Latar Belakang Penelitian IMPLEMENTASI PENDEKATAN MORAL REASONING (PERTIMBANGAN MORAL) DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK Implementasi Pendekatan Moral Reasoning (Pertimbangan Moral) Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Di SMPIT Al Mukminun Ngrambe Kab. Ngawi

5 IM PLEM ENTASI PENDEKATAN M ORAL REASONING PERTIM BANGAN M ORAL DALAM PEM BELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI SM PIT AL M UKM INUN NGRAM BE KAB. NGAW I TAHUN PELAJARAN 2013 2014.

A. Latar Belakang Penelitian

Belakangan ini banyak t erdengar keluhan orang t ua, ahli didik dan orang-orang yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial, berkenaan dengan ulah perilaku remaja yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, berbuat keonaran, maksiat , t aw uran, pest a mabuk-mabukan, pest a obat - obat an t erlarang, bergaya hidup sepert i hippies di Eropa dan Amerika, bahkan melakukan pemerkosaan, pembunuhan, dan t ingkah laku penyimpangan moral lainnya. Perilaku penyim pangan moral yang dit unjukkan oleh sebagian generasi muda harapan masa depan bangsa it u sungguhpun jumlahnya mungkin hanya sepersekian persen dari jumlah pelajar secara keseluruhan, sungguh disayangkan dan t elah mencoreng kredibilit as dunia pendidikan. Para pelajar yang seharusnya menunjukkan moral yang baik sebagai hasil didikan it u, just ru malah menunjukkan t ingkah laku yang buruk. Timbulnya berbagai penyim pangan moral di kalangan para remaja t ersebut , t idaklah t erlepas dari berbagai fakt or yang menurut nat a 2003:191, ant ara lain: Pert ama, longgarnya pegangan t erhadap agama, disaat sudah menjadi t radisi bahw a segala sesuat u dapat dicapai dengan ilmu penget ahuan. Hal ini mengakibat kan keyakinan beragama mulai t erdesak, kepercayaan kepada Allah SWT t inggal simbol, larangan-larangan dan perint ah-perint ah Allah SW T t idak diindahkan lagi. Longgarnya pegangan seseorang t erhadap ajaran agama, maka hilanglah kekuat an pengont rol yang ada pada dirinya. Kekuat an pengont rol dari masyarakat dengan hukum dan perat urannya menjadi peninggalan t erakhir. Kepedulian pengaw asan masyarakat merupakan dorongan yang dat ang dari luar, sehingga apabila masyarakat t idak menget ahui maka dengan mudahnya dia akan berani melanggar perat uran-perat uran dan hukum-hukum sosial it u. Berbeda ket ika set iap orang t eguh keyakinan t erhadap Allah SWT dan menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, t idak perlu lagi pengaw asan yang ket at , karena set iap orang sudah mampu mengaw asi dirinya sendiri, t idak melanggar hukum dan ket ent uan-ket ent uan agama Islam. Kedua, kurang efekt ifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah t angga, sekolah, maupun masyarakat , ket ent uan-ket ent uan Tuhan yang ket at , Pembinaan moral anak selama ini banyak dilakukan dengan cara menyuruh anak menghafalkan rumusan t ent ang baik dan buruk, sehingga anak akan dibesarkan t anpa mengenal m oral it u, bukan dengan dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik unt uk menumbuhkan moral anak. Daradjat 1978:67 didalam buku Peranan Agama dalam Kesehat an M ent al menyat akan moral bukanlah suat u pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, t anpa membiasakan hidup bermoral dari sejak kecil. M oral it u t umbuh dari t indakan kepada pengert ian, dan t idak sebaliknya. Sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak-anak, di mana pert umbuhan ment al, moral dan sosial sert a segala aspek kepribadian dapat berjalan dengan baik. 6 Unt uk menumbuhkan sikap moral yang demikian it u, pendidikan agama di sekolah harus dilaksanakan secara int ensif agar ilmu dan amal dapat dirasakan anak didik di sekolah. Ket iga, derasnya arus budaya m at realist is, hedonist is dan sekularist is. Realit a mengat akan banyak dit emukan anak-anak sekolah menengah mengant ongi obat -obat an, gambar-gambar cabul, alat -alat kont rasepsi sepert i kondom dan benda-benda t ajam, yang semua alat -alat t ersebut biasanya digunakan unt uk hal-hal yang dapat merusak moral. Timbulnya sikap t ersebut