Usulan Desain Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang

USULAN DESAIN MODEL BISNIS LAPIS BOGOR
SANGKURIANG

M LINGGAR PUTRA M

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Usulan Desain Model
Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013
M Linggar Putra M
NIM F34090080

ABSTRAK
M LINGGAR PUTRA M.Usulan Desain Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang.
Dibimbing oleh SUKARDI.
Model bisnis kanvas digambarkan melalui Sembilan blok bangunan dasar
yang terdiri dari key partner, key activities, value proposition, customer
relationship, customer segment, channels, key resources, cost structure, dan
revenue stream. Kesembilan blok tersebut menunjukkan logika bagaimana sebuah
perusahaan bermaksud untuk menghasilkan uang. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi model bisnis Lapis Bogor Sangkuriang dan
membuat alternatif model bisnis yang baru. Data dianalisis dengan metode
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model bisnis Lapis Bogor
Sangkuriang yaitu konsep produk oleh-oleh khas Bogor namun belum fokus
terhadap segmen pelanggannya. Pembuatan alternatif diusulkan sesuai dengan visi
misi perusahaan dan kondisi perusahaan. Alternatif pertama yaitu menerapkan
konsep kemitraan. Sementara itu alternatif kedua merupakan gabungan konsep
awal dengan konsep penjualan online. Berdasarkan hasil analisis terhadap visi dan

misi perusahaan, maka gabungan konsep awal dengan konsep penjualan online
merupakan konsep yang sesuai dan cocok untuk diterapkan bila perusahaan telah
meningkatkan kapasitas produksinya.
Kata Kunci : Lapis Bogor Sangkuriang, Model Bisnis Kanvas, Kemitraan

ABSTRACT
M LINGGAR PUTRA M.Business model design of Lapis Bogor Sangkuriang.
Supervised by SUKARDI.
The business model canvas is described through nine basic building blocks
consisting of key partners, key activities, the value proposition, customer
relationship, customer segments, channels, key resources, cost structure, and
revenue streams. The nine block shows the logic of how a company intends to
make money. The purpose of this study is to identify the business model Lapis
Bogor Sangkuriang and make new alternative business models. Data were
analyzed with qualitative methods. The results showed that the business model
Lapis Bogor Sangkuriang the product concept Bogor typical souvenirs but has not
focused on customer segments. Making the proposed alternative in accordance
with the company's vision, mission and condition of the company. The first
alternative is to apply the concept of partnership. While the second alternative is a
combination of the original concept with the concept of selling online. Based on

the analysis of the company's vision and mission, the initial concept combined
with the concept of selling online is a concept appropriate and suitable to be
applied when the company has increased its production capacity.
Keywords : Lapis Bogor Sangkuriang, Business Model Canvas, Partnerships

USULAN DESAIN MODEL BISNIS LAPIS BOGOR
SANGKURIANG

M LINGGAR PUTRA M

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

Judul Skripsi : Usulan Desain Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang
Nama
: M Linggar Putra M
NIM
: F34090080

Disetujui oleh

Dr Sukardi, MM
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Usulan Desain
Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang” dapat diselesaikan. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Juni 2013.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Ir. Sukardi, MM. selaku Pembimbing yang telah banyak memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis sampai menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Muslich, MSi dan M. Arif Darmawan S.TP M.T. selaku dosen penguji.
3. Ayahanda Taufik Hidayat dan Ibunda Nunung Rohayani, serta Adikku Rizka
Asyrafiyani atas doa, kasih sayang, dan dukungannya.
4. Ibu Rizka Wahyu Romadhona, Bapak Anggara, Ibu Nanda dan seluruh
karyawan UMKM Lapis Bogor Sangkuriang yang membantu penulis saat
melakukan penelitian ini.
5. Keluarga besar TIN 46 terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.
6. Teman-teman terdekat, teman kosan, dan organisasi yang telah menemani
hari-hari penulis selama menuntut ilmu S1 di IPB.
7. Seluruh motivator penyemangat penulis yang tidak bisa disebutkan satupersatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan para pembaca
untuk melakukan penelitian dalam bidang manajemen sumberdaya manusia.

.

Bogor, September 2013
M Linggar Putra M

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA


2

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

2

Model Bisnis Kanvas

3

Desain Model Bisnis Kanvas

6

METODE

6

Waktu dan Tempat


6

Metode

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil UMKM Lapis Bogor Sangkuriang

8
8

Elemen-elemen Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang

10

Analisis SWOT Elemen-elemen Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang

12


Pembuatan dan Pemilihan Alternatif Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang 15
SIMPULAN DAN SARAN

21

Simpulan

21

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN

23


RIWAYAT HIDUP

27

DAFTAR TABEL
1 Kriteria UMKM

3

DAFTAR GAMBAR
1 Desain Model Bisnis Kanvas Lapis Bogor Sangkuriang saat ini
2 Desain Model Bisnis Kanvas dengan Konsep Kemitraan
3 Desain Model Bisnis Kanvas dengan konsep bisnis awal ditambahkan
penambahan konsep online selling

12
18
20

DAFTAR LAMPIRAN
1 Daftar Pertanyaan dan Hasil Wawancara semi terstruktur antara peneliti
dengan pemilik Lapis Bogor Sangkuriang
2 Daftar Pertanyaan dan Hasil Wawancara untuk Mendapatkan Profil
Umum Lapis Bogor Sangkuriang
3 Daftar Produk konsinyasi yang ada pada outlet

