Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Susu dan Pendapatan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKTIVITAS SUSU DAN PENDAPATAN PETERNAK
SAPI PERAH DI KECAMATAN TANJUNGSARI
KABUPATEN SUMEDANG
SKRIPSI
ARIS ALPIAN H34076026
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
(2)
ii
RINGKASAN
ARIS ALPIAN. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Susu dan Pendapatan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan ANNA FARIYANTI).
Pengembangan peternakan saat ini menunjukkan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Peternakan mempunyai peran dalam pemenuhan kebutuhan gizi bangsa Indonesia akan pangan, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan penduduk. Salah satu komoditas peternakan yang dapat diusahakan adalah sapi perah. Sapi perah adalah ternak yang menghasilkan bahan pangan kaya protein yaitu berupa susu. Industri persusuan di Indonesia memiliki prospek yang cukup cerah mengingat adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan. Produksi susu segar nasional mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 2,79 persen dari tahun 2003 sampai 2008. Sementara pertumbuhan rata-rata konsumsi nasional dari tahun 2003 sampai 2008 mencapai 13,80 persen.
Kecamatan Tanjungsari adalah salah satu daerah penghasil susu sapi di Jawa Barat, selain Lembang dan Pengalengan. Rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi di Kecamatan Tanjungsari adalah empat ekor per peternak. Sapi perah yang dipelihara di Kecamatan Tanjungsari tingkat produktivitas masih relatif rendah. Produktivitas susu sapi perah yang berumur lima tahun rata-rata sebesar 8-9 liter/ekor/hari, padahal produktivitas ideal 12 sampai 15 liter/ekor/hari. Saat ini budidaya sapi perah di Kecamatan Tanjungsari masih menghadapi kendala dalam produktivitas. Produktivitas susu sangat tergantung dari penggunaan input yang digunakan dalam budidaya sapi perah. Selain produktivitas masalah yang dihadapi peternak adalah kenyataan bahwa harga input meningkat lebih tinggi dari pada harga output. Sebagai contoh, harga pakan konsentrat dari Rp 1.100 per kilogram naik menjadi Rp 1.425 per kilogram dan ampas tahu dari harga Rp 400 per kilogram naik menjadi Rp 600 per kilogram, sedangkan kenaikan harga susu dari Rp 2.866 per liter hanya naik menjadi Rp 2.896 per liter atau hanya naik sebesar Rp 30 saja per liter. Dengan demikian biaya operasional yang dikeluarkan oleh peternak lebih besar dibandingkan dengan penerimaan dari hasil penjualan susu sapi. Ketidakseimbangan ini berakibat pada semakin berkurangnya pendapatan yang diterima peternak dari usaha ternaknya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas susu sapi dan 2) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan peternak sapi perah.
Penelitian ini dilakukan di Desa Margajaya dan Desa Raharja Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang pada bulan Maret hingga April 2010. Pengambilan responden untuk peternak dilakukan dengan metode purposive sampling. Peternak yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah peternak anggota kelompok Ternak Mekar Asih dan Kelompok Ternak Wibawa Mekar. Jumlah responden sebanyak 36 orang. Proporsi jumlah 36 responden dari Kecamatan Tanjungsari tersebut adalah 20 peternak di Desa Raharja dan 16 peternak di Desa Margajaya. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui
(3)
iii gambaran tentang usahaternak sapi perah di Kecamatan Tanjungsari. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan, R/C ratio, dan fungsi Cobb Douglas.
Kegiatan budidaya sapi perah di Kecamatan Tanjungsari meliputi pengadaan dan pemilihan bakalan sapi, persiapan kandang, penggunaan peralatan, tenaga kerja, pakan, kesehatan hewan dan reproduksi, pemanenan dan pasca panen. Rata-rata kepemilikan sapi perah responden sebanyak empat ekor. Berdasarkan hasil analisis penerimaan usahaternak sapi perah rata-rata responden sebesar Rp 42.611.062,68, sedangkan untuk analisis pendapatan usahaternak sapi perah responden menguntungkan untuk diusahakan karena mempunyai pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 18.269.904,24 dan pendapatan atas biaya total Rp 10.602.237,74. Nilai R/C rasio atas biaya tunai yaitu 1,80 dan R/C rasio atas biaya total sebesar 1,34, artinya bahwa usahaternak sapi perah ini menguntungkan untuk diusahakan karena memiliki nilai R/C rasio lebih dari satu.
Hasil pendugaan model nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 74,9 persen. Nilai determinasi (R2) sebesar 74,9 persen tersebut, menunjukkan variasi produktivitas dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh faktor hijauan, konsentrat, ampas tahu, vaselin dan tenaga kerja, sedangkan 25,1 persen lagi dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa hijauan mempunyai nilai koefisien yaitu 0,6761, konsentrat sebesar 0,31289 dan ampas tahu sebesar 0,08651 artinya dengan meningkatkan pemakaian sebesar satu persen ketiga input tersebut akan meningkatkan produktivitas sebesar nilai koefisiennya. Selain itu ketiga faktor ini masing-masing mempunyai pengaruh nyata terhadap produktivitas susu. Sementara untuk tenaga kerja mempunyai nilai koefisien yang negatif yaitu -0,55327 artinya dengan meningkatkan penggunaan input tersebut justru akan menurunkan produktivitas sebesar 0,55327. Selain itu faktor tenaga kerja mempunyai pengaruh nyata terhadap produktivitas susu.
Hasil pendugaan model nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 76,8 persen. Nilai determinasi (R2) sebesar 76,8 persen tersebut, menunjukan variasi pendapatan dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh faktor harga hijauan, harga konsentrat, harga ampas tahu, harga vaselin, biaya kesehatan hewan, upah tenaga kerja dan harga jual susu, sedangkan 23,2 persen lagi dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model. Faktor-faktor yang mempunyai pengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi perah yaitu harga hijauan, harga konsentrat harga ampas tahu, harga vaselin, biaya kesehatan hewan, upah tenaga kerja dan penjualan susu. Harga hijauan mempunyai nilai koefisien regresi negatif yaitu -3,3363, harga konsentrat yaitu 6,304, harga ampas tahu yaitu 2,2560, harga vaselin yaitu -4,580, dan upah tenaga kerja yaitu -5,467 artinya setiap peningkatan kelima harga tersebut sebesar satu persen maka akan menurunkan pendapatan sebesar nilai koefisiennya. Sementara untuk biaya kesehatan hewan dan harga jual susu mempunyai nilai koefisien yang positif yaitu 0,7736 dan 72,90 artinya dengan meningkatkan harga sebesar satu persen kedua input tersebut akan meningkatkan pendapatan peternak sebesar nilai koefisiennya.
Dalam meningkatkan produktivitas susu sapi perah di Kecamatan Tanjungsari, upaya yang dapat dilakukan oleh peternak yaitu meningkatkan kuantitas dan kualitas pakan hijauan, pakan konsentrat dan ampas tahu agar produktivitas susu sapi dapat meningkat. Selain itu peternak harus memperhatikan
(4)
iv perubahan harga input, karena adanya kenaikan harga input akan mengakibatkan kenaikan biaya operasional sehingga pendapatan peternak akan berkurang. Serta peternak harus memperhatikan jumlah pemberian pakan hijauan, karena akan mengurangi pemborosan pengeluaran yang dilakukan.
(5)
v
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKTIVITAS SUSU DAN PENDAPATAN PETERNAK
SAPI PERAH DI KECAMATAN TANJUNGSARI
KABUPATEN SUMEDANG
SKRIPSI
ARIS ALPIAN H34076026
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
(6)
vi Judul Skripsi : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Susu dan Pendapatan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang.
Nama : Aris Alpian NIM : H34076026
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi.
NIP. 19640921 199003 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
(7)
vii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Produktivitas Susu dan Pendapatan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2010
(8)
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 25 Nopember 1983 dari pasangan Bapak Syarip Hidayat dan Ibu Teti Krisnawati. Penulis merupakan putra kedua dari lima bersaudara. Penulis memulai pendidikan dasar di SD Negeri 1 Dayehmanggung, Garut dan lulus tahun 1997. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Cikajang, Garut dan lulus tahun 2000. Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2003 di SMA Negeri 1 Cisurupan, Garut.
Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Diploma III Teknisi Reproduksi Satwa, Fakultas Kedokteran Hewan dan lulus tahun 2006. Kemudian penulis melanjutkan studi pada tahun 2007 di Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
(9)
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Susu dan Pendapatan Peternak
Sapi Perah di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang”. Skripsi ini
merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas susu dan pendapatan peternak sapi perah di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang dalam melakukan kegiatan usaha ternaknya. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan gambaran pemikiran dalam mencari alternatif pemecahan masalah melalui pendekatan teori produksi dan pendapatan usahatani, sehingga dapat berguna sebagai bahan informasi bagi peternak sapi perah .
Skripsi ini merupakan hasil maksimal yang dapat diselesaikan oleh penulis, sehingga penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Oktober 2010
(10)
x
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, memberikan masukan, arahan, serta motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Ir. Dwi Rachmina, MS atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian.
3. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama, yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini. 4. Dra. Yusalina, MS atas kesediaanya menjadi dosen penguji wakil dari komdik
dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini. 5. Dosen, staf dan pengurus Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan
Khusus IPB yang telah banyak membantu penulis.
6. Kedua Orang tua, paman, kakak, adik dan tunangan yang senantiasa memberikan dukungan doa, moril maupun materil.
7. Seluruh karyawan Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandangsari dan para peternak sapi perah responden yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Elim Sasmita dan Bapak Daing selaku Ketua Kelompok Ternak Wibawa Mekar dan Mekar Asih, peternak sapi perah di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang yang telah memberikan arahan dan informasi kepada penulis pada saat melakukan penelitian.
9. Dini Bayu Subagio, selaku pembahas pada seminar dan memberikan banyak masukan dan saran dalam seminar hasil penelitian ini.
10.Bangun Tri Hermanto terimakasih atas diskusi yang telah diberikan serta bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini.
11.Devi Septian selaku teman satu bimbingan atas semangat, dukungan, dan bantuannya selama ini.
12.Teman-teman MAB 41 dan rekan-rekan AGB angkatan 1,2,3,4 dan 5 yang telah memberikan dukungan dan kebersamaanya selama ini.
(11)
xi 13.Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu, semoga Allah SWT membalas dan memberikan rahmat hidayah-Nya.
