Seprina Ruleta 2008 telah melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat Perputaran Piutang Terhadap
Profitabilitas Pada Pt Gresik Cipta Sejahtera Cabang Medan”, Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat
perputaran piutang dengan tingkat profitabilitas perusahaan. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Ratih Anugrah 2011 dengan judul “Analisis Perputaran
Persediaan dan Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Pada PT Indofood
Sukses Makmur Tbk” menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang dan
tingkat perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.
Skripsi ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ulang dikarenakan terdapat perbedaan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan perusahaan- perusahaan manufaktur di BEI sebagai objek penelitian. Berdasarkan uraian
diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Apakah tingkat perputaran piutang berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ? 2. Apakah tingkat perputaran persediaan berpengaruh terhadap tingkat
profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
3. Apakah tingkat perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan secara simultan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perputaran piutang dan perputaran persediaan memiliki pengaruh terhadap tingkat
profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan wawasan peneliti, dalam bidang akuntansi keuangan
Universitas Sumatera Utara
khususnya mengenai perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap tingkat profitabilitas.
2. Bagi pihak yang berkepentingan, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi serta sebagai bahan masukan dan
referensi. 3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi
untuk penelitian selanjutnya, agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik dari sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Piutang
2.1.1.1 Pengertian Piutang
Dengan adanya penjualan kredit maka timbul piutang. Penjualan kredit merupakan salah satu cara untuk membantu
perusahaan meningkatkan penjualan. Menurut Soemarsono 2004 : 338 “Piutang didefenisikan sebagai hak klaim terhadap seseorang
atau perusahaan lain. Dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan
aktiva atau jasa lain kepada pihak dan kepada siapa dia berhutang”.
Menurut Warren 2005 : 392 “Piutang receivables meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk
individu, perusahaan, atau organisasi lainnya”. Transaksi paling umum yang menyebabkan munculnya piutang adalah penjualan
barang dagang atau jasa secara kredit. Menurut Smith 2005 : 286 ”Piutang dapat didefenisikan
dalam arti luas sebagai hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Namun untuk tujuan akuntansi, istilah ini umumnya diterapkan
sebagai klaim yang diharapkan dapat diselesaikan melalui
Universitas Sumatera Utara
penerimaan kas”. Selain itu juga menurut Smith 2005 : 286 “Setiap penjualan yang terjadi secara kredit, maka secara langsung
akan menyebabkan munculnya piutang bagi perusahaan”.
2.1.1.2 Jenis - Jenis Piutang
Sebelum suatu transaksi penjualan dilakukan, biasanya terlebih dahulu ada kesepakatan mengenai cara pembayaran
transaksi tersebut apakah secara tunai atau kredit. Apabila pembayaran dilakukan secara tunai maka perusahaan akan
langsung menerima kas. Namun apabila pembayaran dilakukan secara kredit maka perusahaan akan menerima piutang.
Pengklasifikasian piutang dilakukan untuk memudahkan pencatatan transaksi yang mempengaruhinya. Ikatan Akuntan
Indonesia IAI 2007 : 451 mengemukakan bahwa “menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan ke dalam dua 2 kategori
yaitu: piutang usaha dan piutang lain-lain”. Piutang usaha timbul karena penjualan produk atau jasa dalam rangka kegiatan normal
usaha, sementara piutang yang timbul di luar kegiatan normal usaha digolongkan sebagai piutang lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
Berikut adalah pengelompokan piutang secara umum: 1. Piutang Dagang
Piutang dagang merupakan jumlah tagihan perusahaan kepada pelanggan yang berasal dari penjualan barang dan jasa yang
merupakan kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang dagang merupakan tipe piutang yang paling lazim ditemukan dan
umumnya mempunyai jumlah yang paling besar. Piutang ini dapat dibagi menjadi piutang usaha dan wesel tagih.
• Piutang Usaha Account Receivable
Piutang usaha yang berasal dari penjualan kredit jangka pendek dan biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 sampai
60 hari. Biasanya piutang usaha tidak melibatkan bungan, meskipun pembayaran bunga atau biaya jasa dapat saja
ditambahkan bilamana pembayarannya tidak dilakukan dalam periode tertentu.
