Proporsi Trichomonas vaginalis pada wanita resiko tinggi di desa Tiga binanga, desa Kuta bangun dan desa Sempa jaya Kabupaten Karo

(1)

PROPORSI TRICHOMONAS VAGINALIS PADA WANITA RISIKO TINGGI DI DESA TIGA BINANGA, DESA KUTA BANGUN DAN DESA SEMPAJAYA

KABUPATEN KARO

TESIS

RIYADH IKHSAN 137041030

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK SPESIALIS ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2014


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Tesis : Proporsi Trichomonas vaginalis pada wanita resiko tinggi di desa Tiga binanga, desa Kuta bangun dan desa Sempa jaya Kabupaten Karo

Nama : dr. Riyadh Ikhsan, Sp.KK Nomor Induk : 137041030

Program Studi : Magister Kedokteran Klinik Bidang : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Menyetujui :

Pembimbing I

(dr. Richard Hutapea, SpKK(K))

Pembimbing II

(Prof. Dr. dr. Ratna Akbari Ganie, Sp.PK(K)) NIP : 1962103011989101001

Program Magister Klinik Sekretaris Program Studi

(dr. Murniati Manik, MSc, SpKK,SpGK)

NIP : 194807111979032001

Ketua Departemen

(Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH) NIP : 195307191980032001 NIP : 1954022011980111001


(3)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah penulis nyatakan dengan benar

Nama : dr. Riyadh Ikhsan, Sp.KK NIM : 137041030


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan mengucap Alhamdulillah, saya panjatkan puji dan syukur yang tak terhingga ke hadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar magister kedokteran klinik dalam bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.

Dalam menjalani pendidikan magister ini, berbagai pihak telah turut berperan serta sehingga terlaksananya seluruh rangkaian pendidikan ini. Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya sampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yang terhormat dr. Richard Hutapea, SpKK (K), selaku pembimbing utama penulis, yang dengan penuh kesabaran membimbing, memberi masukan, koreksi dan dorongan semangat kepada penulis selama proses penyusunan tesis ini.

2. Yang terhormat dan tersayang Prof. Dr. dr. Ratna Akbari Ganie, Sp.PK, selaku pembimbing kedua, yang dengan penuh kesabaran membimbing, memberi masukan, koreksi dan dorongan semangat kepada penulis sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

3. Yang terhormat Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto-Mahadi, SpKK (K), sebagai Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan magister kedokteran klinik di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Yang terhormat dr. Chairiyah Tanjung, SpKK (K),FINS.DV sebagai Ketua Program Studi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Yang terhormat Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat melaksanakan studi pada Universitas yang Bapak pimpin.

6. Yang terhormat Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD, KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada saya dan memberikan dorongan untuk menyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinik di beidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

7. Yang terhormat para Guru Besar saya, Alm. Prof. Dr. dr. Marwali Harahap, SpKK (K), Prof. dr. Mansur A. Nasution, SpKK (K), serta seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU, RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSU Dr. Pirngadi Medan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan membimbing saya selama mengikuti pendidikan ini. 8. Yang terhormat Bapak Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan dan Direktur RSU

Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan keahlian ini.

9. Yang terhormat Sekretaris Program Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran USU, dr Murniati Manik, Sp.KK, yang memberi kesempatan kepada saya untuk mengikuti program magister ini.

10.Yang terhormat Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karo beserta staf, yang telah memberikan kesempatan dan dukungan kepada saya selama menjalani penelitian di Kabupaten Karo.


(5)

11.Yang terhormat seluruh staf/pegawai dan perawat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, baik di RSUP. H. Adam Malik Medan, RSU Dr. Pirngadi Medan atas bantuan, dukungan, dan kerjasama yang baik selama ini.

12.Yang terhormat semua pasien Trichomonas vaginalis yang ikut terlibat dalam penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

13.Yang tercinta Papa dan Mama, yang dengan penuh cinta kasih, keikhlasan, doa, kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa untuk mengasuh, mendidik, dan membesarkan saya. Tiada ungkapan yang mampu melukiskan betapa bersyukurnya saya mempunyai kedua orangtua seperti Papa dan Mama. Kiranya hanya Allah SWT yang dapat membalas segala kebaikan Papa dan Mama kepada saya.

14.Kepada kedua mertua saya Bapak ( almarhum ) dan Ibu yang telah banyak membantu untuk senantiasa ikut memberi doa dan dukungan dalam masa pendidikan saya. Kiranya hanya Allah SWT yang dapat membalas segala kebaikan yang diberikan kepada saya.

15.Yang terkasih istriku dr. Anita. W, terima kasih untuk segala dukungan dan perhatian yang senantiasa diberikan, perjuangan menuntut ilmu selama ini dapat berjalan dengan lancar tiada lain karena dukungan doa, kesabaran, kepercayaan dan kasih sayang yang diberikan kepada saya hingga akhirnya saya dapat menyelesaikan pendidikan ini.

16.Teristimewa kepada anak-anakku yang sangat kusayangi, Azriya Azka Ikhsan, Chaira Talita Putri, Gaizka Aryati Naiyami dan Riffat Hilman Najwan yang selalu memberikan doa dan semangat buat papa untuk menyelesaikan pendidikan ini. Tiada hari tanpa doa dan keselamatan yang papa panjatkan kepada Allah SWT buat kalian, anak – anak dan air mata papa tersayang.

17.Yang terkasih Kakak, Abang dan adik – adik ku serta seluruh keluarga besar, terima kasih atas doa, dukungan dan semua bantuan yang telah kalian berikan kepada saya selama ini.

18.Yang terhormat seluruh teman-teman sejawat saya, yang berandil dalam penyelesaian thesis saya.

Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, izinkanlah saya untuk menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan, kekhilafan dan kekurangan yang telah saya lakukan selama proses penyusunan tesis dan selama saya menjalani pendidikan. Semoga segala bantuan, dorongan dan petunjuk yang telah diberikan kepada saya selama mengikuti pendidikan, kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin ya Rabbal Alamin.

Medan, Januari 2015

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

DAFTAR SINGKATAN... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... ... 1

1.2 Rumusan Masalah... ... 3

1.3 Tujuan Penelitian... ... 3

1.3.1 Tujuan Umum... ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Trichomoniasis... 5

2.1.1 Definisi... 5

2.1.2 Epidimiologi... 5

2.1.3 Etiologi... 6

2.1.4 Patogenesis... 7

2.1.5 Gambaran Klinis... 8

2.1.6 Diagnosis... 9

2.1.7 Pengobatan... 10

BAB III METODE PENELITIAN... 13

3.1 Desain Penelitian... 13

3.2 Waktu dan tempat penelitian... 13


(7)

3.2.2 Tempat penelitian... 13

3.3 Populasi dan sampel penelitian... .. 13

3.3.1 Populasi target... .. 13

3.3.2 Populasi terjangkau... 13

3.3.3 Sampel penelitian... 14

3.4 Cara pengambilan sampel penelitian... 14

3.5 Identifikasi variabel... 14

3.6 Kriteria inklusi... 14

3.7 Alat, bahan dan cara kerja... 14

3.7.1 Alat dan bahan... 14

3.7.1.1 Alat dan bahan pemeriksaan venereologis... 14

3.7.2 Cara kerja... 15

3.8 Batasan operasional... 16

3.9 Kerangka operasional... 17

3.10 Pengolahan dan analisis data... 17

3.11 Etika penelitian... 18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 19

4.1 Karakteristik sosiodemografi subyek penelitian... 19

4.2 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan aktifitas seksual... 22

4.3 Proporsi kepositifan pemeriksaan sediaan basah pada subjek penelitian... 24

4.3.1 Karakteristik subjek penelitian dengan T. vaginalis... 25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 28

5.1 Kesimpulan... 28

5.2 Saran... 28


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

4.1 Karakteristik subjek penelitian... 19

4.2 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan aktifitas seksual... 23

4.3 Hasil pemeriksaan sediaan basah pada subjek penelitian... 25

4.4 Karakteristik sosiodemografi subjek penelitian... 25

4.5 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan yang menderita T. vaginalis berdasarkan aktifitas seksual... 26


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 2.1 Kerangka teori penelitian... 12 2.2 Kerangka konsep... 12 3.1 Kerangka operasional... 17


(10)

DAFTAR SINGKATAN

IMS : Infeksi Menular Seksual WPSL : Wanita Penjaja Seks Langsung WPSTL : Wanita Penjaja Seks Tidak Langsung WPS : Wanita Perkerja Seksual

NAPZA : Narkotika dan Penggunaan Zat Adiktif WHO : World Health Organization

KB : Keluarga Berencana

PID : Pelvic Inflamatory Disease PCR : Polymerase Chain Reaction

CDC : Centers for Disease Control and prevention HIV : Human Immuno-deficiency Virus


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Naskah penjelasan kepada peserta penelitian Lampiran 2. Persetujuan ikut serta dalam penelitian Lampiran 3. Status penelitian


(12)

Proporsi Trichomonas vaginalis pada wanita risiko tinggi di desa Tiga binanga, desa Kuta bangun dan desa Sempajaya kab. Karo

Riyadh Ikhsan,

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Ratna Akbari, Richard Hutapea Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP. H. Adam Malik Medan - Indonesia

ABSTRAK

Latar Belakang : Infeksi menular seksual termasuk Trichomonas vaginalis merupaka infeksi yang umum dijumpai. Beberapa faktor risiko termasuk pada wanita risiko tinggi diyakini sebagai faktor penularan utama.