23
25
26

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan bisnis saat ini semakin pesat, salah satu bisnis yang banyak
berkembang saat ini yaitu bisnis yang berbasis makanan dan minuman.
Berdasarkan data statistik dari Badan Pusat Statistik selama tahun 2010-2011
jumlah perusahaan yang paling banyak menurut subsektornya adalah perusahaan
makanan dan minuman dibandingkan dengan perusahaan subsektor lainnya (BPS,
2011). Salah satu makanan yang cukup banyak peminatnya adalah kue lapis. Kue
lapis merupakan cemilan yang banyak disukai orang. Banyak kreasi, cita rasa,
modifikasi, bentuk maupun hiasan menjadi salah satu alasan banyaknya animo
masyarakat untuk membeli kue lapis. Makin banyak orang yang menggemari kue
lapis berarti dari segi bisnis, prospek kue lapis masih cerah dan menjanjikan.
Salah satu pengusaha yang menangkap peluang usaha ini adalah Rizka
Wahyu Romadhona yang mendirikan suatu usaha Lapis Bogor Sangkuriang di
Bogor, Jawa Barat. Salah satu keunikan produk ini adalah menggunakan talas
sebagai salah satu bahan baku yang memberikan warna tersendiri pada produk.
Selain itu penggunaan talas sebagai salah satu bahan baku menjadi ciri dan
kebijakan menggunakan kearifan lokal yang ada.
Sebagai suatu bisnis yang sedang berkembang Lapis Bogor Sangkuriang
perlu terus mengembangkan usahanya dan bertahan terhadap persaingan usaha.
Untuk itu diperlukan suatu perencanaan bisnis dan memetakan strategi bisnis yang
akan dilakukan di masa yang akan datang. Salah satu cara strategi bisnis yaitu
dengan membuat suatu model bisnis.
Chesborough dalam Zott dan Amit (2009) mendefinisikan model bisnis
sebagai struktur rantai nilai-value chain (an activity based concept), menciptakan
value dengan mendefinisikan serangkaian aktivitas mulai dari bahan mentah
sampai bahan mentah tersebut sampai ke customer akhir, dimana value yang telah
ditentukan ditambahkan dalam keseluruhan aktivitas tersebut. Terlihat begitu
pentingnya suatu model bisnis bagi suatu usaha terutama untuk suatu bisnis yang
masih berkembang. Suatu model bisnis yang baik diharapkan mampu menjadi
strategi pengembangan suatu bisnis karena model bisnis yang baik dapat
memberikan pandangan kepada pelaku usaha bagaimana respon pasar terhadap
produk yang dimiliki, dan melemahkan daya saing competitor. Selain itu model
bisnis juga bermanfaat untuk melihat bisnis pelaku usaha itu sendiri secara utuh
dan dapat mengambil keputusan yang baik.
Saat ini Lapis Bogor Sangkuriang masih belum memperhatikan model
bisnisnya. Untuk itu diperlukan kajian mengenai model bisnis yang sedang
dijalankan di Lapis Bogor Sangkuriang agar dapat diketahui kelemahan dan
kelebihan dari bisnis yang sedang dilakukan sehingga nantinya dapat dibuat suatu
alternatif model bisnis baru untuk perkembangan dan persaingan Lapis Bogor
Sangkuriang di dunia bisnis.

2
Perumusan Masalah
Dalam rangka mengembangkan bisnis dan memperkuat daya saing usaha,
Lapis Bogor Sangkuriang perlu mengetahui seluk beluk bisnis yang sedang di
jalaninya. Berdasarkan prospek bisnis, Lapis Bogor Sangkuriang ini memiliki
prospek bisnis yang potensial karena memiliki keunggulan dalam hal diversifikasi
dan inovasi produk. Namun tetap diperlukan suatu strategi agar bisnis ini dapat
bertahan terhadap faktor perubahan dalam berbagai kondisi ekonomi dan
persaingan usaha yang semakin ketat. Untuk mampu bartahan dalam persaingan
yang ketat, Lapis Bogor Sangkuriang harus memiliki model bisnis yang kuat
sehingga dapat mengetahui bisnis yang sedang dijalani dan membuat suatu model
bisnis yang baru sesuai dengan kondisi dan tujuan bisnis. Maka permasalahan
yang dapat dikaji berdasarkan kondisi tersebut adalah :
1.
Seperti apa konsep model bisnis yang sekarang diterapkan di Lapis Bogor
Sangkuriang ?
2.
Apa saja alternatif model bisnis yang dapat diterapkan oleh Lapis Bogor
Sangkuriang di masa mendatang ?
Tujuan Penelitian
1.
2.

Mengidentifikasi Model Bisnis UMKM Lapis Bogor Sangkuriang
Membuat Alternatif Model Bisnis UMKM Lapis Bogor Sangkuriang di
Bogor
Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk membantu Lapis Bogor Sangkuriang dalam
merumuskan model bisnisnya dan memberikan alternatif bagi model bisnis yang
dapat diterapkan untuk masa yang akan datang sehingga Lapis Bogor Sangkuriang
dapat mengetahui model bisnis yang sedang dijalaninya saat ini dan dapat
merumuskan kebijakan-kebijakan untuk perkembangan usaha Lapis Bogor
Sangkuriang di masa yang akan datang.

TINJAUAN PUSTAKA
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Menurut Tambunan (2009) UMKM memainkan peran yang sangat vital di
dalam pembangunan dan perkembangan ekonomi, tidak hanya di negara-negara
berkembang, tetapi juga di negara-negara maju. Berdasarkan Undang- Undang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
didapat pengertian dan perbedaan antara usaha mikro, usaha kecil, dan usaha
menengah. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang

3
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.
Suatu usaha disebut sebagai usaha mikro bila memiliki aset maksimal lima
puluh juta rupiah dan omzet sebesar maksimal tiga ratus juta rupiah. Usaha kecil
yaitu usaha yang memiliki asset lebih dari lima puluh juta hingga lima ratus juta
dan omzet hingga dua milyar. Usaha menengah adalah usaha yang memiliki asset
hingga maksimal sepuluh milyar dan omzet sebesar maksimal lima puluh milyar.
Kriteria UMKM dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Kriteria UMKM
No

URAIAN

KRITERIA

ASET
1
Usaha Mikro
Max 50 jt
2
Usaha Kecil
> 50 jt-500 jt
3
Usaha Menengah
> 500 jt- 10 M
Sumber : UU Nomor 20 Tahun 2008

OMZET
Max 300 jt
> 300 jt-2,5 M
> 2, 5 M-50 M

Model Bisnis Kanvas
Bisnis adalah suatu kegiatan menyediakan barang dan jasa dengan maksud
mendapatkan laba ( Griffin dan Ebert, 2007 ). Suatu bisnis harus berpandangan
jauh ke depan. Bisnis yang baik harus mampu menjaga kontinuitas usaha, faktorfaktor yang dapat menjaga kontinuitas usaha antara lain yaitu likuiditas,
solvabilitas, soliditas, rentabilitas, maupun crediet waardigheid (Alma, Buchari.
2010). Jika kelima faktor kontinuitas tersebut bisa dijaga, maka bisnis yang
dijalankan akan berkembang secara meyakinkan.
Pengertian model bisnis dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu model
bisnis sebagai metode atau cara, model bisnis sebagai elemen, dan model bisnis
sebagai strategi bisnis. Model bisnis sebagai metode yaitu suatu cara untuk
menciptakan nilai. model bisnis sebagai elemen yaitu model bisnis terdiri dari
komponen produk, manfaat, pendapatan, pelanggan, asset, dan pengetahuan.
Model bisnis sebagai strategi bisnis yaitu model bisnis dapat digunakan sebagai
alat untuk merumuskan strategi bisnis perusahaan. Secara umum, model bisnis
adalah gambaran hubungan antara keunggulan dan sumber daya yang dimiliki
oleh perusahaan, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengakuisisi dan
menciptakan nilai, yang membuat perusahaan mampu menghasilkan laba ( PPM
Manajemen, 2012 ).

