Analisis Pendapatan, Faktor Produktivitas Dan Manajemen Usaha Sapi Perah Kud Giri Tani Kabupaten Bogor

ANALISIS PENDAPATAN, FAKTOR PRODUKTIVITAS DAN
MANAJEMEN USAHA SAPI PERAH KUD GIRI TANI
KABUPATEN BOGOR

NI MADE DEWI ADNYAWATI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pendapatan,
Faktor Produktivitas dan Manajemen Usaha Sapi Perah KUD Giri Tani
Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Ni Made Dewi Adnyawati
NIM H34124035

ABSTRAK
NI MADE DEWI ADNYAWATI. Analisis Pendapatan, Faktor Produktivitas dan
Manajemen Usaha Sapi Perah KUD Giri Tani Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh
Burhanuddin.
Peternakan merupakan subsektor yang penting dalam sektor pertanian di
Indonesia. Jawa Barat merupakan provinsi sentra peternakan, salah satunya di
kecamatan Cisarua Bogor. Rendahnya produksi susu dan tingginya harga pakan
menyebabkan pendapatan peternak rendah. Tujuan penelitian yaitu untuk
menganalisis pendapatan peternak, faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas sapi perah dan manajemen serta peranan koperasi. Analisis yang
digunakan yaitu analisis pendapatan, R/C , fungsi produksi dan analisis deskriptif.
Berdasarkan hasil perhitungan pendapatan dan R/C, peternak dengan skala kecil
dan sedang mengalami kerugian sedangkan peternak dengan skala besar
mendapatkan keuntungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi
perah yaitu pakan konsentrat, masa laktasi dan tenaga kerja. KUD Giri tani

memiliki manajemen dan menjalankan peranannya dengan cukup baik yang dapat
dilihat dari unit kegiatan yang dijalankan untuk menunjang keberlangsungan
usahaternak yang dijalankan anggota peternak.
Kata kunci: Pendapatan, R/C, Faktor Produktivitas, Manajemen Koperasi

ABSTRACT
NI MADE DEWI ADNYAWATI. Analyze Revenue Livestock, Productivity
Function and Management of Dairy Cow‟s Entreprise KUD Giri Tani, Bogor
District. Supervised by BURHANUDDIN.
Livestock is an important sub-sectors of Indonesia‟s agriculture. Western
of Java is one of livestocks centers in the Island of Java, for example is subdistrict Cisarua, Bogor. Nowadays, the milk production decrease, whereas the
price of Livestock feed getting high, lead to the incomes of dairy farmers remain
low. The purpose of this study is analyzing dairy farmer's incomes, the factor that
affects dairy cow productivity and the Koperasi‟s management nor the role of
Koperasi. This study using the analysis of revenue, R/C, production function and
descriptive analysing. Based on the result of revenue calculation, R/C, small and
middle-scale dairy farmers facing profit losses, whereas the large-scale diary
farmers can gaining their profit. The factors dairy cow‟s productivity to produce
dairy milk are concentrated feeds, lactation and workers. The Koperasi Unit Desa
(KUD) Giri Tani has good management and doing their responsibility well

enough. These can be seen from their activities to support the sustainability of
livestock enterprises that implemented by KUD members .
Keywords: Revenue, R / C, Productivity Factor , Management Cooperation

ANALISIS PENDAPATAN, FAKTOR PRODUKTIVITAS DAN
MANAJEMEN USAHA SAPI PERAH KUD GIRI TANI
KABUPATEN BOGOR

NI MADE DEWI ADNYAWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah usahatani, dengan
judul Analisis Pendapatan, Faktor Produktivitas dan Manajemen Usaha Sapi
Perah KUD Giri Tani Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin, MM selaku
dosen pembimbing, Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama
dan Dra. Yusalina, MSi sebagai dosen penguji akademik yang memberikan
banyak masukan dan saran dalam perbaikan skripsi penulis. Ucapan terimakasih
juga penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi selaku dosen
pembimbing akademik atas bimbingan dan arahan yang diberikan selama penulis
menjalani masa perkuliahan di departemen Agribisnis ini. Selain itu ucapan
terimakasih juga di ucapkan kepada anggota peternak KUD Giri Tani atas
bantuannya pada penulis dalam pengumpulan data penelitian ini. Ucapan
terimakasi juga penulis ucapkan kepada Ayah, Ibu, kakak, adik dan seluruh
keluarga serta teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.


Bogor, Agustus 2014
Ni Made Dewi Adnyawati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu
Penerimaan, Struktur Biaya dan Pendapatan Usahaternak
Manajemen dan Peranan Koperasi Bagi Peternak
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis

Konsep Usahatani
Konsep Fungsi Produksi
Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahaternak Sapi Perah
Imbangan Biaya-Penerimaan
Manajemen dan Peranan Koperasi Dalam Usahaternak

ii
iii
iii
1
1
5
6
7
7
7
7
9
11
11

11
11
12
14
15
15

Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengambilan Sampel
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data

16
17
17
18
18

18
19

Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan
Analisis Fungsi Produksi

19
20

Definisi Operasional
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Keadaan Umum Daerah Penelitian
Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian
Keadaan Peternakan Desa Cibeureum di Kecamatan Cisarua
Gambaran Umum KUD Giri Tani
Karakteristik Peternak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Pendapatan Usahaternak Sapi Perah
Penerimaan Usahaternak
Struktur Biaya Usahaternak

Pendapatan Usahaternak

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Sapi Perah
Manajemen dan Peranan KUD bagi Anggota Peternak
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

24
24
24
25
27
27
28
38
38
38
39

44

47
55
60
60
61
61

ii

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

63
69

DAFTAR TABEL
1 Sumbangan sektor/subsektor pertanian terhadap produk domestik bruto atas
dasar harga yang berlaku (miliar rupiah) tahun 2008-2012