Tujuan : Mengetahui proporsi Trichomonas vaginalis pada wanita risiko tinggi di Desa Tiga Binanga, Desa Kuta Bangun dan Desa Sempajaya, Kabupaten Karo

Subyek dan Metode : Penelitian bersifat cross sectional yang dilakukan pada bulan juli-september 2014, melibatkan 30 sampel penelitian wanita risiko tinggi. Pada setiap subyek penelitian dilakukan pemeriksaan sediaan basah dan pengambilan kuesioner Hasil : Dari penelitian didapati hasil sebagai berikut: proporsi Trichomonas vaginalis dijumpai sebanyak 13,3% (4 orang dari 30 subyek penelitian)

Kata Kunci : Trichomonas vaginalis, wanita risiko tinggi, desa tiga binanga, desa kuta bangun, desa sempajaya


(13)

THE PROPORTION OF TRICHOMONAS VAGINALIS IN HIGH RISK

WOMEN IN TIGA BINANGA, KUTA BANGUN, AND SEMPAJAYA

VILLAGE, KARO REGENCY

Riyadh Ikhsan, Ratna Akbari, Richard Hutapea Department of Dermatology and Venereology Medical faculty of North Sumatera University

RSUP Haji Adam Malik Medan – Indonesia

ABSTRACT

Background: Sexually transmitted infection including Trichomonas vaginalis is a common infection found in the population. Several risk factors including high risk women are considered as the main factor of transmission.

Objectives: To determine the proportion of Trichomonas vaginalis in high risk women in Tiga Binanga, Kuta Bangun, and Sempajaya Village, Karo Regency.

Subjects and Methods: This study design is cross-sectional which was carried out on July-September 2014, involving 30 study subjects of high risk women. On each of the subjects, wet mount slide examination was done and the questionnaire was taken.

Results: The result of the study yielded the proportion of Trichomonas vaginalis as 13,3% (4 of total 30 study subjects).

Keywords: Trichomonas vaginalis, high risk women, tiga binanga village, kuta bangun village, sempajaya village.


(14)

Proporsi Trichomonas vaginalis pada wanita risiko tinggi di desa Tiga binanga, desa Kuta bangun dan desa Sempajaya kab. Karo

Riyadh Ikhsan,

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Ratna Akbari, Richard Hutapea Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP. H. Adam Malik Medan - Indonesia

ABSTRAK

Latar Belakang : Infeksi menular seksual termasuk Trichomonas vaginalis merupaka infeksi yang umum dijumpai. Beberapa faktor risiko termasuk pada wanita risiko tinggi diyakini sebagai faktor penularan utama.

Tujuan : Mengetahui proporsi Trichomonas vaginalis pada wanita risiko tinggi di Desa Tiga Binanga, Desa Kuta Bangun dan Desa Sempajaya, Kabupaten Karo

Subyek dan Metode : Penelitian bersifat cross sectional yang dilakukan pada bulan juli-september 2014, melibatkan 30 sampel penelitian wanita risiko tinggi. Pada setiap subyek penelitian dilakukan pemeriksaan sediaan basah dan pengambilan kuesioner Hasil : Dari penelitian didapati hasil sebagai berikut: proporsi Trichomonas vaginalis dijumpai sebanyak 13,3% (4 orang dari 30 subyek penelitian)

Kata Kunci : Trichomonas vaginalis, wanita risiko tinggi, desa tiga binanga, desa kuta bangun, desa sempajaya


(15)

THE PROPORTION OF TRICHOMONAS VAGINALIS IN HIGH RISK

WOMEN IN TIGA BINANGA, KUTA BANGUN, AND SEMPAJAYA

VILLAGE, KARO REGENCY

Riyadh Ikhsan, Ratna Akbari, Richard Hutapea Department of Dermatology and Venereology Medical faculty of North Sumatera University

RSUP Haji Adam Malik Medan – Indonesia

ABSTRACT

Background: Sexually transmitted infection including Trichomonas vaginalis is a common infection found in the population. Several risk factors including high risk women are considered as the main factor of transmission.

Objectives: To determine the proportion of Trichomonas vaginalis in high risk women in Tiga Binanga, Kuta Bangun, and Sempajaya Village, Karo Regency.

Subjects and Methods: This study design is cross-sectional which was carried out on July-September 2014, involving 30 study subjects of high risk women. On each of the subjects, wet mount slide examination was done and the questionnaire was taken.

Results: The result of the study yielded the proportion of Trichomonas vaginalis as 13,3% (4 of total 30 study subjects).

Keywords: Trichomonas vaginalis, high risk women, tiga binanga village, kuta bangun village, sempajaya village.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi yang umum dijumpai, dengan lebih kurang 340 milyar infeksi kasus baru “yang dapat disembuhkan” setiap tahunnya secara global pada wanita dan pria yang berusia 15-49 tahun.1 Infeksi ini termasuk yang disebabkan bakteri, jamur, dan protozoa yang telah dapat diobati dengan antibiotik yang sesuai. Walaupun telah dapat diobati dengan antibiotik yang sesuai, berbagai IMS tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat baik pada negara berkembang maupun negara maju.2 Proporsi IMS paling besar terjadi di negara berkembang, yaitu di Asia Tenggara dan Asia Selatan, diikuti Afrika Sub-Sahara, Amerika Latin, dan Karibia.

IMS bukan hanya menyebabkan morbiditas akut pada dewasa, namun juga dapat menyebabkan komplikasi pada fertilitas wanita dan pria, kehamilan ektopik, kanker leher rahim, sifilis kongenital, berat badan lahir bayi rendah, dan prematuritas.

3

4

Kebanyakan dari IMS adalah asimptomatik sehingga dapat sulit untuk dikenali dan dikontrol, sehingga insidensi kasus baru di seluruh dunia mungkin dapat lebih tinggi dari yang diperkirakan 340 milyar seperti yang disebutkan diatas.

Beberapa faktor risiko IMS yang ada, membuat beberapa populasi lebih rentan untuk mengalami IMS dibandingkan yang lain. Beberapa faktor risiko itu antara lain; perilaku seks risiko tinggi (seperti seks dengan pasangan yang banyak, dan seks tanpa pengaman) termasuk didalamnya wanita penjaja seks langsung (WPSL) ataupun wanita penjaja seks tidak langsung (WPSTL), penggunaan narkotika dan zat adiktif


(17)

(NAPZA) suntik dan tahanan di penjara. Beberapa faktor risiko lain termasuk lelaki tanpa sirkumsisi, sosioekonomi rendah dan higienitas yang buruk.

Trichomonas vaginalis (T. vaginalis), protozoa patogenik, adalah penyebab IMS nonviral paling umum di dunia.

2

6

Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan insidensi T. vaginalis sebanyak 170-190 milyar kasus baru di dunia setiap tahunnya.7

Wanita yang terinfeksi dengan T. vaginalis dapat asimptomatis (sebanyak 30%) tetapi kebanyakan mengalami vaginitis. Sebagai tambahan T. vaginalis dapat menyebabkan sekuele pada kesehatan reproduksi termasuk penyakit inflamasi panggul, persalinan preterm dan berat badan lahir bayi rendah.

6,8

Satu hal yang penting, T. vaginalis diindikasikan sebagai salah satu kofaktor yang utama dalam transmisi HIV.

Rentannya satu kelompok tertentu tertular suatu IMS, terutama T. vaginalis, tidak hanya disebabkan oleh perilaku seksualnya sendiri namun dapat juga disebabkan oleh perilaku pasangan seksualnya yang berisiko tinggi. WHO menetapkan beberapa kriteria untuk menetapkan seseorang berperilaku risiko tinggi, yaitu bila dijumpai jawaban ya untuk satu atau lebih atas beberapa pernyataan berikut; yaitu: mempunyai pasangan seksual lebih dari satu orang, mempunyai suami/pasangan seksual yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu orang, mempunyai suami/pasangan seksual yang menderita HIV serta mempunyai suami/pasangan seksual yang menderita penyakit-penyakit IMS.

9

Dari pemaparan diatas, maka peneliti berminat untuk mengetahui berapa proporsi T. vaginalis dan karakteristik wanita risiko tinggi di beberapa lokalisasi di Kabupaten Karo. Peneliti memilih wanita risiko tinggi sebagai kelompok yang diteliti adalah karena kerentanan kelompok tersebut untuk menularkan penyakit


(18)

T. vaginalis. Lokasi yang dipilih adalah Kabupaten Karo, dikarenakan kabupaten ini adalah tujuan utama wisata masyarakat Sumatera Utara, dan dikarenakan memiliki lokalisasi yang lebih dari satu. Serta ketiadaan data proporsi T. vaginalis pada lokasi yang rentan ini mendorong peneliti untuk mengetahui proporsi T. vaginalis pada lokalisasi Desa tiga Binanga, Desa Kuta Bangun dan Desa Sempajaya di Kabupaten Karo.

