangan barang lebih tinggi daripada kuartal sebelumnya yang hanya
tercatat sebesar USD 3,06 miliar naik 34,46 persen q-t-q. Surplus melonjak karena besarnya kenaikan surplus Neraca Non-Migas lebih besar daripada kenaikan defisit Neraca Migas dan penurunan surplus Neraca
Barang Lainnya. Ketiga neraca tersebut, secara berurutan, masing-masing membukukan saldo surplus USD 5,92 miliar; defisit USD 2,12 miliar; dan surplus USD 0,32 miliar di kuartal II-2015 ini. Secara year-on-year
perbaikan kinerja Neraca Barang terlihat lebih masif, dari defisit USD 0,38 miliar menjadi surplus USD 4,12 miliar.
Sempat turun di kuartal I-2015, surplus Neraca Non-migas meningkat lagi di kuartal II-2015.
Surplus naik sebesar 50 persen dari USD 3,95 miliar menjadi USD 5,92 miliar. Lonjakan nilai ekspor di
satu sisi dan turunnya nilai impor di sisi yang lain mendorong surplus Neraca Nonmigas naik. Ekspor
nonmigas kuartal II-2015 meningkat sebesar USD 1,64 miliar sedangkan impornya turun USD 0,33
miliar. Kenaikan nilai ekspor nonmigas terbesar terjadi pada kelompok produk manufaktur naik
USD 1,70 miliar seperti minyak sawit, produk logam dasar, dan karet olahan. Sebaliknya nilai ekspor
kelompok produk pertambangan justru turun hingga USD 0,10 miliar karena jatuhnya nilai ekspor batu
bara turun 10,76 persen q-t-q. Dari sisi impor, nilai impor kelompok produk manufaktur turun sebesar
USD 0,45 miliar. Penurunan terbesar dialami oleh komoditas logam dasar serta komoditas komputer dan bagiannya. Hal ini memperlihatkan permintaan industri domestik tengah melemah. Sejalan dengan kinerja
kuartalan, kinerja Neraca Nonmigas secara tahunan juga membaik, ditunjukkan oleh pertumbuhan surplus year on year sebesar 139,21 persen.
Berlawanan dengan Neraca Nonmigas, kinerja Neraca Migas kuartal II-2015 justru memburuk. Defisit
kuartal sebelumnya adalah sebesar USD 1,26 miliar, kemudian membesar menjadi USD 2,12 miliar pada kuartal II-2015. Defisit naik 68,54 persen q-t-q. Kenaikan defisit terutama disebabkan oleh naiknya nilai
impor migas khususnya minyak bumi. Nilai impor minyak bumi meningkat dari USD 5,11 miliar menjadi USD 6,26 miliar naik 22,56 persen q-t-q. Meskipun demikian ekspor minyak bumi juga naik sebesar USD 0,68
miliar menjadi USD 2,61 miliar dipicu oleh naiknya harga minyak dunia baik berupa minyak mentah maupun produk kilang. Secara persentase ekspor minyak Indonesia naik 35,48 persen q-t-q. Walaupun data kuartalan
menunjukkan pemburukan, defisit Neraca Migas kuartal II-2015 masih lebih kecil dibanding kuartal II-2014 yang mencetak defisit sebesar USD 3,18 miliar. Defisit telah turun 33,37 persen y-o-y.
Nilai surplus Neraca Investasi Portofolio kuartal II-2015 merosot sebesar USD 3,02 miliar dibanding kuartal sebelumnya. Surplus kini tercatat sebesar USD 5,77 miliar. Berkurangnya dana asing yang masuk ke
pasar keuangan domestik menjadi penyebab terjadinya penurunan surplus. Berdasarkan sektornya, beli neto
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC 2015
Gambar 33: Neraca Perdagangan Barang , Kuartal II-2012 – Kuartal II-2015
Surplus Neraca Perdagangan Barang terus meningkat
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 23
asing atas surat utang pemerintah berkurang drastis dari USD 7,07 miliar di kuartal I-2015 menjadi tersisa separuhnya yaitu USD 3,63 miliar. Adapun di sektor swasta, investor asing lebih banyak melakukan aktivitas
jual saham domestik dibanding pembelian. Hal ini menyebabkan terjadinya jual neto sebesar USD 0,09 miliar atas saham domestik. Wacana kenaikan Fed Fund Rate FFR dan depresiasi rupiah membuat investor asing
berjaga-jaga menanamkan modalnya ke Indonesia. Secara total dibandingkan kuartal I-2015, arus masuk dana asing ke Indonesia untuk intrumen investasi portofolio ini berkurang hingga USD 2,15 miliar.
Defisit Neraca Investasi Lainnya bertambah di kuartal II-2015 ini. Defisit naik dari USD 4,88
miliar kuartal I-2015 menjadi USD 6,94 miliar kuartal II-2015. Secara qtq, tingkat defisit
membengkak sebesar 42,05 persen. Terjadinya pembengkakan defisit disebabkan berbagai
perkembangan di sisi kewajiban. Yang pertama adalah adanya naiknya pembayaran pinjaman luar
negeri pemerintah, dari USD 0,67 miliar ke USD 1,75 miliar naik 162,39 persen qtq. Kedua, penarikan
pinjaman luar negeri swasta turun sebesar USD 1,16 miliar. Ketiga, meningkatnya pembayaran utang luar
negeri swasta sebesar USD 1,09 miliar. Dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu, kinerja Neraca
Investasi Lainnya kuartal II-2015 benar-benar memburuk. Di kuartal II-2014 Neraca Investasi
Lainnya mendapat surplus sebesar USD 2,11 miliar.