.
1
2 Produksi dan konsumsi susu nasional tahun 2008-2012
2
3 Jumlah populasi sapi perah dan volume produksi susu sapi perah di provinsi
Jawa Barat tahun 2007-2013
3
4 Volume produksi susu sapi perah pada 6 kabupaten yang terdapat di
Jawa Barat tahun 2006 – 2011
4
5 Jumlah populasi dan volume produksi susu sapi perah di wilayah Bogor
tahun 2006-2011
4
6 Sebaran penduduk desa Cibeureum kecamatan Cisarua bedasarkan jenis
kelamin tahun 2003-2010
25
7 Sebaran penduduk desa Cibeureum kecamatan Cisarua berdasarkan usia
pada tahun 2010
26
8 Sebaran penduduk desa Cibeureum kecamatan Cisarua berdasarkan mata
pencaharian tahun 2010
27
9 Sebaran anggota aktif dan tidak aktif masing-masing kelompok di KUD
Giri Tani tahun 2013
28
10 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan jenis kelamin
tahun 2014
29
11 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan kelompok umur
tahun 2014
29
12 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan tingkat
pendidikan tahun 2014
30
13 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan pengalaman
beternak tahun 2014
31
14 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan jumlah
kepemilikan sapi perah tahun 2014
31
15 Sebaran sapi perah yang dimiliki oleh peternak responden KUD Giri Tani
berdasarkan kriteria sapi perah tahun 2014
32
16 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan jenis usaha
sampingan yang dijalankan tahun 2014
32
17 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan jenis tenaga
kerja yang digunakan tahun 2014
33
18 Jenis konsentrat yang digunakan oleh peternak responden KUD Giri
Tani tahun 2014
34
19 Jumlah penggunaan pakan hijuan dan konsentrat oleh peternak
responden KUD Giri Tani tahun 2014
35
20 Rata-rata produktivitas sapi perah peternak responden berdasarkan
skala usaha
37
21 Rata-rata penerimaan harian peternak responden tahun 2014
38
22 Rata-rata biaya harian yang dikeluarkan peternak responden tahun 2014
43
23 Rata-rata pendapatan harian peternak responden tahun 2014
44

iii

24 Hasil pendugaan fungsi produksi susu sapi perah pada anggota KUD
Giri Tani
25 Hasil pendugaan fungsi produksi susu sapi perah pada anggota KUD
Giri Tani tanpa variabel hijauan

48
51

DAFTAR GAMBAR
1 Elastisitas produksi dan daerah-daerah produksi
2 Kerangka operasional analisis pendapatan peternak dan manajemen
koperasi di KUD Giri Tani kabupaten Bogor

14
17

DAFTAR LAMPIRAN
1 Penggunaan faktor-faktor produksi susu sapi perah responden peternak
KUD Giri Tani tahun 2014
2 Hasil olahan data dengan software SPSS 11.5 for windows dengan faktor
produksi konsentrat, hijauan, masa laktasi, dan tenaga kerja
3 Hasil olahan data dengan software SPSS 11.5 for windows dengan faktor
produksi konsentrat, masa laktasi, dan tenaga kerja

64
65
67

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Peternakan merupakan salah satu sektor agribisnis yang cukup penting.
Keberadaan sektor ini terkait dengan ketersediaan bahan pangan hewani bagi
masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat menyebabkan pola konsumsi
bahan pangan hewani ini semakin tinggi. Berdasarkan data Produk Domestik
Bruto (PDB) pertanian dari tahun 2008 hingga 2012 terlihat bahwa sektor
peternakan memberikan kontribusi yang cukup signifikan untuk perekonomian
Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari Nilai Produk Domestik Bruto dari tahun
2008 hingga 2012 dalam Tabel 1.
Tabel 1 Sumbangan sektor/subsektor pertanian terhadap produk domestik bruto
atas dasar harga yang berlaku (miliar rupiah) tahun 2008-2012
2009

2010

2011(*)

2012 (**)

Tanaman bahan 349 795.0
makanan

419 194.8

482 337.1

529 968.0

574 330.0

Trend
ratarata %
13,3

Tanaman
perkebunan
Peternakan

105 960.5

111 378.5

136 048.5

153 709.3

159 753.9

11

83 276.1

104 883.9

119 371.7

129 297.7

146 089.7

15.25

Kehutanan

40 375.1

45 119.6

48 289.8

51 781.3

54 906.5

7.99

Perikanan

137 249.5

176 620.0

199 383.4

226 691.0

255 332.3

16.9

Lapangan
Usaha

2008

Keterangan :
(*) adalah angka sementara
(**) adalah angka sangat sementara
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (diolah)

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa sektor peternakan mengalami
pertumbuhan rata-rata setiap tahunnya yaitu 15.25%. Hal ini berarti bahwa
sumbangan sektor peternakan terhadap PDB setiap tahunnya sebesar 15.25% dan
rata-rata pertumbuhannya melebihi 3 sektor lainnya yaitu tanaman bahan
makanan, tanaman perkebunan, dan perikanan. Keberadaan sektor peternakan
sangat penting dalam pembangunan ekonomi dan mempunyai prospek untuk terus
dikembangkan lebih lanjut karena dapat memberikan persentase sumbangan yang
terus meningkat setiap tahunnya.
Salah satu sektor peternakan yang cukup potensial untuk dikembangkan
yaitu peternakan sapi perah. Komoditas yang dihasilkan dari peternakan sapi
perah adalah susu. Susu semakin banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena
adanya perubahan gaya hidup, peningkatan pendapatan dan pola pikir yang
berubah di masyarakat. Kondisi produksi dan konsumsi susu masyarakat
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

2

Tabel 2 Produksi dan konsumsi susu nasional tahun 2008-2012
Tahun
Produksi susu Trend rata-rata Konsumsi susu Trend rata-rata
(ribu ton)
%
(ribu ton)
%
2008
646. 9
2 125.33
2009
827.2
27.9
2 277.20
7.1
2010
909.5
9.9
3 173.05
39.3
2011
974.7
7.2
3 494.81‟
10.1‟
2012
959.7
-1.5
2 738.51*
-21.6*
Keterangan : „) angka sementara
*) angka estimasi
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2012 (diolah)