4
Model bisnis kanvas adalah model yang menggambarkan dasar pemikiran
tentang bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai
serta digambarkan melalui sembilan elemen blok kanvas ( Osterwalder & Pigneur,
2012 ). Sembilan blok ini mencakup empat bidang utama bisnis yaitu pelanggan,
penawaran, infrastruktur, dan kelayakan finansial. Kesembilan blok kanvas antara
lain (Osterwalder & Pigneur, 2012) :
1.

Costumer Segment
Elemen ini menggambarkan sekelompok orang yang ingin dijangkau atau
dilayani oleh perusahaan. Pelanggan adalah inti dari semua model bisnis. Tanpa
pelanggan (yang dapat memberikan keuntungan), tidak ada perusahaan yang
mampu bertahan dalam waktu lama.
2.

Value Propositions
Elemen ini menggambarkan gabungan antara produk dan layanan yang
menciptakan nilai untuk pelanggan spesifik. Proposisi nilai menciptakan nilai
untuk segmen pelanggan melalui paduan elemen-elemen berbeda yang melayani
kebutuhan segmen tersebut. Nilai dapat bersifat kuantitatif (misalnya harga dan
kecepatan layanan) atau kualitatif (misalnya desain dan pengalaman pelanggan).
Proposisi nilai dapat menyelesaikan masalah pelanggan atau memuaskan
kebutuhan pelanggan. Dalam hal ini, proposisi nilai merupakan kesatuan, atau
gabungan, manfaat-manfaat yang ditawarkan perusahaan kepada pelanggan.
3.

Channels
Elemen ini menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan berkomunikasi
dengan segmen pelanggannya dan menjangkau mereka untuk memberikan
proposisi nilai. Saluran komunikasi, distribusi, dan penjualan merupakan
penghubung antara perusahaan dan pelanggan. Saluran ini menjalankan beberapa
fungsi antara lain :
a. Meningkatkan kesadaran pelanggan atas produk dan jasa perusahaan
b. Membantu pelanggan mengevaluasi proposisi nilai perusahaan
c. Memungkinkan pelanggan membeli produk dan jasa yang spesifik
d. Memberikan proposisi nilai kepada pelanggan
e. Memberikan dukungan purnajual kepada pelanggan
4.

Customer Relationships
Elemen ini menggambarkan berbagai jenis hubungan yang dibangun
perusahaan bersama segmen pelanggan. Hubungan pelanggan dapat didorong oleh
motivasi berikut :
a. Akuisisi pelanggan
b. Retensi (mempertahankan) pelanggan
c. Peningkatan penjualan (upselling)
5.

Revenue Streams
Elemen ini menggambarkan uang tunai yang dihasilkan perusahaan dari
masing-masing segmen pelanggan (biaya harus mengurangi pendapatan untuk
menghasilkan pemasukan). Ada dua jenis arus pendapatan :
a. Pendapatan transaksi yang dihasilkan dari satu kali pembayaran pelanggan

5
b. Pendapatan berulang yang dihasilkan dari pembayaran berkelanjutan baik
untuk memberikan proposisi nilai kepada pelanggan maupun menyediakan
dukungan pelanggan pasca pembelian.
6.

Key Resources
Elemen ini menggambarkan aset-aset terpenting yang diperlukan agar
sebuah model bisnis dapat berfungsi. Aset/Sumber Daya utama dapat berbentuk
fisik, finansial, intelektual, atau manusia.
7.

Key Activities
Elemen ini menggambarkan hal-hal terpenting yang harus dilakukan
perusahaan agar model bisnisnya dapat bekerja. Aktivitas-aktivitas kunci dapat
dikategorikan sebagai berikut :
a. Produksi
b. Penyelesaian masalah
c. Platform/jaringan.
8.

Key Partnership
Elemen ini menggambarkan jaringan pemasok dan mitra yang membuat
model bisnis dapat bekerja. Kemitraan dapat mengoptimalkan model bisnis.
Terdapat empat jenis kemitraan :
a. Aliansi strategis antara non-pesaing
b. Kemitraan strategis antarpesaing
c. Usaha patungan untuk mengembangkan bisnis baru
d. Hubungan pembeli-pemasok untuk menjamin pasokan yang dapat diandalkan
Ada tiga motivasi dalam membangun kemitraan :
a. Optimisasi dan skala ekonomi
b. Pengurangan resiko dan ketidakpastian
c. Akuisisi sumber daya dan aktivitas tertentu.
9.

Cost Structure
Elemen ini menggambarkan semua biaya yang dikeluarkan untuk
mengoperasikan model bisnis. Struktur biaya model bisnis dibedakan menjadi dua
kelas, yaitu terpacu nilai (value driven) dan terpacu biaya (cost driven). Model
bisnis value driven yaitu berfokus pada penciptaan nilai. Proposisi nilai premium
dan layanan pribadi tingkat tinggi biasanya menjadi ciri model bisnis yang terpacu
nilai. Model bisnis cost driven yaitu berfokus pada peminimalan biaya.
Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan struktur biaya
seminimal mungkin.
Struktur biaya dapat memiliki karakteristik antara lain yaitu biaya tetap,
biaya variabel, skala ekonomi, dan lingkup ekonomi. Biaya tetap adalah biaya
yang tetap sama meskipun volume barang atau jasa yang dihasilkan berbeda-beda.
Biaya variable adalah biaya yang bervariasi secara proporsional dengan volume
barang atau jasa yang dihasilkan. Skala ekonomi dan lingkup ekonomi sangat
menentukan aktivitas dan keuntungan yang diterima suatu bisnis (Osterwalder &
Pigneur, 2012).

6
Desain Model Bisnis Kanvas
Desain model bisnis adalah suatu cara untuk menghasilkan model bisnis
yang lebih baik dan inovatif. Untuk dapat mendesain suatu model bisnis perlu
mempertimbangkan serangkaian faktor yang kompleks, seperti pesaing, teknologi,
lingkungan legal, dan lain-lain (Osterwalder & Pigneur, 2012).
Terdapat teknik-teknik dalam mendesain model bisnis antara lain :
wawasan/perspektif pelanggan, pembentukan ide, berpikir visual, prototyping,
bercerita, dan skenario. Perspektif pelanggan harus menginformasikan pilihan kita
terkait proposisi nilai, saluran distribusi, hubungan pelanggan, dan arus
pendapatan. Yang diperlukan dalam teknik desain berdasarkan pembentukan ide
adalah suatu proses kreatif untuk membangun sejumlah ide model bisnis dan
memilih salah satu diantaranya yang terbaik (Osterwalder & Pigneur, 2012 ).
Teknik desain berdasarkan nilai berpikir visual berarti menggunakan alat
bantu visual seperti gambar-gambar, sketsa, dan diagram untuk membangun dan
mendiskusikan arti. Karena model bisnis adalah sebuah konsep kompleks yang
terdiri atas berbagai blok bangunan dan hubungan antarblok bangunan itu,
sehingga perlu membuat sketsanya terlebih dahulu. Prototyping merupakan alat
bantu ampuh untuk mengembangkan model bisnis baru yang inovatif. Membuat
dan memanipulasi porototipe model bisnis akan mendorong untuk mengatasi
subjek penting tentang struktur, hubungan, dan logika dalam cara yang tidak
tersedia melalui pemikiran dan diskusi. Teknik desain bercerita merupakan alat
bantu ideal untuk mempersiapkan diskusi mendalam tentang model bisnis dan
logika yang melandasinya. Teknik desain model bisnis dengan skenario berfungsi
menginformasikan proses pengembangan model bisnis dengan membuat konteks
desain spesifik dan detail (Osterwalder & Pigneur, 2012).