• Wesel Tagih Notes Receivable
Wesel tagih adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di amsa depan. Wesel
tagih dapat berasal dari penjualan, pembayaran atau transaksi lainnya. Wesel tagih bisa bersifat jangka pendek
Universitas Sumatera Utara
ataupun jangka panjang. Wesel tagih dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Wesel Tagih Berbunga Interest Bearing Notes. Wesel tagih berbunga ditulis sebagai perjanjian untuk
membayar pokok atau jumlah nominal dan ditambah dengan bunga yang terhutang pada tingkat khusus.
2. Wesel Tagih Tanpa Bunga Non-Interest Bearing Notes. Pada wesel tagih tanpa bunga tidak
dicantumkan persen bunga, tetapi jumlah nominalnya meliputi beban bunga.
2. Piutang Lain-lain
Piutang lain-lain merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pihak lain akibat dari transaksi yang secara
tidak langsung berhubungan dengan kegiatan normal usaha perusahaan. Piutang lain-lain meliputi piutang pegawai,
piutang dari perusahaan afiliasi, piutang dividen, piutang bunga, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.3 Metode Penghapusan Piutang
Penyisihan piutang tak tertagih merupakan pembebanan kemungkinan rugi karena tidak tertagihnya piutang. Jumlah yang
tercantum di dalamnya merupakan suatu taksiran. Dari cara perhitungan yang telah dibicarakan terlihat bahwa nama nama
pelanggan tidak dapat diidentifikasi, maka penyisihan piutang tak tertagih dicatat dalam akun terpisah. Dengan cara ini rincian
piutang menurut nama debitur berdasarkan jumlah brutonya masih dapat dibuat. Adakalanya telah dapat dipastikan bahwa piutang
kepada seseorang pelanggan tertentu tidak akan dapat ditagih. Misalnya karena pelanggan yang bersangkutan telah dinyatakan
pailit, bangkrut atau lari ke luar negeri. Terhadap piutang yang demikian, harus dihapuskan. Penghapusan piutang berbeda dengan
penyisihan piutang tak tertagih. Dalam penghapusan piutang, saldo piutang kepada pelanggan tertentu dikeluarkan dari catatan
perusahaan. Dengan penghapusan piutang tersebut, nama dan saldo piutang pelanggan yang bersangkutan tidak akan muncul lagi
dalam rincian piutang. Piutang dagang harus dilaporkan sebesar nilai realisasi bersihnya, yaitu : piutang usaha dikurangi piutang
yang tak tertagih. Metode pencatatan transaksi terhadap piutang tak tertagih
menurut Michell Suharli 2006:205 adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
“ pencatatan transaksi terhadap piutang tak tertagih memiliki dua pilihan metode yaitu :
1. Metode Langsung Direct Method Metode langsung mengakui beban piutang tak tertagih pada saat
terjadinya, sehingga mungkin saja jumlah besar piutang tak tertagih menyebabkan penurunan laba bersih yang sinifikan pada saat
periode tertentu. Menurut metode penghapusan langsung, ketika keterangan laporan dianggap tidak tertagih, kerugian dijurnal ke
akun “bad debt expense” atau “uncollectible expense”. Perusahaan memilih metode ini karenamenggambarkan benar kapan piutang
benar-benar tidak dapat tertagih. Namun kerugiannya, laporan labarugi bersih menjadi terganggu apabila jumlah beban tak
tertagih dilaporkan dalam mjumlah besar. Gangguan atas laporan labarugi bersih tersebut dapat mempengaruhi keputusan para
pengguna. Guna menyiasati agar laporan labarugi tidak terganggu, beberapa perusahaan mencadangkan piutang tak tertagih meskipun
belum benar-benar tidak tertagih sebagaimana dinyatakan dalam metode penyisihan.
2. Metode Penyisihan Metode penyisihan mengakui beban penyisihan piutang tak tertagih
setiap akhir periode agar tidak mengganggu laba bersih secara signifikan. Metode penyisihan menuntut perusahaan menghitung
jumlah kemungkinan piutang tak tertagih pada setiap akhir periode. Hal ini menyediakan laporan piutang yang seolah menjamin berapa
kas yang dapat diterima dari piutang yang dilaporkan. Metode penyisihan memiliki 3 hal yang harus diperhatikan:
1. Piutang tak tertagih adalah perkiraan. Perkiraan ini dianggap sebagai beban dikaitkan dengan penjualan pada periode akuntansi
yang sama ketika penjualan tersebut terjadi sesuai prinsip perbandingan.