Dilihat dari Tabel 2, produksi dan konsumsi susu terus meningkat setiap
tahunnya yaitu dari tahun 2008 hingga tahun 2012. Namun untuk persentase ratarata pertumbuhan produksi susu terus mengalami penurunan yaitu dari tahun 2009
hingga tahun 2012 sedangkan konsumsi susu mengalami kenaikan yaitu pada
tahun 2009 hingga tahun 2010, sementara pada tahun 2011 dan 2012 belum dapat
dipastikan karena masih menggunakan data sementara. Penurunan produksi yang
terjadi akhir tahun 2011 ke tahun 2012 dikarenakan maraknya penjualan sapi
perah produktif sebagai sapi potong yang dilakukan oleh peternak karena mereka
tergiur oleh tingginya harga daging sapi dipasaran1. Hal ini masih terjadi hingga
tahun 2013, dimana induk sapi perah dihargai tinggi. Akibat yang ditimbulkan
yaitu berkurangnya jumlah sapi perah nasional sebanyak 10%-30% yang
berdampak pada penurunan produksi. Penjualan susu di rasa oleh peternak tidak
memberikan keuntungan dikarenakan harga susu yang rendah per liternya
sehingga mereka menjual sapi perah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih.
Indonesia belum mampu untuk memenuhi konsumsi dalam negeri yang
jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan produksinya. Produksi susu dalam
negeri hanya mampu memenuhi 30% dari total konsumsi susu nasional dari tahun
2008 hingga 2012. Keadaan ini membuat Indonesia harus melakukan impor susu
dari luar negeri untuk dapat memenuhi kebutuhan susu dalam negeri sebanyak
70%2. Keadaan ini diperparah dengan menurunnya jumlah produksi dikarenakan
penjualan sapi perah produktif sebagai sapi pedaging. Hal ini tidak menutup
kemungkinan terjadinya impor susu yang lebih tinggi lagi.
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi sentra peternakan sapi perah
yang cukup besar. Kondisi alamnya cocok untuk pengembangan sapi perah karena
memiliki pegunungan dan dataran tinggi. Lahannya pun relatif luas untuk
ketersediaan pakan hijauan (rumput) sehingga pasokan pakan akan tetap terjamin.
Kondisi perkembangan susu di Jawa Barat mempunyai struktur yang cukup
lengkap terdiri dari peternak, pabrik pakan, industri pengolahan susu yang relatif
maju dengan kapasitas yang cukup tinggi serta tersedianya kelembagaan bagi para
peternak sapi perah yang tergabung dalam GKSI (Gabungan Koperasi Susu
Indonesia). Jumlah populasi sapi perah dan juga volume produksi susu sapi perah
di provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3.
1

http://www.trobos.com/show_article.php?rid=4&aid=3843 [ 1 April 2013]
http://www.tempo.co/read/news/2011/09/28/090358757/Pemerintah-Berniat-Kurangi-ImporSusu. pemerintah berniat kurangi impor susu [28 september 2013]

2

3

Tabel 3 Jumlah populasi sapi perah dan volume produksi susu sapi perah di
provinsi Jawa Barat tahun 2007-2013
Tahun

Populasi sapi perah

2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

103 489
111 250
117 337
120 475
139 970
136 054
143 382*

Trend rata-rata
(%)
7.499
5.471
2.674
16.181
-2.797
5.386

Produksi susu
(ribu ton)
225.210
225.200
225.300
262.177
302.603
281.438
293.107

Trend rata-rata
(%)
-0.004
0.044
16.367
15.419
-6.994
-

Keterangan:
*) angka sementara
Sumber : diolah dari data dinas pertanian (2013)

Trend rata-rata populasi sapi perah untuk tahun 2008 sampai tahun 2010
terus mengalami penurunan dan baru mengalami peningkatan pada tahun 2011.
Namun seperti yang telah dijelaskan pada keadaan produksi susu secara nasional,
bahwa pada akhir tahun 2011 ke tahun 2012 terjadi penurunan populasi sapi perah
dikarenakan penjualan sapi perah sebagai sapi pedaging. Jawa Barat yang
merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah juga mengalami hal serupa.
Namun di Jawa Barat pada tahun 2013 sudah mulai ada peningkatan populasi sapi
perah kembali. Walaupun terjadi penurunan populasi pada tahun 2008 hingga
2010, namun produksi susunya meningkat. Hal ini dikarenakan banyaknya
persentase sapi perah yang produktif dibandingkan dengan yang tidak produktif.
Pada tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah populasi dan diikuti dengan
penurunan produksi susu. Hal ini dikarenakan persentase sapi perah yang tidak
produktif lebih banyak dibandingkan dengan yang produktif sehingga terjadi
penurunan produksi. Pada tahun 2012 terjadi penurunan jumlah sapi perah hingga
peertumbuhan rata-rata bernilai negatif yang juga berdampak pada turunnya
produksi susu sapi perah hingga pertumbuhan rata-ratanya pun negatif. Hal ini
dikarenakan penjualan sapi perah produktif sebagai sapi pedaging yang
mengakibatkan berkurangnya produksi susu.
Provinsi Jawa Barat memiliki beberapa kabupaten yang berpotensi sebagai
penghasil susu sapi perah. Volume produksi susu sapi perah di enam kabupaten
terbesar penghasil susu sapi perah yang terdapat di Jawa Barat dapat dilihat pada
Tabel 4.

4

Tabel 4 Volume produksi susu sapi perah pada 6 kabupaten yang terdapat di
Jawa Barat tahun 2006 – 2011
Lokasi

2007
(ribu ton)

2008
(ribu ton)

2009
(ribu ton)

2010
(ribu ton)

2011
(ribu ton)

Kab. Bandung
kab. Garut
Kab. Sumedang
Kab. Bogor

93.950,4
27.784
15.184,8
9.171,2

47.035,2
28.198,4
16.964
10.284

48.960,8
28.964
17.129,6
12.414,4

64.637,307
37.653
20.228
15.860

79.220
47.567
20.913
19.499

Trend
rata-rata
(%)
2.18
15.12
8.47
20.88

Kab. Kuningan
Kab. Sukabumi

8.944,8
7.916

9.037,6
8.179,2

11.000,8
8.424,8

14.372
10.994

12.883
11.010

10.75
9.23

Sumber : data dinas pertanian, 2011 (di olah)

