commit to user
6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kebisingan a. Pengertian kebisingan.
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang
pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran Kepmenaker 51MEN1999.
Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan
getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar lainnya dan manakala bunyi atau
suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul di luar kemauan orang yang bersangkutan, maka bunyi-bunyian atau suara
GHPLNLDQGLQ\DWDNDQVHEDDJDLNHELVLQJDQ6XPD¶PXU Seorang cenderung mengabaikan kebisingan yang dihasilkannya
sendiri bila kebisingan itu secara wajar menyertai pekerjaan, seperti kebisingan mesin kerja. Sebagai patokan, kebisingan mekanik atau
elektrik, yang disebabkan kipas angin, transformator, motor, pompa, pembersih vakum atau mesin cuci, selalu lebih mengganggu daripada
commit to user
7
kebisingan yang yang hakekatnya alami angin, hujan, dan air terjun Prasetio, 2006.
b. Sumber kebisingan. Menurut Dirjen PPM dan PL, DEPKES dan KESSOS RI, 2000
dalam Subaris dan Haryono 2008 sumber kebisingan dibedakan menjadi tiga yaitu :
1 Bising Industri Industri besar termasuk di dalamnya pabrik, bengkel dan sejenisnya.
Bising industri dapat dirasakan oleh karyawan maupun masyarakat di sekitar industri dan juga setiap orang yang secara tidak sengaja berada
di sekitar industri tersebut. Sumber kebisingan bising industri dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :
a Mesin Kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin.
b Vibrasi Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan
akibat gesekan, benturan atau ketidakseimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan,
dan lain-lain. c Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa
penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, dan lain-lain.
commit to user
8
2 Bising Rumah Tangga Bising disebabkan oleh rumah tangga dan tidak terlalu tinggi tingkat
kebisingannya, misalnya pada saat proses masak di dapur. 3 Bising Spesifik
Bising yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan khusus, misalnya pemasangan tiang pancang tol atau bangunan.
Menurut Wisnu dalam Subaris dan Haryono 2008 sumber bunyi dilihat dari sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu:
1 Sumber kebisingan statis seperti pabrik, mesin, tape dan lain-lain. 2 Sumber kebisingan dinamis seperti mobil, pesawat terbang, kapal laut
dan lainnya c. Jenis-jenis kebisingan.
0HQXUXW 6XPD¶PXU Eerdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dibagi atas :
1 Kebisingan menetap berkelanjutan tanpa putus-putus dengan spektrum frekuensi yang lebar steady state, wide band noise, misalnya bising
mesin, kipas angin, dapur pijar dan lain-lain. 2 Kebisingan menetap berkelanjutan dengan spektrum frekuensi tipis
steady state, narrow band noise, misalnya bising gergaji sirkuler, katup gas dan lain-lain.
3 Kebisingan terputus-putus intermittent noise, misalnya bising lalu- lintas suara kapal terbang di bandara.
commit to user
9
4 Kebisingan impulsif impact or impulsive noise, seperti bising pukulan palu, tembakan bedil atau meriam dan ledakan.
5 Kebisingan impulsif berulang, misalnya bising mesin tempa di perusahaan atau tempaan tiang pancang bangunan.
Menurut Tambunan 2005 klasifikasi kebisingan di tempat kerja dibagi dalam dua jenis golongan besar, yaitu :
1 Kebisingan tetap steady noise, yang terbagi menjadi dua yaitu : a Kebisingan dengan frekuensi terputus discrete frequency noise,
EHUXSD³QDGD-QDGD´PXUQLSDGDIUHNXHQVL\DQJEHUDJDP b Broad band noise, kebisingan yang terjadi pada frekuensi terputus
yang lebih berv DULDVLEXNDQ³QDGD´PXUQL
2 Kebisingan tidak tetap unsteady noise, yang terbagi menjadi tiga yaitu :
a Kebisingan fluktuatif fluctuating noise, kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu.
b Intermittent noise, kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah, contoh kebisingan lalu lintas.
c Impulsive noise, dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi memekakkan telinga dalam waktu relatif singkat, misalnya suara
ledakan senjata api. d. Tingkat kebisingan.
Terdapat dua karakterisitik utama yang menentukan kualitas suatu bunyi atau suara, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan
commit to user
10
dalam jumlah getaran per detik dengan satuan Herz Hz, yaitu jumlah gelombang bunyi yang sampai di telinga setiap detiknya. Sesuatu benda
jika bergetar menghasilkan bunyi atau suara dengan frekuensi tertentu yang merupakan ciri khas dari benda tersebut. Biasanya suatu kebisingan
terdiri atas campuran sejumlah gelombang sederhana dari aneka frekuensi. Nada suatu kebisingan ditentukan oleh frekuensi getaran
VXPEHUEXQ\L6XPD¶PXU, 2009. Intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan
dalam suatu satuan logaritmis yang disebut desibel dB dengan memperbandingkannya dengan kekuatan standar 0,0002 dine dyne cm
2
yaitu kekuatan bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat didengar oleh telinga normal
6XPD¶PXU, 2009. Karena ada kisaran sensitivitas, telinga dapat mentoleransi bunyi-
bunyi yang lebih keras pada frekuensi yang lebih rendah dibanding pada frekuensi tinggi. Kisaran kurva-kurva pita oktaf dikenal sebagai kurva
tingkat kebisingan NR = noise rating pernah dibuat untuk menyatakan analisis pita oktaf yang dianjurkan pada berbagai situasi. Kurva bising
yang diukur yang terletak dekat di atas pita analisis menyatakan NR kebisingan tersebut Harrington dan Gill, 2005.
