Pengelolaan Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate PT Ladangrumpun Suburabadi Minamas Plantation Kalimantan Selatan

PENGELOLAAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
DI ANGSANA ESTATE PT. LADANGRUMPUN SUBURABADI,
MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN

WINDA NUFVITARINI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Gulma
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate PT. Ladangrumpun
Suburabadi Minamas Plantation Kalimantan Selatan adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Winda Nufvitarini
NIM A24070086

ABSTRAK
WINDA NUFVITARINI. Pengelolaan Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Angsana Estate PT. Ladangrumpun Suburabadi Minamas Plantation
Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh SOFYAN ZAMAN dan AHMAD
JUNAEDI.
Kegiatan magang bertujuan untuk memperoleh pengalaman dan
keterampilan kerja serta meningkatkan pengetahuan secara teknis di lapangan dan
manajemen yang berkaitan dengan pengendalian gulma kelapa sawit. Magang
dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan Juni 2011. Metode yang
digunakan secara langsung dan tidak langsung. Metode secara langsung dengan
mengikuti tahapan kegiatan di lapangan sebagai karyawan harian lepas,
pendamping mandor dan pendamping asisten divisi. Metode tidak langsung
dengan melakukan studi pustaka berupa literatur dan laporan kebun. Hasil analisis

vegetasi jenis gulma berdaun lebar banyak mendominasi areal perkebunan.
Perbandingan nilai koefisien komunitas gulma tiap tahun tanam yang ada di
Angsana Estate adalah tidak homogen, nilai C < 75%. Pengendalian gulma di
Angsana Estate (ASE) dilakukan di dua tempat yaitu di gawangan dan piringan.
Pengendalian gulma dilakukan secara manual dan kimiawi. Pengendalian secara
manual dilakukan pada tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan
apabila cuaca hujan. Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan herbisda
sistemik. Penggunaan herbisida dilakukan sesuai dengan pedoman prinsip dan
kriteria kebun yang berkelanjutan. Pengendalian gulma secara kimia di ASE,
dilakukan secara terorganisasi dan dinamakan dengan Block Spraying System
(BSS). Tidak semua gulma di ASE dikendalikan, beberapa jenis gulma dipelihara
untuk tujuan tertentu (beneficial plant) seperti menjaga kelembaban tanah,
meningkatkan bahan organik dan nutrisi dalam tanah serta dapat menjadi inang
untuk musuh alami atau predator dari hama penyakit. Beneficial plant tersebut
antara lain Euphorbia heterophylla, Cassia cobanensis, Antigonon leptopus dan
Turnera subulata.
Kata kunci: beneficial plant (tanaman berguna), gulma kelapa sawit

ABSTRACT
WINDA NUFVITARINI. Weed Management of Oil Palm (Elaeis guineensis

Jacq.) at Angsana Estate PT. Ladangrumpun Suburabadi Minamas Plantation,
South Kalimantan. Supervised by SOFYAN ZAMAN and AHMAD JUNAEDI.
The objective of this apprentice was to improve student’s competance on
technical and managerial skill. The apprentice was conducted at Angsana Estate
PT Ladangrumpun Suburabadi Minamas Plantation,South Kalimantan from
February to June 2011. The method used was direct and indirect. Directly method
was performed the steps as field worker, foreman and division assistant. Indirect
method to collect and plantation reports. There were two methods on weed
control according to weed problem at site, first inter-row and second circle
weeding. The vegetation analysis result showed that broadleaves weed species
dominance at field. Coefficient weed comunity less than 75% so variable of weed
community were not homogen. Weed control in Angsana Estate consisted of
manual and chemical control. Manual control performed on young (immature)
and productive if rainy weather. Chemical control using systemic herbicides. The
use of herbicides was done in accordance with principles and criteria for
sustainable palm oil. Chemical weed control in Angsana Estate (ASE) was
organized called the Block Spraying System (BSS). Not all weeds were eradicated,
some weed species have been maintain for a specific purpose (beneficial plant) as
maintain soil moisture, increase organic matter and nutrients in the soil and can
be a host for predators of pest and diseases. Example of beneficial plants are

Euphorbia heterophylla, Cassia cobanensis, Antigonon leptopus dan Turnera
subulata.
Kata kunci: beneficial plant, weed in palm oil

PENGELOLAAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
DI ANGSANA ESTATE PT. LADANGRUMPUN SUBURABADI,
MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN

WINDA NUFVITARINI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Pengelolaan Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Angsana Estate PT Ladangrumpun Suburabadi Minamas
Plantation Kalimantan Selatan
: Winda Nufvitarini
: A24070086

Disetujui oleh

Ir Sofyan Zaman, MP
Pembimbing I

Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat,
hidayah serta kekuatanNya, penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan
penyusunan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis
sebagai syarat kelulusan S1 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih selama magang ialah
pengelolaan gulma perkebunan dengan judul Pengelolaan Gulma Tanaman
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), di ASE PT. Ladangrumpun Suburabadi
Minamas Plantation, Kalimantan Selatan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Sofyan Zaman, MP dan
Bapak Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi, selaku pembimbing skripsi, Bapak Prof Dr Ir
Muhammad Ahmad Chozin, MAgr selaku dosen pembimbing akademik, Bapak

Iwan Darmawan selaku Estate Manager Bersama Bina Sejahtera, Bapak Puji
Sasmita selaku Estate Manajer Angsana Estate, Bapak Jaka Istiarta selaku senior
asisten, Bapak Ahmad Isa Almasih selaku Asisten Divisi I, dan keluarga besar
Angsana Estate. Teman-teman seperjuangan magang, teman-teman Agronomi dan
Hortikultura angkatan 44 dan semua pihak yang telah membantu dalam
memberikan motivasi dan inspirasi selama menyelesaikan skripsi ini. Semoga
karya ilmiah ini dapat memberikan informasi dan manfaat bagi pembaca.
.

Bogor, Mei 2014
Winda Nufvitarini

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii


DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Magang

2

TINJAUAN PUSTAKA

2


Botani Kelapa Sawit

2

Pengendalian Gulma

3

METODE

3

Metode Pelaksanaan

3

Pengamatan dan Pengumpulan Data

4


Analisis Data dan Informasi

4

KEADAAN UMUM

4

Letak Geografis

4

Keadaan Iklim dan Tanah

5

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

6


Keadaan Tanaman dan Produksi

6

Struktur Organisasi dan Ketanakerjaan

6

Fasilitas Kesejahteraan Karyawan

7

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis

8
8

Aspek Manajemen

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

22

Kondisi dan Jenis Gulma

23

Organisasi Pengendalian Gulma

24

Teknik Pengendalian Gulma di ASE

26

Tanaman Berguna (Beneficial Plant)

31

SIMPULAN DAN SARAN

31

DAFTAR PUSTAKA

32

LAMPIRAN

34

RIWAYAT HIDUP

50

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Keadaan tenaga kerja di ASE
Jenis dan dosis pupuk yang digunakan di Blok E10 Divisi III ASE
Mutu tandan buah segar
Standar prestasi kerja pengendalian gulma
Nilai NJD gulma yang ada di ASE
Nilai koefisien komunitas (C) gulma di ASE
Jenis herbisida yang digunakan di ASE
Jenis herbisida yang digunakan di ASE