2. Perkiraan piutang tak tertagih mendebet “account expense” dan mengkredit “allowance for doubtful account” . jurnal ini menjadi
ayat jurnal penyesuaian dalam akhir setiap periode dan akun “allowance for doubtful account” dilaporkan di laporan neraca
menjadi kontra akun dari akun “account receivable”. Dengan demikian saldo normal perkiraan “allowance for doubtful account”
adalah kredit.
3. Ketika piutang yang spesifik dihapuskan karena tak tertagih, akuntan mendebet “allowance for doubtful account” dan
mengkredit “accounts receivable” sejumlah piutang yang tidak tertagih”.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.4 Biaya Atas Piutang
Dengan dilaksanakannya penjualan secara kredit yang kemudian menimbulkan piutang maka perusahaan sebenarnya tidak
terlepas dari penanggungan risiko, berupa biaya. Biaya yang timbul akibat dari adanya piutang adalah :
1. Biaya penghapusan piutang Biaya penghapusan piutangpiutang ragu-ragu bad debt
receivables terhadap tidak tertagihnya sejumlah tertentu dari piutang akan dimasukkan sebagai biaya bad debt atau piutang
ragu-ragu yang nantinya akan diadakan penghapusan piutang. Oleh karena itu perlu diperhitungkan pada setiap periode.
2. Biaya pengumpulan piutang Dengan adanya piutang maka timbul kegiatan penagihan
piutang yang akan mengeluarkan biaya disebut sebagai biaya pengumpulan piutang
3. Biaya administrasi Terhadap piutang diperlukan kegiatan administrasi yang akan
mengeluarkan biaya. 4. Biaya sumber dana
Dengan terjadinya piutang maka diperlukan dana dari dalam maupun dari luar perusahaan untuk menjaganya. Dana tersebut
diperlukan biaya untuk sumber dana Weight Of Cost Capital.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.5 Perputaran Piutang
Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas. Perputaran Piutang
merupakan rasio perbandingan antara jumlah penjualan neto kredit dengan rata-rata piutang yang dinilai dengan menjumlahkan nilai
piutang di awal periode dengan di akhir periode kemudian dibagi dua.
Perputaran piutang ini menunjukkan berapa kali sejumlah modal yang tertanam dalam piutang yang berasal dari penjualan
kredit berputar dalam satu periode. Dengan kata lain, rasio perputaran piutang bisa diartikan berapa kali suatu perusahaan
dalam setahun mampu “membalikkan” atau menerima kembali kas dari piutangnya
.
Tingkat perputaran piutang ini banyak dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan dalam menetapkan jumlah dan lamanya
piutang yang akan diberikan kepada pelanggan. Oleh karena itu, suatu sistem pengelolaan dan pengawasan terhadap piutang
sangatlah penting, karena tanpa dilakukannya pengawasan, piutang akan menumpuk menjadi suatu tingkat yang berlebihan dan akan
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan arus kas akan menurun, dan piutang tak tertagih akan menutupi laba dari penjualan.
2.1.2 Persediaan 2.1.2.1 Pengertian Persediaan
Pengertian persedian menurut Warren 2005 : 440 adalah sebagai berikut, “Persediaan digunakan untuk
mengindikasikan : 1 Barang dagangan yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan
2 Bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu.”
Ikatan Akuntan Indonesia 2007 menyatakan bahwa “Persediaan adalah aset yang :
• Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; • Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
• Dalam bentuk bahan atau perlengkapan supplies untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian
jasa”. Skousen dan Stice 2004 : 654 mengatakan bahwa :
”Persediaan atau persediaan barang dagangan secara umum ditujukan untuk barang-barang yang dimiliki oleh
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dagang, baik berupa usaha grosir maupun retail, ketika barang-barang tersebut telah dibeli dan ada kondisi
siap dijual’’. Bahan baku Raw Material, Barang Dalam Proses Work in Process, dan Barang Jadi Finished Good
untuk dijual ditujukan untuk persediaan di perusahaan manufaktur.