Bogor, Oktober 2010
(12)
xii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan ... 7
1.4. Kegunaan Penelitian ... 7
1.5. Ruang Lingkup ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah ... 9
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ... 10
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 17
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 17
3.1.1. Teori Produksi ... 17
3.1.2. Teori Biaya ... 19
3.1.3. Pendapatan ... 20
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 22
IV. METODE PENELITIAN ... 24
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24
4.2 Jenis dan Sumber Data ... 24
4.3 Metode Penarikan Sampel dan Pengumpulan Data ... 25
4.4 Metode Analisis Data ... 25
4.4.1. Analisis Pendapatan Usahatani ... 26
4.4.2. Analisis R/C ratio ... 27
4.4.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Susu ... 27
4.4.4. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Peternak ... 30
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 35
5.1 Keadaan Wilayah Penelitian ... 35
5.2 Kependudukan dan Mata Pencaharian ... 36
5.3 Karakteristik Responden ... 37
5.3.1. Setatus Usaha ... 38
5.3.2. Umur ... 39
5.3.3. Pendidikan ... 39
5.3.4. Pengalaman Beternak Sapi Perah ... 40
5.3.5. Lama Menjadi Anggota Koperasi ... 41
5.3.6. Kepemilikan Ternak ... 41
(13)
xiii
5.4.1. Pengadaan dan Pemilihan Bakalan Sapi Perah ... 42
5.4.2. Kandang ... 43
5.4.3. Peralatan ... 44
5.4.4. Tenaga Kerja ... 45
5.4.5. Pakan ... 46
5.4.6. Kesehatan Hewan dan Reproduksi... 48
5.4.7. Pemerahan ... 50
5.4.8. Produktivitas Susu ... 51
5.4.9. Pemasaran ... 51
5.5 Penerimaan Usahatani ... 52
5.6 Biaya Usahatani ... 52
5.1. Biaya Tunai ... 53
5.2. Biaya Diperhitungkan ... 54
5.7 Pendapatan Usahatani ... 56
VI. ANALISIS FUNGSI PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN TANJUNGSARI ... 58
6.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Susu Sapi ... 58
6.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Peternak Sapi Perah ... 64
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
7.1 Kesimpulan ... 71
7.2 Saran ... 71
(14)
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1. Perkembangan Populasi Ternak (Ribuan Ekor) di Indonesia
Tahun 2004-2008... 1 2. Perkembangan Tingkat Konsumsi Susu di Indonesia
Tahun 2003-2008... ... 2 3. Perkembangan Impor Bahan Baku Susu Periode 2003-2008 .... 3 4. Perkembangan Produksi Susu Sapi di Indonesia
Tahun 2005-2009 ... . 3 5. Perkembangan Produksi Susu Segar Di Provinsi Jawa Barat
Tahun 2000-2008 ... . 4 6. Perkembangan Produksi Susu Segar di Kabupaten Sumedang
Tahun 2003-2008 ... 5 7. Populasi Sapi Perah di Kecamatan Tanjungsari Tahun 2009 ... 24 8. Potensi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian (KK)
di Kecamatan Tanjungsari Tahun 2009 ... 37 9. Karakteristik Responden di Kecamatan Tanjungsari
Tahun 2009 .. ... 38 10. Harga Rata-Rata Peralatan Responden Sapi Perah
di Kecamatan Tanjungsari Tahun 2009.. ... 45 11. Rata-rata Pemberian Pakan Sapi Perah Responden
di Kecamatan Tanjungsari 2009... ... 48
12. Rata-rata Penerimaan Responden Selama Satu Tahun
di Kecamatan Tanjungsari Tahun 2009... ... 52 13. Rata-rata Biaya Tunai dan Biaya Diperhitungkan
Responden di Kecamatan Tanjungsari Tahun 2009.... ... 56
14. Rata-rata Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Responden Selama Satu Tahun di Kecamatan
Tanjungsari Tahun 2009 ... 57 15. Hasil Pendugaan Fungsi Produktivitas Susu Sapi Perah di
(15)
xv 16. Hasil Pendugaan Fungsi Pendapatan Peternak Sapi Perah
(16)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Kurva Total Produk dan Hubungannya dengan
Produk Marjinal dan Produk Rata-Rata ... 18
2 Kurva Biaya Total Dalam Jangka Pendek ... 20
3 Kurva Pendapatan dan Kurva Biaya Total Jangka Pendek ... 21
4 Kerangka Pemikiran Operasional ... 23
5 Pemberian Pakan Hijauan Pada Sapi Perah di Kecamatan Tanjungsari Tahun 2010 ... 47
6 Pakan Tambahan Berupa Konsentrat Pada Peternakan Responden di Kecamatan Tanjungsari Tahun 2010 ... 48
7 Pelayanan IB Sapi Perah di Kecamatan Tanjungsari Tahun 2010 ... 49
(17)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Pendapatan Responden Sapi Perah Selama Satu Tahun di
Kecamatan Tanjungsari Tahun 2009 ... 76 2 Penyusutan Peralatan Responden di Kecamatan Tanjungsari
Tahun 2009... 78 3 Penggunaan Faktor-faktor Produktivitas Susu Sapi Peternak
Responden Selama Satu Tahun di Kecamatan Tanjungsari
Tahun 2009... 79 4 Analisis Regresi Model Fungsi Cobb-Douglas Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Produktivitas Susu Sapi Perah Selama
Satu Tahun ... 81
5 Analisis Regresi Model Fungsi Cobb-Douglas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Susu Sapi Selama Satu
Tahun ... 82 6 Analisis Regresi Model Fungsi Cobb-Douglas Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pendapatan Peternak Sapi Perah ... 83 7 Analisis Regresi Model Fungsi Cobb-Douglas Faktor-Faktor
(18)
1
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan di Indonesia memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam mendukung kebutuhan akan protein hewani. Usaha peternakan juga sangat berperan dalam meningkatkan pendapatan, memperluas lapangan kerja, maupun menopang sektor industri (Sudono, 1999).
Menurut Susilorini et al. (2008), faktor yang mendukung dunia peternakan untuk selalu berkelanjutan adalah kebutuhan pangan yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi manusia, serta produk pangan dari ternak mempunyai nilai gizi yang berkualitas. Pengembangan peternakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ternak dapat dicapai dengan peningkatan mutu genetik yang baik, pemberian pakan yang cukup dan berkualitas serta ditunjang oleh sistem manajemen yang baik. Peningkatan populasi ternak dapat dilakukan dengan usaha pemeliharaan ternak-ternak yang telah ada dan ditunjang juga dengan ternak-ternak yang didatangkan dari luar negeri yang memiliki kualitas yang baik. Perkembangan populasi ternak di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Populasi Ternak (Ribuan Ekor) di Indonesia Tahun 2005-2009.
Ternak 2005 2006 2007 2008 2009 Trend(%)
Sapi perah 361 369 374 408 486 31,77
Sapi potong 10.569 10.875 11.515 11.869 12.603 18,03
Kuda 387 398 401 411 398 2,92
Kambing 13.409 13.970 14.470 15.806 15.655 16,04
Domba 8.327 8.980 9.514 10.392 10.471 56,63
Kerbau 2.128 2.167 2.086 2.192 2.045 -3,52
Total 35.181 16.104 25.337 41.078 41.658 121,87 Sumber : BPS (2009)
(19)
2 Berdasarkan Tabel 1, dapat dijelaskan bahwa perkembangan populasi ternak di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hal ini disebabkan oleh kebutuhan manusia akan pemenuhan protein ternak yang terus meningkat. Jumlah populasi ternak sapi perah paling sedikit dibandingkan ternak yang lain. Pertumbuhan sapi perah dari tahun 2005 sampai 2009 mencapai 31,77 persen.
Sapi perah adalah ternak yang menghasilkan bahan pangan kaya protein yaitu berupa susu. Industri persusuan di Indonesia memiliki prospek yang cukup cerah mengingat adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan. Produksi susu segar nasional mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 2,79 persen dari tahun 2003 sampai 2008. Sementara pertumbuhan rata-rata konsumsi nasional dari tahun 2003 sampai 2008 mencapai 13,80 persen. Untuk lebih jelasnya perkembangan tingkat konsumsi susu dibandingkan dengan produksi susu nasional dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Tingkat Konsumsi Susu di Indonesia Tahun 2003-2008.
Tahun Produksi Susu Tingkat Konsumsi
(Ton) (%) (Ton) (%)
2003 553.442 - 1.021.802 -
2004 549.945 -0,63 1.237.986 21,15
2005 535.962 -2,54 1.291.294 4,30
2006 616.549 15,03 1.354.235 4,87
2007 636.859 3,29 1.430.258 29,83
2008* 646.953 1,58 2.156.510 22,65
Rata-rata 589.951,6 2.79 1.470.011,6 13,80
Keterangan :* Angka Sementara
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2009
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui adanya ketimpangan antara produksi susu sapi yang dihasilkan dengan permintaan susu sapi. Saat ini susu sapi segar dalam negeri baru mencapai 26 persen kebutuhan nasional, sedangkan 74 persen berasal dari impor1. Berdasarkan potensi yang dimiliki maka peluang peternakan dalam negeri masih sangat terbuka untuk mengembangkan produksi susu. Untuk lebih jelasnya perkembangan impor bahan baku susu dapat dilihat pada Tabel 3.
1
Khomsan, Ali. 2005. Rendah, Konsumsi Susu Cair. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak /2005/0405/30/0605.htm. [3 Februari 2009].
(20)
3
Tabel 3. Perkembangan Impor Bahan Baku Susu Periode 2004-2008
Tahun Jumlah Impor
(Ton) Trend (%)
2004 165.415,5 -
2005 173.084,5 4,63
2006 188.128,4 8,69
2007 198.216,8 5,36
2008 214.345 8,13
Rata-rata
187.838 5,36
Sumber : BPS (2009)
Besarnya potensi sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia memungkinkan pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru perekonomian Indonesia2. Kondisi geografis, ekologi dan kesuburan lahan di beberapa wilayah Indonesia memiliki karakteristik yang cocok untuk pengembangan usaha ternak sapi perah, seperti pada wilayah pulau Jawa. Hal tersebut menyebabkan pulau Jawa terus menjadi wilayah utama peternakan sapi perah di Indonesia. Untuk lebih jelasnya perkembangan produksi susu sapi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan Produksi Susu Sapi di Indonesia Tahun 2005-2009
No Provinsi Tahun (ton)
2005 2006 2007 2008 2009 (%)
1 Pulau Irian Jaya 0 96 69 54 46 -64
2 Pulau Kalimantan 159 216 360 186 228 76,7
3 Pulau Sulawesi 900 1.184 1.849 2.882 2.979 15,5 4 Pulau Sumatra 9.273 10.444 6.356 3.069 2.316 -102 5 Pulau Jawa 526.360 362.656 558.916 359.658 672.399 14,86 Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2009
2
Persusuan Indonesia. Kondisi, Permasalahan Dan Arah Kebijakan. 2007.http//:www.google.com. [09 Mei 2008].