Menurut SK Dirjen P2M dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan RI Nomor 70-1PD.03.04.Lp, Petunjuk
Pelaksanaan Pengawasan Kebisingan yang Berhubungan dengan
commit to user
11
Kesehatan Tahun 1992, 19941995, tingkat kebisingan diuraikan sebagai berikut :
1 Tingkat kebisingan sinambung setara Equivalent Continuous Noise Level=Leq adalah tingkat kebisingan terus menerus steady noise
dalam ukuran dB A, berisi energi yang sama dengan energi kebisingan terputus-putus dalam satu periode atau interval waktu
pengukuran. 2 Tingkat kebisingan yang dianjurkan dan maksimum yang
diperbolehkan adalah rata-rata nilai modus dari tingkat kebisingan pada siang, petang dan malam hari.
3 Tingkat ambien kebisingan Background noise level atau tingkat latar belakang kebisingan adalah rata-rata tingkat suara minimum dalam
keadaan tanpa gangguan kebisingan pada tempat dan saat pengukuran dilakukan, jika diambil nilainya dari distribusi statistik adalah 95
atau L-95. e. Pengukuran kebisingan.
0HQXUXW6XPD¶PXUPDNVXGSHQJXNXUDQNHELVLQJDQDGDODK 1 Memperoleh data tentang frekuensi dan intensitas kebisingan di
perusahaan atau di mana saja. 2 Menggunakan data hasil pengukuran kebisingan untuk mengurangi
intensitas kebisingan tersebut, sehingga tidak menimbulkan gangguan dalam rangka upaya konservasi pendengaran tenaga kerja, atau
perlindungan masyarakat atau tujuan lainnya.
commit to user
12
Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah Sound Level Meter. Alat ini mengukur kebisingan pada intensitas 30-130 dB dan dari
frekuensi 20-20.000 Hz. Suatu sistem kalibrasi terdapat dalam alat itu sendiri, kecuali untuk kalibrasi mikrofon diperlukan pengecekan dengan
kalibrasi tersendiri. Sebagai alat kalibrasi dapat dipakai pengeras suara yang kekuatan suaranya dapat diatur oleh amplifier atau suatu piston
phone dibuat untuk maksud kalibrasi tersebut, yang tergantung dari tekanan udara, sehingga perlu koreksi berdasarkan atas perbedaan
tekanan barometer. Kalibrator dengan intensitas tinggi 125 dB lebih disukai, oleh karena alat pengukur intensitas kebisingan demikian
mungkin dipakai untuk mengukur kebisingan yang intensitasnya tinggi 6XPD¶PXU
Sebagaimana telah dinyatakan untuk mengukur intensitas dan menentukan frekuensi kebisingan diperlukan peralatan khusus yang
berbeda bagi jenis kebisingan dimaksud. Jika tujuan dari pengukuran kebisingan hanya untuk mengendalikan kebisingan, seperti misalnya
untuk melakukan isolasi mesin atau pemasangan perlengkapan dinding yang mengabsorbsi suara atau pemilihan alat pelindung telinga,
pengukuran tidak perlu selengkap sebagaimana dimaksudkan dalam rangka lokalisasi secara tepat sumber kebisingan pada suatu mesin
dengan tujuan memodifikasi mesin tersebut, melalui pembuatan desain yang dipakai dasar konstruksi bentuk mesin dengan tingkat kebisingan
commit to user
13
\DQJ NXUDQJ LQWHQVLWDVQ\D GDQ IUHNXHQVL \DQJ GLWHQWXNDQ 6XPD¶PXU 2009.
Faktor lainnya yang menentukan pemilihan alat pengukur kebisingan adalah tersedianya tenaga pelaksana untuk melakukan
pengukuran terhadap kebisingan dan juga waktu yang dialokasikan untuk hal tersebut. Sebagaimana sering dialami kenyataan bahwa lebih
disenangi pengumpulan data tentang kebisingan secara merekamnya recording yang kemudian data rekaman dibawa ke laboratorium untuk
dilakukan analisis 6XPD¶PXU 2009.
Survei pendahuluan masalah kebisingan menetap berkelanjutan, biasanya diukur intensitas menyeluruh yang dinyatakan dengan dB A,
pengukuran intensitas menyeluruh demikian menggunakan jaringan A dari Sound Level Meter. Menggunakan jaringan tersebut berarti bahwa
kepekaan alat pengukur kebisingan sesuai dengan garis kepekaan sama yaitu 40 dB, sehingga tidak memberi reaksi kepada intensitas kebisingan
rendah, melainkan memungkinkan diukurnya intensitas kebisingan tinggi berbahaya kepada alat
SHQGHQJDUDQ6XPD¶PXU. f. Nilai Ambang Batas NAB intensitas kebisingan.
Nilai Ambang Batas NAB kebisingan sebagai faktor bahaya di tempat kerja adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 delapan jam
sehari dan 5 lima hari kerja seminggu atau 40 jam seminggu
commit to user
14
KEPMENAKER No. Kep.51MEN1999. Nilai Ambang Batas kebisingan adalah intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-
rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu kerja 8 jam sehari dan
40 jam seminggu. Sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga kerja No. Kep.51MEN1999, tanggal 16 april 1999 tentang nilai ambang batas
kebisingan ditempat kerja adalah 85 dB A, dan merupakan standar dalam Standar Nasional Indonesia SNI 16-7063-2004 Nilai Ambang
Batas iklim kerja panas, kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja. SNI dimaksud juga memberikan
informasi tentang pengendalian kebisingan yang dilakukan sehubungan dengan tingkat paparan sebagaimana substansinya dimuat pada Tabel 1
yang mengatur lamanya waktu paparan terhadap tingkat intensitas NHELVLQJDQ6XPD¶Pur, 2009.
