III-6
4 Meningkatkan keterlibatan Pemerintah Daerah dalam perhitungan
lifting
migas dan perhitungan sumber daya alam lainnya agar memperoleh proporsi pembagian yang sesuai dengan potensi; dan
5 Meningkatkan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian
Keuangan dan Badan Anggaran DPR RI untuk mengupayakan peningkatan besaran DAU;
6 Memberikan fasilitasi kepada KabupatenKota dalam persiapan pengalihan
PBB perdesaan dan Perkotaan menjadi Pajak Daerah; 7
Memberikan fasilitasi kepada KabupatenKota dalam penyusunan perencanaan dan pengamanan penerimaan, yang bersumber dari Dana
Perimbangan dari Pemerintah.
3. Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah
Realisasi pendapatan daerah Tahun Anggaran 2012 secara keseluruhan dapat direalisasikan sebesar 110,56 dari target yang telah ditetapkan dengan
rincian capaian kinerja pendapatan berdasarkan jenis penerimaan: a.
PAD dapat direalisasikan sebesar 114,44 dari target yang ditetapkan dengan rincian
Penerimaan Pajak
Daerah dapat
dicapai sebesar
113,09. Penerimaan Retribusi Daerah dapat dicapai sebesar 98,39. Penerimaan dari hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang dipisahkan dapat
direalisasikan sebesar 99,57 dan Lain-lain PAD yang sah sebesar 157,82. b.
Dana Perimbangan dapat direalisasikan sebesar 121,74 dari target yang ditetapkan dengan rincian Penerimaan dari Dana Bagi Hasil PajakBagi Hasil
Bukan Pajak dapat direalisasikan sebesar 150,15, Dana Alokasi Umum sebesar 100,00 dan Dana Alokasi Khusus sebesar 100,00 .
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dapat direalisasikan sebesar 96,34 dari
target yang ditetapkan dengan rincian penerimaan hibah dapat direalisasikan sebesar 101,79, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar 96,31 dan
Dana Insentif Daerah DID sebesar 100,00. Adapun anggaran dan realisasi pendapatan daerah Tahun Anggaran 2012
selengkapnya disajikan dalam daftar sebagai berikut :
III-7
Tabel 3.1
Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2012
No Pendapatan Daerah
Anggaran Setelah Perubahan
Rp Realisasi
Rp Pencapaian
Target
1 2
3 4
5 A.
PENDAPATAN DAERAH 15.280.679.125.313,00
16.894.184.518.260,00
110,56
1. Pendapatan Asli Daerah
8.737.123.520.817,00 9.998.972.938.028,00
114,44 a.
Pajak Daerah 8.090.524.391.394,00
9.149.214.329.501,00 113,09
a. Pajak Kendaraan Bermotor PKB 3.255.528.710.000,00
3.622.079.065.860,00 111,26
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor BBNKB 3.490.768.384.000,00
4.061.682.681.160,00 116,35
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor PBBKB 1.303.931.673.000,00
1.423.203.637.902,00 109,15
d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan 40.295.624.394,00
42.248.944.579,00 104,85
b. Retribusi Daerah
58.265.170.540,00 57.326.323.969,00
98,39
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan 22.204.239.790,00
17.157.005.251,00 77,27
b. Retribusi Laboratorium Kemetrologian 12.900.000.000,00
14.765.139.682,00 114,46
c. Retribusi Pelayanan Pendidikan 3.631.320.000,00
5.520.784.530,00 152,03
d. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 9.654.163.500,00
10.057.713.009,00 104,18
e. Retribusi Pelayanan Kepelabuhan 30.000.000,00
65.314.094,00 217,71
f. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga 1.500.000.000,00
1.528.197.000,00 101,88
g. Retribusi Penyeberangan di Air 28.000.000,00
25.499.609,00 91,07
h. Retribusi Penjualan Produk Usaha Daerah 6.601.563.000,00
6.709.913.044,00 101,64
i. Retribusi Izin Trayek 1.701.884.250,00
1.482.734.750,00 87,12
j. Retribusi Izin Usaha Perikanan 14.000.000,00
14.023.000,00 100,16
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan
233.642.000.000,00 232.647.377.086,00
99,57
a. Perusahaan Milik Daerah 3.088.000.000,00
1.188.653.056,00 38,49
1 P.D. Jasa dan Kepariwisataan
934.000.000,00 934.053.056,00
100,01 2
P.T. Jasa Sarana 1.900.000.000,00
0,00 0,00
3 PT. Agronesia 254.000.000,00
254.600.000,00 100,24
b. Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank 230.327.000.000,00
231.271.489.070,00 100,41
1 Bank BJB
226.575.000.000,00 226.577.280.633,00
100,00 2
PD. Bank Perkreditan Rakyat PD.BPR 2.729.000.000,00
3.338.717.032,00 122,34
3 PD. Perkreditan Kecamatan PD.PK
1.023.000.000,00 1.355.491.405,00
132,50 c.
Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan PatunganMilik Swasta
227.000.000,00 187.234.960,00
82,48 d.
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 354.691.958.883,00
559.784.907.472,00 157,82
a. Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan 556.544.239,00
2.185.769.881,00 392,74
1 Pelepasan Hak Atas Tanah
556.544.239,00 147.851.081,00
26,57 3
Penjualan Rumah JabatanRumah Dinas 0,00
15.053.800,00 -
4 Penjualan Kendaraan Dinas Roda Empat
0,00 1.897.300.000,00
- 5
Penjualan Drum Bekas 0,00
14.472.000,00 -
6 Penjualan Bahan Bekas Bangunan
0,00 111.093.000,00
- b. Penerimaan Jasa Giro
35.137.000.000.00 32.497.844.755,00
92,49 c. Pendapatan Bunga
165.000.000.000.00 285.816.939.883,00
173,22 d. Tuntutan Ganti Rugi TGR
0,00 5.825.000,00
- e. Pendapatan Denda Atas Keterlambatan Pekerjaan
0,00 1.801.437.346,00
-
III-8
f. Pendapatan Denda Pajak 43.704.703.400.00
94.709.899.961,00 216,70
g. Pendapatan Denda Retribusi 0,00
731.886.300,00 -
h. Pendapatan Hasil Eksekusi atas Jaminan 0,00
525.856.626,00 -
i. Pendapatan Dari Pengembalian 0,00
3.018.864.353,00 -
j. Pendapatan dari Sewa 13.057.364.350,00
14.455.474.852,00 110,71
k. Pendapatan Badan Layanan Umum Daerah BLUD 97.236.346.894,00
96.403.988.206,00 99,14
l. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 0,00
27.631.120.309,00 -
2 DANA PERIMBANGAN
2.326.944.028.496,00 2.832.746.608.832,00
121,74 a.