(21)
4 Menurut Heriyatno (2009), Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki karakteristik yang cocok untuk usaha sapi perah. Salah satu karakteristik yang menjadi dukungan pengembangan usaha ternak sapi perah adalah sumber bahan pakan yang melimpah berasal dari limbah pertanian, ketersediaan air dan iklim yang cocok untuk sapi perah dalam berproduksi. Pertumbuhan produksi susu sapi perah di Jawa Barat dari tahun 2000 sampai tahun 2008 rata-rata sebesar 3,58 persen. Untuk lebih jelasnya perkembangan produksi susu di Jawa Barat bisa dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Perkembangan Produksi Susu Segar di Provinsi Jawa Barat Tahun 2000-2008.
Tahun Produksi
000 (ton) Trend (%)
2000 184,52 -
2001 184,83 0,17
2002 18,51 7,40
2003 207,86 4,71
2004 215,33 3,59
2005 201,86 -6,26
2006 211,89 4,97
2007 233,55 5,50
2008 242,12 8,57
Rata-rata 188,94 3,58
Sumber : BPS (2009).
Kabupaten Sumedang merupakan salah satu daerah yang cocok untuk mengembangkan peternakan sapi perah di Jawa Barat, dengan sektor peternakan sebagai salah satu sumber mata pencaharian penduduk. Produksi susu di Kabupaten Sumedang setiap tahun terus meningkat dengan pertumbuhan rata-rata adalah 12,45 persen. Kabupaten Sumedang juga merupakan salah satu daerah penyebaran sapi perah di Jawa Barat. Peningkatan produksi susu segar dapat dilihat pada Tabel 6.
(22)
5
Tabel 6. Perkembangan Produksi Susu Segar di Kabupaten Sumedang Tahun 2003-2008
Tahun Produksi susu
(ton) Trend (%)
2003 10.739,52 -
2004 11.814,56 10,01
2005 12.719,85 7,66
2006 14.301,95 12,44
2007 18.981,23 32,72
2008 21.240,83 11,9
Rata-rata 14.966,32 12,45
Sumber : BPS (2009).
Kecamatan Tanjungsari merupakan salah satu sentra pengembangan sapi perah yang cukup besar di Kabupaten Sumedang. Koperasi Serba Usaha Tandangsari merupakan salah satu koperasi yang berperan penting dalam pengembangan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Tanjungsari, serta merupakan salah satu lembaga usaha yang didirikan untuk meningkatkan kemampuan ekonomi kecil, termasuk peternak sapi perah rumahan. Selain menyediakan input dan menjamin pemasaran susu, koperasi juga menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung seperti pelayanan kesehatan, kawin suntik atau inseminasi buatan (IB), penyediaan pakan, peralatan dan lain-lain.
1.2.Perumusan Masalah
Kecamatan Tanjungsari adalah salah satu daerah penghasil susu sapi di Jawa Barat, selain Lembang dan Pengalengan. Rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi di Kecamatan Tanjungsari adalah empat ekor per peternak. Jenis sapi yang diusahakan di daerah tersebut adalah sapi perah peranakan Fries Holand..
Sapi-sapi yang dipelihara di Kecamatan Tanjungsari tingkat produktivitas masih relatif rendah. Informasi yang diperoleh dari petugas kesehatan hewan (KESWAN) di Kecamatan Tanjungsari menyatakan bahwa produktivitas susu sapi perah yang berumur lima tahun rata-rata sebesar 8-9 liter/ekor/hari, padahal produktivitas ideal 12 sampai 15 liter/ekor/hari (Girisonta, 1995). Saat ini
(23)
6 budidaya sapi perah di Kecamatan Tanjungsari masih menghadapi kendala dalam produktivitas. Produktivitas susu sangat tergantung dari penggunaan input yang digunakan dalam budidaya sapi perah. Faktor-faktor produktivitas tersebut sangat menentukan terkait dengan kemampuan peternak dalam mengelola kegiatan usaha ternak sapi perahnya.
Peningkatan produktivitas susu di Kecamatan Tanjungsari dapat diupayakan melalui penambahan penggunaan input seperti penambahan pakan konsentrat dan ampas tahu. Peningkatan produktivitas susu melalui penambahan input menghadapi kendala keterbatasan sumberdaya terutama modal untuk membeli pakan konsentrat dan ampas tahu. Pengeluaran biaya input yang tinggi akan mempengaruhi pendapatan peternak sapi perah.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden, harga input meningkat lebih tinggi dari pada harga output. Sebagai contoh, harga pakan konsentrat dari Rp 1.100 per kilogram naik menjadi Rp 1.425 per kilogram dan ampas tahu dari harga Rp 400 per kilogram naik menjadi Rp 600 per kilogram, sedangkan kenaikan harga susu dari Rp 2.866 per liter hanya naik menjadi Rp 2.896 per liter atau hanya naik sebesar Rp 30 saja per liter. Dengan demikian biaya operasional yang dikeluarkan oleh peternak lebih besar dibandingkan dengan penerimaan dari hasil penjualan susu sapi. Ketidakseimbangan ini berakibat pada semakin berkurangnya pendapatan yang diterima peternak dari usaha ternaknya.
Harga rata-rata susu segar yang diterima peternak, setiap harinya tergantung pada kualitas susu yang dihasilkannya. Peternak selalu menganggap untung bila telah mendapatkan hasil dari usaha ternaknya tanpa memperhitungkan faktor-faktor lain, misalnya penggunaan tenaga kerja keluarga dan nilai penyusutan. Sehingga tidak ada pengambilan keputusan terbaik bagi kelangsungan usaha ternak sapi perah yang dilakukan, akibatnya usaha ternak yang dilakukan bersifat tetap dan tidak berkembang. Hal ini juga merupakan permasalahan peternak terkait dengan perhitungan pengeluaran dan pendapatan peternak terhadap usaha ternaknya. Sehingga perlu pengkajian secara tepat faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap produktivitas susu dan pendapatan peternak sapi perah di Kecamatan Tanjungsari.
(24)
7 Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas susu sapi ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap pendapatan peternak sapi perah ?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas susu sapi 2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan peternak
sapi perah.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak antara lain : 1. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
khususnya yang berkaitan dengan kajian sosial ekonomi dengan mencoba membandingkan keadaan di lapangan dengan ilmu yang sudah diperoleh penulis.
2. Bagi peternak, sebagai pertimbangan dalam upaya untuk mengembangkan budidaya sapi perah dan meningkatkan pendapatan dari usahaternak sapi perah.
3. Bagi koperasi, sebagai bahan informasi usaha sehingga dapat menentukan pengambilan keputusan untuk kebijakan selanjutnya.
4. Bagi pemerintah, sebagai bahan informasi untuk pengambilan keputusan dan kebijaksanaan pembangunan ekonomi pedesaan khususnya koperasi.
5. Bagi kalangan akademis, sebagai bahan informasi dan bahan pustaka untuk keperluan melengkapi hasil penelitian sebelumnya atau sebagai dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas susu sapi perah dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan peternak sapi perah. Lingkup penelitian ini dilaksanakan
(25)
8 pada peternak responden yang berada di Kecamatan Tanjungsari. Penelitian ini juga menganalisis pendapatan peternak responden yang ada di Kecamatan Tanjungsari.
(26)
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah
Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah disekitar Sumatra Utara, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Tahun 1977 Indonesia mulai mengembangkan agribisnis sapi perah rakyat yang ditandai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri. SKB ini merumuskan kebijakan dan program pengembangan agribisnis sapi perah di Indonesia. Industri peternakan sapi perah di Indonesia mempunyai struktur yang relatif lengkap yakni peternak, pabrik pakan dan pabrik pengolahan susu yang relatif maju dan kapasitas yang cukup tinggi serta tersedia kelembagaan peternak yakni Gabungan Koprasi Susu Indonesia (GKSI). Struktur usaha ternak terdiri dari usaha skala besar (>100 ekor), usaha skala menengah (30-100), usaha skala kecil (10-30ekor) dan usaha skala kecil (10-30) dan usaha ternak rakyat (1-9 ekor). Peternak sapi perah rakyat, pada umumnya adalah anggota koperasi.
Peternakan sapi perah telah dimulai sejak abad ke-19 yaitu dengan pengimporan sapi-sapi bangsa Ayrshire, Jersey, Milking Shorthorn dari Australia. Pada permulaan abad ke-20 dilanjutkan dengan pengimporan sapi Fries Holland (FH) dari belanda. Sapi perah yang dewasa ini dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah sapi Fries Holland yang memiliki kemampuan produksi susu tertinggi (Sudono, 1999). Di Indonesia populasi bangsa sapi Fries Holland merupakan yang terbesar diantara jumlah populasi bangsa-bangsa sapi perah yang lain. Jenis sapi Fries Holland (FH) memiliki sifat-sifat sebagai berikut : tenang, jinak dan mudah dikuasai, sapi tidak tahan panas namun mudah beradaptasi, produksi susu mencapai 4500-5500 liter per satu masa laktasi dan berat badan sapi jantan mencapai 1000 kg dan sapi betina mencapai 650 kg (Girisonta, 1995).
Menurut Mubyarto (1989), berdasarkan pola pemeliharaan usaha ternak di Indonesia diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu : peternakan rakyat, peternakan semi komersial dan peternakan komersial.
1) Peternakan rakyat dengan cara memelihara ternaknya secara tradisional. Pemeliharaan cara ini dilakukan setiap hari oleh anggota keluarga peternak dimana keterampilan peternak masih sederhana dan menggunakan bibit lokal
(27)
10 dalam jumlah dan mutu terbatas. Tujuan utama pemeliharaan sebagian hewan kerja sebagai pembajak sawah atau tegalan.