2.1.2.2 Jenis-Jenis Persediaan
Ada beberapa jenis di dalam persediaan, jenis-jenis persediaan menurut Rangkuti 2004 : 7 adalah sebagai berikut “Jenis-jenis
persediaan menurut fungsinya adalah : 1. Batch Stock Lot Size Inventory
Persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar
daripada jumlah yang dibutuhkan saat itu. Keuntungannnya : a. Potongan harga pada pembelian
b. Efisiensi produksi c. Penghematan biaya angkutan
2. Anticipation Stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan,
penjualan atau permintaan yang meningkat.
3. Fluctuation Stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.3 Metode Penilaian Persediaan
Setelah dijelaskan tipe-tipe dan jenis-jenis persediaan maka akan dijelaskan metode-metode penilaian persediaan menurut
Stice, et al 2004 : 667 yaitu, “Metode-metode penilaian persediaan yang paling umum adalah :
1. Identifikasi khusus Spesific Identification Biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode
berjalan dan ke barang yang ada di tangan pada akhir periode berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut. Metode identifikasi
khusus memerlukan suatu cara untuk mengidentifikasikan biaya historis dari unit persediaan. Dengan identifikasi khusus, arus
biaya yang dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang. Dari sudut pandang teoritis, metode identifikasi khusus sangat
menarik, khususnya ketika setiap unsur persediaan unik dan memiliki biaya yang tinggi. Namun ketika persediaan terdiri dari
berbagai unsur atau unsur-unsur identik yang dibeli pada saat berlainan dengan harga yang berbeda, maka idntifikasi khusus
akan menjadi lamban, membebani dan memakan biaya.
2. Biaya rata-rata Average Weight Metode biaya rata-rata membebankan biaya rata-rata yang sama
ke setiap unit. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu
rata-rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada tiap harga. Metode biaya rata-rata biaya dapat dianggap sebagai metode
realistis dan paralel dengan arus fisik barang, khususnya ketika ada pencampuran dari unit persediaan yang identik. Tidak
seperti metode persediaan yang lain, pendekatan metode biaya rata-rata memberikan nilai yang sama untuk unsure serupa
dengan penggunaan yang sama. Metode ini tidak memperbolehkan manipulasi keuntungan. Tetapi keterbatasan
dari metode biaya rata-rata ini adalah bahwa nilai persediaan dapat tertinggal secara signifikan terhadap harga dalam periode
dimana terdapat kenaikan atau penurunan haga yang cepat.
3. Metode masuk pertama, keluar pertama FIFO Metode FIFO didasari asumsi bahwa unit yang terjual adalah
unit yang lebih dahulu masuk. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realistis terhadap arus biaya
ketika penggunaan model identifikasi khusus adalah tidak memungkinkan atau tidak praktis. FIFO mengasumsikan bahwa
Universitas Sumatera Utara
arus biaya yang mendekati paralel dengan arus fisik barang dari barang yang terjual. FIFO memberikan kesempatan kecil untuk
memanipulasi keuntungan karena pembebanan biaya ditentukan oleh urutan terjadinya biaya. Selain itu, dalam FIFO, unit yang
tersisa pada persediaan akhir adalah unit yang paling akhir dibeli, sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati atau
sama dengan biaya penggantian diakhir periode End Of Period Replacement Cost.
4. Metode masuk akhir, keluar pertama LIFO Metode LIFO didasarkan pada asumsi bahwa barang yang
paling terkahir barulah yang terjual. LIFO menghasilkan nilai lama dalam neraca dan dapat memberikan angka. Harga pokok
penjualan yang aneh ketika tingkat persediaan menurun. Namun LIFO adalah metode yang paling baik dalam pengaitan biaya
persediaan saat ini dengan pendapatan saat ini.”