Untuk menjadikan 85 dB A sebagai ketentuan NAB dalam peraturan perundang-undangan dan kemudian standar dalam SNI
diperlukan waktu lebih dari 30 tahun. Perhatian dan keinginan untuk memiliki standar nasional NAB kebisingan telah ada sejak pertengahan
tahun 1970an. Semula ada tiga pendapat tentang nilai yang merupakan alternatif untuk dipilih yaitu 80, 85 dan 90 dB A. Ketiga pilihan ini
tidak saja menjadi persoalan di Indonesia, melainkan juga pada negara- negara lain yang sulit untuk mendapat kesepakatan tentang pilihan yang
paling dapat diterima. Pendapat yang berbeda tercermin pula dari kriteria
commit to user
15
resiko kerusakan pendengaran yang menampilkan 3 tiga alternatif sebagaimana dimaksud yang mencakup frekuensi kebisingan dari 240-
4.000 Hz. Mengingat bahwa 85 dB A adalah intensitas yang sepadan dengan frekuensi 500-2.000 Hz yaitu daerah pendengaran untuk
pembicaraan maka sangat bijak untuk menetapkan 85 dB A sebagai NAB kebisingan
6XPD¶PXU. Standar kebisingan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga
Kerja No. Kep.51MEN1999 adalah sebagai berikut : Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan di Tempat Kerja
Waktu Pemaparan Intensitas Kebisingan dB
8 Jam 4 Jam
2 Jam 1 Jam
30 Menit 15 Menit
7,5 Menit 3,75 Menit
1,88 Menit 0,94 Menit
28,12 Detik 14,06 Detik
7,03 Detik 3,52 Detik
1,76 Detik 0,88 Detik
0,44 Detik 0,23 Detik
0,11 Detik 85
88 91
94 97
100 103
106 109
112 115
118 121
124 127
130 133
136 139
Sumber : Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.51MEN1999. Keterangan : Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.
g. Pengaruh kebisingan. Menurut Tarwaka, dkk 2004 pengaruh pemaparan kebisingan
secara umum dapat dikategorikan menjadi dua yang didasarkan pada
commit to user
16
tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya waktu pemaparan. Pertama, pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi di atas NAB
dan kedua, adalah pengaruh pemaparan kebisingan intensitas rendah di bawah NAB.
1 Pengaruh kebisingan intensitas tinggi a Pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi di atas NAB
adalah terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang dapat menyebabkan penurunan daya dengar baik yang bersifat sementara
maupun bersifat permanen atau ketulian. Sebelum terjadi kerusakan pendengaran yang permanen, biasanya didahului dengan
pendengaran yang bersifat sementara yang dapat mengganggu kehidupan yang bersangkutan baik di tempat kerja maupun di
lingkungan keluarga dan lingkungan sosialnya. b Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis
kebisingannya terputus-putus dan sumbernya tidak diketahui. c Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat
menyebabkan gangguan kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, risiko serangan jantung meningkat,
gangguan pencernaan. d Reaksi masyarakat, apabila kebisingan akibat suatu proses produksi
demikian hebatnya sehingga masyarakat sekitarnya protes menuntut agar kegiatan tersebut dihentikan dll.
commit to user
17
2 Pengaruh kebisingan intensitas rendah Tingkat intensitas kebisingan rendah atau di bawah NAB
banyak ditemukan di lingkungan kerja seperti perkantoran, ruang administrasi perusahaan dll. Intensitas kebisingan yang masih di
bawah NAB tersebut secara fisiologis tidak menyebabkan kerusakan pendengaran. Namun demikian, kehadirannya sering dapat
menyebabkan penurunan performansi kerja, sebagai salah satu penyebab stres dan gangguan kesehatan lainnya. Stres yang
disebabkan karena pemaparan kebisingan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dini, kegelisahan dan depresi. Secara spesifik
stres karena kebisingan tersebut dapat menyebabkan antara lain : a Stres menuju keadaan cepat marah, sakit kepala dan gangguan
tidur. b Gangguan reaksi psikomotor.
c Kehilangan konsentrasi. d Gangguan komunikasi antara lawan bicara.
e Penurunan performansi kerja yang kesemuanya itu akan bermuara pada kehilangan efisiensi dan produktivitas.