2) Peternakan rakyat semi komersial dengan keterampilan berternak dapat dikatakan cukup. Penggunaan bibit unggul, obat-obatan, dan makanan penguat cenderung meningkat. Tujuan utama pemeliharaan untuk menambah pendapatan keluarga dan konsumsi sendiri.
3) Peternakan komersial dijalankan oleh peternak yang mempunyai kemampuan dalam segi modal, sarana produksi dengan teknologi yang cukup modern. Semua tenaga kerja dibayar dan makanan ternak dibeli dari luar dalam jumlah besar.
Usaha ternak sapi perah merupakan usaha yang menguntungkan dibandingkan dengan usaha ternak yang lain. Beberapa keuntungan usaha ternak sapi perah adalah peternakan sapi perah termasuk usaha yang tetap, sapi perah sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi protein hewani dan kalori, memiliki jaminan pendapatan yang tetap, penggunaan tenaga kerja yang tetap dan tidak musiman, pakan yang relatif murah dan mudah didapat karena sapi perah dapat menggunakan berbagai jenis hijuan yang tersedia atau sisa-sisa hasil pertanian, kesuburan tanah dapat dipertahankan dengan memanfaatkan kotoran sapi perah sebagai pupuk kandang dan pedet yang dihasilkan jika jantan bisa dijual untuk sapi potong, sedangkan jika pedet betina bisa dipelihara hingga dewasa dan menghasilkan susu (Sudono et al, 2003).
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Sapi Fries Holland (FH) adalah sapi perah yang produksi susunya tertinggi dibandingkan bangsa-bangsa sapi perah lainya, dengan kadar lemak susu yang rendah (Sudono, 1999). Penyediaan bahan pakan yang terbatas akan membatasi peningkatan jumlah dan mutu produksi sapi Fries Holland (Girisonta, 1995).
Menurut Sudono (1999), produksi susu sapi perah di Indonesia umumnya masih rendah, yaitu hasil susu rata-rata per ekor per hari adalah 10 liter dengan bangsa sapi Fries Holland (FH). Hasil penelitian Junita (2008), menunjukan bahwa produksi susu yang dihasilkan di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur
(28)
11 adalah 8, 58 liter per ekor dan kepemilikan sapi laktasi masih di bawah 60 persen dari total sapi yang dimiliki.
Menurut penelitian Kadarini (2005), puncak produksi susu sapi perah peternak di KUD Cipanas terjadi pada bulan ketiga setelah beranak kemudian turun secara bertahap. Pada bulan keempat produksi susu mengalami penurunan yang sangat jelas dari 10 liter/ekor/hari. Hal ini kemungkinan disebabkan sapi pada usia ini mulai bunting kembali. Pada bulan kesembilan rataan produksi susu kembali meningkat, disebabkan pada populasi yang diamati terdapat dua ekor sapi yang berusia enam tahun dan satu ekor berusia lima tahun.
Menurut Siregar (1992), usaha untuk meningkatkan produksi susu dapat dilakukan dengan menambahkan pakan atau perbaikan sistem pemberian pakan tanpa penambahan biaya pakan. Sapi perah hendaknya diberi pakan yang berkualitas tinggi sehingga dapat berproduksi sesuai dengan kemampuannya. Kesalahan dalam manajemen pemeliharaan dapat dijadikan indikasi untuk mengetahui tingkat produksi yang rendah atau tidak sesuai dengan kemampuan potensial sapi.
Menurut Sudono et al. (2003), bibit sapi perah yang akan dipelihara menentukan keberhasilan dalam berproduksi. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bibit sapi perah yaitu, keturunan, bentuk ambing, penampilan dan umur bibit. Selain bibit hal yang menunjang dalam keberhasilan berproduksi adalah pakan. Pakan memiliki pengaruh yang dominan dalam produksi. Pengaruh ini mencakup pada volume dan kualitas susu serta kesehatan. Pakan yang diberikan untuk ternak sapi perah terdiri dari pakan konsentrat dan hijuan. Dalam penelitian Mandaka dan Hutagaol (2005), di Kelurahan Kebon Pedes Kabupaten Bogor diketahui skala ekonomi peternakan sapi perah rakyat berada pada kondisi Decreasing Return of Scale dimana penambahan faktor produksi tetap (jumlah induk produktif dan pengalaman beternak) menyebabkan penurunan keuntungan usaha ternak dalam jangka panjang.
Peluang untuk meningkatkan produksi susu nasional itu dapat dikatagorikan dalam tiga kegiatan utama, yakni: (1) penambahan populasi sapi perah betina, (2) perbaikan pemberian pakan, serta (3) perbaikan intensifikasi pelaksanaan Inseminasi Buatan (Siregar, 1992).
(29)
12 Menurut Heriyatno (2009), Faktor faktor yang berpengaruh terhadap produksi susu sapi perah adalah jumlah pakan konsentrat, jumlah pakan hijauan dan masa laktasi sapi. Sedangkan menurut Sudono (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi adalah masa laktasi, umur sapi, selang beranak (Calving Interval), tenaga kerja, makanan dan tatalaksana. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi antara lain :
1. Masa Laktasi
Masa laktasi adalah masa sapi itu sedang menghasilkan susu antara waktu beranak dengan masa kering. Produksi susu per hari mulai menurun setelah laktasi dua bulan (Sudono, 1999). Sedangkan menurut Girisonta (1995), masa laktasi adalah masa sapi sedang berproduksi. Sapi mulai berproduksi setelah melahirkan anak kira-kira setengah jam setelah sapi itu melahirkan, produksi susu sudah keluar. Periode laktasi mempengaruhi selang beranak pada sapi Fries Holland (FH). Selang beranak paling lama ditemukan pada sapi laktasi pertama dan kedua, dan selang beranak paling singkat ditemukan pada sapi laktasi kelima dan keenam.
2. Umur Sapi
Sapi-sapi yang beranak pada umur yang tua (tiga tahun) akan menghasilkan susu yang lebih banyak dari pada sapi-sapi yang beranak pada umur muda (dua tahun). Produksi susu akan terus meningkat dengan tambahnya umur sapi sampai sapi itu umur tujuh tahun atau delapan tahun, yang kemudian setelah umur tersebut produksi susu akan menurun sedikit demi sedikit sampai sapi berumur 11-12 tahun hasil susu nya akan rendah sekali. Hal ini disebabkan kondisi tubuh akan menurun dan senilitas. Meningkatnya hasil susu pada laktasi dari umur dua tahun sampai umur tujuh tahun itu disebabkan bertambah besar sapi karena pertumbuhan, jumlah tenunan dalam ambing juga bertambah. Turunnya hasil susu pada hewan tua disebabkan aktivitas-aktivitas kelenjar-kelenjar ambing sudah berkurang. Kemampuan sapi dara untuk berkofulasi tak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan badannya, tetapi juga pertumbuhan ambingnya yang mencapai pertumbuhan yang maksimum pada laktasi ke tiga atau ke empat (Sudono, 1999).
(30)
13 3. Tenaga Kerja Dalam Budidaya Sapi Perah
Menurut Sudono (1999), tenaga kerja merupakan hal yang penting dalam usaha peternakan sapi perah. Tenaga kerja yang diperlukan harus terampil dan berpengalaman dalam bidangnya agar penggunaan tenaga kerja jadi efisien, untuk mencapai penggunaan tenaga kerja yang efisien pada usaha peternakan sapi perah di Indonesia sebaiknya seorang tenaga kerja dapat menangani enam sampai tujuh ekor sapi dewasa. Sedangkan menurut Mubyarto (1989), dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri dari suami sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak petani. Kebutuhan dan pencurahan tenaga kerja sangat tergantung pada jenis pekerjaan dan komoditi yang diusahakan (Hernanto, 1996).
4. Makanan dan Tatalaksana
Pakan ternak terbagi dalam dua kelompok, yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat. Pakan konsentrat merupakan pakan yang diformulasikan atas beberapa bahan pakan seperti pollar, bungkil kedelai, dan jagung. Standar nilai koefisien teknis pada konsentrat adalah satu persen dari berat badan sapi yaitu antara 8-10 kg konsentrat per hari untuk setiap satuan ternak (Susilorini et al. 2009). Sementara itu, pakan hijauan berasal dari hasil budidaya atau berasal dari rumput alam yang dicari di lahan terbuka. Selain itu, pakan hijauan dapat juga berasal dari limbah pertanian, seperti jerami padi, jerami jagung dan kelopak kol yang sudah rusak (Swastika et al. 2009). Standar nilai koefisien teknis pakan hijauan adalah sepuluh persen dari berat badan sapi untuk setiap satuan ternak (Susilorini et al. 2009).
Pada umumnya variasi dalam produksi susu beberapa peternakan sapi perah disebabkan oleh perbedaan dalam makanan dan tata laksananya. Pemberian makanan yang banyak pada sapi yang kondisinya jelek pada waktu sapi itu sedang dikeringkan dapat meningkatkan produksi susu sebesar 10-30 persen. Pemberian air sangat penting untuk produksi susu, karena susu 87 persen terdiri atas air dan 50 persen dari badan sapi terdiri atas air. Jumlah air yang dibutuhkan tergantung pada produksi susu yang dihasilkan sapi, suhu sekelilingnya dan macam makanan yang diberikan (Sudono, 1999).
(31)
14 Penggunaan faktor produksi yang akan dipakai dalam analisis selain tergantung dari penting tidaknya pengaruh penggunaannya terhadap produksi juga dibatasi pada faktor produksi yang dapat dikontrol (Soekartawi et al.1986).
Penelitian Heriyatno (2009) dengan judul ”Analisis Pendapatan dan Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah di Tingkat Peternak (Kasus: Anggota Koperasi Serba Usaha Karya Nugraha Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan)” menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu di tingkat peternak menunjukan jumlah pemberian pakan konsentrat, jumlah pemberian pakan hijauan dan masa laktasi berpengaruh nyata terhadap produktivitas sapi perah peternak sedangkan faktor besarnya biaya usaha tidak berpengaruh nyata. Fungsi produksi yang digunakan untuk mengnganalisis usaha ternak sapi perah menunjukan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 40,2 persen. Nilai tersebut artinya 40,2 persen hubungan antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan jumlah produksi susu dapat dijelaskan oleh produksi tersebut dan sebesar 59,8 persen hubungan tersebut dijelaskan oleh faktor-faktoe lain.