Bagi Hasil PajakBagi Hasil Bukan Pajak 1.008.626.988.496,00
1.514.429.568.832,00 150,15
a. Bagi Hasil Pajak 836.285.911.774,00
1.199.350.816.529,00 143,41
1.Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan PBB 344.623.549.979,00
429.689.477.493,00 124,68
2.Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam
negeri dan PPh Pasal 21 450.621.320.533,00
720.610.185.659,00 159,91
3.Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau 41.041.041.262,00
49.051.153.377,00 119,52
b. Bagi Hasil Bukan Pajak Sumber Daya Alam 172.341.076.722,00
315.078.752.303,00 182,82
1. Bagi Hasil dari Provisi Sumber Daya Hutan PSDH
2.300.734.682,00 1.976.242.689,00
85,90 2. Bagi Hasil dari Iuran TetapLandrent
140.047.160,00 356.227.649,00
254,36 3. Bagi Hasil dari Iuran Eksplorasi dan Eksploitasi
4.767.863.680,00 7.337.434.776,00
153,89 4. Bagi Hasil dari Pungutan Minyak Bumi
84.000.000.000,00 127.061.181.748,00
151,26 5. Bagi Hasil dari Pertambangan Gas Alam
38.929.831.200,00 53.091.869.755,00
136,38 6. Bagi Hasil dari Pertambangan Panas Bumi
42.202.600.000,00 125.255.795.686,00
296,80
b. Dana Alokasi Umum
1.269.960.760.000,00 1.269.960.760.000,00
100,00 c.
Dana Alokasi Khusus 48.356.280.000,00
48.356.280.000,00 100,00
3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
4.216.611.576.000,00 4.062.464.971.400,00
96,34
a. Pendapatan Hibah
16.123.598.000,00 16.412.023.900,00
101,79 b.
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 4.184.947.230.000,00
4.030.512.199.500,00 96,31
c. Dana Insentif Daerah
15.540.748.000,00 15.540.748.000,00
100,00
Sumber Data :Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 sebelum audit BPK RI,
4. Permasalahan dan Solusi
a. Permasalahan yang dihadapi antara lain:
1 Pajak Daerah
a Belum optimalnya upaya intensifikasi dan ekstensifikasi;
b Ketersediaan fasilitas pelayanan yang masih belum memadai;
c Terbatasnya kuantitas dan kualitas aparatur pengelola; dan
d Regulasi dasar pemungutan dan dasar penetapan pajak daerah.
e Kemampuan IT untuk proses aktivitas transaksi pada cabang
pelayanan masih perlu penyempurnaan. f
Pemahaman wajib pajak terhadap penetapan tarif progresif masih rendah.
III-9
2 Retribusi Daerah
a Belum optimalnya upaya intensifikasi dan ekstensifikasi;
b Terbatasnya sarana prasarana dan fasilitas pelayanan lainnya;
c Terbatasnya kuantitas dan kualitas aparatur pengelola;
d Kepatuhan kesadaran sebagai wajib retibusi masih perlu
ditingkatkan; e
Penyelenggaraan pemungutan retribusi daerah belum memiliki Standar Biaya Operasional; dan
f Belum memiliki Pedoman Tata Cara Penghapusan Benda Berharga.
3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
a Belum
optimalnya pihak
manajemen perusahaan
dalam mengimplementasikan pengelolaan perusahaan yang baik
Good Corporate Governance
; b
Terbatasnya Kualitas SDM pengelola Perusahaan; c
Terbatasnya pembiayaan dalam rangka pengembangan usaha dan investasi;
d Belum optimalnya upaya membangun
image
dan publikasi kompetensi perusahaan disertai rendahnya daya saing
competitive advantage
perusahaan; e
Belum optimalnya sinergitas baik diantara sesama BUMD maupun antara BUMD dengan BUMNSwasta;
f Belum adanya peraturan perundang-undangan yang khusus tentang
operasional BUMD; dan g
Permasalahan beberapa aset status. 4
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah a
Belum optimalnya upaya intensifikasi dan ekstensifikasi; b
Terbatasnya kuantitas dan kualitas aparatur pengelola; dan c
Belum lengkapnya perangkat hukum sebagai acuan dalam pengelolaan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dan belum
optimalnya sistem pengawasan. 5
Dana Perimbangan a
Dana bagi hasil pajak PBB, BPHTB dan PPh Perseorangan Masih belum akuratnya data objek dan subjek pajak, masih rendahnya
kesadaran masyarakat dalam membayar pajak ditambah dengan muncul kasus-kasus perpajakan yang berimbas kepada antipati
masyarakat dalam membayar pajak, sehingga perlu ditingkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik kepada masyarakatwajib pajak.
III-10
b Diserahkan pungutan PBB perdesaan dan perkotaan kepada
kabupatenkota yang akan berimbas berkurangnya penerimaan dari Dana Perimbangan sektor PBB;
c Belum optimalnya data potensi sumber daya alam yang ada di
KabupatenKota sebagai bahan dasar perhitungan Dana Perimbangan; d
Dana Bagi Hasil Bukan PajakSumber Daya Alam Keterlbatan Pemerintah Daerah Penghasil Migas dalam perhitungan,
monitoring data produksi dan
lifting
migas masih minim, mekanisme penghitungan dan penyaluran dana bagi hasil migas dan
pertambangan umum ke daerah tidak tepat waktu, terjadinya kelebihan penyaluran migas sebagai akibat tidak tercapainya
lifting
produksi migas, sehingga mengakibatkan penetapan rencana penerimaan yang bersumber dari dana bagi hasil migas dan
pertambangan umum kurang akurat dan harus dilakukan koreksi terhadap APBD.
e Dalam penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau DBHCHT masih
dihadapkan pada permasalahan belum adanya keselarasan program penggunaan DBHCHT di Pusat dengan Daerah, sesuai
roadmap
kegiatan DBHCHT dari Kementerian; dan f
Penetapan alokasi DBHCHT ke daerah melalui Peraturan Menteri Keuangan
dilaksanakan setelah
APBD ditetapkan,
yang mengakibatkan pelaksanaan kegiatannya pada APBD Perubahan,
sehingga efektitiftas pelaksanaan program dan kegiatan DBHCHT tidak optimal.
