Tinjauan Hukum Terhadap Penerapan Harga Tiket Pesawat Udara Pada Maskapai Garuda INdonesia Untuk Penerbangan Domestik (Analisis Peraturan Mentri Perhubungan No. 26 Tahun 2010)

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh:

HUSNUL AZMI RITONGA NIM : 1111048000003

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A


(2)

(3)

(4)

(5)

Perhubungan No. 26 Tahun 2010)”, Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatyullah Jakarta, 1436 H/2014 M. xi + 100 halaman. Skrpisi ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan praktik Penerapan harga tiket pada maskapai Garuda Indonesia penerbangan domestik di Indonesia. Latar Belakang skiripsi ini adalah perlindungan hukum bagi konsumen/ pemakai jasa angkutan terhadap praktik Penerpan harga tiket oleh pihak maskapai Garuda Indonesia.

Hukum pengangkutan yang ada di Indonesia khususnya mengenai tarif batas atas tidak memberi kepastian perlindungan hukum bagi penumpang angkutan udara. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian library research, yang mengkaji berbagai dokumen yang terkait dengan penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan spesifikasi penelitian yaitu dpreskriptif analitis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan data sekunder berupa buku-buku, kitab-kitab, dan karya tulis ilmiah.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif. Selanjutnya ada tiga bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini, yakni bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan non-hukum. Berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penerapan harga tiket tariff batas atas untuk kelas ekonomi terkait dengan perlindungan hukum bagi penumpang angkutan udara dalam hal ini konsumen belum memiliki kerangka dan kekuatan hukum yang jelas.

Hal ini dibuktikan bahwa Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 26 tahun 2010 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri, memang harus diperbaiki baik dalam teori maupun praktiknya agar hak penumpang angkutan jasa penerbangan terlindungi. Dalam hal ini kebijakan yang sangat dibutuhkan agar menimbulkan efek bagi para pelaku.

Kata Kunci : Garuda Indonesia, Penerapan Harga Tiket, Penerbangan Domestik Pembimbing : Prof.Dr. Abdullah Sulaiman, S.H. M.H


(6)

pujian yang terus dilafalkan oleh lisan dan tidak ada perbuatan baik dan perbuatan ketaatan kecuali tertuju hanya kepada-Nya. Hanya Allah lah yang pantas dipuji dan hanya Allah lah yang pantas disembah, kepada-Nya pula hamba memohon pertolongan, sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Sholawat serta salam kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad Saw yang tidak ada tandingannya, membuat hukum dengan kemaslahatan yang mengelilinginya, menegakkan hukum dengan penuh kebersihan akal dan jiwa sehingga setiap keputusan sesuai tidak ada yang menentangnya. Semoga sholawat dan salam menolong hamba pada saat penghakiman di akhirat kelak, serta memberikan atsar semangat dan keteguhan dalam perjuangan penulis dalam menegakkan hukum di kehidupan sehari-hari hamba.

Penulisan skripsi ini bukanlah akhir dari studi dari penulis lakukan mudah-mudahan penulis akan terus melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi lagi. Itu semua penulis persembahkan kepada Kepada Ayahanda dan Ibunda semoga Allah swt, memelihara serta memberikan nikmat terbaikNya. Kepada kakak-kakak dan abang tercinta mudah-mudahan Allah swt, melancarkan semua urusan kita. Amiin.

Tidak lupa, penulis juga menyampaikan terimakasih kepada orang-orang yang turut mempengaruhi hamba dalam mendewasakan penulis, yang terhormat:

1. Dr. H. JM Muslimin, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., MH. selaku ketua Program Studi Ilmu Hukum dan Arip Purkon, MA selaku sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Prof.Dr. Abdullah Sulaiman, S.H. M.H, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

menjadi pembimbing dalam penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran, perhatian, dan ketelitian.


(7)

serta mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat dan segenaf dosen pembimbing setoran hafalan Al-qura’an di fakultas syariah dan hukum.

6. Segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

7. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya dosen program studi ilmu hukum yang telah memberikan ilmu pengetahuan dengan tulus ikhlas, semoga ilmu pengetahuan yang diajarkan dapat bermanfaat dan menjadi keberkahan bagi penulis dan semoga Allah SWT senantiasa membalas jasa-jasa beliau serta menjadikan semua kebaikan ini sebagai amal jariyah untuk beliau semua.

8. Orang tua, dan sanak saudara, terima kasih atas dukungan semangat yang tidak pernah padam serta do’a, motivasi, kasih sayang, perhatian, dan bantuan (moril, materiil, dan spiritual) yang telah diberikan dengan tulus, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang Perguruan Tinggi Negeri.

9. Teman-teman ilmu hukum angkatan 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, baik konsentrasi hukum bisnis maupun konsentrasi hukum kelembagaan negara.

10.Keluarga besar HMI Cab. Ciputat, LKBHMI Ciputat, FKADU Jakarta, HIMLAB Jakarta Raya, KMSU Jakarta, yang telah memberikan ilmu dalam diskusi-diskusi dan kematangan dalam berorganisasi;

11.Teman-teman seperjuangan Muhammad Azhar Rizki Dalimunthe, Mupida Warni, Wanda, Faisal Tanjung, Denny Arman Siregar yang bersama-sama penulis berjuang dalam melanjutkan studi di perguruan tinggi di ibu kota ini.


(8)

Syawal semargaku, Irfan, Habib, Sapta, Adinda Eka dan spesial kepada Ibu Kos yang terus memotivasi untuk tetap semangat dalam menyelesaikan studi penulis;

Akhirnya penulis sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis tuliskan, semoga doa dan harapan kita semua dikabulkan-Nya, Amiin. Wabillihi taufik

walhidayah wassalammu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, Februari 2015 Husnul Azmi Ritonga


(9)

LEMBAR PENGESAHAN………... iii

LEMBAR PERNYATAAN ……….. iv

ABSTRAK ……….. v

KATA PENGANTAR ………... vi

DAFTAR ISI ………... ix

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Identifikasi Masalah……… 8

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……… 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. 10

E. Kajian Terdahulu ……… 11

F. Kerangka Terori Dan Konseptual……… 13

G. Metode Penelitian……… 16

H. Sistematika Penulisan……….. 20

BAB II PERATURAN TERHADAP HARGA TIKET PESAWAT UDARA DI INDONESIA………. 21

A. Pengaturan Pengangkutan Udara………. 21

1. Pengertian umum Angkutan Udara……… 26

2. Sejarah Singkat Angkutan Udara………... 30


(10)

2. Systematika Harga Dalam Pasar……… 37

3. Dasar hukum penetapan harga………... 39

C. Penerapan Harga Tiket Penumpang Pesawat Udara Menurut Undang-Undang………... 40

BAB III PERATURAN HARGA TIKET PADA MASKAPAI GARUDA INDONESIA UNTUK PENERBANGAN DOMESTIK……….... . 45

A. Profil Garuda Indonesia……… 45

1. Sejarah Singkat Garuda Indonesia……… 45

2. Dasar Hukum Garuda Indonesia ……….. 50

3. Struktur Organisasi Garuda Indonesia……….. 52

B. Penerapan Harga Tiket Pesawat Garuda Indonesia……….. 54

1. Pengertian Harga Tiket Pesawat Udara……… 54

2. Penetapan Harga Tiket Pesawat Garuda Indonesia………. 57

C. Strategi Dan Kebijakan Dalam Menetapan Kenaikan Harga Tiket Pesawat Udara Maskapai Garuda Indonesia Pada Waktu Liburan……… 62

D. Prinsip-Prinsip Garuda Indonesia Dalam Menetapkan Harga……… 67


(11)

Tiket Garuda Indonesia Pada

Penerbangan Domestik ………. 71

B. Analisis Mengenai Pemakai Jasa/ Penumpang Pesawat Udara Maskapai Garuda Indonesia Pada Penerbangan Domestik Persfektif Perlindungan Konsumen……… 77

C. Analisis Peran Pemerintah Terhadap Peraturan Dalam Menetapkan Harga Tiket Pesawat Udara Mengenai Tarif Batas Atas Penerbangan Domestik……… 94

BAB V. PENUTUP ………. 99

A. Kesimpulan……….. 99

B. Saran-saran……….. 103


(12)

A. Latar Belakang Masalah

Transportasi merupakan unsur yang sangat penting bagi manusia karena tanpa transportasi manusia akan mengalami kesulitan melakukan aktivitas untuk memenuhi kehidupan. Pentingnya transportasi pada saat ini tercermin pada semakin meningkatnya kebutuhan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang di dalam negeri, dari dan keluar negeri, serta berperan sebagai pendorong dan penggerak bagi pertumbuhan daerah dan pengembangan wilayah.1

Pada era modern ini transportasi yang cepat dan efisien adalah satu keharusan jika tidak mau ketinggalan satu langkah dari yang lainnya. Pemerintah mengambil kebijakan untuk meningkatkan kinerja penerbangan nasional dan kebijakan ini berdampak positif bagi perusahaan penerbangan, pada tahun 2010 jumlah penumpang semakin meningkat sampai mendekati rata-rata dunia. Dengan adanya globalisasi ini kota harus mampu bekerja dengan cerdas sebab dengan transportasi itulah kita bisa berhubungan dengan masyarakat menengah dikarenakan beberapa maskapai penerbangan memang menyiapkan kelas ekonomi, bisnis dan eksekutif. 2

1

Abdul Kadir, Transportai: Peran dan Dampaknya dalam Pertumbuhan Ekonomi Nasional, (Yogyakarta: tp, ttp), h.122.

2


(13)

Munculnya banyak perusahaan penerbangan, masyarakat yang diuntungkan. Mendadak terjadi perubahan besar di bandara-bandara Indonesia setelah maraknya angkutan udara, seperti bandara Sumatera Utara yang disebut bandara Internasional Kuala Namu yang baru-baru ini dibangun dengan bangunan yang elit dan begitu modern dan luas. Disini menunjukkan bahwa angkutan pesawat udara berkembang sangat pesat.3

Belakangan ini banyak maskapai penerbangan mencari strategi untuk menaikkan harga tiket khususnya di hari-hari besar, kesempatan ini dipergunakan oleh perusahaan penerbangan meningkatkan harga tiket yang melebihi batas maksimum yang telah ditetapkan pemerintah. Posisi konsumen yang dibawah dijadikan perusahaan sebagai modal untuk meningkatkan harga tiket pesawat. 4

Harga pesawat yang begitu melesat tinggi dapat dilihat pada bulan Juli dan Agustus lalu yang bersamaan dengan liburan bulan Ramadhon dan syawal. Disini yang menjadi pertanyaan adalah apakah harga-harga batas maksimum tidak diatur oleh pemerintah? Faktanya batas maksimum harga tiket pesawat telah diatur oleh pemerintah. Belakangan, aturan ini digugat oleh pihak maskapai penebangan agar aturan ini dihapuskan. Seandainya batas maksimum dihapuskan kebijakan ini sangat merugikan pihak pemakai jasa penerbangan,terutama pada hari-hari besar.