Penelitian Pratiwi (2009) dalam mengidentifikasi faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usaha peternakan sapi perah terdapat beberapa variabel yang diukur yaitu jumlah produksi susu sebagai variabel dependen, jumlah makanan hijauan, konsentrat, vaselin, tenaga kerja dan dummy setelah kredit dan sebelum kredit pada taraf nyata satu persen yang mempengaruhi produksi susu secara signifikan yaitu hijauan konsentrat dan dummy setelah kredit dan sebelum kredit sedangkan vaselin dan tenaga kerja berpengaruh nyata pada taraf nyata lima persen.
Penelitian Mandaka (2005) menganalisis fungsi keuntungan, efisiensi ekonomi dan kemungkinan skema kredit bagi pengembangan skala usaha peternakan sapi perah rakyat di Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor. Kesimpulan yang didapat yaitu peternak sapi perah di Wilayah tersebut memiliki kecenderungan yang sama dalam teknis produksi maupun biaya produksi dan hanya input tetap berupa jumlah induk produktif yang berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan di atas 75 persen. Skala ekonomi peternakan sapi perah rakyat berada pada kondisi decreasing return of scale dimana penambahan input
(32)
15 tetap (jumlah induk produktif dan pengalaman beternak) menyebabkan penurunan keuntungan usaha ternak dalam jangka panjang.
Skema kredit yang sesuai dengan kondisi aktual dan keinginan peternak di Kelurahan Kebon Pedes adalah :
1) Ternak sapi merupakan jenis agunan yang paling memungkinkan untuk dijadikan sebagai jaminan kredit utama.
2) Jangka waktu pengembalian kredit yang relevan pada usaha ternak sapi perah adalah 7 tahun dengan tingkat suku bunga kredit antara 0-1 persen per bulan.
3) Nilai pinjaman yang paling sesuai bagi pengembangan usaha ternak skala kecil sebesar Rp 6.000.000-Rp 12.000.000 atau setara dengan 1-2 ekor induk produktif.
Penelitian Sihite (1998), dalam mengidentifikasi faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usaha peternakan sapi perah terdapat beberapa variabel yang diukur yaitu jumlah produksi susu sebagai variabel dependen, jumlah makanan penguat, jumlah makanan hijauan, jumlah tenaga kerja dan jumlah sapi laktasi. Pada taraf nyata 0,05 hanya jumlah pakan hijauan yang mempengaruhi produksi susu secara signifikan sedangkan jumlah makanan penguat dan persentase sapi laktasi berpengaruh nyata pada taraf nyata 0,10. Jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap peroduksi susu.
Penelitian Fitriani (2001), dalam faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak usaha gaduhan ternak sapi potong di Kecamatan Cipego, Boyolali, Jawa Tengah mengemukakan bahwa rata-rata tingkat pendapatan yang diterima oleh peternak penggaduh per ekor adalah Rp 1031,59, per HKP. Dengan tingkat kontribusi pendapatan dari usaha tersebut terhadap total pendapatan keluarga peternak adalah 4,5 persen. Dari analisa regresi diperoleh nilai koefisien determinan (R2) sebesar 68,8 yang berarti bahwa 68,8 persen keragaman tingkat pendapatan peternak penggaduh dapat dijelaskan oleh faktor umur sapi awal penggemukan, curahan jam kerja, nilai jual sapi, umur peternak penggaduh, pengalaman beternak, lama penggemukan dan harga beli. Peubah yang memiliki pengaruh nyata terhadap pendapatan peternak adalah umur sapi awal penggemukan 1,301 dan harga jual 2,868. Sedangkan peubah yang tidak
(33)
16 berpengaruh nyata adalah curah jam kerja, umur peternak, pengalaman beternak dan persentase pembagian hasil yang diterima peternak penggaduh.
Beberapa penelitian terdahulu yang ditulis oleh Heriyanto, Pratiwi, Sihite, Fitriani dan Mandaka terdapat kesamaan dalam objek penelitian yaitu sapi perah. Untuk penelitian yang dibuat oleh Heriyanto, Pratiwi, Sihite dan Fitriani terdapat kesamaan dalam analisis penelitian yaitu menggunakan analisis pendapatan usahatani R/C rasio serta produktivitas dan pendapatan dengan fungsi Cobb Douglas. Dari hasil keempat penelitian, pendapatan usahatani tersebut menguntungkan karena memiliki nilai R/C rasio lebih dari satu, sedangkan dari hasil fungsi Cobb Douglas menunjukan hubungan faktor-faktor input yang digunakan dengan output yang dihasilkan. Keempat penelitian tersebut dapat sebagai reverensi dan acuan serta perbandingan terhadap dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian yang dilakukan saat ini lebih menekankan pada faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas susu dan pendapatan peternak. Sedangkan perbedaan penelitian Mandaka dengan penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan analisis efisiensi usahatani. Perbedaan ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan peneliti mengenai efisiensi usahatani sapi perah.
(34)
17
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi
Produksi adalah kegiatan menghasilkan output dengan berbagai kombinasi input dan teknologi terbaik yang tersedia (Nicholson, 1999). Sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi output ini disebut faktor-faktor produksi. Pada umumnya faktor-faktor produksi terdiri dari tanah, modal, tenaga kerja, input-input lain seperti bahan mentah (Soekartawi et al. 1986).
Menurut Lipsey (1995), fungsi produksi adalah hubungan antara input yang digunakan dalam proses produksi dengan kuantitas output yang dihasilkan. Sedangkan Soekartawi (2003) menjelaskan fungsi produksi sebagai suatu fungsi yang menggambarkan hubungan fisik antara variabel dependen (Y) dan variabel independen (X). Variabel dependen biasanya berupa output dan variabel independen biasanya berupa input. Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, X3,..., Xn)
Keterangan:
Y = Hasil produksi (output)
X1, X2, X3,...Xn = Faktor produksi/input
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih fungsi produksi (Soekartawi, 1986), yaitu :
1. Fungsi produksi harus dapat menggambarkan keadaan usahatani yang sebenarnya terjadi.
2. Fungsi produksi dapat dengan mudah diartikan khususnya arti ekonomi dan parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut.
3. Fungsi produksi harus mudah diukur atau dihitung secara statistik.
Mengukur tingkat produktivitas dari suatu proses produksi terdapat dua tolo ukur, yaitu produk marjinal dan produk rata-rata. Produk Marjinal (PM) adalah tambahan produk yang dihasilkan dari setiap menambah satu satuan faktor produksi yang dipakai. Sedangkan Produk Rata-rata (PR) adalah tingkat produksi yang dicapai setiap satuan input. Kedua tolo ukur ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
(35)
18 PM =
Tambahan Output Tambahan Input
= ∆Y
∆X =
dY dX
= f „(X) PR = Output Input = Y X
Pada Gambar 1, dapat dilihat hubungan antara Total Produk (TP), Produk Rata-rata (PR) dan Produk Marjinal (PM) sebagai berikut (Doll and Orazem, 1978):
Gambar 1. Kurva Total Produk dan Hubungannya dengan Produk Marjinal dan Produk Rata-Rata
Sumber : Doll dan Orazem (1978) Keterangan Kurva:
TP : Total produk PM : Produk Marjinal PR : Produk Rata-Rata Y : Produksi
X : Faktor Produksi
Y=f(x) III Ep<0 II 0<Ep<1 I Ep>1 0 PM/PR X3 X2 X1 PM PR TP X X Y
(36)
19 1) Daerah I
Daerah I menunjukkan Produk Marjinal (PM) lebih besar dari Produk Rata-Rata (PR). Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat rata-rata variabel input (X) ditransformasikan ke dalam produk (Y) meningkat hingga PR mencapai maksimal pada akhir daerah I. Daerah I mempunyai nilai Ep > 1, artinya setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan mengakibatkan penambahan otput yang selalu lebih besar dari satu persen. Pada daerah ini belum mencapai produksi optimal dengan pendapatan yang layak sehingga daerah ini tidak rasional (irrasional).
2. Daerah II
Daerah II terjadi ketika PM menurun dan lebih rendah dari PR. Pada keadaan ini PM sama atau lebih rendah dari PR. Daerah II berada diantara X2 dan X3. Daerah ini memiliki nilai Ep antara 1 dan 0 (0<Ep<1), artinya setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi paling tinggi satu persen dan paling rendah nol persen. Pada tingkat tertentu dari penggunaan faktor produksi di daerah ini akan memberikan keuntungan maksimum, sehingga daerah ini disebut daerah rasional dalam berproduksi.
3. Daerah III
Daerah ini memiliki nilai elastisitas produksi lebih kecil dari nol (Ep < 0). Pada daerah ini produksi total mengalami penurunan yang ditunjukan oleh produk marjinal yang bernilai negatif yang berarti setiap penambahan faktor produksi akan mengakibatkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan dan mengurangi pendapatan, karena itulah daerah ini dinamakan sebagai daerah tidak rasional (irrasional).
3.1.2. Teori Biaya
Biaya adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode produksi tertentu yang dinyatakan dengan nilai uang tertentu (Soekartawi et al.1986). Sedangkan biaya produksi adalah pengeluaran yang terjadi dalam mengorganisasikan dan melaksanakan proses produksi (Doll dan Orazem, 1978).
(37)
20 Menurut Lipsey (1995), biaya total dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya tetap total dan biaya variabel total. Untuk lebih jelasnya kurva biaya total dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kurva Biaya Total Dalam Jangka Pendek Sumber : (Lipsey, 1995).
Keterangan Kurva:
TC : Biaya Total (Fixed Cost)
TVC : Biaya Variabel Total (Total Variabel Cost) TFC : Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost)
Biaya tetap total (TFC) adalah biaya yang tidak berubah meskipun produksi berubah sedangkan biaya variabel total (TVC) adalah biaya yang berkaitan langsung dengan output, yang bertambah besar dengan meningkatnya produksi. Biaya total (TC) adalah mewakili penjumlahan dari biaya variabel dan biaya tetap.
3.1.3. Pendapatan
Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Jangka waktu pembukuan umumnya satu tahun dan mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk
TC
TFC TVC Biaya
(38)
21 bibit atau makanan ternak, digunakan untuk pembayaran, disimpan atau digudangkan pada akhir tahun (Soekartawi et al. 1986). Pendapatan kotor disebut juga penerimaan. Pada Gambar 3, dapat dilihat hubungan antara pendapatan kotor (TR) dan biaya total (TC) sebagai berikut (Nicholson, 1999) :
Gambar 3. Kurva Pendapatan (TR) dan Kurva Biaya Total (TC) Jangka Pendek Sumber : (Nicholson, 1999).
Kurva biaya total (TC) jangka pendek dalam Gambar 3. menjelaskan bahwa ketika output 0, biaya total sama dengan biaya tetap (TFC). Karena input tetap, biaya tersebut tidak berubah sementara output berubah. Untuk output yang rendah, biaya (TC) melebihi penerimaan (TR) maka akan mengalami kerugian. Sedangkan penerimaan (TR) melebihi biaya total (TC), maka hal ini menguntungkan.
Menurut Soekartawi, et.al. (1986), Pendapatan usahatani dibagi menjadi dua macam yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai usahatani merupakan selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani. Penilayan besarnya penerimaan yang dihasilkan dari setiap uang yang dikeluarkan dalam suatu kegiatan usahatani dapat digunakan perhitungan rasio penerimaan atas biaya (R/C rasio). Menurut Soekartawi (2002) analisis R/C rasio terbagi dua yaitu R/C rasio atas biaya tunai, dan R/C rasio atas biaya total. Hasil Perhitungan R/C > 1 memiliki arti bahwa
TC TR Pendapatan
biaya
Keluaran
Q1 Q2
(39)
22 usahatani tersebut menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan, sedangkan nilai R/C < 1 maka usahatani tersebut tidak menguntungkan, dan jika nilai R/C =1 maka usahatani tersebut berada pada keuntungan normal.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Kecamatan Tanjungsari adalah salah satu daerah penghasil susu sapi di Jawa Barat, selain Lembang dan Pengalengan. Sapi yang dipelihara di Kecamatan Tanjungsari tingkat produktivitas masih relatif rendah. Informasi yang diperoleh dari petugas kesehatan hewan (KESWAN) di Kecamatan Tanjungsari menyatakan bahwa produktivitas susu sapi perah yang berumur lima tahun rata-rata sebesar 8-9 liter/ekor/hari, padahal produktivitas ideal 12 sampai 15 liter/ekor/hari (Girisonta, 1995). Saat ini budidaya sapi perah di Kecamatan Tanjungsari masih menghadapi kendala dalam produktivitas.
Peningkatan produktivitas susu di Kecamatan Tanjungsari dapat diupayakan melalui penambahan penggunaan input seperti penambahan pakan konsentrat dan ampas tahu. Peningkatan produktivitas susu melalui penambahan input menghadapi kendala keterbatasan sumberdaya terutama modal untuk membeli pakan konsentrat dan ampas tahu. Pengeluaran biaya input yang tinggi akan mempengaruhi pendapatan peternak sapi perah.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden, harga input meningkat lebih tinggi dari pada harga output. Sebagai contoh, harga pakan konsentrat dari Rp 1.100 per kilogram naik menjadi Rp 1.425 per kilogram dan ampas tahu dari harga Rp 400 per kilogram naik menjadi Rp 600 per kilogram, sedangkan kenaikan harga susu dari Rp 2.866 per liter hanya naik menjadi Rp 2.896 per liter atau hanya naik sebesar Rp 30 saja per liter. Dengan demikian biaya operasional yang dikeluarkan oleh peternak lebih besar dibandingkan dengan penerimaan dari hasil penjualan susu sapi. Ketidakseimbangan ini berakibat pada semakin berkurangnya pendapatan yang diterima peternak dari usaha ternaknya.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas susu dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi perah di Kecamatan Tanjungsari. Adapun input-input yang mempengaruhi produktivitas adalah hijauan, konsentrat,
(40)
23 ampas tahu, vaselin dan tenaga kerja. Sedangkan yang mempengaruhi pendapatan adalah harga hijauan, harga konsentrat, harga ampas tahu, harga vaselin, biaya kesehatan hewan, upah tenaga kerja dan harga jual susu sapi. Untuk melihat pengaruh input tersebut terhadap produktivitas susu sapi, maka perlu dilakukan analisis fungsi produktivitas menggunakan model fungsi Cobb Douglas. Analisis ini berguna untuk melihat tingkat signifikansi input tersebut, berpengaruh nyata atau tidak terhadap produktivitas dan pendapatan peternak. Kerangka penelitian operasional produktivitas susu dan pendapatan peternak sapi perah di Kecamatan Tanjungsari ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Kerangka Operasional Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Susu dan Pendapatan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Tanjungsari.
Analisis Fungsi Pendapatan Cobb Douglas Kombinasi faktor pendapatan - Harga hijauan
- Harga konsentrat - Harga Ampas tahu - Harga Vaselin
- Biaya kesehatan hewan - Upah tenaga kerja - Harga penjualan susu
Analisis Fungsi Produktivitas Cobb Douglas
Kombinasi faktor produktivitas - Hijauan
- Konsentrat - Ampas Tahu - Vaselin
- Jumlah tenaga kerja Analisis Usahatani
Masalah Usaha Ternak Sapi Perah di Kecamatan Tanjungsari 1. Kemampuan produktivitas rendah
2. Pendapatan usaha ternak rendah
(41)
24
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Margajaya dan Desa Raharja Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu sentra penghasil susu sapi perah di Kabupaten Sumedang. Alasan pemilihan dua Desa tersebut sebagai lokasi penelitian adalah populasi ternaknya paling banyak dengan proporsi masing-masing adalah 20,89 persen dan 20,40 persen (Tabel 7). Waktu pengumpulan dan pengolahan data dilakukan pada bulan Maret hingga April 2010.
Tabel 7. Populasi Sapi Perah di Kecamatan Tanjungsari Tahun 2009 No Desa/Kelurahan
Sapi Perah
Total (ekor) Persentase (%) Jantan Betina
1 Jatisari 15 92 107 3,30
2 Kadakajaya 11 32 43 1,32
3 Cinanjung 49 520 569 17,56
4 Kutamandiri 1 7 8 0,24
5 Cijambu 63 405 468 14,44
6 Gudang - - - -
7 Margajaya 84 593 677 20,89
8 Margaluyu 10 50 60 1,85
9 Pasigaran 1 72 73 2,25
10 Raharja 46 615 661 20,40
11 Tanjungsari - - - -
12 Gunungmanik 32 542 574 17,71
Total 312 2.928 3.240 100
Sumbar : Kecamatan Tanjungsari, 2009 (Diolah)
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapang, pengisian kuisioner dan wawancara secara langsung kepada peternak sapi perah di lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang relevan seperti buku serta data-data dari dinas atau
(42)
25 instansi terkait seperti Dinas Peternakan Kabupaten Sumedang, Kecamatan Tanjungsari, Badan Pusat Statistik, Perpustakaan Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI) Institut Pertanian Bogor, bahan pustaka lain seperti internet, hasil-hasil penelitian terdahulu serta berbagai literatur lainnya.
4.3. Metode Penarikan Sampel dan Pengumpulan Data
Pemilihan responden untuk peternak sebagai sumber data dilaksanakan dengan metode purposive sampling. Metode ini dipilih dengan mempertimbangkan informasi yang telah dimiliki oleh peneliti mengenai sifat peternak dan populasi ternak yang akan dijadikan objek penelitian.
Responden dalam penelitian ini adalah peternak-peternak anggota dari Kelompok Ternak Mekar Asih dan Kelompok Ternak Wibawa Mekar. Pengambilan sampel dilakukan dengan mencatat anggota dan populasi di dua kelompok peternak tersebut, dan mengambil responden dengan jumlah sesuai dengan yang diinginkan. Total anggota kelompok peternak ini adalah 119 peternak yang menyebar di dua desa di Kecamatan Tanjungsari, dari 119 anggota tersebut dipilih 36 peternak untuk menjadi responden. Proporsi jumlah 36 responden dari Kecamatan Tanjungsari tersebut adalah 20 peternak di Desa Raharja dan 16 peternak di Desa Margajaya. Pertimbangan pemilihan jumlah responden didua Desa di Kecamatan Tanjungsari adalah pada saat turun lapangan peternak yang dapat ditemui secara langsung di Desa Raharja (20 orang) dan Desa Margajaya (16 orang).
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung terhadap peternak responden dengan bantuan kuisioner. Kuisioner yang telah dibuat berisi pertanyaan-pertanyaan tentang karakteristik responden, sumberdaya yang tersedia, biaya, faktor produktivitas dan pendapatan peternak responden di Kecamatan Tanjungsari.
4.4. Metode Analisis Data
Data yang diolah dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran pelaksanaan budidaya sapi perah apakah dapat dilakukan dengan baik. Untuk analisis data kuantitatif menggunakan analisis pendapatan
(43)
26 Usahatani dan R/C rasio serta fungsi Cobb Douglas untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dan pendapatan peternak. Perhitungan analisis data kuantitatif menggunakan komputer dengan menggunakan software Microsoft Office Excel dan Minitab 14.
4.4.1. Analisis Pendapatan Usahatani
Penerimaan (revenue) usahatani adalah semua nilai produk yang dihasilkan dari suatu usahatani dalam periode tertentu, satu musim tanam, atau dalam satuan tahun kegiatan usaha. Penghitungan penerimaan usahatani dapat dilakukan menggunakan rumus:
TR = Q x P
Keterangan: TR = Penerimaan Usahatani Q = Produksi
P = Harga produk
Menurut Soekartawi, et.al. (1986) biaya adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode produksi tertentu yang dinyatakan dengan nilai uang tertentu. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua macam, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai meliputi jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. Sedangkan biaya diperhitungkan meliputi pengeluaran tidak tunai yang dikeluarkan oleh petani seperti opportunity cost lahan milik pribadi, tenaga kerja dalam keluarga dan penyusutan dari sarana produksi. Biaya penyusutan merupakan nilai beli suatu benda investasi/peralatan yang dikurangi dengan nilai sisa jika dibagi dengan lamanya peralatan/benda investasi dipakai (umur ekonomis). Biaya penyusutan dalam penelitian ini diperhitungkan dengan metode garis lurus, yaitu diasumsikan nilai sisa dianggap nol. Rumus yang digunakan adalah:
Biaya Penyusutan
Keterangan : Nb = Nilai beli Ns = Nilai sisa N = Lama pakai
=
(Nb – Ns) N
(44)
27 Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan biaya usahatani. Dalam usahatani, pendapatan dibagi menjadi dua macam yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total dapat dihitung menggunakan rumus di bawah ini.