Pengaruh kebisingan pada tenaga kerja adalah adanya gangguan- gangguan seperti dibawah ini Depnakertrans R.I., 2009 :
1 Gangguan fisiologis Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul
akibat bising. Dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis
commit to user
18
dapat terganggu. Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas sehingga dapat menimbulkan kecelakaan
kerja. Pembicara terpaksa berteriak-teriak, selain memerlukan tenaga ekstra juga menimbulkan kebisingan. Kebisingan juga dapat
mengganggu cardiac out put dan tekanan darah. Contoh gangguan fisiologis : naiknya tekanan darah, nadi menjadi cepat, emosi
meningkat, vasokontriksi pembuluh darah semutan, otot menjadi tegang atau metabolisme tubuh meningkat. Menurut Benny dan Adhi
dalam Sarwono, dkk 2002 semua hal ini sebenarnya merupakan mekanisme daya tahan tubuh manusia terhadap keadaan bahaya secara
spontan. 2 Gangguan psikologis
Gangguan fisiologis lama-lama bisa menimbulkan gangguan psikologis. Suara yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan stres,
gangguan jiwa, sulit konsentrasi dan berfikir dan lain-lain. Menurut Budiono, dkk 2003 pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja
adalah mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu komunikasi, mengganggu konsentrasi, dan menurut Benny dan Adhi
dalam Sarwono, dkk 2002 kebisingan dapat mengganggu pekerjaan dan menyebabkan timbulnya kesalahan karena tingkat kebisingan
yang kecil pun dapat mengganggu konsentrasi sehingga muncul sejumlah keluhan yang berupa perasaan lamban dan keengganan
untuk melakukan aktivitas. Kebisingan mengganggu perhatian tenaga
commit to user
19
kerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap suatu proses produksi atau hasil serta dapat membuat kesalahan-kesalahan
akibat terganggunya konsentrasi. Kebisingan yang tidak terkendalikan dengan baik juga dapat menimbulkan efek lain yang salah satunya
EHUXSDPHQLQJNDWQ\DNHOHODKDQWHQDJDNHUMD6XPD¶PXU, 2009. 3 Gangguan patologis organis
Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap alat pendengaran atau telinga, yang dapat menimbulkan
ketulian yang bersifat sementara hingga permanen. Menurut Budiono, dkk 2003 kebisingan dapat menurunkan daya dengar dan tuli akibat
kebisingan. Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan pada indera-indera pendengar yang menyebabkan ketulian
progresif. Pemulihan terjadi secara cepat sesudah dihentikan kerja di tempat
ELVLQJ XQWXN HIHN NHELVLQJDQ VHPHQWDUD 6XPD¶PXU 2009. Ditempat kerja, tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin dapat
merusak pendengaran dan dapat pula menimbulkan gangguan kesehatan tingkat kebisingan 80 sd 90 dB A atau lebih dapat
membahayakan pendengaran. Seseorang yang terpapar kebisingan secara terus menerus dapat menyebabkan dirinya menderita ketulian.
Menurut Benny dan Adhi dalam Sarwono, dkk 2002 ketulian akibat kebisingan yang ditimbulkan akibat pemaparan terus menerus dibagi
menjadi dua yaitu : a Temporari deafness, yaitu kehilangan pendengaran sementara.
commit to user
20
b Permanent deafness, yaitu kehilangan pendengaran secara permanen atau disebut ketulian saraf. Pada pekerja permanent
deafness harus dapat dikompensasi oleh jamsostek atau rekomendasi dari dokter pemeriksa kesehatan
Menurut Tambunan 2005 secara umum tingkat bahaya yang ditimbulkan oleh kebisingan bagi pekerja dipengaruhi oleh beberapa hal,
seperti : 1 Intensitas dan frekuensi kebisingan.
2 Jenis kebisingan steady atau non steady noise. 3 Waktu kontak harian dan tahunan exposure duration.
4 Umur pekerja. 5 Penyakit-penyakit atau ketidaksempurnaan pendengaran pada pekerja
yang bukan disebabkan oleh kebisingan. 6 Kondisi lingkungan seperti angin, suhu, kelembaban udara di mana
bahaya kebisingan tersebut berada. 7 Jarak antara pekerja dan sumber kebisingan.
8 Posisi telinga terhadap gelombang suara kebisingan h. Rencana dan langkah pengendalian kebisingan.
Menurut Tarwaka, dkk 2004 sebelum dilakukan langkah pengendalian, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat
rencana pengendalian yang didasarkan pada hasil penilaian kebisingan dan dampak yang ditimbulkan. Rencana pengendalian dapat dilakukan
dengan pendekatan melalui perspektif manajemen risiko kebisingan.
commit to user
21
Manajemen risiko yang dimaksud adalah suatu pendekatan yang logik dan sistemik untuk mengendalikan risiko yang mungkin timbul. Langkah
manajemen risiko kebisingan tersebut adalah : 1 Mengidentifikasi sumber-sumber kebisingan yang ada di tempat kerja
yang berpotensi menimbulkan penyakit atau cedera akibat kerja. 2 Menilai risiko kebisingan yang berakibat serius terhadap penyakit dan
cedera akibat kerja. 3 Mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk mengendalikan atau
meminimalisasi risiko kebisingan. Setelah rencana dibuat dengan seksama, langkah selanjutnya adalah
melaksanakan langkah pengendalian kebisingan dengan dua arah pendekatan yaitu pendekatan jangka pendek Short-term gain dan
pendekatan jangka panjang Long-term gain dari hirarki pengendalian. Pada pengendalian kebisingan dengan orientasi jangka panjang, teknik
pengendaliannya secara berurutan adalah eliminasi sumber kebisingan, pengendalian secara teknik, pengendalian secara administrative dan
terakhir penggunaan alat pelindung diri. Sedangkan untuk orientasi jangka pendek adalah sebaliknya secara berurutan.