7
9
15
20
24
24
29
30

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Penaburan pupuk
Aplikasi janjang kosong mulching dan focal feeding
Struktur organisasi pengendalian gulma di ASE
Garuk piringan kelapa sawit TBM

10
11
26
28

DAFTAR LAMPIRAN
1 Curah hujan di ASE tahun 2001-2010
2 Peta areal statement ASE tahun 2010
3 Struktur organisasi ASE
4 Jurnal harian magang sebagai BHL
5 Gambar sistem penghancakan penyemprot
6 Jurnal harian magang sebagai pendamping mandor
7 Jurnal harian sebagai pendamping asisten
8 Peta pemeliharan piringan secara kimia
9 Peta pemeliharaan gawangan secara kimia
10 Peta pemeliharaan gawangan dan piringan manual
11 Alur kegiatan pengendalian gulma secara kimia di ASE

12 Alur pengendalian gulma secara administrasi di ASE

35
36
37
38
40
41
43
45
46
47
48
49

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor agribisnis kelapa sawit memberikan dampak positif dalam
pembangunan nasional. Sunarko (2009) menyebutkan manfaat pengembangan
agribisnis kelapa sawit antara lain peningkatan pendapatan petani, menyediakan
bahan baku untuk industri hilir lainnya, peningkatan kesempatan kerja dan
mendukung upaya pengembangan wilayah. Dalam proses pengembangannya
luasan areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia juga mengalami peningkatan
pada tahun 2009 luasan areal seluas 7.8 juta ha menjadi 8.3 juta ha pada tahun
2010. Peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit pada tahun 2011 seluas 8.9
juta ha meningkat pada tahun 2012 seluas 9.1 juta ha. Peningkatan luas areal
perkebunan kelapa sawit juga diimbangi dengan peningkatan produktifitas kelapa
sawit. Produktivitas kelapa sawit tahun 2009 sebesar 3 487 kg ha-1, data ini
mengalami peningkatan pada tahun 2010 sebesar 3 595 kg ha-1. Tahun 2011
produktivitas kelapa sawit sebesar 3 526 kg/ha mengalami peningkatan tahun
2012 menjadi 3 571 kg/ha (Direktorat Jenderal Perkebunan 2013). Peningkatan
produktivitas kelapa sawit ini harus dipertahankan dengan cara melakukan
pemeliharaan terhadap kebun kelapa sawit, salah satunya yaitu dengan adanya
pengelolaan gulma yang tepat.
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh ditempat yang tidak dikehendaki
oleh manusia atau tumbuhan yang kegunaannya belum diketahui (Tjitrosoedirdjo
et al. 1984). Hadirnya gulma diperkebunan dapat menurunkan produksi karena
gulma melakukan kompetisi dengan tanaman budidaya dalam memperebutkan air
tanah, cahaya matahari, unsur hara, udara dan ruang tumbuh. Hal ini
mengakibatkan tanaman budidaya terganggu pertumbuhannya, sehingga dapat
menurunkan hasil produksi. Selain itu gulma juga dapat menurunkan mutu hasil
tanaman akibat dari kontaminasi dengan bagian-bagian gulma. Gulma juga dapat
menjadi inang bagi hama dan patogen yang menyerang tanaman, mengganggu tata
guna air, mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman dan meningkatkan biaya usaha tani. Keberadaan gulma yang banyak
menimbulkan dampak negatif pada usaha perkebunan untuk itu memerlukan
adanya pengelolaan gulma yang teratur dan terencana.
Menurut Sukman dan Yakup (2002) pengelolaan gulma merupakan suatu
tindakan pencegahan terhadap gulma, pengendalian gulma dengan cara yang
sudah ditetapkan. Pahan (2008) menambahkan pengelolaan gulma yang dilakukan
harus tepat agar tidak meningkatkan daya saing gulma. Pengelolaan gulma pada
prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman budidaya
dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman budidaya harus
ditingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan
pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan
tanaman budidaya.

2
Tujuan Magang
Tujuan magang antara lain untuk memperoleh pengalaman dan keterampilan
kerja di perkebunan kelapa sawit Angsana Estate baik secara teknis dan
manajerial, mempelajari teknis dan meningkatkan pengetahuan tentang budidaya
tanaman kelapa sawit dan mempelajari dan mengetahui manajemen pengelolaan
gulma di Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation,
Kalimantan Selatan.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Lubis (1992) menjelaskan kata Elaeis berasal dari Elaion yang berarti
minyak dalam bahasa Yunani. Huineensis berasal dari Guinea (pantai barat
Afrika), dan Jacq berasal dari nama Botanist Amerika yaitu Jacquin. Taksonomi
tanaman kelapa sawit sebagai berikut:
Divisi
: Tracheophyita
Kelas
: Angiospermae
Ordo
: Momocotyledonae
Famili
: Palmae
Sub family : Cocoideae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq.
Kelapa sawit merupakan tanaman introduksi yang berasal dari Afrika.
Batangnya berbentuk bulat panjang dan tidak bercabang dan terus bertambah
tinggi selama tanaman hidup. Batang berbentuk silindris tetapi pada pangkalnya
membesar. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang memanjangkan batang.
Kecepatan pertumbuhan batang rata-rata 35 - 75 cm pertahun. Hal ini dipengaruhi
oleh sifat genetik tanaman, keadaan iklim, pemeliharaan, kerapatan tanaman,
umur dan sebagainya.
Sistem perakaran dari kelapa sawit yaitu sistem perakaran serabut, yang
mana tumbuhnya akar ini dari bonggol atau pangkal batang dekat permukaan
tanah. Sistem perakaran serabut ini terdiri atas akar primer, akar sekunder, akar
tertier dan akar kuarterner. Akar tertier dan akar kuarterner adalah akar yang aktif
mengambil hara dan air dari dalam tanah. Secara umum, sistem perakaran yang
aktif pada kelapa sawit berada dekat permukaan tanah, yaitu pada kedalaman
antara 5 - 35 cm.
Daun kelapa sawit terdiri atas pangkal pelepah daun sebagai tempat
duduknya helaian daun yang terdiri atas rachis, tangkai daun, duri - duri dan
helaian anak daun. Panjang pelepah daun bisa mencapai 9 meter. Daun kelapa
sawit memiliki susunan spiral 1/8. Daun ke 1, ke 9, ke 17 dan seterusnya terletak
dalam satu garis kedudukan.
Bunga kelapa sawit adalah monoecious (berumah satu) maksudnya dalam
satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Bunga kelapa sawit muncul
dari ketiak daun dan setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu tandan bunga.
Bunga betina yang telah dibuahi akan berkembang menjadi buah. Buah kelapa