Surplus Neraca Investasi Langsung kuartal II-2015 tumbuh 57,18 persen q-t-q. Surplus naik dari USD
2,31 miliar di kuartal I-2015 menjadi USD 3,62 miliar. Penyebabnya adalah kenaikan arus masuk sisi kewajiban dan penurunan arus keluar sisi aset sepanjang kuartal II-2015. Arus masuk tercatat naik
sebesar USD 0,99 miliar menjadi USD 6,75 miliar. Sedangkan arus keluar turun sebesar USD 0,33 miliar menjadi USD 3,63 miliar. Dari sisi aset baik instrumen modal ekuitas maupun utang mengalami penurunan
defisit. Dari sisi kewajiban, hanya instrumen utang yang surplusnya bertambah yakni sebesar USD 1,33 miliar. Meskipun membaik secara kuartalan, year on year surplus Neraca Investasi Langsung Indonesia justru turun
2,27 persen.
Gambar 34: Neraca Transaksi Modal dan Finansial, Kuartal II-2012 – Kuartal II-2015
Surplus Neraca Transaksi Modal dan Finansial kembali turun
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC 2015
Indonesian Economic Review and Outlook 24
Tekanan di Pasar Valuta asing dan di Sektor Perbankan Membesar Exchange Market Pressure Index EMPI merupakan indikator yang menggambarkan kondisi terkini
tekanan pada pasar valuta asing valas. Indeks ini disusun dari komposit tiga variabel yaitu nilai tukar
rupiah terhadap USD, cadangan devisa, dan suku bunga JIBOR. Semua data dalam frekuensi bulanan dan telah dinormalisasi menggunakan metode yang diterapkan oleh Kaminsky, Lizondo, dan Reinhart 1998,1999.
Nilai indeks berada pada rentang skala 0 – 100, semakin mendekati 100 semakin besar tekanan yang diterima oleh pasar valas. Adapun sebaliknya semakin mendekati 0, maka semakin kecil tekanan yang diterima oleh
pasar valas.
Nilai EMPI pada September 2015 naik menjadi 60,49 nilai skala, sedangkan di bulan
sebelumnya sebesar 56,45 nilai skala. Hal ini
menunjukkan kondisi pasar valas kita kian tertekan oleh depresiasi nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah
September 2015 adalah sebesar 14.584 per USD, melemah sekitar 3,9 persen dibanding Agustus
2015. Senada dengan cadangan devisa yang juga ikut merosot dari 105,34 miliar USD menjadi 101,71
miliar USD. Dengan demikian sejak awal tahun 2015, nilai EMPI telah naik hingga 16,92 nilai skala. Namun
kondisi ini masih cukup normal karena belum menembus ambang batas pertama yaitu sebesar
68,54 nilai skala.
Banking Pressure Index BPI adalah indikator yang menunjukkan tekanan yang terjadi di sektor perbankan. Indeks ini dihitung dengan mempertimbangkan tiga indikator sektor perbankan, yakni Capital
Adequacy Ratio CAR, Non-Performing Loan NPL, dan Liquidity Assets Ratio LAR. Seluruh data memiliki frekuensi bulanan dan diolah dengan menggunakan dua macam formula, yaitu formula yang mengacu pada
perhitungan EMPI dan formula yang mengacu pada perhitungan Financial Stability Index FSI. Nilai indeks berada pada rentang skala 0 – 100, yang berarti bahwa semakin dekat nilai indeks ke angka 0 semakin besar
tekanan yang terjadi di sektor perbankan, vice versa.
Pada Agustus 2015, nilai BPI mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan sebelumnya dari 14,06 menjadi 19,71 formula EMPI, tetapi mengalami penurunan dari 58,84 menjadi 56,64 formula
FSI. Apabila dilihat dari nilai BPI formula EMPI, hal tersebut mengindikasikan berkurangnya tekanan yang
terjadi di sektor perbankan Indonesia selama periode Juli-Agustus 2015. Pengurangan tekanan di sektor perbankan ini salah satunya didorong oleh turunnya jumlah kredit macet yang ditunjukkan oleh NPL dan
turunnya LAR. Sementara itu, nilai BPI formula FSI mengalami penurunan, yang mengindikasikan bertambahnya tekanan di sektor perbankan. Meski begitu, nilai BPI pada kedua perhitungan yang disajikan
ini masih dapat dikatakan aman karena belum menyentuh ambang batas pertama yang bernilai 4,13 skala formula EMPI dan -11,53 skala formula FSI.
F. Indikator Krisis
Gambar 35: Indeks Tekanan Pasar Valuta Asing, Januari 2000 – September 2015 skala 0–100
Tekanan di pasar valuta asing membesar pada Agustus 2015
Sumber: Tim Macroeconomic Dashboard 2015
25 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
Gambar 36: Indeks Tekanan Perbankan Indonesia formula EMPI, 2012 – 2015 0–100
Tekanan terhadap perbankan Indonesia membesar pada Juli 2015
Gambar 37: Indeks Tekanan Perbankan Indonesia formula FSI, 2012 – 2015 0–100
Tekanan terhadap perbankan Indonesia membesar pada Juli 2015
Sumber: Tim Macroeconomic Dashboard 2015 Sumber: Tim Macroeconomic Dashboard 2015
26 Indonesian Economic Review and Outlook
1. Ekonomi Global Di kuartal II-2015 pertumbuhan ekonomi di