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan dari bulan April sampai dengan Juni
2013 dimana satu bulan pertama melakukan studi pustaka dan membuat instrumen
penelitian. Bulan kedua melakukan pengambilan data, wawancara, observasi di
Outlet Lapis Bogor Sangkuriang. Pada bulan ketiga melakukan pengolahan dan
analisis data.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah dimana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive
dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi, analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada

7
generalisasi (Sugiyono, 2010). Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Ketiga metode ini
digunakan dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan
untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah penelitian. Berikut ini
dijelaskan metode yang digunakan dalam penelitian ini:
1.
Observasi/ Studi Lapangan
Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data pendukung tentang
keadaan sesungguhnya atau kondisi objektif Lapis Bogor Sangkuriang saat ini
dengan pengamatan secara langsung dan nyata mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan objek penelitian. Kelebihan dari studi lapangan adalah
peneliti akan mendapatkan data dan pemahaman yang mendalam. Studi lapangan
adalah cara terbaik untuk memahami situasi sosial dari sudut pandang para
pelakunya. Kelemahan dari studi lapangan ini adalah hanya dapat dilakukan pada
satu komunitas pada satu saat. Akibatnya analisis yang dilakukan terbatas sifatnya
hanya pada komunitas tertentu.
Pada penelitian yang dilakukan di Lapis Bogor Sangkuriang , metode ini
dilakukan dengan cara melakukan observasi di bagian outlet. observasi di outlet
dilakukan untuk mengetahui pelayanan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan
kepada pelanggan.
2.
Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan sebagai metode utama untuk menggali
informan berkenaan dengan gagasan, perasaan, dan pikiran informan yang sesuai
dengan fokus penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara
semi terstruktur dan tidak terstruktur. Pada wawancara semi terstruktur,
pewawancara sudah menyiapkan topik dan daftar pertanyaan pemandu yang
biasanya berfungsi untuk memulai wawancara. Pewawancara perlu menelusuri
lebih jauh suatu topik berdasarkan jawaban yang diberikan oleh partisipan. Urutan
pertanyaan dan pembahasan tidak harus sama dengan panduan, semua tergantung
pada jalannya wawancara. Sedangkan wawancara tidak terstruktur lebih bersifat
untuk menggali informasi lebih dalam selama observasi dilakukan. Tidak ada
panduan pertanyaan selama observasi. Pada wawancara tidak terstruktur ini,
pewawancara hanya memberikan topik yang akan dibahas dan partisipan diberi
kebebasan seluas-luasnya untuk mengungkapkan apapun yang berhubungan
dengan topik.
Dalam wawancara yang dilakukan di Lapis Bogor Sangkuriang dilakukan
wawancara tidak terstruktur dan semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur
dilakukan dengan cara menulis panduan pertanyaan dan menanyakan secara
langsung pertanyaan kepada direktur perusahaan dan manajer. Jawaban dari
pertanyaan tersebut juga ditulis di kertas dimana panduan pertanyaan juga ditulis.
Sedangkan wawancara tidak terstruktur lebih bersifat untuk menggali informasi
lebih dalam mengenai kondisi nyata perusahaan.
3.
Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh sejumlah data dan
informan di lapangan, berupa dokumen-dokumen administratif, yang ditujukan
untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yang
dilakukan oleh peneliti. Dokumen-dokumen yang diakses dari Lapis Bogor
Sangkuriang antara lain data produksi, data produk, data karyawan, data
pelanggan, data dari jejaring sosial, dan data dari website.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Lapis Bogor Sangkuriang
Lapis Bogor Sangkuriang merupakan suatu usaha yang didirikan oleh Rizka
Wahyu Romadhona. Modal awal usaha ini yaitu sebesar Rp.500.000. Usaha ini
lama kelamaan berkembang dan berhasil mendirikan outlet pertama nya pada
bulan September 2011 di jalan Soleh Iskandar (dekat Yogya Dept.Store), Bogor,
Jawa Barat. Outlet kedua dan ketiga nya masing-masing terletak di Jalan Raya
Pajajaran No 20E, Bogor dan Rumah Makan Raffles di Puncak.
Konsep bisnis yang dijalankan yaitu dengan mengedepankan makanan
olahan talas sebagai oleh-oleh khas Bogor. Produk utama yang dihasilkan
menggunakan kombinasi antara tepung terigu dengan tepung talas. Saat ini dua
jenis produk utama yang dijual yaitu lapis bogor dan brownis talas. Untuk lapis
bogor dibedakan menjadi lapis bogor original, lapis bogor topping keju, lapis
bogor greentea, lapis bogor blueberry, lapis bogor strawberry, lapis bogor cokelat,
lapis bogor tiramisu dan lapis bogor capucino. Sementara untuk brownis, terdapat
brownis talas polos dan brownis talas topping keju.
Setiap usaha tentu memiliki perencanaan dalam mengembangkan usahanya.
Proses perencanaan pada dasarnya merupakan suatu proses pembuatan tujuan
(goal making process) sekaligus juga merupakan proses pembuatan strategi
(strategy making process) (Jones dan George, 2007). Rencana pengembangan
bisnis Lapis Bogor Sangkuriang ke depan yaitu dengan menambah kapasitas
produksi dan menambah jumlah outlet. Setiap rencana mengacu kepada visi dan
misi perusahaan.
Visi dan Misi Lapis Bogor Sangkuriang adalah :
Visi :
Menjadi perusahaan oleh-oleh khas daerah yang mengangkat pangan lokal.
Misi :
1. Membina Usaha Kecil menengah khususnya di wilayah Bogor
2. Membuka Cabang di beberapa daerah di Bogor
3. Memberdayakan masyarakat sekitar dengan membuka lapangan pekerjaan.
Aspek Organisasi
Susunan organisasi lapis bogor sangkuriang adalah sebagai berikut :
Nama Perusahaan/Usaha
: Lapis Bogor Sangkuriang
Nama Pemilik/Pimpinan
: Rizka Wahyu Romadhona
Alamat kantor
: Jl Raya Pajajaran No 20E, Bogor
Struktur Organisasi
Direktur Operasional
: Anggara Kasih
Manajer
: Ananda
Supervisi Operasional
: Yohana Agustin
Supervisi Produksi
: Vera
Supervisi Keuangan
: Siti Rubayah
Supervisi Kaizen
: Zulia Hajli
Selain tersebut di atas, terdapat pula administrasi, customer service, dan
frontliner dengan jumlah karyawan saat ini sebanyak 116 orang.