3
sawit terdiri atas pericarp yang terbungkus oleh exocarp (kulit), mesocarp dan
endocarp (cangkang) yang membungkus 1 - 4 inti/kernel.
Pengendalian Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak
dikehendaki manusia karena merugikan secara langsung maupun tidak langsung,
ataupun karena belum diketahui kerugian atau kegunaannya (Tjitrosoedirdjo et al.
1984). Pahan (2008) menyebutkan bahwa kehadiran gulma di perkebunan kelapa
sawit dapat menimbulkan kerugian, karena terjadi persaingan dalam pengambilan
air, hara, sinar matahari, dan ruang hidup. Gulma juga dapat menurunkan mutu
produksi akibat terkontaminasi oleh bagian gulma, mengganggu pertumbuhan
tanaman, menjadi inang bagi hama, menggangu tata guna air, dan meningkatkan
biaya pemeliaharaan.
Tjitrosoedirdjo et al. (1984) menambahkan bahwa penurunan hasil bukan
satu-satunya faktor yang menjadi pertimbangan dalam pengendalian gulma.
Kemudahan beroperasi dikebun, mengurangi resiko kebakaran dan
menghilangkan tempat persembunyian hama (tikus) juga tergantung pada
pengendalian gulma beserta biayanya. Lubis (1992) menyebutkan masalah gulma
pada tanaman menghasilkan merupakan pos yang penting disamping pemupukan,
pemeliharaan yang baik dapat memperlancar pekerjaan pemanenan, pemupukan,
pengawasan, pengendalian hama/penyakin dan lain-lain.
Menurut Pahan (2008) pengendalian gulma awalnya merupakan usaha
untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing
gulma. Menurut Sukman dan Yakup (2002) pengendalian gulma didefisinikan
sebagai proses membatasi infestasi gulma sehingga tanaman dapat dibudidayakan
secara produktif dan efisien. Pengendalian gulma yang sering dilaksanakan di
kebun adalah pengendalian secara mekanik dan kimiawi. Pengendalian secara
mekanik dilakukan dengan menggunakan kored, garpu, parang atau dengan alat
modern seperti traktor. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan
memanfaatkan aplikasi herbisida. Penggunaan herbisida yang telah ada mampu
mengendalikan gulma secara efektif, baik dari segi pengendalian gulma maupun
biaya (Tjitrosoedirdjo et al. 1984).

METODE
Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai dengan
Juni 2011. Tempat pelaksanaan magang adalah Kebun Kelapa Sawit Angsana
Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kalimantan Selatan.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan. Metode yang
digunakan adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung
dengan melaksanakan dan mempelajari seluruh kegiatan di lapangan sebagai BHL
(buruh harian lepas) selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan

4
dan pendamping asisten divisi selama dua bulan terakhir. Metode tidak langsung
dengan melakukan kajian studi pustaka berupa literatur dan laporan kebun.
BHL yaitu melaksanakan segala kegiatan kebun yang diperintahkan sesuai
dengan kebutuhan kebun, seperti pemanenan, pemupukan, penunasan,
pengendalian gulma dan pekerjaan kebun lainnya. Kegiatan pendamping mandor
antara lain mengawasi pekerjaan karyawan, mengawasi dan mengkoordinasikan
jalannya pekerjaan, membantu asisten divisi melakukan perencaan teknis dan
membuat laporan hasil pekerjaan. Kegiatan yang dilakukan pada saat menjadi
pendamping asisten divisi yaitu mengevaluasi hasil kegiatan kebun, mengawasi
semua pekerjaan yang dilakukan di lapangan dan membantu asisten dalam
menyelesaikan administrasi kebun serta mencari pemecahan masalah yang ada di
kebun.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dari analisis vegetasi gulma dibeberapa blok tertentu
berdasarkan tahun tanam baik itu tanaman yang sudah menghasilkan maupun
tanaman belum menghasilkan. Analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan
kuadran berukuran 50 cm x 50 cm. Jumlah sampel yang diambil 5% dari luasan
lahan tiap tahun tanam. Kemudian dilakukan pemanen gulma pada kuadran untuk
dilakukan pengamatan Nisbah Jumlah Dominasi (NJD) dan koefisien komunitas
(C). NJD diperoleh dengan menentukan frekuensi, kerapatan dan berat kering
gulma. Kerapatan diperoleh dengan menghitung jumlah individu tiap spesies
gulma tertentu dalam petak contoh. Frekuensi ditentukan dengan cara menghitung
jumlah petak contoh yang memuat spesies tersebut. Berat kering ditentukan
dengan cara mengeringkan spesies tersebut selama beberapa hari, kemudian
ditimbang berat keringnya. C digunakan untuk membandingkan dua komunitas
vegetasi atau dua macam vegetasi dari dua daerah (Tjitrosoedirdjo et al. 1984).
Data sekunder yang diperoleh seperti peta wilayah administrasi kebun, letak
geografis, peta kebun, data iklim, data produksi, data perawatan kebun seperti data
program pemupukan dan pengendalian gulma serta data pendukung lainnya.
Analisis Data dan Informasi
Data pengamatan petak contoh yang diperoleh dikelompokkan dan diolah
dengan menggunakan analisis vegetasi gulma metode kuadrat untuk mencari NJD
dan C. Data sekunder dan informasi yang didapat melalui pengumpulan laporan
bulanan, laporan tahunan, arsip kebun yang lain diolah secara deskriptif.

KEADAAN UMUM
Letak Geografis
Perkebunan kelapa sawit Angsana Estate (ASE) berada di Desa Bayansari,
Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan.
ASE merupakan salah satu kebun kelapa sawit di bawah PT. Ladangrumpun
Suburabadi (LSI). PT. LSI merupakan salah satu anak perusahaan milik Minamas
Plantation di bawah Sime Darby Group. Selain kebun ASE, PT. LSI juga