t idaklah lepas dari dari derasnya arus budaya m at erialist is, hedonist is, dan sekularist is yang disalurkan melalui t ulisan-t ulisan, bacaan-bacaan, lukisan- lukisan, siaran-siaran, pert unjukan-pert unjukan, dan sebagainya. Derasnya arus budaya yang demikian diduga t ermasuk fakt or yang paling besar andilnya dalam menghancurkan moral para remaja dan generasi muda umumnya. Keempat , belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerint ah unt uk melakukan pembinaan moral bangsa. Ulah sebagian elit penguasa yang semat a-mat a mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara yang t idak mendidik, sepert i korupsi, kolusi dan nepot isme, semakin memperparah kerusakan m oral bangsa. Kekuasaan, uang, t eknologi, dan sumber daya yang dimiliki pemerint ah seharusnya digunakan unt uk merumuskan konsep pembinaan moral bangsa dan aplikasinya secara sungguh-sungguh dan berkesinambungan. M at a pelajaran Aqidah Akhlak di lembaga pendidikan Islam merupakan salah sat u implement asi dari jiw a pendidikan Islam dan memiliki kedudukan yang sangat pent ing dalam pendidikan Islam. Para ahli pendidikan Islam t elah sepakat bahw a maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi ot ak anak didik dengan segala macam ilmu yang mereka ket ahui, t et api maksudnya adalah mendidik akhlak dan jiw a mereka, membent uk moral yang t inggi, menanamkan akhlak m ulia, meresapkan fadhilah keut amaan di dalam jiw a para sisw a, membiasakan mereka berpegang pada moral yang t inggi dan menghindari hal-hal yang t ercela, berpikir secara rohaniah dan insaniyah kemanusiaan, dan menyiapkan mereka unt uk suat u kehidupan yang t inggi Abrasyi, 1989:11. M at a pelajaran Aqidah Akhlak merupakan media pendidikan akhlak yang diharapkan mampu memberikan kont ribusi yang berart i dalam membent uk religiusit as pada diri sisw a, yakni t ercipt anya ment al akhlak dan kekuat an aqidah yang kokoh yang t eraplikasi dalam sikap keagamaan di berbagai dimensi kehidupan. Lat ar belakang di at as, maka proses int ernalisasi nilai-nilai ajaran Islam harus dilakukan sefekt if mungkin sehingga pada akhirnya sisw a mampu mencipt akan keserasian, keselarasan, dan kesinambungan hubungan manusia dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya. Oleh karena it u, mat a pelajaran Aqidah Akhlak di sekolah sangat diharapkan mampu mencipt akan anak didik yang memiliki religiusit as t inggi, yang beraqidah dan berakhlak mulia, yang mampu hidup berdampingan dan m enghormat i hak hidup orang lain dengan dilandasi nilai-nilai Islami. Unt uk mencapai sasaran yang diinginkan secara efekt if dan efisian, maka dibut uhkan suat u pendekat an pembelajaran, salah sat unya adalah pendekat an M oral Reasoning 7 Pert imbangan M oral. Pendekat an ini melat ih sisw a unt uk dapat berpikir krit is menimbang ant ara yang haq dan yang bat hil sesuai dengan nilai-nilai Al- Qur’an, menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan dengan dilandasi keimanan, sert a melibat kan unsur rohaniah dan insaniyah kemanusiaan dalam bersikap dan mengambil keput usan, sehingga sisw a akan menemukan religiusit as yang kokoh pada dirinya. Berdasar persoalan yang t elah dikemukakan di at as, maka kami t ert arik unt uk melakukan penelit ian dengan mengangkat judul t esis “ IM PLEM ENTASI PENDEKATAN M ORAL REASONING PERTIM BANGAN M ORAL DALAM PEM BELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI SM PIT AL M UKM INUN NGRAM BE KAB. NGAWI TAHUN PELAJARAN 2013 2014” . B. Rumusan M asalah Berdasarkan lat ar belakang masalah yang dikemukakan di at as, maka penelit i merumuskan permasalahan sebagai berikut . 1. Apakah yang melat arbelakangi pelaksanaan pembelajaran pendekat an M oral Reasoning pert imbangan moral dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di SM PIT Al M ukminun Ngrambe Kab. Ngaw i Tahun Pelajaran 2013 2014? 2. Bagaimana implement asi pendekat an M oral Reasoning pert imbangan moral dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di SM PIT Al M ukminun Ngrambe Kab. Ngaw i Tahun Pelajaran 2013 2014 ?

C. Tujuan Penelitian