1 Eliminasi sumber kebisingan a Pada teknik eliminasi ini dapat dilakukan dengan penggunaan
tempat kerja atau pabrik baru sehingga biaya pengendalian dapat diminimalkan.
commit to user
22
b Pada tahap tender mesin-mesin yang akan dipakai, harus mensyaratkan maksimum intensitas kebisingan yang dikeluarkan
dari mesin baru. c Pada tahap pembuatan pabrik dan pemasangan mesin, konstruksi
bangunan harus dapat meredam kebisingan serendah mungkin dll. 2 Pengendalian kebisingan secara teknik
a Pengendalian kebisingan pada sumber suara. Penurunan kebisingan pada sumber suara dapat dilakukan dengan menutup mesin atau
mengisolasi mesin sehingga terpisah dengan pekerja. Teknik ini dapat dilakukan dengan mendesain mesin memakai remote control.
Selain itu dapat dilakukan redesain landasan mesin dengan bahan anti getaran. Namun demikian teknik ini memerlukan biaya yang
sangat besar sehingga dalam prakteknya sulit diimplementasikan. b Pengendalian kebisingan pada bagian transmisi kebisingan.
Apabila teknik pengendalian pada sumber suara sulit dilakukan, maka teknik berikutnya adalah dengan memberi pembatas atau
sekat antara mesin dan pekerja. Cara lain adalah dengan menambah atau melapisi dinding, plafon dan lantai dengan bahan penyerap
suara. Menurut Sanders dan McCormik dalam Tarwaka, dkk 2004 cara tersebut dapat mengurangi kebisingan antara 3-7 dB.
3 Pengendalian kebisingan secara administratif Apabila teknik pengendalian secara teknik belum
memungkinkan untuk dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah
commit to user
23
merencanakan teknik pengendalian secara administratif. Teknik pengendalian ini lebih difokuskan pada manajemen pemaparan.
Langkah yang dapat ditempuh adalah dengan mengatur rotasi kerja antara tempat yang bising dengan tempat yang lebih nyaman yang
didasarkan pada intensitas kebisingan yang diterima pada tabel 1. 4 Pengendalian kebisingan pada penerima atau pekerja
Teknik ini merupakan langkah terakhir apabila seluruh teknik pengendalian di atas eliminasi, pengendalian teknik dan
administratif belum memungkinkan untuk dilaksanakan. Jenis pengendalian ini dapat dilakukan dengan pemakaian alat pelindung
telinga tutup atau sumbat telinga. Menurut Pulat dalam Tarwaka, dkk 2004 pemakaian sumbat telinga dapat mengurangi kebisingan
sebesar ± 30 dB, sedangkan tutup telinga dapat mengurangi kebisingan sedikit lebih besar yaitu antara 40-50 dB. Pengendalian
kebisingan pada penerima ini telah banyak ditemukan di perusahaan- perusahaan, karena secara sekilas biayanya relatif lebih murah.
Namun demikian banyak ditemukan kendala dalam pemakaian tutup atau sumbat telinga seperti, tingkat kedisiplinan pekerja, mengurangi
kenyamanan kerja, mengganggu pembicaraan dll. Berikut adalah alat pelindung telinga menurut Tarwaka 2008 :
a Sumbat telinga Ear plug Ukuran dan bentuk saluran telinga tiap-tiap individu dan
bahkan untuk kedua telinga dari orang yang sama adalah berbeda.
commit to user
24
Untuk itu ear plug harus dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai dengan ukuran dan bentuk saluran telinga pemakainya. Pada
umumnya diameter saluran telinga antara 5-11 mm dan liang telinga pada umumnya berbentuk lonjong dan tidak lurus. Ear plug
dapat terbuat dari kapas, plastik, karet alami dan bahan sintetis. Untuk ear plug yang terbuat dari kapas, spon dan malam wax
hanya dapat digunakan untuk sekali pakai Disposable. Sedangkan yang terbuat dari bahan karet dan plastik yang dicetak Molded
rubberplastic dapat digunakan berulang kali Non Disposable. Alat ini dapat mengurangi suara sampai 20 dB A.
b Tutup telinga Ear muff Alat pelindung telinga jenis ini terdiri dari 2 dua buah tutup
telinga dan sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi
tinggi. Pada pemakaian untuk waktu yang cukup lama, efektivitas ear muff dapat menurunkan karena bantalannya menjadi mengeras
dan mengerut sebagai akibat reaksi dari bantalan dengan minyak dan keringat pada permukaan kulit. Alat ini dapat mengurangi
intensitas suara sampai 30 dB A dan juga dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda keras atau percikan bahan
kimia.
commit to user
25
Menurut Tarwaka 2008 perlu di perhatikan beberapa kriteria di dalam pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri sebagai berikut :
1 Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif kepada pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi di tempat kerja.
2 Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman dipakai dan tidak merupakan beban tambahan bagi
pemakainya. 3 Bentuknya cukup menarik, sehingga pekerja tidak malu
memakainya. 4 Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis
bahayanya maupun kenyamanan dalam pemakaian. 5 Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.
6 Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernafasan serta gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang
cukup lama. 7 Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda
peringatan. 8 Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia
dipasaran. 9 Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.
10 Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang ditetapkan Di samping pemenuhan terhadap kriteria-kriteria tersebut, pekerja
juga harus terus-menerus diberikan penyadaran, diberikan instruksi baik
commit to user
26
secara tertulis maupun lisan tentang kapan dan dalam keadaan bagaimana alat pelindung diri wajib dipakai. Penyadaran melalui tulisan atau gambar
dan poster tentang kewajiban memakai alat pelindung diri yang dipasang di tempat-tempat kerja juga sangat baik untuk mengingatkan pekerja
Tarwaka, 2008. 2. Tekanan Darah
a. Pengertian tekanan darah. Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh
permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah Ethel, 2003.
