Aspek Berpikir K Kemunculan Aspek Inkuiri dalam Pembelajaran IPA
98
Berdasarkan Gambar 4.7, tidak semua guru mampu memunculkan aspek berpikir kritis dan logis untuk mengaitkan antara penjelasan dan bukti yang ada. Dari
4 orang guru yang diteliti hanya guru C yang tidak memunculkan aspek ini pada pertemuan III, sedangkan guru A, B dan D selalu memunculkan aspek ini walaupun
waktu yang digunakan sangat singkat. Penggunaan waktu pada aspek berpikir kritis dan logis untuk mengaitkan antara
penjelasan dan bukti yang ada sangat sedikit digunakan guru dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya. Ini menunjukkan bahwa aspek ini tidaklah mudah, karena
kegiatan yang dilakukan guru harus dapat merangsang siswa untuk berpikir kritis. Kegiatan berfikir kritis ini sangat perlu dilakukan guru dalam memobilisasi aktivitas
siswa yaitu dengan melakukan aktivitas siswa menjawab pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan serta menanggapi jawaban siswa yang lain dalam diskusi
kelompok. Berkenaan dengan pernyataan di atas, Johnson 2007 mengemukakan bahwa berfikir kritis merupakan suatu proses yang terarah dan jelas yang digunakan
dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berfikir kritis juga
merupakan kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Pembelajaran IPA berbasis inkuiri dapat menciptakan kondisi supaya siswa
bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi, selanjutnya melakukan kegiatan mencari jawaban, memproses data secara logis hingga siswa melakukan strategi
pengembangan intelektual yang dapat digunakan untuk menemukan mengapa suatu fenomena bisa terjadi. Kegiatan berpikir kritis dikembangkan oleh guru melalui
99
pengalaman yang bermakna yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah sehingga dapat
merangsang keterampilan berpikir kritis siswa. Pengalaman ini diperlukan agar siswa memiliki konsep yang berguna dalam menganalisis dan mengevaluasi suatu
permasalahan. Guru yang memiliki keterampilan berpikir kritis diharapkan juga mampu untuk mengajarkan siswanya berpikir kritis.
Sebagai seorang pendidik guru berkewajiban untuk mengkondisikan pembelajaran agar siswa mampu mengembangkan kecerdasan dan kemampuan
berpikir kritisnya. Dengan berpikir kritis, siswa dapat mengubah atau memperbaiki pikirannya sehingga dapat bertindak lebih cepat. Berpikir secara kritis tentang bukti
yang ada termasuk menentukan bukti apa yang seharusnya digunakan dan memberikan penjelasan pada data yang tidak sesuai, siswa seharusnya dapat mereviu
data dari suatu ekspremen sederhana, meringkas data tersebut dan menyusun suatu argument yang logis tentang hubungan sebab akibat dalam eksperimen. Siswa juga
seharusnya menjelaskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel atau lebih. Hasil analisis didapatkan keterampilan berpikir kritis yang diajukan guru
kepada siswa relatif sedikit. Ini dikarenakan pada saat guru meminta siswa berpikir kritis pada setiap kelompok, intruksi dari guru hanya sedikit yang terekam dengan
baik. Dalam aspek berfikir kritis siswa juga dituntut untuk menganalisis kembali penjelasan yang telah dibuatnya. Kegiatan pada aspek ini terjadi bersamaan dengan
aspek memberikan deskripsi, penjelasan, prediksi berdasarkan bukti yang ada dan aspek mengenal dan menganalisis penjelasan-penjelasan lain yang akan dibuat.