9
Aspek Pemasaran
Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan di mana individu dan
kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa
yang bernilai dengan orang lain (Kotler, 2009). Segmentasi pasar untuk usaha ini
yaitu untuk semua masyarakat Indonesia, khususnya warga Bogor dan wisatawan
yang datang ke Bogor. Target pasar nya lebih diutamakan kepada wisatawan yang
ingin membeli oleh-oleh khas daerah. Dalam positioning produk, lapis bogor
sangkuriang diposisikan sebagai oleh-oleh khas kota Bogor yang mengangkat
pangan lokal yaitu talas.
Selain itu, bauran pemasaran tentu dimiliki oleh lapis Bogor sangkuriang
guna meningkatkan kualitas produk dan pelayanan nya. Berikut bauran pemasaran
lapis bogor sangkuriang.
1.
Product
Produk lapis bogor dan brownis talas merupakan suatu inovasi produk baru.
Dengan menggunakan tepung talas sebagai subtitusi tepung terigu, diharapkan
produk ini mampu bersaing dengan produk lain sejenis dan mampu mengangkat
kekhasan lokal daerah Bogor. Mutu produk yang ditawarkan adalah mutu terbaik
karena menggunakan bahan-bahan terbaik. Desain kemasan produk juga sangat
menarik dan menjadi sarana promosi oleh-oleh khas Bogor. Rata-rata umur
simpan produk yaitu tiga hari.
2.
Price
Harga produk yang ditawarkan antara lain yaitu untuk brownis talas polos
dijual dengan harga Rp 27.000,00. Lapis Bogor Original dan Lapis Bogor dengan
topping keju masing-masing dijual dengan harga Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00.
Sementara untuk lapis bogor greentea dijual seharga Rp 27.000,00. Harga tersebut
untuk ukuran 30 cm.
3.
Promotion
Promosi yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang antara lain :
a. Pameran
Promosi berupa pameran ini biasanya dilakukan dalam pameranpameran UMKM, pameran produk khas Indonesia, dan pameran produk
pangan lainnya.
b. Iklan
Iklan dilakukan di beberapa media, baik media cetak maupun
elektronik. Untuk media cetak dan elektronik ini kebanyakan dari pihak
media yang datang langsung ke outlet utama untuk melakukan wawancara
dengan pemilik, yang kemudian di tulis sebagai berita di media.
c. Kemasan
Kemasan selain digunakan untuk mengemas produk juga sebagai
sarana promosi, yaitu mempromosikan produk khas oleh-oleh lokal
sekaligus mempromosikan Bogor sebagai kota tujuan wisata.
4.

Placement
Cara untuk mendistribusikan produk agar sampai ke pelanggan. Sistem
distribusi yang dilakukan yaitu secara langsung dan tidak langsung atau melalui
perantara. Sistem distribusi langsung yaitu dengan membuka outlet di tempattempat strategis dan dekat dengan pusat kota, sehingga pelanggan dan wisatawan

10
bisa mendapatkan produk dengan membeli di outlet tersebut. Sedangkan distribusi
tidak langsung dilakukan oleh agen yang bekerja sama dengan pihak Lapis Bogor
Sangkuriang dengan sistem beli lepas tanpa adanya keterikatan secara langsung.
5.
People
Kriteria sumber daya manusia sebagai asset berjalannya suatu usaha.
Kriteria sumber daya manusia yang diutamakan dalam berjalannya usaha ini yaitu
yang memiliki „attitude‟ bagus, mau bekerja, serta tekun.
6.
Process
Proses yang ditampilkan kepada pelanggan agar pelanggan tertarik untuk
membeli. Untuk saat ini proses lebih ditampilkan kepada pelayanan terhadap
pelanggan yaitu dengan membatasi penjualan produk. Hal ini dikarenakan lebih
rendahnya kapasitas produksi dibandingkan dengan permintaan pelanggan.
Pelayanan di outlet pun dilakukan dengan adanya musik khas sunda dan tersedia
produk-produk khas daerah di etalase-etalase outlet agar pelanggan yang
berkunjung pun dihadapkan pada nuansa khas daerah.
7.
Physical Evidence
Penampilan fisik dari fasilitas pendukung atau sarana dalam menjual produk
yang dapat dilihat langsung oleh pelanggan. Outlet di desain sedemikian sehingga
tema produk-produk khas daerah akan melekat begitu masuk ke dalam outlet.
Elemen-Elemen Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang
Lapis Bogor Sangkuriang merupakan unit usaha di bidang pangan dengan
produk utama nya brownis talas dan kue lapis talas. Selain produk-produk milik
Lapis Bogor Sangkuriang, pada outletnya juga terdapat produk-produk konsinyasi
yang merupakan produk dari mitra bisnis. Dari hasil identifikasi elemen-elemen
model bisnis kanvas sesuai dengan konsep bisnis Lapis Bogor Sangkuriang saat
ini dapat dilihat sebagai berikut :
a.
Customer Segment
Pada Lapis Bogor Sangkuriang, pelanggan tidak secara spesifik dikhususkan
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Tetapi Segmen pelanggan Lapis Bogor
Sangkuriang adalah warga Bogor serta wisatawan yang berkunjung ke Bogor.
b.

Value Proposition
Pada Lapis Bogor Sangkuriang, nilai tambah yang diberikan kepada
pelanggan antara lain inovasi produk dan desain kemasan produk. Inovasi produk
diberikan dengan cara diversifikasi bahan baku produk yaitu menggunakan tepung
talas sebagai bahan kombinasi dengan tepung terigu dalam membuat brownis dan
lapis bogor. Desain kemasan produk lapis bogor pun dibuat sangat menarik
sehingga mencerminkan bahwa produk tersebut merupakan produk oleh-oleh khas
Bogor.
c.