Tekanan darah adalah menunjukkan keadaan di mana tekanan yang dikenakan oleh darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh
jantung ke seluruh anggota tubuh, dengan kata lain tekanan darah juga berarti kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas
dinding pembuluh Guyton dan Hall, 2008. Tekanan darah sistolik adalah tekanan yang diturunkan sampai
suatu titik dimana denyut dapat dirasakan. Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan di atas arteri brakialis perlahan-lahan dikurangi sampai
bunyi jantung atau denyut arteri dengan jelas dapat didengar dan titik dimana bunyi mulai menghilang. Perbedaan tekanan antara sistole dan
diastole disebut tekanan nadi dan normalnya adalah 30-50 mmHg Hull, 1986.
commit to user
27
Aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalir melalui sistem
pembuluh tertutup karena ada perbedaan tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan Ethel, 2003.
a. Tekanan ventrikular kiri berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 0 mmHg saat diastole.
b. Tekanan aorta berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 80 mmHg saat diastole. Tekanan diastolik tetap
dipertahankan dalam arteri karena efek lontar balik dari dinding elastis aorta. Rata-rata tekanan aorta adalah 100 mmHg.
Perubahan tekanan sirkulasi sistemik. Darah mengalir dari aorta dengan tekanan 100 mmHg menuju arteri dengan perubahan tekanan
dari 100 ke 40 mmHg ke arteriol dengan tekanan 25 mmHg di ujung arteri sampai 10 mmHg di ujung vena masuk ke vena dengan
perubahan tekanan dari 10 mmHg ke 5 mmHg menuju vena cava superior dan inferior dengan tekanan 2 mmHg dan sampai ke atrium
kanan dengan tekanan 0 mmHg Ethel, 2003. b. Penggolongan tekanan darah.
1 Tekanan darah normal. Seorang dikatakan mempunyai tekanan darah normal bila tekanan
darah untuk sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg Guyton dan Hall, 2008. Nilai tekanan darah normal :
commit to user
28
a Pada usia 15-29 tahun : sistolik 90-120 mmHg, diastolik 60-80 mmHg.
b Pada usia 30-49 tahun : sistolik 110-140 mmHg, diastolik 70-90 mmHg.
c Pada usia 50 tahun : sistolik 120-150 mmHg, diastolik 70-90 mmHg Woro, 1999.
Tabel 2. Standar Tekanan Darah Normal
No. Usia Diastole Sistole
1 Pada masa bayi
50 70-90
2 Pada masa
anak 60
80-100 3 Masa
remaja 60
90-110 4 Dewasa
muda 60-70
110-125 5 Lebih
tua 80-90
130-150 Sumber : Evelyn, 2007.
2 Tekanan darah rendah. Seorang dikatakan mempunyai tekanan darah rendah bila
tekanan darah untuk sistolik 100 mmHg dan diastolik 60 mmHg Watson, 2002.
3 Tekanan darah tinggi. Seorang dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi apabila
untuk tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg Watson, 2002.
commit to user
29
Berikut adalah tabel untuk kategori tekanan darah : Tabel 3. Tabel Kategori Tekanan Darah
Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik
angka bacaan di atas mmHg
Tekanan Darah Diastolik angka bacaan
di bawah mmHg
Normal Di bawah 120
Di bawah 80 Pre-hipertensi
120 - 139 80 - 89
Darah tinggi atau hipertensi stadium 1
140 - 159 90 - 99
Darah tinggi atau hipertensi stadium 2
atau berbahaya Di atas 160
Di atas 100 Sumber : Joint National Committe-VII, 2004.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah
yaitu: 1 Faktor internal :
a Usia Semakin tua umur seseorang tekanan sistoliknya semakin
tinggi. Biasanya dihubungkan dengan timbulnya arteriosclerosis Guyton dan Hall, 2008. Tekanan darah sistolik meningkat sesuai
dengan peningkatan usia, akan tetapi tekanan darah diastolik meningkat seiring tekanan darah sistolik sampai sekitar usia 55
tahun, yang kemudian menurun oleh karena terjadinya proses kekakuan arteri akibat arteriosclerosis Sudoyo, 2006.
b Olahraga Meningkatnya curah jantung karena olahraga atau aktivitas
akan mengakibatkan tekanan darah naik pada menit-menit awal. Selanjutnya sistem regulasi tubuh akan berusaha untuk
commit to user
30
mengkompensasi kenaikan ini, sehingga tekanan darah akan cenderung tetap atau justru turun Ridjab, 2005.