5
membawahi perkebunan kelapa sawit Gunungsari Estate (GSE) dan pabrik kelapa
sawit (PKS) Angsana Factory.
Secara geografis perkebunan ini terletak pada 3038’45” LS- 3035’39” LS
dan 115034’04” BT - 115038’11” BT. Batas-batas perkebunan ASE yaitu sebelah
utara berbatasan dengan Kebun Hutan Tanaman Industri (HTI), sebelah selatan
berbatasan dengan kebun GSE, dan sebelah timur berbatasan dengan Sungai
Sebamban serta sebelah barat berbatasan dengan Kebun kelapa sawit PT. Buana
Karya Bakti (BKB).
Keadaan Iklim dan Tanah
Data curah hujan yang terjadi di kebun ASE selama 7 tahun terakhir tahun
2004 – 2011 berkisar 2 335 - 3 419 mm/ tahun. Rata - rata curah hujan sebesar
2 840 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata sebesar 142 hari. Rata-rata curah
hujan terendah pada bulan September sebesar 131 mm dengan jumlah hari hujan 5
hari. Sedangkan, rata-rata curah hujan tertinggi pada bulan April sebanyak 345
mm dengan jumlah hari hujan 17 hari. Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan
Ferguson, iklim di kebun ASE termasuk tipe iklim B, yaitu bulan basah (curah
hujan> 100 mm). Data curah hujan di ASE ditampilkan pada Lampiran 1.
Kebun ASE terdapat dua formasi geologi penyususn areal, yaitu formasi
batuan sedimen kuarter Dohar (Qtd) dan Aluvium (Q2). ASE merupakan kawasan
yang sebagian besar arealnya berada pada landform tektonik/ struktural dengan
sub-landform dataran tektonik dengan bahan induk sedimen. Jenis tanah di kebun
ASE tergolong dalam ordo Oxisol dengan seri tanah MM-18 Petroferric
Hapludox dan MM-19 Plintic Hapludox.
Tanah jenis Oxisol merupakan tanah yang mengalami pelapukan sangat
lanjut. Tanah jenis ini terbentuk pada daerah dengan topografi berombak sampai
berbukit. Ciri-ciri tanah jenis Oxisol memiliki warna tanah kuning-merah gelap,
dengan pH < 5.5. Menurut Hardjowigeno (1987) menyebutkan tanah oxiosol
merupakan tanah dengan pelapukan lanjut dan mempunyai horizon oksik yaitu
horison dengan kandungan mineral mudah lapuk rendah, fraksi liat dengan
aktivitas rendah, dan kapasitas tukar kation rendah, serta mempunyai batas
horison yang tidak jelas. Ciri - ciri seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox yaitu
memiliki regim kelembaban Udik (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif
setiap tahun pada kedalaman 10 – 90 cm dari permukaan tanah). Pada kedalaman
 125 cm terdapat kontak petroferik (lapisan hasil akumulasi sesquioksida atau
Fe-oksida yang mengeras seperti batu). Seri tanah MM-19 Plinthic Hapludox,
memiliki ciri-ciri hampir sama dengan seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox
hanya saja pada kedalaman  125 cm mempunyai lebih dari 1 horison yang
mengandung plintit (karatan-karatan besi yang telah mengeras seperti kerikil)
sebesar  0.5 volumenya atau kontinyu.
Menurut Departemen Riset Minamas Plantation (2006) satuan peta lahan
(SPL) di kebun ASE terdiri dari 3 SPL. SPL 1 dengan seri tanah MM-18
Petroferric Hapludox, kemiringan lahan sebesar 8-15% dan luas lahan sebesar 1
855 ha (59%). SPL 2 seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox, dengan kemiringan
lahan sebesar 15-20 % dan luas lahan sebesar 389 ha (12%). Kelas lahan pada
SPL 1 dan SPL 2 tergolong kelas S3 (kurang sesui). SPL 3 seri tanah MM-19

6
Plinthic Hapludox, dengan kemiringan sebesar 3-8 % dan luas lahan sebesar 903
ha (29%). Pada kelas lahan SPL 3 tergolong kelas S2 (sesuai).
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Kebun ASE mempunyai luas lahan hak guna usaha (HGU) seluas 3 249.99
ha. Lahan tersebut digunakan sebagai areal yang ditanami seluas 3 047.56 ha,
pabrik (PKS) seluas 34.51 ha, sarana dan prasarana penunjang kebun seluas
121.59 ha, serta area yang berupa bukit, sungai dan lembah seluas 46.33 ha.
Lahan tanaman menghasilkan (TM) di kebun ASE seluas 2 829.04 ha. Lahan
tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 218.52 ha. TM yang ada di ASE
terdiri dari tahun tanam 1996 (629.55 ha), tahun tanam 1998 (1 622.53 ha), tahun
tanam 1999 (167.38 ha), tahun tanam 2000 (84.04 ha) dan tahun tanam 2006
(325.54 ha). Sedangakan TBM terdiri dari tahun tanam 2007 (181.90 ha) dan
tahun tanam 2008 (36.62 ha). Kebun ini terbagi menjadi 3 divisi yang masingmasing memiliki luas yang berbeda. Peta areal perkebuan ASE disajikan pada
Lampiran 2.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Sumber bibit tanaman kelapa sawit yang digunakan oleh ASE berasal dari
Marihat (PPKS), Socfindo dan Guthrie. Varietas yang digunakan adalah varietas
tenera, yang merupakan persilangan dari dura dan pasifera. Ciri-ciri varietas
tenera yaitu memiliki cangkang yang tipis dan dikelilingi oleh cincin-cincin serat
pada mesocarpnya. Dominasi varietas tenera yang berasal dari Marihat dan
Socfindo pada TM tahun tanam 1996, 1998, 1999, dan 2000. Sedangkan varietas
tenera Guthrie mendominasi pada TM tahun tanam 2006 dan TBM tahun tanam
2007 dan 2008. Jarak tanam yang digunakan berukuran 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m
(segitiga sama sisi), sehingga populasi per hektarnya adalah 136 tanaman.
Struktur Organisasi dan Ketanagakerjaan
ASE dipimpin oleh seorang manajer kebun yang bertugas mengkoordinir
dan membuat kebijaksanaan dari seluruh kegiatan kebun. Manajer kebun dalam
melaksanakan kegiatannya dibantu oleh satu orang senior asisten, dua orang
asisten divisi, satu orang kepala seksi (kasi) dan satu orang dokter perusahaan.
Struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 3. Senior asisten selain bertugas
sebagai kepala divisi juga bertugas mengkoordinir bagian keamanan, emplasment,
mess dan traksi. Asisten divisi bertugas mengkoordinir seluruh kegiatan divisi
yang dipegangnya dan mengatasi masalah-masalah yang ada di divisinya. Kasi
bertugas untuk mengkoordinir administrasi seluruh kegiatan kebun. Kasi juga
bertugas untuk mengkoordinir gudang bersama dengan senior asisten dan kantor
besar. Dokter perusahaan dibantu oleh mantri dan bidan bertugas untuk
mengontrol dan mengobati kesehatan karyawan.
ASE terbagi menjadi tiga divisi yang masing-masing dipimpin oleh
seorang asisten. Seorang asisten membawahi kerani divisi, mandor I, mandor
panen, kerani panen, mandor BTP, mandor perawatan, mandor janjangan kosong
dan kerani transport. Untuk mandor pupuk berada di bawah tanggung jawab
asisten divisi I, mador semprot berada di bawah tanggung jawab asisten divisi III.

7
Pemberian tanggung jawab secara khusus ini dimaksud untuk memudahkan dalam
hal pengawasan dan koordinasi.
Ketenagakerjaan di ASE, terdiri atas karyawan staf dan karyawan non staf.
Perbedaan ini berdasarkan jenis pekerjaan dan sistem pengupahan. Karyawan staf
terdiri dari manager kebun, senior asisten, asisten divisi, kepala seksi dan dokter
perusahaan. Karyawan non staf terdiri dari syarat kerja umum (SKU) yang terbagi
menjadi SKU Bulanan (SKU-B), SKU Harian (SKU- H), buruh harian lepas
(BHL) dan tenaga kerja kontrak.
Karyawan SKU merupakan tenaga kerja selain mendapatkan gaji juga
mendapatkan beras bulanan dan berbagai tunjangan. Tunjangan yang didapat
antara lain tunjangan kesehatan, asuransi jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek)
dan uang pensiun. SKU- B merupakan tenaga kerja yang sistem pembayarannya
setiap bulan. Karyawan non staf SKU- B berjumlah 89 orang, yang terdiri dari
SKU- B kantor (26 orang), SKU- B traksi (32 orang) dan SKU- B divisi (31
orang). Sedangkan SKU- H merupakan tenaga kerja yang sistem pembayarannya
berdasarkan kehadiran kerja.
Karyawan non staf SKU- H berjumlah 377 orang. BHL merupakan tenaga
kerja yang sistem pembayarannya dilihat dari prestasi kerja. Tenaga kerja kontrak
merupakan tenaga kerja yang sistem pembayarannya berdasarkan surat perjanjian
kerja (SPK) yang telah disepakati antara perusahaan dengan kontraktor. Indeks
tenaga kerja di ASE sebesar 0.146 orang ha-1. Standar indeks tenaga kerja di
kebun kelapa sawit adalah 0.18 – 0.2 orang ha-1. Hal ini menunjukkan bahwa
indeks tenaga kerja di ASE belum ideal. Perhitunngan indeks tenaga kerja (ITK)
disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Keadaan tenaga kerja di ASE
Status
Karyawan Staf
Karyawan non staf
Total
Luas kebun
Indeks tenaga kerja (ITK)