b. Solusi
1 Pajak Daerah
a Optimalisasi intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan pajak daerah
melalui peningkatan koordinasi dengan berbagai pihak terkait dan penertiban administrasi;
a Pemenuhan sarana dan prasarana beserta fasilitas pelayanan lainnya
sesuai dengan standar pelayanan secara bertahap; b
Peningkatan Pola Pelayanan melalui Standar Operasional Prosedur SOP, Standar Pelayanan Minimal, ISO 9001:2008 dan pelayanan-
pelayanan khusus seperti Samsat Outlet, Samsat
Mobile
, Samsat
Drive Thru
dan Samsat
Online
, Layanan Informasi SMS Info Pajak Kendaraan;
III-11
c Melakukan penataan pegawai dan peningkatan
capacity building
serta penambahan pegawai yang didasarkan analisis beban kerja;
d Melakukan upaya penggalian potensi penerimaan di luar sektor pajak;
dan e
Penataan dalam regulasi dasar penetapan pajak daerah dan dasar pemungutan pajak daerah.
f Sosialisasi kepada seluruh para wajib pajak atas pemberlakuan
penetapan pajak dengan tarif progresif. g
Melakukan penyempurnaan system dengan sentralisasi program aplikasi Samsat OnLine dan Server se Jawa Barat.
2 Retribusi Daerah
a Optimalisasi intensifikasi dan ekstensifikasi retribusi daerah
diorientasikan kepada potensinya; b
Pemenuhan sarana dan prasarana beserta fasilitas pelayanan lainnya sesuai dengan standar pelayanan secara bertahap;
c Penambahan aparatur pengelola potensial dengan melakukan alih
tugas
tour of area
antar OPD lingkup Pemerintah Provinsi serta penyelenggaraan Diklat teknis fungsional;
d Peningkatan sosialisasi Perda kepada masyarakat;
e Penyusunan standar biaya operasional antar OPD pemungut retribusi
daerah; dan 3
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan a
Melakukan penataan terhadap perusahaan melalui restrukturisasi yaitu restrukturisasi organisasi, manajemen, aset, permodalan dan
keuangan; b
Meningkatkan profesionalisme manajemen perusahaan; c
Meningkatkan Kualitas SDM perusahaan melalui pendidikan dan pelatihan
In or Out house training
serta mengembangkan wawasan; d
Meningkatkan akses
perusahaan terhadap
sumber-sumber pembiayaan baik bersifat konvensional maupun non-konvensional;
e Mempromosikan kompetensi BUMD secara terintegasi dalam upaya
membangun pencitraan; f
Meningkatkan sinergitas antar sesama BUMD, BUMD dengan BUMNSwasta;
g Mengusulkan kepada Pemerintah c.q. Menteri Dalam Negeri untuk
segera menerbitkan peraturan perundang-undangan tentang BUMD; dan
III-12
h Penataan aset.
4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
a Optimalisasi intensifikasi dan ekstensifikasi lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah; b
Penambahan aparatur pengelola potensial dengan melakukan alih tugas
tour of duty
antar OPD serta penyelenggaraan diklat teknisfungsional; dan
c Mereview peraturan perundangan pengelolaan lain-lain pendapatan
asli daerah yang sah dan melakukan sosialisasi pembinaan dan penyuluhan serta harus meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat.
5 Dana Perimbangan
a Memberikan motivasi kepada Pemerintah KabupatenKota yang
berhasil dalam pencapaian realisasi dan pengelolaan administrasi PBB sektor pedesaan dan perkotaan, meningkatkan intensitas pelaksanaan
sosialisasi peraturan BPHTB dan PPh, penertiban dan penagihan aktif terhadap tunggakan dan melaksanakan upaya penegakan hukum
secara konsisten serta memberikan sosialisasi kepada masyarakat; b
Guna mengetahui perhitungan
lifting
dan penyaluran dana bagi hasil sumber daya alam, setiap triwulan dilakukan rekonsiliasi data antara
Pemerintah, yaitu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Kementerian Keuangan dengan ProvinsiKabupatenKota penghasil;
c Menyelenggarakan Rapat Koordinasi dan Fasilitasi dengan
KabupatenKota dan
Pemerintah dalam
memberikan solusi
permasalahan yang dihadapi oleh Daerah; d
Konsultasi yang lebih intensif dengan pemerintah melalui Kementerian Keuangan,
Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian
ESDM, Kementerian Kehutanan, Anggota DPR-RI dan DPD asal pemilihan
Jawa Barat; e
DBH Cukai Hasil Tembakau DBHCHT termasuk komponen dana perimbangan, maka dalam hal penggunaannya, perlu dilakukan
pengkajian kembali, sehingga alokasi DBHCHT bersifat
block grant
yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi; dan
f Guna efektifitas pelaksanaan kegiatan DBHCHT, diusulkan agar
penetapan alokasi DBHCT dilakukan sebelum APBD ditetapkan.
III-13 B.
Belanja Daerah 1.
Kebijakan Belanja Daerah
Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, Belanja Daerah tahun 2012 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada
pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap satuan kerja perangkat daerah dalam pelaksanaan tugas, pokok dan
fungsinya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam
programkegiatan. Disamping itu, dengan mempertimbangkan keterbatasan anggaran yang ada tahun ini, diharapkan menjadi pemicu kreativitas dan inovasi
dalam percepatan pembangunan Jawa Barat yang tepat sasaran menuju Jawa Barat yang mandiri, dinamis, dan sejahtera.
Kebijakan Belanja Daerah Tahun 2012 diarahkan untuk mendukung pencapaian target RPJMD
, target pencapaian IPM, dukungan terhadap MDG’s, dan Program Prioritas Nasional, dimana dengan mempertimbangkan pencapaian IPM
Tahun 2011 sebesar 72,82 poin diperlukan perencanaan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pencapaian IPM sebagaimana tercantum di dalam RPJMD 2008-2013.
Dengan perencanaan anggaran yang konsisten dan fokus, perencanaan pembangunan diarahkan untuk memperkuat bidang pendidikan, kesehatan,
ekonomi, infrastruktur, dan suprastruktur. Kebijakan APBD Tahun 2012 diarahkan pula kepada sektor yang produktif melalui kebijakan afirmatif dan pembangunan
yang berkeadilan menyentuh hingga ke masyarakat pedesaan yang menjadi prioritas.
Kebijakan belanja daerah Tahun 2012 diupayakan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan optimalisasi atas berbagai
kebutuhan aktual pembangunan dan kebijakan efektif menuju pencapaian sasaran pembangunan yang dicirikan sinergi pembangunan Pusat, Provinsi, dan
KabupatenKota terutama merespon 14 prioritas Pembangunan Nasional, 10
Common Goals
baik kegiatan
Common Goals
Tematik Sektoral maupun Tematik Kewilayahan
serta pengarusutamaan
gender yang
secara keseluruhan
dilaksanakan berdasarkan kepada anggaran berbasis kinerja, dengan berdasarkan kepada agenda-agenda pembangunan sesuai pengelompokan bidangnya, dapat
dicirikan melalui: a.