Selain metode penilaian persediaan diatas, ada metode
penilaian persediaan yang lainnya menurut Waren et al 2005 : 456 yaitu :
1. Penilaian pada mana yang lebih rendah antara harga pokok atau harga pasar.
Metode ini digunakan untuk menilai persediaan. Harga pasar yang digunakan adalah LCM Lower cost or market method
adalah biaya untuk mengganti barang dagang pada
tanggal persediaan. Nilai pasar ini didasarkan pada jumlah yang
biasanya dibeli dari sumber pemasok yang biasa. Dalam menerapkan metode LCM, biaya dan biaya penggantian dapat
ditentukan dengan salah satu dari tiga cara berikut. Biaya dan biaya penggantian Replacement cost dapat ditentukan untuk :
a. Setiap jenis barang dalam persediaan b. Kelas atau kategori utama persediaan
c. Persediaan secara keseluruhan
2. Penilaian pada nilai realisasi bersih Barang dagang yang telah using, rusak, cacat atau hanya yang
bisa dijual dengan harga dibawah harga pokok harus
diturunkan nilainya. Barang dagang semacam ini harus dinilai dengan nilai realisasi bersih. Nilai realisasi bersih Net
realizable adalah estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung, seperti komisi penjualan”.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.4 Biaya Atas Persediaan
Menurut Yamit 2005 : 9, biaya-biaya yang timbul dalam persediaan antara lain :
1. Biaya pembelian Purchase Cost Harga per unit apabila item dibeli dari pihak luar, atau biaya
produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan. Biaya per unit akan selalu menjadi bagian dari biaya item dalam
persediaan. Untuk pembelian item dari luar, biaya per unit adalah harga beli ditambah biaya pengangkutan. Sedangkan
untuk item yang diproduksi di dalam perusahaan, biaya per unit adalah termasuk biaya tenaga kerja, bahan baku dan biaya
overhead pabrik.
2. Biaya pemesanan Order CostSet Up Cost Biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari supplier atau
biaya persiapan Set Up Cost apabila item diproduksi di dalam perusahaan. Biaya ini diasumsikan tidak akan berubah secara
langsung dengan jumlah pemesanan. Biaya pemesanan dapat berupa biaya membuat daftar permintan, menganalisis
supplier, membuat pesanan pembelian, peneriman bahan, inspeksi bahan, dan pelaksanaan proses transaksi. Sedangkan
biaya persiapan dapat berupa biaya yang dikeluarkan akibat perubahan proses produksi, pembuatan skedul kerja, persiapan
sebelum produksi, dan pengecekan kualitas.
3. Biaya simpan Carrying CostHolding Cost Biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan
pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk menyimpan persediaan. Biaya simpan dapat berupa : biaya modal, pajak,
asuransi, pemindahan persediaan, keusangan dan semua biaya yang dikeluarkan untuk memelihara persediaan.
4. Biaya kekurangan persediaan Konsekuensi ekonomis atas kekurangan dari luar maupun dari
dalam perusahaan. Kekurangan dari luar terjadi apabila pesanan konsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan
kekurangan dari dalam terjadi apabila departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen yang lain. Biaya kekurangan
dari luar dapat berupa biaya backorder, biaya kehilangan kesempatan menerima keuntungan. Biaya kekurangan dari
dalam perusahaan dapat berupa penundaan pengiriman maupun idle kapasitas. Jika terjadi kekurangan atas permintaan
suatu item, perusahaan harus melakukan backorder atau
Universitas Sumatera Utara
mengganti dengan item lain atau membatalkan pengiriman. Dalam situasi sepeti ini bukan kerugian penjualan yang terjadi
tetapi penundaan dalam pengiriman. Untuk mengatasi masalah ini secara khusus, perusahaan melakukan pembelian darurat
atas item tersebut dan perusahaan akan menanggung biaya tambahan Extra Cost untuk pesanan khusus dapat berupa
biaya pengiriman secara cepat, dan tambahan biaya pengepakan”.
Para pemilik dan manajer berusaha keras untuk membuat
persediaan barang-barangnya terjual secepat mungkin karena barang-barang yang tidak terjual akan mengurangi laba. Makin
cepat penjualan yang terjadi maka makin tinggi labanya, yang berarti perusahaan mendapat tambahan aliran kas. Makin lambat
penjualannya, maka makin rendah labanya. Idealnya suatu usaha dapat beroperasi tanpa adanya simpanan persediaan. Walaupun
demikian, kebanyakan perusahaan harus mempunyai persediaan barang untuk pelanggannya.