Jumlah
7 orang
466 orang
473 orang
3 249.99 ha
0.146 orang ha-1

Sumber: Kantor Besar ASE (2011)

Fasilitas Kesejahteraan Karyawan
Sarana dan prasana dalam menunjang kehidupan di kebun sangatlah penting.
Hal ini terkait dengan kesejahteraan bagi karyawan. Untuk itu, ASE menyediakan
fasilitas-fasilitas yang mendukung kesejahteraan karyawan. Fasilitas tersebut
berupa rumah tinggal, sarana pendidikan, sarana ibadah, kesehatan, olah raga,
jaminan kesehatan dan kerja, penyediaan alat kerja dan pelindung diri, tempat
penitipan anak, dan transportasi bagi staf kebun.
Fasilitas rumah tinggal yang diberikan antara lain perumahan untuk staf,
perumahan untuk karyawan non-staf dan mess. Perumahan staf berada di
emplasmen berupa bangunan permanen. Selain staf ASE, staf Gunung Sari Estate
dan PKS Angsana juga menempati rumah tinggal di emplasmen ini. Rumah
tinggal untuk karyawan non staf terletak di masing-masing divisi berupa

8
bangunan semi permanen yang dilengkapi dengan sarana penerangan, air bersih
dan sarana olah raga seperti lapangan sepak bola. Tipe rumah karyawan non staf
terdiri dari du tipe yaitu tipe satu rumah (G1) dan tipe dua rumah (G2). Tipe
rumah G1 digunakan untuk mandor I, mandor dan kerani divisi, sedangkan tipe
rumah G2 digunakan untuk karyawan lain. Fasilitas rumah tinggal untuk tamu
berupa mess yang terletak di emplasmen.
Sarana pendidikan yang disediakan antara lain play group, TK, dan SD yang
terletak di divisi III. Tempat penitipan anak yang berada di tiap-tiap divisi. Sarana
ibadah berupa masjid di setiap divisi. Sarana olah raga berupa GOR, tempat
fitness, lapangan tenis, tenis meja, bilyard, kolam renang dan lapangan futsal.
Tunjangan kesehatan gratis juga diberikan oleh kebun berupa poliklinik, mobil
ambulans, dan asuransi kesehatan.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Magang yang dilaksanakan di Perkebuanan Kelapa Sawit Angsana Estate
ini dimulai dari menjadi BHL, pendamping mandor dan menjadi pendamping
asisten divisi. Pada pukul 06.30 WITA asisten divisi memimpin lingkaran pagi
dengan mandor yang berada di depan kantor divisi. Disini asisten divisi memberi
arahan kepada mandor tentang pekerjaan yang akan dilakukan hari ini,
mengevaluasi pekerjaan hari kemarin serta memberikan solusi jika ada
permasalahan di lapangan. Pada pukul 06.00 – 06.30 WITA, mandor melakukan
apel pagi sesuai dengan intruksi asisten divisi. Selesai melakukan apel pagi
karyawan menuju blok yang akan dikerjakan hari itu dengan menggunakan
angkutan karyawan. Pada pukul 07.00 WITA karyawan sudah memasuki hancak
masing-masing dan memulai pekerjaannya. Jam kerja di ASE dimulai pukul 07.00
WITA – 14.00 WITA kecuali hari Jum’at selesai pukul 12.00 WITA, waktu
istirahat antara pukul 10.00 WITA – 10.30 WITA. Tabel jurnal kegiatan magang
sebagai BHL dapat dilihat pada Lampiran 4.
Pemupukan
Kegiatan pemupukan di ASE terdiri dari pemupukan anorganik dan
pemupukan organik. Pemupukan anorganik dilakukan dengan mengaplikasikan
pupuk NK Blend, Kieserite, dan Dolomit. Sedangkan pemupukan organik terdiri
dari aplikasi janjang kosong baik secara mulching maupun secara focal feeding
dan aplikasi POME.
Sistem aplikasi pemupukan di ASE menggunakan Block Manuring System
(BMS). BMS merupakan sistem pemupukan yang dilakukan dari blok ke blok
dengan tujuan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik dan keluaran yang tinggi.
Pengaturan dan administrasi pemupukan di ASE dilakukan secara terpusat oleh
Divisi I. Organisasi pemupukan oleh tim BMS terdiri dari pengecer pupuk,
penabur pupuk, mandor pupuk. Blok yang aplikasi pupuk berada di Blok E10
Divisi III ASE. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan disajikan pada Tabel 2.

9
Tabel 2 Jenis dan dosis pupuk yang digunakan di Blok E10 Divisi III ASE
Jenis pupuk
NK Blend
Dolomit
Kiserit

Unsur hara
Kalium
Magnesium
Magnesium

Dosis (kg pokok-1)
2
2
2

Sumber: Kantor Besar ASE (2011)

