terapi non farmakologik dan penggunaan obat untuk memperbaiki dislipidemia. Terapi kemudian di evaluasi kembali untuk menentukan apakah perlu ditambah
dengan obat dislipidemia Adam dkk., 2004.
2.5.3.1 Terapi Non-Farmakologis
a. Terapi nutrisi medis
Terapi nutrisi medis sangat penting dalam penatalaksanaan dislipidemia.
Tabel 2.2 Intervensi Gaya Hidup yang Dapat Dilakukan untuk Mengurangi kolesterol
LDL, HDL dan TG
Sumber : Perki, 2013 b.
Aktivitas fisik Kegagalan penatalaksanaan non-farmakologis terutama disebabkan
kurangnya kepatuhan diet dan aktivitas fisik. Pasien dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik sesuai dengan kondisi dan kemampuannya.
2.5.3.2 Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis dengan obat penurun lipid terhadap target primer dilakukan pada pasien dengan konsentrasi awal kolesterol LDL di atas target
terapi Perki, 2013.
Tabel 2.3 Obat Hipolipidemik dan Efek terhadap Kadar Lipid Plasma
Jenis Obat Kolesterol LDL
Kolesterol HDL Trigliserida
Statin 18-55
Resin 15-30
- Fibrat
Asam nikotinat
Ezetimibe -
Sumber : Suyatna, 2012 Obat
hipolipidemik adalah
obat yang
ditujukan untuk
menurunkanmeningkatkan kadar lipidlemak di dalam darahplasma. Pemberian obat hipolipidemik dapat diberikan dalam menangani kasus dislipidemia apabila
dengan terapi diet dan olah raga kondisi pasien tidak responsif Illingworth, 2002.
Statin merupakan persenyawaan yang analog dengan struktur HMGKoA 3-hidroksi-3-metilglutaril-koenzim A Katzung, 2002. Statin dapat dibedakan
menjadi water soluble dan lipid soluble. Yang termasuk water soluble ialah pravastatin, rosuvastatin, fluvastatin. Yang termasuk lipid soluble adalah
atorvastatin, simvastatin, lovastatin. Statin ini menunjukkan efek metabolisme lebih rendah pada sistem sitokrom P450 Sargowo, 2005. Water-soluble statins
tidak dapat masuk dalam otak, tetapi fat-soluble statins dapat masuk dalam otak. Selain pada hati, kolesterol juga diproduksi oleh otak Rogers, 2011.
a. Kimia dan farmakokinetik Lovastatin dan simvastatin adalah prodrugs lakton yang tidak aktif yang
dihidrolisasi di dalam saluran cerna menjadi turunan betahidroksil yang aktif. Pravastatin dan fluvastatin diberikan sebagai obat aktif. Kira-kira 30-50
lovastatin dan pravastatin yang dicerna diabsorbsi secara nyata dibandingkan fluvastatin, yang hampir seluruhnya diarbsorbsi. Semua penghambat reduktase
mempunyai ekstraksi first-pass yang tinggi oleh hati. Kebanyakan dosis yang diabsorbsi dieksresi dalam empedu; kira-kira 5-20 dieksresi dalam urin
Katzung, 2002. b. Mekanisme kerja
Statin menghambat sintesis kolesterol pada fase awal dengan menghambat HMG-KoA reduktase yang berfungsi sebagai clearance receptor, sehingga
mengurangi kadar kolesterol dalam darah Takemoto dan Liao, 2001. HMG-KoA reduktase memperantarai langkah pertama biosintesis sterol. Statin memiliki efek
pleiotropik yang sangat baik. Diantaranya untuk menstabilkan plak
atherosklerosis dan mengurangi reaksi inflamasi serta mengurangi proliferasi otot polos Takemoto dan Liao, 2001.
c. Penggunaan terapi dan dosis Penghambat HMG-KoA sendiri atau dengan resin pengikat asam empedu
atau niasin berguna dalam mengobati kelainan yang melibatkan peningkatan kadar LDL dalam plasma. Katzung, 2002. Karena pola biosintesis kolesterol
aktif siang hari, penghambat reduktase sebaiknya diberikan pada malam hari bila diberikan dosis tunggal. Absorbsi ditingkatkan bila diberikan bersama dengan
makanan. Dosis harian lovastatin bervariasi dari 10 mg sampai 80 mg. Peningkatan sedang kadar LDL sering akibat pemberian dosis tunggal 20 mg,
lebih baik pada malam hari. Pada pasien dengan hiperkolesterolemia familial heterozigot, dengan dosis 20 mg sekali atau dua kali sehari menurunkan kadar
kolesterol total sebanyak 19-34. Pravastatin sama potensinya dibandingkan lovastatin dalam ukuran dasar massa sampai dosis maksimum dalam satu hari, 40
mg. Simvastatin dua kali lebih kuat diberikan dengan dosis 5-40 mg sehari. Fluvastatin ternyata kira-kira mempunyai potensi setengah dari lovastatin dalam
ukuran dasar dan diberikan dengan dosis 20-40 mg sehari Katzung, 2002.
Gambar 2.6
Cara Kerja Statin Medscape, 2015 d. Efek samping
Pada beberapa pasien yang menerima terapi dengan penghambat HMG- KoA reduktase dapat terjadi peningkatan kecil pada aktivitas kreatin kinase dalam
plasma. Pada kasus tersebut dapat terjadi rhabdomiolisis yang akan berlanjut menjadi mioglobinuria dan gagal ginjal jika pemakaian obat diteruskan. Miopati
dapat terjadi pada pemberian terapi tunggal. Gejala hipersensitivitas yang mencakup suatu kelainan yang menyerupai lupus dan neuropati perifer dapat
terjadi walau jarang dilaporkan. Kemiripan struktur dan mekanisme kerja mengakibatkan gejala hipersensitivitas tersebut dapat terjadi pada semua obat
HMG-KoA reduktase Katzung, 2002. Pada penggunaan statin fungsi hepar hendaknya diperhatikan karena metabolisme statin melalui sitokrom P450 di
hepar Opie, 2001.
2.4 Hubungan Dislipidemia dengan Aging