Olahraga sangat bermanfaat bagi tubuh. Diantara banyak manfaat olahraga, salah satunya adalah bahwa olahraga dapat
meningkatkan kerja jantung dan pembuluh darah. Respon fisiologis terhadap olahraga adalah meningkatnya curah jantung yang akan
disertai meningkatnya distribusi oksigen ke bagian tubuh yang membutuhkan, sedangkan pada bagian-bagian yang kurang
memerlukan oksigen akan terjadi vasokonstriksi, misal traktus digestivus. Meningkatnya curah jantung pasti akan berpengaruh
terhadap tekanan darah Ridjab, 2005. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana
akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda;
paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari Caroline, 2008.
c Emosi dan stres fisik Saat manusia mempersepsikan sesuatu sebagai stres, bagian
otak yang menangani pikiran mengirimkan sinyal ke sistem saraf melalui hipotalamus. Sistem saraf lalu mempersiapkan tubuh untuk
menghadapi stres tersebut. Terjadi perubahan detak jantung dan tekanan darah, serta pupil melebar. Juga ada hormon dan zat-zat
kimia yang dikeluarkan atau disekresi, seperti adrenalin. Sekresi
commit to user
31
adrenalin ini yang membuat tubuh siap, namun jika terjadi berkepanjangan akan menimbulkan kerugian misalnya
terhambatnya pertumbuhan dan pemulihan tubuh, pencernaan dan reaksi kekebalan tubuh imunologik. Dapat terjadi penyakit terkait
stres; sebagai contoh penyakit jantung dan pembuluh darah kardiovaskuler akibat meningkatnya tekanan darah yang
merusakkan jantung dan pembuluh darah arteri serta meningkatnya kadar gula darah Selye, 2010
Emosi, kecemasan, rasa takut, stres fisik dan rasa sakit dapat meningkatkan tekanan darah oleh karena rangsangan terhadap saraf
simpatis menghasilkan peningkatan cardiac output dan vasokonstriksi arteri Selye, 2010.
d Obesitas Obesitas atau kegemukan diartikan sebagai penimbunan
jaringan lemak tubuh secara berlebihan sehingga berat badan telah melebihi batas ambang normal dan dapat membahayakan kesehatan
Kusumadiani, 2010. Timbunan lemak dalam tubuh memicu tekanan darah tinggi
dan meningkatkan kadar kolesterol darah dan insulin. Kondisi kegemukan yang dialami anak-anak sejak kecil jelas meningkatkan
resiko kematian dini Kusumadiani, 2010 Derajat kelebihan berat badan dinyatakan dalam beberapa
cara, akan tetapi yang mempunyai hubungan terbaik dengan lemak
commit to user
32
tubuh, sehingga lebih disukai adalah Body Mass Index BMI atau Indeks Masa Tubuh IMT. IMT adalah berat badan Kg kuadrat
tinggi badan m
2
atau dirumuskan BBTB
2
. Indeks Massa Tubuh IMT yang kurang dari 18,5 termasuk dalam kategori kurus, untuk
IMT antara 18,5 - 22,9 termasuk dalam kategori normal, untuk IMT 23,0 - 27,4 termasuk dalam kategori over weight dan untuk
IMT lebih dari 27,5 termasuk dalam kategori obesitas Taufik, 2007.
e Merokok Rokok mempunyai pengaruh terhadap sistem pembuluh yaitu
darah jantung akan terlihat dengan adanya denyut jantung yang meningkat. Tekanan darah dan pengerutan otot jantung meningkat
dengan akibat kebutuhan oksigen meningkat. Bahaya akan terjadi seseorang menderita tekanan darah tinggi sehingga dapat
mempercepat terjadi keusakan otak, ginjal, mata dan pembuluh darah. Tidak terkecuali kemungkinan kematian mendadak Eni,
2011. Sementara, kelainan pembuluh darah pada jantung, akan
mempercepat terjadinya serangan jantung. Pada orang yang sudah lama mengisap rokok sering juga terlihat terjadinya penyempitan
pembuluh darah, utamanya ditungkai bawah. Akibatnya orang akan merasa dingin pada kaki dan tangan Eni, 2011
commit to user
33
Nikotin menyebabkan kenaikan tekanan arteri dan denyut jantung oleh beberapa mekanisme Kaplan dan Stamler, 1996 :
1 Nikotin merangsang pelepasan epinetrin lokal dari saraf adrenergik dan meningkat sekresi katekolamin dari modula
adrenalis dan dari jaringan kromafin di jantung. 2 Nikotin bekerja pada kemoreseptor di glomus caroticus dan
glomera aotica yang menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan arteri.
3 Nikotin bekerja langsung pada miokardium untuk menginduksi efek inotropik dan kronotropik positif.
Menurut pendapat Singgih 1995 nikotin dalam merokok dapat mengakibatkan jantung berdenyut lebih cepat dan
penyempitan saluran-saluran nadi sehingga menyebabkan jantung terpaksa memompa dengan lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan
darah ke seluruh tubuh. Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan yang akan merangsang jantung, saraf, otak dan
organ tubuh lainnya bekerja tidak normal, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut
nadi dan tekanan kontraksi otot jantung Sidabutar dan Wiguno, 1990.
commit to user
34
Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat seperti andrenalin. Zat ini merangsang denyut jantung dan
tekanan darah. Merokok berulang kali dapat menaikkan langsung tekanan darah 5 sampai 10 mmHg Iman, 2004.
f Konsumsi alkohol Mengkonsumsi alkohol berakibat buruk, dalam sebuah
penelitian yang dilakukan Beever and Mac Gregor 1995, mendapatkan bahwa mengkonsumsi minuman berakohol dalam
jumlah besar dapat meningkatkan tekanan darah Riyadina, 2002. Diperkirakan mengkonsumsi alkohol yang berlebihan akan
meningkatkan tekanan darah sekitar 5-20 , dan sudah menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang akan merusak jantung dan
organ-organ lain Aditama, 2005. Konsumsi alkohol yang berlebihan selama jangka waktu yang
panjang memiliki efek buruk pada hampir setiap organ dan sistem tubuh yaitu meningkatkan tekanan darah tinggi hipertensi
Permanente, 2010. g Minum kopi
Minum kopi yang mengandung kafein dapat menghasilkan perubahan dalam hemodinamik diantaranya dapat meningkatkan
tekanan darah James, 1993.