Bidang Umum 1
Pencapaian rencana pembangunan yang tercantum RPJMD 2008-2013. 2
Mendanai kegiatan
Common Goals
Tematik Sektoral dan Tematik Kewilayahan.
III-14
3 Pencapaian IPM merujuk kepada RPJP 2005-2025 dan ketentuan
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008. 4
Mendukung percepatan
Pembangunan Nasional
INPRES Nomor
12010 dan
Program Pembangunan
yang Berkeadilan
INPRES Nomor 32010. 5
Mendanai kegiatan yang bersifat lanjutan komitmen program. 6
Mendanai kegiatan yang bersifat terobosan program baru terobosan. 7
Mendanai kegiatan yang mampu mengungkit
performance
Jawa Barat secara signifikan dalam merespon isu dan permasalahan pembangunan di
Jawa Barat. b.
Bidang Pemerintahan 1
Mendanai belanja kegiatan yang bersifat tetap belanja fasilitas dasar kantor, belanja administrasi umum kantor, belanja aktivitas pelayanan
publik, dengan penjelasan sebagai berikut: a
Belanja Fasilitas Dasar Kantor dan Belanja Administrasi Umum Kantor: belanja untuk mendanai fasilitas dasar kantor bagi keberlangsungan
kerja OPD contoh: biaya listrik, telepon, air bersih, BBM, internet, jasa kebersihan, penggantian suku cadang, dan
service
mobil dan belanja untuk mendanai aktivitas dasar bagi keberlangsungan kerja
OPD contoh: alat tulis kantor, penggandaan dan pencetakan, perjalanan dinas, belanja makan dan minum, dan lain-lain.
b Belanja Pelayanan Dasar Kantor: belanja untuk mendanai aktivitas
Pelayanan Dasar Publik Unit Kerja Provinsi yang menjadi tugas pokok dan fungsi Tupoksi dan bersifat pelayanan keluareksternal.
Selain kedua kategori di atas, diatur pendanaan untuk
membiayai programkegiatan yang sifatnya pembaharuan, uji coba dan inovasi.
2 Implementasi pembangunan perdesaan melalui konsep Desa Membangun
menuju Desa Mandiri Ekonomi, Mandiri Lingkungan, dan Mandiri Perkotaan. Terwujudnya 150 Desa Mandiri menuju Desa Peradaban bersifat prototipe di
seluruh Kabupaten; Pendampingan Provinsi untuk PNPM Mandiri; Revitalisasi Posyandu Multifungsi. Pemberian insentif kepada kepala desa
dalam rangka meningkatkan pelayanan masyarakat dan penyediaan
feed back
data untuk pembangunan Jawa Barat Bantuan. 3
Percepatan penyelesaian inventarisasi, pengelolaan, dan pengadministrasian serta secara bertahap melakukan proses sertifikasi aset-aset provinsi di
berbagai daerah.
III-15
4 Melanjutkan pembangunan gedung DPRD Provinsi Jawa Barat dalam rangka
menyiapkan fasilitas kerja yang representatif untuk meningkatkan kualitas dan optimalisasi kinerja DPRD.
5 Peningkatan
performance
UPTDBalai melalui perbaikan sarana dan prasarana serta perbaikan manajemen pelayanan.
6 Implementasi peningkatan Kualitas Layanan Publik diarahkan pada
menyiapkan tata kelola pemerintahan yang akuntabel dan upaya perbaikan pranata hukum; melalui pendekatan model Tata Kelola Sumber
Daya Manusia Aparatur yang berkualitas; melakukan
rightsizing
pegawai; melanjutkan implementasi Jabar
Cyber Province
termasuk pembangunan
Information Technology
Backbone
mandiri dan jaringan kepada pengguna; memperkuat jaringan komunikasi Radio
Tracking
untuk mendukung deteksi dini kebencanaan, meningkatkan kualitas proses dan Layanan
Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik LPSE sebagai bagian dari program Jabar
Cyber Province
, serta pengelolaan keuangan dengan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah SIPKD berbasis web,
penerapan informasi yang terbuka, membangun sistem hukum yang terpadu dan sistematis; peningkatan kerjasama daerah dengan perguruan
tinggilembaga risetdunia usaha serta kerjasama antar daerah; dan meningkatkan pemanfaatanuji model hasil-hasil karya ilmu, teknologi, dan
seni untuk menuju Pembangunan Jawa Barat Berbasis Ilmu Pengetahuan, Membuka ruang publik untuk komunikasi dengan masyarakat, Penerapan
ISO pada OPDBiro, Pemerintah bersih KKN, Penyiapan Sumber Daya Aparatur yang unggul, Satu Data Pembangunan Jawa Barat Sebagai Dasar
Perencanaan Pembangunan Tahunan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat Menuju Opini Wajar Tanpa Pengeculian WTP, Penyusunan peraturan
daerah yang transparan. 7
Mendanai belanja tidak langsung yang meliputi gaji dan tunjangan PNS, belanja subsidi, belanja hibah, belanja sosial, belanja bagi hasil
kabupatenkota, belanja bantuan dengan prinsip proporsional, pemerataan, dan penyeimbang, serta belanja tidak terduga yang digunakan untuk
penanggulangan bencana yang tidak teralokasikan sebelumnya. 8
Peningkatan pelayanan publik antara lain dengan percepatan layanan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor, peningkatan kualitas pelayanan
pada Kantor Cabang PelayananbalaiUPTD melalui revitalisasi sarana dan prasarana, percepatan penyelesaian administrasi keuangan, menghapus dan
menindak tegas pungutan liar, serta pembangunan sistem pelayanan
III-16
perijinan terpadu secara
online
. 9
Dalam rangka mengoptimalkan pencapaian prioritas pembangunan, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat akan merintis skema pelaksanaan
programkegiatan pembangunan melalui Tugas Pembantuan. Tugas Pembantuan ini adalah merupakan penugasan dari Pemerintah Provinsi ke
daerah kabupatenkota dan desa untuk melaksanakan tugas tertentu terutama dalam melaksanakan pembangunan di perdesaan.