1.2. Rumusan Masalah

Berapa proporsi Trichomonas vaginalis pada wanita risiko tinggi di Desa Tiga Binanga, Desa Kuta Bangun dan Desa Sempajaya, Kabupaten Karo ?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui proporsi T. vaginalis pada wanita risiko tinggi di Desa Tiga Binanga, Desa Kuta Bangun dan Desa Sempajaya, Kabupaten Karo. 1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui proporsi T. vaginalis pada wanita risiko tinggi di Desa Tiga Binanga, Kabupaten Karo.

2. Untuk mengetahui proporsi T. vaginalis pada wanita risiko tinggi di Desa Kuta Bangun, Kabupaten Karo.

3. Untuk mengetahui proporsi T. vaginalis pada wanita risiko tinggi di Desa Sempajaya, Kabupaten Karo.


(19)

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Dalam bidang akademik atau ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan mengenai penyakit T. vaginalis dan penularannya pada kelompok wanita risiko tinggi.

1.4.2. Dalam bidang pelayanan masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit T. vaginalis serta penularannya sehingga dapat disadari akan pentingnya menghindari perilaku seks bebas serta perlunya penggunaan kondom yang konsisten bagi pelaku seks bebas untuk mencegah penularan penyakit T. vaginalis maupun IMS lain.

1.4.3. Dalam pengembangan penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar bagi penelitian selanjutnya untuk melihat kecenderungan perilaku seksual, potensi penyebaran penyakit IMS guna merencanakan, memonitor, mengevaluasi serta meningkatkan upaya penanggulangan penyakit IMS.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Trikomoniasis 2.1.1. Definisi

Trikomoniasis adalah infeksi protozoa yang disebabkan oleh T. vaginalis dan biasanya ditularkan melalui hubungan kontak seksual dan dapat menyerang traktus urogenitalis bagian bawah baik pada wanita maupun pria.8 Keluhan paling sering dijumpai berupa duh tubuh pada vagina, gatal, vaginitis, disuria, polakisuria dan dispareuni. Meskipun banyak juga dijumpai tanpa adanya gejala.7

2.1.2. Epidemiologi

Manusia adalah satu-satunya tuan rumah yang alami untuk T. vaginalis.

Trikomoniasis adalah infeksi yang sangat umum di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Perkiraan terbaru dari insidensi IMS di Amerika Serikat memperkirakan terdapat insidensi 7,4 juta kasus baru trikomoniasis pertahun.11 Meskipun ini jauh melebihi dari kejadian klamidia dan gonore, trikomoniasis bukan prioritas pada kesehatan masyarakat, sebagaimana dibuktikan dengan fakta bahwa trikomoniasis bukan salah satu penyakit IMS yang dilaporkan. WHO memperkirakan bahwa infeksi ini porsinya hampir 50% dari semua IMS yang dapat disembuhkan di seluruh dunia.12 Berbagai studi populasi di Afrika melaporkan prevalensi trikomoniasis antara 11 dan 25%. Laga dkk, melaporkan kejadian 38% selama 4 bulan paparan interval di antara perempuan yang terinfeksi HIV di Zaire.

Secara epidemiologis infeksi T. vaginalis umumnya terkait dengan IMS lain dan sebagai penanda perilaku seksual berisiko tinggi. Trikomoniasis sering terlihat


(21)

bersamaan dengan IMS lain, terutama gonore.14 Mayoritas wanita dengan trikomoniasis juga memiliki bakterial vaginosis.15 Tidak seperti IMS lainnya, yang memiliki prevalensi lebih tinggi di antara remaja dan dewasa muda, tingkat trikomoniasis lebih merata di antara perempuan yang aktif secara seksual dari semua kelompok usia, semakin memperkuat kegunaannya sebagai penanda untuk perilaku seksual berisiko.14 Meskipun telah didokumentasikan bahwa T. vaginalis dapat hidup di fomites, organisme diduga ditularkan hampir secara eksklusif oleh aktivitas seksual.16 Masa inkubasi infeksi ini tidak diketahui; Namun, secara in vitro menunjukkan masa inkubasi 4-28 hari.

Pencegahan trikomoniasis belum merupakan prioritas karena kurangnya pemahaman tentang implikasinya pada kesehatan masyarakat dan kurangnya sumber daya. Upaya pengendalian akan membutuhkan pelaporan kasus serta sumber daya untuk skrining pada individu berisiko, termasuk laki-laki.

17

18

2.1.3. Etiologi

Organisme penyebab trikomoniasis adalah T. vaginalis. Merupakan protozoa flagellata yang mempunyai 4 flagella di bagian anterior yang panjangnya hampir sama dengan panjang tubuhnya. Trichomonas mempunyai bentuk yang bervariasi sesuai dengan kondisi lingkungan. Dalam biakan in-vitro organisme memiliki panjang 10μm (5-20 μm) dan lebar 7μm dan cenderung berbentuk elips atau ovoid, sedangkan pada vagina bentuknya sangat bervariasi dan sering mengalami elongasi. Gerakan membran undulasi sangat kuat dikendalikan oleh flagella posterior.

Organisme ini berkembang biak secara belah pasang memanjang dan dapat hidup dalam suasana pH 5-7,5. Pada suhu 50°C akan mati dalam beberapa menit, tetapi pada suhu 0°C dapat bertahan sampai 5 hari.

19


(22)

Dua spesies lain dari trichomonas yang menginfeksi manusia, yaitu

Trichomons tenax dan Trichomonas hominis. Trichomonas tenax dapat dijumpai di daerah buccal, dan umumnya berhubungan dengan kondisi higienis oral yang buruk.

Trichomonas hominis dapat dijumpai ditraktus intestinalis, yaitu bagian colon dan

caecum manusia.20

2.1.4. Patogenesis

Dua teori yang ada mengenai patogenesis T. vaginalis, yaitu mekanisme kontak-dependen dan kontak-independen.21 Keduanya menjelaskan skenario patogenesis trikomoniasis yang sangat penting. Graves dan Gardner menunjukkan bahwa kepatuhan, faktor kontak-independen, hemolisis, akuisisi makromolekul tuan rumah oleh organisme dan respon host merupakan faktor-faktor penting dalam patogenisitas parasit ini.

Empat protein adhesin mulai dari 65 kDa ke 21kDa atau kurang, berhubungan dengan cytoadherence.

22

22-24

Adhesin ini tidak diidentifikasi pada Thermoproteus Tenax, sebuah trichomonad patogenik. Pengobatan dengan protease akan mengurangi kerja berkurang cytoadherence, menunjukkan bahwa protein ini merupakan faktor yang unik dan penting dalam patogenisitas T. vaginalis. Lebih lanjut, protease sistein juga diperlukan untuk perlekatan parasit terhadap sel-sel epitel. Perlekatan itu akan terhambat ketika parasit diterapi dengan inhibitor protease sistein trichomonad.25

Krieger dkk melaporkan bahwa beta-hemolisin dapat menjadi faktor virulensi untuk T. vaginalis.26 Hemolisis yang terjadi pada menstruasi mungkin penting dalam memberikan nutrisi bagi T. vaginalis karena trikomoniasis sering diperburuk oleh keadaan menstruasi. Fiori dkk dan Arroyo dkk mengamati protein permukaan pada 140 kDa sampai 33 kDa terlibat dalam hemolisis.27,28


(23)

Faktor kontak-independen juga penting dalam patogenesis. Garber dkk menunjukkan adanya faktor 200 KDa kontak-independen, glikoprotein yang menyebabkan pemisahan sel monolayer. Faktor pemisah sel ini (CDF) diamati pada semua 12 isolat klinis dan mempunyai hubungan yang signifikan dengan produksi CDF pada presentasi klinis yang diamati.29,30 Tidak adanya penanda ini pada

Pentatrichomonas hominis menunjukkan bahwa itu adalah penanda virulensi. Banyak penelitian lain juga mendukung peran mekanisme sitotoksik kontak-independen karena vaskularisasi subepitel terlihat pada trikomoniasis tidak selalu berkorelasi dengan jumlah parasit. Selain itu, supenatans dari T. vaginalis dapat menyebabkan efek sitopatik pada kultur sel.21

2.1.5. Gambaran klinis

T. vaginalis adalah spesifik untuk saluran genitourinari dan telah diisolasi dari hampir semua struktur genitourinaria. Namun, banyak wanita yang didiagnosis dengan trikomoniasis tidak menunjukkan gejala. Ketika gejala muncul, keluhan utama yang paling umum di kalangan wanita yang didiagnosis dengan T. vaginalis

adalah keputihan, terlihat pada lebih dari 50% kasus, diikuti dengan pruritus atau disuria.31 Satu studi dari 200 wanita Nigeria menunjukkan 74% dengan keputihan terinfeksi T.vaginalis.32 Pada pemeriksaan spekulum, duh vagina mungkin bewarna atau berkarakteristik, dan meskipun duh vagina bewarna hijau berbusa telah klasik dikaitkan dengan trikomoniasis. Duh vagina mungkin berbau busuk dengan pH > 4.5.31 Trikomoniasis telah dikaitkan dengan vaginosis bakteri pada satu studi.33,34 Clue sel yang ditemukan menjadi faktor risiko independen untuk trikomoniasis diantara 249 perempuan Afrika Selatan yang menghadiri klinik KB.35 Namun, karakteristik ini tidak sensitif maupun spesifik. Kemampuan klinisi untuk


(24)

memprediksi infeksi vagina dengan T. vaginalis hanya berdasarkan pemeriksaan fisik terbukti memiliki nilai prediksi positif 47% di kalangan pekerja seks komersial di Kamerun.