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa kabupaten Bandung merupakan
kabupaten yang menghasilkan susu dalam volume terbesar setiap tahunnya
dibandingkan dengan lima kabupaten lainnya. Namun trend pertumbuhan rataratanya paling rendah. Bogor merupakan kabupaten yang memiliki trend
pertumbuhan rata-rata terbesar yaitu sebesar 20.88% walaupun produksi susu sapi
perahnya hanya menempati urutan keempat setelah kabupaten Bandung, Garut
dan Sumedang.
Kabupaten Bogor memiliki rata-rata persentase pertumbuhan susu sapi
perah yang terus meningkat setiap tahunnya. Persentase peningkatan rata-rata
produksi susu sapi perah di kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Jumlah populasi dan volume produksi susu sapi perah di wilayah Bogor
tahun 2006-2011
Tahun

Populasi sapi perah

2006
2007
2008
2009
2010
2011

5 123
5 268
5 907
7 131
7 288
8 960

Trend rata-rata
(%)
2.830
12.129
20.721
2.2016
22.94

Produksi susu
(ribu ton)
8.919,2
9.171,2
10.284
12.414,4
15.860
19.499

Trend rata-rata (%)
2.825
12.133
20.715
27.754
22.944

Sumber : diolah dari data Departemen Pertanian (2011).

Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa persentase rata-rata
pertumbuhan produksi susu meningkat setiap tahunnya yaitu tahun 2007 sampai
dengan tahun 2010, namun di tahun 2011 mengalami penurunan. Hal ini seiring
dengan peningkatan populasi di tahun tersebut. Namun pada tahun 2010 terjadi
penurunan populasi dan ditahun 2011 kembali meningkat, namun peningkatan
tersebut tidak diikuti dengan peningkatan produksinya.
Berdasarkan jumlah populasi dan produksi sapi perah baik secara nasional,
provinsi dan kabupaten, faktor yang signifikan mempengaruhi produksi susu yaitu
jumlah populasi dan juga jenis sapi perah (produktif atau tidak produktif). Jumlah
sapi perah yang menurun secara signifikan akan menurunkan produksi susu. Jika
penurunan populasi berupa penurunan trend rata-rata tetapi masih memiliki nilai
penurunan yang positif artinya populasi sapi perah masih meningkat begitu juga
dengan produksinya hanya saja pertumbuhan tiap tahunnya menurun. Hal ini

5

dapat disebabkan sapi berada pada kondisi yang tidak produktif, produktivitas
rendah dan dapat juga dikarenakan manajemen pemeliharaan yang kurang baik
seperti pemberian pakan sehingga menurunkan trend rata-rata produksi susu
walaupun trend rata-rata populasi sapi perah mengalami kenaikan.
KUD Giri Tani merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah yang
terdapat di kabupaten Bogor, tepatnya di kecamatan Cisarua. KUD ini menaungi
peternak yang ada di kecamatan Cisarua dalam pemasaran susu sapi perah yang
dihasilkan. Pada tahun 2011 dan 2012 produksi susu yang dihasilkan peternak
anggota dapat mencapai hingga 14 ton/hari. Namun pada tahun 2013 menurun
menjadi 7-8 ton. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya populasi sapi perah yang
dimiliki anggota. Hal ini semakin diperparah dengan rata-rata produksi susu per
satuan ternak hanya 10 liter/hari/ST. Penurunan jumlah sapi perah dan
produktivitas yang rendah berpengaruh terhadap produksi susu yang dihasilkan
dan pendapatan peternak.
Perumusan Masalah
KUD Giri Tani merupakan koperasi induk penghasil susu yang berada di
kecamatan Cisarua. Koperasi ini merupakan koperasi yang menampung susu dari
para anggotanya kemudian di suplai kepada IPS, salah satunya yaitu PT. Cimory.
KUD ini memiliki 6 anggota kelompok yang aktif. dengan jumlah keseluruhan
peternak 200 orang dan jumlah anggota aktifnya kurang lebih 150 peternak.
Banyak dari peternak memutuskan untuk tidak menjadi peternak sapi perah lagi
karena dianggap kurang menguntungkan. Hal ini di karenakan biaya yang
dikeluarkan untuk produksi susu sapi perah lebih besar daripada harga yang
diterima per liter susunya. Kebanyakan dari peternak yang tidak aktif tersebut
merupakan peternak yang memiliki jumlah sapi yang sedikit (1-2 ekor) sehingga
masih kesulitan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehingga melakukan
penjualan sapi perah yang mereka ternakkan untuk pemenuhan kebutuhan hidup
mereka.
Berkurangnya jumlah anggota yang aktif berimbas pada berkurangnya
jumlah populasi sapi perah yang ada di KUD Giri Tani. Populasi sapi perah yang
ada di KUD Giri Tani ini juga berkurang karena adanya dana KUR pada tahun
2010 yang diberikan kepada peternak melalui KUD berupa sapi induk siap
produksi. Pada 3 tahun pertama pembayarannya hanya berupa pembayaran bunga
saja. Namun setelah itu pembayaran yang dilakukan yaitu pembayaran pokok.
Banyak dari peternak yang tidak sanggup untuk membayar sehingga mereka
menjual sapi induk untuk membayar pokok KUR tersebut. Akibatnya terjadi
pengurangan jumlah populasi sapi perah di KUD Giri Tani ini. Peternak belum
bisa memanfaatkan sapi perah yang berasal dari dana KUR tersebut untuk
menambah pendapatan sehingga pada saat jatuh tempo pembayaran mereka harus
menjual sapi perah tersebut.
Dampak dari berkurangnya populasi sapi perah di KUD Giri Tani ini
adalah berkurangnya produksi susu sapi perah yang dipasok ke KUD Giri Tani.
Pada tahun 2011 dan 2012 jumlah susu yang diterima oleh KUD dalam satu hari
dapat mencapai 14 ton/hari. Namun dengan adanya pengurangan jumlah populasi
sapi perah anggota, produksinya menjadi turun sebesar 7-8 ton per harinya di

