2. SMA Budi Murni Deli Tua
SMA Budi Murni Deli Tua merupakan salah satu model sekolah berasrama yang bercorak nasionalis-religius. Sekolah SMA Budi Murni Deli Tua ini
merupakan unit pendidikan dari Yayasan Ordo Saudara Dina Konventual OFM Conv.. Misi sekolah SMA Budi Murni Deli Tua adalah untuk mendampingi
siswa melalui pendidikan sekolah berasrama. Sesuai dengan misi SMA Budi Murni Deli Tua sebagai sekolah berasrama, pendidikannya meliputi dua bidang
yaitu bidang asrama dan bidang sekolah yang terpadu. SMA Budi Murni Deli Tua menyediakan asrama putri. Penyelenggaraan
asrama didampingi oleh pamong asrama. Pamong asrama bukanlah orang awam, melainkan biarawati yang disebut Suster. Suasana asrama membentuk warga
asrama untuk mengembangkan diri dan potensinya secara optimal dalam bidang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai hidup yang diperlukan untuk
siap melanjutkan ke perguruan tinggi maupun hidup di tengah masyarakat. Pendidikan bidang sekolah di SMA Budi Murni Deli Tua diselenggarakan
melalui pelaksanaan kurikulum baku dan kurikulum pengembangan. Kurikulum baku adalah kurikulum yang dibakukan pemerintah sebagai kurikulum standar
minimal secara nasional. Kurikulum pengembangan adalah kegiatan-kegiatan terobosan pengembangan kurikulum untuk memperkaya pendidikan, pelatihan
dan pembimbingan peserta didik, yaitu berupa kelompok kegiatan intelektualitas, religiusitas, dan sosialitas. Pengajar SMA Budi Murni Deli Tua disebut sebagai
guru, yang berfungsi sebagai pendamping, fasilitator, mediator, instruktor,
Universitas Sumatera Utara
motivator bagi peserta didik. Sementara peserta didik merupakan subjek pendidikan yang dituntut lebih aktif dan mandiri dalam kegiatan belajar mengajar.
Proses pendidikan di SMA Budi Murni Deli Tua memadukan unsur-unsur pendidikan formal, non formal, dan informal. Menurut Undang-undang No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan formal dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, danatau masyarakat. Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang berfungsi mengembangkan potensi peserta didik
dengan penekanan pada keluasan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Sedangkan kegiatan pendidikan
informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Unsur-unsur pendidikan formal, non formal, dan informal dalam
proses pendidikan di SMA Budi Murni Deli Tua ini mencakup segi-segi intelektualitas, religiusitas, dan sosialitas.
D. Hubungan Keyakinan Diri dengan Penyesuaian Diri Siswa SMA Budi Murni Deli Tua yang Tinggal di Asrama
Boarding school merupakan penyelenggaraan sekolah bermutu untuk meningkatkan kualitas anak didik. Nama lain dari istilah boarding school adalah
sekolah berasrama. Para murid mengikuti pendidikan reguler dari pagi hingga siang di sekolah kemudian dilanjutkan dengan pendidikan asrama seperti
pendidikan agama atau pendidikan nilai-nilai khusus lainnya. Selama 24 jam anak didik berada di bawah pengawasan para guru pembimbing Maknun, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Sekolah berasrama merupakan model sekolah yang memiliki tuntutan yang lebih tinggi jika dibanding sekolah reguler Vembriarto, 1993. Tuntutan-tuntutan
tersebut dapat memberikan dampak yang positif maupun negatif bagi kehidupan siswa. Dampak positif dari sekolah berasrama tersebut antara lain membangun
wawasan pendidikan keagamaan yang tidak hanya sampai pada tataran teoritis tapi juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu maupun belajar hidup,
membangun wawasan nasional siswa sehingga terbiasa berinteraksi dengan teman sebaya yang berasal dari berbagai latar belakang dan dapat melatih anak untuk
menghargai pluralitas, memberikan jaminan keamanan dengan tata tertib yang dibuat secara jelas serta sanksi-sanksi bagi pelanggarnya sehingga keamaanan
anak terjaga seperti terhindar dari pergaulan bebas, dan lain-lain Maknun, 2006. Selain dampak positif, ternyata tuntutan dari sekolah berasrama juga dapat
berpengaruh negatif bagi siswa, seperti pola pengasuhan yang tidak baku dan sangat beragam dari yang sangat militer disiplin sampai ada yang terlalu lunak
dimana keduanya mempunyai efek negatif yaitu pola militer yang melahirkan siswa yang berwatak keras dan pola yang terlalu lunak menimbulkan watak licik
yang dapat menghantarkan siswa suka mempermainkan peraturan, kondisi dan aktivitas yang dijalani siswa dapat menciptakan kejenuhan, dan lain-lain
Maknun, 2006. Banyak individu yang menderita, stres dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidakmampuannya menghadapi
tuntutan sekolah berasrama Mu’tadin, 2005. Sekolah berasrama menghadapkan siswa pada berbagai tuntutan sekolah dan
asrama seperti tuntutan akan kemandirian, tuntutan akan tanggung jawab, dan
Universitas Sumatera Utara
tuntutan akademik. Tuntutan akan kemandirian terlihat dari ketentuan yang mengharuskan siswa untuk mampu mengurus sendiri kebutuhan pribadinya,
seperti mencuci, menyetrika, dan melakukan tugas piket asrama. Tuntutan akan tanggung jawab adalah tuntutan terhadap siswa untuk mematuhi peraturan
sekolah, peraturan asrama, mengikuti kegiatan sekolah dan asrama, serta menjalankan setiap tugas sekolah dan asrama secara bertanggung jawab sesuai
dengan perannya. Tuntutan akademik yaitu tuntutan terhadap siswa untuk memiliki prestasi yang baik sesuai standar nilai yang ditetapkan sekolah. Siswa
yang gagal memenuhi tuntutan tersebut akan dikenai sanksi sesuai aturan. Sanksi yang terberat adalah pemutusan hubungan dengan sekolah dan asrama.
