BELANJA TIDAK LANGSUNG 14.60545.432.289,00 13.664.465.634.219,00 BELANJA LANGSUNG 3.639.788.751.773,00 Permasalahan dan Solusi

III-26 Tabel 3.2 Alokasi Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012 Nomor Belanja Daerah Anggaran Setelah Perubahan Realisasi Pencapaian Target Rp Rp A . BELANJA DAERAH 18.241.334.184.062,00 16.938.532.581.535,00 92,86 1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 14.601.545.432.289,00 13.664.465.634.219,00 93.58 a. Belanja Pegawai 1.589.917.743.385,00 1.511.157.915.017,00 95.05 b. Belanja Subsidi 5.000.000.000,00 15.054.980,00 0.30 c. Belanja Hibah 6.480.640.680.114,00 6.152.724.367.619,00 94.94 d. Belanja Bantuan Sosial 17.410.312.500,00 16.685.225.000,00 95.84 e. Belanja Bagi Hasil Kepada Hasil Kepada ProvinsiKabupatenKota dan Pemerintah Desa 3.377.552.887.261,00 3.161.224.936.674,00 93.60 f. Belanja Bantuan Keuangan Kepada ProvinsiKabupatenKota dan Pemerintahan Desa 3.069.414.941.764,00 2.815.801.802.229,00 91.74 g. Belanja Tidak Terduga 61.608.867.265,00 6.856.332.700,00 11,13

2. BELANJA LANGSUNG 3.639.788.751.773,00

3.274.066.947.316,00 89,95 a. Belanja Pegawai 424.381.781.951,99 404.836.266.619,00 95,39 b. Belanja Barang dan Jasa 1.908.158.353.448,01 1.733.979.443.350,00 90,87 c. Belanja Modal 1.307.248.616.373,00 1.135.251.237.347,00 86,84 Sumber Data : Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 sebelum audit BPK RI

3. Permasalahan dan Solusi

a. Permasalahan : 1 Belanja Tidak Langsung Untuk belanja tidak langsung dari alokasi sebesar Rp.14.601.545.432.289,00 direalisasikan sebesar Rp.13.664.465.634.219,00 atau 93,58. Belanja yang penyerapannya rendah terdiri dari belanja subsidi dan belanja tidak terduga. Hal ini disebabkan karena penganggran Belanja subsidi digunakan untuk bantuan biaya produksi kepada perusahaanlembaga tertentu agar harga jual produksijasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak, dan pada tahun 2012 belanja subsidi hanya direalisasikan untuk kegiatan penjualan beras, gula dan minyak goreng dalam pelaksanaan operasi pasar OPM KEPOKMAS di kabupaten Sumedang, Kota Cimahi, Kabupaten Subang dan Kabupaten Cirebon Sebesar Rp. 15.054.980,00. Sedangkan penyerapan belanja Tidak Terduga yang Rendah disebabkan karena Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas III-27 kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. Rincian anggaran dan realisasi belanja tidak langsung adalah sebagai berikut: a Belanja Pegawai dialokasikan sebesar Rp.1.589.917.743.385,00 direalisasikan sebesar Rp.1.511.157.915.017,00 atau 95,05. b Belanja Subsidi dialokasikan sebesar Rp.5.000.000.000,00 direalisasikan Rp.15.054.980,00 atau 0,30 . c Hibah dialokasikan sebesar Rp.6.480.640.680.114,00 direalisasikan sebesar Rp.6.152.724.367.619,00 atau 94,94. yang terdiri dari: 1 Hibah Kepada Pemerintah Pusat Sebesar Rp.54.655.860.396,00; 2 Hibah Kepada BadanLembagaOrganisasi Swasta Sebesar Rp.690.968.372.600,00; 3 Hibah Biaya Operasional Sekolah BOS Pusat kepada Satuan Pendidikan Dasar sebesar Rp. 3.978.815.245.000,00; 4 Hibah Biaya Operasional Sekolah BOS Provinsi kepada Satuan Pendidikan Dasar sebesar Rp.420.866.281.250,00; 5 Belanja Hibah Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil kepala Daerah sebesar Rp.1.007.418.608.373,00. d Bantuan Sosial dialokasikan sebesar Rp.17.410.312.500,00 direalisasikan sebesar Rp.16.685.225.000,00 atau 95,84 . e Belanja Bagi hasil Kepada ProvinsiKabupatenKota dan Pemerintah Desa dialokasikan Rp.3.377.552.887.261,00 direalisasikan Rp.3.161.224.936.674,00 atau 93,60. f Bantuan Keuangan dialokasikan sebesar Rp.3.069.414.941.764,00 direalisasikan sebesar Rp.2.815.801.802.229,00 atau 91,74, yang terdiri dari: 1 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten Kota sebesar Rp.2.421.423.415.465,00; 2 Belanja Bantuan Keuangan Kepada desa Kelurahan sebesar Rp.392.587.092.600,00; 3 Belanja Bantuan Keuangan kepada Partai Politik sebesar Rp.1.791.294.164,00. g Belanja Tidak Terduga dialokasikan sebesar Rp.61.608.867.265,00 direalisasikan sebesar Rp.6.856.332.700,00 atau 11,13 . yang terdiri dari: 1 Untuk pengembalian kelebihan transfer dana bagi hasil PBB bulan Desember 2011 dari Kas Daerah Provinsi Jawa Barat kepada Kas III-28 Daerah Kota Bekasi akibat kesalahan transfer Bank bjb pada Dana bagi hasil PBB sebesar Rp 2.584.199.717,00. 2 Untuk pengembalian kesalahan bank bjb pada posting RTGS PBBKB untuk Provinsi Banten sebesar Rp 122.207.866,00. 3 Untuk pengembalian dana kelebihan pembayaran atas tanah kavling yang terletak di desa Jatiendah Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung sebesar Rp 3.200.000,00. 4 Untuk pengembalian sisa anggaran Dana Percepatan Pembagunan Pembangunan Infrastruktur Daerah DPPID Tahun Anggaran 2011 sebesar Rp.620.779.573,00. 5 Untuk pengembalian pembayaran simpanan para Nasabah Perusahaan Daerah Perkreditan Kecamatan PD.PK Tarogong Garut sebesar Rp.3.525.945.544,00. 2 Belanja Langsung Untuk belanja langsung dari alokasi sebesar Rp.3.639.788.751.773,00 dan direalisasikan sebesar Rp.3.274.066.947.316,00 atau 89,95. Hal ini disebabkan adanya efisiensi pada beberapa kegiatan, adanya bagian kegiatan yang belum dantidak jadi direalisasikan. b. Solusi: 1 Melakukan penajaman dan rasionalisasi kegiatan yang layak untuk direalisasikan. 2 Menetapkan kegiatan berdasarkan skala prioritas.

C. Pembiayaan Daerah

1. Kebijakan Pembiayaan Daerah

Pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang dimaksudkan untuk menutupi selisih antara Pendapatan dan Belanja Daerah. Adapun pembiayaan tersebut bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran sebelumnya SiLPA, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang daerah. Pemerintah Pusat membuka kesempatan bagi pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan untuk melakukan pinjaman sebagai salah satu instrumen pendanaan pembangunan daerah, yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Namun demikian, mengingat adanya konsekuensi kewajiban yang harus dibayar atas pelaksanaan pinjaman pemerintah daerah dimaksud,