Serviks yang patologik dapat terlihat pada trikomoniasis. Kolpitis makularis, atau ''strawberry cervix'' hasil dari pendarahan punctata pada serviks. T. vaginalis

secara signifikan berhubungan dengan kolpitis makularis. Serviks mukopurulen, eritema, dan kerapuhan juga dapat diamati.

36

35

T. vaginalis dapat dikaitkan dengan kanker serviks; Namun, faktor-faktor perancu seperti co-infeksi dengan HPV, belum terkontrol dengan baik dalam beberapa studi.37 Diantara perempuan yang terinfeksi HIV, T. vaginalis infeksi dikaitkan dengan Pelvic inflamatory disease (PID).

Infeksi Trichomonas yang tidak terbatas atau eksklusif untuk vagina, dan infeksi saluran kemih mungkin umum. Disuria diamati pada 29% wanita Afrika Selatan yang didiagnosis dengan T. vaginalis.

33

35

Jadi, sebaiknya dipertimbangan adanya Trichomoniasis untuk wanita dengan keluhan disuria.31

2.1.6. Diagnosis

Diagnosis T. vagina biasanya dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis hapusan basah sekresi vagina. Setetes keputihan dikumpulkan dari forniks vagina posterior dicampur dengan setetes normal saline dan diperiksa segera di bawah mikroskop gelap tanah untuk protozoa motil aktif. Tes ini cepat dan memberikan sensitivitas 45-60% yang lebih sensitif daripada metode pewarnaan lainnya seperti Giemsa dan oranye acridine.38 Sensitivitas mendeteksi trichomonads oleh Pap smear lebih rendah dibandingkan dengan kultur dan juga sering hasilnya positif palsu. Dalam sebuah studi pada 268 gadis berusia 12 sampai 18 tahun, sensitivitas Pap


(25)

smear untuk mendeteksi T. vaginalis hanya 56% dibandingkan 'standar emas' kultur Diamond.39

Kultur tetap yang paling sensitif dan spesifik (> 95%) untuk mendeteksi

T. vaginalis saat ini dan media kultur tersedia secara komersial. Media kultur umum meliputi media Diamond dan media Feinberg-Whittington. Metode kultur memiliki kelemahan karena lebih mahal dan menyebabkan keterlambatan dalam membuat diagnosis definitif. Jika laboratorium jauh dari klinik, media transportasi seperti gel agar-agar Amie dapat digunakan.

Metode diagnostik baru seperti tes DNA-based dan antigen berbasis

polymerase chain reaction (PCR) saat ini sedang dikembangkan untuk trikomoniasis. Hasilnya telah mendorong dan dapat memfasilitasi diagnosis non-invasif pada pria. Tes diagnostik baru yang memanfaatkan PCR dibutuhkan untuk meningkatkan skrining pada pasien laki-laki.

40

40

2.1.7. Pengobatan

Golongan nitroimidazole hanyalah satu satunya obat yang diakui efektif untuk mengobati Trichomoniasis, dengan dosis tunggal metronidazol. Resistensi metronidazol jarang terjadi. Isolat T. vaginalis yang resisten secara klinis biasanya menunjukkan peningkatan konsentrasi mematikan minimum untuk metronidazol dalam kondisi pertumbuhan aerobik tapi tidak banyak ketika dalam kondisi anaerobik.41

Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) merekomendasikan regimen untuk mengobati Trichomoniasis adalah metronidazol 2 gram secara oral diberikan dalam dosis tunggal. Angka kesembuhan sekitar 90-95%. Rejimen alternatif adalah metronidazol 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari. Jika perawatan gagal, pasien


(26)

harus kembali diobati dengan metronidazole 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari. Jika gagal lagi, pasien harus diobati dengan 2 gram metronidazole sekali sehari selama 3-5 hari. Baik metronidazole atau tinidazol, sebuah nitroimidazole generasi kedua dalam 2 gram dosis tunggal oral, atau metronidazole 400 mg 2 kali sehari selama 5-7 hari digunakan jika dosis tunggal gagal.43 Tinidazol adalah nitroimidazole generasi kedua dengan aktivitas terhadap bakteri protozoa dan anaerobik. Dosis 2 gram tinidazol setara dengan 2 gram dosis metronidazol. Tinidazol memiliki eliminasi paruh plasma dua kali lipat dari metronidazole dan menembus lebih baik ke dalam jaringan reproduksi laki-laki daripada metronidazole. Untuk semua kasus di mana perawatan metronidazole awal gagal, harus diperhatikan faktor berupa; kepatuhan minum obat jelek dan infeksi ulang dari pasangan seksual laki-laki yang tidak diobati dan biasanya tanpa gejala. Kemungkinan metronidazol dapat inaktif oleh bakteri vagina, sehingga pemberian amoksisilin 250 mg 3 kali sehari atau eritromisin 250 mg 4 kali sehari selama 5-7 hari dapat diberikan sebelum atau bersamaan dengan pengobatan ulang dengan metronidazol.

Efek samping untuk metronidazol termasuk mual, muntah, rasa logam, dan gangguan pencernaan, dan biasanya dapat sembuh dengan sendiri. Pasien yang memakai metronidazol tidak boleh mengkonsumsi alkohol selama pengobatan dan setidaknya 48 jam kemudian karena dapat terjadi reaksi seperti disulfiram. Metronidazole harus dihindari pada trimester pertama kehamilan dan selama menyusui. Pesarium clotrimazole lokal dapat digunakan untuk mengurangi gejala-gejala selama periode ini. Setelah trimester pertama, pengobatan metronidazol sistemik akhirnya akan dibutuhkan untuk mengobati infeksi. Tinidazol tidak dianjurkan pada kehamilan dan menyusui, atau pada pasien dengan dyskrasia darah atau gangguan neurologis aktif.

40


(27)

Trichomoniasis adalah IMS yang lazim. Semua kontak seksual harus ditelusuri dan diobati terlepas dari ada atau tidak adanya gejala. Para pasien dan pasangan seks mereka harus diskrining untuk IMS dan HIV.

2.2. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka teori

2.3. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka konsep Sosiodemografi:

• Usia • Pendidikan • Pernikahan • Pekerjaan

Perilaku Seksual Risiko Tinggi

Wanita risiko tinggi

Infeksi menular seksual

Trikomoniasis


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan rancangan potong lintang (cross sectional study).

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1. Waktu penelitian

Penelitian dimulai bulan Agustus 2014 sampai mencapai seluruh subyek penelitian di lokasi penelitian.

3.2.2. Tempat penelitian

1. Penelitian bertempat di lokalisasi yang terdapat di Desa Tiga Binanga, Desa Kuta Bangun dan Desa Sempajaya di Kabupaten Karo.

2. Pengambilan dan pemeriksaan sediaan basah duh tubuh vagina dilakukan di lokasi penelitian.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi target:

Wanita risiko tinggi berusia 15-50 tahun. 3.3.2. Populasi terjangkau :

Wanita risiko tinggi berusia 15-50 tahun yang berada di lokalisasi Desa Tiga Binanga, Desa Kuta Bangun dan Desa Sempajaya di Kabupaten Karo pada bulan Agustus-Oktober 2014.


(29)

3.3.3. Sampel penelitian :

Seluruh populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi.

3.4. Cara Pengambilan Sampel Penelitian

Penelitian mengambil sampel dari seluruh populasi wanita risiko tinggi yang berumur 15-50 tahun yang berada di lokasi penelitian (total sampling).

3.5. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : wanita risiko tinggi. 2. Variabel terikat : Trichomoniasis.

3.6. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi :

1. Wanita risiko tinggi yang berusia 15-50 tahun.

2. Bersedia ikut dalam penelitian dan menandatangani informed consent.

3.7. Alat, bahan dan cara kerja 3.7.1. Alat dan bahan

3.7.1.1. Alat dan bahan pemeriksaan venereologis : a. Sarung tangan

b. Lampu sorot c. Spekulum vagina d. Kapas


(30)

g. Nacl 0.9% h. Kapas lidi i. Aquades j. Mikroskop

3.7.2. Cara kerja :

1. Penandatanganan persetujuan tindakan medis oleh pasien. Persetujuan tindakan medis meliputi kesediaan untuk dilakukan anamnesis, pemeriksaan dermatologis dan venereologis setelah diberi penjelasan.

2. Pasien yang telah menandatangani persetujuan tindakan medis selanjutnya menjalani pencatatan data dasar pada status penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Data dasar mencakup identitas, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan venereologis.