Channels
Pada Lapis Bogor Sangkuriang, saluran yang digunakan untuk berhubungan
dengan para pelanggan antara lain melalui saluran milik perusahaan (owned
channels) dan saluran milik partner (partner channels).
Saluran yang digunakan pada owned channels meliputi outlet dan media
digital. Outlet Lapis Bogor Sangkuriang saat ini berjumlah tiga yang tersebar di

11
wilayah Bogor. Media digital yang digunakan yaitu website, facebook, dan twitter.
Namun penggunaan media digital ini masih belum optimal karena belum bisa
melayani kepentingan konsumen dalam berinteraksi melalui media digital, selain
itu media digital ini masih belum dimanfaatkan sebagai sarana penjualan atau
pemesanan secara online.
Sementara itu, partner channels meliputi mitra Lapis Bogor Sangkuriang,
mitra non Lapis Bogor Sangkuriang, dan reseller. Mitra Lapis Bogor Sangkuriang
yaitu mitra yang bekerja sama dengan pihak Lapis Bogor Sangkuriang dengan
menitipkan produk-produk mereka di outlet milik Lapis Bogor Sangkuriang.
Mitra non Lapis Bogor Sangkuriang yaitu mitra yang bekerja sama dengan pihak
Lapis Bogor Sangkuriang dengan menjadi “reseller besar” yang akan menjualkan
kembali produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang kepada pelanggan. Reseller
yaitu mitra yang menjualkan produk Lapis Bogor Sangkuriang langsung kepada
pelanggan. Sistem yang digunakan untuk masing-masing mitra ini yaitu berupa
konsinyasi.
d.

Customer Relationships
Pada Lapis Bogor Sangkuriang, customer relationships yang digunakan
adalah personal assistance yaitu pelayanan selama penjualan oleh karyawan Lapis
Bogor Sangkuriang. Hal ini dapat dilihat pada penjualan di setiap outletnya,
produk-produk yang diinginkan oleh pelanggan diambilkan oleh karyawan.
Karyawan Lapis Bogor Sangkuriang juga berpartisipasi aktif dalam hal pembelian
yang dilakukan pelanggan dengan cara menawarkan dan menyarankan produkproduk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan produk-produk milik mitra
lainnya. Selain itu hubungan lainnya adalah pelanggan bisa menyampaikan kritik
dan saran terhadap Lapis Bogor Sangkuriang melalui kertas saran yang dititipkan
kepada karyawan.
e.

Revenue Streams
Pada Lapis Bogor Sangkuriang, aliran pendapatan yang masuk ke dalam
perusahaan adalah melalui penjualan produk brownis dan lapis bogor serta
melalui hasil pembagian laba dengan mitra berdasarkan kesepakatan konsinyasi.
Penjualan lapis bogor dan brownis talas di dalam outlet merupakan sumber
pendapatan utama Lapis Bogor Sangkuriang. Sedangkan aliran pendapatan yang
didapat Lapis Bogor Sangkuriang dari produk konsinyasi meliputi tiga jenis yaitu
hasil pembagian laba dari penjualan produk konsinyasi milik mitra, konsinyasi
dengan mitra non lapis bogor sangkuriang, maupun konsinyasi dengan reseller.
f.

Key Resources
Sumberdaya utama yang terdapat pada Lapis Bogor Sangkuriang meliputi
fasilitas fisik seperti outlet, peralatan dan mesin, dan mobil pengantar hasil
produksi ke outlet. Sumberdaya manusia dan intellectual resources berupa resep
pembuatan produk.
g.

Key activities
Pada Lapis Bogor Sangkuriang, aktivitas utama yang dijalankan untuk
mendapatkan nilai tambah adalah produksi brownis talas dan lapis bogor serta
penjualan dan pemasaran produk. Selain itu, aktivitas lainnya yaitu seperti

12
mengikuti pameran-pameran produk khas daerah sebagai upaya memperkenalkan
produk khas dari daerah Bogor.
h.

Key Partnership
Mitra utama Lapis Bogor Sangkuriang adalah dengan pemasok bahan baku
pembuatan produk. Key partnership lainnya yaitu dengan mitra dan reseller.
Selain itu lapis bogor pun menjalin kerjasama dengan dinas budaya dan pariwisata
Bogor pada berbagai pameran produk lokal khas Bogor.
i.

Cost structure
Pada Lapis Bogor Sangkuriang, biaya yang dikeluarkan untuk usaha ini
yaitu biaya produksi (termasuk SDM) dan biaya operasional. Biaya produksi yaitu
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menggunakan faktor-faktor
produksi guna menghasilkan produk. Sedangkan biaya operasional meliputi
biaya-biaya untuk promosi, pemasaran, dan perawatan mesin produksi. Gambaran
model bisnis Lapis Bogor Sangkuriang saat ini dapat dilihat pada gambar 1
berikut ini.

20
Warga Bogor

Wisatawan yang
datang ke Bogor

Complete Business Model Canvas

Powerpoint Templates

Page 23

Gambar 1. Desain Model Bisnis Kanvas Lapis Bogor Sangkuriang saat ini

Analisis SWOT Elemen-elemen Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang
Analisis SWOT adalah analisis tentang kekuatan (strength), kelemahan
(weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threats). Faktor internal dalam
analisis SWOT dibedakan menjadi dua yaitu kekuatan dan kelemahan. Kekuatan
merupakan keunggulan yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan
competitor lain. Kelemahan adalah kekurangan yang dimiliki perusahaan.

13
Sementara itu faktor eksternal dalam analisis SWOT dibedakan menjadi dua
yaitu peluang dan ancaman. Peluang merupakan tren positif yang berada di
lingkungan eksternal perusahaan dan apabila peluang tersebut dieksploitasi oleh
perusahaan, maka peluang usaha tersebut berpotensi untuk menghasilkan laba
bagi perusahaan secara berkelanjutan (Solihin, 2012). Ancaman adalah individu,
kelompok, ataupun organisasi di luar suatu perusahaan yang berupaya untuk
mengurangi kinerja yang sudah dicapai perusahaan (Barney dan Hesterly, 2008)
Dari hasil identifikasi terhadap elemen-elemen model bisnis Lapis Bogor
Sangkuriang, maka masing-masing elemen dianalisis menggunakan analisis
SWOT. Hasil dari analisis SWOT ini dapat digunakan untuk menyempurnakan
atau memperbarui model bisnis yang telah ada sebelumnya. Berikut hasil analisis
SWOT terhadap kesembilan elemen model bisnis.
a.

Customer Segment
Kelebihan customer segment yang ada pada Lapis Bogor Sangkuriang saat
ini adalah tidak terbatas pada kriteria segmen-segmen tertentu, tetapi lebih luas
membidik pelanggan di seluruh bogor pada khususnya maupun wisatawanwisatawan yang datang ke Bogor. Kelemahan dari model customer segment ini
adalah masih belum bisa menjangkau keseluruhan segmen pelanggan karena
masih terbatasnya kapasitas produksi. Peluang yang bisa diambil yaitu dengan
meningkatkan kapasitas produksi sehingga bisa menjangkau kebutuhan segmen
pelanggan. Ancaman dari model customer segment ini adalah semakin banyak
pesaing yang masuk dalam pasar persaingan kue jenis ini.
b.