6

tahun 2013. Berkurangnya jumlah produksi susu tersebut secara langsung akan
mengakibatkan penurunan penerimaan di tingkat KUD begitu juga dengan
penerimaan ditingkat peternak.
Skala usaha peternak sapi perah di KUD Giri Tani yaitu didominasi oleh
skala usaha kecil dengan jumlah kepemilikan sapi kurang dari 4 ekor. Jumlah ini
bukan merupakan jumlah ideal kepemilikan sapi, dimana jumlah ideal yang
disarankan yaitu lebih dari 7 ekor agar dapat mencapai kelayakan usaha secara
ekonomis3. Rata-rata produksi susu sapi perah anggota KUD Giri Tani ini adalah
10 liter/hari/ST. Produksi ini masih tergolong rendah karena untuk sapi jenis FH
(fries holland) rata-rata produksi susu sapinya adalah 15-20 liter/hari/ST. Melihat
kondisi ini, maka dapat dikatakan bahwa produksi di tingkat peternak tidak
optimal sehingga penerimaan peternak juga tidak maksimal.
Pakan merupakan salah satu faktor yang paling tinggi tingkat
penggunaannya. Banyak diantara anggota yang tidak aktif mengatakan bahwa
tingginya harga konsentrat menjadi salah satu alasan mereka tidak dapat bertahan
di usahaternak sapi perah. Anggota peternak tidak hanya memelihara sapi
produktif melainkan juga sapi yang belum produktif seperti pedet, pejantan dan
dara. Kebutuhan pakan akan semakin tinggi karena peternak juga harus memberi
pakan untuk sapi yang tidak produksi. Biaya pakan yang tinggi dan rendahnya
produksi susu tentu akan berpengaruh terhadap pendapatan sehingga diperlukan
pengkajian tentang biaya yang digunakan dan juga pendapatan peternak.
Untuk dapat meningkatkan produksi susu dapat dilakukan dengan
peningkatan produktivitas sapi perah dan meningkatkan skala usaha peternak
yaitu dengan penambahan jumlah populasi sapi produksi yang dipelihara oleh
anggota peternak. Namun, peningkatan jumlah populasi sapi perah ini masih
menghadapi kendala yaitu kurangnya modal yang dimiliki oleh peternak. Langkah
yang dapat diusahakan adalah dengan mengupayakan peningkatan produktivitas
sapi perah. Perlu dilakukan pengkajian faktor-faktor apa saja yang berpengaruh
terhadap produktivitas sapi perah. Manajemen dan peran koperasi juga sangat
berpengaruh terhadap keberlangsungan usahaternak yang dijalankan anggota.
Banyaknya anggota yang tidak aktif juga menjadikan manajemen dan peranan
koperasi penting untuk dikaji.
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
akan dibahas pada penelitian ini yaitu:
1. Berapa pendapatan yang diterima oleh peternak anggota KUD Giri Tani?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas sapi perah anggota
peternak KUD Giri Tani?
3. Bagaimana manajemen dan peranan KUD Giri Tani terhadap keberlangsungan
usahaternak yang dijalankan anggota?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini yaitu:
1. Menganalisis pendapatan yang diterima oleh peternak anggota KUD Giri Tani.
3

Ramdan Sobahi. - . Model industri peternakan sapi perah rakyat. http://peternakan. litbang.
deptan.go.id/fullteks/lokakarya/loksp0882.pf [23 Juni 2014]

7

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah
anggota peternak KUD Giri Tani.
3. Menganalisis manajemen dan peranan KUD Giri Tani terhadap
keberlangsungan usahaternak yang dijalankan anggota.
Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah :
1. Sebagai penyusunan skripsi, sekaligus menambah pengetahuan dan
pengalaman penulis dalam bidang ekonomi pertanian khususnya peternakan
sapi perah dengan komoditas susu.
2. Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi peternak sapi perah untuk
merencanakan strategi pengembangan peternakan sapi agar produksi susu
maksimal.
3. Sebagai bahan literatur bagi para peneliti lainnya dalam melakukan riset
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu peternak yang digunakan dalam
penelitian yaitu anggota peternak KUD Giri Tani yang masih aktif menjalankan
usaha ternaknya dan peternak yang memiliki sapi laktasi.

TINJAUAN PUSTAKA
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu
Beberapa penelitian terdahulu melakukan penelitian terkait dengan faktorfaktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah di beberapa lokasi
peternakan yang berbeda. Penelitian tersebut diantaranya yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Astuti (2010), Aisyah (2012), Vidiyanti (2004), Heriyatno (2009),
Triwidyaratih (2011), dan Alpian (2010). Beberapa dari penelitian ini memiliki
persamaan dan juga perbedaan dari hasil yang diperoleh.
Penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2010) yaitu terkait dengan
pengaruh faktor-faktor terhadap produksi susu sapi perah. Faktor produksi yang
digunakan dalam penelitiannya untuk menduga pengaruh faktor tersebut terhadap
produksi susu sapi perah yaitu pakan hijauan, pakan konsentrat, luas lahan hijuan,
tenaga kerja, jumlah ternak, dan persentase induk laktasi terhadap total ternak.
Dari hasil penelitiannya tersebut, ternyata faktor yang berpengaruh terhadap
produksi adalah persentase induk laktasi dan jumlah ternak sedangkan faktor
lainnya tidak berpengaruh. Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Aisyah
(2012). Faktor dugaan yang digunakan untuk menduga pengaruh faktor dengan
produksi susu sapi perah adalah tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Hanya saja dalam penelitian ini digunakan juga faktor obat-obatan. Penelitian ini
memperoleh hasil bahwa faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah

8

yaitu tenaga kerja, jumlah sapi, pakan hijuan dan pakan konsentrat. Hasil ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti yang mendapatkan hasil
bahwa penggunaan konsentrat, hijauan dan tenaga kerja tidak berpengaruh dalam
produksi susu sapi perah.
Penelitian yang serupa lainnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Vidiyanti (2004). Faktor produksi yang digunakan dalam penelitiannya hampir
sama dengan 2 penelitian sebelumnya. faktor yang membedakan penelitiannya
dengan penelitian yang lain yaitu penggunaan variabel dummy. Variabel dummy
yang digunakan yaitu pendidikan, umur, dan pengalaman. Dari hasil penelitiannya
didapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi susu
sapi perah yaitu variabel hijuan, konsentrat, tenaga kerja (berpengaruh negatif)
dan jumlah sapi perah laktasi. Untuk variabel dummy yang berpengaruh terhadap
produksi yaitu umur (berpengaruh negatif) dan pengalaman. Namun, variabelvariabel tersebut berpengaruh pada selang kepercayaan yang rendah yaitu dengan
selang kepercayaan di bawah 90%. Hal yang sama juga berlaku pada variabel
dummy yang berpengaruh terhadap produksi. Dari semua variabel yang dikatakan
berpengaruh dalam penelitiannya, hanya variabel dummy pengalaman saja yang
berpengaruh pada selang kepercayaan 90%. Hal ini berbeda dengan 2 penelitian
sebelumnya, yang menggunakan selang kepercayaan paling rendah yaitu 90%
sedangkan jika lebih rendah dari nilai tersebut maka dikatakan bahwa faktor
produksi tersebut tidak berpengaruh.
Penelitian lainnya yang juga sama dengan 3 penelitian sebelumnya yaitu
Triwidyaratih (2011). Faktor produksi yang digunakan hampir sama dengan
penelitian sebelumnya, hanya saja yang membedakan yaitu faktor produksi air.
Dari hasil penelitiannya, faktor yang berpengaruh terhadap produksi susu sapi
perah per sapi laktasi yaitu jumlah sapi laktasi, pakan konsentrat, dan air yang
memiliki pengaruh positif sedangkan tenaga kerja mempunyai pengaruh yang
negatif. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut, hanya
satu penelitian yang menyatakan bahwa pakan konsentrat dan hijuan tidak
berpengaruh terhadap produksi susu sapi perah sedangkan penelitian lainnya
menyatakan kedua faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap produksi.
Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Heriyatno (2009) dan Alpian
(2010). Perbedaan penelitian mereka yaitu jika sebelumnya meneliti tentang
pengaruh faktor terhadap produksi, dimana produksi yang dimaksud adalah
jumlah susu yang dihasilkan sejumlah sapi laktasi yang dimiliki peternak. dalam
penelitian yang dilakukan oleh heriyatno dan alpian meneliti tentang pengaruh
faktor terhadap produktivitas sapi perah. Produktivitas yang dimaksud di sini
yaitu jumlah susu yang dihasilkan per ekor sapi laktasi. Dalam penelitian
Heriyatno, variabel yang digunakan untuk menduga faktor yang berpengaruh
terhadap produktivitas sapi perah yaitu pakan konsentrat, hijuan, masa laktasi
sapi produksi, dan biaya usaha harian. Hasil penelitian tersebut menjelaskan
bahwa pakan konsentrat dan pakan hijauan berpengaruh positif sedangkan masa
laktasi sapi berpengaruh negatif. Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh
Alpian (2010). Dalam penelitiannya, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi
produktivitas yaitu sama dengan penelitian heriyatno. Hanya saja yang
membedakan yaitu penggunaan faktor ampas tahu, vaselin dan tenaga kerja. Hasil
dari penelitian Alpian yaitu hijauan, konsentrat, ampas tahu dan tenaga kerja

9

berpengaruh terhadap produktivitas sapi perah. Hanya saja untuk faktor tenaga
kerja memiliki pengaruh yang negatif.

Analisis Penerimaan, Struktur Biaya dan Pendapatan Usahaternak
Beberapa penelitian terdahulu melakukan penelitian tentang analisis
pendapatan pada peternakan sapi perah yang terdapat di Jawa Barat. Penelitian
tersebut antara lain dilakukan oleh Vidiayanti (2004), Heriyatno (2009),
Triwidyaratih (2011), dan Achmad (2011). Dalam penelitian terkait analisis
pendapatan yang telah dilakukan, terlebih dahulu dilakukan analisis penerimaan
dan analisis struktur biaya.
Penelitian yang dilakukan oleh Vidiayanti dan Achmad merupakan
penelitian tentang analisis pendapatan yang menggunakan data rata-rata dari
seluruh peternak responden yang digunakan. dalam penelitian mereka tidak
dilakukan perbandingan atara kelompok peternak yang satu dengan yang lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Vidiayanti menggunakan data selama 1 periode
produksi sapi perah yaitu selama 10 bulan sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Achmad menggunakan data per bulan. Dalam penelitiannya mereka
Penerimaan yang di analisis yaitu berasal dari penjualan susu ke koperasi
(penerimaan tunai) dan susu untuk pakan pedet (penerimaan diperhitungkan).
Hanya saja penelitian yang dilakukan oleh Achmad tidak memasukkan
penerimaan tidak tunai seperti susu pakan untuk pedet. Produktivitas sapi perah
ternyata lebih besar pada daerah penelitian Achmad dibandingkan didaerah
penelitian Vidiayanti namun rata-rata jumlah kepemilikan sapi perah di tempat
penelitian Vidiayanti lebih banyak dibandingkan dengan Achmad.
Struktur biaya terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Vidiayanti biaya tunai terdiri dari biaya konsentrat,
ampas tahu, tenaga kerja, inseminasi buatan, potongan KPS, kredit dan
transportasi. Sedangkan untuk biaya yang diperhitungkan terdiri dari TKDK
(tenaga kerja dalam keluarga), hijauan, sewa lahan milik, penyusutan alat, dan
bunga modal. Komponen biaya tunai yang digunakan dalam penelitian Achmad
hampir sama dengan komponen biaya tunai yang digunakan dalam penelitian
Vidiayanti. Hanya saja yang membedakan yaitu dalam penelitian achmad
memasukkan biaya tunai penggunaan rumput, air, medis, dan listrik. Sedangkan
untuk komponen biaya tidak tunai hanya menggunakan biaya sewa lahan dan
penyusutan. Persamaan dari kedua penelitian ini adalah biaya pakan konsentrat
dan tenaga kerja memiliki persentase yang paling tinggi dibandingkan dengan
penggunaan input yang lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa komponen biaya ini
merupakan komponen yang sangat penting dan dapat mempengaruhi pendapatan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Achmad dan Vidiayanti,
pendapatan atas biaya tunai dan biaya total bernilai positif artinya usahaternak
yang dijalankan memperoleh keuntungan. Pada penelitian keduanya juga
melakukan analisis efisiensi dengan menggunakan R/C ratio. Hasil yang diperoleh
yaitu usahaternak yang dijalankan didaerah penelitian Achmad lebih efisien
dibandingkan dengan usahaternak yang dijalankan diderah penelitian Vidiayanti.
Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Heriyatno (2009) dan
Triwidyaratih (2011). Dalam penelitiannya, perhitungan pendapatan dilakukan