10 Peningkatan efektivitas Belanja Bantuan Keuangan dan Bagi Hasil kepada
kabupatenkota dengan pola: a
Alokasi yang bersifat
block grant
dari Pos Bagi Hasil secara proporsional, guna memperkuat kapasitas fiskal kabupatenkota dalam melaksanakan
otonomi daerah; b
Alokasi yang bersifat
spesific grant
dari pos bantuan kepada kabupatenkota yang diarahkan, dengan kewajiban kabupatenkota
untuk menyediakan Dana Pendamping, dalam rangka mendukung agenda akselerasi pencapaian Visi Jawa Barat 2008-2013, yaitu
membagi alokasi menjadi tiga bagian yaitu dana pemerataan, dana proporsional, dan dana penyeimbang. Dana pemerataan dialokasikan
sama untuk setiap kabupatenkota, dana proporsional dihitung berdasarkan indeks kabupatenkota, yang sejalan dengan ketentuan
Permendagri Nomor 22 tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2012, yaitu memperhatikan jumlah penduduk, jumlah penduduk
miskin dan luas wilayah yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah; dan dana penyeimbang ditentukan berdasarkan variabel
kualitatif seperti Ibu Kota Provinsi, kabupatenkota perbatasan dengan Provinsi lain serta kabupatenkota yang akan menyelenggarakan even
khusus yang berskala regional atau nasional. Variabel-variabel yang digunakan
untuk menghitung
indeks kabupatenkota,
selain mempertimbangkan ketentuan Permendagri Nomor 22 Tahun 2011, juga
mempertimbangkan variabel lainnya, sehingga secara lengkap akan meliputi: Indeks Pendidikan, Indeks Kesehatan, Indeks Daya Beli, Luas
Wilayah, Jumlah Penduduk, Jumlah Penduduk Miskin, PDRBKapita, Pendapatan Asli Daerah, Proporsi Pengangguran, dan Proporsi Kawasan
Lindung. Adapun kriteria kegiatan yang mendapatkan alokasi Bantuan Keuangan KabupatenKota adalah mendukung secara signifikan upaya
peningkatan IPM Jawa Barat; menanggulangi masalah kemiskinan; menanggulangi masalah pengangguran dan meningkatkan upaya
III-17
pelestarian lingkungan khususnya kawasan lindung. Dalam rangka mewujudkan keselarasan program pembangunan yang dicanangkan
Provinsi Jawa Barat, maka dana bantuan kabupatenkota akan diarahkan untuk digunakan sesuai dengan proporsi sekurang-kurangnya: a 20
untuk dana pembangunan fungsi pendidikan; b 10 untuk fungsi kesehatan; c 20 untuk infrastruktur dasar; d 20 untuk upaya
peningkatan pendapatan masyarakat, serta e selebihnya untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia
capaciity building
. c.
Bidang Sosial Budaya 1
Berorientasi kepada dukungan terhadap capaian MDG’s Indonesia. 2
Mengalokasikan anggaran fungsi pendidikan sebesar 20 dari total belanja daerah tahun 2012, tidak termasuk alokasi anggaran untuk
kegiatan yang belum selesai tahun sebelumnya
multi years
, dalam rangka meningkatkan Rata-Rata Lama Sekolah RLS menjadi 7,66 tahun dan Angka
Melek Huruf AMH 95,88 dengan penuntasan Buta Aksara melalui Kebijakan Jawa Barat bebas putus jenjang sekolah pendidikan dasar dan
pendidikan menengah; meningkatkan kapasitas daya tampung melalui penuntasan pembangunan 6.000 Ruang Kelas Baru RKB, meningkatkan
sarana dan prasarana pendidikan dasar melalui program rehabilitasi sekolah yang ditunjang dengan ketersediaan
data base
sekolah yang perlu direhabilitasi; peningkatan kualitas penyelenggaraan sekolah luar biasa;
meningkatkan penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional dan kejuruan melaui peningkatan kompetensi guru SSNSBI dengan pelatihan guru di
negara maju OECD dan perluasan pengenalan teknologi dasar bagi siswa; peningkatkan kesejahteraan guru sukwan secara bertahap; meningkatkan
dukungan sarana dan prasarana pendidikan tinggi; penyediaan beasiswa perguruan tinggi berbasis asal desa serta mengembangkan pendidikan
informal dan non-formal. 3
Penyediaan dana BOS untuk SMASMK serta beasiswa bagi siswa SMASMK dari keluarga tidak mampu.
4 Mengembangkan pendidikan melalui sistem informasi yang berbasis
teknologi dan data serta membangun daya saing pendidikan. 5
Peningkatan pendidikan budi pekerti baik di desa-desa maupun di kota. 6
Mengimplementasikan Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dengan alokasi anggaran sebesar 10 dari total belanja daerah,
yang ditujukan dalam rangka peningkatan Angka Harapan Hidup AHH sebesar 69,50-69,56, dengan penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka
III-18
Kematian Bayi, diantaranya melalui peningkatan pelayanan dan sarana kesehatan melalui Pembangunan Puskesmas dan peningkatan alat
kelengkapannya, serta terlaksananya Pembangunan Puskesmas PONED, pembangunan gedung rawat inap GAKIN; rumah sakit rujukan regional;
fasilitasi kegiatan posyandu; peningkatan sistem pendukung layanan kesehatan untuk menurunkan disparitas pelayanan; peningkatan kuantitas
dan kualitas sumber daya kesehatan melalui peningkatan penempatan tenaga dokter di daerah terpencil, selain itu pendidikan, pengangkatan dan
penempatan tenaga bidanperawat; peningkatan pemberian jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin JAMKESMAS; peningkatan
kesehatan lingkungan, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat serta penanganan penyakit menular dan tidak menular.
7 Mengembangkan
perlindungan, pengawasan,
dan daya
saing ketenagakerjaan, serta upaya perluasan lapangan kerja melalui sektor UKM.