Value proposition
Kelebihan dari produk Lapis Bogor Sangkuriang yaitu merupakan produk
inovasi berbasis bahan baku lokal dengan cita rasa yang disukai semua segmen
pelanggan. Kelemahannya adalah produk mudah ditiru. Peluang yang bisa
dikembangkan yaitu value proposition bisa lebih ditekankan untuk pelangganpelanggan tertentu, misalnya untuk konsumsi suatu acara, acara hotel, dll.
Ancamannya yaitu produk mudah ditiru oleh pesaing dan pesaing bisa
menempatkan value proposition nya lebih baik.
c.

Channels
Kelebihan elemen channels yaitu jangkauan pasar luas karena adanya mitra.
Kelemahan channels saat ini yaitu banyaknya saluran pemasaran produk tidak
bisa dimanfaatkan dengan baik karena masih terbatasnya kapasitas produksi.
Peluang yang bisa diterapkan yaitu adanya pemesanan secara online. Ancamannya
yaitu pesaing lebih cepat meningkatkan kemampuan mengelola channels.
d.

Customer Relationships
Kelebihan penerapan customer relationship saat ini yaitu pelayanan yang
baik dari karyawan terhadap pelanggan yang datang ke outlet. Pelanggan tidak
perlu repot dalam mengambil produk, karena ada karyawan yang melayani
pelanggan. Kelemahannya yaitu belum adanya informasi secara jelas ada atau
tidak tersedianya produk di outlet, sehingga beberapa pelanggan yang datang
harus pulang lagi karena persediaan produk habis. Peluang yang dapat

14
dikembangkan yaitu dengan adanya media informasi yang memberitahukan
mengenai persediaan produk di outlet. Ancaman dari penerapan customer
relationship saat ini yaitu pesaing dapat menerapkan customer relationship yang
lebih baik.
e.

Revenue Streams
Kelebihan yang ada pada elemen revenue stream saat ini adalah pembayaran
langsung setiap transaksi penjualan produk dan mendapatkan laba dari konsinyasi
dengan mitra. Kelemahan dari revenue stream saat ini yaitu hanya bersifat sekali
transaksi untuk pelanggan dan reseller. Peluang yang bisa dikembangkan terkait
revenue stream yaitu dengan menambah jumlah outlet setelah kapasitas produksi
ditingkatkan. Ancaman revenue stream saat ini yaitu mitra tidak lagi bekerja sama
dengan pihak Lapis Bogor Sangkuriang karena mitra tidak dapat memenuhi
perjanjian kerjasama.
f.

Key Resources
Kelebihan dari key resources adalah tersedianya elemen-elemen untuk
produksi dan memiliki sumber daya manusia yang memiliki attitude baik.
Kelemahan dari key resources yaitu masih belum bisa memenuhi kebutuhan
permintaan pelanggan. Peluang dari key resources yaitu dengan menerapkan
manajemen produksi yang lebih baik agar mengoptimalkan segala aktivitas
sumber daya yang dimilikinya. Ancaman key resources saat ini yaitu pesaing
lebih baik dalam mengelola key resources nya.
g.

Key Activities
Kelebihan dari key activities saat ini yaitu mampu mengoptimalkan
kapasitas produksi yang ada, penjualan produk yang bekerja sama dengan mitra
dapat meningkatkan margin laba. Kelemahan dari key activities saat ini yaitu
masih belum bisa memenuhi kebutuhan permintaan pelanggan terhadap produk.
Peluang yang dapat dicapai yaitu dengan terus memperbaiki manajemen produksi
dan meningkatkan kapasitas produksi. Ancaman dari key activities ini yaitu
pesaing dengan mudah meniru key activities Lapis Bogor Sangkuriang dengan
mudah.
h.

Key Partnership
Kelebihan dari key partnership saat ini yaitu Lapis Bogor Sangkuriang
dikenal baik oleh mitra sehingga banyak mitra yang ingin bekerja sama. Selain itu
pemasok bahan baku juga selalu ontime dalam penyediaan bahan baku produksi
lapis bogor sangkuriang. Kelemahan dari key partnership yaitu tidak banyak mitra
yang memiliki value proposition yang sama dengan Lapis Bogor Sangkuriang.
Peluang yang bisa didapatkan yaitu kemudahan bekerja sama dengan partner.
Ancaman terhadap key partnership yaitu ketergantungan perusahaan kepada mitra.
i.

Cost Structure
Kelebihan dari elemen cost structure yaitu biaya menjangkau pasar
berkurang karena adanya kerja sama dengan mitra. Kelemahan elemen ini yaitu
biaya operasional tidak stabil. Peluang dari cost structure yaitu dengan

15
memanfaatkan media teknologi untuk megurangi biaya pemasaran dan juga
memperluas jaringan kerja sama. Ancaman terhadap cost structure yaitu harga
bahan baku bisa sewaktu-sewaktu meningkat akibat kebijakan pemerintah.
Berdasarkan hasil identifikasi model bisnis kanvas Lapis Bogor
Sangkuriang diatas dan hasil dari Analisis SWOT secara kualitatif dari masingmasing elemen model bisnis, maka dapat dilihat bahwa meskipun produk yang
ditawarkan merupakan produk khas Bogor, namun secara konsep bisnis, Lapis
Bogor Sangkuriang masih belum menerapkan konsep bisnis oleh-oleh khas Bogor
Secara menyeluruh. Hal ini dikarenakan segmen pelanggan yang dibidik masih
belum spesifik, selain itu media saluran pemasarannya juga masih belum spesifik
menyasar tempat-tempat yang banyak dikunjungi para turis atau wisatawan asing
misalnya hotel, restaurant dan tempat wisata di Bogor.
Model bisnis Lapis Bogor Sangkuriang saat ini memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan dari model bisnis saat ini adalah Lapis Bogor Sangkuriang
memiliki jaringan kerjasama yang kuat dengan mitra, pemasok bahan baku,
maupun dinas budaya dan pariwisata Bogor, sehingga selain dapat menambah
pendapatan (revenue stream) perusahaan, produk Lapis Bogor Sangkuriang juga
semakin dikenal oleh masyarakat luas. Produk Lapis Bogor Sangkuriang sudah
memiliki image sebagai produk khas Bogor. Hal itu mengundang media untuk
meliput dan menayangkan profil produk Lapis Bogor Sangkuriang yang secara
tidak langsung itu merupakan upaya promosi dan pemasaran produk-produk lapis
bogor sangkuriang serta dapat membuat produk Lapis Bogor Sangkuriang
semakin dikenal secara luas. Sedangkan kelemahan dari model bisnis sekarang
adalah kurang memperhatikan customer relationship sehingga loyalitas pelanggan
dapat berkurang karena tidak adanya program customer relationship yang baik
dari perusahaan. Customer Relationship yang masih kurang terutama dalam hal
pemanfaatan media digital sebagai penyedia informasi terkait dengan produk yang
tersedia di outlet, maupun dalam hal pemesanan dan penjualan produk secara
online. Pelanggan terkadang harus pulang kembali karena produk sudah habis.
Hal ini tentu bisa membuat kesan yang kurang baik terhadap pelanggan.
Pembuatan dan Pemilihan Alternatif Model Bisnis
Pembuatan alternatif model bisnis ini menggunakan metode ideation/idea
generation yaitu dengan cara mengeluarkan ide-ide sehingga mendapakan ide
yang terbaik. Selanjutnya dalam pemilihan alternatif disesuaikan dengan visi, misi,
dan kondisi perusahaan. Dalam pembuatan alternatif model bisnis ini, ada dua
alternatif yang dikembangkan untuk Lapis Bogor Sangkuriang, antara lain
alternatif model bisnis dengan konsep kemitraan dan model bisnis dengan konsep
yang ada saat ini dengan penambahan konsep online selling .
Usulan Konsep Kemitraan Lapis Bogor Sangkuriang
Ide ini merupakan konsep bisnis yang bertujuan menghasilkan pendapatan
dan memperbesar/ekspansi usaha. Kemitraan yang akan diterapkan disini
hanyalah berupa pembukaan cabang/outlet baru oleh mitra tetapi segala aspek
bisnis tetap milik perusahaan. Perusahaan bertugas menyuplai produk ke

16
cabang/outlet dan mitra bertugas menyediakan cabang/outlet dan menjual produk
di tempat mitra membuka cabang/outlet. Dalam hal ini perusahaan bertindak
sebagai franchisor dan mitra berperan sebagai franchisee. Beberapa langkah yang
dilakukan untuk menjalin kemitraan (Junaedy, 2011) antara lain :
1. Menyeleksi franchisee
2. Memberikan target penjualan kepada franchisee
3. Memberikan target royalti kepada mitra
4. Meminta komitmen dari mitra
Dengan konsep ini, perusahaan menginginkan ekspansi usaha dalam skala
yang lebih besar dengan membuka cabang di beberapa tempat di wilayah Bogor.
Perusahaan mencoba menjangkau segmen pelanggan di seluruh wilayah Bogor
yang selama ini masih belum bisa dijangkau. Konsep model bisnis tersebut bila
ditulis pada kesembilan elemen model bisnis kanvas adalah sebagai berikut.
a. Customer Segment
Pada elemen ini, segmen pelanggan yang ingin dicapai yaitu seluruh warga
Bogor. Potensi warga Bogor sebagai pelanggan utama sangatlah menjanjikan.
b. Value Proposition
Pada elemen ini, nilai yang ingin diberikan sama dengan konsep bisnis saat ini
yaitu inovasi produk dan desain kemasan produk. Namun ada penambahan
nilai Accessibility, yaitu kemudahan pelanggan untuk mendapatkan produk
karena semakin banyaknya cabang/outlet sehingga pelanggan cukup membeli
di outlet terdekat.
c. Channels
Pada elemen ini, saluran yang digunakan yaitu partner channels, melalui
cabang/outlet yang dimiliki mitra/franchisee.
d. Customer Relationships
Pada elemen ini, bentuk customer relationships nya ditunjukan oleh personal
assistance di outlet/cabang mitra.
e. Revenue Streams
Pada elemen ini, arus pendapatan perusahaan diperoleh dari laba konsinyasi
hasil penjualan produk di cabang/outlet mitra dan royalti yang diberikan mitra.
f. Key Resources
Pada elemen ini, sumber daya yang digunakan yaitu sumber daya intelektual
sumber daya fisik, dan sumber daya manusia. Perusahan sebagai franchisor
menggunakan hak intelektualnya untuk pengembangan bisnisnya. Sumber
daya fisik yang digunakan berupa alat transportasi untuk distribusi produk,
penambahan peralatan produksi, serta tempat produksi yang cukup besar.
Penambahan Sumber daya manusia diperlukan untuk bagian produksi, bagian
pengantar produk ke cabang, dan pelatih training sistem bisnis untuk mitra.

17
Selain itu Sumber Daya Manusia yang baik diperlukan untuk pengelolaan
bisnis dan pengendalian mutu mengingat dalam sistem ini produk hanya
dibuat di outlet pusat dan pabrik secara terpusat sehingga di harapkan produk
yang dihasilkan tetap terjaga kualitasnya.
g. Key Activities
Pada elemen ini, aktivitas yang dilakukan perusahaan antara lain produksi
(termasuk pengendalian mutu) dan distribusi produk, pelatihan/training serta
melakukan kontrol dan evaluasi pola kemitraan dengan mitra.
h. Key Partnerships
Mitra yang bekerjasama antara lain franchisee, mitra produk non Lapis Bogor
Sangkuriang dan pemasok bahan baku. Setiap franchisee merupakan partner
untuk kemajuan dan ekspansi usaha. Mitra non Lapis Bogor Sangkuriang
yaitu mitra yang menitipkan produk mereka (selain produk lapis bogor) di
setiap outlet Lapis Bogor Sangkuriang dengan sistem konsinyasi. Sementara
pemasok bahan baku yaitu pihak yang memasok kebutuhan bahan baku
produksi Lapis Bogor Sangkuriang.
i. Cost Structure
Struktur biaya yang diperlukan antara lain penambahan biaya produksi,
karena perusahaan harus memiliki kapasitas produksi yang lebih besar untuk
dapat memasok produk ke setiap outlet yang lebih banyak nantinya. Selain itu
diperlukan biaya SDM yang lebih besar karena tentu semakin banyak SDM
yang terlibat seperti untuk bagian produksi (termasuk pengendalian mutu),
bagian pengantar produk ke cabang, ataupun pelatih training sistem bisnis.
Biaya lainnya yaitu Penambahan biaya untuk pembelian alat transportasi, dan
biaya penambahan fasilitas fisik pendukung produksi.
Konsep model bisnis kemitraan ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan model bisnis ini yaitu perusahaan dapat memperluas usahanya tanpa
harus mengeluarkan biaya besar untuk mendirikan cabang/outlet, selain itu
perusahaan dapat meningkatkan omzet penjualan produk secara kontinu.
Sedangkan kekurangan konsep model bisnis ini yaitu diperlukan Key Reso