10

dengan cara perbandingan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Heriyatno,
perbandingan yang dilakukan yaitu membagi peternak kedalam 3 kelompok yaitu
kelompok peternak dengan skala usaha rakyat (kepemilikan 2.98 ST), skala usaha
kecil (kepemilikan 4.48 ST) dan skala usaha sedang (kepemilikan 11 ST). Data
peternak yang digunakan dalam penelitiannya yaitu data produksi susu harian.
Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Triwdyaratih membagi
kelompok peternak menjadi 3 yaitu kelompok peternak yang menggunakan jenis
pakan konsentrat lama, baru dan kombinasi keduanya. Data peternak yang
digunakan yaitu data per 15 hari.
Penelitian yang dilakukan Heriyatno, menganalisis penerimaan dengan
menggunakan penerimaan tunai dan tidak tunai (diperhitungkan). Sumber
penerimaannya yaitu dari penjualan susu ke koperasi, penjualan sapi, penjualan
produk sampingan (pupuk kandang dan karung bekas). sama seperti dalam
penelitian yang dilakukan Heriyatno, penelitian yang dilakukan oleh
Triwidyaratih menggunakan sumber penerimaan yaitu penjualan susu, penjualan
karung. Hanya saja sumber penerimaan yang berbeda yaitu menggunakan
penerimaan tidak tunai yaitu susu yang dikonsumsi keluarga. Berdasarkan 3 jenis
skala usaha, produktivitas yang paling tinggi yaitu skala usaha sedang dan diikuti
dengan produktivitas skala kecil dan kemudian skala rakyat.
Struktur biaya yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Heriyatno yaitu biaya tunai dan juga biaya tidak tunai. Biaya tunai terdiri dari
biaya konsentrat, hijauan, tenaga kerja, susu pakan pedet, vitamin, obat-obatan
dan inseminasi buatan. Biaya tidak tunai yang digunakan yaitu sewa lahan,
penyusutan kandang, penyusutan peralatan dan keanggotaan. Sama seperti pada
penelitian yang dilakukan oleh Vidiayanti dan juga Achmad bahwa biaya terbesar
yaitu bersumber dari biaya konsentrat dan tenaga kerja. Konsentrat merupakan
input yang paling penting dalam produksi susu sapi perah. Hal ini dilihat dari
besarnya penggunaan konsentrat. Konsentrat paling banyak digunakan oleh skala
usaha sedang kemudian diikuti dengan skala rakyat, dan skala usaha kecil.
Peningkatan penggunaan konsentrat tidak selamanya akan menghasilkan
produktivitas yang lebih tinggi. Peningkatan penggunaan konsentrat harus
memperhatikan biaya yang juga dikeluarkan agar biaya yang digunakan tidak
lebih besar dibandingkan dnegan penerimaan.
Berdasarkan analisis pendapatan yang dilakukan oleh Heriyatno,
didapatkan hasil bahwa pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya
total bernilai positif untuk semua skala, baik skala rakyat, kecil ataupun sedang.
Hal ini menunjukkan bahwa usahaternak yang dijalankan peternak mendapatkan
keuntungan. Untuk analisis efisiensi yaitu dengan menggunakan nilai R/C. Nilai
R/C untuk skala rakyat, kecil dan sedang bernilai diatas 1 artinya penggunaan
biaya dalam usahaternak tersebut efisien. Jika dibandingkan antara masingmasing skala, peternak dengan skala usaha kecil lebih efisien dalam menjalankan
kegiatan usahanya dibandingkan dengan skala rakyat dan sedang.
Penelitian yang dilakukan oleh Triwidyaratih mempunyai hasil yang
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Vidiayanti, Achmad dan
Heriyatno. Untuk komponen penyusun biaya tunai dan tidak tunai hampir sama
dengan beberapa penelitian sebelumnya. Hanya saja untuk komponen biaya tunai,
sewa lahan termasuk kedalamnya. Padahal pada penelitian sebelumnya sewa
lahan masuk kedalam biaya diperhitungkan. Hal ini dikarenakan biaya sewa lahan

11

benar-benar dikeluarkan oleh peternak karena mereka tidak mempunyai lahan
sendiri. Dilihat dari analisis pendapatan atas biaya tunai dari ketiga kelompok
tersebut memiliki nilai yang positif artinya peternak masih mendapatkan
keuntungan dari menjalankan usahaternaknya. Namun hasil dari pendapatan atas
biaya total menghasilkan nilai yang negatif artinya usahaternak tersebut tidak
menguntungkan jika perhitungannya menggunakan biaya yang diperhitungkan.
Dilihat dari nilai R/C usahaternak yang dijalankan oleh ketiga kelompok tersebut
tidak efisien.
Manajemen dan Peranan Koperasi Bagi Peternak
Penelitian yang dilakukan oleh Heriyatno (2009), koperasi mempunyai
peranan dalam upaya peningkatan produksi susu peternak anggotanya yaitu
dengan melakukan berbagai jenis unit kegiatan usaha. Unit kegiatan usaha
tersebut antara lain adalah penyediaan pakan kosentrat untuk peternak, mineral,
obat-obatan, vitamin, Inseminasi Buatan (IB), pelayanan medis terhadap ternak,
pinjaman dari koperasi tanpa bunga, fasilitator dan mediator bantuan pemerintah
dan kredit perbankan dengan bunga ringan terhadap peternak dan pelaksana
pemasaran susu peternak ke Industri Pengolahan Susu (IPS). Dalam
penelitiannya, Heriyatno membandingkan anatara peternak anggota yang
mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi dan peternak yang tidak
mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi. Hal ini terkait dengan penggunaan
layanan pembelian pakan konsentrat di koperasi. Hasil yang diperoleh adalah
peternak yang tidak membeli pakan dari koperasi mendapatkan keuntungan yang
lebih besar dibandingkan dengan peternak yang membeli pakan dari koperasi.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Usahatani
Menurut Soekartawi (1995) usahatani adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan
efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan
sumberdaya yang mereka miliki atau yang dikuasai sebaik-baiknya dan dikatakan
efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output)
yang melebihi masukan (input). Menurut (Mubyarto, 1989) usahatani dapat
berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak.
Menurut Hernanto (1993) yang menjadi unsur-unsur pokok usahatani yang
dikenal dengan faktor-faktor produksi antara lain:
1. Tanah
Dalam usahatani, unsur tanah memiliki peranan sangat penting. Tanah adalah
media tumbuh atau tempat tumbuhnya tanaman.