Pengeceran pupuk merupakan kegiatan pengangkutan pupuk dari gudang
sentral ke lapangan. Pupuk diangkut dengan menggunakan kendaraan yang
sebelumnya sudah dipastikan kesiapannya oleh asisten divisi, dengan membuat
surat permintaan kendaraan ke bagian traksi. Pengecer pupuk meletakkan pupuk
pada tempat pengumpulan pupuk (TPP) yang terdapat pada collection road (CR)
di sisi timur dan barat blok. Keberadaan TPP mewakili tiga pasar rintis.
Kebutuhan pupuk tiap TPP ditentukan berdasarkan dosis pupuk tiap pokok kelapa
sawit. Tim pengecer terdiri dari empat orang karyawan laki-laki dengan standart
kerja 2 ton/HK. Pupuk yang telah diecer di lapangan harus ditabur pada hari
tersebut. Jika pupuk tidak selesai diaplikasikan dikarenakan kondisi hujan maka
sisa pupuk jarus dibawa kembali ke gudang divisi.
Penabur pupuk terdiri dari karyawan perempuan sebanyak 12 orang. Dalam
kegiatan pemupukan, tim penabur pupuk dibagi menjadi beberapa tim kecil yang
dinamakan Kelompok Kecil Pemupukan (KKP). Dalam satu KKP terdiri dari tiga
sampai dengan empat orang. Sebelum melakukan kegiatan penaburan pupuk,
karyawan melakukan apel pagi dengan mandor pupuk. Mandor pupuk
memberikan penjelasan mengenai blok yang akan di pupuk, jenis dan dosis pupuk
yang akan diaplikasi, penggunaan takaran, cara penaburan, mengabsen karyawan,
mengecek kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) dan alat yang digunakan
dalam pemupukan serta jika ada informasi dari asisten divisi.
APD tim pemupukan terdiri dari baju lengan panjang, sarung tangan, sepatu
boat, apron, topi dan masker. Peralatan yang digunakan untuk penaburan pupuk
terdiri dari bin pupuk yang digunakan sebagai wadah pupuk yang akan ditabur
dan mangkuk takaran yang terbuat dari mangkuk yang sudah di kalibrasi.
Setelah melakukan apel pagi dengan mandor pupuk, tim pupuk tiap KKP
segera menempati hancak pemupukan masing-masing. Tiap-tiap KKP mulai
membuka karung pupuk dengan menggunakan pisau dan memasukkan pupuk
kedalam bin pupuk. Hancak tiap karyawan adalah satu pasar rintis. Penaburan
pupuk pada TM terletak di bibir piringan atau di atas rumpukan pelepah kering
yang berbentuk huruf “U”. Penaburan pupuk dimulai dari pokok ke-8 menuju
pokok ke-17 (pasar tengah). Kemudian dilanjutkan dengan menaburkan pupuk
dari pokok ke-1 menuju pokok ke-7. Penaburan pupuk di bibit piringan dapat
dilihat pada Gambar 1.
Kewajiban KKP setelah mengaplikasikan pupuk ke lahan adalah
membersihkan pupuk yang jatuh di TPP dan mengumpulkan karung bekas pupuk
tersebut. Kemudian karung bekas pupuk tersebut digulung setiap 10 karung. Hal
ini difungsikan untuk memudahkan pengawasan kembali jumlah pupuk yang
dibawa ke lapangan, dan memeriksa apakah seluruh pupuk yang diecer ditaburkan
semua serta monitoring terhadap pupuk yang hilang. Karung bekas pupuk yang
sudah digulung diletakkan di sudut blok yang nantinya akan diangkut oleh
kendaraan pengecer. Karung bekas pupuk tersebut disusun rapi di dalam gudang.

10

Gambar 1 Penaburan pupuk
Aplikasi pupuk organik di ASE dilakukan dengan cara mengaplikasikan
janjang kosong baik secara mulching maupun dengan focal feeding dan aplikasi
Pall Oil Mill Effluent (POME). Janjang kosong adalah sisa buah tandan sawit
yang diolah di pabrik kelapa sawit (PKS). POME merupakan limbah cair dari
pengolahan kelapa sawit di pabrik yang berasal dari sludge.
Aplikasi janjang kosong di ASE dilakukan secara manual. Terdapat dua
macam cara aplikasi janjang kosong yaitu secara mulching dan focal feeding,
dapat dilihat pada Gambar 2. Aplikasi janjang kosong secara mulching dengan
cara mengaplikasikan janjang kosong ke setiap titik yang berada di antara pokok
kelapa sawit. Janjang kosong diangkut dengan truk dari PKS ke blok yang akan
diaplikasi, ditandai dengan pancang bambu berwarna merah. Kapasitas truk
pengangkut antara 4-5 ton dengan menggunakan drum truck (PS) dan 6-7 ton
dengan menggunakan Hino. Janjang kosong diletakkan di sisi jalan CR, kemudian
akan diaplikasikan ke setiap titik yang berada di antara pokok kelapa sawit.
Janjang kosong yang diaplikasikan secara mulching, pengaplikasiannya satu lapis
saja tidak diperbolehkan melebihi satu lapis. Hal ini dikarenakan dapat
mengundang perkembangbiakan kumbang tanduk (Oryctes).
Dosis aplikasi janjang kosong yaitu 300 kg/titik. Sehingga untuk satu truk
pengangkut janjang kosong bisa diaplikasikan sebanyak 13-17 titik. Rotasi
aplikasi janjang kosong ini dilakukan sebanyak 1 kali tiap tahunnya. Mulching
dengan janjang kosong dapat melibatkan biaya yang cukup tinggi oleh karena itu
nilai ekonomis dan manfaatnya harus dimaksimalkan dengan prioritas utama pada
areal yang miskin unsur hara seperti tanah berpasir dan laterit.
Teknik aplikasi focal feeding direkomendasikan untuk tanaman kelapa sawit
pada tanah marginal di land area. Ketentuan ini berlaku untuk areal yang dapat
dijangkau dengan pembuatan lubang. Pembuatan lubang focal feeding dengan
menggunakan mini excavator. Ukuran lubang yang dibuat dengan ukuran panjang
8 m, lebar 1 m dan kedalaman lubang 70 cm. Letak lubang yang dibuat berada di
gawangan mati. Aplikasi focal feeding terletak di blok B22. Di blok ini ada enam
lubang yang dibuat untuk aplikasi janjang kosong secara focal feeding.
Dosis yang digunakan seharusnya 500 kg/lubang. Hanya saja di lapangan
belum diketahui dosis tepatnya hal ini dikarenakan ukuran lubang focal feeding
tidak sama setiap lubangnya. Untuk mengisi lubang focal feeding diperlukan 15
angkong janjang kosong, namun pengisiannya hanya satu lapis saja. Hal ini untuk
menekan perkembangbiakan kumbang tanduk (Oryctes). Rotasi pengisian lubang
focal feeding ini 1 kali dalam satu tahun.

11

Gambar 2 Aplikasi janjang kosong a) mulching, b) focal feeding
Di dalam pengolahan TBS di PKS akan dihasilkan hasil sampingan dalam
bentuk limbah padatan berupa janjang kosong (± 23%), solid basah (± 4%) dan
limbah cair/ POME (± 60 %). Untuk itu perlu adanya penanganan khusus agar
limbah tersebut dapat bermanfaat secara ekonomis dan efektif serta bermanfaat
untuk kebun dan masyarakat sekitar.
Effluent dari kolam pengelolaan limbah yang terletak di pabrik akan
dialirkan ke kebun dengan menggunakan pipa. Pipa induk berukuran 6 inci dan
pipa yang masuk ke dalam blok berukuran 4 inci serta pipa ke flet bad berukuran
2 inci. Limbah cair yang akan diaplikasikan dipompa melalui pipa-pipa kemudian
dialirkan ke flet bad selanjutnya effluent akan mengalir ke setiap flet bad secara
grafitasi. Efluent yang diaplikasi mempunyai BOD 2 000 – 3 500 ppm.
Flat bed dibuat pada gawangan mati /gawangan yang berselingan dengan
jalan panen, berbentuk empat persegi panjang yang berukuran panjang 6.2 m
dengan lebar 2.4 m dan kedalaman berukuran 60 cm serta ukuran sekat antar flet
bad 80 cm. Pembuatan flet bad tergantung kepada potensi produksi yang
dihasilkan setiap tahun, perencanaannya dimaksudkan agar pembuatan flet bad
dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dan menghindari flet bad yang tidak terisi.
Aplikasi efluent tidak boleh dilakukan di saat hujan. Untuk menghindari
pendangkalan dan kerusakan flet bad maka secara periodik dilakukan rehabilitasi
atau pengurasan lumpur yang lalu dibuang ke kanan kiri flet bad di luar piringan.
Dalam 1 ha terdapat 150-160 flet bad, dimana satu flet bad berkapasitas 3
ton. Effluent diaplikasikan ke lapangan dengan dosis 750 ton/ha/rotasi. Jumlah
rotasi dari aplikasi effluent di lapangan adalah 4 kali dalam 1 tahun. Tidak semua
blok diberi aplikasi effluent, hanya beberapa blok yang diaplikasi. Blok-blok yang
diaplikasi effluent antara lain D008, E010, C008, C009 dan D009.
Adanya aplikasi pupuk organik berupa janjang kosong dan POME
diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Namun, dikarenakan
proses pembusukan janjang kosong memerlukan waktu yang cukup lama begitu
juga pelepasan haranya maka aplikasi pupuk anorganik tetap dilanjutkan dengan
dosis normal khususnya pada tahun pertama aplikasi janjang kosong. Pada tahun
kedua dan seterusnya pemberian pupuk anorganik dapat disesuaikan dosisnya
karena pelepasan hara dari janjang kosong mulai diserap akar dengan tetap
mempertimbangakan kecukupan hara untuk pertumbuhan tanaman.
Leaf sampling unit (LSU)
LSU merupakan kegiatan pengambilan contoh daun yang dilakukan untuk
menentukan dosis rekomendasi pupuk. Penggunaan analisis daun ini untuk