Implementasi peningkatan penciptaan lapangan kerja melalui penyediaan tenaga kerja terampil melalui SMK dan pendidikan non-formal kejuruan
serta penyediaan bursa tenaga kerja dan pengembangan UKM. 8
Peningkatan peran Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan TKPK Provinsi
Jawa Barat
dan sinergitas
berbagai programkegiatan
penanggulangan kemiskinan. 9
Membangun prestasi pemuda yang memiliki spirit juara dan menjadi kekuatan inti nasional Indonesia di bidang olah raga serta membangun dan
mengembangkan fasilitas umum yang berskala regional Jawa Barat seperti stadion olah raga di 4 wilayah yang direncanakan selesai dibangun pada akhir
tahun 2012, pusat pembinaan olah raga terpadu Sport Centre Arcamanik, pembangunan SOR Gedebage dan pembangunan sarana olah raga di 4
wilayah, perpustakaan, dan gedung kesenian. 10
Pengembangan seni tradisi dan budaya Jawa Barat dalam rangka mendukung pengembangan dan keanekaragaman destinasi wisata Jawa
Barat melalui gelar budaya dan seni, pelestarian dan promosi seni budaya lokal. Selain itu, secara bertahap dilaksanakan revitalisasi nilai-nilai budaya
dan kearifan lokal. 11
Implementasi peningkatan kualitas kehidupan beragama melalui pengembangan pendidikan keagamaan, peringatan hari besar keagamaan
dan perlombaan kemampuan di bidang agama. 12
Implementasi penanganan masalah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS antara lain melalui metode yang tepat untuk penanganan
III-19
anak jalanan dan perbaikan panti-panti yang sudah tidak layak. 13
Pemberdayaan perempuan di bidang perekonomian dan politik, perlindungan dan advokasi anak dan masalah sosial lainnya.
14 Implementasi peningkatan peran serta masyarakat di bidang keluarga
berencana, melalui penyediaan layanan KB dan alat kontrasepsi. 15
Penanganan bencana melalui peningkatan alat-alat kelengkapan kebencanaan khususnya mengatasi keadaan situasi tanggap darurat
bencana. d.
Bidang Ekonomi 1
Peningkatan alokasi anggaran bidang perekonomian masyarakat sebesar 5,0- 7,5 dan infrastruktur penunjang perekonomian sebesar 2,5 dari total
belanja, dalam rangka peningkatan Indeks Daya Beli. 2
Mengimplementasikan pembangunan ekonomi regional dengan mendorong aktivitas penanaman modal yang terukur dengan menjadikan Jawa Barat
sebagai daerah tujuan investasi yang berdaya saing melalui kerjasama pemerintah dengan pemerintah dan menawarkan komoditas yang mewakili
semua daerah di Jawa Barat, sehingga mampu meningkatkan investasi dan Laju Pertumbuhan Ekonomi serta melakukan penyebaran potensi investasi
dengan membuka kawasan-kawasan industri yang merata di Jawa Barat sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang merata dan menghasilkan
komoditas yang merata se- Jawa Barat. 3
Melakukan kerjasama pemerintah dengan swasta
Publik Private Partnership
untuk pembangunan infrastruktur strategis, serta mengoptimalkan tumbuh kembangnya kerjasama kemitraaan dengan masyarakat dan wilayah di
sekitar kawasan. 4
Membangun dan meningkatkan dukungan infrastruktur jalan, jembatan dan irigasi ke pusat-pusat produksi pertanian tanaman pangan dan
hortikultura, peternakan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan kelautan, pusat kegiatan industri manufaktur dan insdustri agro, serta obyek-obyek
pariwisata. 5
Pelipat-gandaan produktivitas
sektor pertanian
dalam rangka
penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan kegiatan ekonomi produktif di sektor agribisnis dan agroindustri, dalam rangka peningkatan
nilai tambah serta pengembangan tanpa nilai, sekaligus meningkatkan perlindungan
lingkungan, melalui
pelaksanaan GEMAR
Gerakan Multiaktivitas Agribisnis, dan GAPURA Gerakan Pengembangan Perikanan
Pantai Utara dan Selatan, serta pembangunan Pelabuhan Pendaratan Ikan
III-20
PPI untuk mendongkrak pendapatan masyarakat nelayan pada khususnya dan masyarakat disekitar PPI pada umumnya, sebagai salah satu upaya
penanggulangan kemiskinan. 6
Peningkatan sektor pertanian, perikanan, peternakan dan perkebunan melalui pengembangan bisnisusaha baru berskala besar berbasis sumber
daya alam yang berpotensi menjadi sektor unggulan utama
core competence
berdaya saing nasional dan global yang akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru bagi Jawa Barat.
7 Pengendalian ketersediaan dan pasokan inputsarana produksi pertanian
pertanian, perebunan,
kehutanan, peternakan
dan perikanan;
Pengendalian Hama Terpadu PHT; pengembangan sarana dan prasarana produksi pertanian; penguatan kelembagaan dan kompetensi SDM
pertanian; pengendalian pasca panen dan pengolahan hasil produksi pertanian; peningkatan pertumbuhan industri-industri, pengolah bahan
mentah yang berbasis hasil pertanian di daerah-daerah sentra produksi pertanian.
8 Dukungan untuk tercapainya ketahanan pangan Jawa Barat melalui program
Jabar sebagai lumbung pangan Nasional dengan produksi 13,5 juta ton GKG Gabah Kering Giling dan penguatan lembaga ketahanan pangan;
peningkatan ketersediaan dan kesinambungan produksi pangan dalam mewujudkan Jawa Barat sebagai sentra produksi benihbibit nasional tahun
2013. 9
Penaggulangan kerawanan pangan di 250 desa rawan pangan sebagai prototipe.
10 Peningkatan ketersediaan protein hewani dalam upaya mewujudkan
swasembada daging di Jawa Barat, diantaranya melakukan pembangunan Rumah Potong Hewan pada setiap KabKota.
11 Pengendalian ketersediaan, kualitaskecukupan gizi, distribusi dan keamanan
pangan pokok, serta pengelolaan
stock
pangan daerah. 12
Penguatan kelembagaan petani dan koperasi untuk memfasiltasi pencapaian skala ekonomi; peningkatan kesejahteraan buruh tani secara bertahap,
antara lain dengan mengalokasikan anggaran untuk kesejahteraan petani melalui dana talangan untuk menjamin stabilitas harga pupuk dan gabah.
Menghentikan alih fungsi lahan pertanian untuk penyelamatan pertanian. Perbenihan dalam mendukung perwujudan Jabar sebagai provinsi benih.
13 Peningkatan kualitas, kuantitas serta profesionalisme tenaga penyuluh
lapangan.
III-21
14 Pengembangan pembiayaan alternatif, meningkatkan subsidi bunga dan
penambahan jumlah kredit pada nusaha mikro, kecil dan menengah kaitannya dengan penciptaan lapangan kerja baru untuk meningkatkan daya
beli masyarakat. 15
Membangun sumber daya manusia yang berjiwa wirausaha, serta menyediakan wadah aktivitas di daerah-daerah bagi pelaku wirausahawan
muda dan pemula disesuaikan dengan potensi yang dimiliki daerah tersebut. 16
Pengembangan komoditas unggulan daerah serta peningkatan peran
quality control
komoditas unggulan daerah di wilayah kerja pemerintahan dan pembangunan WKPP Jawa Barat.