3. Pemeriksaan venereologis dilakukan oleh peneliti dengan melakukan pengamatan langsung untuk melihat ada tidaknya duh tubuh pada seluruh tubuh termasuk di daerah genital. Pemeriksaan venereologis in spekulo

dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan spekulum vagina dan lampu sorot untuk melihat duh tubuh yang terdapat pada daerah genital.

4. Tahap pengambilan sampel :

a. Setiap wanita risiko tinggi yang akan diperiksa dengan memakai sarung akan berbaring dengan posisi litotomi dan kedua tungkai ditekukkan.

b. Peneliti meregangkan labium mayus dan vulva dibersihkan dengan kapas basah


(31)

d. Spekulum cocor bebek dimasukkan kedalam liang vagina dan dilihat keadaan dinding vagina dan serviks uteri

e. Dinding lateral dan posterior vagina dihapus dengan kapas basah f. Duh tubuh diambil dari bagian forniks posterior, dioleskan ke objek

glass, ditetesi NaCl 0.9% untuk pemeriksaan sediaan basah g. Kemudian dilakukan pemeriksaan langsung dibawah mikroskop h. Diagnosis T. vaginalis ditegakkan bila dijumpai parasit

Trichomonas pada preparat sediaaan basah. 3.8. Batasan Operasional

1. Usia

Adalah usia subjek saat pengambilan sampel dihitung dari tanggal lahir, bila lebih dari 6 bulan, usia dibulatkan ke atas; bila kurang dari 6 bulan, usia dibulatkan ke bawah. Penelitian ini memilih wanita risiko tinggi dengan usia 15-50 tahun karena merupakan kelompok wanita usia subur dimana organ reproduksinya berfungsi dengan baik.

2. Penderita T. vaginalis

Adalah wanita risiko tinggi dengan hasil pemeriksaan sediaan basah duh tubuh vagina dan dijumpai parasit Trichomonas.

5. Wanita risiko tinggi

Adalah wanita yang memiliki perilaku yang menyebabkan dirinya mempunyai risiko besar untuk terinfeksi penyakit IMS. Berdasarkan WHO,

seorang wanita dianggap memiliki perilaku risiko tinggi apabila terdapat jawaban ya untuk 1 atau lebih pertanyaan-pertanyaan dibawah ini, yaitu : a. Wanita yang mempunyai pasangan seksual lebih dari satu orang.


(32)

b. Wanita yang mempunyai suami/pasangan seksual yang mempunyai pasangan seksual lebih dari satu orang.

c. Wanita yang mempunyai suami/pasangan seksual yang menderita HIV. d. Wanita yang mempunyai suami/pasangan seksual yang menderita

penyakit infeksi menular seksual.

3.9. Kerangka Operasional

Gambar 3.1. Kerangka operasional

3.10. Pengolahan dan Analisis Data

Data-data yang terkumpul selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Wanita

Anamnesis

Wanita Risiko tinggi

Anamnesis

Pemeriksaan fisik (dermatologi & venereologi) Pemeriksaan sediaan basah duh tubuh vagina

Trichomonas vaginalis / Trichomononiasis

Proporsi Kriteria inklusi


(33)

3.11. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah memperoleh ethicalclearance dari komite etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan sediaan basah duh tubuh vagina pada wanita risiko tinggi yang berada di lokalisasi di wilayah Kabupaten Karo yaitu di Desa Tiga Binanga, Desa Kuta Bangun dan Desa Sempajaya. Pada semua subyek penelitian telah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan sediaan basah duh tubuh vagina untuk pemeriksaan Trichomonas vaginalis terhadap 30 orang subyek penelitian yang bersedia mengikuti penelitian dari 44 orang populasi wanita risiko tinggi. Data karakteristik sosiodemografik dan aktifitas seksual risiko tinggi disajikan secara deskriptif.

4.1. Karakteristik Sosiodemografi Subyek Penelitian

Karakteristik subyek penelitian ditampilkan berdasarkan distribusi kelompok usia, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan dan status perkawinan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1. Karakteristik subyek penelitian Usia

(tahun)

Subyek penelitian

N %

15-25 5 16,6

26-35 36-45 46-55 12 6 7 40 20 23,4

Total 30 100

Suku bangsa Subyek penelitian

N %

Batak Karo 5 12 16,7 40


(35)

Melayu 2 6,6

Minangkabau 4 13,4

Aceh 3 10

Total 30 100

Pendidikan Subyek penelitian

N %

SD 9 30

SMP 10 33,4

SMA 2 6,6

Perguruan Tinggi 0 0

Tidak sekolah 9 30

Total 30 100

Pekerjaan Subyek penelitian

N %

Pelajar 0 0

Mahasiswi 0 0

Pegawai Negeri Sipil 0 0

Pegawai Swasta 0 0

Wanita Penjaja Seks Ibu rumah tangga Lainnya 17 10 3 56,7 33,3 10

Total 30 100

Status Perkawinan Subyek penelitian

N %

Belum menikah 5 16,7

Menikah Cerai 18 7 60 23,3


(36)

Berdasarkan tabel 4.1 dari total 30 orang subyek penelitian didapatkan 12 orang (40%) berusia antara 26-35 tahun dan 7 orang (31%) berusia antara 46-55 tahun. Hal ini memperlihatkan bahwa jumlah wanita risiko tinggi yang terbanyak adalah berusia antara 26-35 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan terhadap wanita risiko tinggi oleh Siregar IJ di Medan pada tahun 2012, dimana usia wanita risiko tinggi terbanyak berusia antara 26-35 tahun.

Berdasarkan tabel 4.1 dari total 30 orang subyek penelitian didapatkan suku Karo merupakan suku terbanyak yaitu 12 orang (40%) dan selanjutnya diikuti suku Batak sebanyak 5 orang (16,7%). Di Amerika Serikat T. vaginalis sangat umum di kalangan ras Afrika-Amerika

43

45

Berdasarkan tabel 4.1 dari total 30 subyek penelitian, tingkat pendidikan SMP adalah yang terbanyak yaitu sebanyak 10 orang (33,4%) dan diikuti oleh tingkat SD sebanyak 9 orang (31%). Hasil ini sedikit berbeda dengan hasil STBP 2011, dimana sebanyak 41% wanita risiko tinggi memiliki pendidikan hanya sampai tingkat SD.

, di Indonesia sendiri belum didapatkan data yang spesifik pada suku bangsa mana yang paling banyak menderita T. vaginalis.

Berdasarkan penjelasan Notoatmodjo bahwa tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap wawasan dan cara pandangnya dalam menghadapi masalah. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung akan mengedepankan rasio saat mereka menghadapi gagasan baru dibandingkan mereka dengan pendidikan yang lebih rendah.

10

44

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi persepsi penderita akan keadaan penyakit yang dideritanya. Penderita T. vaginalis

dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan dapat memahami kondisi penyakit yang dideritanya lebih baik serta pencegahan dan pengobatannya menjadi lebih baik.


(37)

Berdasarkan tabel 4.1 dari 30 orang subyek penelitian ditemukan pekerjaan sebagai WPS adalah yang terbanyak yaitu sebanyak 17 orang (56,7%), diikuti pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 10 orang (33,3%) dan yang memiliki pekerjaan lain sebanyak 3 orang (10%). Pekerjaan lain yang dimaksud di sini adalah berjualan, dimana subyek penelitian menjual berbagai makanan dan minuman di warung yang berada di sekitar lokalisasi. Penyebab paling utama dari terjerumusnya para wanita ke dunia prostitusi adalah faktor desakan ekonomi. Survey yang dilakukan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) tahun 2003-2004, pekerjaan sebagai WPS karena iming-iming uang kerap menjadi pemikat dan pada akhirnya justru menjerumuskan mereka ke dunia prostitusi.46

Berdasarkan tabel 4.1 dari 30 subyek penelitian ditemukan masing-masing sebanyak 12 orang (40%) memiliki status belum menikah dan cerai, sebanyak 18 orang (60%) memiliki status menikah. Hal ini memperlihatkan bahwa subyek penelitian yang terbanyak adalah kelompok yang menikah. Status perkawinan perlu dipertimbangkan terkait dengan kemungkinan interaksi antara populasi berisiko tinggi dengan populasi umum. Status perkawinan yang dimaksud adalah ikatan pernikahan yang sah antara lawan jenis.

43

4.2. Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Aktifitas Seksual

Karakteristik subyek penelitian berdasarkan aktifitas seksual dinilai berdasarkan beberapa hal yaitu usia pertama berhubungan seksual, jumlah pasangan seksual dalam sehari, frekuensi hubungan seksual dalam sehari, pemakaian kondom pada aktifitas seksual, frekuensi mencuci vagina dalam sehari, bahan pencuci vagina yang digunakan sehabis melakukan hubungan seksual, alat pencegah kehamilan yang


(38)

digunakan, keluhan pada kelamin yang dialami serta riwayat luka/lecet pada kelamin yang dialami < 2 tahun lalu.