3

http://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Internasioal_Kualanamu/ akses, 7 November 2014, Pukul 10.00 wib.

4

Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasi. (Jakarta: Kencana 2011), h.2.


(14)

Dalam Keputusan Kementrian Perhubungan Nomor. KM 36/2005 tentang Tarif Referensi Untuk Penumpang Angkutan Udara, diatur bahwa biaya operasi rata-rata angkutan udara per-penumpang per-KM Rp.376,00,- atau Rp. 338.386,00,- per-jam per-penumpang. Angka itu memang sebagai pedoman bagi pemerintah untuk mengetahui seberapa jauh maskapai penerbangan tersebut menetapkan tarif rendah akan tetapi tanpa mengurangi biaya keselamatan.5

Keputusan yang telah ditetapkan bahwa dalam keputusan Menteri Perhubungan Nomor PM : 2 tahun 2014 tentang berdasarkan biaya tambahan tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam Negri menetapkan bahwa dalam beberapa pasal di bawah ini :

(1) Biaya tambahan tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal kelas ekonomi adalah biaya yang dikeluarkan oleh badan usaha angkutan udara di luar perhitungan penetapan tarif jarak dan dibebankan kepada penumpang.

(2) Biaya tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibedakan berdasarkan atas biaya tambahan untuk angkutan udara yang menyangkut pesawat udara jenis jet dan propeller.

(3) Besarnya biaya tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sama untuk semua kelompok pelayanan yang diberikan oleh badan usaha angkutan udara.

(4) Pemberlakuan biaya tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat sementara.6

Dalam penjelasan pasal di atas terlihat bahwa perhitungan penetapan tarif masih kurang maksimal, belum ada yang betul-betul menetapkan hanya berlaku/bersifat sementara, kurangnya pemerintah mensosialisasikan peratutan

5

Lihat putusan Mentri perhubungan No 36 tahun 2005 mengenai Tarif Referensi Untuk Penumpang Angkutan Udara.

6

Lihat putusan Mentri perhubungan No 2 tahun 2014 mengenai biaya tambahan tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam Negri.


(15)

di atas kepada masyarakat yang menggunakan maskapai pesawat udara di Indonesia.

Selanjutnya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 26 tahun 2010 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri. Dijelaskan dalam pasal 1 ayat (6) : Tarif batas atas adalah harga jasa tertinggi/maksimum yang diijinkan diberlakukan oleh badan usaha angkutan udara niaga ber-Jadwal, yang dihitung berdasarkan komponen tarif jarak, pajak pertambahan nilai, iuran wajib asuransi dan biaya tuslah/tambahan (surcharge).7

Pasal 1 ayat (7) menerangkan bahwa Jarak adalah rata-rata jarak terbang pesawat udara, dalam kilometer pada suatu rute penerbangan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Pada pasal 2 ayat (1) peraturan ini disebutkan “Tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga bejadwal dalam negeri dihitung berdasarkan komponen tarif jarak, pajak, iuran wajib asuransi dan biaya tuslah/tambahan (surcharge), yang merupakan tarif batas atas”.

Pada pasal 2 ayat (5) Biaya tuslah/tambahan (surcharge) sebagairnana dimaksud pada ayat (1) rnerupakan biaya yang dikenakan karena terdapat biaya-biaya tambahan yang dikeluarkan oleh badan usaha angkutan udara diluar perhitungan penetapan tarif jarak, yang penerapannya bersifat khusus yaitu karena kondisi dan waktu pemberlakuan tertentu, dan besarannya ditetapkan oleh Menteri dalam peraturan tersendiri.

Kemudian pada pasal 9 ayat (1) dan (2) disebutkan “(1) Badan usaha

angkutan udara niaga berjadwal wajib menetapkan besaran tarif normal. (2) Tarif normal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh melebihi tarif batas atas yang ditetapkan oleh Menteri. Bila diamati peraturan ini bagus, hanya saja yang menjadi pertanyaan adakah pengawasan intensif yang

7

Lihat peraturan Mentri perhubungan Nomor 26 tahun 2010 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri.


(16)

dilakukan untuk mengontrol agar tarif masih dalam batas wajar (di bawah batas atas).8

Salah satu contoh kasus mengenai peraturan di atas yang mengatur

batas maksimum/atas “Berdasarkan KM 26/2010, tarif batas atas Jakarta-Medan hanya Rp 1.847.000 di luar surcharge, tax, maupun airport tax. Saat mengecek ke website Garuda Indonesia pada tanggal yang sama dengan tiket kelas ekonomi, harga tiket yang tercantum Rp 2,3 juta dan tiket kelas eksekutif pada hari dan jam yang sama ditawarkan dengan harga Rp 4,6 juta”. Dari harga yang tercantum sebagaimana dijelaskan di atas tarif batas atas jelas dilanggar oleh maskapai Garuda Indonesia yang menjadi pertanyaan apakah memang kesalahan maskapai, dan apakah kesalahan agen portal. Hal ini terjadi karena minimnya pengawasan terhadap pesawat udara.9

Dari contoh kasus di atas yang dirugikan tentu para pemakai jasa pesawat udara, bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen? Yang bertujuan untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan konsumen dalam hal ini adalah penumpang pesawat udara. Upaya perlindungan konsumen itu tampak dalam UU perlindungan konsumen di mana penumpang pesawat udara memiliki hak untuk mendapatkan advokasi/perlindungan di dalam hukum dan juga memiliki hak untuk

8

Sarti, Wawancara dengan Sarti duos trevel melalui telpon, pendapat tentang Peraturan Mentri Perhubungan no 26 tahun 2010. November , 2014 pukul 10.17 wib. .

9

http://sinarharapan.co/news/read/30279/tiket-pesawat-dijual-terlalu-mahal- akses, 4 April 2015, Pukul 05.30 wib.


(17)

mendapatkan kompensasi/ganti rugi bilamana penumpang telah melaksanakan kewajibannya.10

Pada tahun 2007 Menteri Perhubungan (Menhub) Jusman Syafii Djamal mengingatkan maskapai penerbangan dilarang memberlakukan tarif kelas ekonomi, di atas batas atas yang telah ditetapkan pemerintah. Musim ramai pada angkutan Lebaran ini, maskapai kita diharapkan tidak jual tarif kelas ekonomi di atas tarif batas atas.11

Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No 11/2006 tentang Tarif Referensi untuk tarif kelas ekonomi, misalnya untuk rute Jakarta-Makassar Rp. 480.000, Jakarta-Medan Rp. 487.000, Jakarta-Semarang Rp. 225.000, Jakarta-Surabaya Rp. 363.000, dan Jakarta-Yogyakarta Rp. 223.000. Kemudian tarif batas atasnya untuk masing-masing rute tersebut adalah 45 persen lebih besar dari angka referensi yang telah ditetapkan pemerintah.

Sekjen Asosiasi Perusahaan Penerbangan Sipil Indonesia (Inaca) T. Burhanuddin, menyatakan dalam era keterbukaan dan pemberdayaan konsumen, sudah selayaknya mereka dilibatkan. Artinya, melalui transparansi kepada penumpang soal tarif referensi dan tarif batas atas yang ditempelkan atau lewat brosur di setiap loket penjualan maskapai penerbangan, agar haknya sebagai konsumen terlindungi.12

10

. Endang Sri Wahyuni, Aspek Hukum Sertifikasi Dan Keterkaitannyan dengan Perlindungan Konsumen, (Bandung: PT. Citra Aditiya Bakti, 2003), h.105.

11


(18)

Menurut E. Suherman, unsur perlindungan hukum bagi penumpang dalam penerbangan terdiri dari unsur keselamatan, keamanan, kenyamanan, pelayanan dan tarif serta perjanjian. Kemudian yang menjadi pokok dalam suatu perlindungan jasa angkutan udara adalah kepentingan konsumen, karena kepentingan konsumenlah yang menjadi alasan pokok seluruh kegiatan angkutan pesawat udara. Kalau tanpa konsumen maka tidak ada justifikasi bagi investasi untuk sarana dan prasarana angkutan udara yang begitu besar. Kalau pihak maskapai tidak ada konsumen maka penerbangan di Indonesia juga bakal perlahan-lahan tidak beroprasi lagi.13

Mestinya pemerintah memerintahkan seluruh maskapai menempelkan tarif batas dan referensi sesuai ketentuan sehingga konsumen tak merasa ditipu atau ragu terhadap harga tiket yang dibelinya. Burhanuddin menyatakan bahwa selama ini tidak semua konsumen tahu bahwa dalam total harga setiap tiket yang dibayar, ada variabel biaya yang berubah-ubah yakni biaya tambahan bahan bakar pesawat (fuel surcharge).14 Jika ditambah beberapa variabel di atas, umumnya selama ini, tarif batas di musim ramai penumpang selalu dilanggar. Namun ini tak melanggar ketentuan karena yang diatur pemerintah adalah tarif biaya pokok saja, belum termasuk fuel surcharge.15

12

. http://tabloidaviasi.com/uncategorized/pajak-sewa-pesawat-naik-maskapai-resah/akses kamis 6 november 2014 20.31 wib.

13

.E.Suherman, Aneka Masalah Kedirgantaraan, Himpunan Makalah 1996-1995, (Bandung: Mandar Maju,200), h.112.

14

.E.Suherman, pernyataan burhanuddin dalam Aneka Masalah Kedirgantaraan, Himpunan Makalah, h.113.


(19)

Di sinilah memang terlihat bahwa ketidak jelasan mengenai tarif batas atas untuk kelas ekonomi baik penerbangan lokal maupun Internasional, para konsumen merasa bahwa seperti ada keterpaksaan mereka untuk mendapatkan tiket apalagi di hari-hari besar, konsumen juga bingung untuk menyalahkan siapa, apakah pihak maskapai dan apakah kontrol pemerintah yang masih kurang.

Untuk mengetahui lebih jelas tentang bagaimana mekanisme penjualan harga tiket pesawat di Indonesia, atas dasar latar belakang masalah tersebut pada penjualan tiket di maskapai penerbangan, penyusun tertarik untuk melakukan penelitian dengan ini penyusun mengangkat tema dengan judul: TINJAUAN HUKUM TERHADAP PENERAPAN HARGA TIKET PESAWAT UDARA PADA MASKAPAI GARUDA INDONESIA UNTUK PENERBANGAN DOMESTIK. (Analisis Peraturan Mentri Perhubungan No. 26 Tahun 2010).

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pesawat udara dan penetapan harga tiket pesawat udara ?

2. Apa yang harus dilakukan pihak maskapai dalam menetapkan harga tiket pesawat udara khususnya penerbangan domestik kelas ekonomi?

15


(20)

3. Bagaimana pandangan hukum terhadap penerapan harga tiket oleh maskapai Garuda Indonesia?

4. Bagaimana peran pemerintah dalam prakteknya untuk mengawasi mengenai tarif batas atas penumpang pesawat udara?

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini maka penulis membatasi masalah yang diteliti hanya terfokus pada penerbangan rute Jakarta-medan dan sebaliknya medan-jakarta pada maskpai Garuda Indonesia dan terfokus hanya pada waktu hari besar seperti libur idul fitri, tahun baru dan hari-hari besar lainnya pada maskapai Garuda Indonesia. Peneltian ini hanya membahas penerapan harga tiket pesawat dan tidak membahas perlindungan konsumen.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan Peraturan Mentri perhubungan Nomor 26 tahun 2010 mengenai formulasi perhitungan tarif batas atas angkutan niaga berjadwal tarif batas atas Jakarta-Medan hanya Rp 1.847.000 di luar surcharge, tax, maupun airport tax. Saat mengecek ke website Garuda Indonesia pada tanggal yang sama dengan tiket kelas ekonomi, harga tiket yang tercantum Rp 2,3 juta dan tiket kelas eksekutif pada hari dan jam yang sama ditawarkan dengan harga Rp 4,6 juta”. Dari harga yang tercantum sebagaimana dijelaskan di atas tarif batas atas jelas dilanggar oleh


(21)

maskapai Garuda Indonesia yang menjadi pertanyaan apakah memang kesalahan maskapai, dan apakah kesalahan agen portal. Hal ini terjadi karena minimnya pengawasan terhadap pesawat udara sehingga penulis dapat merumuskan masalah yang akan diteliti. Bahwa masih banyak maskapai-maskapai lain yang bisa diteliti penerapan harganya dan ada juga sebagian yang melebihi aturan yang ditetapkan.Untuk mempermudah menjawab rumusan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah secara rinci sebagai berikut:

a. Bagaimana penetapan harga tiket pesawat pada penerbangan maskapai Garuda Indonesia?

b. Bagaimana tinjauan hukum terhadap penerapan harga tiket pesawat pada penerbangan maskapai Garuda Indonesia?

c. Bagaimana peran pemerintah dalam penetapan harga tiket pesawat udara?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk Mendeskripsikan penerapan harga pesawat oleh maskapai Garuda Indonesia untuk penerbangan domestik

b. Untuk memberikan pandangan hukum terhadap strategi penerapan harga maskpai Garuda Indonesia untuk penerbangan domestik. c. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam penetapan harga tiket


(22)

2. Manfaat penelitian

a. Evaluasi kepada pemerintah yang mengatur tentang penerbangan b. Menambah pemahaman bagi pemakai jasa penerbangan di

Indonesia.

c. Menambah khasanah keilmuan dalam bidang hukum bagi penulis khususnya, dan umumnya pada semua pembaca

d. Memberikan masukan bagi pengamat dibidang hukum serta pelaku bisnis.

E. Review Studi Terlebih Dahulu

Mendukung penelaahan yang lenbih komprehensif, penyusun juga berusaha untuk melakukan kajian awal terhadap pustaka atau karya-karya yang mempunyai relevansi terhadap topik yang akan diteliti.

Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan terdapat beberapa buku, jurnal yang biasa dijadikan perbandingan maupun rujukan, meskipun pembahasannya pada masalah etika bisnis hanya secara global. Sedangkan, sejauh pencarian penyusunan, belum ada karya tulis (skripsi) yang secara khusus membahas tinjauan hukum terhadap strategi penerapan harga tiket pesawat pada maskapai penerbangan di Indonesia.

Sebelumnya terdapat beberapa skripsi yang membahas penerapan harga tiket, diantaranya:

1. SkripsiRudi Pradoko Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2007, Tinjauan Hukum Islam Tehadap Penerapan Tiket di Yogyakarta, akan tetapi lebih


(23)

kepada tinjauan islamnya dan itupun khusus pada ibukotanya, sedangkan penulis spesipikasinya membahas mengenai tinjauan hukum terhadap strategi penerapan harga tiket pada maskapai di Indonesia.

2. Skripsi Vinna Vanindia UPN “Veteran” Jawa Timur, Perlindungan

Hukum Bagi Penumpang Pesawat Udara, lebih meneliti Hak-hak penumpang seperti pelayanan, keselamatan dan tanggung jawab pengangkut dan asuransi dan skripsi ini juga menyingkung msalah harga tiket standart dan promo, sedangkan penulis lebih meneliti kepada tinjauan hukum terhadap harga batas atas.

Disini juga terdapat beberapa buku yang membahas secara umum Tinjauan Hukum mengenai tarif penumpang pada penerbangan di Indonesia, diantaranya :

1. Saefullah Wiradipradja, Tanggung Jawab Perusahaan penerbangan Terhadap Penumpang Menurut hukum udara Indonesia, Jurnal hukum Bisnis, Volume 25, No.1, tahun 2006. Penulis buku ini membahsa perlindungan konsumen pemakai jasa penerbangan dan tanggung jawab perusahaan penerbangan, sedang penyusun lebih membahas mengenai tinjauan hukum terhadap penetapan harga tiket pesawat dan pesawat yang diteliti hanya pesawat Garuda Indonesia.

2. K.Martono, Hukum Udara, Angkutan Udara, dan Hukum Angkasa, Hukum Laut Internasional, Mandar Maju, 1995. Penulis buku ini membahas mekanisme Hukum Udara dan seberapa banyak yang


(24)

diangkut serta berapa ketinggian yang boleh ditempuh, sedangkan penyusun lebih membahas mekanisme harga penerbangan domestik (nasional).

F. Kerangka Teori dan konseptual

Secara umum Penerbangan merupakan suatu kegiatatan dalam mengangkut barang dan jasa dari tujuan A ke tujuan B dan sebaliknya, penerbangan juga berkaitan dengan bisnis karena proses penerbangan memimiliki biaya operasional.

Angkutan udara atau pesawat udara memiliki ketentuan-ketentuan dalam mengangkut, yang diatur oleh pemerintah. Dengan tujuan agar aman dan tentram karena tujuan pesawat yakni membantu dalam mengangkut secara cepat di udara dan tujuan pemerintah dalam mengatur untuk mencapai keadilan bagi pemakai jasa penerbangan yakni konsumen.

Dalam ketentuan umum undang-undang No 1 tahun 2009 mengenai penerbangan dimuat pengertian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengangkutan udara, baik menyangkut kegiatan pengangkutan, asministrasi, sarana prasarana, dan kualifikasi sumber daya manusia, dan lain-lain.

Berikut ini beberapa penjelasan ketentuan umum memuat istilah-istilah yang berhubungan dengan pengangkutan udara, antara lain :

1. Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi


(25)

penerbangan, keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya

2. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di atas wilayah daratan dan perairan Indonesia.

3. Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan

4. Pesawat Udara Indonesia adalah pesawat udara yang mempunyai tanda pendaftaran Indonesia dan tanda kebangsaan Indonesia

5. Pesawat Udara Negara adalah pesawat udara yang digunakan oleh Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia, kepabeanan, dan instansi pemerintah lainnya untuk menjalankan fungsi dan kewenangan penegakan hukum serta tugas lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

6. Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.

7. Angkutan Udara Niaga adalah angkutan udara untuk umum dengan memungut pembayaran

8. Kelaikudaraan adalah terpenuhinya persyaratan desain tipe pesawat udara dan dalam kondisi aman untuk beroperasi 16

Selanjutnya Para pengguna jasa angkutan udara dapat dikategorikan sebagai konsumen yang menggunakan jasa penerbangan udara sehingga oleh karenanya hak-hak konsumen tersebut dilindungi dalam Undang-Undang No.8 tahun1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU Perlindungan Konsumen). Pasal 19 ayat 1 UU Perlindungan Konsumen,yang menyatakan : Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, atau kerugian yang diderita konsumen akibat mempergunakan barang / jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Ganti rugi sebagaimana dimaksud dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya”17

Selanjutnya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 26 tahun 2010 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri. Dijelaskan dalam pasal 1 ayat (6) : Tarif batas

16

Lihat ketentuan umum undang-undang No 1 tahun 2009 mengenai penerbangan.

17


(26)

atas adalah harga jasa tertinggi/maksimum yang diijinkan diberlakukan oleh badan usaha angkutan udara niaga ber-Jadwal, yang dihitung berdasarkan komponen tarif jarak, pajak pertambahan nilai, iuran wajib asuransi dan biaya tuslah/tambahan (surcharge).18Sebagaimana penjelasan pasal-pasal tersebut akan dijelaskan di bawah ini sebagai berikut:

Pasal 1 ayat (7) menerangkan bahwa Jarak adalah rata-rata jarak terbang pesawat udara, dalam kilometer pada suatu rute penerbangan yang ditetapkan olehpemerintah.

Pada pasal 2 ayat (1) peraturan ini disebutkan “Tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga bejadwal dalam negeri dihitung berdasarkan komponen tarif jarak, pajak, iuran wajib asuransi dan biaya tuslah/tambahan (surcharge), yang merupakan tarif batas atas”. Pada pasal 2 ayat (5) Biaya tuslah/tambahan (surcharge) sebagairnana dimaksud pada ayat (1) rnerupakan biaya yang dikenakan karena terdapat biaya-biaya tambahan yang dikeluarkan oleh badan usaha angkutan udara diluar perhitungan penetapan tarif jarak, yang penerapannya bersifat khusus yaitu karena kondisi dan waktu pemberlakuan tertentu, dan besarannya ditetapkan oleh Menteri dalam peraturan tersendiri.19

Beberapa aturan di atas menyimpulkan bahwa aturan mengenai angkutan udara/ pesawat udara memiliki tujuan yang baik bagi penumpang angkutan udara yakni untuk mewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan berdayaguna, dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, dengan mengutamakan dan melindungi penerbangan nasional, menunjang

18

Lihat peraturn mentri perhubungan no 26 tahun 2010 mengenai formulasi perhitungan tariff batas atas angkutan niaga berjadwal dalam Negri.

19

Lihat Penjelasan pasal-pasal Peraturan Mentri Perhubungan no 26 tahun 2010. November, 2014.


(27)

pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas, sebagai pendorong, penggerak, dan penunjang pembangunan nasional serta mempererat hubungan antar bangsa.20

G. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Penerapan Harga Tiket Pesawat Udara dikaitkan dengan perlindungan konsumen yakni pemakai jasa penerbangan adalah isu utama yang diteliti dalam skripsi ini. Dengan demikian penelitian yang cocok untuk tema ini adalah penelitian hukum yang bersifat normatif (dogmatic).21 Suatu penelitian yang menganalisis hukum posistif maupun asas-asas hukum, dengan melakukan penjelasan secara sistematis ketentuan-ketentuan hukum dalam sebuah kategori hukum tertentu, menganilisis hubungan antara ketentuan hukum, menjelaskan dan memprediksi pengembangan kedepan.

Penelitian ini juga memfokuskan beberapa hal, sebagaimana Spradley dalam Sanapiah mengumukakan 4 alternatif untuk menetapkan fokus yaitu :

a. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan.

b. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing domain.

20Sri Ambar Wati, “

Realisasi Tanggung Jawab Perdata pengangkutan Udara Terhadap Penerbangan Domestik Pada PT Garuda Indonesia(Persero),” (Skripsi sarjana, Fakultas Ilmu Hukum, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2008),h.26.

21

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet. Ke-3. (Jakarta: UI Press, 1986), h.51.


(28)

c. Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek

d. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang telah ada. 22

2. Sifat penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik yaitu dilakukan dengan cara menggambarkan fakta yang ada, sehingga lebih mudah untuk dipahami, dianalisis dan disimpulkan. Penulis akan menggambarkan menguraikan, dan menganalisis data tentang strategi penetapan harga tiket pesawat pada maskapai penerbangan di Indonesia.

3. Pendekatan Masalah

Metode yang digunakan sebagai pendekatan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yaitu pendekatan yang didasarkan pada kaedah peraturan pemerintah tentang tarif penjualan tiket pesawat menurut hukum dan wawancara yang dilakukan kepada responden yang dianggap berhubungan dengan penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan bahan hukum

Dalam pengumpulan data untuk memperoleh data yang valid penyusun menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan datanya, adapun teknik-teknik tersebut adalah :

22

Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&B, memfokuskan beberapa hal yang bisa menjadi alternative dalam melakukan penelitian. cet ke-14 (Bandung: Alfabeta, 2011), h.209.


(29)

a. Wawancara

Metode wawancara yang digunakan yaitu wawancara secara langsung sebagai upaya untuk mendapatkan informasi dengan bertanya langsung pada informan. Metode wawancara ini digunakan untuk mendapatkan data dari subyek penelitian yaitu kepada penjual tiket dan agen travel, staf pegawai maskapai penerbangan tentang peran serta data-data lain yang relevan dengan penelitian.

b. Observasi

Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik phenomena-penomena yang diteliti. Adapun metode observasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti dengan mengadakan pencatatan data seperlunya yang ada relevansinya terhadap penulisan ini.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan, menyusun dan mengelola dokumen atau data literal yang berkaitan dengan obyek penelitian.

Sesuai dengan jenis penelitian, maka dalam pengumpulan data penulis menggunakan studi pustaka (library research) dengan metode dokumentasi atau studi dokumen. Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Dalam


(30)

melaksanakan metode dokumentasi, penulis menyelidiki data-data atau dokumen-dokumen tertulis seperti buku-buku, artikel. Peraturan-peraturan, undang-undang, dan sebagainya.23

5. Pengelolahan dan Analisis Bahan Hukum.

Adapun untuk menganalisis data kualitatif ini penulis mengunakan pola berpikir induktif, yaitu Metode deduktif-induktif ini digunakan untuk menjelaskan bab II dan bab III. Setelah dijelaskan tentang gambaran umum obyek penelitian, kemudian dilakukan analisis data kualitatif menggunakan metode berpikir induktif dengan tinjauan umum etika bisnis dalam hukum. Metode Deduktif Dilakukan dengan cara menarik kesimpulan dari suatu permasalahan konkret yang dihadapi, sedangkan metode induktif dilakuakan dengan menerjemahkan berbagai sumber dengan taufik dalam skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan penelitian yang telah dirumuskan.24

6. Tehnik Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam penelitian ini menggunakan pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012. Juga melihat dari

23

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Cet. Ke-12. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.135.

24

.Peter Mahmudi Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), h.14.


(31)

teknis penulisan-penulisan di pedoman lainnya agar menambah wawasan pada penulian skripsi ini.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembuatan dan gambaran umum skripsi ini, penulis menyajikan sitematika pembahasan yang dibagi kedalam beberapa bab sebagai berikut:

Bab pertama, pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, akan membahas tinjauan umum tentang harga, systematika harga dalam pasar, pengertian umum tentang maskapai penerbangan, peraturan pemerintah tentang harga tiket didalam maskapai penerbangan.

Bab ketiga berisi tentang strategi penerapan tiket di Indonesia. Dengan menganalisis harga tiket Jakarta-Medan atau sebaliknya pada waktu hari besar seperti hari raya idul fitri, tahun baru dan hari besar lainnya.

Bab keempat penulis akan menganalisis bagaimana tinjauan hukumnya apakah penerapan oleh maskapai penerbangan sesuai tidak dengan undang-undang yang berlaku

Bab kelima kesimpulan akan yang dikaji yakni tinjauan hukum penerafan harga tiket pada maskapai penerbanagan di indonesia.


(32)

INDONESIA

A. Pengaturan Pengangkutan Udara

Pada prinsipnya kegiatan pengangkutan udara merupakan hubungan hukum yang bersifat perdata, akan tetapi mengingat transportasi udara telah menjadi kebutuhan masyarakat secara luas maka diperlukan campur tangan pemerintah dalam kegiatan pangangkutan udara yaitu menentukan kebijakan-kebijakan atau regulasi yang berhubungan dengan kegiatan pengangkutan udara sehingga kepentingan konsumen pengguna jasa transportasi udara terlindungi.1

Meskipun perjanjian pengangkutan pada hakekatnya sudah harus tunduk pada pasal-pasal dari bagian umum dari hukum perjanjian Burgerlijk Wetboek (KUH Perdata), akan tetapi oleh undang-undang telah ditetapkan berbagai peraturan khusus yang bertujuan untuk kepentingan umum membatasi kebebasan dalam hal memabuat perjanjian pengangkutan, yaitu meletakkan berbagai kewajiban khusus kepada pihak pengangkut yang tidak boleh disingkirkan dalam perjanjian.2

1

R. Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: PT Citra Aditya1995),h.70.

2


(33)

mempunyai kewajiban untuk mengatur agar kepentingan-kepentingan yang berhadapan harus dapat dipertemukan dalam keselarasan dan harmonisasi yang ideal. Untuk itu, negara mempunyai kewenangan untuk mengatur dan campur tangan dalam memprediksi kemungkinan pelanggaran yang terjadi dengan menyediakan rangkaian perangkat peraturan yang mengatur sekaligus memberikan ancaman berupa sanksi apabila terjadi pelanggaran oleh siapapun, diantaranya ialah pelaku ekonomi.3

Perangkat peraturan dapat meliputi pengaturan yang mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Menjaga keseimbangan semua pihak yang kepentingannya berhadapan. 2. Memberikan sanksi apabila memang sudah terjadi sengketa dengan cara

amenegakan hukum yang berlaku.

3. Menyiapkan lembaga penyelesaian sengketa dan hukum acaranya.4

Pelaku selanjutnya yang melanggar perlindungan konsumen, sebagaimana dijelaskan Peraturan perlindungan konsemen dijelaskan sebagai berikut

1. Memformulasikan perlindungan konsumen melalui proses legislasi (undang-undang),

3

Sri Redjeki Hartono , Hukum Ekonomi Indonesia, (Malang: Bayu Media 2007), h.132.

4


(34)

undang-undang yang mengatur masalah perlindungan konsumen, sekaligus menjadi “payung” undang-undang sektoral yang berdimensi konsumen, bahwa undang-undang perlindungan konsumen adalah undang-undang tersendiri yang dipertegas lagi dalam undang-undang sektoral.5

Beberapa langkah yang telah dilakukan untuk penerbangan Indonesia Presiden Republik Indonesia dalam salah satu surat keputusan pada tanggal 11 Januari 2007 juga ikut andil dalam mengatur angkutan udara dengan membentuk tim nasional evaluasi keselamatan dan keamanan transportasi (Timnas EKKT). Tim ini bekerja 3 bulan dan telah resmi menyerahkan evaluasinya. Evaluasi tersebut banyak yang memang perlu diperbaiki berkaitan dengan keselamatan dan keamanan transportasi khususnya penerbangan.6

Angkutan udara juga mengatur mengenai Tanggung jawab pengangkut, pada angkutan Udara memiliki beberapa prinsip yang dijumpai dalam bidang angkutan udara adalah sebagi berikut:

1. Prinsip praduga bahwa pengangkut selalu bertanggung jawab atau persumption of liability.

5

Model ini mengemuka di Kongres Konsumen Sedunia Akhir Tahun 1998 di Santiago, Cile. Yaitu mempertanyakan bagaimana memfasilitasi konsumen dalam memperoleh keadilan (acces to justice. Dalam sudaryatmo, Hukum dan Advokasi Konsumen. Tahun 1999. hal 81.

6

Chappy Hakim, Berdaulat Di Udara Membangun Citra Penerbangan Nasional, cet-1 (Jakarta: Buku Kompas, 2010), h.271.


(35)

3. Prinsip tanggung jawab mutlak atau absolute atau sriet liability 4. Prinsip pembatasan tanggung jawab atau limitation of liability.7

Dalam KUHPdt pasal 1365 juga menganut prinsip tanggung jawab karena praduga bersalah. Konsep tanggung jawab hukum (legal liability concept) atas dasar praduga bersalah (presumption of liability) mulai diterapkan dalam konvensi Warsawa 1929.26 Menurut konsep tanggung jawab hukum praduga bersalah (presumption of liability concept), perusahaan penerbangan dianggap (presumed) bersalah, sehingga perusahaan penerbangan demi hukum harus membayar ganti kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau pengirim barang tanpa dibuktikan kesalahan lebih dahulu, kecuali perusahaan penerbangan membuktikan tidak bersalah yang dikenal sebagai beban pembuktian terbalik.8

Dalam bidang penerbangan dan angkutan udara dapat dijumpai beberapa sistem tanggung jawab dan memakai prinsip-prinsip tanggung jawab tersebut di atas, sistem mana yang terbaik terutama bagi indonesia, tergantung kepada siapa yang ingin dilindungi dan sampai dimana tingkat perlindungan itu. Berikut penjelasan sistem penerbangan yaitu:

1. Sistem warsawa 1992

7

Chappy Hakim, Berdaulat Di Udara Membangun Citra Penerbangan Nasional, h.272.

8

.Abdul Kadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, Dan Udara. (Bandung: PT Citra Aditiya Bakti 1991), h. 28.


(36)

bagasi tercatat yang sebelum keberangkatan diserahkan kepada pengangkut untuk diangkut dengan kargo.9

2. Sistem Roma

Pada prinsip ini konvensi roma 1952 mengatur bertanggung jawab operator pesawat asing untuk kerugian yang didrita oleh pihak ketiga. 3. Sistem Montreal

Pada prinsip ini lebih kepada negara amerika serikat, dan inti dari prinsip ini hampir sama dengan prinsip sistem roma akan tetapi letak perbedaan prinsip ini bertanggung jawab mutlak dan perjanjian ini berlaku bagi penumpang yang menuju ke Amerika dan dari Amerika menuju ke luar.10 4. Sistem Guatemala, Sistem Ordonansi pengangkutan udara, dan Sistem

Flat Rate.11

Dari penjelasan di atas bahwasanya aturan angkutan udara diatur oleh pemerintah dan pihak pengangkut udara bertanggung jawab atas apa yang mereka angkut, beberapa aturan tersebut menjelaskan mengenai pihak maskapai siap bertanggung jawab atas apa yang mereka angkut, baik itu kecelakaan,

9

Tim Penulis , Analisis Dan Evaluasi Hukum Tertulis Tentang Ketentuan-Ketentuan Hukum Yang Berkenaan Dengan Penentuan Jumlah Ganti Rugi Dalam Bidang Pengangkutan Udara, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman) h.10.

10

Tim Penulis, Analisis Dan Evaluasi Hukum Tertulis Tentang Ketentuan-Ketentuan Hukum Yang Berkenaan Dengan Penentuan Jumlah Ganti Rugi Dalam Bidang Pengangkutan Udara, h.11.

11

Tim Penulis, Analisis Dan Evaluasi Hukum Tertulis Tentang Ketentuan-Ketentuan Hukum Yang Berkenaan Dengan Penentuan Jumlah Ganti Rugi Dalam Bidang Pengangkutan Udara, h.12.


(37)

lain.12

1. Pengertian umum Tentang Angkutan Udara

Defenisi pengangkutan secara umum menurut bahasa arti kata, angkut berarti mengangkat dan membawa, memuat atau mengirimkan. Pengangkutan artinya usaha membawa, mengantar atau memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Menurut Istilah pengangkutan dapat disimpulkan yaitu sebagai suatu proses kegiatan atau gerakan dari suatu tempat ke tempat lain.13

Pesawat udara atau angkutan udara juga dapat diartikan sebagai alat yang ditempatkan dalam lingkungan uap sehubungan dengan kekuatan/daya yang dipengaruhi oleh udara dan dapat pula memperoleh gaya dari reaksi udara.14

Menurut H.M.N. Purwosutjipto mengatakan pengangkutan memiliki arti yaitu suatu perjanjian timbal balik antara pihak pengangkut dengan penumpang atau pengirim barang dimana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan bang/oaring dari suatu tempat ke

12

Tim Penulis, Analisis Dan Evaluasi Hukum Tertulis Tentang Ketentuan-Ketentuan Hukum Yang Berkenaan Dengan Penentuan Jumlah Ganti Rugi Dalam Bidang Pengangkutan Udara, h.14.

13

Louis Adi Putra, “Tanggung Jawab Pengangkut Terhadap Pengangkutan Barang Melalui Pesawat Udara Negara,” Skripsi fakultas hokum, Universitas Hasanuddin Makasar 2013. h.17.

14

Wiwoho Soedjono, Perkembangan Hukum Transportasi Serta Pengaruh Dari Konvensi-Konvensi Internasional, (Yogyakarta:Liberty), h.83.


(38)

penerima, dan penumpang) mengikatkan dirinya untuk berkewajiban untuk membayar sejumlah biaya tertentu dalam penyelenggaraan pengengkutan tersebut.15

Menurut Subekti Pengangkutan adalah suatu perjanjian di mana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain. Sedangkan pihak lain menyanggupi akan membayar ongkosnya.16 .

Proses pengangkutan merupakan gerak dari tempat asal dari mana kegiatan angkutan dimulai ke tempat tujuan di mana angkutan itu diakhiri. Soegijatna Tjakranegara menjelaskan bahwa pengangkutan adalah memindahkan barang atau commodity of goods dan penumpang dari suatu tempat ketempat lain, sehingga pengangkut menghasilkan jasa angkutan atau produksi jasa bagi masyarakat yang membutuhkan untuk pemindahan atau pengiriman barang- barangnya.17

Dalam ketentuan umum undang-undang No 1 tahun 2009 mengenai penerbangan dimuat pengertian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

15

Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Djambatan 1991), h.1.

16

R. Subekti. Hukum Perjanjian. PT Internasional. (Jakarta. 1985), h.1.

17 Ahmad Zazili, “Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Pada Transportasi Udara Niaga


(39)

sarana prasarana, dan kualifikasi sumber daya manusia, dan lain-lain.

Pengertian-pengertian dalam ketentuan umum memuat istilah-istilah yang berhubungan dengan pengangkutan udara, antara lain :

a. Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya

b. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di atas wilayah daratan dan perairan Indonesia.

c. Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan d. Pesawat Terbang adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara,

bersayap tetap, dan dapat terbang dengan tenaga sendiri.

e. Pesawat Udara Indonesia adalah pesawat udara yang mempunyai tanda pendaftaran Indonesia dan tanda kebangsaan Indonesia

f. Pesawat Udara Negara adalah pesawat udara yang digunakan oleh Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia, kepabeanan, dan instansi pemerintah lainnya untuk menjalankan fungsi dan kewenangan penegakan hukum serta tugas lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

g. Pesawat Udara Sipil adalah pesawat udara yang digunakan untuk kepentingan angkutan udara niaga dan bukan niaga

h. Pesawat Udara Sipil Asing adalah pesawat udara yang digunakan untuk kepentingan angkutan udara niaga dan bukan niaga yang mempunyai tanda pendaftaran dan tanda kebangsaan negara asing

i. Kelaikudaraan adalah terpenuhinya persyaratan desain tipe pesawat udara dan dalam kondisi aman untuk beroperasi

j. Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.

k. Angkutan Udara Niaga adalah angkutan udara untuk umum dengan memungut pembayaran

l. Angkutan Udara Bukan Niaga adalah angkutan udara yang digunakan untuk melayani kepentingan sendiri yang dilakukan untuk mendukung kegiatan yang usaha pokoknya selain di bidang angkutan udara.


(40)

lain di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

n. Angkutan Udara Luar Negeri adalah kegiatan angkutan udara niaga untuk melayani angkutan udara dari satu bandar udara di dalam negeri ke bandar udara lain di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan sebaliknya.

o. Angkutan Udara Perintis adalah kegiatan angkutan udara niaga dalam negeri yang melayani jaringan dan rute penerbangan untuk menghubungkan daerah terpencil dan tertinggal atau daerah yang belum terlayani oleh moda transportasi lain dan secara komersial belum menguntungkan.18

Penjelasan undang-undang diatas mengenai istilah umum pengangkutan pesawat udara dan jenis-jenis angkutan pesawat dapat di lihat bahwa dalam pengangkutan udara banyak angkutan udara dan banyak jenis-jenis angkutan udara dan berbgai macam kegunaannya, berupa kegunaan keamanan Negara, kegunaan masyarakat dan kegunaan pejabat-pejabat di seluruh Negara, dan semua itu harus memiliki aturan aturan baik itu keamanan, tanggung jawab biaya dan keselamatan.

Penjelasan di atas menyimpulkan bahwa angkutan memiliki tujuan-tujuan yang baik masyarakat tujuan-tujuan tersebut dijelaskan dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 15 Tahun 1992 disebutkan tujuan dari angkutan, yaitu bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan berdayaguna, dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, dengan mengutamakan dan melindungi penerbangan nasional, menunjang pemerataan, pertumbuhan dan

18


(41)

nasional serta mempererat hubungan antar bangsa.19

2. Sejarah Singkat Angkutan Udara Di Indonesia

Pada awalnya pesawat udara/ angkutan udara itu untuk keamanan yakni pada tahun 1946, Tentara Republik Indonesia(TRI) udara di Yogyakarta telah membentuk Biro Rencana dan Kontruksi Pesawat Terbang. Mereka telah menciptakan pesawat WEL-X. WEL-X adalah pesawat zogling yang menggunakan mesin motor Harley Davidson. 1 Agustus 1954, pesawat mereka yang diberi nama Si Kumbang berhasil diterbangkan. Pada 16 Desember 1961, diresmikan lembaga Persiapan Industri Penerbangan untuk mengembangkan industri pesawat agar lebih maju lagi.

Selanjutnya perkembangan semakin meningkat dalam meningkatkan pesawat udara di Indonesia, Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie adalah pendiri PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara. Tahun 1976, IPTN mulai membuat helicopter MBO-105 yang bekerja sama dengan MMB Jerman Barat. Tanggal 22-30 Juni 1996, masyarakat dapat menyaksikan pergelaran akbar Indonesia Air Show `96. Kegiatan itu sangat membantu pasar industri kedirgantaraan dikawasan Asia-Pasifik.

Setelah 15 tahun terakhir, pasar dunia penerbangan telah berubah. Para operator penerbangan memahami kebutuhan penumpang dengan

19 Sri Ambar Wati, “Realisasi Tanggung Jawab Perdata pengangkutan Udara Terhadap

Penerbangan Domestik Pada PT Garuda Indonesia(Persero),” (Skripsi sarjana, Fakultas Ilmu Hukum, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2008),h.26.


(42)

bisa mengekonomiskan perjalan penumpang. Hal itu bisa terjadi jika kapasitas tempat duduk bertambah dengan pesawat penumpang besar bisa mengatasi biaya. Hal itu menyebabkan penggunaan pesawat jet kecil (kapasitas dibawah 130 penumpang) anjlok selama periode 1980-an.

Selanjutnya perkembangan juga semakin berkembangan Si Elang Biru. Elang Biru adalah tim aerobatik angkatan udara republik Indonesia yang lahir tahun 1995. Tim ini lahir ketika Marsekel Rito Pambudi masih menjabat Kasau ingin TNI-AU mempunyai tim aerobatik seperti negara lain. Umumnya anggota tim aerobatik Elang Biru memiliki jam terbang minimal 1000 jam. Hubungan antara mereka dan pesawatnya tidak hanya mampu menghadirkan adegan yang mendebarkan, tetapi juga sebuah seni tampaknya muskal yaitu melukis di udara. Manuver dan tarian aerobatik mereka membuat orang-orang terhibur.20

Semakin tahun semakin berkembang secara pesat sehingga pemerintah membuat angkutan pesawat udara penerbangan nasional dikarenakan semakin pesatnya pertumbuhan transportasi di Indonesia, sehingga Pada tanggal 1 maret 1950 Garuda Indonesia beroperasi penuh dengan sejumlah pesawat yang diterima pemerintah Republik Indonesia mengudara dari perusahaan penerbangan KLM, yang terdiri dari 20 pesawat DC-3/C-47 dan delapan

20

http://www.scribd.com/doc/77426538/Sejarah-Singkat-Transportasi-Udara#scribd, akses Sabtu 4 april 2015, pukul 06.05 wib.


(43)

Garuda Indonesia Arways yang pertama, melayani jaringan penerbangan di dalam Negri.

Penjelasan diatas menjelaskan beberapa tahapan pesawat udara di Indonesia dari pesawat udara untuk keamanan Negara sampai pada mengangkut penumpang bagi masyarakat Indonesia.

3. Dasar Hukum Pengangkutan Udara

1. Undang-undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan pemerintah nomor 77 tahun 2012 tentang Perusahaan

Umum (Perum) Lembaga Penyelenggaraan Navigasi Penerbangan Indonesia

3. Peraturan pemerintah nomor 40 tahun 2012 tentang Pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup Bandar Udara

4. Peraturan pemerintah nomor 03 tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan

5. Keputusan Mentri Perhubungan Nomor 50 mengenai Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 39 (Civil Aviation Safety Regulation Part 39) Tentang Perintah Kelayak Udaraan (Airwothiness Directive).

21

Aripin Hutabarat, Padamu Negri Perjalanan Garuda Indonesia, Cet-1, (Jakarta: Ganesia PR, 1989), h.29.


(44)

penerbangan, akan tetapi peraturan diatas menjelaskan pokok-pokok penting dalam pesawat udara.

B. Ketentuan-ketentuan Harga Tiket Penumpang Pesawat Udara 1. Tinjauan Umum Tentang Harga

Dalam hidup ini selalu ada harga yang harus dibayar. Ungkapan itu pasti sering kita dengarkan dan diucapkan dalam berbagai kesempatan. Kebenaran ungkapan tersebut memang telah cukup terbukti dalam kehidupan kita sehari-hari bahwa selalu ada harga atau biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan aktivitas.

Menurut Charles W Lamb (2003, p506) Definisi Harga adalah “ Price that wich is given up in an exchange to a cquire a good or service”. Del I Hawkins dan Roger J Best (2004, p21) memberikan definisi harga adalah “Price is the amount of money one must pay to obtin the right to use the product”. Menurut Frank Bradly (2004, p221) definisi harga adalah “ Price is measure of expressed value or wanting, usually expressed in monetary exchange. Price is the element of marketing mix that serves to generate revenue, hence, the setting of price is a crucial decision for the organization

Dari defenisi menerut para ahli dijelaskan di atas intinya harga adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh suatu produk. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang


(45)

unsur lainnya (Produk, Promosi dan Distribusi) menyebabkan timbulnya biaya.22

Dalam ilmu ekonomi ada namanya harga keseimbangan, defenisi Harga Keseimbangan adalah harga di mana baik konsumen maupun produsen sama-sama tidak ingin menambah atau mengurangi jumlah dan konsumsi dan dijual. Permintaan sama dengan penawaran, jika harga di bawah harga keseimbangan, terjadi kelebihan permintaan, ebab permintaan akan meningkat, dan penawaran menjadi berkurang. Sebaliknya jika harga melebihi harga keseimbangan, terjadi kelebihan penawaran. Jumlah penawaran meningkat, jumlah permintaan menurun.23

Dalam teori penentuan harga juga dijelaskan dengan besarnya pendapatan juga tergantung atas kuantitas faktor produksi yang dipergunakan oleh perusahaan dan tingkat harga penggunaannya yang berlaku. Oleh karena itu ada hubungan fungsional antara tingkat harga dan kuantitas yang diberi penghargaan, maka penentuan kuantitas yang dipergunakan dapat diturunkan dari harganya.24

Harga berperan penting karena keputusan pilihan konsumen terhadap suatu produk berkaitan langsung dengan tingkat harga. Masalah

22

http://dilihatya.com/2346/pengertian-jasa-menurut-para-ahli, akses 29 November sabtu pukul 20 45 wib.

23

Prathama Raharja dkk, Pengantar Ilmu Ekonomi, h.38.

24


(46)

Perusahaan harus bisa mengidentifikasi tingkat kemampuan daya beli masyarakat dengan biaya modal produk serta tingkat keuntungan yang diharapkan. Kebijakan penetapan harga sangat penting, jika suatu harga produk sejenis yang ada di pasar, maka produk tersebut tidak laku di pasaran. Peran perusahaan dalam menentukan harga sangat diperlukan untuk menjaga kinerja perusahaan tersebut.25

Dalam menetapkan harga tiket pesawat udara di Indonesia memang pihak maskapai memiliki trik-trik masing-masing perusahaan seperti adanya promo yang dibuat, adanya paket beserta liburan serta fasilitas hotel dan beberapa trik yang dilakukan dalam menentukan harga tiket agar tiket laku, akan tetapi terkadang ada beberapa yang melanggar baik itu dalam menentukan harga terlalu tinggi, tiket promo yang sangat minim sekali harganya yang ditakutkan pada analisis-analisis pengamat dapat mengurangi tingkat pelayanan dan keselamatan dan yang lainnya.

Hukum Indonesi ada beberapa peraturan yang harus diperbaharui dan pembaharuan ini merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari usaha pembangunan, konesksi radar dan pembangunan lainnya yang dapat meningkatkan kinerja angkutan udara dan pembaharuan itu harus dilaksanakan dengan cepat, terarah dan berencana. Semakin berkembang

25


(47)

Indonesia dan perusahaan harus merancang bagaiman dalam menetapkan harga para calon penumpang berminat membeli tiket dengan harga yang di sajikan oleh perusahaan penerbangan 26

Penetapan harga merupakan salah satu stratergi yang dilakukan oleh para pelaku usaha yang bertujuan untuk menghasilkan laba yang setingghi-tinginya. Dengan adanya penetapan harga yang dilakukan antara pelaku usaha, maka akan meniadakan persaingan dari segi harga bagi produk yang mereka jual, akan tetapi dapat didasarkan pada kualitas barang, pelayanan atau servise dan perusahaan berusaha dalam menetapkan harga memanfaatkan sumber daya yang seefesien mungkin.27

Perusahaan juga memerhatikan prilaku pasar yang menyangkut apakah dan bagaimanakah setiap perusahaan individu bersaing satu sama lain, stuktur pasar menyangkut jenis pasar tempat perusahaan beroprasi. Struktur mempengaruhi tingkat kekuatan yang dimiliki perusahaan-perusahaan individual untuk mempengaruhi variable pasar sepeti harga produk. Dalam struktur pasar yang dikenal sebagai persaingan sempurna, setiap perusahaan individu merupakan pengikut harga (price taker).28

26

E. Suherman, Hukum Udara Indonesia & Internasional, (Bandung: Alumni 1979), h.180.

27

Andi fahmi Lubis dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks & Kontex,(GTZ Gmbh: Printed In Indonesia 2009), h.91.

28


(48)

memiliki tujuannya masing-masing dan pada umumnya tujuan perusahaan adalah bagaiman memaksimumkan laba, bukan memaksimumkan hasil produksinya. Akibat yang sering terjadi tiap produsen tidak berusaha untuk memanfaatkan kapasitas produksinya secara maksimum akan tetapi menggunakannya pada tingkat produksi yang memberikan keuntungan maksimum. Inilah yang sering dilakukan pihak-pihak perusahaan baik perusahaan pesawat udara maupun perusahaan-perusahaan lainnya.29

2. Sistematika Harga Dalam Pasar

Dunia usaha dimanjakan dengan berbagai fasilitas yang sebetulnya tidak menunjang penumbuhan sikap positif terhadap ide produktivitas dikalangan dunia usaha.Misalnya proteksi tarif impor. Mereka juga dimanja dengan harga jual yang relatif tinggi di pasar dalam Negri. Ini membuat mereka tidak siap dalam persaingan usaha Internasional.30

Dalam aspek pasar dan pemasaran sekurang-kurangnya harus melingkupi peluang pasar, langkah-langkah yang perlu dilakukan di samping kebijaksanaan yang diperlukan. Untuk pembahasan dalam peluang pasar perlu disajikan angka-angka permintaan dan penawaran di daerah pemasaran dari produk yang dihasilkan pada masa lalu dan membuat perkiraan perkembangan

29

Prathama Raharja dkk, Pengantar Ilmu Ekonomi (mikroekonomi & makroekonomi),(jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 2008), h.24.

30

Mathias Aroef dkk. stategy siasat memicu produktivitas untuk memenangkan persaingan global.(Jakarta: Grand Thecno-economic). h.xIiX.


(49)

selain itu dalam aspek pasar dan pemasaran harus diuraikan mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam pasar dan pemasaran seperti pesaing, kekuatan dan kelemahannya, serta menguraikan keunggulan-keunggulan dari usaha yang direncanakan, penentuan market space dan market share merupakan penentuan pasar yang didasarkan pada proyeksi permintaan dan penawaran.

Dalam kebijakan pemasaran juga ditentukan harga pokok produk yang dihasilkan yang dihitung berdasar biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik , selain itu dalam aspek pasar dan pemasarn perlu diuraikan mengenai cara pendistribusian produk, promosi, pengangkutan, penjualan, pergudangan, sistem pembayaran dan lain lain.

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam dunia usaha. Pada kondisi usaha seperti sekarang ini, pemasaran merupakan pendorong untuk meningkatkan penjualan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Pengetahuan mengenai pemasaran menjadi penting bagi perusahaan pada saat dihadapkan pada beberapa permasalahan, seperti menurunnya pendapatan perusahaan yang disebabkan oleh menurunnya daya beli konsumen terhadap suatu produk sehingga mengakabatkan melambatnya pertumbuhan perusahaan.31

31

. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1233/3/manajemen-arlina%20lbs3.pdf.txt akses sabtu 10 januari 2015 pukul 11.30 wib.


(50)

perusahaan mencari dana untuk membiayai kegiatan usahanya, bisa katakan pasar modal merupakan investor yang dimiliki sebuah perusahaan dan kemudahan seperti ini membantu terciptanya aset yang likuid.32

Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha penghimpunan dana masyarakat secara langsung dengan cara menanamkan dana ke dalam perusahaan yang sehat dan baik pengelolaannya.

Pembahasan di atas fungsinya dapat dikaitkan dengan fungsi pasar modal yakni sebagai sarana pembentukan modal dan akumulasi dana bagi pembiayaan suatu perusahaan/emiten. Dengan demikian pasar modal merupakan salah satu sumber dana bagi pembiayaan pembangunan nasional pada umumnya dan emiten pada khususnya di luar sumber-sumber yang umum dikenal, seperti tabungan pemerintah, tabungan masyarakat, kredit perbankan dan bantuan luar negeri darisini perusaan dapat menjalankan sistematika harga dalam pasar dan perusahaan dapat memiliki beberapa alternative dalam mengembangkan pasar.

3. Dasar Hukum Penetapan Harga Pesawat Udara

a. Keputusan Kementrian Perhubungan No. KM 36/2005 tentang Tarif Referensi Untuk Penumpang Angkutan Udara.

32


(51)

atas peraturan Mentri perhubungan Nomor PM, 51 tahun 2014 tentang mekanisme formulasi perhitungan dan penetapan Tarif batas atas penumpang pelayanan kelas ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negri.

c. Keputusan yang telah ditetapkan bahwa dalam keputusan Menteri Perhubungan Nomor PM : 2 tahun 2014 tentang berdasarkan biaya tambahan tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam Negri.

d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 26 tahun 2010 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri.33

C. Penetapan Harga Tiket Penumpang Pesawat Udara Menurut Undang-Undang

Dalam menetapkan harga banyak tahap-tahap yang dilakukan dalam perusahaan, sama halnya dengan penetapan harga perusahaan-perusahaan lainnya tidak hanya perusahaan penerbangan saja, dapat dilihat dalam penetapan harga di pasar monopoli, di sini ada beberapa penetapan yang ditetapkan, salah satunya yakni menurut teori monopoli yang mungkin paling

33


(52)

yang menetapkan satu harga untuk produknya.34

Sebagaimana Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009 mengenai angkutan udara yang menjelaskan bagian ke empat mengenai tarif pada pasal 26 dan 27 sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

Pasal 26 ayat (1) Tarif angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri terdiri atas tarif angkutan penumpang dan tarif angkutan kargo. Kemudian ayat (2) Tarif angkutan penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas golongan tarif pelayanan kelas ekonomi dan non-ekonomi. Dan

ayat (3) Tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan komponen:

a. Tarif jarak; b. Pajak;

c. Iuran wajib asuransi; dan

d. Biaya tuslah/tambahan (surcharge).

Selanjutnya pada pasal 27 menjelaskan sanksi tarif yang dijelaskan di atas yakni pada pasal 27 ayat (5) mengatakan bahwasanya Badan usaha angkutan udara yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengenai tarif batas atas dikenakan sanksi administratif berupa sanksi

34


(53)

kepada bagian mentri perhubungan.35

Mengenai Tiket pesawat udara selama ini memang masih banyak yang kurang memahami tentang hal-hal yang menjadi hak kita, sebagai penumpang pesawat terbang, setelah membeli tiket pesawat. Berbagai permasalahan yang kemudian muncul terutama saat setelah terjadinya kecelakaan pesawat terbang. Para keluarga yang ditinggalkan akan menghadapi banyak permasalahan dan mereka kurang paham apa-apa saja yang menjadi hak mereka yang menjadi ahli waris. Keterjadian juga sering otot-ototan mengenai delay, mengenai keterlambatan penerbangan.36

Permasalahan-permasalahan mengenai harga tiket penumpang pesawat udara memiliki inti yang bermaksud para penumpang memang harus teliti terhadap harga tiket, calo dan lain lain, agar masing-masing memperhatikan keamanan harga ketika hendak menaiki pesawat udara dan kita harus mengerti undang-undang yang mengatur mengenai pesawat udara, ketika kewaspadaan penumpang pesawat udara terhadap aturan maka penyimpangan yang dilakukan pesawat jarang terjadi.

35

Lihat Undang-Undang No.1 Tahun 2009 mengenai penerbangan, sebagaimana bagian keempat menjelaskan mengenai tarif.

36

Chappy Hakim, Berdaulat Di Udara Membangun Citra Penerbangan Nasional, cet-1 (Jakarta: Buku Kompas 2010), h.255.


(54)

penetapan harga tiket pesawat udara khususnya penetapan udara di indonesia untuk penerbangan domestik (nasional). Sebagai berikut:

1. Dalam Keputusan Kementrian Perhubungan No. KM 36/2005 tentang Tarif Referensi Untuk Penumpang Angkutan Udara, diatur bahwa biaya operasi rata-rata angkutan udara per-penumpang per-KM Rp.376,00,- atau Rp. 338.386,00,- per-jam per-penumpang. Angka itu memang sekisar referensi bagi pemerintah untuk mengetahui seberapa jauh maskapai penerbangan tersebut menetapkan tarif rendah akan tetapi tanpa mengurangi biaya keselamatan.37

2. Keputusan yang telah ditetapkan bahwa dalam keputusan Menteri Perhubungan Nomor PM : 2 tahun 2014 tentang berdasarkan biaya tambahan tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam Negri menetapkan bahwa dalam beberapa pasal di bawah ini :

(1) Biaya tambahan tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal kelas ekonomi adalah biaya yang dikeluarkan oleh badan usaha angkutan udara di luar perhitungan penetapan tarif jarak dan dibebankan kepada penumpang.

(2) Biaya tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibedakan berdasarkan atas biaya tambahan untuk angkutan udara yang menyangkut pesawat udara jenis jet dan propeller.

(3) Besarnya biaya tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sama untuk semua kelompok pelayanan yang diberikan oleh badan usaha angkutan udara.

37

Lihat Keputusan Kementrian Perhubungan No. KM 36/2005 tentang Tarif Referensi Untuk Penumpang Angkutan Udara.


(55)

3. Selanjutnya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 26 tahun 2010 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri. Dijelaskan dalam pasal 1 ayat (6) : Tarif batas atas adalah harga jasa tertinggi/maksimum yang diijinkan diberlakukan oleh badan usaha angkutan udara niaga ber-Jadwal, yang dihitung berdasarkan komponen tarif jarak, pajak pertambahan nilai, iuran wajib asuransi dan biaya tuslah/ tambahan (surcharge).39

38

lihat Keputusan yang telah ditetapkan bahwa dalam keputusan Menteri Perhubungan Nomor PM : 2 tahun 2014 tentang berdasarkan biaya tambahan tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam Negri.

39

Lihat Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 26 tahun 2010 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri.


(56)

A. Profil Garuda Indonesia

1. Sejarah Singkat Garuda Indonesia

Sebelum Indonesia merdeka pesawat produk Garuda Indonesia sudah lahir akan tetapi karena permasalahan dengan negara belanda yang menjajah kita pesawat ini tidak bisa dinikmati Indonesia karena kurangnya dana dalam membeli pesawat Garuda Indonesia, setelah diploklamirkan kemerdekaan 1945 Indonesia memerlukan pertahanan yang kuat agar tidak terjadinya serangan balik yang dilakukan Belanda, nama Garuda Indonesia Pesawat pertama mereka bernama Seulawah atau Gunung Emas.1

Pada tanggal 26 Januari 1949 Garuda Indonesia dianggap sebagai hari jadi maskapai penerbangan ini. Saat itu nama maskapai ini adalah Indonesian Airways. dana untuk membeli pesawat ini didapatkan dari sumbangan masyarakat Aceh, pesawat tersebut dibeli seharga 120,000 dolar malaya yang sama dengan 20 kg emas. Maskapai ini tetap mendukung Indonesia sampai revolusi terhadap Belanda berakhir. 2

1

Aripin Hutabarat, Padamu Negri Perjalanan Garuda Indonesia, Cet-1, (Jakarta: Ganesia PR, 1989), h.26.

2


(57)

Adapun perusahaan penerbangan dengan nama Garuda Indonesia Airways, dinyatakan didirikan bersamaan dengan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia pada 27 Desember 1949. Secara resmi, perusahaan dengan nama tersebut dinyatakan didirikan sejak 31 maret 1950, pada tahap mana dinyatakan sebagai perusahaan patungan antara pemerintah Republik Indonesia dengan perusahaan penerbangan Belanda bernama KLM.

Nama Garuda Indonesia Airways N.V. diberikan sendiri oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno pada saat berlangsungnya perundingan pendirian perusahaan patungan tersebut. Penerbangan pesawat Garuda Indonesia Arways terjadi ketika rombongan pimpinan negara melakukan perpindahan ibu kota Republik Indonesia yang lama Yogyakarta, ke ibukota yang baru, Jakarta, pada tanggal 28 Desember 1949. 3

Pada tanggal 1 maret 1950 Garuda Indonesia Airways baru dapat beroperasi penuh dengan sejumlah pesawat yang diterima pemerintah Republik Indonesia mengudara dari perusahaan penerbangan KLM, yang terdiri dari 20 pesawat DC-3/C-47 dan delapan pesawat jenis PBY Catalina Amphibi. Inilah yang merupakan armada Garuda Indonesia Arways yang pertama, melayani jaringan penerbangan di dalam Negri. 4

Pemerintah Burma (Myamar) banyak menolong Pesawat Garuda Indonesia pada masa awal. Oleh karena itu, pada saat diresmikan sebagai

3

Aripin Hutabarat, Padamu Negri Perjalanan Garuda Indonesia, h.28.

4


(58)

perusahaan pada 31 Maret 1950, Garuda menyumbangkan Pemerintah Burma sebuah pesawat DC-3. 5

Pada 1953, Garuda Indonesia memiliki 46 pesawat, tetapi pada 1955 pesawat Catalina mereka harus pensiun. Tahun 1956 mereka membuat jalur penerbangan pertama ke Mekkah.

Tahun 1960-an adalah saat kemajuan pesat. Tahun 1965 Garuda mendapat dua pesawat baru yaitu pesawat jet Convair 990 dan pesawat turboprop Lockheed L-118 Electra. Pada tahun 1961 dibuka jalur menuju Bandara Internasional Kai Tak di Hong Kong dan tahun 1965 tibalah era jet, dengan DC-8 mereka membuat jalur penerbangan ke Bandara Schiphol di Haarlemmeer, Belanda, Eropa.6

Tahun 1970-an Garuda mengambil perangkat DC-9 dan juga Pesawat Jet kecil Fokker F28 saat itu Garuda memiliki 36 pesawat F28 dan merupakan operator pesawat terbesar di dunia untuk jenis pesawat tersebut, sementara pada 1980-an mengadopsi perangkat dari Airbus, seperti A300. Dan juga Boeing 737, juga McDonnell Douglas MD-11.7

Penerbangan Garuda dirayakan setiap tanggal 26 januari . Seperti hari perayaan tanggal lahir. Penetapan tanggal itu memeang unik karena melalui

5

Aripin Hutabarat, Padamu Negri Perjalanan Garuda Indonesia, h.30.

6

Asvi Warman Adam, Menguak Misteri Sejarah, (Jakarta: Buku Kompas 2010), h.214.

7

Asvi Warman Adam, Menguak Misteri Sejarah, tentang Garuda mengambil perangkat DC-9 dan juga Pesawat Jet kecil Fokker F28 h.214


(1)

1. Agar Pemerintah melakukan evaluasi dan meningkatkan aturan-aturan mengenai tarif dan membuat aturan yang membuat efek jera bagi pelaku dalam menentukan harga baik pihak maskapai pesawat udara maupun travel-travel yang ada, sehingga tidak mengurangi hak yang seharusnya diterima konsumen.

2. Agar badan pengawas khususnya dalam bidang pengawasan tarif lebih ditingkatkan lagi agar tidak terjadi pelanggaran hokum oleh pihak pesawat udara khususnya pada waktu hari-hari besar seperti hari raya idul fitri, idul adha, hari natal, tahun baru dan hari libur sekolah, Karena pada waktu hari besar pemintaan semakin banyak sehingga pihak maskapai terkadang menggunakan kesempatan ini dalam melakukan kecurangan. 3. Agar para konsumen lebih berhati-hati dalam membeli tiket pesawat

udara agar tidak menimbulkan kerugian, karena tiket sebuah kontrak jadi lebih berhati-hati baik itu dalam pemesanan, jenis tiketnya, biaya tambahannya dan biaya lainnya.

4. Penelitian ini masih memerlukan penelitian lanjutan, khususnya terhadap tinjauan hokum dalam menetapkan harga tiket pada maskapai yang ada di Indonesia khususnya di hari besar,


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdurrasyid, Priyatna. Pertumbuhan tanggung jawab pengangkutan udara, Jakarta: Fikahati Aneka, 2013.

Adam, Asvi Warman. Menguak Misteri Sejarah. Jakarta: Buku Kompas, 2010.

Anograha, Pandji, dkk. Pengantar pasar modal. Cet. Ke-4. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2003.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Cet. Ke-12. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Aroef , Mathias, dkk. stategy siasat memicu produktivitas untuk memenangkan persaingan global. Jakarta: Grand Thecno-economic.

Hakim , Chappy. Berdaulat Di Udara Membangun Citra Penerbangan Nasional, Cet. Ke-1. Jakarta: Buku Kompas, 2010.

Hartono, Sri Redjeki , Hukum Ekonomi Indonesia, Malang: Bayu Media, 2007. Hutabarat, Aripin. Padamu Negri Perjalanan Garuda Indonesia, Cet. Ke-1. Jakarta:

Ganesia PR, 1989.

Kantaatnadja, Mieke Komar. Lembaga Jaminan Kebendaan Pesawat Udara Indonesia Ditinjau Dari Hukum Udara, Cet. Ke-1. Bandung: PT Alumni, 1989.

Lipsey , Richard G, dkk. Pengantar Mikroekonomi, Jakarta: Erlangga, 1997.

Lubis , Andi fahmi dkk. Hukum Persaingan Usaha Antara Teks & Kontex. GTZ Gmbh: Printed In Indonesia, 2009.

Marzuki, Peter Mahmudi. Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005.

Moeljomihardjo, Basoeki. Hukum Udara Nasional Suatu pengantar. Jakarta: LPMG-ATG Trisakti, 2006.

Muhammad, Abdul Kadir, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, Dan Udara. Bandung: PT Citra Aditiya Bakti, 1991.


(3)

Muhammad, Abdul kadir. Hukum Pengangkutan Niaga. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998.

Nugroho, Susanti Adi, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasi. Jakarta: Kencana 2011.

Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1991.

Raharja, Prathama dkk, Pengantar Ilmu Ekonomi (mikroekonomi & makroekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008. Soedjono , Wiwoho, Perkembangan Hukum Transportasi Serta Pengaruh Dari

Konvensi-Konvensi Internasional. Yogyakarta:Liberty.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, Cet. Ke-3. Jakarta: UI Press, 1986.

Soemarso. Peranan Harga Pokok Dalam Penentuan Harga Jual. Cet. Ke-1. Jakarta: RINEKA CIPTA, 1990.

Sri Wahyuni, Endang, Aspek Hukum Sertifikasi Dan Keterkaitannyan dengan Perlindungan Konsumen, Bandung: PT. Citra Aditiya Bakti, 2003.

Subekti, R, Aneka Perjanjian. Bandung: PT Citra Aditya, 1995. Subekti, R. Hukum Perjanjian. PT Internasional, Jakarta, 1985.

Sudarsono. Pengantar Ekonomi Mikro, Cet. Ke-8. Jakarta: LP3ES, 1995.

Sudaryatmo. acces to justice. Dalam, Hukum dan Advokasi Konsumen. Tahun 1999. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&B. Cet ke-14. Bandung:

Alfabeta, 2009.

Suherman, E. Hukum Udara Indonesia & Internasional. Bandung: Alumni, 1979. Suherman, E. Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan, (Himpunan Makalah

1961-1995). Bandung: Alumni, 2000.

Suherman, E. Tanggung Djawab Pengangkut Dalam Hukum Udara Indonesia. Bandung: Eresco, 1962.

Susanto, Bambang. Transportasi & Investasi Tantangan Dan Persefektif Multidimensi. Jakarta: Buku Kompas, 2013.


(4)

Suwardi, Karya Ilmiah Tentang Penentuan Tanggung Jawab Pengangkut Yang Terikat Dalam Kerjasama Pengangkutan Udara Internasional. Jakarta : Atas Kerjasama Dengan Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman 1991.

Tim Penulis , Analisis Dan Evaluasi Hukum Tertulis Tentang Ketentuan-Ketentuan Hukum Yang Berkenaan Dengan Penentuan Jumlah Ganti Rugi Dalam Bidang Pengangkutan Udara. Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman.

Utomo, Tomi Suryo Hak Intelektual Kekayaan. cet. ke-5. Bandung: P.T. Alumni Bandung 2006.

Winkler, Jhon. Perang Harga Strategi Menghadapi Persaingan Harga. Cet. Ke- 4. Semarang: Dahara Prize, 1994.

Peraturan Perundang-undangan

Keputusan mentri pehubungan Nomor PM ; 2 tahun 2014, tentang Tarif Biaya Penumpang.

Peraturan Kepmenhub No. KM 36/2005, tentang Tarif Referensi Penumpang Angkutan Udara.

Peraturan menteri perhubungan nomor KM 26 tahun 2010, tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan Dan Penerafan Tarif Batas Atas.

Undang-undang republik Indonesia Nomor 1 tahun 2009 mengenai penerbangan Undang-undang republik Indonesia Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

Negara (BUMN).

Undang-undang republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (PT).

Undang-undang repulik Indonesia Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.


(5)

Internet

http://dilihatya.com/2346/pengertian-jasa-menurut-para-ahli akses 29 November 2014, sabtu pukul 20. 45 wib.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt54ad0d3298c7a/menkoperekonomian--pemerintah-tidak-melarang-tiket-pesawat-murah, akses 19 februari 2015, pukul 20.30 wib

http://id.wikipedia.org/wiki/Garuda_Indonesia. akses selasa 13 januari 2015, pukul 12.20 wib.

http://journal.ui.ac.id/index.php/jbb/article/viewFile/603/588, akses 23 januari 2015, pukul 05.30 wib.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1233/3/manajemen-arlina%20lbs3.pdf.txt akses sabtu 10 januari 2015, pukul 11.30 wib.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26827/4/Chapter%20I.pdf/ akses 6 november 2014, pukul 23.00 wib.

http://sinarharapan.co/news/read/30279/tiket-pesawat-dijual-terlalu-mahal- akses, 4 April 2015, pukul 05.30 wib.

http://tabloidaviasi.com/uncategorized/pajak-sewa-pesawat-naik-maskapai-resah/akses kamis 6 november 2014, pukul 20.31 wib.

https://www.academia.edu/8121433/Garuda_Indonesia_Airlines_Menguak_kisah_per jalanan_Garuda_Indonesia_menjadi_salah_satu_The_Best_Airlines_in_the_w orld. akses, 20 februari 2015, pukul 20.00 wib.

http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajianekonomiregional/maluku/Documents/7fdee8bf 3970473586238d1c588020ebBoksInflasiHargaTiketPesawat.pdf, akses 30 januari 2015, pukul 23.00 wib.

http://www.kppu.go.id/docs/Positioning_Paper/positioning_paper_fuel_surcharge.pdf , akses 31 januari 2015, pukul 05.00 wib.

http://www.pelita.or.id/baca.php?id=38021 akses, 29 September 2014, pukul 20.00 wib.

https://www.google.com/?gws_rd=ssl#q=skripsi+mengenai tinjauan hukum islam terhadap harga tiket pesawat/ akses, 6 November 2014, pukul 22.00 wib.


(6)

https://www.google.com/search?q=struktur+organisasi+garuda+indonesia+airlines+d oc, akse 22 januari 2015, pukul 09.00 wib.

Skripsi Dan Tesis

Putra, Louis Adi. “Tanggung Jawab Pengangkut Terhadap Pengangkutan Barang Melalui Pesawat Udara Negara,” Skripsi Sarjana, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makasar, 2013.

Wati, Sri Ambar. “Realisasi Tanggung Jawab Perdata pengangkutan Udara Terhadap Penerbangan Domestik Pada PT Garuda Indonesia (Persero),” Skripsi Sarjana, Fakultas HukumUniversitas Sebelas Maret, Surakarta, 2008

Zazili, Ahmad. “Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Pada Transportasi Udara

Niaga Berjadwal Nasional,” Tesis Sarjana, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, 2008.

Lain-lain

Ary sukma, “mengenai penentuan harga dalam pesawata udara,” Wawancara agen barokah trevel Yogyakarta, 2015.

Lihat Al-qur’an Surat Al-Maidah & An-nisa’ dengan Terjemahannya. Lihat Hadist Riwayat Abu Dawud, Ibn Majah dan at-Tirmidzi.

Sarti, “Pendapat tentang Peraturan Mentri Perhubungan no 26 tahun 2010,” Wawancara dengan Sarti trevel pesawat Duos Padang, 2014.