2.1.2.5 Perputaran Persediaan
Untuk mempercepat pengembalian kas melalui penjualan maka diperlukan suatu perputaran persediaan yang baik. Pada prinsipnya
perputaran persediaan mempermudah atau memperlancar jalannnya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut
untuk memproduksi barang-barang serta mendistribusikannnya kepada pelanggan.
Universitas Sumatera Utara
Besarnya hasil perhitungan perputaran persediaan menunjukan tingkat kecepatan perputaran persediaan menjadi kas atau piutang
dagang. Tingkat perputaran persediaan menunjukan berapa kali persediaan tersebut ganti dalam arti dibeli dan dijual kembali.
Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah
Definisi perputaran persediaan menurut Warren et al 2005 : 462 adalah sebagai berikut : “Perputaran persediaan Inventory
Turnover adalah suatu alat untuk mengukur hubungan antara volume barang dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang
dimiliki selama periode berjalan.” Perputaran persediaan dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat perputaran persediaan mengukur kemampuan perusahaan dalam
melakukan perputaran barang dagangannya dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang atau
mengimbangi tingkat penjualan yang telah ditentukan, serta efisiensi persediaan dapat dilihat dari tingkat perputaran
persediaan. Perputaran persediaan merupakan salah satu ukuran efisiensi perusahaan dalam penggunaan aktiva terutama aktiva
Universitas Sumatera Utara
lancar. Semakin cepat perputaran persediaan maka akan semakin efisien penggunaan persediaan dalam suatu perusahaan.
2.1.3 Profitabilitas
Pengertian laba atau profit merupakan indikasi kesuksesan suatu badan usaha. Oleh karena itu memperoleh laba adalah tujuan utama dari setiap
badan usaha dalam hal ini adalah perusahaan. Pengertian profitabilitas menurut Munawir 2003; 64 adalah sebagai
berikut : “Merupakan rasio keberhasilan suatu perusahaan dalam menggunakan kekayaan secara produktif, sehingga menghasilkan
keuntungan atau laba yang memuaskan.” Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dan dapat diukur dalam rasio. Rasio profitabilitas merupakan salah satu bagian dari analisis laporan keuangan. Rasio profitabilitas ini juga dikenal
dengan rasio rentabilitas. Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan secara keseluruhan,
yang ditunjukkan dengan besarnya laba yang diperoleh perusahaan dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Atau dengan kata lain menunjukkan
bagaimana kemampuan perusahaan tersebut dengan seluruh sumber daya yang dimiliki seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,
dan sebagainya untuk menghasilkan laba atau profit selama periode tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa rasio yang biasa digunakan dalam mengukur besarnya profitabilitas. Dalam penelitian ini digunakan Return On Assets ROA.
Rasio ROA merupakan kemampuan untuk menghasilkan laba dari total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan pada satu periode tertentu. Rasio ini
diperoleh dengan cara membagi laba sebelum bunga dan pajak EBIT dengan total aktiva perusahaan.
Warren 2005:16 mengemukakan bahwa analisis profitabilitas merupakan evaluasi atas tingkat pengembalian investasi perusahaan.
Analisis ini berfokus pada sumber daya perusahaan dan tingkat profitabilitasnya, dan melibatkan identifikasi dan pengukuran dampak
berbagai pemicu profitabilitas.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan perputaran piutang, perputaran persediaan serta hubungan nya dengan tingkat profitabilitas adalah
sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Hasil dari Penelitian Terdahulu
No Tahun
Peneliti Judul Penelitian
Hasil Penelitian 1
2009 Ellys
Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap
Profitabilitas pada Perusahaan Otomotif
yang Terdaftar di BEI perputaran persediaan
tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat profitabilitas
2 2008
Seprina Ruleta Pengaruh Tingkat
Perputaran Piutang Terhadap
Profitabilitas Pada PT Gresik Cipta Sejahtera
Cabang Medan tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara tingkat
perputaran piutang dengan tingkat
profitabilitas perusahaan
3 2011
Ratih Anugrah Analisis Perputaran
Persediaan dan Perputaran Piutang
Terhadap Profitabilitas Pada PT
Indofood Sukses Makmur Tbk
tingkat perputaran piutang dan tingkat
perputaran persediaan berpengaruh secara
signifikan terhadap profitabilitas
perusahaan
Sumber : Diolah Peneliti, 2013
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual