Kerangka Pemikiran PENDAHULUAN Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Kekerasan Seksual Sesama Anak Di Bawah Umur (Studi Kasus Di Wilayah Kota Klaten).

b. Untuk mengetahui realita perlindungan hukum terhadap anak pelaku tindak pidana kekerasan seksual sesama anak dalam proses peradilan pidana di Kota Klaten. 2. Manfaat penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, manfaat penelitian hukum ini dibedakan ke dalam dua bentuk, yaitu: 1 Manfaat Teoritis a Diharapkan memberikan pengetahuan tentang perlindungan hukum terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana kekerasan seksual sesama anak dipandang dalam perspektif hukum pidana Indonesia yang berada di Kota Klaten. b Dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan dalam bidang hukum pidana anak pada khususnya dan hukum pidana pada umumnya. 2 Manfaat Praktis Sebagai bahan masukan bagi pemerintah, aparat penegak hukum, masyarakat dan juga para orangtua dalam menghadapi anak yang melakukan suatu tindak pidana namun dengan tetap memperhatikan perlindungan terhadap anak.

D. Kerangka Pemikiran

Ditinjau dari sudut pandang ilmu hukum pidana, tindak pidana yang dilakukan oleh anak dikenal dengan istilah “juvenile delinquency” atau kenakalan anak, yang menurut istilah terminologi diartikan sebagi perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak. Menurut Kartini Kartono seperti yang dikutip oleh Nashriana bahwa yang dimaksud dengan “juvenile delinquency” adalah: “Perilaku jahatdursila, atau kejahatankenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit patologi secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang”. 13 Tim Proyek juvenile delinquency Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Desember 1967 memberikan perumusan mengenai juvenile delinquency sebagai berikut : “Suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh seorang anak yang dianggap bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di suatu negara dan yang oleh masyarakat itu sendiri dirasakan serta ditafsirkan sebagai perbuatan yang tercela”. 14 Sementara Romli Atmasasmita sendiri berpendapat bahwa “juvenile delinquency” adalah sebagai berikut: “Setiap perbuatan atau tingkah laku seseorang anak di bawah umur 18 tahun dan belum kawin yang merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yeng berlaku serta membahayakan perkembangna pribadi si anak yang bersangkutan”. 15 Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak ini juga memberikan definisi mengenai anak nakal yang terdapat dalam Pasal 1 angka 2 yang berbunyi: “Anak Nakal” adalah: a Anak yang melakukan tindak pidana; atau, b Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut 13 Ibid, hal. 27 14 Ibid, hal. 28 15 Ibid, hal. 29 peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Mengenai rumusan tentang perlindungan anak, bahwa yang dimaksud perlindungan anak adalah “suatu usaha melindungi anak agar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya secara seimbang dan manusiawi”. 16 Penerapan hukum terhadap anak pelaku tindak pidana, berbeda dengan penerapan hukum terhadap terdakwa dewasa. Karena penerapan hukum pada anak lebih menitik beratkan pada jaminan pelaksanaan hak dan kewajibannya. Oleh karena itu tidak seharusnya anak-anak pelaku tindak pidana disamakan dengan pelaku tindak pidana dewasa. Perlindungan anak dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara langsung, maksudnya kegiatan tersebut langsung ditujukan kepada anak yang menjadi sasaran penanganan langsung. Kegiatan seperti ini, antara lain dapat berupa cara melindungi anak dari berbagai ancaman baik dari luar maupun dari dalam dirinya, mendidik, membina, mendampingi anak dengan berbagai cara, mencegah kelaparan dan mengusahakan kesehatannya dengan berbagai cara, serta dengan cara menyediakan pengembangan diri bagi anak. Sementara itu, yang dimaksud dengan perlindungan anak secara tidak langsung adalah kegiatan yang tidak langsung ditujukan kepada anak, melainkan orang lain yang terlibat atau melakukan kegiatan dalam usaha perlindungan terhadap anak tersebut. 17 16 Shanty Dellyana, 2004, Wanita dan Anak di Mata Hukum, Yogyakarta: Liberty, hal. 50 17 Maidin Gultom, 2010, Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Bandung: Refika Aditama, , hal 37-38 Sistem yang dianut oleh negara Indonesia adalah sistem pertanggung- jawaban yang mengatakan bahwa, “Semua anak, asal jiwanya sehat dianggap mampu bertanggungjawab dan dituntut”. 18 Seperti yang diatur dalam Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, bahwa sanksi pidana anak adalah setengah dari orang dewasa.

E. Metode Penelitian

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridi Tindak Pidana Kekerasan Terhadap Anak Yang Menyebabkan Kematian (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Simalungun No.791/Pid.B/2011/PN.SIM)

5 130 108

Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

2 50 101

Perlindungan Hukum terhadap Anak Korban Tindak Pidana Hubungan Seksual Sedarah (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Binjai

7 146 111

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Persetubuhan

20 276 107

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

10 234 98

Eksistensi Perdamaian Antara Korban dengan Pelaku Tindak Pidana Kecelakaan Lalu Lintas dalam Sistem Pemidanaan (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan)

1 81 147

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Kesusilaan (Studi Kasus Proses Peradilan Pidana Terhadap Anak di Kabupaten Klaten).

0 3 12

PENDAHULUAN Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Kesusilaan (Studi Kasus Proses Peradilan Pidana Terhadap Anak di Kabupaten Klaten).

0 2 18

SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Kekerasan Seksual Sesama Anak Di Bawah Umur (Studi Kasus Di Wilayah Kota Klaten).

0 3 13

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN SEKSUAL SESAMA ANAK Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Kekerasan Seksual Sesama Anak Di Bawah Umur (Studi Kasus Di Wilayah Kota Klaten).

0 0 19