12

2. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan faktor yang penting bagi keberhasilan atau produksi.
Dalam usahatani ditemukan dua macam tenaga kerja yaitu tenaga kerja dalam
keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah
tenaga kerja dalam usahatani tidak dibayar upahnya, sedangkan tenaga kerja
luar keluarga adalah tenaga dalam usahatani yang dibayarkan upahnya
sehingga dinamakan tenaga upahan.
3. Modal
Modal adalah barang atau uang yang bersama faktor produksi lainnya dan
tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-barang baru yaitu
produksi pertanian.
4. Manajemen atau pengelolaan
Manajemen
usahatani
adalah
kemampuan
petani
menentukan,
mengkoordinasikan faktor produksi yang dikuasainya sebaik-baiknya dan
mampu memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan.
Menurut Soekartawi et. al. (1986) ilmu usahatani pada dasarnya
memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan,
kerja, modal, waktu dan pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya,
maka disiplin induknya adalah ilmu ekonomi. Teori yang sangat relevan terhadap
penelitian usahatani ialah teori ekonomi.
Konsep Fungsi Produksi
Menurut Soekartawi (1986), fungsi produksi merupakan hubungan fisik
antara masukan dan keluaran. Masukan seperti tanah, pupuk, tenaga kerja, modal,
iklim dan sebagainya mempengaruhi besar kecilnya produksi yang diperoleh.
Karena petani mengetahui berapa jumlah masukan yang dipakai, maka ia dapat
menduga berapa produksi yang akan dihasilkan. Jika bentuk fungsi produksi
diketahui, maka sebenarnya kita dapat memanfaatkan informasi harga dan biaya
yang diluangkan untuk :
1. Menentukan kombinasi masukan (input) yang terbaik
2. Melakukan studi tentang pengaruh kebijaksanaan pemerintah terhadap
penggunaan masukan dan terhadap produksi.
Namun demikian, hal tersebut sulit dilakukan. Informasi yang diperoleh dari
analisis fungsi produksi itu tidak sempurna. Hal ini disebabkan:
1. Adanya faktor ketidaktentuan mengenai cuaca, hama dan penyakit tanaman.
2. Data yang dipakai untuk melakukan pendugaan fungsi produksi mungkin tidak
benar
3. Pendugaan fungsi produksi hanya dapat diartikan sebagai gambaran rata-rata
suatu pengamatan
4. Data harga dan biaya yang diluangkan (opportunity cost) mungkin tidak dapat
diketahui secara pasti.
5. Setiap petani dan usahataninya mempunyai sifat yang khusus
Pada umumnya, petani yang satu dan lainnya mempunyai keahlian biaya
yang diluangkan, daya penilaian terhadap faktor ketidaktentuan dari usahataninya
yang saling berbeda. Karena alasan-alasan tersebut, maka informasi yang
diperoleh dari analisis fungsi produksi harus ditafsir dengan hati-hati.
Soekartawi (1990) menyatakan bahwa Fungsi produksi adalah hubungan fisik
antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel

13

yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya
berupa input. Dengan fungsi produksi, dapat diketahui hubungan antara variabel
yang dijelaskan dan variabel yang menjelaskan serta sekaligus mengetahui
hubungan antar variabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Y = f (X1, X2,.........., Xi,...............Xn)
Soekartawi et al (1986) menyatakan bahwa fungsi produksi diatas hanya
menyebutkan bahwa produksi yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor
produksi (input), sehingga fungsi tersebut belum dapat memberikan hubungan
kuantitatif dari fungsi produksi. Untuk memberikan hubungan kuantitatif dari
fungsi produksi dapat dinyatakan dalam bentuk yang khas, antara lain persamaan
linear, kuadrat, cobb-douglas, dan persamaan akar.
Fungsi produksi yang sebenarnya terjadi pada suatu proses produksi
sangat sulit diketahui. Tetapi melalui konsep statistika, model penggunaan fungsi
produksi dapat dilakukan melalui data yang diperoleh dari sampel yang ada. Akan
tetapi hasil pendugaan tersebut seringkali kurang memuaskan sehingga tidak
dapat dijadikan patokan untuk mengukur keragaan produksi yang sebenarnya.
Menurut Soekartawi et. al. (1986), bentuk aljabar fungsi produksi adalah
bentuk aljabar yang spesifik menggambarkan fungsi produksi tersebut. dalam
memilih bentuk aljabar fungsi produksi, ada tiga hal yang perlu diperhatikan,
yaitu :
1. Bentuk fungsi produksi harus dapat menggambarkan dan mendekati keadaan
yang sebenarnya.
2. Bentuk aljabar fungsi produksi yang dipakai harus mudah diukur atau dihitung
secara statistik.
3. Fungsi produksi itu dapat dengan mudah diartikan, khususnya arti ekonomi
dari parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut.
Untuk menduga model dengan tiga atau lebih variabel bebas, penggunaan
fungsi produksi cobb douglas lebih disarankan. Bentuk fungsi produksi cobbdouglas adalah sebabagi berikut.
Y = aX1b1X2b2X3b3
Menurut Rahim (2007), daerah produksi dapat dibagi menjadi 3 yaitu
sebagai berikut.
1. Daerah produksi I dengan Ep > 1. Merupakan produksi yang tidak rasional
karena pada daerah ini penambahan input sebesar 1% akan menyebabkan
penambahan produk yang selalu lebih besar dari 1%. Didaerah produksi ini
belum tercapai pendapatan yang maksimum karena pendapatan masih dapat
diperbesar apabila pemakaian input variabel dinaikkan.
2. Daerah produksi II dengan 0 < Ep < 1. Pada daerah ini penambahan input
sebesar 1% akan menyebabkan penambahan komoditas paling tinggi sama
dengan 1% dan paling rendah 0%, tergantung harga input dan outputnya.
Didaerah ini akan dicapai pendapatan maksimum. Daerah produksi ini disebut
daerah produksi yang rasional.

14

3. Daerah produksi II dengan Ep 1 1 >Ep>0

Ep