Pendapatan atas biaya tunai = TR – BT
Pendapatan atas biaya total = TR – (BT – BD) Keterangan: TR = Pendapatan kotor/penerimaan
BT = Biaya tunai
BD = Biaya diperhitungkan
4.4.2. Analisis R/C ratio
Analisis R/C rasio merupakan salah satu cara untuk mengetahui perbandingan antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Selain itu R/C rasio ini juga dilakukan untuk mengetahui efisiensi usahatani, yang dapat diketahui dari perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya pada masing-masing usahatani.
Analisis ini dibedakan menjadi dua, yaitu R/C rasio terhadap biaya tunai dan R/C rasio terhadap biaya total dengan perhitungan seperti:
R/C Atas Biaya Tunai
R/C Atas Biaya Total
4.4.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Susu Sapi
Analisis faktor-faktor produktivitas ini dilakukan untuk menjelaskan hubungan output dengan input. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah model fungsi Cobb Douglas. Menurut Soekartawi (2002), fungsi Cobb Douglas merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel; variabel yang satu disebut dengan variabel bebas, yang menjelaskan (X), dan yang lain disebut variabel tidak bebas, yang dijelaskan (Y). Penyelesaian hubungan
=
Total Penerimaan (TR) Total Biaya Total Penerimaan (TR)
Biaya Tunai =
(45)
28 antara X dan Y biasanya dilakukan dengan cara regresi. Persamaan medel fungsi Cobb Douglas, dirumuskan sebagai berikut :
Y = β0X1β1, X2β2... Xiβi... Xnβn e
Untuk menduga parameter dalam persamaan fungsi Cobb Douglas maka harus diubah terlebih dahulu kedalam bentuk double logaritme natural (ln), bentuk persamaannya menjadi :
Ln Y= Ln β0 + β1 LnX1 + β2 LnX2+β3 Ln X3 +β4 Ln X4 + β5 Ln X5+ e
Keterangan :
Y = Produktivitas (Liter)
β0 = Konstanta
β1-β5 = Nilai koefisien regresi masing-masing variabel
X1 = Hijauan (Kg)
X2 = Konsentrat (Kg)
X3 = Ampas Tahu (Kg)
X4 = Vaselin (Gram)
X5 = Tenaga kerja (HKP)
Gambaran dari variabel-variabel tersebut adalah :
1. Variabel yang menjadi variabel tidak bebas adalah produktivitas. Produktivitas susu adalah jumlah susu yang dihasilkan oleh sapi laktasi per ekor selama satu tahun. Produktivitas susu dinyatakan dalam satuan liter.
2. Variabel yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini meliputi: a. Hijauan (X1)
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usahaternak sapi perah adalah pemberian pakan. Pakan hijauan adalah bahan pakan berserat seperti rumput gajah, rumput raja dan lain-lain. Jumlah pakan hijauan dinyatakan dalam kilogram yang diberikan selama satu tahun pada sapi laktasi per ekor.
b. Konsentrat (X2)
Pakan konsentrat adalah pakan yang berasal dari campuran dedak halus, dedak jagung dan lain-lain. Sapi perah yang produktivitas susunya tinggi tidak akan menghasilkan susu yang sesuai dengan kemampuannya bila tidak mendapat pakan konsentrat yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Jumlah
(46)
29 pakan konsentrat dinyatakan dalam kilogram yang diberikan selama satu tahun pada sapi laktasi per ekor.
c. Ampas Tahu (X3)
Ampas tahu adalah limbah dari pabrik tahu yang dijadikan pakan tambahan untuk sapi perah agar produktivitas susunya meningkat. Jumlah pemberian ampas tahu dinyatakan dalam kilogram yang diberikan salama satu tahun pada sapi laktasi per ekor.
d. Vaselin (X4)
Vaselin digunakan dalam proses pemerahan susu. Penggunaan vaselin akan mempengaruhi kinerja pemerahan yaitu memperlancar keluarnya susu yang dilakukan pada saat proses pemerahan. Jumlah vaselin dinyatakan dalam gram yang diberikan selama satu tahun pada sapi laktasi per ekor.
e. Jumlah Tenaga Kerja (X5)
Tenaga kerja adalah tenaga manusia yang digunakan untuk menangani sapi laktasi dengan kegiatan antara lain memerah, memberi makan dan minum, memandikan sapi, membersihkan kandang, mencari rumput, mengantar susu, dan mengurus peralatan. Jumlah tenaga kerja diukur dalam jam kerja selama satu tahun yang selanjutnya dinilai dalam satuan hari kerja pria (HKP).
Hipotesis yang digunakan dalam menganalisis faktor penduga ini adalah bahwa input akan berpengaruh positif terhadap produktivitas susu sapi. Kondisi ini dikarenakan seluruh komponen input tersebut merupakan kebutuhan dalam kegiatan produktivitas susu sapi. Adapun penjelasan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hijauan (X1)
b1 > 0 artinya semakin banyak hijauan yang diberikan untuk budidaya sapi
perah maka akan semakin tinggi tingkat produktivitas susu. 2. Konsentrat (X2)
b2 > 0 artinya semakin banyak konsentrat yang digunakan dalam budidaya
(47)
30 3. Ampas Tahu (X3)
b3 > 0 artinya semakin banyak ampas tahu yang digunakan dalam budidaya
sapi perah, maka akan semakin tinggi tingkat produktivitas susu yang dihasilkan.
4. Vaselin (X4)
b4 > 0 artinya semakin banyak vaselin yang digunakan dalam proses
produktivitas, maka akan semakin tinggi tingkat produktivitas susu yang dihasilkan.
5. Tenaga Kerja (X5)
b5 > 0 artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses
produktivitas, maka akan semakin tinggi tingkat produktivitas susu yang dihasilkan. Namun tidak menutup kemungkinan banyaknya tenaga kerja dapat mengakibatkan kegiatan produktivitas menjadi tidak efektif.
4.4.4.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Peternak
Faktor-faktor yang akan dianalisis pengaruhnya terhadap tingkat pendapatan atau keuntungan peternak sapi perah dalam penelitian ini dilakukan dengan model fungsi Cobb Douglas. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan adalah harga-harga dari penggunaan input dan output. Menurut Soekartawi (2002), fungsi Cobb Douglas merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel; variabel yang satu disebut dengan variabel bebas, yang menjelaskan (X), dan yang lain disebut variabel tidak bebas, yang dijelaskan (Y). Persamaan medel fungsi Cobb Douglas, dirumuskan sebagai berikut :
Y = β0P1β1, P2β2... Piβi... Pnβn e
Untuk menduga parameter dalam persamaan fungsi Cobb Douglas maka harus diubah terlebih dahulu kedalam bentuk double logaritme natural (ln), bentuk persamaannya menjadi :
Ln π = Ln β0 + β1 LnP1 + β2 LnP2+β3 Ln P3 +β4 Ln P4 + β5 Ln P5+ β6 Ln P6+ β7
(48)
31 Keterangan : π = Keuntungan usaha (Rp)
β0 = Konstanta
β1-β5 = Nilai koefisien regresi masing-masing variabel
P1 = Harga Hijauan (Rp/Kg)
P2 = Harga Konsentrat (Rp/Kg)
P3 = Harga Ampas Tahu (Rp/Kg)
P4 = Harga Vaselin (Rp/Kg)
P5 = Biaya Kesehatan Hewan (Rp/hari)
P6 = Upah Tenaga Kerja (Rp/HKP)
P7 = Harga Penjualan Susu (Rp/Liter)
e = Unsur galat
Hipotesis yang digunakan dalam menganalisis faktor penduga ini adalah bahwa harga output akan berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan peternak sapi perah. Kondisi ini dikarenakan faktor harga output dapat mempengaruhi jumlah keuntungan, sedangkan faktor harga input yang akan digunakan memerlukan korbanan untuk memperolehnya dalam kegiatan produktivitas. Adapun penjelasan dari hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: 1. Harga Hijauan(P1)
b1 < 0 artinya semakin tinggi harga input hijauan yang digunakan dalam
proses produktivitas, maka akan semakin mengurangi tingkat pendapatan yang diperoleh peternak sapi perah.
2. Harga Konsentrat(P2)
b1 < 0 artinya semakin tinggi harga input konsentrat yang digunakan dalam
proses produktivitas, maka akan semakin mengurangi tingkat pendapatan yang diperoleh peternak sapi perah.
3. Harga Ampas Tahu(P3)
b1 < 0 artinya semakin tinggi harga input ampas tahu yang digunakan dalam
proses produktivitas, maka akan semakin mengurangi tingkat pendapatan yang diperoleh peternak sapi perah.
4. Harga Vaselin (P4)
b2 < 0 artinya semakin tinggi harga input vaselin yang digunakan dalam
proses produktivitas, maka akan semakin mengurangi tingkat pendapatan yang diperoleh peternak sapi perah.
(49)
32 5. Biaya Kesehatan Hewan (P5)
b3 < 0 artinya semakin tinggi biaya input kesehatan hewan yang digunakan
dalam proses produktivitas, maka akan semakin mengurangi tingkat pendapatan yang diperoleh peternak sapi perah.
6. Upah Tenaga Kerja (PX6)
b4 < 0 artinya semakin tinggi upah tenaga kerja yang digunakan dalam proses
produktivitas, maka akan semakin mengurangi tingkat pendapatan yang diperoleh peternak.
7. Harga Jual Susu (P7)
b5 > 0 artinya semakin tinggi harga jual susu segar, maka akan semakin
meningkatkan pendapatan yang diperoleh peternak. Harga jual menjadi salah satu komponen dalam usahaternak sapi perah yang memiliki dampak positif terhadap tingkat pendapatan peternak.
Pengujian-pengujian yang dilakukan dalam pengujian terhadap parameter regresi antara lain :
a. Pengujian parameter secara keseluruhan
Tujuan pengujian ini adalah untuk melihat apakah variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata pada variabel tidak bebas atau apakah signifikan atau tidak model dugaan yang digunakan (Siagian, 2002). Hipotesis:
H0 : b1= b2=…= bi = 0
H1 : salah satu dari b ≠ 0
Uji statistik yang digunakan adalah uji F : Fhitung =
) /( ) 1 ( ) 1 /( 2 2 k n R k R Keterangan:
k = jumlah variabel termasuk intersept n = Jumlah pengamatan atau responden Kriteria uji :
Fhitung > Ftabel (k-1), n-k) pada taraf nyata α : tolak H0
(50)
33 Koefisien determinasi (R2) adalah besaran yang dipakai untuk menunjukan sampai sejauh mana keragaman variabel tidak bebas (Y), dapat diterangkan oleh model dugaan. Koefisien determinasi dapat dituliskan sebagai berikut:
R2 =
R2 = 1 -
[
2 2
t t
Y
e
]
b. Pengujian untuk masing-masing parameter
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.
Hipotesis: H0 : bi = 0
H1: bi ≠ 0
Uji setatistik yang digunakan adalah uji t : Thitung =
) (
0 bi S bi
Kriteria uji : Thitung > Ttable (a/2,n-v) pada taraf ntyata α : tolak H0
Kriteria uji : Thitung < Ttable (a/2,n-v) pada taraf ntyata α: terima H0
Keterangan :
v = jumlah variabel bebas
n = Jumlah pengamatan atau responden
Jika tolak H0 artinya variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tidak
bebas dalam model.
c. Pengujian Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara variable-variabel bebas satu dengan yang lainnya didalam fungsi produksi. Suatu model yang baik adalah jika tidak ditemukan adanya gejala multikolinieritas. Adanya gejala multikolinieritas dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Nilai VIF dapat diperoleh melalui persamaan :
Jumlah Kuadrat regresi (SSE) Jumlah Kuadrat Total (SST)
(51)
34 VIF (Xj) =
) R -(1
1 2 j
Dimana :
Rj = Koefisien determinasi dari model regresi dengan variabel tidak bebas Xi dan variable bebas adalah variable X lainnya.
Jika VIF (Xj) > 10, maka dapat disimpulkan bahwa model dugaan ada multikolinearitas.
(1)
2
Lampiran 3
. Penggunaan Faktor-faktor Produktivitas Susu Sapi Responden Selama Satu Tahun di Kecamatan Tanjungsari Tahun 2009.
No Nama
Jumlah Produktivitas
(Liter)
Jumlah Hijauan (Kg/ekor)
Jumlah Konsentrat
(Kg/ekor)
Jumlah Ampas tahu
(Kg/ekor)
Jumlah Vaselin (Kg/ekor)
Jumlah TK (HKP/ekor)
1 Wuwu 2534.5 23725 1503 334 1500 136.875
2 Usep 2768.5 21900 2171 334 2500 136.875
3 Oob 3252.75 21900 2171 334 1500 136.875
4 Atim 3707.5 21900 2004 334 2666.667 91.25
5 Jiji 3065.2 18250 2171 668 2333.333 121.66667
6 Oleh 3816.333333 18250 2004 668 3000 91.25
7 Otih 3167.5 21900 2338 668 2000 121.66667
8 Suhendar 2922.833333 18250 2505 334 3000 121.66667
9 Ujang 3472.166667 21900 2672 668 1333.333 121.66667
10 Omor 3288.666667 21900 2171 668 1666.667 121.66667
11 Ajay 4305.833333 21900 2839 668 2666.667 121.66667
12 Iyep 3377.875 18250 2004 668 1500 91.25
13 Mimid 3201.375 18250 1837 668 2250 91.25
14 Komar 3545.375 18250 2004 668 1500 91.25
15 Anang 3162.25 18250 2171 668 2250 114.0625
16 Iwan 2947.25 18250 2004 668 1750 114.0625
17 Engkum 2747.75 21900 2004 501 2250 136.875
18 Dadang 3478.8 17520 1870.4 668 2200 73
19 Oso 3932.875 21900 2004 334 2500 91.25
(2)
3
Lanjutan lampiran 3
No Nama
Jumlah Produktivitas
(Liter)
Jumlah Hijauan (Kg/ekor)
Jumlah Konsentrat
(Kg/ekor)
Jumlah Ampas tahu
(Kg/ekor)
Jumlah Vaselin (Kg/ekor)
Jumlah TK (HKP/ekor)
21 Elim 3337.142857 18250 2505 668 2285.714 91.25
22 Suid 3287.8 18250 1670 334 1800 73
23 Dahlan 3091.4 18250 2004 668 2200 91.25
24 Dana 3713.25 22630 2004 668 3500 114.0625
25 Junaedi 3649.6 21900 2338 668 2600 109.5
26 Parlan 2300.666667 14600 1169 417.5 666.6667 91.25
27 Diana 3688.4 17520 1870.4 668 2200 73
28 Jajang 3767.2 17520 1870.4 668 2200 73
29 Aan 3540 21170 2839 668 2666.667 106.45833
30 Tata 3137.5 17520 1536.4 267.2 2000 73
31 Umar 3421 18250 1670 334 2200 73
32 Olih 3143.25 21900 2004 668 2250 136.875
33 Yayat 2893.25 21900 2004 668 2250 136.875
34 Ohim 3104.6 18250 1670 267.2 2200 73
35 Oyo 3469.714286 18250 2528.857 668 2285.714 91.25
36 Apay 2893.25 21900 2004 668 2250 136.875
Total 118431.0238 710655 74639.457 20156.9 78088.1 3761.02085
(3)
1
Lampiran 4.
Analisis Regresi Model Fungsi
Cobb-Douglas
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produktivitas Susu Sapi Perah Selama Satu Tahun.
Regression Analysis: Ln Produktiv versus Ln Hijauan, Ln Konsentra, ...
The regression equation is
Ln Produktivitas = 0.72 + 0.676 Ln Hijauan + 0.313 Ln Konsentrat
+ 0.0865 Ln Ampas tahu + 0.0424 Ln Vaselin - 0.553 Ln TK
Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 0.715 1.321 0.54 0.592
Ln Hijauan 0.6761 0.1644 4.11 0.000 2.537 Ln Konsentrat 0.31289 0.08935 3.50 0.001 1.994 Ln Ampas tahu 0.08651 0.04055 2.13 0.041 1.410 Ln Vaselin 0.04236 0.04969 0.85 0.401 1.567 Ln TK -0.55327 0.07969 -6.94 0.000 2.398
S = 0.0681953 R-Sq = 74.9% R-Sq(adj) = 70.7%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P Regression 5 0.415809 0.083162 17.88 0.000 Residual Error 30 0.139518 0.004651
Total 35 0.555327
Source DF Seq SS Ln Hijauan 1 0.008597 Ln Konsentrat 1 0.119342 Ln Ampas tahu 1 0.001281 Ln Vaselin 1 0.062446 Ln TK 1 0.224143
Unusual Observations
Ln Ln
Obs Hijauan Produktivitas Fit SE Fit Residual St Resid 3 10.0 8.0873 7.9673 0.0330 0.1200 2.01R 11 10.0 8.3677 8.2007 0.0241 0.1670 2.62R 26 9.6 7.7410 7.7087 0.0532 0.0322 0.76 X R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.
Durbin-Watson statistic = 1.88138
(4)
2
Lampiran 5.
Analisis Regresi Model Fungsi Cobb-Douglas Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produktivitas Susu Sapi Selama Satu Tahun.
0.2 0.1 0.0 -0.1 99 90 50 10 1 Residual P e r c e n t 8.25 8.10 7.95 7.80 0.2 0.1 0.0 -0.1 Fitted Value R e s id u a l 0.16 0.12 0.08 0.04 0.00 -0.04 -0.08 8 6 4 2 0 Residual F r e q u e n c y 35 30 25 20 15 10 5 1 0.2 0.1 0.0 -0.1 Observation Order R e s id u a l
Normal Probability Plot Versus Fits
Histogram Versus Order
(5)
3
Lampiran 6.
Analisis Regresi Model Fungsi
Cobb-Douglas
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pendapatan Peternak Sapi Perah
Regression Analysis: Ln Pendapata versus Ln P Hijauan, Ln P Konsent, ...
The regression equation is
Ln Pendapatan = - 396 - 3.34 Ln P Hijauan - 6.30 Ln P Konsentrat
- 2.26 Ln P Ampas tahu - 4.58 Ln P Vaselin + 0.774 Ln B Keswan
- 5.47 Ln P TK + 72.9 Ln P Jual
Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -396.0 172.0 -2.30 0.029
Ln P Hijauan -3.3363 0.7610 -4.38 0.000 1.274 Ln P Konsentrat -6.304 2.248 -2.80 0.009 1.228 Ln P Ampas tahu -2.2560 0.5980 -3.77 0.001 1.151 Ln P Vaselin -4.580 1.398 -3.28 0.003 1.934 Ln B Keswan 0.7736 0.2169 3.57 0.001 1.858 Ln P TK -5.467 1.598 -3.42 0.002 1.118 Ln P Jual 72.90 22.41 3.25 0.003 1.264
S = 0.404764 R-Sq = 76.8% R-Sq(adj) = 70.9%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P Regression 7 15.1432 2.1633 13.20 0.000 Residual Error 28 4.5874 0.1638
Total 35 19.7306
Source DF Seq SS Ln P Hijauan 1 6.0090 Ln P Konsentrat 1 1.7991 Ln P Ampas tahu 1 1.3466 Ln P Vaselin 1 0.0015 Ln B Keswan 1 2.8983 Ln P TK 1 1.3544 Ln P Jual 1 1.7343
Unusual Observations Ln P Ln
Obs Hijauan Pendapatan Fit SE Fit Residual St Resid 2 4.87 12.5318 13.7285 0.2613 -1.1967 -3.87R R denotes an observation with a large standardized residual.
Durbin-Watson statistic = 2.18662
(6)
4
Lampiran 7
. Analisis Regresi Model Fungsi Cobb-Douglas Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pendapatan Peternak Sapi Perah
1.0 0.5 0.0 -0.5 -1.0 99 90 50 10 1 Residual P e r c e n t 17 16 15 14 0.5 0.0 -0.5 -1.0 Fitted Value R e s id u a l 0.4 0.0 -0.4 -0.8 -1.2 8 6 4 2 0 Residual F r e q u e n c y 35 30 25 20 15 10 5 1 0.5 0.0 -0.5 -1.0 Observation Order R e s id u a l
Normal Probability Plot Versus Fits
Histogram Versus Order