Tuntutan-tuntutan yang ada di sekolah dan asrama dapat menimbulkan stress Widiastono, 2001. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai
kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidakmampuannya menghadapi tuntutan- tuntutan di sekolah berasrama Mu’tadin, 2005. Oleh karena itu, untuk
meminimalisir dampak negatif tersebut, diperlukan penyesuaian diri pada siswa sebagai mekanisme yang efektif untuk mengatasi stres dan menghindarkan
terjadinya krisis psikologis Calhoun,1990. Menurut Runyon 1984, ketika individu mempunyai penyesuaian diri yang baik maka individu akan mampu
mengatasi stres dan mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hidup. Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon mental dan
tingkah laku individu, yaitu individu berusaha keras agar mampu mengatasi konflik dan frustrasi karena terhambatnya kebutuhan dalam dirinya, sehingga
tercapai keselarasan dan keharmonisan antara tuntutan dari dalam diri dengan
Universitas Sumatera Utara
tuntutan lingkungan Schneiders, 1964. Menyesuaikan diri berarti mengubah dengan cara yang tepat untuk memenuhi tuntutan tertentu Mu’tadin, 2002.
Penyesuaian diri berlangsung secara terus menerus antara memuaskan kebutuhan diri sendiri dengan tuntutan lingkungan. Ketika individu mempunyai penyesuaian
diri yang baik maka individu akan mampu mengatasi stres dan mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hidup Runyon, 1984.
Penyesuaian diri dipengaruhi oleh berbagai faktor. Schneiders 1964 menyebutkan bahwa kondisi psikologis merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi penyesuaian diri. Kondisi psikologis meliputi keadaan mental individu yang sehat, dimana individu yang memiliki mental yang sehat memiliki
kemampuan untuk melakukan pengaturan terhadap dirinya sendiri dalam membentuk perilakunya secara efektif Schneiders, 1964. Dalam mengatur suatu
perilaku yang akan dibentuk atau tidak, individu tidak hanya mempertimbangkan informasi tentang keuntungan dan kerugian dari perilaku, tetapi juga
mempertimbangkan sampai sejauh mana individu memiliki kemampuan mengatur perilaku tersebut Bandura, 1986. Oleh karena itu, untuk memiliki kemampuan
dalam mengatur perilaku ini diperlukan keyakinan diri. Keyakinan diri adalah perasaan individu akan kemampuannya dalam
mengerjakan suatu tugas sehingga individu mampu mengorganisasi dan mengimplementasi tindakan yang dibutuhkan untuk menampilkan suatu
kecakapan tertentu Bandura, 1986. Keyakinan diri individu akan menunjukkan kemampuan dirinya untuk membentuk perilaku yang relevan dalam situasi-situasi
Universitas Sumatera Utara
khusus yang mungkin tidak dapat diramalkan dan dapat menimbulkan stress Bandura, 1986.
Keyakinan diri individu dalam mengerjakan suatu tugas berbeda dalam dimensinya. Dimensi keyakinan diri individu ketika melakukan suatu tugas
berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas, keluasan individu terhadap tugas, dan kemantapan individu akan hasil tugas yang diharapkan. Dengan demikian,
keyakinan diri menjadi dasar diri individu untuk melakukan usaha dalam menyesuaikan kemampuan individu terhadap berbagai tugas, bahkan ketika
menemui hambatan sekalipun Bandura, 1997. Siswa yang tinggal di sekolah berasrama dihadapkan pada berbagai tuntutan,
baik tuntutan kemandirian, tanggung jawab maupun akademik. Kehidupan siswa di sekolah berasrama dapat dirasakan sebagai masa ketegangan karena siswa
harus menyesuaikan kemampuan diri siswa dengan berbagai tuntutan tersebut. Kemampuan siswa dalam mengatur perilakunya terhadap tuntutan-tuntutan
tersebut didasarkan atas keyakinan diri yang dimilikinya. Dengan keyakinan diri tersebut, maka dapat menentukan kemampuan penyesuaian diri siswa dalam
memenuhi berbagai tuntutan yang ada, dan pada akhirnya akan mempengaruhi keberhasilan siswa selama menempuh pendidikan di sekolah asrama Wijaya,
2007.
Universitas Sumatera Utara
E. Hipotesa Penelitian