commit to user
35
2 Faktor eksternal : a Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.48
tahun 1996. Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya
secara tiba- WLED GDQ WLGDN WHUGXJD 6XPD¶PXU .HEisingan
mengganggu perhatian, sehingga konsentrasi dan kesigapan mental menurun. Efek pada persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan
tekanan darah, percepatan detak jantung, pengerutan pembuluh darah kulit, bertambah cepatnya metabolisme, menurunnya
aktivitas alat pencernaan. Kebisingan yang melebihi NAB dapat menyebabkan kelelahan, kegugupan, rasa ingin marah, hipertensi
darah tinggi dan menambah stres Hermawati, 2006 b Tekanan panas.
Tekanan panas heat stress adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh manusia Santoso, 2004. Selama aktivitas
pada lingkungan panas, tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk memelihara suatu kisaran panas lingkungan yang
konstan dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dari luar tubuh dengan kehilangan panas dalam tubuh. Lingkungan
commit to user
36
kerja panas terdiri dari unsur suhu udara kering dan basah, kelembaban nisbi, panas radiasi dan kecepatan gerak udara
Tarwaka dkk, 2004. Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya
dengan penguapan keringat yang dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah yang disertai meningkatnya denyut jantung dan
tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler bertambah 6XPD¶PXU
c Masa kerja Bising yang sangat keras di atas 85 dB untuk daerah pabrik,
industri dan sejenisnya dapat menyebabkan kemunduran yang serius pada kondisi kesehatan seseorang pada umumnya dan bila
berlangsung lama dapat menyebabkan kehilangan pendengaran sementara, yang lambat laun dapat menyebabkan kehilangan
pendengaran permanen. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan kesehatan berupa peningkatan tekanan darah
dan pendengaran antara lain adalah intensitas kebisingan, frekuensi kebisingan dan lamanya orang tersebut berada di tempat kerja atau
di dekat sumber bunyi, baik dari hari ke hari atau seumur hidup Azwar, 1990.
d Beban kerja Menurut Hart dan Staveland dalam Tarwaka 2010, bahwa
beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara
commit to user
37
tuntutan tugas-tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja, ketrampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja.
Beban kerja kadang juga dapat didefinisikan secara operasional pada berbagai faktor seperti tuntutan tugas atau upaya-upaya yang
dilakukan untuk melakukan pekerjaan. Bagaimanapun juga, bukanlah hal yang bijaksana jika hanya mempertimbangkan beban
kerja dari satu aspek saja, selama faktor-faktor yang lain mempunyai inter-relasi pada cara-cara yang komplek.
Pembebanan fisik yang dibenarkan adalah pembebanan yang melebihi 30-40 dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja
dalam waktu 8 jam sehari dengan memperhatikan peraturan jam yang berlaku. Pembebanan yang lebih berat diperkenankan dalam
waktu yang lebih singkat dan ditambah dengan istirahat yang VHVXDLGHQJDQEHUWDPEDKQ\DEHUDWEDGDQ6XPD¶PXU
Lebih lanjut Christensen dan Grandjean dalam Tarwaka, dkk 2004 menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk
mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru, denyut
jantung dan suhu inti tubuh. Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang
tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukaan aktivitas pekerjaannya
sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan.
commit to user
38
Di mana semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan
fisiologis yang berarti atau sebaliknya Tarwaka dkk, 2004. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui
beberapa cara sebagai berikut Aditama, 2005 : 1 Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak
cairan pada setiap detiknya. 2 Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga
mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung
dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, di
mana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosclerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil arteriola untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan
saraf atau hormon di dalam darah. 3 Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya jika aktivitas memompa
jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran dan banyak cairan
commit to user
39
keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan
oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi secara
otomatis. Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom,
yang untuk sementara waktu berfungsi untuk Aditama, 2005 : 1 Meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight reaksi fisik
tubuh terhadap ancaman dari luar. 2 Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung, juga
mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan
darah yang lebih banyak. 3 Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan
meningkatkan volume darah dalam tubuh. 4 Melepaskan hormon epinefrin adrenalin dan norepinefrin
noradrenalin, yang merangsang jantung dan pembuluh darah. 3. Hubungan kebisingan dengan tekanan darah
Pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah terlihat jelas dari respon- respon fisiologis yang nampak terhadap pekerja. Kebisingan tidak hanya
dapat menyebabkan gangguan pendengaran tetapi juga dapat menimbulkan gangguan terhadap mental emosional serta sistem jantung dan peredaran
darah. Gangguan mental emosional yaitu berupa terganggunya kenyamanan
commit to user
40
kerja, mudah tersinggung, mudah marah. Melalui mekanisme hormonal yaitu dihasilkan hormon adrenalin, sehingga dapat meningkatkan frekuensi
detak jantung dan peningkatan tekanan darah. Hal tersebut termasuk gangguan kardiovaskuler Sasongko, 2000. Tarwaka, dkk 2004 juga
menyatakan bahwa selain berpengaruh terhadap indera pendengaran pada intensitas kebisingan yang tinggi, kebisingan juga berpengaruh secara
fisiologis yaitu terganggunya kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, risiko serangan jantung meningkat dan gangguan
pencernaan.
commit to user
41
B. Kerangka Pemikiran