17 Pengimplementasian Gerakan Pengembangan dan Perlindungan Pasar
Tradisional GEMPITA dan introduksi pasar petani di perkotaan. 18
Revitalisasi Unit Pelayanan Teknis Daerah UPTD sebagai ujung tombak pelayana dan pengembangan teknologi.
19 Pengembangan industri kreatif dan penumbuhan wirausahawan muda
kreatif dalam rangka peningkatan daya saing industri Jawa Barat. 20
Persiapan pengembangan industri kreatif berbasis teknologi informasi
silicon valley
di cekungan Bandung. 21
Pengembangan kepariwisataan daerah yang terintegrasi dalam rangka peningkatan kesiapan kepariwisataan Jawa Barat serta pengembangan
destinasi wisata Jawa-Bali dengan fokus ekowisata, wisata budaya,
pilgrimage
dan wisata IPTEK, melalui peningkatan
capacity building
pelayanan dan pemandu wisata, perbaikan sarana dan prasarana penunjang wisata dengan harapan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat
daerah wisata. 22
West Java Partnership
WJP sebagai mitra strategis pendanaan pembangunan Non APBD.
23 Pembentukan LPKD Lembaga Penjamin Kredit Daerah Jawa Barat untuk
membantu penjaminan terhadap UMKM dengan kemitraan dengan Bank Jabar Banten;
24 Dukungan Pembangunan Pelabuhan Pendaratan Ikan PPI Cikidang
Pangandaran dan PPI Cisolok Sukabumi; 25
Pembangunan area terbuka untuk gelar karya, kreativitas seni dan budaya para pemuda;
26 Jawa Barat sebagai Destinasi Wisata Jawa – Bali dan Destinasi Wisata
Dunia;
III-22
e. Bidang Infrastruktur dan Lingkungan Hidup
1 Mengalokasikan anggaran infrastruktur jalan untuk mencapai target
kemantapan jalan sebesar 91-92 dan infrastruktur lainnya melalui penetapan status jalan, penuntasan jalan lintas Jabar Selatan, perbaikan
kondisi jalan di perbatasan provinsi; penyelesaian kegiatan lanjutan seperti pembebasan lahan Bandara Internasional Jawa Barat; pembebasan lahan
secara langsung atau sebagai dukungan melalui skema kerjasama dengan BUMD yang akan diperhitungkan sebagai penyertaan modal pada tahap
operation and
maintenance
untuk Jalan Tol Cisumdawu, Tol Soroja, Bandung
Inter Urban
Tol
Road
BIUTR; Bogor Ring Road Seksi ll, Ciawi –
Sukabumi; peningkatan jalan-jalan yang merupakan akses ke pusat pelayanan kesehatan, pusat pendidikan maupun akses jalan menuju jalan
sentra-sentra produksi pertanian dan industri; peningkatan cakupan penyediaan air bersih menjadi 60 - 65, dan pelayanan air limbah
menjadi 61 - 67, peningkatan infrastruktur sumber daya air dan irigasi ke lahan-lahan produksi pertanian dalam rangka menunjang program
ketahanan pangan; serta peningkatan rasio elektrifikasi rumah tangga menjadi 71 - 73.
2 Mengalokasikan anggaran untuk menyelesaikan pembangunan infrastruktur
dan bangunan gedung sesuai dengan Perda Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pembiayaan Pembangunan Tahun Jamak.
3 Mengembangkan sistem transportasi dan jaringan jalan dalam
mengatasi kemacetan dan mempermudah akses distribusi barang melalui perbaikan jalan dan reaktivasi beberapa jalur kereta di Jawa Barat serta
pembangunan jalur
short cut
Cibungur-Tanjungrasa. 4
Mengantisipasi dan menanggulangi bencana tahunan seperti banjir, longsor, gempa bumi, kekeringan melalui penanganan dan pengelolaan lingkungan
serta pembangunan infrastruktur. 5
Implementasi peningkatan daya dukung dan kualitas lingkungan melalui penataan ruang wilayah yang terpadu dan pembangunan dengan
menggunakan prinsip
eco architect
, penanganan pencemaran lingkungan hidup, penataan DAS prioritas dengan
watershed management
dan
catchment area
, hutan lindung dan kawasan pesisir pantai, peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan, pengawasan
dan penertiban eksploitasi air bawah tanah, serta optimalisasi pemanfaatan potensi panas bumi.
III-23
6 Pembebasan lahan Waduk Jatigede, perencanaan dan pemanfaatan lahan
bagi relokasi penduduk eks Waduk Jatigede. 7
Inventarisasi, pengamanan dan sertifikasi situ-situ di Jawa Barat; Pemutakhiran data base daerah irigasi; Peningkatan irigasi di perdesaan.
8 Percepatan pembangunan TPPAS Regional di Jawa Barat.
9 Perencanaan detail Kawasan Strategis Provinsi KSP 4 koridor ekonomi dan
perencanaan detail Tata Ruang Kawasan Perbatasan Jabar-Banten, Jabar- DKI dan Jabar-Jateng; Perencanaan Penyusunan Kebijakan dan Strategi
Perkotaan PKNP, PKW dan PKWP di Jawa Barat. 10
Pengembangan permukiman dalam rangka penyediaan PSDPU untuk Rusunawa dan peningkatan kualitas perumahan Masyarakat Berpenghasilan
Rendah MBR. 11
Pembangunan pusat pertumbuhan perintis Jabar Selatan. Belanja daerah terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung.
Belanja langsung adalah belanja yang terkait langsung dengan pelaksanaan kegiatan dan dapat diukur dengan capaian prestasi kerja yang telah ditetapkan. Kelompok
belanja langsung ini terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal.
Kebijakan Belanja
secara umum
dapat dilakukan
dengan mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Penetapan pagu indikatif untuk setiap program dan kegiatan dalam setiap misi
hendaknya proporsional; dan b.
Secara kewilayahan belanja daerah harus disusun secara adil dan proporsional. Adapun daerah-daerah dengan permasalahan khusus perlu diadakan anggaran
penyeimbang. Belanja Langsung adalah belanja yang diarahkan dalam rangka
pelaksanaan urusan provinsi dan merupakan alokasi belanja APBD Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat.
Alokasi belanja langsung pada Perubahan APBD Tahun 2012 didasarkan pada kebijakan yang diarahkan sebagai berikut:
a. Kegiatan yang termasuk ke dalam sepuluh tujuan bersama
common goals
; b.