12
melihat status hara terkhir yang ada pada tanaman, sehingga dapat diduga hara apa
saja yang dibutuhkan oleh tanaman. Pada saat penulis mengikuti kegiatan ini
digunakan untuk rekomendasi pupuk Magnesium (Mg) dan Boron (B) saja.
Peralatan yang digunakan untuk pengambilan contoh daun antara lain egrek,
parang, dan kantong plastik. Cara pengambilan contoh menggunakan sistem 12 x
11, berarti untuk setiap 11 baris ditentukan 1 pohon sampel untuk setiap 12 pohon
dalam baris tersebut. Pohon contoh dimulai dari pohon yang terletak pada baris
ketiga dan pohon ketiga dalam barisan tersebut, dihitung dari tepi blok, sehingga
terdapat 30 buah pohon contoh.
Daun contoh diambil dari pelepah nomor 17 yang berada di bawah pelepah
nomor 9. Penentuan nomor pelepah dengan cara menentukan pelepah nomor 1,
dibawahnya terdapat pelepah nomor 9 dan dibawahnya terdapat pelepah nomor 17.
Pelepah nomor 17 ini, kemudian di potong dengan menggunakan egrek. Diambil
anak daun sebanyak 3 helai dari kiri dan 3 helai dari kanan. Helai anak daun yang
diambil yaitu terletak tepat di titik pertemuan ke dua sisi pelepah daun ditandai
dengan runcingan. Kemudian helai daun dipotong bagian pangkal dan ujung
disisakan kurang lebih 40 cm.
Daun dipisahkan dari lidinya dan dimasukkan ke dalam kantong plastik dan
diberi label blok yang diambil contoh untuk LSU. Kantong plastik yang berisi
daun contoh diantar ke kantor divisi. Setelah pengambilan contoh selesai satu
divisi, tim riset akan mengambil contoh daun untuk dikeringkan dikirim ke
laboratorium untuk dianalisa. Tenaga kerja yang digunakan untuk pelaksanaan
LSU ini adalah tenaga kerja dari tim pupuk, yang kemudian dibagi menjadi tim
kecil. Dalam satu tim kecil terdapat 1 pasangan yang terdiri dari tenaga kerja pria
(untuk mengegrek) dan tenaga kerja wanita untuk mengambil daun contoh.
Peralatan yang dibutuhkan antara lain egrek, kantong plasti, parang, dan kertas
label serta bolpoint. Dalam melakukan sensus daun ini pokok yang diambil dan
diamati sebanyak 30 buah dalam satu blok. Blok yang digunakan untuk
melakukan LSU ini adalah Blok C012 yang luasnya 94.63 ha.
Sensus vegetatif
Sensus vegetatif merupakan sensus yang dilakukan oleh tim riset untuk
mengetahui keadaan vegetatif dari tanaman kelapa sawit khusus di area riset.
Sensus ini dilakukan tiap semester pada awal bulan Maret dan pada awal bulan
September.
Parameter yang diamati antara lain: jumlah anak daun yang dihitung dari
duri pertama yang muncul hingga ujung dari daun terakhir. Apabila daun terakhir
belum membuka sepenuhnya maka tidak dihitung penambahannya. Panjang
pelepah kelapa sawit, dihitung dengan cara mengukur panjang pelepah dengan
menggunakan mistar dari duri pertama hingga dari ujung pelepah. Tinggi tanaman,
dihitung dari permukaan tanah hingga ujung duri pertama pada pelepah nomor 17.
Penambahan pelepah kelapa sawit yang dihitung setelah sensus vegetatif yang
pertama dilakukan, hal ini ditandai dengan adanya warna cat pada pelepah.
Penambahan pelepah ini untuk menentukan jumlah pelepah yang bertambah tiap
semester.
Parameter lain yang diamati yaitu jumlah keseluruhan pelepah kelapa sawit
yang masih berwarna hijau dan jumlah anak daun yang dihitung dari duri pertama
pada pelepah nomor 17 hingga daun terakhir namun daun terakhir yang belum

13
membuka tidak dihitung. Serta pengamatan terhadap panjang helai daun dan lebar
helai daun, hal ini diukur dengan mengambil enam daun contoh (tiga dari kiri dan
tiga dari kanan) pada titik pertemuan pelepah.
Blok riset terletak di blok A035, tahun tanam 2008. dalam blok riset ini ada
empat ulangan, dalam satu kali ulangan ada 43 plot, satu plotnya terdiri dari 12
pokok tanaman contoh. Keadaan tanaman dari blok riset ini merupakan tanaman
persilangan, dimana terdapat 75 galur hasil persilangan.
Manajemen kanopi
Kegiatan manajemen kanopi (pengelolaan tajuk kelapa sawit) dilakukan
agar tanaman kelapa sawit dapat bereproduksi secara optimal. Hal ini terkait
dengan unsur hara hasil fotosintesis yang dilakukan oleh daun. Jumlah kecukupan
pelepah kelapa sawit disesuaikan dengan tahun tanamnya. Kelapa sawit dengan
tahun tanam 1996, 1998, 1999 dan 2000, jumlah pelepah yang dipertahankan
sebanyak 48 - 56 pelepah (songgo 1/ songgo 2). Kelapa sawit dengan tahun tanam
2008, 2007 dan 2006, jumlah pelepah yang dipertahankan sebanyak 64 pelepah
menggunakan songgo 3.
Progresif prunning merupakan penunasan yang dilakukan secara bertahap
dan terus menerus sepanjang tahun bersamaan dengan pelaksanaan panen. Tujuan
penunasan sendiri adalah untuk memudahkan kegiatan panen, menghindari
tersangkutnya brondolan, dan mempermudah dalam melihat buah yang matang
serta memudahkan kegiatan sensus produksi. Dalam melakukan progressif
prunning harus melihat kecukupan pelepah. Kegiatan ini dilakukan bersamaan
dengan kegiatan panen maka kegiatan progressif prunning dilakukan sendiri oleh
pemanen. Pelepah yang ditunas disesuaikan dengan tahun tanamnya bisa
menggunakan sistem songgo dua ataupun sistem songgo satu. Pelepah ditunas
dengan menggunakan egrek, pelepah dipotong rapat ke pangkal pelepah sehingga
berbentuk seperti tapak kuda. Pelepah yang sudah ditunas dibuang ke gawangan
mati dan antar pokok (diluar piringan) membentuk huruf U (U shape front
stacking) dengan pangkal pelepah berada di gawangan mati dan ujungnya
menyentuh pasar rintis.
Kastrasi merupakan kegiatan membuang bunga jantan yang masih muda dan
bunga betina yang sudah membuka pada periode TBM. Selain itu, kegiatan
kastrasi juga melakukan kegiatan sanitasi (kebersihan) tanaman dengan cara
membuang pelepah tua dan kering. Tujuan dari kastrasi sendiri adalah
mempersiapkan pokok untuk dipanen. Alat yang digunakan adalah dodos yang
juga digunakan untuk panen pada sistem non DOL. Kegiatan kastrasi dapat
dilakukan jika dalam satu blok sekurang-kurangnya 40% telah mempunyai tandan
buah yang pada ketinggian kurang lebih 90 cm dari tanah.
Tunas pasar merupakan kegiatan memotong setengah dari panjang pelepah
yang menghalangi masuknya sinar matahari ke jalan, yang berada di kanan-kiri
pasar (jalan). Tunas pasar bertujuan agar sinar matahari dapat masuk ke jalan.
Sehingga diharapkan dapat meminimalisir biaya perawatan jalan akibat kerusakan.
Sinar matahari yang masuk ke jalan akan menguapkan air yang menggenangi
jalan akibat hujan sehingga jalan menjadi keras. Kegiatan tunas pasar ini juga
berdampak pada perolehan janjang produksi, maka dari itu kegiatan tunas pasar
harus memperhitungkan kecukupan pelepah.

14
Panen
Persiapan panen diawali dengan melakukan penetapan seksi panen. Adanya
penetapan seksi panen dapat mempermudah pemanen untuk pindah hancak dari
satu blok ke blok lain, sehingga diharapkan pemanen mendapatkan hasil yang
tinggi. Selain itu seksi panen juga mempermudah kegiatan supervisi oleh asisten
divisi, mandor I dan mandor panen. Agar seksi panen dapat berjalan dengan baik
maka tidak diperbolehkan panen pada hari minggu atau hari libur kecuali untuk
mengganti hari hujan atau hari libur tertentu (hari raya). Jumlah rotasi panen dan
umur pusingan normal yang dilaksanakan adalah 6/7 hari. Rotasi panen 6/7
artinya areal dibagi benjadi 6 seksi panen sehingga terdapat 6 hari panen dengan
rotasi ulangan normal adalah 7-9 hari.
Kegiatan lain yang mendukung agar pelaksanaan panen dapat berjalan
dengan baik antara lain perbaikan dan pengerasan jalan, perawatan TPH,
pembuatan dan perawatan pasar rintis, pembersihan pokok piringan, pemasangan
jembatan dan titi panen, dan lain sebagainya.
Taksasi produksi dilakukan untuk mengetahui keadaan buah matang di seksi
yang akan dipanen keesokan harinya. Taksasi produksi dilakukan oleh asisten dan
mandor panen bertujuan untuk menyesuaikan jumlah tenaga kerja pemanen dan
pembrondol esok hari. Taksasi produksi dilakukan pada blok yang akan dipanen
esok hari.
Sistem pemanenan yang tepat akan mempengaruhi hasil yang didapatkan.
Sistem pemanenan yang dilakukan di ASE adalah Block Harvesting System (BHS).
Menurut Manual Referensi Agronomi (2008), BHS adalah sistem panen yang
penyelesaian kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi
tetap per kebun atau per divisi berdasarkan interval yang telah ditentukan.
Ketersediaan tenaga kerja pemanen dan pembrondol menjadi bagian penting
pada keberhasilan pemanenan. Kebutuhan tenaga pemanen disesuaikan dengan
luas seksi untuk setiap hari panen. Tenaga kerja panen di ASE dibagi menjadi dua
kelompok yaitu BHS Non DOL (Non Division of Labour) dan BHS DOL-2.
Pembagian tenaga kerja ini disesuaikan dengan pembagian tugas berdasarkan
tahun tanam. TM tahun tanam 2006 menggunakan kelompok BHS Non DOL,
yang hanya terdapat di Divisi I. Sedangkan TM tahun tanam diatasnya
menggunakan kelompok BHS DOL-2.
Menurut Sunarko (2009) suatu areal pertanaman kelapa sawit dinyatakan
dapat dipanen jika 60% dari seluruh pohon yang hidup dalam areal tersebut sudah
mencapai matang panen, sebagian buah sudah membrondol secara alamiah, dan
bobot rata-rata tandan sudah mencapai 3 kg. Menurut Manual Referensi
Agronomi (2008), kriteria umum untuk tandan buah yang dapat dipanen adalah
berdasarkan brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah (piringan)
secara alami atau dengan istilah lain menghasilkan brondolan dalam jumlah
tertentu. Di ASE tandan buah yang layak dipanen minimum terdapat 5 brondolan
lepas yang bukan brondolan parthenokarpi atau brondolan muda karena penyakit
atau serangan tikus. Parameter keberhasilan pengelolaan panen salah satunya
dilihat dari mutu tandan buah segar, kriteria mutu tandan buah segar disajikan
pada Tabel 3.

15
Tabel 3 Mutu tandan buah segar
Mutu TBS
Unripe (Mentah)
Under ripe (Mengkel)
Ripe (Matang)
Over Ripe
Empty bunch
Abnormal

Keterangan
< 5 brondolan lepas per janjang
5-9 brondolan yang lepas per janjang
≥ 10 brondolan yang lepas per janjang
Brondolan sudah lepas 75%
Tandan yang sudah busuk
Buah matahari, buah landak

%
0
95

Dokumen yang terkait

Studi Karakteristik Ganoderma Boninense Pat. Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Lahan Gambut

9 86 83

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan

1 29 212

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jaqc.) Di Gunung Sari Estate, Pt. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan

0 4 212

Pengelolaan panen tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) Di perkebunan pantai bonati estate, PT. Sajang heulang minamas plantation, tanah bumbu, Kalimantan Selatan

1 26 175

Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan

1 21 167

Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation Group, Kalimantan Selatan.

0 5 216

Pengelolaan limbah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Riau

1 9 169

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan

0 14 63

Manajemen Kualitas Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Angsana Estate, Minamas Plantation, Kalimantan Selatan

0 3 50

Pengelolaan pemanenan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq.) di teluk bakau estate, pt bhumireksa nusa sejati minamas plantation, riau

1 9 70