Tabel 4.2. Karakteristik subyek penelitian berdasarkan aktifitas seksual

Aktifitas seksual Subyek penelitian

N %

Usia pertama berhubungan seksual < 15 tahun

15-20 tahun > 20 tahun

Jumlah pasangan seksual dalam sehari

1 orang 2-3 orang >3 orang

Mempunyai pasangan seksual lain selain yang tetap

Ya Tidak

Frekuensi melakukan hubungan seksual dalam sehari

0-5 kali 6-10 kali

Frekuensi mencuci vagina dalam sehari

Tidak pernah 1-2 kali

Keluhan keputihan dan bau Tidak pernah Pernah Duh vagina Tidak pernah Pernah 5 13 12 8 20 2 25 5 13 17 13 17 8 22 12 18 16,7 43,3 40 26,7 66,7 6,6 83,4 16,7 43,3 56,7 43,3 56,7 26,7 73,3 40 60

Hasil penelitian menunjukkan usia pertama sekali melakukan hubungan seksual pertama yang terbanyak adalah kelompok usia 15-20 tahun (43,3%). Pada satu penelitian yang dilakukan di 12 kota di Indonesia terhadap remaja dari berbagai status ekonomi pada tahun 1993, dijumpai sebanyak 10-31% remaja berumur antara 15 hingga 24 tahun telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah.46


(39)

Hasil penelitian ini menemukan sebanyak 20 orang wanita risiko tinggi (66,7%) mempunyai jumlah pasangan seksual rata rata 2-3 dalam sehari. Banyaknya pasangan seksual dalam sehari merupakan kerentanan seseorang untuk lebih mungkin tertular IMS dan kemungkinan menularkan juga.

Subjek penelitian disini memiliki pasangan seksual lain selain pasangan seksual tetap sebanyak 25 orang (83,4%). Pasangan tetap harus dapat diperhatikan juga diskrining terhadap terjadinya IMS, apabila seorang wanita risiko tinggi terinfeksi IMS maka pasangan tetapnya harus dapat diobati juga untuk mencegah fenomena pingpong.47

Frekuensi melakukan hubungan seksual dalam sehari sebagian besar adalah 6-10 kali sehari (56,7%). Sedangkan sisanya sebanyak 13 orang (43,3%) frekuensi berhubungans eksaul sebanyak 0-5 kali dalam sehari.

Mayoritas (56,7%) wanita risiko tinggi melakukan cuci vagina. Namun tidak ditemukan hubungan bermakna antara membersihkan vagina dengan air, air sabun, atau cairan khusus pembersih vagina komersil lainnya dengan angka kejadian trikomoniasis.10,46 Sebanyak 13 orang (43,3,%) tidak melakukan cuci vagina. Fonck et a.l (2001) melaporkan sebanyak 72% WPS di Nairobi, Kenya memiliki kebiasaan mencuci vagina (douching) terutama setelah berhubungan seksual. Kebiasaan ini disalah artikan oleh para wanita dengan tujuan untuk mencegah penularan penyakit-penyakit IMS dari pasangan seksualnya.48

4.3. Proporsi Kepositivan Pemeriksaan Sediaan Basah pada Subyek Penelitian

Pada penelitian yang dilakukan terhadap populasi wanita risiko tinggi yang dilakukan di Desa Tiga Binanga, Desa Kuta Bangun dan Desa Sempajaya, dilakukan pemeriksaan sediaan basah untuk melihat pergerakan T. vaginalis terhadap 30 subyek


(40)

penelitian dan hasil menunjukkan menunjukkan sebanyak 4 orang didapati T. vaginalis. Proporsi kepositivan hasil pemeriksaan sediaan basah di tiga lokasi penelitian adalah 13,3 %.

Tabel 4.3. Hasil pemeriksaan sediaan basah pada subyek penelitian Hasil pemeriksaan

Sediaan basah

Subyek penelitian

N %

Positif Negatif

4 26

13,3 86,7

Total 30 100

4.3.1. Karakteristik Subyek Penelitian dengan T. vaginalis

Pada penelitian ini ditemukan sebanyak empat kasus trichomoniasis. Subyek penelitian yang menderita T. vaginalis tersebut memiliki karakteristik sosiodemografi dan aktifitas seksual seperti yang dijelaskan dalam tabel 4.8 dan tabel 4.9.

Tabel 4.4.Karakteristik sosiodemografi subyek penelitian yang menderita T.vaginalis

Umur Suku Pendidikan Pekerjaan Status Pernikahan 23 Jawa SMP WPS Menikah 25 Karo SMP WPS Menikah 32 Jawa SD WPS Cerai 42 Melayu SD WPS Menikah

Wanita risiko tinggi yang menderita T. vaginalis berumur 23, 25, 32 dan 42 tahun. Kelompok wanita risiko tinggi ini berasal dari suku bangsa yang berbeda yaitu suku karo, melayu dan jawa. Pendidikan terakhir yang dimiliki wanita risiko tinggi yang terbanyak adalah tingkat SMP sebanyak 2 orang, dan tingkat SD sebanyak 2


(41)

orang. Pekerjaan wanita risiko tinggi yang menderita T. vaginalis seluruhnya adalah WPS. Status pernikahan yang dimiliki menikah dan cerai.

Tabel 4.5. Karakteristik subyek penelitian yang menderita T. vaginalis berdasarkan aktifitas seksual.

Aktifitas seksual Subyek Penelitian

1 2 3 4 Usia pertama berhubungan

seksual (tahun). 17 13 22 21 Jumlah pasangan seksual 2 3 4 2 dalam sehari.

Memiliki pasangan seksual

selain pasangan seksual tetap. Ya Ya Ya Ya Frekuensi hubungan seksual

dalam sehari. 5 3 2 6

Frekuensi mencuci vagina

dalam sehari. 2 3 2 (-) Keluhan keputihan dan bau (+) (+) (+) (+) Duh vagina

Berdasarkan aktifitas seksual, wanita risiko tinggi yang menderita T.vaginalis

memiliki berbagai karakteristik. Usia pertama berhubungan seksual pada kelompok ini bervariasi yaitu 13, 17, 21 dan 22 tahun. Semua wanita risiko tinggi pada kelompok ini memiliki pasangan seksual lain selain pasangan seksual tetap.

Jumlah pasangan seksual dalam sehari bervariasi, namun lebih dari 2 orang dalam sehari, sama halnya dengan frekuensi melakukan hubungan seksual dalam sehari.


(42)

Dari hasil penelitian, diperoleh semua subjek penelitian dengan T. vaginalis

mengalami keluhan keputihan dan berbau. Berdasarkan penelitian Nasution (2006) terhadap WPS di Mulya Jaya, didapatkan 59% WPS memiliki keluhan sujektif keputihan.10 Hal serupa dilaporkan Lawing dkk (2000), yaitu sebanyak 75% subjek penelitian yang memiliki keluhan subjektif berupa keputihan berbau dan gatal.10,37

Dari hasil penelitian, diperoleh sebagian semua subjek penelitian dengan T. vaginalis memiliki gejala klinis duh vagina.


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Telah dilakukan penelitian mengenai proporsi Trichomoniasis pada wanita risiko tinggi di lokalisasi yang terdapat di wilayah Kabupaten Karo yaitu di Desa Tiga Binanga, Desa Kuta Bangun dan Desa Sempajaya, Kabupaten Karo dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2014. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Proporsi Trichomoniasis pada wanita risiko tinggi di Desa Tiga Binanga, Desa Kuta Bangun dan Desa Sempajaya, Kabupaten Karo adalah 13,3%.

5.2. Saran

a. Penelitian untuk mencari proporsi Trikomoniasis pada wanita risiko tinggi pada penelitian ini mengambil subyek penelitian secara total sampling namun tidak seluruh populasi yang berada di lokasi penelitian bersedia ikut serta dalam penelitian. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengambil sampel yang lebih besar dari populasi wanita risiko tinggi untuk mendapatkan angka proporsi wanita risiko tinggi yang menderita Trichomoniasis.

b. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian tentang hubungan aktifitas seksual risiko tinggi dengan proporsi Trichomoniasis pada wanita risiko tinggi.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

1. Global Strategy for the Prevention and Control of Sexually Transmitted Infections: 2006-2015: Breaking the chain of transmission. Geneva : WHO Press; 2007

2. Gewirtzman A, Bobrick L, Conner K, Tyring SK. Epidemiology of Sexually Transmitted Infections. In: Gros G, Tyring SK, eds. Sexually Transmitted Infections and Sexually Transmitted Diseases. Berlin : Springer-Verlag; 2011. h. 13-34

3. Global Prevalence and Incidence of Curable STIs: World Health Organization (WHO/CDS/CDR/EDC/2001.10), Geneva (2001)

4. WHO/UNAIDS: Sexually transmitted diseases: policies and principles for prevention and care [cited]. www.who.int/hiv/ 
pub/sti/en/prev_care_en.pdf 5. Da Ros, C.T., Schmitt Cda, S.: Global epidemiology of sexually transmitted

diseases. Asian J. Androl. 10(1), 110–114 
(Jan 2008)

6. Johnston, V.J., Mabey, D.C.: Global epidemiology and control of Trichomonas vaginalis. Curr. Opin. Infect. Dis. 21(1), 
56–64 (2008 Feb) 7. Van der Pol, B.: Trichomonas vaginalis infection: the most prevalent nonviral

sexually transmitted infection receives the least public health attention. Clin. Infect. Dis. 44(1), 23–25 (2007 Jan 1)

8. Cotch, M.F., Pastorek 2nd, J.G., Nugent, R.P., Hillier, S.L., 
G ibbs , R .S., Martin, D.H., et al.: Trichomonas vaginalis associated with low birth weight and preterm delivery. The Vaginal Infections and Prematurity Study Group. Sex. Transm. Dis. 24(6), 353–360 (1997 Jul)

9. Sorvillo, F., Smith, L., Kerndt, P., Ash, L.: Trichomonas vaginalis, HIV, and African-Americans. Emerg. Infect. Dis. 7(6), 927–932 (Nov–Dec 2001) 10.Surveilans Terpadu Biologi Prilaku 20011. Diunduh

da

11.Weinstock, H., S. Berman, and W. Cates. 2004. Sexually transmitted dis-eases among American youth: incidence and prevalence estimates, 2000.Perspect. Sex. Reprod. Health 36:6–10.

12.Wiese, W., S. R. Patel, S. C. Patel, C. A. Ohl, and C. A. Estrada. 2000. A meta-analysis of the Papanicolaou smear and wet mount for the diagnosisof vaginal trichomoniasis. Am. J. Med. 108:301–308.

13.Laga, M., A. Manoka, M. Kivuvu, B. Malele, M. Tuliza, N. Nzila, J. Goe- man, F. Behets, V. Batter, and M. Alary. 1993. Non-ulcerative sexually transmitted diseases as risk factors for HIV-1 transmission in women: results from a cohort study. AIDS 7:95–102.

14.Lossick, J. G. 1989. Epidemiology of urogenital trichomoniasis, p. 311–323. In B. M. Honigberg (ed.), Trichomonads parasitic in humans. Springer- Verlag,


(45)

New York, N.Y.

15.James, J. A., J. L. Thomason, S. M. Gelbart, P. Osypowski, P. Kaiser, and L. Hanson. 1992. Is trichomoniasis often associated with bacterial vaginosis in pregnant adolescents? Am. J. Obstet. Gynecol. 166:859–863

16.Wilcox, R. 1960. Epidemiological aspects of human trichomoniasis. Br. J.Vener. Dis. 36:167

17.Hesseltine, H. 1942. Experimental human vaginal trichomoniasis. J. Infect. Dis. 71:127

18.Schwebke JR, Burgess D. Trichomoniasis. Clinical Microbiology Reviews. 2004. 794-803

19.Petrin D, Delgaty K, Bhatt R, Garber G. Clinical and Microbiology Aspects of Trichomonas vaginalis. Clinical Microbiology Reviews. 1998. 300-317

20.Robertson DHH, McMillan A, Young H. Trichomoniais. Clinical Practice in Sexually Transmitted Diseases, 2nd

21.Pindak FF, Gardner WA. Contact-independent cytotoxicity of Trichomonas

vaginalis. Genitourin Med 1993;69:35-40

ed. Edinburgh 1989. p. 287-295

22.Alderete JF, Garza GE. Identification and properties of Trichomonas vaginalis proteins involved in cytoadherence. Infect Immun 1988;56:28-33

23.Graves A, Gardner WA. Pathogenicity of Trichomonas vaginalis. Clin Obstet Gynecol 1993;36:145-52

24.Arroyo R, Alderete JF. Trichomonas vaginalis surface proteinase activity is necessary for parasite adherence to epithelial cells. Infect Immun 1989;57:2991-7

25.Bhatt R, Abraham M, Petrin D, Garber GE. New Concepts in The Diagnosis and Pathogenesis of Trichomonas vaginalis. Can J Infect Dis. 1996;7:5:321-324

26.Krieger JN, Poisson MA, Rein MF. Beta-hemolytic activity of Trichomonas

vaginalis correlates with virulence. Infect Immun1983;41:1291-5

27.Fiori PI, Rappelli P, Rocchigiani AM, Cappuccinelli P. Trichomonas vaginalis haemolysis: Evidence of functional pores formation on red cell membranes. WHEMS Microbiol Lett 1992;109:13-8.isola

28.Arroyo R, Engbring J, Alderete JF. Molecular basis of host epithelial cell recognition by Trichomonas vaginalis. Mol Microbiol 1992;6:853-62

29.Garber GE, Lemchuk-Favel LT, Bowie WR. Isolation of a cell-detaching

factor of Trichomonas vaginalis. J Clin Microbiol 1989;27:1548-53


(46)

Microbiol 1990;28:2415-7.

31.Swygard H, Sena AC, Hobbs MM, Cohen MS. Trichomoniasis: Clinical Manifestations, diagnosis and Management. Sex Transm Infect. 2004; 80:91-95

32.Anorlu RI, Fagbenro-Beyioku AF, Fagorala T, et al. Prevalence of Trichomonas vaginalis in patients with vaginal discharge in Lagos, Nigeria. Nigerian Postgrad Med J 2001;8:183–6.

33.Moodley P, Wilkinson D, Connolly C, et al. Trichomonas vaginalis is associated with pelvic inflammatory disease in women infected with human immunodeficiency virus. Clin Infect Dis 2002;34:519–22.

34.Franklin TL, Monif GR. Trichomonas vaignalis and bacterial vaginosis. Coexistence in vaginal wet mount preparations from pregnant women. J Reprod Med 2000;45:131–4.

35.Schneider H, Coetzee N, Fehler HG, et al. Screening for sexually transmitted diseases in rural South African women. Sex Transm Infect 1998;74(Suppl 1):S147–52.

36.Ryan KA, Zekeng L, Roddy RE, et al. Prevalence and prediction of sexually transmitted diseases among sex workers in Cameroon. Int J STD AIDS 1998;9:403–7

37.Sayed el-Ahl SA, el-Wakil HS, Kamel NM, et al. A preliminary study on the relationship between Trichomonas vaginalis and cervical cancer in Egyptian women. J Egypt Soc Parasitol 2002;32:167–78.

38.Lossick JG, Kent HL. Trichomoniasis: trends in diagnosis and management. Am J Obstet Gynecol. 1991;165:1217-22.

39.Thomason JL, Gelbart SM, Sobun JF, Schulien MB, Hamilton PR. Comparison of four methods to detect Trichomonas vaginalis. J Clin Microbiol. 1988;26:1869-70.

40.Tang WYM, Trichomoniasis-a review. ID Journal. 2004;8:4:25-27

41.Muller M, Lossick JG, Gorrell TE. In vitro susceptibility of Trichomonas vaginalis to metronidazole and treatment outcome in vaginal trichomoniasis.
Sex T ransm D is. 1988;15:17-24.

42.Recommendations in case management of sexually transmitted infections in Hong Kong 2002. In: Lo KK, Chong LY, Tang YM, Ho KM, ed. Handbook of Dermatology and Venereology: 2003: 546-7

43.Siregar IJ. Hubungan antara trikomonas dan HIV. Tesis Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2012.


(47)

44.Notoamodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007

45.Sorvillo F, Smith L, Kerndt P, Ash L. Trichomonas vaginalis, HIV, and African-Americans. Emerging Infectious Diseases. Vol 8, No 6, November-December 2001: 928-932

46.Kurniawan. Bina, dkk. 2006. Hubungan karakteristik pekerja dengan praktik penerapan prosedur keselamatan kerja di PT. Bina Buna Kimia Ungaran. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro. Semarang, Edisi Agustus 2006.

47.Jazan S. Prevalensi infeksi saluran reproduksi pada wanita penjaja seks di Jayapura. Departemen Kesehatan Indonesia, 2003.

48.Fonck K, Kaul R, Keli F, Bwayo JJ, Ngugi EN, Moses S,et al. Sexually transmitted infections and vaginal douching in a population of female sex workers in Nairobi, Kenya. Sex Tranm Inf 2001; 77: 271-5.


(48)

NASKAH PENJELASAN KEPADA PASIEN/ORANGTUA/KELUARGA PASIEN

Selamat pagi/siang

Perkenalkan nama saya dr. Riyadh Ikhsan, SpKK. Saat ini saya sedang menjalani Program Magister Kedokteran Klinis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinis dengan konsentrasi pada Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang saya jalani, saya melakukan penelitian dengan judul “Proporsi Trichomonas Vaginalis Pada Wanita Risiko Tinggi Di Desa Tiga Binanga, Desa Kuta Bangun Dan Desa Sempajaya Kab Karo”

Tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui proporsi Trichomonas vaginalis

pada wanita risiko tinggi di beberapa lokalisaasi di kabupaten Karo.

Trikomoniasis adalah infeksi protozoa yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan biasanya ditularkan melalui hubungan kontak seksual dan dapat menyerang traktus urogenitalis bagian bawah baik pada wanita maupun pria.

Jika Ibu/Kakak/Adik/Saudari bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini, maka saya akan melakukan tanya jawab terhadap Ibu/Kakak/Adik/Saudari untuk mengetahui identitas pribadi secara lebih lengkap, pemeriksaan pulasan vagina. Pulasan vagina diambil dari liang vagina bagi yang sudah menikah dan permukaan vagina bagi yang belum menikah. Jika Ibu/Kakak/Adik/Saudari mengeluh adanya nyeri atau gatal-gatal pada lokasi pengambilan pulasan vagina, maka

Keluhan paling sering dijumpai berupa duh tubuh pada vagina, gatal, vaginitis, disuria, polakisuria dan dispareuni. Meskipun banyak juga dijumpai tanpa adanya gejala.


(49)

Ibu/Kakak/Adik/Saudari dapat segera menghubungi saya melalui telepon di 081533103105 atau pergi ke rumah sakit terdekat dengan terlebih dahulu menghubungi saya.

Pulasan vagina yang telah diambil kemudian akan langsung diperiksa ditempat. Peserta penelitian ini tidak akan dikutip biaya apapun dalam penelitian ini. Kerahasiaan mengenai penyakit yang diderita peserta penelitian akan dijamin.

Keikutsertaan Ibu/Kakak/Adik/Saudari dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela. Bila tidak bersedia, Ibu/Kakak/Adik/Saudari berhak untuk menolak (menolak anaknya) diikutsertakan dalam penelitian ini. Jika Ibu/Kakak/Adik/Saudari bersedia dan menyetujui pemeriksaan ini, mohon untuk menandatangani formulir persetujuan ikut serta dalam penelitian.

Jika Ibu/Kakak/Adik/Saudari masih memerlukan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi saya.

Terima kasih.

Peneliti


(50)

PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

Setelah mendapat penjelasan, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :………...………

Jenis kelamin : Perempuan

Umur :………...………

Alamat :………..………….

Selaku orang tua/keluarga dari* :

Nama :………...………

Jenis kelamin* : Laki-laki / perempuan

Umur :………...………

Alamat :………...………

dengan ini menyatakan secara sukarela SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dan mengikuti berbagai prosedur pemeriksaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Demikianlah surat pernyataan persetujuan ini dibuat dengan sebenarnya dalam keadaan sadar tanpa adanya paksaan dari siapapun.

Medan, 2014 Dokter pemeriksa Yang menyetujui

(dr. Riyadh Ikhsan, SpKK) ( )


(51)

Tanggal pemeriksaan :

STATUS PENELITIAN

Nomor urut penelitian : Nomor catatan medik :

Nama :

IDENTITAS

Alamat :

Telp. :

Tempat tanggal lahir (hari, bulan, tahun) : Jenis kelamin : Perempuan

Bangsa/Suku : 1. Batak 2. Jawa

3. Melayu 4. Minangkabau 5. Tionghoa 6. Lainnya

Agama : 1. Islam 2. Kristen Protestan

3. Kristen 4. Hindu 5. Budha Pendidikan : 1. Belum sekolah

2. SD / sederajat

3. SMP / sederajat

4. SMA / sederajat

5. Perguruan tinggi

Pekerjaan : 1. Pegawai Negeri Sipil / TNI / Polri 2. Pegawai swasta 3. Wiraswasta 4. Tidak bekerja/IRT 5. Lain-lain Status pernikahan : 1. Sudah menikah 2. Belum menikah

Keluhan utama : ANAMNESIS


(52)

Riwayat perjalanan penyakit : Riwayat penyakit terdahulu :

• Tinggi badan : PEMERIKSAAN FISIK

• Berat badan :

• Lingkar pinggang : Status generalisata

Keadaan umum

• Kesadaran :

• Gizi :

• Tekanan darah : • Frekuensi nadi :

• Suhu :

• Frekuensi pernafasan : Keadaan Spesifik

• Kepala :

• Leher :

• Toraks :

• Abdomen :

• Genitalia :

• Ekstremitas :


(53)

1. Pemeriksaan sediaan basah pulasan vagina : PEMERIKSAAN LABORATORIUM

DIAGNOSIS KERJA

PENATALAKSANAAN

PROGNOSIS

Quo ad vitam :

Quo ad functionam : Quo ad sanactionam :


(1)

NASKAH PENJELASAN KEPADA PASIEN/ORANGTUA/KELUARGA PASIEN

Selamat pagi/siang

Perkenalkan nama saya dr. Riyadh Ikhsan, SpKK. Saat ini saya sedang menjalani Program Magister Kedokteran Klinis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinis dengan konsentrasi pada Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang saya jalani, saya melakukan penelitian dengan judul Proporsi Trichomonas Vaginalis Pada Wanita Risiko Tinggi Di Desa Tiga Binanga, Desa Kuta Bangun Dan Desa Sempajaya Kab Karo”

Tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui proporsi Trichomonas vaginalis

pada wanita risiko tinggi di beberapa lokalisaasi di kabupaten Karo.

Trikomoniasis adalah infeksi protozoa yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan biasanya ditularkan melalui hubungan kontak seksual dan dapat menyerang traktus urogenitalis bagian bawah baik pada wanita maupun pria.

Jika Ibu/Kakak/Adik/Saudari bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini, maka saya akan melakukan tanya jawab terhadap Ibu/Kakak/Adik/Saudari untuk mengetahui identitas pribadi secara lebih lengkap, pemeriksaan pulasan vagina. Pulasan vagina diambil dari liang vagina bagi yang sudah menikah dan permukaan vagina bagi yang belum menikah. Jika Ibu/Kakak/Adik/Saudari mengeluh adanya nyeri atau gatal-gatal pada lokasi pengambilan pulasan vagina, maka

Keluhan paling sering dijumpai berupa duh tubuh pada vagina, gatal, vaginitis, disuria, polakisuria dan dispareuni. Meskipun banyak juga dijumpai tanpa adanya gejala.


(2)

Ibu/Kakak/Adik/Saudari dapat segera menghubungi saya melalui telepon di 081533103105 atau pergi ke rumah sakit terdekat dengan terlebih dahulu menghubungi saya.

Pulasan vagina yang telah diambil kemudian akan langsung diperiksa ditempat. Peserta penelitian ini tidak akan dikutip biaya apapun dalam penelitian ini. Kerahasiaan mengenai penyakit yang diderita peserta penelitian akan dijamin.

Keikutsertaan Ibu/Kakak/Adik/Saudari dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela. Bila tidak bersedia, Ibu/Kakak/Adik/Saudari berhak untuk menolak (menolak anaknya) diikutsertakan dalam penelitian ini. Jika Ibu/Kakak/Adik/Saudari bersedia dan menyetujui pemeriksaan ini, mohon untuk menandatangani formulir persetujuan ikut serta dalam penelitian.

Jika Ibu/Kakak/Adik/Saudari masih memerlukan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi saya.

Terima kasih.

Peneliti


(3)

PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

Setelah mendapat penjelasan, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :………...………

Jenis kelamin : Perempuan

Umur :………...………

Alamat :………..………….

Selaku orang tua/keluarga dari* :

Nama :………...………

Jenis kelamin* : Laki-laki / perempuan

Umur :………...………

Alamat :………...………

dengan ini menyatakan secara sukarela SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dan mengikuti berbagai prosedur pemeriksaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Demikianlah surat pernyataan persetujuan ini dibuat dengan sebenarnya dalam keadaan sadar tanpa adanya paksaan dari siapapun.

Medan, 2014 Dokter pemeriksa Yang menyetujui

(dr. Riyadh Ikhsan, SpKK) ( )


(4)

Tanggal pemeriksaan :

STATUS PENELITIAN

Nomor urut penelitian : Nomor catatan medik :

Nama :

IDENTITAS

Alamat :

Telp. :

Tempat tanggal lahir (hari, bulan, tahun) : Jenis kelamin : Perempuan

Bangsa/Suku : 1. Batak 2. Jawa

3. Melayu 4. Minangkabau 5. Tionghoa 6. Lainnya

Agama : 1. Islam 2. Kristen Protestan

3. Kristen 4. Hindu 5. Budha Pendidikan : 1. Belum sekolah

2. SD / sederajat

3. SMP / sederajat

4. SMA / sederajat

5. Perguruan tinggi

Pekerjaan : 1. Pegawai Negeri Sipil / TNI / Polri 2. Pegawai swasta 3. Wiraswasta 4. Tidak bekerja/IRT 5. Lain-lain Status pernikahan : 1. Sudah menikah 2. Belum menikah


(5)

Riwayat perjalanan penyakit : Riwayat penyakit terdahulu :

• Tinggi badan : PEMERIKSAAN FISIK

• Berat badan :

• Lingkar pinggang : Status generalisata

Keadaan umum

• Kesadaran :

• Gizi :

• Tekanan darah :

• Frekuensi nadi :

• Suhu :

• Frekuensi pernafasan : Keadaan Spesifik

• Kepala :

• Leher :

• Toraks :

• Abdomen :

• Genitalia :

• Ekstremitas :


(6)

1. Pemeriksaan sediaan basah pulasan vagina : PEMERIKSAAN LABORATORIUM

DIAGNOSIS KERJA

PENATALAKSANAAN

PROGNOSIS

Quo ad vitam :

Quo ad functionam : Quo ad sanactionam :