Kegiatan yang lanjutan dan sudah menjadi komitmen pada APBD Perubahan tahun anggaran 2012;
c. Programkegiatan baru sebagai landasan kegiatan tahun anggaran 2012;
d. Penambahan alokasi belanja operasional, pemeliharaan kantor dan peningkatan
kualitas sumber daya aparatur
fixed cost
; dan e.
Belanja sebagai dana pendukung programkegiatan yang didanai APBN.
III-24
Belanja tidak langsung merupakan belanja yang terkait langsung dengan kegiatan yang dilaksanakan dan sulit diukur dengan capaian prestasi kerja yang
ditetapkan, dan merupakan koordinasi penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah KabupatenKota yang bersifat umum dalam rangka pendukungan program
Provinsi Jawa Barat seperti: a.
Belanja pegawai merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil
yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. b.
Belanja bunga yang digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang
principal outstanding
berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
c. Belanja subsidi yang digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi
kepada perusahaanlembaga tertentu agar harga jual produksijasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.
d. Belanja hibah yang digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam
bentuk uang, barang danatau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan yang
secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya. e.
Belanja bantuan sosial yang digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk uang danatau
barang kepada kelompokanggota masyarakat, dan partai politik. f.
Belanja bagi hasil yang digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupatenkota atau pendapatan
kabupatenkota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan. g.
Belanja bantuan keuangan yang digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupatenkota,
pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah kabupatenkota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam
rangka pemerataan danatau peningkatan kemampuan keuangan. Peruntukan dan penggunaan bantuan keuangan yang bersifat umum
diarahkanditetapkan oleh pemerintah daerahpemerintah desa penerima bantuan, untuk bantuan keuangan yang bersifat khusus diarahkanditetapkan
oleh pemerintah daerah pemberi bantuan. Belanja bantuan keuangan kabupatenkota terdiri dari:
III-25
1 Bantuan keuangan kepada kabupaten dan kota berupa
block grant
dan
specific grant
. 2
Alokasi bantuan keuangan kabupaten dan kota dibagi menjadi dana pemerataan, dana proporsional, dan dana penyeimbang.
3 Dana pemerataan dialokasikan sama untuk setiap kabupaten dan kota.
4 Dana proporsional dialokasikan berdasarkan perhitungan indeks kabupaten
dan kota yang berdasarkan pada penilaian indeks pendidikan, indeks kesehatan, indeks daya beli, luas wilayah, jumlah penduduk, jumlah
penduduk miskin, PDRB per kapita, pendapatan hasil daerah, proporsi pengangguran dan proporsi kawasan lindung.
5 Dana penyeimbang ditentukan berdasarkan variabel kualitatif seperti ibukota
provinsi, kabupaten dan kota yang berbatasan dengan provinsi lain serta kabupaten dan kota yang akan menyelenggarakan
event
khusus yang berskala nasional atau regional.
6 Bantuan organisasi kemasyarakatan dialokasikan berdasarkan tingkat
kepentingan yang dinilai berdasarkan proposal yang diajukan. 7
Kriteria kegiatan bantuan kabupaten dan kota serta organisasi kemasyarakatan harus berada dalam koridor sebagai berikut: mendukung
secara signifikan upaya peningkatan IPM Jawa Barat, menanggulangi masalah kemiskinan, menanggulangi masalah pengangguran serta
meningkatkan upaya pelestarian lingkungan. h.
Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan
bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas
kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. 2.
Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah
Dalam Tahun Anggaran 2012, Belanja Daerah dianggarkan sebesar Rp.18.241.334.184.062,00
dan dapat
direalisasikan sebesar
Rp.16.938.532.581.535,00 atau 92,86. Belanja daerah tersebut dialokasikan untuk belanja tidak langsung Rp. 14.601.545.432.289,00 dan belanja langsung dialokasikan
sebesar Rp.3.639.788.751.773,00. Rincian selengkapnya untuk alokasi anggaran dan realisasi belanja daerah dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
III-26
Tabel 3.2
Alokasi Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012
Nomor Belanja Daerah
Anggaran Setelah Perubahan
Realisasi Pencapaian
Target Rp
Rp A
. BELANJA DAERAH
18.241.334.184.062,00 16.938.532.581.535,00 92,86
1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 14.601.545.432.289,00 13.664.465.634.219,00
93.58
a. Belanja Pegawai 1.589.917.743.385,00
1.511.157.915.017,00 95.05
b. Belanja Subsidi 5.000.000.000,00
15.054.980,00 0.30
c. Belanja Hibah 6.480.640.680.114,00
6.152.724.367.619,00 94.94
d. Belanja Bantuan Sosial 17.410.312.500,00
16.685.225.000,00 95.84
e. Belanja Bagi Hasil Kepada Hasil Kepada ProvinsiKabupatenKota dan Pemerintah
Desa 3.377.552.887.261,00
3.161.224.936.674,00 93.60
f. Belanja Bantuan Keuangan Kepada ProvinsiKabupatenKota dan Pemerintahan
Desa 3.069.414.941.764,00
2.815.801.802.229,00 91.74
g. Belanja Tidak Terduga 61.608.867.265,00
6.856.332.700,00 11,13
2. BELANJA LANGSUNG 3.639.788.751.773,00
3.274.066.947.316,00 89,95
a. Belanja Pegawai 424.381.781.951,99
404.836.266.619,00 95,39
b. Belanja Barang dan Jasa 1.908.158.353.448,01
1.733.979.443.350,00 90,87
c. Belanja Modal 1.307.248.616.373,00
1.135.251.237.347,00 86,84
Sumber Data : Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 sebelum audit BPK RI
3. Permasalahan dan Solusi
a. Permasalahan :
1 Belanja Tidak Langsung
Untuk belanja tidak langsung dari alokasi sebesar Rp.14.601.545.432.289,00 direalisasikan sebesar Rp.13.664.465.634.219,00 atau 93,58. Belanja yang
penyerapannya rendah terdiri dari belanja subsidi dan belanja tidak terduga. Hal ini disebabkan karena penganggran Belanja subsidi digunakan untuk
bantuan biaya produksi kepada perusahaanlembaga tertentu agar harga jual produksijasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak, dan
pada tahun 2012 belanja subsidi hanya direalisasikan untuk kegiatan penjualan beras, gula dan minyak goreng dalam pelaksanaan operasi pasar
OPM KEPOKMAS di kabupaten Sumedang, Kota Cimahi, Kabupaten Subang dan Kabupaten Cirebon Sebesar Rp. 15.054.980,00. Sedangkan penyerapan
belanja Tidak Terduga yang Rendah disebabkan karena Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak
diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas